Anda di halaman 1dari 4

Lisanmu Cerminkan Kepribadianmu

Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur ke haddirat
Allah SWT yang telah memberikan kekuatan kesehatan  lahir dan batin kepada kita semua,
sehingga kita dapat berkumpul di tempat ini dalam rangka menghambakan diri kepada Allah
SWT. Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Allah Muhammad
SAW yang telah mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada
peradaban hidup yang moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
seperti yang kita rasakan pada saat ini. Semoga kita semua termasuk hambanya yang taat, yang
berhak mendapatkan syafaatnya di hari akhir kelak. Perkenankanlah saya pada kesempatan ini
untuk menyampaikan pidato yang berjudul: Lisanmu Cerminkan Kepribadianmu

Hakikatnya manusia itu makhluk ciptaan Allah Subhanahu wa ta’ala yang sempurna.


Kesempurnaan ini membuat manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya, bisa
mengendalikan panca indera yang melekat pada dirinya. Dengan panca indera kita sebagai
manusia bisa melakukan sesuatu dengan mudahnya. Diantaranya, panca indera yang luar biasa
gunanya dan luar biasa juga bahayanya yaitu lisan atau lidah.

Dengan lisan dapat membahagiakan sekaligus menyakiti orang, membuat orang


menangis disaat yang sama juga bisa membuat orang tersenyum. Dan tak jarang perdamaian dan
permusuhan yang tumbuh di sekitar kita itu sebab akibat dari perbuatan lisan kita. Bicara
masalah lisan, juga tak lepas dari hati sebagai objek dari lisan. Karena apa yang kita perbuat
dengan lisan kita akan berpengaruh dengan hati seseorang

Lisan yang kita miliki bisa membawa kita pada faedah dan petaka bagi kita. Pepatah
Arab mengatakan, “Sesungguhnya lisan ibarat binatang buas. Jika engkau ikat, niscaya ia
menjagamu. Jika engkau lepas, niscaya ia menerkammu. Karena itu hendaklah engkau berkata
sekadarnya dan hendaklah engkau berhati-hati dengannya.”. Lisan itu ibaratkan pisau yang
apabila salah menggunakannya  maka akan melukai banyak orang. Dari pepatah ini juga
keselamatan dan kecelakaan seseorang tergantung pada kemampuannya mengendalikan lisannya.

Berbicara masalah lisan, pada prinsipnya lisan membawa manfaat sekaligus mudharat
yang mengikutinya. Hal ini bergantung pada cara kita menggunakan lisan tersebut. Tetapi kita
terkadang tidak menghiraukan  hal yang ditimbulkan dari apa yang kita keluarkan dari lisan kita.
Rasulullah saw. Bersabda,

‫سالمة اإلنسان في حفظ اللسان‬


“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (H.R. al-
Bukhori). Maksud hadis ini, keselamatan yang kita peroleh bergantung pada apa yang kita
ucapkan. Jika kita bisa menjaga lisan dan selalu berbuat keburukan yang menimbulkan
permusuhan dan selalu menyakiti hati orang lain lebih baik kita diam. Dalam riwayat lain Abu
Hurairah, Rasullulah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ومن كان يؤمن باهلل واليوم اآلخر فليقل خيراً أو ليصمت‬


“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang terbaik
atau diam.” (H.R. al-Bukhari dan Muslim).

Imam Nawawi menjelaskan hadits di atas dalam kitab hadits-hadits Arba’in. Beliau menjelaskan,
“Imam Syafi’i menjelaskan bahwa maksud hadits ini adalah apabila seseorang hendak berkata
hendaklah ia berpikir terlebih dahulu. Jika diperkirakan perkataannya tidak akan membawa
mudharat, maka silahkan dia berbicara. Akan tetapi, jika diperkirakan perkataannya itu akan
membawa mudharat atau ragu apakah membawa mudharat atau tidak, maka hendaknya dia tidak
usah berbicara”. Sebagian ulama berkata, “Seandainya kalian yang membelikan kertas untuk
para malaikat yang mencatat amal kalian, niscaya kalian akan lebih banyak diam daripada
berbicara”.

Agama Islam telah mengajarkan tuntunan keharusan kita tuk menggunakan lisan dengan
baik dan benar. Allah berfirman, “Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan rahasia
meraka, kecuali pembicaraan rahasia dari orang yang menyuruh (orang) bersedekah, atau
berbuat kebaikan, atau mengadakan di antara manusia. Barangsiapa berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, ,maka kami akan memberinya pahala yang besar.” (Q.S. an-Nisaa’[4]:
114).

Dari ayat ini kita disuguhkan pelajaran bahwa Allah menyuruh kita menggunakan lisan
untuk hal-hal yang baik. Misalnya dengan menasihati orang tuk berbuat kebaikan, berupaya 
mendamaikan dua orang yang berseteru juga termasuk kedalam hal-hal yang baik. Menggunakan
lisan di jalan kebenaran merupakan ungkapan rasa syukur terhadap Allah sang Khalik.

Dalam pandangan Islam, Jika seseorang tidak bisa berbicara yang mengandung manfaat,
maka lebih baik diam. Karena diam akan menyelamatkan kita dan mendidik jiwa menjadi
berakhlak mulia. Rasulullah saw. menyatakan  hal ini dari dari sabda beliau yang diriwayatkan
oleh Ahmad, Rasulullah saw. bersabda,

‫عليك بطول الصمت فإنه مطردة الشيطان وعون لك علي أمردينك‬

 “Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan
menolongmu terhadap urusan agamamu.” (H.R. Ahmad).

Sahabat Ali bin Abi Thalib mengatakan, “Lisan seorang mukmin berada di belakang
hatinya, sedangkan hati orang munafik berada dibelakang lisannya.” (Lukman Santoso, 2008:
29). Maksudnya peran lisan bagi seorang muknin selalu terkontrol dan terjaga. Apa yang akan ia
ucapkan merupakan hasil pertimbangan dari hati dan pikirannya. Sehingga tidak menyakiti orang
lain atau lawan bicaranya.

Berbeda dari orang yang munafik lisannya tidak terkendalikan oleh hatinya. Apa yang ia
bicarakan berbeda jauh dari yang sebenarnya atau dari hatinya. Kembali ini menunjukkan bahwa
peran lisan sangat berperan dalam membentuk kepribadian kita. Sahabat Ali juga menambahkan,
“Lisanmu menuntut apa yang telah engkau biasakan kepadanya, dan lisan cenderung tidak
mematuhi pemiliknya. Karena itu, lisanmu laksana binatang buas yang jika dilepaskan maka
akan menggigitmu atau menggigit orang-orang disekitarmu.” ( Lukman Santoso, 2008: 30-31).
Dari penjelasan ini, sejatinya apa yang keluar dari lisan kita itu sesuai dengan kebiasaan
dan kepribadian kita. Jika lisan terbiasakan mengucapkan yang baik, maka apa yang keluar dari
lisan kita sesuatu yang baik dan bermanfaat pula. Begitupun sebaliknya, jika lisan terbiasa
mengeluarkan perkataan yang jelek, maka akan banyak mudharat yang timbul akan perkataan
tersebut.

Dari penjelasan diatas, sudah sewajibnya kita menjaga lisan kita. Lisan merupakan
karunia Allah yang sepantasnya kita gunakan sebaik-baiknya unuk mendorong kepada kebaikan
dan menjauhkan keburukan. Mengucapkan ucapan yang baik merupakan sedekah. Rasulullah
saw. menyinggung hal ini,

‫قول معروف صدقة‬

“Ucapan yang baik adalah sedekah.” (H.R Muslim).

Dengan ini mari membiasakan diri tuk selalu berbuat baik sehingga menjadikan pribadi
kita pribadi yang baik, cinta akan kedamaian, menjadikan pribadi yang berpikir sebelum
berbicara.Sehingga kita menuntun kita akan kebaikan dan keselamatan akan perbuatan lisan kita.
Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan
kurangnya mohon dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan
yang salah, khilaf, atau keliru itu datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak
pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.

Akhirul kalam, Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta


astaghfiruka wa-atuubu ilaik. Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,Wassalamu alaikum
warohmatullahi wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai