Anda di halaman 1dari 29

BAB III

RUANG LINGKUP PEKERJAAN

Pada pelaksanaan suatu proyek, pelaksana perlu menentukan dan mengatur


langkah-langkah kerja setiap jenis pekerjaan dari awal hingga selesainya pekerjaan
tersebut. Hal ini berfungsi untuk menentukan rencana kerja, pengadaan tenaga
kerja, dan alat- alat yang digunakan, sehingga dapat menghasilkan mutu pekerjaan
dan waktu pekerjaan sesuai dengan kontrak yang telah ditetapkan. Pelaksana
proyek perlu mengatur volume pekerjaan untuk pengarahan dari tenaga kerja dan
pemakaian peralatan yang diperlukan sehingga pemakaian waktu dan bahan serta
mutu yang dihasilkan sesuai dengan (RKS).
Adapun ruang lingkup pekerjaan pada Proyek Asisten Pidana Militer Kejati Aceh
adalah sebagai berikut:
1. Pekerjaan Persiapan;
Pekerjaan persiapan terdiri dari papan nama proyek, instalasi air bersih dan
instalasi listrik sementara, perlengkapan keamanan kerja dan P3K, penjaga
keamanan lokasi pekerjaan, dan perlindungan lokasi pekerjaan.
2. Pekerjaan Awal;
Pembersihan lapangan, penentuan letak bangunan (Setting Out), dan
pemasangan bouwplank.
3. Pekerjaan Galian dan Timbunan;
Galian pondasi, urugan galian pondasi, galian pipa dan instalasi listrik,
timbunan tanah, dan pasir urug.
4. Pekerjaan Pondasi;
pondasi bored pile, pondasi tapak beton bertulang.
5. Pekerjaan Beton; Lingkup pekerjaan, peraturan-peraturan, keahlian dan
pertukangan, dan persyaratan bahan, pengujan bahan, syarat-syarat
pelaksanaan, acuan (Bekisting).
6. Pekerjaan Dinding dan pasangan; Batu bata, dinding marmer, pasangan
dinding batu bata ½ Bata Campuran 1 Pc: 2 Ps, pasangan dinding batu bata ½

13
Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps, plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps, dan plesteran
campuran 1 Pc : 4 Ps.
7. Pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela
Lingkup pekerjaan, persyaratan bahan, dan tata cara pelaksanaan.
8. Pekerjaan Atap;
Rangka atap baja ringan, penutup atap spandek.
9. Pekerjaan Plafond;
Gypsum board, alat sambung, rangka plafond, dan pemasangan plafond
gypsum.
10. Pekerjaan Lantai;
Lingkup pekerjaan dan persyaratan bahan.
11. Pekerjaan Pengecetan;
Refrensi, Persyaratan material, Pelaksanaan pengecetan
12. Pekerjaan GRC
Lingkup pekerjaan, persyaratan umum, persyaratan bahan.
13. Pekerjaan Aluminium Composite Panel;
Lingkup pekerjaan dan pemasangan.
14. Pekerjaan Listrk
Lingkup pekerjaan
15. Pekerjaan Instalas air dan santasi
Lingkup pekerjaan

3.1 Pekerjaan Persiapan


Pekerjaan persiapan meliputi semua kegiatan sebelum dilaksanakan
pekerjaan konstruksi. Pekerjaan persiapan ini meliputi :

3.1.1 Pemasangan Papan Nama Proyek


Papan nama proyek ditempatkan di depan pintu masuk lokasi proyek. Papan
nama proyek berisi informasi mengenai pengerjaan proyek yang akan di bangun
untuk memudahkan lingkungan sekitar mengetahui informasi yang di butuhkan.

14
3.1.2 Instalasi Air Bersih Dan Instalasi Listrik Sementara
Kontraktor Pelaksana atas biaya sendiri harus menyediakan Instalasi air
bersih dan Instalasi listrik sementara selama berlangsungnya masa pelaksanaan
pekerjaan untuk keperluan operasional dan keperluan pekerjaan-pekerjaan
konstruksi.

3.1.3 Perlengkapan Keamanan Kerja Dan P3K


Kontraktor Pelaksana harus menyediakan perlengkapan keamanan kerja
untuk semua pekerja yang berada dalam lokasi pekerjaan. Perlengkapan keamanan
kerja dapat berupa alat-alat seperti; helm pelindung kepala, sepatu AP untuk
melindungi kaki, pemadam kebakaran APAR, dan kotak P3K untuk pertolongan
pertama pada kecelakaan.

3.1.4 Penjaga Keamanan Lokasi Pekerjaan


Kontraktor Pelaksana harus menyediakan tempat/pos penjaga keamanan
lokasi pekerjaan beserta minimal 2 orang penjaga keamanan yang bekerja selama
24 jam. Bangunan Pos penjaga keamanan lokasi pekerjaan bentuk dan dimensinya
ditentukan oleh Kontraktor Pelaksana.

3.1.5 Perlindungan Lokasi Pekerjaan


Kontraktor Pelaksana harus melindungi lokasi pekerjaan selama
berlangsungnya pekerjaan konstruksi dari ganguan luar. Bentuk perlindungan
tersebut dapat berupa Pagar Seng BJLS 0,20 mm dengan rangka kayu setinggi
2 meter dari muka tanah dan dicat dengan rapi.

3.2 Pekerjaan Awal


Pekerjaan awal merupakan tahap paling pertama pada pekerjaan lapangan.
Pekerjaan ini terdiri dari pembersihan lapangan, pembongkaran konstruksi
bangunan lama, penentuan letak bangunan, pemasangan pagar pelindung lokasi
pekerjaan, pemasangan bouwplank, pembersihan akhir.

15
3.2.1 Pembersihan Lapangan
Pembersihan lapangan dilakukan bertujuan untuk membersihkan lokasi
pekerjaan dari segala sesuatu yang dapat menganggu pelaksanaan pekerjaan. Hal-
hal yang dapat mengganggu antara lain; seperti bangunan lama, hasil bongkaran
bangunan lama, pepohonan, semak belukar dan tanah humus. pengupasan terhadap
tanah humus setebal minimal 30 cm sebelum dilakukan pekerjaan konstruksi.

3.2.2 Penentuan Letak Bangunan (Setting Out)


Pembongkaran konstruksi bangunan lama atau sisa bangunan lama sesuai
dengan gambar bestek atau bill of quantity seperti dinding, lantai, atap, plafon,
perkerasan lama dan pondasi di dalam lokasi proyek. Hal ini dilakukan apabila
konstruksi sepenuhnya tidak dapat dipergunakan lagi sehingga akan diganti dengan
yang baru untuk mendukung konstruksi yang akan dibangun.

3.2.3 Pemasangan Bouwplank


Pemasangan Bouwplank sebagai acuan tetap pada semua bangunan yang
akan dikerjakan termasuk septictank, Ground Resevoir, dan bak penampung limbah
kimia. Jarak pemasangan bouwplank dari bangunan yang akan dibangun minimal
1 m dan maksimal 2 m.

3.3 Pekerjaan Galian dan Timbunan


Pekerjaan tanah terdiri dari galian tanah pondasi, urugan galian pondasi,
timbunan tanah, dan pasir urug.

3.3.1 Galian Tanah Pondasi


Galian tanah pondasi bangunan harus disesuaikan dengan ukuran dalam
gambar atau sampai batas tanah keras. Apabila diperlukan untuk mendapatkan daya
dukung yang baik dasar galian harus dipadatkan/ditumbuk. Jika galian melampaui
batas kedalaman, diperlukan penimbunan kembali dan dipadatkan untuk
penimbunan harus diangkat langsung ke tempat yang telah ditentukan.

16
3.3.2 Urugan Galian Pondasi
Urugan galian pondasi dikerjakan setelah pengecoran pondasi selesai
dikerjakan. Pekerjaan urugan dilakukan selapis demi selapis dengan ketebalan tiap
lapisan 15–20 cm dalam keadaan padat, dibasahi dan dipadatkan dengan
menggunakan hand compactor sampai keadaan padat

3.3.3 Galian Pipa Dan Instalasi Listrik


Galian pipa adalah semua pekerjaan yang berhubungan dengan Instalasi Air
Kotor, Instalasi Air Bersih, dan Instalasi Limbah Kimia. Kedalaman galian pipa
minimal 40 cm dari muka tanah dasar kecuali ditentukan lain dalam Gambar
Bestek. Galian pipa tidak boleh menggangu struktur dan konstruksi bangunan lain
yang ada disekitarnya.

3.3.4 Timbunan Tanah


Sebelum dilakukan pekerjaan timbunan tanah atau perbaikan tanah
Kontraktor Pelaksana harus memastikan pekerjaan galian tanah pondasi telah
selesai 100% dan disetujui oleh Konsultan Supervisi. Material timbunan adalah
tanah gunung yang gembur tidak berbungkah- bungkah, bukan tanah liat, bukan
tanah sawah, bukan hasil bongkaran bangunan lama, dan bukan pasir laut.
Timbunan harus dipadatkan dengan alat Stemper, Mini Tendem Roller atau alat lain
yang disetujui oleh Konsultan supervisi lapis berlapis dengan ketebalan tiap lapis
minimal 30 cm. Kepadatan timbunan pada lapisan terbawah harus mencapai 95%
dari standar proctor laboratorium pada kadar air optimum dengan pemeriksaan
kepadatan standar.

3.3.5 Pasir Urug


Pasir urug hanya dipergunakan untuk untuk urugan dan timbunan serta alas
pekerjaan Lantai Kerja Beton (Line Concrete). Pasir Urug terdiri dari butiran-
butiran yang keras dan bersifat kekal, tidak untuk digunakan pada pekerjaan beton
struktural dan beton non struktural.

17
3.4 Pekerjaan Pondasi
Pondasi merupakan struktur bagian bawah suatu konstruksi bangunan
gedung yang berfungsi untuk meneruskan beban pada konstruksi atas kedalam
tanah. Pekerjaan pondasi terdiri dari pekerjaan bored pile dan pondasi tapak.

3.4.1 Pondasi Bored Pile


Proses Pelaksanaan
1. Sebelum melaksanakan pengeboran kontraktor diwajibkan mengadakan
pengukuran lokasi titik bored pile dengan menggunakan alat ukur
theodolit yang memadai.
2. Kontraktor perlu mengadakan pengamanan terhadap adanya saluran
drainase, pipa–pipa gas, ground cable, dan sebagainya yang berfungsi.
Bila terdapat banyak kesulitan selama proses pengeboran maka kontraktor
harus melaporkan kepada direksi untuk mendapatkan petunjuk.
3. Sistem pengeboran dilakukan dengan menggunakan bor manual atau semi
manual (mata bor digerakkan mesin).
4. Pengeboran harus dilakukan benar–benar vertikal/tegak lurus. miring
toleransi kemiringan 1% dan untuk pergeseran 7.8 cm.
5. Kedalaman lubang bored pile sesuai dengan gambar rencana. kontraktor
harus dapat meyakinkan bahwa pengeboran sudah mencapai tanah keras,
dibuktikan dengan pengujian SPT dengan nilai
6. Setelah tahapan pengeboran selesai, dilanjutkan dengan memasang
tulangan bored pile dengan bentuk penulangan sesuai dengan gambar
rencana.
7. Setelah dipasang, ujung atas tulangan harus menyisakan stek dengan
panjang minimal 40 diameter tulangan.

3.4.2 Pondasi Tapak Beton Bertulang


Proses Pelaksanaan
1. Sebelum pondasi tapak dikerjakan Kontraktor Pelaksana harus memastikan
galian pondasi sudah selesai 100%.

18
2. Kontraktor harus membuang semua air tanah yang ada dalam galian
pondasi sebelum memulai pekerjaan pondasi tapak.
3. Pekerjaan pengecoran pondasi tapak tidak boleh dikerjakan dalam kondisi
galian pondasi tergenang air.
4. Pada bagian paling dasar pondasi dilapisi dengan pasir urug dengan
ketebalan minimal 5 cm. Lapisan pasir urug harus dipadatkan dengan
kepadatan yang cukup.
5. Diatas lapisan pasir urug dikerjakan pekerjaan lantai kerja (line concrete)
dengan ketebalan minimal 5 cm dari campuran 1 Pc : 3 Ps : 5 Kr. Pekerjaan
lantai kerja tidak boleh dilakukan dalam kondisi galian pondasi tergenang
air.
6. Perakitan tulangan pondasi tapak dilakukan langsung diatas lantai kerja
atau dapat juga dilakukan di bengkel kerja Kontraktor pelaksana. Jumlah
dan diameter tulangan pondasi tapak sesuai dengan Gambar Bestek.
7. Bentuk dan dimensi pondasi tapak sesuai dengan Gambar Bestek.
8. Hasil pekerjaan pondasi tapak harus benar-benar tegak lurus dalam arah
horizontal dan tegak lurus arah vertikal hal ini dibuktikan dengan
pekerjaan theodolit atau pengukuran manual.
9. Semua pondasi tapak beton bertulang dibuat dari beton dengan mutu
K\250.
10. Hasil pekerjaan pondasi tapak beton bertulang harus disetujui oleh
Konsultan supervisi.

3.5 Pekerjaan beton


3.5.1 Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan,
serta pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan
yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton,
seperti acuan, besi beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam lingkup pekerjaan
ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga
pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman.

19
3.5.2 Peraturan – Peraturan.
Kecuali ditentukan lain di dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar
pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :
1. Tata cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T-
15-1991-03).
2. Pedoman Beton 1989 (SKBI – 1.4.53.1988).
3. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung SNI 03-
1727-2002
4. Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
5. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982)/NI-3.
6. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972/NI-8.
7. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013-81).
8. Mutu dan Cara Uji Agregat Beton (SII 0052-80).
9. ASTM C-33 Standard Specification for Concrete Agregates.
10. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84).
11. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784-83).
12. American Society for Testing and Material (ASTM).
13. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
14. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya
Kebakaran pada Bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.53.1987 UDC :
699.81 : 624.04).

3.5.3 Keahlian Dan Pertukangan


Pekerjaan beton harus dilakukan oleh tenaga ahli yang berpengalaman
selama pekerjaan tersebut berlangsung, termasuk tenaga ahli untuk acuan/
bekisting, sehingga dapat mengantisipasi segala kemungkinan yang terjadi. Selain
itu, Kontraktor wajib menggunakan tukang yang berpengalaman, sehingga sudah
paham dengan pekerjaan yang sedang dilaksanakan, terutama pada saat dan setelah
pengecoran berlangsung. Semua tenaga ahli dan tukang tersebut harus mengawasi
pekerjaan sampai pekerjaan perawatan beton selesai dilakukan. Untuk itu paling

20
lambat 10 hari sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mengusulkan metode
kerja dan harus disetujui oleh Konsultan pengawas.

3.5.4 Persyaratan Bahan


1. Semen
Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dari jenis semen
yang ditentukan dalam SII 0013-81 atau Standar Umum Bahan Bangunan
Indonesia 1986, dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam
standar tersebut. Semua semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama
dan dalam keadaan baru.
2. Agregat.
Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang digunakan, yaitu
agregat kasar/batu pecah dan agregat halus/ pasir beton. Kedua jenis agregat ini
disyaratkan berikut ini;
- Agregat kasar. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar harus
tidak melebihi1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau
1/3 dari tebal pelat, atau ¾ jarak bersih minimum antar batang tulangan,
berkas batang tulangan atau tendon pratekan atau 30 mm.
Gradasi dari agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai
dengan yang disyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadinya sarang kerikil
atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :
Tabel 3.1. Ketentuan ayakan agregat kasar
sisa di atas (% berat)
Ayakan 31.50 mm 0
Ayakan 4.00 mm 90 – 98

Selisih antar 2 ayakan berikutnya 02 – 10

21
- Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari
bahan-bahan organis, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar lumpur harus
lebih kecil dari 4 % berat. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang
beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sbb. :
Tabel 3.2. Ketentuan ayakan agregar halus
sisa di atas ( % berat )
Ayakan 4.00 mm ≥2
Ayakan 1.00 mm ≥10
Ayakan 0.25 mm 80 – 95

3. Air untuk campuran beton.


Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh
mengandung minyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat
merusak beton atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat
digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh
Konsultan Pengawas. Jika air pada lokasi pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk
digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.
4. Besi beton
Besi beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars)
untuk tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain di dalam gambar. Agar
diperoleh hasil pekerjaan yang baik, maka besi beton harus memenuhi syarat-
syarat:
- Baru, bebas dari kotoran, lapisan minyak, karat dan tidak cacat.
- Mutu sesuai dengan yang ditentukan.
- Mempunyai penampang yang rata dan seragam sesuai dengan toleransi.
Diameter besi beton ulir ditentukan sesuai dengan Pedoman Beton 1989
yaitu Mutu fy = 3200 Kg/cm2 untuk besi ulir dan Mutu fy = 2400 Kg/cm2
untuk besi polos.
5. Admixtures/material tambahan.
Manfaat dari bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji
dengan menggunakan jenis semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini.

22
Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air
pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan/atau pengerasan
beton harus memenuhi “Specification for Chemical Admixtures for Concrete”
(ASTM C494) atau memenuhi Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia.
6. Kualitas Beton.
Kualitas beton yang dipakai pada untuk bangunan Bertingkat adalah beton
dengan mutu K-250 untuk struktur utama seperti Pondasi Tapak, Kolom Pedestal,
Sloof, Kolom Utama, Balok Lantai, Plat Lantai, Plat Tangga, Bordes, dan Ring
Balok. Untuk memastikan bahwa kualitas beton rencana dapat tercapai, Kontraktor
harus melakukan percobaan sesuai dengan yang disyaratkan oleh peraturan yang
berlaku.
7. Disain Adukan Beton.
Proporsi campuran bahan dasar beton harus ditentukan agar beton yang
dihasilkan memberikan kelecakan (workability) dan konsistensi yang baik,
sehingga beton mudah dituangkan ke dalam acuan dan ke sekitar besi beton,
tanpa menimbulkan segregasi. Campuran beton harus dirancang sesuai dengan
mutu beton yang ingin dicapai, dengan batasan di bawah ini :

Tabel 3.3. Ketentuan mutu beton kuat tekan


MUTU BETON K225 K250 K300 K350 K400
Kuat tekan minimum, 7 hari (kg/cm2) 158 175 210 245 280

Jumlah semen minimum (kg/m3) 300 300 325 350 375

Jumlah semen maksimum (kg/m3) 550 550 550 550 550

W/C faktor, maksimum 0.55 0.55 0.55 0.50 0.50

23
Untuk beton kedap air atau beton pada kondisi lingkungan khusus, maka
harus dipenuhi syarat pada table 3.4
Tabel 3.4. Ketentuan minimum untuk beton kedap air
Kondisi Faktor air Jumlah semen
Jenis Struktur berhubungan
lingkungan semen Minimum
dengan maksimum (kg/m3)

Air tawar/ payau 0.50 290


Beton Bertulang
Air laut 0.45 360
Air tawar/ payau 0.50 300
Beton Pratekan
Air laut 0.45 360

8. Pengujian bahan
Umum.
1. Ketentuan dan syarat yang tertulis di bawah ini merupakan ringkasan dari
Pedoman Beton 1989, sehingga jika terjadi perbedaan interpretasi atau hal
lain yang bertentangan harus dikembalikan kepada ketentuan dari Pedoman
Beton.
2. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian
termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai yang
disyaratkan. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil
uji diperoleh untuk persetujuan oleh Konsultan pengawas.
3. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor
harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan
selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil
yang diinginkan.
4. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan
pengarahan Konsultan pengawas.
5. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan,
Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari pabrik,
dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara pengujian sesuai
dengan spesifikasi ini.

24
- Pengujian Agregat.
Pengujian Pendahuluan Agregat.
1. Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai berikut:
a. Sieve analysis
b. Pengujian kadar lumpur dan kotoran lain.
c. Pengujian unsur organis.
d. Pengujian kadar chlorida dan sulfat.
2. Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan.
3. Pengujian a) dan b) dengan pengujian kadar air dari setiap jenis agregat
harus dilakukan terhadap setiap contoh untuk setiap trial mix.
- Benda Uji Agregat.
1. Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan
digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah
minimum untuk pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton
adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5. Jumlah minimum pengujian agregat

Tipe Pengujian Minimum satu contoh

Sieve analysis Setiap minggu


Moisture content Setiap minggu
Clay, silt dan kotoran Setiap hari
Kadar organis Setiap minggu

Kadar Chlorida dan Sulfat Setiap 500 m3 beton

2. Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh Kontraktor tidak


memuaskan, maka Konsultan pengawas berhak untuk meminta pengujian
tambahan dengan beban biaya Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah
pengujian dapat dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.
- Pengujian Beton
Benda uji beton.

25
1. Benda uji harus diberi kode/tanda yang menunjukkan tanggal pengecoran,
lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan.
2. Benda uji harus diambil dari mixer, atau dalam hal menggunakan beton
readymix, maka benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi
pengecoran, sesuai dengan yang disyaratkan oleh Konsultan pengawas.
- Jumlah benda uji beton.
1. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1.50 m3 beton
hingga dengan cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama. Benda uji
harus berbentuk kubus berukuran 15cm x 15cm x 15cm. Benda uji bentuk
lainnya dapat digunakan jika disetujui oleh Konsultan pengawa. Selanjutnya
pengambilan benda uji sebanyak 2 (dua) buah dilakukan setiap 5 m3 beton.
Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh Konsultan pengawas dan
harus dirawat sesuai dengan persyaratan.
2. Jumlah benda uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap mutu beton yang
dituang pada satu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap kali
pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu data
hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua spesimen ini yang
diuji pada umur beton yang ditentukan, yaitu umur 7 hari dan 28 hari.
3. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka Konsultan pengawas dapat
meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas, dengan
beban biaya ditanggung oleh kontraktor.
4. Jumlah minimum benda uji yang harus dipersiapkan untuk setiap mutu
beton adalah :
Tabel 3.6. Jumlah minimum benda uji
Jumlah
Waktu perawatan (hari)
Jenis Struktur minimum
benda uji 3 7 28
Beton Bertulang 4 - 2 2
Beton Pratekan 6 2 2 2

26
- Laporan hasil uji beton.
Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas hasil uji beton dari laboratorium
penguji untuk disahkan oleh Konsultan pengawas. Laporan tersebut harus
dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton karakteristiknya
- Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton.
1. Deviasi Standar - S Deviasi standar produksi beton ditetapkan berdasarkan
jumlah 30 buah hasil test kubus. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh
kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali
seperti tercantum dalam tabel berikut :

 fc  fcr 
2
S
N 1
Tabel 3.7. factor pengali

Jumlah Benda Uji (N)- buah Faktor Pengali – S

  1.16
20 1.08
25 1.03
  1.00

2. Kuat tekan rata-rata - f’cr Target f’cr yang digunakan sebagai dasar dalam
menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang
terbesar dari formula berikut ini :
f’cr = fc’ + 1.64 S atau f’cr = fc’ + 2.64 S - 40 kg/cm2.
3. Kuat tekan sesungguhnya. Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai
dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :
a. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing-masing terdiri
dari 4 hasil uji kuat tekan tidak kurang dari (fc’ + 0.82 S).
b. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai
nilai dibawah 0.85 fc’.

27
Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil
langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas
rekomendasi KP.
- Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Tests)
Jika hasil evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata
tidak dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan pengawas, Kontraktor
harus melaksanakan pengujian yang tidak merusak yang dapat terdiri dari
hammer test, pengujian beban dan lain lain. Semua biaya pengujian ini
menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian akan
ditentukan secara khusus dengan melihat kasus per kasus.
- Pengujian Besi Beton.
1. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi
beton masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai dengan
diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton
harus diambil dengan disaksikan oleh Konsultan pengawas sebanyak 2 buah
untuk setiap 20 ton untuk masing-masing diameter besi beton. Uji besi beton
terdiri dari uji tarik dan uji lentur.
2. Pengujian mutu besi beton juga akan dilakukan setiap saat bilamana
dipandang perlu oleh Konsultan pengawas. Contoh besi beton yang diambil
untuk pengujian tanpa disaksikan Konsultan pengawas tidak diperkenankan
dan hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji tersebut sepenuhnya
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
3. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal
pengiriman, lokasi terpasang, bagian struktur yang bersangkutan dan lain-
lain data yang perlu dicatat.
4. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka
Konsultan pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji
lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban biaya ditanggung
oleh Kontraktor.

28
9. Acuan/Bekisting
Umum
1. Kontraktor harus membuat acuan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
struktur baik kekuatan, stabilitas maupun kekakuannya serta layak untuk
digunakan. Acuan merupakan suatu bagian pekerjaan struktur yang berguna
untuk membentuk struktur beton agar sesuai dengan gambar rencana
2. Jenis acuan harus sesuai dengan yang disyaratkan di dalam spesifikasi ini.
Kontraktor dapat mengusulkan alternatif acuan dengan catatan bahwa harus
disetujui oleh Konsultan Pengawas. Di dalam penawarannya, Kontraktor wajib
menawarkan sesuai dengan yang ditentukan di dalam spesifikasi.
3. Semua bagian acuan yang sudah selesai digunakan harus dibongkar dan
dikeluarkan dari lokasi pekerjaan. Tidak dibenarkan adanya bagian acuan yang
tertanam di dalam struktur beton.
4. Pada struktur beton kedap air, cara pemasangan acuan dan bukaan pada acuan
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga bukaan tersebut harus dapat ditutup
dengan sempurna, sehingga bebas dari kebocoran. Semua pengikat acuan (ties)
harus dilengkapi dengan material tertentu seperti water baffles sehingga pada
saat dicor akan menyatu dengan struktur beton.

3.6 Pekerjaan Dinding Dan Pasangan


3.6.1 Batu Bata
- Spesifikasi Bahan/Material
1. Batu bata harus mempunyai dimensi dan ukuran yang standar sesuai
Peraturan Bahan Bangunan yang berlaku.
2. Batu bata mempunyai dimensi seperti berikut : lebar 5 cm, panjang 20 cm,
dan tebal 5 cm kecuali ditentukan lain dalam Peraturan Bahan Bangunan.
3. Batu bata adalah dari hasil pembakaran yang sempurna dari pabrik batu bata
dimana kondisinya tidak rapuh dan tidak mudah hancur ketika diangkut dan
diturunkan pada lokasi pekerjaan.
4. Batu bata bentuknya harus sempurna tidak melengkung dan permukaanya
benar-benar rata untuk semua sisinya.

29
5. Batu bata mempunyai Kuat Tekan minimal 30 kg/cm2.
6. Perubahan-perubahan pada dimensi dan ukuran batu bata karena
mengikuti dimensi dan ukuran yang berlaku pada daerah tertentu harus
disetujui oleh Konsultan supervise.
7. Toleransi hanya diperbolehkan untuk dimensi dan bukan untuk kualitas.

3.6.2 Dinding Marmer


- Spesifikasi Bahan/Material
1. Dinding marmer dipasang sebagai finishing pada pintu masuk utama sesuai
yang ditentukan dalam Gambar Bestek.
2. Ukuran marmer sesuai dengan Gambar Bestek.
3. Warna marmer dinding ditentukan dalam Gambar Bestek.
4. Tebal marmer minimal 5 mm.
5. Kontraktor harus memperlihat contoh warna, corak, dan ukuran marmer
untuk minimal dua merk yang berbeda kepada Konsultan Perencana untuk
disetujui.
6. Marmer dipasang langsung pada dinding pasangan bata atau tembok yang
belum diplaster atau dihaluskan permukaannya dengan perekat spesi beton
1 Pc : 2 Ps setebal minimal 1 cm.
7. Celah-celah antar marmer yang timbul akibat pemasangan dan untuk
keperluan perekat dalam arah tebal minimal 2 mm.
8. Sudut-sudut yang timbul akibat hubungan marmer harus ditumpulkan
dengan alat Grenda.
9. Hasil pemasangan marmer harus benar-benar rata, tidak bergelombang, dan
tidak melengkung keatas. Kedataran pemasangan granit harus diperiksa
dengan pekerjaan waterpassing

30
3.6.3 Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 2 Ps
- Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 2 Ps dikerjakan hanya pada
dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air seperti dinding
KM/WC, bak air, dan dinding tempat whuduk.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 2 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.
4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
5. Untuk dinding selain kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan
batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 40 cm.
6. Untuk dinding kamar mandi dan tempat whuduk tinggi pasangan batu bata
½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps minimal 150 cm.
7. Pasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus kedap air
(trasram).
8. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
9. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan.
10. Hasil pemasangan batu bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 2 Ps harus
disetujui oleh Konsultan supervise.

3.6.4 Pasangan Dinding Batu Bata ½ Bata Campuran 1 Pc : 4 Ps


- Proses Pelaksanaan
1. Pasangan batu bata ½ bata campuran 1 Pc : 4 Ps dikerjakan pada semua
dinding kecuali dinding-dinding yang langsung berhubungan dengan air.
2. Perekat atau spesi yang dipakai adalah dari campuran 1 Pc : 4 Ps dengan
ketebalan maksimal 1,5 cm dan minimal 1 cm.
3. Batu bata harus disiram terlebih dahulu dengan air sebelum dipasang.

31
4. Batu bata harus dipasang dengan posisi lapis demi lapis saling bersilangan
dan tidak satu garis sambungan.
5. Pasangan batu bata tidak boleh melengkung dalam arah vertikal dan dalam
arah horizontal.
6. Setiap tinggi 30 cm pemasangan bata harus disediakan benang-benang
untuk ketepatan elevasi dan kedataran permukaan. Hasil pemasangan batu
bata ½ bata dengan campuran 1 Pc : 4 Ps harus disetujui oleh Konsultan
supervisi.

3.6.5 Plesteran Campuran 1 Pc : 2 Ps


Proses Pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 2 Ps .
3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
4. Plesteran campuran 1 Pc : 2 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 2 Ps.
5. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
6. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara
plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata.
7. Lama antara plesteran lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu
hari kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
8. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
9. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

3.6.6 Plesteran Campuran 1 Pc : 4 Ps


- Proses pelaksanaan
1. Sebelum dilakukan plesteran terlebih dahulu permukaan hasil pemasangan
bata harus disiram dengan air dengan merata.

32
2. Plesteran dari campuran 1 Pc : 4 Ps .
3. Tebal plesteran dinding minimal 1,5 cm.
4. Plesteran campuran 1 Pc : 4 Ps dilakukan pada pasangan dinding bata
dengan campuran 1 Pc : 4 Ps.
5. Plesteran harus menghasilkan permukaan yang rata untuk semua bidang
dinding yang diplester.
6. Plesteran tidak boleh meninggalkan sambungan-sambungan antara
plesteran lama dengan plesteran baru yang tidak rata. Lama antara plesteran
lama dengan plesteran baru tidak boleh lebih dari satu hari kecuali
ditentukan lain oleh Konsultan Supervisi.
7. Hasil pekerjaan plesteran harus benar-benar halus permukaannya sehingga
ketika dilakukan pekerjaan cat dinding tidak menimbulkan bekas.
8. Hasil pekerjaan plesteran harus disetujui oleh Konsultan supervisi.

3.7 Pekerjaan Kusen Pintu Dan Jendela


3.7.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan, alat–alat bantu
yang diperlukan, sampai pekerjaan Kusen Pintu dan Jendela selesai dilaksanakan.
Bagian Pekerjaannya adalah :
1. Pekerjaan kosen pintu dan jendela UPVC
2. Daun pintu / jendela dan ventilasi UPVC

3.7.2 Persyaratan Bahan


1. Kusen pintu, jendela dan ventilasi terbuat dari bahan Pabrikan UPVC
dengan kualitas baik yang dibentuk sesuai gambar kerja.
2. Seluruh bentuk / model dari kosen, pintu dan jendela serta ventilasi harus
sesuai gambar rencana. Bahan Pabrikan UPVC harus dikerjakan mengikuti
pola-pola seperti yang tertera pada gambar-gambar atau yang diisyaratkan
atau atas petunjuk Pengawas.
3. Pengunci dan penggantung :
- Engsel 4 inch, merk akan ditentukan kemudian.

33
- Kunci tanam double slag, merk akan ditentukan kemudian.
4. Daun pintu panel kayu bahan Pabrikan UPVC dengan kualitas baik yang
dibentuk sesuai gambar kerja.
5. Daun jendela terbuat dari panel kaca, rapi dan tidak ada celah, ukuran
sesuai gambar UPVC yang dipakai harus kualitas baik, lurus dan pabrikasi.
c. Pengunci dan Penggantung.
- Engsel 3 inchi, type dan merk akan ditentukan kemudian.
- Dilengkapi hak angin, pengunci dan tarikan, merk ditentukan
kemudian.
6. Kaca harus memenuhi specifikasi Sbb :
- Kaca harus mutu baik
- Ketebalan kaca 5 mm
- Warna akan ditentukan kemudian

3.7.3 Persyaratan Bahan


Tata Cara Kerja Pelaksanaan
- Dibentuk/dibuat di pabrik dengan menggunakan mesin pabrik yang
berkecapatan 2 kosen pintu per menit dengan ukuran (2,1 x 0,8) m.
- Hasil produksi sudah termasuk dengan lubang kunci dan engsel.
- Lebar “back opening” (bukaan belakang) minimum 100 mm.
- Hasil akhir menggunakan Achitarap, sehingga terlihat bagus dan rapi.
- Pekerjaan pembuatan/penyetelan dan pemasangan kusen UPVC beserta
kaca harus dilaksanakan oleh pemborong UPVC yang ahli dalam
bidangnya.
- Untuk mendapat ukuran yang tepat, pemborong UPVC harus datang
ke lapangan dan melakukan pengukuran.
- Untuk mendapat hasil yang baik, pembuatan/penyetelan kosen UPVC
harus dilakukan di pabrik secara masimal dan dilapangan tinggal
pasang.
- Antara tembok/kolom/beton dan kusen UPVC harus diisi dengan
“sealen" yang elastis.

34
3.8 Pekerjaan Atap
3.8.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan atap terdiri pekerjaan rangka atap Truss Alumunium (baja ringan)
untuk semua rangka atap dan penutup atap Selulosa Bitumen 0.3 mm untuk
semua penutup atap. Pekerjaan atap ini meliputi penyediaan dan pendayagunaan
semua tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan perlengkapan dan hal lainnya
sehingga pekerjaan ini didapat hasil yang baik.

3.8.2 Pekerjaan Rangka Atap Aluminium (Baja Ringan)


- Persyaratan Bahan
Rangka Atap Aluminium yang digunakan adalah terbuat dari bahan
aluminium ektrusi dengan komposisi Si = 0.20%-0.60%, Fe=0.35% Max,
Cu=0.10 Max, Mn=0.10% Max, Mg=0.45%-0.90%, Zn=0.100% Max,
Ti=0.10% Max, Cr=0.10 Max, Al=Remainder, uk 60 x45 dengan ketebalan 3
mm.
- Pelaksanaan
Pelaksanaan rangka Atap Aluminium dilakukan oleh tenaga ahli
Direksi/Konsultan Pengawas.

3.8.3 Pekerjaan Penutup Atap


- Bahan Yang Digunakan
Untuk atap digunakan Selulosa Spandek 0.3 mm dan bubungan
memakai jenis yang sama dengan atap yang digunakan, kesemua mutunya
harus standar (SII).
- Pedoman Pelaksanaan
1. Pemasangan atap dipakukan langsung pada gording dengan menggunakan
paku ulir (paku khusus untuk atap).
2. Tiap sambungan diberi tindisan sesuai dengan spesifikasi pabrik.
3. Alur seng harus dipasang merata (tidak bolak balik), sehingga hasil akhir
pasangan akan rapi.
4. Bubungan ditutup dengan bubungan Selulosa Bitumen 0.3 mm Tindisan

35
antara satu keping bubungan dengan keping bubungan lainnya harus sesuai
dengan persyaratan pabrik .
5. untuk pekerjaan rangka dan penutup atap rangka baja jumlah
pekerja yang dibutuhkan adalah lima sampai enam orang.
6. Pemasangan harus rapi dan memenuhi syarat-syarat sehingga tidak
mengakibatkankebocoran.Apabilaterjadikebocoran setelapemasangannya,
maka bagian yang bocor tersebut harus dibongkar dan dipasang baru

3.9 Pekerjaan Plafond


3.9.1 Gypsum Board
Material utama plafond adalah Gypsum Board ukuran standard 1200 mm x
2400 mm, tebal 9 mm dengan warna dasar putih. Gypsum Board adalah hasil
produksi pabrik dengan kualitas terbaik dan harus mempunyai Merk Dagang.
Gypsum board yang didatangkan kelokasi pekerjaan tidak boleh dalam keadaan
cacat dan rusak.

3.9.2 Rangka Plafond


1. Rangka plafond adalah kerangka besi hollow 40.40.2 mm dengan jarak
600 x 600 mm :
- Ketebalan Cat : 20 micron
- Kualitas : Besi Hollow terbuat dari bahan besi galvanis, kuat, tahan
karat, tahan api, ringan dan cepat pemasangannya.
- Dimensi : model persegi atau sesuai gambar.
2. Cara pemasangan rangka plafond sesuai dengan denah rangka plafond
Gambar Bestek atau sesuai petunjuk Konsultan Supervisi.
3. Rangka plafond harus digantung pada konstruksi kuda-kuda atau pada plat
lantai beton bertulang atau balok lantai sesuai dengan Gambar Bestek.
4. Setiap 2 m2 luas plafond harus dipasang minimal 6 pengantung plafond.

36
3.9.3 Pemasangan Plafond Gypsum
Pemasangan Plafond Gypsum Board dilakukan langsung pada rangka furing
dengan alat sambung paku gypsum. Celah-celah yang terjadi akibat pemasangan
harus dirapikan dengan dempul Gypsum dan Stiker Gypsum untuk menghindari
penampakan sambungan. Pada sudut-sudut ruangan dipasang list profil gypsum
ukuran 9,5/15 cm. Pada posisi tertentu atau sesuai dengan Gambar Bestek dipakai
list plafond dari bahan Stainless Steel Siku ukuran 10x10x 5 mm. Cara pemasangan
harus mengikuti denah rangka plafond yang ada dalam Gambar Bestek.

3.10 Pekerjaan Lantai


3.10.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta
material bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.
Lingkup pekerjaan pemasangan lantai dibuat untuk semua bagian lantai ruangan,
teras, selasar depan dan keliling bangunan dengan pasangan keramik atau granit
homogenius, pekerjaan lantai terdiri dari :
1. Beton cor bawah lantai dibuat dari campuran beton mutu K-175 dengan
ketebalan minimal 5-7 cm atau sesuai dengan Gambar Bestek.
2. Lantai beton tumbuk atau beton rabat (Acian Halus) pada selasar sesuai
dengan gambar Bestek.
3. Lantai dipasang dari pasangan keramik uk 40 x 40 cm Sesuai dengan
gambar Bestek.
4. Lantai Granit Homogenius Tile 60 x 60 cm (Pada Lantai Mesjid dan
Musalla) Sesuai dengan ggambar Bestek.
5. Dinding Granit Homogenius Tile 60 x 60 cm (Pada Dinding Mesjid)
Sesuai dengan gambar Bestek.
6. Pekerjaan pelapisan dindingv meliputi pekerjaan plesteran dan
pemasangan keramik pada dinding keramik uk. 20 x 25 cm pada KM/WC.
7. Lantai KM/WC, bak air dan bak lainnya dipasang keramik uk. 20 x 20
cm serta tempat lain yang telah ditentukan dalam gambar.

37
3.10.2 Persyaratan Bahan
1. Mempunyai kwalitas baik, produksi dalam negeri dan memenuhi
standard SII. Warna akan disesuaikan berdasarkan petunjuk dari Direksi.
Ketebalan minimal 8 mm, dengan ukuran seperti yang tertera dalam
gambar bestek dan memenuhi standar berikut:
- PUBI:Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia - 1982 (NI-3)
- ANSI: American National Standard Institute.
- TCA : Tile Council of America, USA.
- TCA 137.1 - Recommended Standard Spesification for Ceramic Tile
2. Memenuhi standar mutu akan lebih memiliki ketahanan lebih kuat dan
tidak mudah pecah. Adapun syarat mutu keramik sebagai berikut :
- Hasil akhir setelah proses pembakaran harus sempurna, di
antaranya tidak boleh terlihat adanya badan melengkung, muncul
gelembung gelembung, retak-retak, glasir lepas, lubang-lubang pada
permukaan, noda-noda dari unsur glasir ataupun akibat lain, serta
permukaan depan tidak rata.
- Tekstur bagian belakang keramik berfungsi sebagai shear conector
(pengikat) antara ubin keramik sendiri dengan adukan semen-pasir
di bawahnya. Umumnya bagian belakang keramik bermotif seperti
pada gambar.
3. Spesifikasi dan ukuran keramik dan Granit Homogenius sesuai dengan
Gambar Bestek dan Bill of Quantity.
a. Keramik
- Keramik Ukuran : 20 x 20 Cm (Untuk Lantai KM/WC)
- Keramik Ukuran 20 x 25 Cm (Untuk Dinding KM/WC)
- Keramik Ukuran 40 x 40 Cm Polished (Untuk Ruangan)
- Keramik Ukuran 40 x 40 Cm Unpolished (Untuk Selasar, Teras
dan TrapTangga)
- Bahan dasar keramik pada umumnya terdiri dari kaolin, kuarsa
feldspar, dan tanah liat plastis dengan atau tanpa campuran bahan
lainnya seperti zat pewarna.

38
- Proses pembakarannya harus sempurna dengan panas 1.350 - 1.580
derajat Celsius.
- Ketebalan : Minimum 8 - 10 mm atau sesuai dalam gambar.
- Daya resap : 1 %
- Kekerasan : Minimum 6 skala Mohs
- Kekuatan tekan : Minimum 900 kb per Cm2
- Daya tahan lengkung : Minimum 350 kg/m2
- Mutu : Tingkat satu, Extruded Single Firing, tahan asam dan bas
- Chemical Resistance : Konsisten terhadap PVBB’70 NI-3 pasal
33D ayat 17-23
- Bahan pengisi : Grout semen berwarna /IGI grout Spesi 1 Pc : 3
Psr.Pasang, ditambah Perekat / Carofix 2.
- Warna : Disesuaikan berdasarkan petunjuk dari Direksi

3.11 Pekerjaan Lantai


3.11.1 Pelaksanaan
Kontraktor harus memastikan permukaan dinding bata dan permukaan
beton harus benar-benar kering sebelum dilakukan pekerjaan pengecatan. Pekerjaan
pengecatan dilakukan dengan cara manual oleh tukang ahli. Dinding dan
permukaan beton harus didempul atau diplamur terlebih dahulu sebelum dilakukan
pekerjaan cat dasar. Dinding yang telah diplamur harus digosok sampai rapi
dan rata permukaanya dengan kertas amplas.
Urutan pekerjaan cat adalah seperti berikut ini kecuali ditentukan lain
dalam Bill of Quantity atau Konsultan Supervisi :
- Cat Tembok Exterior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2
Kali Cat warna.
- Cat Tembok Interior : 1 Kali Plamur Tembok, 1 Kali Cat dasar, dan 2
Kali Cat warna.
- Cat Plafond Interior : 1 Kali Dempul Gypsum, dan 2 Kali Cat
warna
- Cat Minyak : 1 Kali Dempul, dan 2 Kali Cat warna.

39
3.12 Pekerjaan Instalasi Air Dan Sanitasi
3.12.1 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan Instalasi air adalan :
- Saluran air buangan (mandi + air hujan)
- Saluran air kotor (KM/WC)
- Saluran air bersih
- Septic tank

3.12.2 Bahan Dan Peralatan


Bahan yang diperlukan adalah :
Tabel 3.8. bahan yang diperlukan
NO. BAHAN JENIS SPECIFIKASI
1. Pipa pvc Kwalitas I Standard pabrik
2. Asoseries Sambungan Kwalitas I Standard pabrik
3. Floor drain Kwalitas I Standard pabrik
4. Kran air Kwalitas I Standard pabrik
5. Clean Out + Tutup Kwalitas I Standard pabrik
6. Closet Duduk Kwalitas I Standard pabrik
7. Wastafel + Cermin Kwalitas I Standard pabrik

3.13 Pekerjaan Aluminium Composite Panel


3.13.1 Lingkup Pekerjaan
- Bagian ini mencakup ketentuan/syarat-syarat (pembayaran, pengiriman,
penyimpanan, pemasangan) untuk pekerja, material, dan peralatan.
- Pengadaan dan pemasangan panel-panel alluminium pada selubung
luar bangunan, sesuai dengan gambar rencana.
- Pengadaan dan penempatan sealant pada nad penghubung antar
panel,pada hubungan panel dengan dinding/plafond allumiinium, pada
pertemuan panel dengan bidang-bidang lain yang akan terkena air
hujan, dan hubungan-hubungan panel lainnya, sesuai dengan gambar
rencana.

40
3.14 Pekerjaan Grc
3.14.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi semua pekerja, peralatan dan bahan-bahan yang digunakan dan
berhubungan untuk pekerjaan dengan menggunakan bahan GRC sesuai dengan
Gambar Bestek. Ornamen jendela, ventilasi dan ornamen-ornamen lainnya
dengan bahan GRC Kerawangan. sesuai dengan Gambar Bestek.

3.15 Pekerjaan Grc


3.15.1 Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan instalasi listrik meliputi pemasangan seluruh jaringan instalasi di
dalam bangunan, pemasukan arus yang bersumber dari instalasi PLN (Perusahaan
Listrik Negara) atau Genset, penyediaan bola lampu, kabel-kabel, pipa-pipa
PVC, tiang listrik, dan sebagainya sehingga listrik menyala. Jumlah titik lampu
dan stop kontak yang harus dipasang disesuaikan dengan jumlah yang tertera
dalam gambar. Titik Lampu dan Stop Kontak mengandung maksud tempat mata
lampu dan stop kontak yang telah dipasang kabel-kabel yang diperlukan sehingga
arus listrik sudah berfungsi pada titik tersebut.

3.16 Pekerjaan Sistem Penangkal Petir


3.16.1 Lingkup Pekerjaan
Meliputi sistem pengamanan ini terdiri dari 2 type, yaitu: Tipe
Konvensional dan Tipe non Konvensional. Pada umumnya pengamanan bangunan
gedung menggunakan tipe konvensional, hal tersebut disebabkn karena tipe
konvensional umur pemakaiannya cukup lama dan secara teknis cukup baik.
Sedangkan tipe non konvensional itu batasnya yaitu bila terjadi penyambaran 3
kali maka tabung.

41

Anda mungkin juga menyukai