Anda di halaman 1dari 2

“Siapa Yang Bertelinga Hendaklah Ia Mendengarkan” (Matius 13: 9).

Rendahnya kemampuan mendengar sebagian orang diperparah dengan tindakan ‘koersif’


pihak-pihak berotoritas. “Dengarkan saya!”, “Perhatikan saya ketika saya sedang
berbicara!”, “Jangan melamun!” adalah bentuk-bentuk seruan yang kerap ditemukan
dilingkungan sekitar kita.
Mendengarkan adalah sebuah tindakan aktif untuk merespons atau menerima bunyi
secara disengaja atau memperhatikan dengan baik apa yang dikatakan oleh orang lain. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata mendengarkan adalah sebuah kata kerja, sehingga
mendengarkan berarti sebuah tindakan yang melibatkan unsur kejiwaan yang berarti aktivitas
mental sudah muncul, hanya belum setinggi aktivitas menyimak. Perihal “mendengarkan”
ini merupakan sebuah tindakan yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua. Namun, menjadi
pertanyaan bagi kita, apakah kita sudah melakukan sebuah tindakan mendengarkan dengan
baik dan penuh perhatian?
Dalam kehidupan kita bersama baik di dalam komunitas maupun dimasyarakat, tak
dapat dipungkiri bahwa kita lebih mudah untuk berbicara daripada mendengarkan apa yang
dikatakan oleh orang lain. Terkadang kita menganggap bahwa mendengarkan itu adalah
sebuah perkerjaan yang membosankan sama halnya dengan menunggu sesuatu. Hampir
setiap orang memanfaatkan setiap momen atau kegiatan agar orang itu disposisikan sebagai
pembicara ataupun narasumber agar terlihat hebat dan keren. Padahal belum tentu apa yang ia
bicarakan itu bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Di sini kita dapat melihat
perbedaan yang besar antara pribadi yang tulus untuk berbagi dan pribadi yang hanya ingin
mencari muka hanya karena ia tidak mampu mendengarkan orang lain. Pribadi yang dengan
tulus untuk berbagi tentu apa pun yang ia dibagikan itu akan menjadi sumber pengetahuan
bagi orang lain atau dengan kata lain itu berguna atau bermanfaat bagi orang lain. Pribadi
seperti ini pun akan mampu mendengarkan orang lain dengan baik karena ia mempunyai
sikap ketulusan dan kerendahan hati.
Mendengarkan adalah juga sebuah tindakan yang memiliki banyak manfaat bagi siapa
pun yang melakukannya dengan tulus, baik dan penuh perhatian. Orang yang mendengarkan
dengan baik dan benar, ia akan tumbuh menjadi pribadi yang bijaksana dan kritis, karena ia
tidak akan terpengaruh dengan berita-berita bohong karena ia mempunyai sikap
mendengarkan dengan baik dan saksama. Dengan mendengarkan pula, seseorang akan
dibentuk menjadi pribadi yang mampu menghargai dan menghormati pendapat orang lain.
Mendengarkan adalah perahu yang menghantar kita pada dermaga keheningan
bersama Tuhan. Mendengarkan suara Tuhan membutuhkan hati yang mampu mendengarkan

1
secara utuh. Menguasai seni mendengarkan adalah salah satu undangan bagi kita semua
untuk bisa masuk dalam keheningan bersama Tuhan. Ini juga merupakan sebuah tantangan
yang besar bagi kita dalam dunia dewasa ini dengan hiruk pikuk kemajuan teknologi
informasi dan ilmu pengetahuan. Karena untuk mendengarkan Tuhan kita di undang untuk
masuk ke alam keheningan hati kita sendiri. Kita harus mampu menenangkan hati, pikiran
dan merangkul keheningan yang memungkinkan kita untuk benar-benar mengetahui bahwa
Dia adalah Tuhan yang mengundang kita untuk datang mendengarkan Dia berbicara kepada
Kita. Oleh sebab itu, kunci dari mendengarkan adalah keheningan kita. Contoh sederhananya
adalah kita tidak akan mendengarkan memahami pembicaraan orang lain dengan baik, jika
ketika orang lain berbicara kita pun ikut berbicara. Ketika orang lain berbicara kita pun harus
mampu menempatkan diri sebagai pendengar yang baik.
Mendengarkan adalah perahu yang membawa seseorang pada keheningan serta
menghantar seseorang pada kedalaman hati Tuhan sendiri untuk berjumpa dengan cinta kasih
Ilahi-Nya yang senantiasa membaharui hidup kita setiap hari. Untuk dapat mengenali dan
membedakan cara Tuhan berbicara tidaklah mudah karena itu, kita diundang untuk
mendengarkan di dalam keheningan hati kita. Karena di dalam keheningan hati kitalah, kita
dapat mendengarkan Tuhan secara total dan kita dapat mengetahui rencana dan kehendak-
Nya yang terjadi di dalam seluruh perjalanan hidup kita di dunia ini. Tuhan selalu
mempunyai rencana yang indah di dalam hidup kita dan Tuhan pun selalu bekerja dalam diri
kita dengan cara yang pada awalnya tidak dapat dikenali tetapi seiring waktu mengungkapkan
nilai yang tak ternilai.
Oleh sebab itu, seruan Yesus tentang “siapa yang bertelinga hendaklah ia
mendengarkan” (Mat 13:9) merupakan sebuah seruan yang mengajak kita semua untuk bisa
menjadi pribadi-pribadi yang mampu mendengarkan dengan baik. Seruan sederhana ini juga
ingin menyampaikan sesuatu yang tersirat yaitu ajakan dari Yesus untuk membuka hati,
membuka pikiran dan memfokuskan diri, pikiran sehingga dapat mendengarkan, memahami
dan mengerti rahasia kebenaran sabda Allah. Dari mendengarkan kita diajak untuk
mengimplementasikan apa yang sudah didengar di dalam hidup harian sehingga setiap orang
yang mendengarkan dapat mewujud nyatakan sabda Allah dapat bertumbuh dan berbuah
pada waktunya.

Anda mungkin juga menyukai