Anda di halaman 1dari 46

Karakter Afektif

I. Membangun Kesepahaman
Dalam menjalin hubungan yang harmonis, kesepahaman merupakan Langkah
pertama yang harus dilakukan.

kesepahaman

Sebuah Proses Kesepahaman Dapat


tidak netral diciptakan
melainkan
berpengaruh
“Kesepahaman merupakan syarat
awal terciptanya komunikasi,
pengruh, dan perubahan yang baik

- Sue Knight -
Kita mungkin sama sekali tidak menangkap maksud
orang lain karena kita terperangkap dalam pola pikir kita
01 sendiri dan mengabaikan potensi untuk menempatkan diri
dalam sudut pandang orang lain.

Guru efektif peka terhadap berbagai jenis pesan yang


disampaikan orang lain, mereka dapat membangun
02 kesepahaman untuk membina relasi kerja yang baik,
bahkan ketika perilaku orang lain menyulitkan.
Daniel Goleman:
Kemampuan memengaruhi orang lain untuk
memberi respons yang sesuai dengan keinginan
bersama disebut kompetensi emosional.
Kompetensi ini berangkat dari kecerdasan
emosional.

Kompetensi Emosional terdiri atas 2 fitur:


1. Empati  Membaca perasaan orang lain
2. Keterampilan sosial  Keterampilan
untuk menangani perasaan orang lain
dengan baik.
Mari membangun kesepahaman
Praktek
Buatlah
kelompok
berpasangan
(2 orang)
Tahap 1.
Menyamakan
Bahasa Tubuh
Kapan kita merasa dekat
dengan orang lain?
• Ketika orang tsb memahami yang kita
rasakan
• Ketika orang tsb berpikir seperti kita
• Ketika orang tsb menyukai yang kita
sukai
• Ketika orang tsb memiliki nilai-nilai
yang sama dengan kita
• Dan lain sebagainya…
• Jika kita merasakan kedekatan dengan
orang lain bahkan Ketika kita merasa
tidak memiliki kesamaan, besar
kemungkinan kita akan menciptakan
kesepahaman
• Untuk dapat menciptakan kesepahaman
jika bisa menempatkan diri kita di
posisi orang lain
• Menempatkan diri di posisi oranng lain
dapat dilakukan dengan menyamai
perilaku fisiknya.
Menyamai Bahasa tubuh bukan semata
hanya meniru gerakan orang lain
melainkan harus didasari oleh motivasi
untuk menciptakan pemahaman dan
kepercayaan.
Penyamaan Bahasa tubuh harus dilakukan
dengan penuh rasa hormat, secara hati-hati,
dan tidak kentara.
Ketika ingin membangun kesepahaman
dengan orang lain, cobalah menyamai
Bahasa tubuh berikut:
1.Postur (Cara duduk, cara berdiri)
2.Gestur dan Gerakan
3.Suara (Volume, Kecepatan Bicara, dan
Intonasi)
4.Bernapas (Ritme napas)
Tahap 2.
Menyamakan Pola
Bahasa
Bagaimana gaya berpikir Anda?
• Apakah berpikir dengan
gambar?
• Berpikir dengan suara?
• Memproses informasi dengan
perasaan?
• Suka berdialog sendiri dalam
pikiran?

Setiap orang memiliki keunikan


masing-masing dalam berpikir dan
belajar.
Ciri-ciri gaya berpikir/belajar

Orang Visual:
“Saya bisa membayangkan maksud Anda”,
“Saya senang kita memiliki pandangan yang sama”,
“Bagi saya ini kurang jelas. Saya perlu melihat rencana
ke depannya lebih dulu.”

Orang Auditori (suara):


“Saya pernah dengar itu”,
“Bisakah kita mendiskusikannya?”,
“Kedengarannya itu ide yang bagus”
Ciri-ciri gaya berpikir/belajar
Orang yang menggunakan perasaan langsung
(kinestetik):
“Saya sudah mempertimbangkannya dalam hati”,
“Saya kurang bisa memahaminya”
“Mari kita bahas tahap demi tahap”
Tahap 3. Mendampingi dan
Memimpin
• Hasil yang paling memuaskan dalam hubungan kerja manapun
adalah Ketika keputusan diambil melalui kesepakatan bersama.
• Untuk mencapai kesepakatan bersama, menyamai dan
mendampingi merupakan unsur yang penting.
• Keuntungan dari menyamai dan mendampingi:
- Anda akan memahami lebih baik cara berpikir dan emosi orang
lain karena Anda akan menyamai dan mendampingi pengalaman
mereka.
- Orang lain akan dapat menghargai bahwa Anda memahami posisi
mereka.
Contoh
Menyamai dan mendampingi orang yang sedang emosional. Anda dapat
menunjukkan bahwa Anda memahami pengalaman orang lain dan begitu
mereka mengapresiasi pemahaman Anda, Anda dapat mengarahkan
mereka agar lebih tenang. Jika ia melakukan gestur yang keras, dan
memelototkan mata, Anda dapat menyamainya. Satu hal yang tidak perlu
disamai adalah emosinya, tetapi Anda bisa menunjukkan empati terhadap
perasaannya. Setelah berhasil menjalin relasi emosional, Anda dapat
mengubah perilaku Anda dengan menurunkan volume suara,
menenangkan tubuh dan napas untuk menunjukkan kondisi lebih tenang.
Orang tsb akan cenderung mengikuti Anda.
“Guru Efektif mengetahui bahwa investasi
waktu dan upaya membangun
kesepahaman untuk mempuku katakter
Afektif akan memberikan hasil jangka
panjang yang memuaskan”
-Jacquie Turnbull-
Karakter Afektif
II. Pendengar yang Baik
Praktek 2
Buatlah
kelompok
berpasangan
(2 orang)
• Mendengarkan dengan tidak efektif
merupakan hambatan utama dalam
menjalin komunikasi yang efektif.
• Mendengarkan merupakan keterampilan
yang paling sulit dipelajari
• Aktivitas mendengarkan merupakan proses
aktif, bukan pasif.
• Unsur-unsur komunikasi yang efektif:
• 55% sikap, gerak tubuh, dan kontak mata
• 28% nada suara dan tinggi rendahnya
• 7% Isi
“Guru efektif tidak hanya menangkap kata-kata yang diungkapkan, tetapi
juga memerhatikan indikator nonverbal yang tidak terucapkan. Mereka
paham bahwa seperti halnya kesepahaman dapat memengaruhi hubungan
baik, mendengarkan dengan baik juga dapat meningkatkan kualitas
komunikasi.”
-Jacquie Turnbull-
Bagaimana ciri pendengar yang tidak
baik menurut Anda?

- Menyelesaikan kalimat orang lain


- Menyela omongan orang lian
- Balas mengeluh
- Mengisi jeda antar kalimat dengan cerita
kita sendiri
- Melirik jam tangan
- Menghela napas
- Mengerutkan dahi
- Mengetuk-ngetukkan jari
- Membaca sesuatu
- Pergi begitu saja
- Memberi nasihat, nasihat, dan nasihat
Mendengarkan Adalah Melihat
• Bahasa tubuh merupakan Bahasa pertama yang kita
pelajari
• Menjadi guru efektif dalam mendengarkan berarti
dapat menyinkronkan apa yang didengar dengan apa
yang dilihat. Artinya, kita harus memerhatikan jika
terdapat perbedaan dalam berbagai pesan yang kita
tangkap melalui beragam saluran komunikasi.
• Ketika Bahasa tubuh tidak sesuai dengan perkataan
seseorang, inilah yang disebut sebagai “inkongruensi”.
Mendengarkan Adalah Memasang
Telinga
• Dalam bercakap dengan orang lain yang
kita kenalbaik, kita biasanya bercakap-
cakap dalam Bahasa yang dipersingkat.
Kita merasa tidak perlu sepenuhnya
menjelaskan perkataan kita.
• Contoh:
“Hari libur. Ini belum selesai. Tidak ada
istirahat”
“Iya. Minggu depan masuk lagi. Tidak siap”
• Mendengarkan dengan baik juga berarti dapat mengerti hal yang
dikatakan. Namun, kita bisa terjebak dalam asumsi dan mengisi
“ruang kosong” itu dengan versi kita.
• Jika Anda benar-benar ingin membangun komunikasi yang baik,
akurasi pemahaman Anda harus di cek.
• Bertanya merupakan salah satu cara mengecek pemahaman kita
terhadap maksud orang lain bukan hanya mengandalkan
interpretasi sendiri.
• Mengajukan pertanyaan yang spesifik menunjukkan bahwa kita
mendengarkan dan bermanfaat dalam membangun kesepahaman.
Mendengarkan Adalah Merasakan
Merasakan dalam mendengarkan
adalah memosisikan diri dalam
berbagai perpsektif. Ada
beberapa pilihan letak dalam
memosisikan diri.
POSISI 1

Mendengarkan orang lain, tetapi memikirkannya dalam


posisi Anda sendiri. Anda menginterpretasikannya melalui
persepsi sendiri. Ada kalanya kita berada di posisi ini,
contohnya Ketika Anda harus mempertahankan sebuah
prinsip penting. Namun jika terlalu kaku, kita dapat terjebak
menjadi dogmatis atau berwawasan sempit
Posisi 2

Kita memahami orang lain dari sudut pandang mereka.


Kita menyamai Bahasa tubuh, menangkap petunjuk
tentang proses berpikir mereka dari susunan kata-kata
yng mereka gunakan, dan mengenali keyakinan dan nilai-
nilai yang mendasari perkataan mereka. Dengan cara ini
kita dapat memahami motivasi seseorang dalam
melakukan Tindakan.
Posisi 3
Posisi ini mengharuskan kita melangkah mundur dan melihat
berbagai hal dari sudut pandang seorang pengamat yang tidak terlibat
dalam percakapan. Dalam posisi ini, kita mampu merefleksikan
hubungan kita dengan orang lain seolah-olah kita berada di luar
hubungan tersebut. Posisi ini meungkinkan kita untuk mengambil
keputusan yang objektif.
Kemampuan mendengarkan dalam kegiatan belajar
mengajar itu penting. Berdasarkan riset, didapat bahwa
mendengarkan, selain penting dalam interaksi sosial seorang
guru, juga sangat menentukan pembelajaran seorang anak.

Guru efektif memahami bahwa waktu yang mereka curahkan


untuk mendengar sepenuh hati dengan seluruh indera
mereka, menjadi investasi yang bagus dalam membina
hubungan.

Ketika guru dapat mendengarkan dengan baik. Ia dapat


menjadi teladan bagi siswa dalam mengembangkan
keterampilan mendengar.
Karakter Afektif
III. Memberikan Pengaruh
Sikap Asertif
Praktek
3
Apakah sikap Asertif itu?
• Terbuka, fleksibel, dan dengan tulus
memerhatikan hak orang lain
• Di saat yang sama juga mampu
mempertahaknkan hak Anda sendiri
• Membela hak sendiri tanpa
melanggar hak orang lain
• Menyatakan kebutuhan, keinginan,
pendapat, perasaan, dan keyakinan
Anda secara langsung, jujur, dan
pantas.
Hal penting dalam
memberikan pengaruh
Karakter kunci AC memberikan pengaruh

 - Keyakinan dan nilai


 - Ketajaman indera
 - Mengelola “keadaan”
 - Kesadaran tubuh
 - Mendapatkan informasi
 - Fleksibilitas
 - Kepercayaan diri yang baik
Menghadapi Kritik
Menerima Kritik
Tahap 1. Dengarkan secara saksama apa yang dikatakan

Tahap 2. Hindari respons emosional

Tahap 3. Pastikan Anda paham. Jika tidak, minta informasi tambahan

Tahap 4. Nilailah kebenaran kritik itu

Tahap 5. Tanggapi secara asertif

Tahap 6. Renungkan pelajaran yang Anda peroleh dari kritik tersebut


Kesimpulan

1. Guru efektif dalam memberikan pengaruh, membuat mereka dapat


berinteraksi dengan orang lain secara terbuka dan fleksibel, sambil tetap
memperlihatkan ketulusan terhadap orang lain.
2. Di saat yang sama guru efektif dapat mengungkapkan pandangan mereka
sendiri melalui sikap yang tidak merendahkan pandangan orang lain.
3. Guru efektif memahami bahwa terkadang orang dapat berperilaku
manipulatif, dominan atau sarkastis. Oleh karena itu, Ia telah menyiapkan
diri untuk mempertanyakan orang lain secara asertif Ketika perilaku itu
terjadi, dan dapat menahan diri untuk tidak berperilaku demikian.
THANK YOU…

Anda mungkin juga menyukai