Anda di halaman 1dari 3

Lisanmu adalah cermin siapa dirimu

Sebuah pepatah bahasa Arab mengatakan ‫ سالمة اال نسا ن فى خفض السا ن‬yang artinya selamatnya
manusia itu tergantung bagaimana menjaga lidahnya. Ada lagi kata kata bahwa lidah tidak
bertulang sehingga mudah sekali terjadi keselip lidah. Allah menciptakan manusia dengan satu
mulut dan dua telinga. Artinya manusia sebaiknya lebih banyak mendengar daripada berbicara.
Tapi apa yang terjadi, manusia lebih banyak bicara daripada mendengarkan. Dalam pergaulan
antar manusia, mulut adalah alat yang pertama kali menjadi cermin siapa itu seseorang. Apakah
dia orang baik atau kurang baik bisa dilihat bagaimana seseorang itu berbicara. Ibnu al-qoyyim
mengatakan mulutmu adalah cermin hatimu. Ada lagi yang berpendapat mulutmu adalah
harimaumu.

Dunia menjadi indah penuh warna, ada pergaulan yang baik dan harmonis antar sesama. Banyak
kata bijak yg menyejukkan hati, ada transfer keilmuan dari zaman dahulu sampai saat ini. Itu
semua adalah berasal dari lisan lisan yang fasih dan penuh tanggung jawab atas tugas manusia
sebagai Khalifah di bumi ini.

Sebaliknya dunia menjadi hancur, seperti neraka juga disebabkan karena ulah manusia yang
tidak mampu menjaga lisan. Lisan yang baik akan selalu mengucapkan kata kata yang baik,
bijak, bermakna dan penuh hikmah. Ajaran agama juga ldisampaikan melalui lisan dan tulis.

Sekarang kita harus memilih apakah pengin selamat dunia dan akhirat maka jagalah lisanmu.
Jika kita tidak mampu menjaga lisan maka hancurlah hidupmu. Namun sebaiknya jika tidak
mampu menjaga lisan maka diam itu lebih baik

Di zaman modern ini lisan kita sudah digantikan dengan gerakan jemari tangan. Maka tulisan
tulisan yang kita hasilkan di medsos atau di koran adalah cermin siapa dirimu. Di dalam Al-
Qur'an Allah menyuruh kita agar berbicara dengan baik, jika tidak mampu maka diamlah.

Sebagai manusia yang memiliki lidah yang tidak bertulang itu pasti nya sering kita melakukan
kesalahan, terselip lidah atau ketidak sengajaan karena memang fitrah manusia itu adalah tempat
nya salah dan lupa mahallul khotho' wannisyan. Maka dari itu janganlah segan segan untuk
segera meminta maaf ketika melakukan kesalahan bicara yang menyakiti orang lain atau
kesalahan lidah yang membuat orang lain celaka, atau kesalahan ucapan yg menjadikan
hancurnya kehidupan maka sebisa mungkin jaga lidahmu. Dan berikan maaf untuk orang yang
pernah melakukan kesalahan lidah karena tentunya kita sebagai manusia juga tak luput dari
pernah melakukan kesalahan..
RASULULLAH Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda; “Barangsiapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadits di atas terdapat benang merah antara akhirat dengan lisan. Bahwa segala ucapan
yang keluar, akan dipertanggungjawabkan kelak di akhirat. Terkait hal ini Imam an-Nawawi 
berpesan;

”Setiap mukallaf harus menjaga lisannya dari setiap perkataan, kecuali ucapannya yang jelas
manfaatnya, apabila belum jelas manfaatnya maka sunnahnya adalah menahan diri dari
perkataan. Sebab perkataan yang mubah bisa terseret kepada yang haram atau makruh. Bahkan
kenyataan seperti itu sangat banyak dan sering terjadi. Sementara keselamatan tidak dapat dinilai
dengan apapun. [al-Adzkar halaman;284]

Dari keterangan di atas, bisa dikatakan lidah itu tak ubahnya seperti senjata yang bermata dua.
Apabila ia digunakan untuk ketaatan kepada Allah, dengan cara membaca al-Qur’an, dzikir,
dakwah, dan sebagainya, maka pemilik lidah itu akan mendapatkan pahala darinya, yang bukan
mustahil menggiring ke surga.

Sebaliknya. Jika lisan acap digunakan untuk kemaksiatan kepada Allah, seperti; berbohong,
mengghibah, namimah, dan seterusnya, maka dia akan mendapatkan dosa. Dan bisa jadi
menjerumuskan kepada neraka.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Tidaklah satu kalimat diucapkan oleh
seorang hamba melainkan Allah akan meminta pertanggungjawabannya. Apabila dia tidak bisa
maka Allah akan memasukkannya ke dalam neraka selama sejauh timur dan barat/70.000 tahun.”
[HR. Bukhari]

Sungguh dalam keseharian. Banyak orang bisa menjauhi kemaksiatan seperti mencuri, tidak
memakan yang haram, berzina. Akan tetapi dia tak kuasa menjaga lisannya dari perkataan yang
buruk. Padahal mudharatnya tidak kalah besar membinasakan.

Mewaspadai Hati

Lalu apa yang memiliki andil besar dalam mengatur ucapan lisan? Jawabannya adalah hati.
Ingat, hati itu ibarat raja. Sedangkan anggota tubuh, termasuk lidah/lisan adalah prajuritnya.
Akan tunduk kepada segala titah. Tak peduli itu baik atau buruk.

Dalam sebuah hadits, Nabi menggambarkan hati ini seperti segumpal daging yang putih, apabila
orang itu berbuat dosa maka akan muncul nuqtah (titik) hitam dalam hatinya, ketika ia bertaubat
maka nuqtah itu akan hilang. Jika dia berbuat dosa lagi maka nuqtah itu akan muncul lagi
semakin banyak dia berbuat dosa, maka nuqtah hitam itu akan semnakin banyak hingga
menutupi hatinya.

Lalu apa kaitannya hati dengan lisan. Yahya bin Muadz bekata: “Hati ini adalah periuk yang
memasak segala sesuatu yang ada di dalamnya. Dan lisan adalah penutupnya. Maka lihatkah
orang itu ketika ia berbicara. Karena lisannya menggambarkan apa yang ada dalam hatinya, yang
manis yang asam lisannya akan menggambarkan isi hatinya. Sebagaimana halnya lidah dapat
dapat merasakan hakikat dan rasa makanan yang ada di dalam periuk.”

Dengan demikian, lisan bisa menjadi cermin amalan keseluruhan seseorang. Persis yang
diuraikan Yunus bin Ubeid: ”Tidaklah aku mendapatkan seorang yang rusak pada lisannya,
melainkan aku dapatkan pada seluruh amalannya, jika perkataannya rusak maka rusak juga
amalnya”.

Berkenaan dengan ini, ada sebuah kisah menarik yang termaktub dalam Tafsir al-Qurtubi.
Dikisahkan tentang Luqman al-Hakim. Suatu ketika Luqman diminta oleh seorang untuk
menyembelih domba. Dan dia meminta kepada Luqman dua bagian dari tubuh domba tersebut
yang paling baik. Kemudian Luqman memotong domba tersebut dan mengambil hati dan
lidahnya.

Di waktu yang sama, juga ada orang lain yang meminta kepada Luqman untuk disembelihkan
domba, dan meminta kepadanya untuk membuang dua bagian dari tubuh domba tersebut yang
paling buruk. Kemudian Luqman mengambil hati dan lidahnya.

Menyaksikan kejadian itu, kedua orang tersebut heran. Di mana Luqman mengambil bagian yang
sama pada permintaan yang berbeda. Keduanya pun mengajukan pertanyaan kepada Luqman.

Jawab Luqman: ”Tidak ada pada anggota tubuhnya yang paling baik dari keduanya jika
keduanya baik, dan tidak ada yang lebih buruk dari keduanya jika keduanya buruk”. Dari kisah
di atas kita bisa mengambil pelajaran bahwa hati dan lisan sangat mempengaruhi seluruh anggota
tubuh kita.

Sampai di sini, marilah kita tekatkan diri untuk menjaga hati, guna menyelamatkan lisan dari
ucapan yang membahayakan diri. Allah Subhanahu Wata’ala dan Rasulullah Shallallahu Alaihi
Wasallam telah memberikan tuntunan. Caranya, sibukkan hati dengan dzikir kepada Allah. Maka
secara otomatis akan terhindar dari keburukan.

Allah berfirman; “Barangsiapa yang berpaling dari mengingat Rabb yang Maha Pemurah, Kami
adakan baginya setan yang menyesatkan, maka setan itu menjadi teman yang selalu
menyertainya.” (az-Zukhrab: 36). Wallahu ‘alamu bish-shawab.*

Anda mungkin juga menyukai