Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para pemikir telah
mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai pedoman hidup bermasyarakat.
Para pemikir itu telah mengidentifikasi sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great
ideas). Seluruh gagasan atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang
merupakan landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan, dan kebenaran.
1) Prinsip Keindahan
Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang terhadap
keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai keindahan dan ingin
menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya. Misalnya dalam berpakaian, penataan
ruang, dan sebagainya sehingga membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.
2) Prinsip Persamaan
Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan perempuan,
persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya. Prinsip ini melandasi
perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.
3) Prinsip Kebaikan
Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan dengan nilai-nilai
kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang, membantu orang lain, dan
sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin berbuat baik, karena dengan berbuat baik
dia akan dapat diterima oleh lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan
yang diberikan kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi
masyarakat.
4) Prinsip Keadilan
kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang untuk bertindak
adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang menjadi hak orang lain.
5) Prinsip Kebebasan
sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap manusia
mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya sendiri sepanjang tidak
merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh karena itu, setiap kebebasan harus
diikuti dengan tanggung jawab sehingga manusia tidak melakukan tindakan yang semena-
mena kepada orang lain. Untuk itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya tersebut.
kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
6) Prinsip Kebenaran
Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil
pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan ditunjukkan agar
kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat. Tidak setiap kebenaran dapat
diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum dapat dibuktikan.
Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam pengembangan
nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu, individu dengan masyarakat,
dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang disusun sebagai aturan hukum yang akan
mengatur kehidupan manusia, masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai
harus benar-benar dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
CARA BERBICARA
Yang harus anda perhatikan ketika berbicara adalah konsentrasikan diri anda sepenuhnya
kepada lawan bicara. jangan melihat ke arah lain sehingga membuat lawan bicara
tersinggung. Menatap lawan bicara sungguh-sungguh (bukan mendelik/melirik) termasuk
etika berbicara yang baik. Obyek anda adalah lawan bicara bukan yang lain.
jangan tinggalkan etika ketika anda sedang berkomunikasi dengan orang lain. Kita sendiri
juga pasti tersinggung jika ada orang lain mengajak bicara tiba-tiba memutar hidungnya ke
tempat lain. Mau menanggapi bicaranya saja sebenarnya sudah harus disyukuri, jangan malah
berpindah hati.
Bicara itu bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan seluruh tubuh kita kecuali
kalau kita berbicara melalui telepon. Ketika berbicara usahakan seluruh gerak tubuh kita
mengarah ke lawan bicara sehingga kita tahu bagaimana reaksi lawan bicara ketika membalas
apa yang kita ucapkan. Kalau pandangan kita beralih ke tempat lain, kita tahu apakah lawan
bicara tulus dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan bicara bilang setuju tetapi mimik
wajahnya dan kita tahu karena pandangan kita tidak tertuju kepadanya.
Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental kita sepenuhnya. Karena
yang kita hadapi adalah manusia yang mempunyai perasaan, bisa senang dan susah, bisa
tersinggung dan marah-marah. Oleh sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus
menampakan wajah yang bersahabat dan sungguh-sungguh.
Karena kondisi tertentu seringkali kita tidak dapat mengontrol suara kita, sehingga menjadi
terlalu cepat. Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali dengan bertanya balik. Atau
karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan intonasi suara sehingga di
telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular. Kedua-duanya bukan cara yang efektif
dalam berbicara.
Berbicara dengan pelan tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak perlu terlalu
lemah. Yang perlu kita perhatikan pula adalah tingkat emosional kita. Bicaralah ketika emosi
kita sedang tidak konsentrasi. misalnya kalau kita sedang marah atau sedih, usahakan agar
kemarahan atau kesedihan tersebut tidak terlihat oleh lawan bicara.
Percuma saja kita berbicara terburu-buru sampai nafas kita tersengal-sengal, lawan bicara
susah mengerti. Atau terlalu lembut seperti orang yang sedang dirundung derita
berkepanjangan, sehingga hanya terdengar seperti rintihan yang menyayat hati. Oleh karena
itu hindarilah berbicara terburu-buru atau terlalu pelan. Sebab dalam kondisi berbicara seperti
itu, sulit untuk meninta respon yang obyektif dari lawan bicara.
Di samping tidak efektif, pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga lawan bicara
kadang-kadang menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara. Maunya ingin cepat-cepat
selesai tetapi malah menimbulkan persoalan baru yang tidak selesai-selesai. Tentunya ini
akan merugikan diri kita sendiri.
Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih dahulu. Jangan sampai di tengah
kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu apa yang akan kita bicarakan. Dan tentunya
tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar, apalagi yang meninggung hati lawan bicara.
Kita harus mengetahui mana subyek, mana predikat, obyek dan keterangan dalam sebuah
kalimat. Kita harus tahu pula bagaimana menempatkan perangkat kalimat pada tempat yang
benar. jangan sampai kita bingung dengan kalimat yang kita ucapkan sendiri. Umpamanya
dengan membolak-balik kedudukan subyek, predikat dan obyek sehingga menjadi kalimat
yang tidak beraturan.
Kesan tersebut akan semakin membekas ketika kita sedang berbicara. Dari pembicaraan itu
orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai kantor atau bukan. Gaya bicara,
intonasi yang dipakai, dan tata bahasa, jelas berpengaruh besar di telinga pendengar.
Sebagai pegawai kantor, sebaiknya kita berbicara dengan kalimat yang jelas dan intonasi
yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah. Tunjukan kesan
bahwa kita bisa mengontrol intonasi dengan baik.
Pakailah nada suara yang datar-datar saja, sehingga setiap orang dapat mendengarnya dengan
baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak semua pendengarnya dapat mendengar dengan
baik. Apalagi jika kita ditunjuk sebagai pembicara, nada suara harus benar-benar dijaga.
Sebab, pendengar dalam sebuah forum baik ceramah maupun diskusi cenderung beragam.
Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak mungkin sanggup berteriak
selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita bicarakan sebaiknya dapat kita nikmati jangan
malah menjadi beban.
Disamping itu, kurang beretika rasanya kalau kita berbicara dengan nada suara yang tinggi.
Kecuali jika kita sedang membakar semangat para anak-anak muda untuk terjun ke medan
perang. Dalam situasi yang biasa, aman dan tidak darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak
terlalu tinggi.
Kita harus pandai menyesuaikan diri dengan kondisi dan latar belakang lawan bicara yang
kita hadapi. Jangan terjebak oleh keinginan untuk menjaga image atau gengsi sehingga
mengorbankan lawan bicara.
Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak penting anggapan orang lain
terhadap diri kita, yang penting adalah orang lain mengerti terhadap apa yang sedang kita
bicarakan. Biarkan orang lain menganggap diri kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu
hak mereka.
Sering kita mendengar ada orang berbicara dengan menggunakan bahasa yang tinggi. Padahal
pendengarnya hanya para pedagang yang tidak sempat mengikuti perkembangan jaman.
Memang ia berhasil membangun kesan di tengah audiennya bahwa ia pembicara yang pandai,
Tetapi ketika ditanyakan kepada mereka apakah mereka mengerti, mereka malah bingung.
Kita semua pasti punya pengalaman yang sama ketika mengikuti khotbah Jum'at. Ada khatib
yang selama khotbahnya menggunakan bahasa Arab di tengah jamaah yang seluruhnya orang
Indonesia. yakinkah anda bahwa jamaah mengerti isi khotbah tersebut?
Tipsnya sebelum mengajak bicara, ketahuilah dulu siapa lawan bicaranya. Kalau memang
lawan bicara lebih mudah mengerti dengan bahasa daerah, maka kita harus menyesuaikan
diri.
Dari bahasa di atas semakin mengertilah kita bahwa ternyata berbicara itu tidak semudah
yang kita bayangkan. Tetapi penulis juga tidak sedang mengarahkan pada satu kesimpulan
bahwa berbicara itu sukar. Singkatnya, sebagai pegawai kantor kita harus tetap menjaga
dengan baik etika kita dalam berbicara
ETIKA MAKAN
1. Cuci tangansebelum makan dan sesudah makan. Meskipun menggunakan peralatan makan, tangan harus tetap bersih.
2. Makan dalam posisi duduk –tidak sambil jalan-jalan atau berlarian. Hindari pula mebiarkan anak bermain saat
makan, bermain dengan makanannya atau menyambi makan dengan aktivitas lain seperti menonton televisi. Anak
tidak dapat konsentrasi terhadap makanannya, alhasil ia cenderung tidak menghabiskan makanan. Duduk dengan
posisi tegak lurus, bukan membungkuk atau kaki selonjoran. Saat duduk di kursi makannya, pastikan kursi si kecil
tidak terlalu rendah dari meja makan, sehingga tidak mengganggu aktivitas makan. Bila perlu gunakan high chair.
Posisi lengan boleh ditumpu di atas meja, namun jangan biarkan siku ikut ‘duduk’ di meja makan.
3. Berdoa sebelum dan sesudah makan. Anak perlu memahami bahwa makanan yang ada di depannya adalah rejeki dari
Tuhan. Maka ia sepatutnya menghabiskan makanan yang ia ambil.
4. Tepat dan benar menggunakan peralatan makan. Sendok dan garpu digunakan sebagaimana fungsinya. Begitu
juga bila memakai sumpit dan pisau –sediakan yang khusus untuk anak-anak dan ajarkan penggunaannya dengan
benar. Gunakan serbet bila ingin membersihkan mulut. Serbet hanya diperlakukan untuk mengelap mulut, bukan
hidung atau tangan.
5. Mulailah makan bila semua masakan sudah terhidang di meja makan. Kenalkan juga aturan bahwa orang yang
lebih tua dipersilahkan terlebih dahulu untuk mengambil makanan.
6. Makan dengan mulut tertutup dan tidak mengisi penuh mulutnya. Ia bisa tersedak atau malah tidak berselera
makan. Makan dengan perlahan, tidak perlu terburu-buru. Makan terburu-buru bisa membuat anak tersedak, selain
terlihat tidak sopan karena seperti anak yang sangat kelaparan. Perbolehkan ia menyuap usai makanan yang ada di
dalam mulutnya habis.
7. Ucapkan kata “terima kasih” setiap si kecil diberi atau diambilkan makanan oleh orang lain, kata “tolong” saat ia
meminta diambilkan sesuatu, kata “maaf” bila ia tidak sengaja menjatuhkan atau menumpahkan makanan. Alangkah
lebih baik jika si kecil mengucapkan “terima kasih” kepada orang yang sudah memasak makanan untuknya.
8. Hindari berkomentar negatif tentang makanan yang sudah dihidangkan, seperti, “Makanannya tidak enak. Aku
tidak suka!” Lebih baik bila anak diajarkan untuk bilang, “Apakah ada makanan yang lain, bunda? Aku tidak terlalu
suka. “
9. Ambil makanan sesuai dengan porsinya. Katakan padanya bahwa ia boleh tambah makanan jika ia merasa kurang.
Ajarkan juga bertanggung jawab terhadap makanan yang sudah diambilnya. Jika ingin mengambil makanan, hindari
bila tangan harus melewati piring orang lain, apalagi sampai tubuh si kecil ada di atas piring orang tersebut. Ajarkan
ia untuk meminta tolong diambilkan oleh orang lain saja.
10. Tutup mulut dan katakan “maaf” bila bersendawa. Hindari melarang si kecil untuk bersendawa karena ia bisa
muntah. Makan dengan rapi. Hati-hati dan lakukan secara perlahan ketika mengambil atau mengaduk makanan.
Jangan sampai makanan tercecer di atas meja.
Makan dengan tangan. Anggapan bahwa makan dengan tangan adalah kurang sopan tidak sepenuhnya benar. Ada
manfaat yang bisa diperoleh anak, yaitu melatih kemampuan motorik halusnya dan belajar mengenal tekstur makanan.
Lagipula, tidak semua makanan harus di makan dengan sendok, garpu atau sumpit –misalnya makan roti, hamburger,
kentang goreng atau ayam goreng. Dan lagi, dalam budaya Indonesia, makan dengan tangan bukanlah hal tabu –
bahkan merupakan hal baik dan kebiasaan yang dipujikan. Dari segi etika makan, selama posisi tubuh saat makan
benar, perilaku makan sopan dan makan tidak berantakan, sah-sah saja. (me)
ETIKA DUDUK,BERDIRI,BERJALAN
3. Posisi lutut mempunyai peranan penting juga. Untuk itu tekuklah lutut hingga sejajar dengan
pinggul. Usahakan untuk tidak menyilangkan kaki.
4. Tangan dibuat senyaman mungkin di atas meja, namun jangan lupa untuk mengistirahatkan
lengan dan siku Anda. Jika diperlukan, Anda dapat menggunakan sandaran tangan untuk
membantu mengurangi beban pada bahu dan leher Anda agar tidak mudah lelah.
5. Jangan sekali-sekali duduk bersilang kaki, atau menyodorkan telapak kaki jauh kedepan,
ketika menghadap ke orang lain. Apalagi meletakan kaki diatas meja
6. Tidak duduk dimeja
7. .Tidak menyenderkan tangan diatas kursi
8. Jika wanita tutup lutut, kaki diserongkan
9. Memberikan tempat duduk bagi mereka yang tidak kebagian
10. Tidak duduk sebelum wanita, orang yang dihormati, orang tua duduk terlebih
dahulu
2. Etika berdiri
Perlukah sikap berdiri diatur, agar memenuhi norma-norma sopan santun? Bangsa
Indonesia khususnya dan bangsa-bangsa timur yang lain pada umumnya. Sikap berdiri dinilai
juga dari segi kesopanan.Lain halnya dengan bangsa-bangsa barat pada umumnya, mereka
kurang mempunyai pandangan yang khusus pada soal itu.Demikian pula karena etika
mencakup segala kegiatan dan tingkah laku manusia.Maka sikap berdiri sudah barang tentu
harus mempunyai ketentuan-ketentuan juga.
Ada kalanya sikap berdiri yang dapat dianggap rasa kesopanan, tetapi ada pula kalanya
sikap tersebut tidak sopan. Pada uraia-uraian selanljutnya akan diterangkan tentang sikap
berdiri[4].
1. Berdiri di muka umum
Apa yang dimaksud berdiri di muka umum ialah apabila yang melakukannya tengah
menyanyi atau berpidato. Sikap untuk inipun sebaiknya dilakukan dengan sopan pula. Dalam
soal apa dan untuk keperluan apa kita berdiri untuk berpidato, perlu memperhatikan beberapa
ketentuan.
Berpidato dalam upacara-upacara perkawinan, kematian dan lain sebagainya sudah
barang tentu berbeda dengan pidato, rapat-rapat umum atau rapat politik dan lain sejenisnya.
Perbedaan yang dimaksud disini adalah perbedaan tentang sikap beridirinya. Pada upacara-
upacara yang mengharuskan kita berlaku kidmat, kita akan nampak lebih berwibawa dan
meresapkan suasana, apabila kita berdiri tegak dengan kaki merapat dan tanpa menggunakan
gerak tangan atau gerakan-gerakan lainnya. Dalam hal demikian sebaiknya kedua tangan
disilangkan ke muka. Sedang untuk berdiri dalam suasana yang lain, akan siap-siap itu harus
berlainan pula.
2. Berdiri untuk antri
Orang berdiri untuk antri harus berhati-hati dalam menempatkan dirinya. Sedikit saja
membuat kesalahan, niscaya akan menerima umpatan dari pihak lain. Dalam keadaan
demikian, setiap orang harus dapat menguasai kesabaran masing-masing.Sebaiknya berdirilah
berjajar urut ke belakang dengan baik, tenang dan sabar.Jangan resah, maksudnya berulang-
ulang melonggok-longgok ke muka atau menoleh ke belakang.Jangan pula berdesak-desakan
atau rebut-rebutan atau main serobot.Tunggulah hingga giliran anda tiba, dan jangan coba-
coba untuk saling mendahuluinya. Setiap orang harus datang dan berdiri menurut kesempatan
bagi dirinya, yang kami maksudkan di sini ialah apabila ia datang kemudian, harus berdiri di
belakang. Setiap usaha untuk menyelendup atau masuk menyelinap menyusup ke tengah-
tengah deretan merupakan suatu perbuatan yang melanggar peraturan.Baik melanggar tata
tertib, melanggar haknya orang banyak, atau pula melanggar kesopanan[5].
Berikut adalah cara-cara berdiri yang baik dan benar:
1. Tidak berdiri sambil tolak pinggang
2. Tidak membusungkan dada
3. Tidak mengadahkan wajah
4. Tidak menghalangi orang jalan
5. Tidak berdiri ditengah jalan
6. Tidak berdiri didepan pintu
7. Kaki tidak terlalu lebar
3. Etika berjalan
Banyak orang menganggap, bahwa soal berjalan adalah remeh. Tetapi apabila kita
perhatikan benar-benar, ternyata masih banyak di antara bangsa kita yang belum memahami
benar tentang bagaimana sikap yang sebaik-baiknya kita harus berjalan. Yang dimaksud
berjalan disini ialah berjalan di jalan umum, di mana selain kita sendiri, banyak pula orang
lain yang berjalan di situ.
Tiap-tiap bangsa mempunyai gaya sendiri-sendiri. Misalnya orang Amerika dan Eropa,
pada umumnya selalu bergegas-gegas, seolah-olah ada sesuatu yang mereka kejar.Kebiasaan
ini terpengaruh oleh kehidupan mereka yang segala sesuatunya serba otomat, dengan
demikian maka tindakan-tindakannya pun serba cepat pula.Memang harus diakui bahwa
keadaan dapat mempengaruhi kebiasaan. Di negara-negara Arab datarannya kebanyakan
terdiri dari padang pasir yang luas, sehingga untuk mengarunginya dari suatu tempat ke
tempat yang lain memerlukan kesabaran dan ketabahan yang luar biasa.
Kebanyakan bangsa Arab berjalan lambat-lambat asal sampai di tempat tujuan dan
selamat.Dari kedua keadaan yang diuraikan di atas, dapat diperoleh perbedaan yang
menyolok.Yang satu ingin cepat, sedang lainnya terbiasa dengan lambat-lambat.Sedangkan
keadaan di negara kita, khususnya di pulau Jawa boleh dikatakan berada di tengah-
tengah.Maka keadaan ini pun mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari. Sehingga gaya kita
berjalanpun menjadi sedang, tidak cepat dan tidak pula lambat.
Bangsa kita sudah banyak dikenal oleh bangsa-bangsa lain sebagai bangsa yang halus,
ramah-tamah dan memiliki sopan-santun yang tinggi.Memang, bagi bangsa kita, sopan-
santun ini masih membudaya dalam kehidupan masyarakatnya.Sopan-santun masih tumbuh
dengan subur dan dipelihara baik-baik, sehingga pada soal-soal yang kecil-kecil sekalipun
tidak lepas dari penilaian kesopanan.Demikian pula martabat seseorang berkaitan erat dengan
adabnya.Jelasnya, orang baru dapat baik, apabila penilaian terhadap segi adab dan
kesopanannya telah sempurna.[6]
ETIKA PERGAULAN
Kata etika pergaulan yaitu berasal dari bahasa Perancis yang artinya pedoman/aturan-aturan tentang sopan
santun/tatakrama, yang sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik
norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.
Etika juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur kepribadian seseorang. Etika dapat dibentuk melalui berbagai cara,
antara lain dengan pergaulan, pendidikan, lingkungan dan kebiasaan.
Yang harus diperhatikan dalam etika pergaulan baik dengan orang sebaya, dibawah maupun yang diatas kita baik disisi
sosial maupun usia adalah prinsip saling menghormati. Dengan etika yang baik dapat dipastikan bahwa seseorang
akan dapat diterima dengan baik dalam pergaulan sehari-hari
2. Agar tingkah laku kita diterima dan disenangi oleh siapa saja yang bergaul dengan kita.
3. Tata krama dan tingkah laku sehari-hari merupakan cermin pribadi kita sendiri
Hal mendasar dalam etika pergaulan adalah :
2. Dapat membedakan bagaimana sikap kita terhadap orang yang lebih tua, sebaya, dan yang lebih muda. Misalnya :
1. Di Sekolah
Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan seluruh personal (Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Administrasi/TU,
Pesuruh Sekolah, Teman dan lain sebagainya.
2. Di Masyarakat
Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota masyarakat. Misal di Toko dengan pelayan Toko, di Kantor
Pos dengan karyawannya, dan sebagainya.
3. Di Rumah
Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota keluarga, baik orang tua maupun saudara.
1. Dalam berbicara
Etika yang baik dalam berbicara yaitu:
2. Dalam berkenalan
etika yang baik dalam berkenalan yaitu :
4. Perkenalkan pria pada wanita, yang muda kepada yang tua atau yang memiliki jabatan.
3. Dalam menelpon
etika yang baik dalam menelpon yaitu :
10. Pada akhir pembicaraan ucapkan salam penutup sebagai ucapan terima kasih
1. Bila berjumpa dengan segerombolan kenalan atau teman-teman, hendaknya kita terlebih dahulu menegur atau memberi
hormat kepada perempuan tertua dari rombongan itu. Sesudah itu baru pada yang lain,
2. Ketika menegur atau memberi hormat, jangan menyimpan tangan di saku atau meletakkanya di bagian pinggang, karena
akan memberi kesan sombong dan tidak sopan dalam pandangan orang terpelajar.
5. Dalam bertamu
etika yang baik dalam bertamu yaitu :
1. Beritahu lebih dahulu untuk mendapat kepastian apakah tuan rumah ada di tempat dan bersedia dikunjungi.
2. Tepat waktu untuk memberikan kesan yang baik pada tuan rumah dan menghargai waktu tuan rumah
3. Masuk, bila sudah dipersilahkan. Bila pintu tidak terkunci, jangan sembarangan masuk. Bila pintu terkunci ketuklah atau
4. Ucapkan salam. Sebagai penghormatan kepada tuan rumah dan tanda bahwa anda telah datang. Demikian juga pada saat
hendak pamit.
5. Ingat waktu. Walaupun tuan rumah sangat ramah dan kelihatannya senang atas kunjungan anda.
6. Jangan memegang barang. Sebelum mendapatkan ijin dari tuan rumah pujilah tentang barangnya.
8. Jaga sikap dan omongan. Jangan sekali-kali mengkritik interior rumahnya, seberantakan apapun.
9. Situasi rumah. Bila situasi rumah sedang kurang enak atau membutuhkan perhatian tuan rumah, sebaiknya segera pamit.
10. Jika ada tamu lain. Perkenalkan diri anda pada tamu yang datang lebih dahulu.
6. Dalam berpakaian
Dalam etika pergaulan penampilan seseorang dapat memberikan kesan yang baik atau sebaliknya. Penampilan yang
menarik dan memikat merupakan modal untuk dapat meraih sukses dalam pergaulan. Penampilan yang menarik dan
memikat dapat diperoleh dangan cara :
3. Warna kulit terang akan lebih menarik mempergunakan busana yang berwarna gelap
4. Bagi wanita, perpaduan motif dan warna busana baik kebaya/ blus, kain panjang/ rok dan selendang/pasmina disesuaikan.
5. Bagi pria, warna kemeja diusahakan serasi dengan warna jas dan dasi. Kemeja motif kotak-kotak tidak disarankan dipadu
dengan jas pada acara resmi. Pemakaian dasi disesuaikan dengan warna kemeja daripada warna jasnya.
6. Pada setelan jas maupun kemeja berdasi disarankan tidak menyelipkan pin atau benda lain yang membuat saku
6. Pada pemakaian dasi pangkalnya harus berakhir pada gesper ikat pinggang yang dipakai. Dasi kupu-kupu hanya untuk
6. Untuk acara resmi pakai sepatu warna hitam dan kaos kaki disesuaikan dengan warna jas atau warna hitam. Hindari
1. Disukai banyak orang, dihargai dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan dalam pergaulan.
3. Biasanya adalah orang yang suka melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan, suka menolong dan memberi perhatian
4. Yang sanggup mengasihi orang lain, walaupun orang itu telah menyakiti hatinya, dan mau mengampuni kesalahan orang
lain.
5. Tidak pernah lari dari tanggung jawab dan konsekuen dalam bertindak.
3. Kesopanan
Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua dan juga guru dimanapaun dan
kapanpun.
4. Kesederhanaan
Bersikaplah sederhana .
5. Kejujuran
Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit.
6. Keadilan
Senantiasa bersikap adil dalam bergaul. Tidak membeda-bedakan teman.
7. Cinta Kasih
Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan.
1. Kondisi fisik
2. Kebebasan Emosional
3. Interaksi sosial.
4. Pengetahuan terhadap kemampuan diri
1. Etika pergaulan adalah sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak
melanggar norma-norma yang berlaku baik norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.
2. Cara yang baik bersikap dalam pergaulan adalah bagaimana seseorang tersebut mengutamakan perilaku yang sopan
3. Dunia pergaulan banyak jenisnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu faktor umur, pekerjaan, keterikatan,
4. Dampak positif dari pergaulan adalah Mampu membentuk kepribadian yang baik yang bisa diterima di berbagai lapisan
sehingga bisa tumbuh dan berkembang menjadi sosok individu yang pantas diteladani.
5. Dampak negatif dari pergaulan adalah tumbuh menjadi sosok individu dengan kepribadian yang menyimpang.
Berbagai masalah tentang masalah pergaulan remaja pada masa ini, terutama di negara kita Indonesia, yang dikenal
dengan baik budaya ketimuran kita yang terkenal mengerti akan sopan santun juga marak terjadi.
Narkoba, Sex bebas, Penyakit HIV/AIDS, Hamil di luar nikah, Mencuri, Clubing, Perkataan Buruk dan Jorok, Tawuran
dan Perkelahian, Merokok, Membolos Sekolah, Peniruan Budaya Barat, dsb.
Kesimpulan 2 :
2. Remaja dengan lingkungan pergaulan yang baik lebih baik kepribadiannya daripada anak dengan lingkungan pergaulan
yang jelek.
3. Peran orang tua, teman, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan bagi remaja dalam bentuk contoh dan nasihat untuk
4. Timbulnya rasa peduli terhadap lingkungan dan pergaulan remaja, setelah melakukan perbuatan yang baik dan berguna.
ETIKA BERTAMU
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila ingin bertamu yaitu sebagai berikut :
a) Meminta ijin masuk
Dalam hal ini (memberi salam dan minta izin), mengetuk pintu batasannya adalah tiga
kali.Maksudnya adalah, jika kita telah memberi salam tiga kali namun tidak ada jawaban atau
tidak diizinkan, maka itu berarti kita harus menunda kunjungan kita kali itu. Adapun ketika
salam kita telah dijawab, bukan berarti kita dapat membuka pintu kemudian masuk begitu
saja atau jika pintu telah terbuka, bukan berarti kita dapat langsung masuk. Mintalah izin
untuk masuk dan tunggulah izin dari sang pemilik rumah untuk memasuki rumahnya.
b) Jangan mengintip ke dalam rumah
Mengintip ke dalam rumah sering terjadi ketika seseorang penasaran apakah ada
orang di dalam rumah atau tidak.
c) Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang pantas berarti menghormati tuan rumah dan
dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah,
demikian pula sebaliknya.
d) Memperkenalkan diri sebelum masuk
Jika ditanya siapa oleh tuan rumah, jawablah dengan nama atau julukan yang ia
mengenalnya. Kemudian apabila tuan rumah belum tahu/belum kenal, hendaknya tamu
memperkenalkan diri secara jelas.
e) Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan untuk masuk, hendaknya tamu masuk dan duduk
dengan sopan di tempat duduk yang telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak
memandang kemana-mana secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu
asing) dapat menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah.
f) Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Hendaknya tidak menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika
sekiranya tidak suka dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak
terbiasa menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah mempersilahkan
untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya,tidak usah menunggu sampai berkali-
kali tuan rumah mempersilahkan dirinya dan makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang
terdekat dan jangan memilih.
g) Memilih waktu yang tepat untuk bertamu.
Sebaiknya kita tidak bertamu pada waktu-waktu makan, istirahat, atau jika waktu
sudah larut malam, karena akan mengganggu kenyamanan tuan rumah.
h) Tidak Menjadi Beban bagi Tuan Rumah
Jika seorang tamu mendapati tuan rumah dalam keadaan berat atau sulit untuk
memenuhi kewajiban-kewajibannya terhadap tamu maka hendaknya dia tidak berlam-lama
yang menjadikan tuan rumah merasa terbebani atau sempit. Seorang tamu agar tidak
memaksa bertamu, yang mungkin akan membuatnya membicarakan aib tamu itu karena sikap
buruknya.