Anda di halaman 1dari 7

Mari Kendalikan Lidah Kita 25 Oktober 2009 SALAFIYUNPAD Tinggalkan komentar Go to comments Oleh Ustadz Abu Isma il Muslim

Al-Atsari

Lidah adalah anggota badan yang benar-benar perlu dijaga dan dikendalikan. Sesungguhnya lidah adalah penterjemah hati dan pengungkap isi hati. Oleh karena itulah setelah nabi shallallahu alaihi wasallam memerintahkan istiqomah, beliau mewasiatkan untuk menjaga lisan. Dan lurusnya lidah itu berkaitan dengan kelurusan hati dan keimanan seseorang. Di dalam Musnad imam Ahmad dari Anas bin Malik , dari Nabi shallallahu alaihi wasallam , beliau bersabda:

Iman seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga hatinya istiqomah. Dan hati seorang hamba tidak akan istiqomah, sehingga lisannya istiqomah. Dan orang yang tetangganya tidak aman dari kejahatankejahatannya, tidak akan masuk sorga. (HR. Ahmad, no. 12636, dihasankan oleh syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 3/13) Dan di dalam Tirmidzi (no. 2407) dari Abu Sa id Al-Khudri, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Jika anak Adam memasuki pagi hari sesungguhnya semua anggota badannya berkata merendah kepada lesan: Taqwalah kepada Alloh di dalam menjaga hak-hak kami, sesungguhnya kami ini tergantung kepadamu. Jika engkau istiqomah, maka kami juga istiqomah, jika engkau menyimpang (dari jalan petunjuk), kami juga menyimpang. (HR. Tirmidzi, no. 2407; dihasankan oleh syaikh Salim Al-Hilali di dalam Bahjatun Nazhirin 3/17, no. 1521) (Jami ul Uluum wal Hikam, 1/511-512) Oleh karena itulah sepantasnya seorang mukmin menjaga lidahnya. Tahukah anda jaminan bagi orang yang menjaga lidahnya dengan baik? Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Siapa yang menjamin untukku apa yang ada di antara dua rahangnya dan apa yang ada di antara dua kakinya, niscaya aku menjamin sorga baginya. (HR. Bukhari, no. 6474; Tirmidzi, no. 2408; lafazh bagi Bukhari) Beliau juga menjelaskan bahwa menjaga lidah merupakan keselamatan.

Dari Uqbah bin Aamir, dia berkata: Aku bertanya, wahai Rasulallah, apakah sebab keselamatan? Beliau menjawab: Kuasailah lidahmu, hendaklah rumahmu luas bagimu, dan tangisilah kesalahanmu . (HR. Tirmidzi, no.2406) Yaitu janganlah engkau berbicara kecuali dengan perkara yang membawa kebaikanmu, betahlah tinggal di dalam rumah dengan melakukan ketaatan-ketaatan, dan hendaklah engkau menyesali kesalahanmu dengan cara menangis. (Lihat Tuhfatul Ahwadzi Syarh Sunan Tirmidzi) Imam An-Nawawi rahimahullah (wafat 676 H) berkata: Ketahuilah, sepantasnya bagi setiap mukallaf (orang yang berakal dan baligh) menjaga lidahnya dari seluruh perkataan, kecuali perkataan yang jelas mash-lahat padanya. Ketika berbicara atau meninggalkannya itu sama mash-lahatnya, maka menurut Sunnah adalah menahan diri darinya. Karena perkataan mubah bisa menyeret kepada perkataan yangharam atau makruh. Bahkan ini banyak atau dominan pada kebiasaan. Sedangkan keselamatan itu tiada bandingannya. Telah diriwayatkan kepada kami di dalam dua Shahih, Al-Bukhari (no. 6475) dan Muslim (no. 47), dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu , dari Nabi shallallahu alaihi wasallam , beliau bersabda:

Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam . Aku katakan: hadits yang disepakati shahihnya ini merupakan nash yang jelas bahwa sepantasnya seseorang tidak berbicara kecuali jika perkataan itu merupakan kebaikan, yaitu yang nampak mashlahatnya. Jika dia ragu-ragu tentang timbulnya mash-lahat, maka dia tidak berbicara. Dan imam Asy-Syafi i telah berkata: Jika seseorang menghendaki berbicara, maka sebelum dia berbiacra hendaklah berfiikir, jika nampak jelas mash-lahatnya dia berbicara, dan jika dia ragu-ragu, maka dia tidak berbicara sampai jelas mash-lahatnya . *)*)[Al-Adzkaar, 2/713-714, karya imam AnNawawi, tahqiiq dan takhriij syaikh Salim Al-Hilaali, penerbit Dar Ibni Hazm, cet. 2, th. 1425 H / 2004 M] Selain itu bahwa lidah merupakan alat yang mengungkapkan isi hati. Jika anda ingin mengetahui isi hati seseorang, maka perhatikanlah gerakan lidahnya, isi pembicaraannya, hal itu akan memberitahukan isi hatinya, baik orang tersebut mau atau enggan. Diriwayatkan bahwa Yahya bin Mu adz berkata: Hati itu seperti periuk yang mendidih dengan isinya, sedangkan lidah itu adalah gayungnya. Maka perhatikanlah seseorang ketika berbicara, karena sesungguhnya lidahnya itu akan mengambilkan untukmu apa yang ada di dalam hatinya, manis, pahit, tawar, asin, dan lainnya. Pengambilan lidahnya akan menjelaskan kepadamu rasa hatinya . *)*)[Hilyatul Au'iyaa', 10/63, dinukil dari Aafaatul Lisaan fii Dhauil Kitab was Sunnah, hlm, 159, karya Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani] PERKATAAN PARA SALAF TENTANG HIFZHUL LISAN

Sesungguhnya para Salaf dahulu biasa menjaga dan menghisab lidahnya dengan baik. Dan diriwayatkan dari mereka perkataan-perkataan yang bagus berkaitan dengan lidah dan pembicaraan. Kami sampaikan di sini sebagiannya agar kita dapat memetik manfaat darinya. Diriwayatkan bahwa Umar bin Al-Khaththab berkata: Barangsiapa banyak pembicaraannya, banyak pula tergelincirnya. Dan barangsiapa banyak tergelincirnya, banyak pula dosanya. Dan barangsiapa banyak dosa-dosanya, neraka lebih pantas baginya . *)*)[Riwayat Al-Qudhai di dalam Musnad AsySyihab, no. 374; Ibnu Hibban di dalam Raudhatul 'Uqala', hlm. 44. Dinukil dari Jami ul Ulum wal Hikam, juz: 1, hlm: 339, karya Imam Ibnu Rojab, dengan penelitian Syu aib Al-Arnauth dan Ibrohim Bajis; penerbit Ar-Risalah; cet: 5; th: 1414 H/ 1994 M] Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas ud pernah bersumpah dengan nama Allah, lalu mengatakan: Tidak ada di muka bumi ini sesuatu yang lebih pantas terhadap lamanya penjara daripada lidah! *)*)[Riwayat Ibnu Hibban di dalam Raudhatul 'Uqala', hlm. 48. Dinukil dari Jami ul Ulum wal Hikam, juz: 1, hlm. 340] Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas ud berkata: Jauhilah fudhuulul kalam (pembicaraan yang melebihi keperluan). Cukup bagi seseorang berbicara yang menyampaikan kebutuhannya . *)*)[Jami ul Ulum wal Hikam, juz: 1, hlm. 339] Syaqiq mengatakan: Abdullah bin Mas ud bertalbiyah di atas bukit Shofa, kemudian mengatakan: Wahai lidah, katakanlah kebaikan niscaya engkau mendapatkan keberuntungan, diamlah niscaya engkau selamat, sebelum engaku menyesal . Orang-orang bertanya: Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah suatu perkataan yang engkau ucapkan sendiri, atau engkau dengar|? Dia menjawab|: Tidak, bahkan aku telah mendengar Rasulallah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Mayoritas kesalahan anak Adam adalah pada lidahnya. (HR. Thabarani, Ibnu Asakir, dan lainnya. Lihat Silsilah Ash-Shahihah, no. 534) Diriwayatkan bahwa Ibnu Buraidah mengatakan: Aku melihat Ibnu Abbas memegangi lidahnya sambil berkata Celaka engkau, katakanlah kebaikan, engkau mendapatkan keberuntungan. Dimalah dari keburukan, niscaya engkau selamat. Jika tidak, ketahuilah bahwa engaku akan menyesal . *)*)[Aafatul lisaan, hlm. 161] Diriwayatkan bahwa An-Nakhai berkata: Manusia binasa pada fudhuulul maal (harta yang melebihi kebutuhan) dan fudhuulul kalam . *)*)[Jami ul Ulum wal Hikam, juz: 1, hlm. 339] Diriwayatkan bahwa ada seseorang yang bermimpi bertemu dengan seorang alim besar. Kemudian orang alim itu ditanya tentang keadaannya, dia menjawab: Aku diperiksa tentang satu kalimat yang dahulu aku ucapkan. Yaitu aku dahulu pernah mengatakan Manusia sangat membutuhkan hujan! Aku ditanya: Tahukah engkau tahu bahwa Aku (Allah) lebih mengetahui terhadap mash-lahat hambahambaKu? *)*)[Aafatul lisaan, hlm. 160-161]

Diriwayatkan bahwa seorang Salaf mengatakan: Seorang mukmin itu menyedikitkan omongan dan memperbanyak amalan. Adapun orang munafik, dia memperbanyak omongan dan menyedikitkan amalan . Diriwayatkan bahwa seorang Salaf mengatakan: Selama aku belum berbicara dengan satu kalimat, maka aku manguasainya. Namun jika aku telah mengucapkannya, maka kalimat itu menguasaiku . Diriwayatkan bahwa seorang Salaf mengatakan: Diam adalah ibadah tanpa kelelahan, keindahan tanpa perhiasan, kewibawaan tanpa kekuasaan, anda tidak perlu beralasan karenanya, dan dengannya aibmu tertutupi . *)*)[Lihat Hashaaidul Alsun, hlm. 175-176] Kesimpulannya adalah bahwa kita diperintahkan berbicara yang baik, dan diam dari keburukan. Jika berbicara hendaklah sesuai dengan keperluannya. Wallahul Musta an. MASHAADIR: 1- Aafaatul Lisaan fii Dhauil Kitab was Sunnah, karya Dr. Sa id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani 2- Al-Adzkaar, karya imam An-Nawawi, tahqiiq dan takhriij syaikh Salim Al-Hilaali, penerbit Dar Ibni Hazm, cet. 2, th. 1425 H / 2004 M 3- Jami ul Ulum wal Hikam, karya Imam Ibnu Rojab, dengan penelitian Syu aib Al-Arnauth dan Ibrohim Bajis; penerbit Ar-Risalah; cet: 5; th: 1414 H/ 1994 M) 4- Hashaaidul Alsun, karya syaikh Husain Al- Awaisyah, penerbit. Darul Hijrah. Dan lain-lain. Artikel oleh www.salafiyunpad.wordpress.com.

NIKMAT DAN BENCANA LIDAH 13 November 2008 SALAFIYUNPAD Tinggalkan komentar Go to comments Oleh Al-Ustadz Abu Isma il Muslim Al-Atsari NIKMAT LIDAH Sesungguhnya Allah Ta ala telah menganugerahkan kepada manusia nikmat yang sangat banyak dan besar. Di antara nikmat Allah yang terbesar, setelah nikmat iman dan islam, adalah nikmat berbicara dengan lidah, nikmat kemampuan menjelaskan isi hati dan kehendak. Allah Ta ala berfirman: Allah yang Maha pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara. (QS. Ar-Rahmaan/55: 1-4)

Penciptaan manusia dan pengajaran berbicara kepadanya benar-benar merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang besar. Oleh karena itulah Allah juga menyebutkan nikmatNya tentang penciptaan alat-alat berbicara bagi manusia. Allah berfirman: Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. (QS. AlBalad/90: 8-9) *)*)[Lihat Tafsir Adh-waaul Bayaan, surat Ar-Rahmaan/55: 3-4, karya syaikh Muhammad Al-Amin Asy-Syinqithi] LIDAH, SENJATA BERMATA DUA Namun kita perlu mengetahui, bahwa lidah yang merupakan alat berbicara ini seperti senjata yang bermata dua. Yaitu dapat digunakan di dalam ketaatan kepada Allah, juga dapat digunakan di dalam ketaatan kepada syaithan. Jika hamba mempergunakannya untuk membaca Al-Qur an, berdzikir, berdoa kepada Allah, amar ma ruf, nahi munkar, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada Allah, maka inilah yang dituntut dari seorang mukmin, dan ini merupakan bentuk syukur kepada Allah terhadap nikmat lidah. Sebaliknya, jika seseorang mempergunakannya untuk berdoa kepada selain Allah, berdusta, bersaksi palsu, ghibah, namimah, memecah belah umat Islam, merusak kehormatan seorang muslim, bernyanyi dengan lagu-lagu maksiat, atau lainnya yang berupa ketaatan kepada syaithan, maka ini diharamkan atas seorang mukmin, dan merupakan bentuk kufur kepada Allah terhadap nikmat lidah. *)*)[Lihat Aafaatul Lisaan fii Dhauil Kitab was Sunnah, hlm, 4-5, 159-160, karya Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf AlQahthani] Dengan demikian, lidah manusia itu bisa menyebabkan ketinggian derajat hamba di sisi Allah, namun juga bisa menyebabkan kecelakaan yang besar bagi pemiliknya. Rasulullah n bersabda:

Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk keridhoan Allah, dia tidak menganggapnya penting, dengan sebab satu kalimat itu Allah menaikkannya beberapa derajat. Dan sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang termasuk kemurkaan Allah, dia tidak menganggapnya penting, dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka Jahannam. (HR. Bukhari, no. 6478) Al-Hafizh Ibnu Hajar Al- Asqalani t menjelaskan makna dia tidak menganggapnya penting , yaitu dia tidak memperhatikannya dengan fikirannya dan tidak memikirkan akibatnya, serta tidak menduga bahwa kalimat itu akan mempengaruhi sesuatu. (Fathul Bari, penjelasan hadits no. 6478) BENCANA LIDAH

Bencana pada lidah secara umum- ada dua: berbicara batil (kerusakan; sia-sia) dan diam dari al-haq yang wajib diucapkan. Abu Ali Ad-Daqqaaq t (wafat 412 H) berkata:

Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah syaithan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah syaithan yang bisu. *)*)[Disebutkan oleh Ibnul Qayyim di dalam Ad-Daa' wad Dawaa', hlm. 155, tahqiq syaikh 'Ali bin Hasan Al-Halabi, penerbit Dar Ibnil Jauzi] Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah syaithan yang berbicara, dia bermaksiat kepada Allah Ta ala. Sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah syaithan yang bisu, dia juga bermaksiat kepada Allah Ta ala. Seperti seseorang yang bertemu dengan orang fasik, terang-terangan melakukan kemaksiatan di hadapannya, dia berkata lembut, tanpa mengingkarinya, walau di dalam hati. Atau melihat kemungkaran, dan dia mampu merubahnya, namun dia membisu karena menjaga kehormatan pelakunya, atau orang lain, atau karena cuek terhadap agama. Kebanyakan manusia, ketika berbicara atau ketika diam, menyimpang di dalam dua jenis bencana lidah sebagaimana di atas. Sedangkan orang yang beruntung adalah orang yang menahan lidahnya dari kebatilan, dan menggunakannya untuk perkara yang bermanfaat. Dan bencana lidah termasuk bencana-bencana yang berbahaya bagi manusia. Bencana lidah itu bisa mengenai pribadi, masyarakat, atau umat Islam secara keseluruhan. Termasuk perkara yang mengherankan, bahwa seseorang itu terkadang mudah menjaga diri dari makanan yang haram, berbuat zhalim kepada orang lain, berzina, mencuri, minum khamr, melihat wanita yang tidak halal dilihat, dan lainnya, namun dia kesusahan menjaga diri dari gerakan lidahnya! Sehingga terkadang anda lihat seseorang yang dikenal dengan agamanya, zuhudnya, dan ibadahnya, namun dia mengucapkan kalimatkalimat yang menajdi kemurkaan Allah, dia tidak memperhatikannya. Padahal dengan sebab satu kalimat itu saja, dia bisa terjerumus ke dalam neraka melebihi jarak timur dan barat! Atau dia tersungkur di dalam neraka selama tujuh puluh tahun!! *)*)[Lihat Aafaatul Lisaan fii Dhauil Kitab was Sunnah, hlm, 5-6, 163, karya Dr. Sa'id bin 'Ali bin Wahf Al-Qahthani] Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

Sesungguhnya ada seseorang yang berbicara dengan satu kalimat, dia tidak menganggapnya berbahaya, dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal selama 70 tahun di dalam neraka. *)*)[HR. Tirmidzi, no. 2314; Ibnu Majah, no. 3970; Ahmad, 2/355, 533; Ibnu Hibban, no. 5706. Syaikh Al-Albani menyatakan "Hasan Shahih"] Di dalam riwayat lain, disebutkan bahwa beliau bersabda:

Sesungguhnya ada seorang hamba benar-benar berbicara dengan satu kalimat yang dia tidak jelas apa yang ada di dalam kalimat itu, namun dengan sebab satu kalimat itu dia terjungkal di dalam neraka lebih jauh dari antara timur dan barat. (HR. Muslim, no.2988) Alangkah banyaknya orang yang menjaga diri dari perbuatan keji dan maksiat, namun lidahnya memotong dan menyembelih kehormatan orang-orang yang masih hidup atau yang sudah meninggal! Dia tidak peduli dengan apa yang sedang dia ucapkan. Laa haula wa laa quwwata illa bilaahi Al- Aliyyil Azhiim. Jika anda ingin mengetahui hal ini, maka marilah kita bersama memperhatikan hadits Nabi shallallahu alaihi wasallam di bawah ini:

Dari Jundab, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengisahkan bahwa ada seorang laki-laki berkata: Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni Si Fulan! Kemudian sesungguhnya Allah Ta ala berfirman: Siapakah yang bersumpah atas namaKu, bahwa Aku tidak akan mengampuni Si Fulan, sesungguhnya Aku telah mengampuni Si Fulan, dan Aku menggugurkan amalmu . Atau seperti yang disabdakan Nabi. (HR. Muslim, no. 2621) Oleh karena bahaya lidah yang demikian itulah, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengkhawatirkan terhadap umatnya.

Dari Sufyan bin Abdulloh Ats-Tsaqofi, dia berkata: Aku berkata, wahai Rosululloh, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya! Beliau menjawab: Katakanlah, Rabbku adalah Allah , lalu istiqomahlah . Aku berkata: Wahai Rosululloh, apakah yang paling anda khawatirkan atasku? . Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: Ini . (HR. Tirmidzi, no. 2410; Ibnu Majah, no. 3972; dishahihkan oleh syaikh Al-Albani) Syaikh Husain Al- Awaisyah berkata: Sesungguhnya sekarang ini, sesuatu yang manusia merasa amat tentram terhadapnya adalah lidah mereka, padahal lidah itu adalah yang paling Nabi shallallahu alaihi wasallam khawatirkan atas umatnya. Dan yang terlihat bahwa lidah itu seolah-olah pabrik keburukan, tidak pernah lelah dan bosan . (Hashaaidul Alsun, hlm. 15, penerbit. Darul Hijrah) Artikel oleh www.salafiyunpad.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai