METODE PELAKSANAAN
PEKERJAAN PEMBANGUNAN BENDUNG BARU LEREH I KABUPATEN JAYAPURA;
KAB. JAYAPURA; PAPUA; 1 BENDUNG; BENDUNG; F; K; SYC
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
2. Mobilisasi alat
Peralatan yang akan digunakan di lapangan harus dipersiapkan paling lambat 3 hari sebelum
pekerjaan dimulai. Peralatan yang akan digunakan dalam proyek ini sesuai dokumen lelang
antara lain:
1. Excavator : 4 unit
2. Dump Truck : 20 unit
3. Vibro Roller : 1 unit
4. Concrete Mixer : 8 unit
Sedangkan peralatan tambahan yang akan kami siapkan guna mendukung dan mempercepat
pekerjaan berdasarkan analisa dan pengalaman kami antara lain :
1. Alat Pancang : 1 unit
2. Genset : 1 unit
3. Water Tank Truck : 1 unit
4. Concrete Vibrator : 5 unit
5. Theodolit : 1 Unit
6. Waterpass : 1 Unit
Mobilisasi peralatan dapat dilakukan pada awal pekerjaan dan demobilisasi dilakukan pada
mingggu akhir pekerjan setelah pekerjaan selesai.
3. Mobilisasi bahan
Bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini seperti sheet pile baja, semen, pasir, krikil, batu
kali, baja tulangan, kawat beton, paku dan yang lainnya diangkut ke tempat penyimpanan
sesuai jadwal yang akan dipersiapkan. Untuk sheet pile baja akan kami lakukan pemesanan
dahulu pada pabrik sesuai dengan spesifikasi dari pemberi pekerjaan.
B. Shop Drawing
Sebelum mengerjakan pekerjaan, terlebih dahulu membuat Gambar-gambar kerja (shop
drawing) yang acuannya dari Gambar Rencana yang terakhir. Jika terdapat perbedaan antara
gambar kerja dengan keadaan sebenarnya di lapangan, maka yang dilaksanakan adalah
keputusan yang diberikan oleh Direksi. Selanjutnya melakukan penggambaran kembali tapak
proyek sesuai dengan keadaan sebenarnya di lapangan. Pada keadaan dimana ada
penyimpangan dari gambar rencana, akan mengajukan 3 (tiga) lembar gambar penampang
dari daerah yang dipatok. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan atau
pendapat / revisi pada satu lembar gambar tersebut dan mengembalikannya kepada
kontraktor. Setelah diperbaiki, diajukan kembali gambar yang Direksi diminta untuk direvisi.
Gambar tersebut akan digambar kembali diatas kertas A3 dan setelah disetujui oleh Direksi,
mka diserahkan kepada Direksi gambar asli dan 3 (tiga) lembar hasil rekamannya.
E. Pemasangna Bowplank
1. Pada setiap pembuatan bangunan, dipasang bouwplank/profil dan mencantumkan elevasi
serta nama bangunannya. Pemasangan bouwplank/ profil berdasarkan peil elevasi ketinggian
dari patok hasil pengukuran Uitzet dan pemasangannya dapat dilaksanakan apabila
pengukuran dinyatakan selesai dan benar serta mendapat persetujuan dari Direksi.
2. Bouwplank dibuat dari papan/balok kayu kelas III yang lurus dan rata, untuk membimbing
pelaksanaan dilapangan digunakan tarikan benang/nilon dan kapur bangunan agar terlihat
bentuk tanah yang akan digali ataupun bangunan yang akan dipasang, untuk pekerjaan tanah
profil dipasang setiap jarak 25 m ataupun lebih rapat bila diperlukan sehingga terlihat
penampang yang harus digali ataupun yang harus ditimbun.
Sebelum pekerjaan pengukuran dimulai, tapak proyek dibersihkan dari rumput, semak-
semak, lumpur, akan pohon, tanah humus, puing-puing dan segala sesuatu yang tidak
diperlukan atau dapat menggangu jalannya pekerjaan. Penebangan pohon-pohon sesuai
dengan petunjuk Direksi.
Semua barang bekas bongkaran harus dikeluarkan dari lokasi, selambat-lambatnya sebelum
pekerjaan galian tanah dimulai.
Pembersihan Akhir
Pada saat penyelesaian pekerjaan, tempat kerja ditinggal dalam keadaan bersih dan siap untuk
dipakai dan mengembalikan bagian-bagian dari tempat kerja yang tidak diperuntukkan dalam
dokumen kontrak ke kondisi semula, membongkar bangunan-bangunan atau fasilitas
penunjang sementara yang dibangun.
K. UTILIZAT/PENGUKURAN
A. Pengecekan Patok BM dan pemasangan patok CP
1. Memastikan bahwa patok batas lahan, pada tiap sudut perimeter lahan sesuai dengan data
Badan Pertanahan Nasional
2. Jika patok yang ada belum permanen (tidak dicor) atau tidak terlindungi dengan baik, dibuat
patok beton dengan cor dan memasang titik batas dengan tanda paku tertanam di tiap patok
dan melindungi patok-patok tersebut dengan perimeter yang baik dan mudah dipantau (dari
bambu atau kaso dan diberi tanda warna atau bendera atau tanda lain yang mudah dilihat)
3. Setelah dipastikan seluruh patok perimeter sesuai, Berita Acara Joint Survey yang sudah
disahkan bersama instansi terkait dan Konsultan Pengawas disimpan dan menjadi dasar acuan
seluruh pengukuran berikutnya
4. Titik batas lahan dan garis perimeternya diplot ke gambar dan dilakukan cross check apakah
sesuai dengan batas yang diberikan dalam gambar desain atau gambar konstruksi —jika
terjadi perbedaan maka akan dilaporkan kepada Konsultan untuk dilakukan penyesuaian
gambar desain.
5. memastikan patok-patok benchmark utama (BM) yang terhubung dengan seluruh titik sudut
perimeter lahan di lokasi yang tidak terganggu selama pelaksanaan proyek dan diplotkan
pada gambar pelaksanaan, serta menjadi acuan awal pelaksanaan pematokan (stacking out)
pada bangunan-bangunan yang akan dilaksanakan
6. Membuat patok-patok Control Point (CP) untuk mempermudah pelaksanaan pengukuran dan
pematokan berikutnya
B. Pengukuran Poligon
Langkah Kerja
1. Menyiapkan catatan, daftar pengukuran dan membuat sket lokasi areal yang akan diukur.
2. Menententukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik.
3. Mendirikan pesawat di atas titik P1 dan melakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.
4. Mengarahkan pesawat ke arah utara dan menolkan piringan sudut horizontal dan kunci
kembali dengan memutar sekrup piringan bawah.
5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horizontalnya
yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan
muka.
6. Dengan posisi pesawat tetap di titik P1, putar pesawat 180º searah jarum jam, kemudian putar
teropong 180º arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
7. Melakukan pembacaan sudut horizontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk
bacaan muka.
8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horizontal
pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
9. Dengan cara yang sama, dilakukan pada titik-titik poligon berikutnya hingga kembali lagi ke
titik P1.
10. Melakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
11. Melakukan perhitungan sudut pengambilan, sudut azimuth dan koordinat masing-masing
titik.
12. Menggambar hasil pengukuran dan perhitungan.
- Pengukuran situasi
Pengukuran situasi dilakukan dengan menggunakan electronic total station (ets) atau dengan
alat ukur teodolit dengan ketelitian bacaan ≤ 20”. Data yang diukur mencakup semua obyek
bentukan alam dan buatan manusia yang ada disekitar bangunan rencana .
Pada pengukuran situasi tersebut, pengambilan titik ukur detail / rapat. Hal ini karena pada
lokasi disekitar rencana jembatan akan dilapangkan.
- Profil Memanjang
Pengukuran penampang memanjang dalam pelaksanaanya di lakukan bersamaan dengan
pengukuran sifat datar atau pengukuran penampang melintang .
Pengambilan data penampang memanjang dilakukan dengan setiap perubahan muka tanah
dan sesuai dengan kerapatan detail yang ada sepanjang trase. Pembacaan rambu harus di
lakukan pada pada tiga benang yaitu : benanf atas, benang bawah, benang tengah
- Penampang Melintang
Pengukuran penampang melintang saluran di lakukan alat sipat datar pada daerah datar dan
terbuka, tetapi pada daerah dengan topografi bergelombang dilakukan dengan menggunakan
teodolit kompas dengan ketelitian bacaan 20”.
Pengukuran penampang melintang saluran dilakukan tegak lurus dengan ruas jalan.
Pengambilan data dilakukan pada tiap perubahan muka tanah dan sesuai dengan kerapatan
detail yang ada dengan mempertimbangkan factor skala peta yang dihasilkan dan tingkat
kepentingan data yang akan ditonjolkan,
Sketsa penampang melintang tidak boleh terbalik antara sisi kanan dengan sisi kiri. Untuk
mempermudah pengecekan, pada masing masing sisi koridor di beri notasi yang berbeda,
misalnya koridor sebelah kiri dari center line jalan diberi notasi alphabetic dan untuk koridor
sebelah kanan di beri notasi numbers.
Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan : Kondisi datar, landai dan
lurus dilakukan pada interval tiap 50 m dengan lebar koridor 75 m ke kiri dan 75 m ke kanan
AS trase jalan.
L. DOKUMENTASI
Yang dimaksud dokumentasi adalah semua pekerjaan yang sifatnya memberi informasi
mengenai proyek dari awal sampai akhir.
1. Foto Dokumentasi
Kontraktor diwajibkan membuat foto dokumentasi, foto tersebut merupakan foto
berwarna ukuran kartu pos dan dicetak dalam rangkap 3 (tiga) serta ditempatkan pada
labum.
Cara Pengambilan Foto :
Untuk Pekerjaan Tanggul dan Pasangan :
- Sebelum Pelaksanaan
Pekerjaan Pembangunan Bendung Baru Lereh I Kabupaten Jayapura; Kab. Jayapura; 6
Papua; 1 Bendung; Bendung; F; K; SYC
PT. GURILA SAKTI-PT .DIRATAMA (KSO) METODE PELAKSANAAN
- Dalam Pelaksanaan
- Akhir Pelaksanaan
Foto diambil setiap jarak 100 m, diambil berkesinambungan dalam pelaksanaan
pekerjaan, tempat pengambilan foto adalah :
a. Pembersihan Lokasi
b. Galian Tanah dengan Alat
c. Timbunan Tanah dari Luar dengan angkutan termasuk pemadatan
d. Pasangan Batu Kali 1 : 3
e. Beton K225 (Mutu 19,3 MPa)
f. Bekisting
g. Pembesian
h. Pengadaan Sheetpile CCSP Type W-325
i. Pemasangan Sheetpile CCSP Type W-325
C. Bekisting
a. Bekisting digunakan untuk melapisi cor beton bertulang agar tidak terhambur dan sesuai
dengan dimensi yang diinginkan untuk sebagai balok maupun kolom
b. Bekisting dibuat sesuai spesifikasi yang diminta yaitu papan Kelas I
c. Bekisting dibentuk sedemikian rupa mengikuti dimensi yang disyaratkan dan
diperkuat/diperkaku dengan skoring yang dipaku.
D. Pembesian
a. Tulangan harus dibersihkan sesaat sebelum pemasangan untuk menghilangkan kotoran,
lumpur, oli, karat dan kerak.
b. Tulangan harus secara tepat ditempatkan sesuai dengan gambaran kebutuhan selimut
beton yang disyaratkan.
c. Batang tulangan harus diikat kencang dengan menggunakan kawat pengikat sehingga
tidak mudah tergeser.
d. Tulangan Baja dirangkai sesuai yang disyaratkan dan sesuai gambar rencana, untuk
sebagai sengkang harus dipasang dengan jarak 15-20 cm
e. untuk sebagai tulangan pokok harus sesuai gambar rencana dan dimensi yang disyaratkan.
E. Pengadaan Sheetpile
1. Pemesanan Sheetpile baja dengan spesifikasi teknik sesuai kontrak dilakukan setelah
adanya surat SPMK.
2. Pemesanan pada pabrikasi baja sesuai dengan spesifikasi teknik sesuai Standar
Nasional Indonesia (SNI) .
3. Setelah dilakukan pemesanan Invoice pesanan terbit dan segera dapat dilakukan
pengiriman barang ke Jayapura dahulu sebelum kemudian dibawa ke Lokasi pekerjaan
yang berada di Kabupaten Jayapura di Daerah Irigasi Lereh.
4. Setelah material sheetpile baja tiba di Jayapura segera dilakukan pengiriman barang ke
lokasi pekerjaan menggunakan transportasi darat (mobil tronton/trailer) hal ini
dikarenakan panjang 1 (satu) buah sheetpile adalah 12 meter.
5. Sesampainya material di lokasi pekerjaan, dilakukan mutasi material dengan bantuan
crane untuk mengangkat tiap lembaran/buah sheetpile dan ditempatkan dilokasi yang
telah disediakan oleh Penyedia Jasa setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
F. Pemancangan Sheetpile
1. Tetapkan titik patok pemancangan yang dikehendaki (sesuai gambar rencana)
2. Posisikan alat pancang (driver pile + Hammer) dengan jarak swing dan center hammer
tepat pada titik patok pemancangan.
3. Setelah posisi sheetpile baja telah tepat pada titik patok pemancangan, pemancangan
dilakukan dengan menjatuhkan hammer hingga di capai kedalaman yang diinginkan
4. Apabila kedalaman yang ditentukan ternyata lebih dari pada satu tiang sheetpile baja,
dilakukan penyambungan tiang sheetpile baja dengan pengelasan yang dilakukan oleh
tukang las yang bersertifikat, sambungan las harus dirancang dan dilaksanakan dengan
cara sedemikian hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas
tiang pancang. Pengelasan harus diuji secara visual dan dengan cara non destructive.
5. Dilakukan uji kalendering pada tumbukan terakhir (± 60 cm) dan kontraktor
memberikan catatan jumlah tiang pancang dalam satu titik, posisi (layout
pemancangan), jenis , ukuran, panjang aktual, panjang tunggal pemancangan, penetrasi
pada saat tumbukkan terakhir, panjang perpanjangan, panjang pemotongan dan panjang
akhir kepada direksi pekerjaan dalam bentuk tabel dan bukti kalendering asli sesuai
grafik dari kertas milimeter blok.
6. Antara satu (1) sheetpile dengan sheetpile lainnya dilekatkan dengan sayap kupingan
sheetpile kemudian hingga kedalaman yang diinginkan atau pemancangan selesai
dikuatkan dengan sambungan las
7. Setelah itu dilakukan tahapan 1-5 pada titik patok pemancangan lainnya hingga selesai
(sesuai gambar rencana) dan persetujuan direksi pekerjaan.
Penyedia Jasa
PT. GURILA SAKTI-PT.DIRATAMA (KSO)
100.00
I. PEKERJAAN PERSIAPAN
90.00
1 Mobilisasi & Demobilisasi Ls 1.00 0.522 0.26 0.26
4 Pekerjaan Bongkaran Pasangan Lama Ls 1.00 0.139 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
70.00
5 Dewatering Ls 1.00 0.070 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
1 Pembersihan dengan Manual M2 720.00 0.018 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
2 Galian Tanah Biasa dengan alat M3 21,304.73 1.848 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 0.18 50.00
2 Beton K 225 M3 472.77 3.666 0.08 0.18 0.00 0.00 0.09 0.09 0.18 0.18 0.18 0.22 0.22 0.22 0.22 0.22 0.37 0.37 0.37 0.46
20.00
3 Bekisting M2 750.00 0.619 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04
4 Pembesian Kg 94,554.00 9.611 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60 0.60
10.00
5 Pengadaaan Sheet Pile CCSP Type W-325 M' 820.00 5.994 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75 0.75
6 Pemasangan Sheet Pile CCSP Type W-325 M' 820.00 1.873 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.00
100.00
Rencana Mingguan 0.26 0.07 0.06 0.02 1.02 1.03 3.93 3.94 3.97 4.57 4.57 4.64 5.49 5.31 5.12 5.21 5.21 5.31 4.48 4.64 3.92 3.93 3.92 3.93 3.92 3.44 3.43 3.44 0.61 0.16 0.16 0.26
Rencana
Rencana Komulatif Mingguan 0.26 0.33 0.39 0.41 1.43 2.46 6.39 10.33 14.30 18.88 23.45 28.09 33.58 38.89 44.01 49.23 54.44 59.75 64.23 68.87 72.79 76.72 80.64 84.57 88.50 91.93 95.37 98.80 99.42 99.58 99.73 100.00
Realisasi Mingguan
Realisasi
Realisasi Komulatif Mingguan
Tertimbang Deviasi (+/-) %
Penyedia Jasa
PT. GURILA SAKTI - PT. DIRATAMA (KSO)
1 SUHARDY SARJANA TEKNIK SIPIL SITE MANAGER 5 AHLI SUMBER DAYA AIR
MADYA
1 NOVITA SARI BANUA SARJANA TEKNIK SIPIL 5 AHLI SUMBER DAYA AIR BPJS TK
MADYA (PT.GURILA
SAKTI)
2 INDRA SAPUTRA SARJANA TEKNIK SIPIL QUALITY/QUANTITY 5 AHLI MANAJEMEN PROYEK
MADYA
DAFTAR ISI
C.2. Kompetensi
C.3. Kepedulian
C.4. Komunikasi
Terkena Swing alat Kecelakaan 1. Jarak Alat berat harus dijaga agar selalu
Kerja pada jarak pengaman.
2 Galian Tanah biasa Terganggun 2. Bila penggalian dilakukan malam hari harus
dengan alat ya 1 2 4 3 menggunakan lampu peneraangan yang
Kesehatan cukup
Terhentinya 3. Membuat dan mempertahankan kemiringan
pekerjaan stabil.
4. Penggunaan APD yang sesuai
5. Rambu dan Brikade
Terjepit Batu Kecelakaan 1. Pekerja harus memakai baju kerja,sarung
Terkena pecahan batu Kerja tangan, helm,topi baja,kaca mata
3 Pasangan Batu Kali Terganggun pengaman,sepatu, head ear dan masker
ya 1 2 2 3 yang sesuai standar
Kesehatan 2. Jarak aman antara pekerja
Terhentinya 3. Penggunaan APD yang sesuai
pekerjaan 4. Rambu dan Brikade
4 Beton K 225 Terjepit Molen Kecelakaan 1. Pekerja harus memakai baju kerja,sarung
Melepuh Kerja 2 2 3 3 tangan, helm,topi baja,kaca mata
Terganggun pengaman,sepatu dan masker yang sesuai
ya standar
Kesehatan 2. Semua gigi,rantai-rantai dan roda pemutar
Terhentinya dari pengaduk beton harus dilindungi
pekerjaan sehingga aman.
3. Penyangga pengaduk beton harus
dilindungi oleh pagar pengaman.
4. Operator mixer beton tidak diperkenankan
menurunkan penyangga sebelum semua
pekerja berada ditempat aman
5. Kabel-kabel yang mengalirkan listrik diberi
perlindungan secukupnya, apabila ada
sambungan kabel diberi isolasi yang cukup
aman
6. Pada saat beton dituangkan, pekerja harus
menjaga jarak aman
7. Pada saat pencampuran beton, pekerja
menggunakan masker
8. Menyiapkan penerangan apabila malam
hari
9. Lantai kerja menahan pipa pemompa beton
harus kuat.
10. Penggunaan APD yang sesuai
11. Rambu dan Brikade
5 Bekesting Terpotong Gergaji Kecelakaan 1 Mengunakan Metode
kerja 1 1 1 3 2 menyusun instruksi kerja
Terganggun 3 melakukan pelatihan kerja
ya 4 Pengunaan APD yang sesuai
kesehatan
Terhentinya
pekerjaan
Dibuat oleh,
Muhammad Maulana
B.2. Rencana Tindakan (Sasaran & Program)
Dibuat oleh,
Muhammad Maulana
B.3. Standar dan Peraturan Perundangan
Dalam persyaratan standar K3dan peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan Keselamatan Konstruksi bidang PU antara lain sebagai berikut :
1. UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi;
2. UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
3. Permenaker No.1 Tahun 1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada konstruksi
bangunan;
4. Keputusan bersama menaker-menPU No. 174/MEN/1986-No.104/KPTS/1986 tentang
Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada tempat kegiatan konstruksi;
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per.05/Men/1996 tentang SMK3;
6. Peraturan Pemerintah no. 50 Tahun 2012 tentang Penerapan SMK3;
7. UU No.13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan;
8. Permen PU No.05 Tahun 2014 tentang Pedoman SMK3 Konstruksi.
IV TOTAL 28,727,272,897.83
FORMULIR REKAPITULASI TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI (TKDN)
Format dan Perhitungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) Gabungan Barang dan Jasa
(Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian) RI yang berlaku)
Formulasi Perhitungan :
Nilai Barang Total (3C)-Nilai Barang Luar Negeri (3B)
% TKDN Barang =
Nilai Gabungan Barang dan Jasa (9C)
18,672,727,383.59 - -
= x 100
28,727,272,897.83
= 65
PENAWAR
PT. GURILA SAKTI - PT. DIRATAMA (KSO)