Nim : 214110101213
Kerangka Tulisan
Tema : Akhlak
PENDAHULUAN
Berbicara memang tidak gampang. Tapi belajar diam juga tidak mudah. Bahkan jauh
lebih sulit. Lisan merupakan media penyampai. Media penyampai apa yang ada di dalam hati
dan pikiran seseorang. Hal ini dapat terlihat dari kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan
dimana jika hati seseorang sedang senang dan bahagia pastinya hal-hal baik akan terucap dari
lisannya. Dari hal baik itu bisa berupa ucapan dan perbuatan. Dari sinilah akan tercipta perkataan
baik serta perbuatan baik pula. Namun jika hati seseorang dalam keadaan marah atau emosi
maka banyak kata kata yang kurang baik keluar dari mulutnya baik itu celaan, maikian, hinaan,
bahkan umpatan pada diri atau orang lain. Oleh karena itu lisan sangatlah penting untuk dijaga
karena jika disalahgunakan efeknya akan lebih mengerikan dari pada pedang. Hal utama untuk
tetap menjaga lisan berkata baik yaitu dengan tetap diam.
Dalam realitas orang yang pendiam cenderung dipahami kampungan, bodoh, bahkan
tidak berpendidikan. Namun sebaliknya orang yang mengumbar kata seringkali dianggap
modern, cerdas dan berwawasan luas. Hal ini memang sudah menjadi hal biasa di zaman
sekarang ini. Orang akan merasa pandai jika banyak bicara dan pandai bersilat lidah. Manfaat
dan mudorat tidak dipertimbangkan. Bahkan berbicara sembrono dan asal bunyi tanpa dasar
sudah menjadi kebiasaan. Hal penting disepelekan hal sepele dipentingkan. Ini hal yang lumrah
terjadi di zaman sekarang ini. Sehingga banyak orang tidak tau arti menjaga perasaan orang lain
karena terlalu menggampangkan hal hal yang terlihat kecil.
Lisan yang baik akan mengeluarkan perkataan yang baik. Kata-kata yang terangkum
dalam sebuah bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain akan menunjukkan bagaimana
kondisi hati dan pikiran seseorang, maka disebut juga bahwa lisan adalah cermin dari bagaimana
kepribadian dan akhlak seseorang. Oleh karenanya kualitas berbicara seseorang sangat
bergantung kepada tiga hal yaitu memori atau ingatan, bagaimana ia belajar, dan apa yang ia
pelajari. Apabila lisan akan mengeluarkan perkataan yang kurang baik, seharusnya berfikir
terlebih dahulu sebelum diucapkan. Berfikir apa dampaknya untuk diri sendiri atau orang yang
akan mendengarkan ucapan kita. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban al-Busti berkata dalam kitabnya,
Raudhah Al-„Uqala, hal. 45, “Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada
bicara, karena betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal
karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat musibah adalah orang yang
lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau jalan.”
Penelitan terdahulu
Metode
Pembahasan
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
(HR Bukhari)
Hadist ini adalah nasihat Rasullulah kepada umatnya agar selalu memperhatiakan ucapan,
lisannya ketika berbicara. Hendaknya melontarkan perkataan yang baik saja, bukan perkataan
yang dapat menyakiti perasaan seseorang. Ucapan yang baik adalah ucapan yang mendatangkan
manfaat bagi orang lain. Ucapan ini tidak memuat dusta dan tidak pula menyinggung perasaan.
Seseorang hendaknya merangkai kalimat dengan pilihan kata yang bijak dan sederhana.
Sehingga, kalimat yang keluar dari mulutnya mampu menyenangkan hati yang mendengarnya.
Memang tidak semua orang bisa berbuat seperti itu. Oleh karena itu, Rasulullah mengingatkan
umatnya untuk diam jika ia merasa tidak mampu melakukannya.
Berkata baik atau diam di dalam Al Qur‟an
Di zaman modern saat ini, ketajaman lisan mewujud dalam aktivitas media sosial. Untuk
itu sebagai umat islam menggunakan media sosial dengan bijak. Jika membuat tulisan di media
sosial sebaiknya tidak menyinggu perasaan orang lain.
Allah SWT berfirman: "Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia mereka,
kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau berbuat
kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena mencari
keridhaan Allah, maka kami akan memberinya pahala yang besar." (Q.S. an-Nisaa'[4]: 114).
Allah memperingatkan bahwa terdapat malaikat yang mencatat ucapan manusia yang
tertuang dalam firman Allah Ta‟ala.
“Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang
selalu siap (mencatat)”.(QS. Qaaf[50:18])
Keutamaan berkata baik atau diam
Mampu menyempurnakan keimanan seseorang kepada Allah SWT dan hari akhir.
Bagaimanakah perkataan baik
Ucapan yang baik adalah ucapan yang mendatangkan manfaat bagi orang lain. Ucapan ini tidak
memuat dusta dan tidak menyinggung perasaan. Seorang hendaknya merangkai kalimatnya
sehingga kalimatnya mampu menyenangkan hati orang lain tidak menyinggungnya.
Hikmah berkata baik
Menjaga lisan selalu mengatakan kebaikan, bisa membuat hati kita tenang karena merasa bahwa
Allah meridhoi apa yang kita lakukan. Tentunya hal tersebut benar, karena Allah SWT
menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan dan meninggalkan keburukan yang tidak
bermanfaat baginya.
Hubungan berkata baik atau diam dengan kesehatan diri
Dengan berkata baik membuat hati menjadi tenang bahwa merasa Allah selalu meridhoi apa
yang kita lakukan. Begitupun jika sebaliknya jika berkata buruk akan membuat hati tidak tenang
seperti ada beban dalam diri bahwa kita menyakiti hati orang lain. Hal ini sangat berhubungan
dengan kesehatan diri baik untuk diri sendiri maupun kesehatan diri orang lain. Hubungannya
yaitu ketika mendapatkan hinaan pastinya akan menggangu secara fisik maupun psikis diri kita
yang mendapat hinaan. Untuk itu mari sama sama untuk selalu berkata baik pada diri sendiri
maupun pada orang lain. Jika tidak bisa berkata baik maka diamlah namun lebih baik berkata
untuk mengubah perilaku seseorang dari pada diam tanpa merubah perilau seseorang.
Penutup
Referensi
(Dewi, 2022) https://alrasikh.uii.ac.id/2020/09/17/berkata-yang-baik-atau-diam/