Anda di halaman 1dari 3

Isilah Teko Dengan Air yang Bersih

Oleh : Ersandy Parindra (09)

Assalammualaikum Wr. Wb.


Selamat siang/pagi. Salam sejahtera untuk kita semua.

" BISMILLAAHIRROHMAANIRROHIM. ALHAMDULILLAAHIROBBIL 'AALAMIINA.


WASHSHOLAATU WASSALAAMU' ALAA ASYROFIL ANBIYAA-I WAL MURSALINA,
WA-'ALAA AALIHI WASHOHBIHI AJMA'IINA." AMMA BA'DU.

Yang saya hormati Bapak Kepala Sekolah SMA N 1 Selong


Yang saya hormati Bapak/Ibu guru dan para staf SMA N 1 Selong
Serta teman-teman yang saya cintai dan banggakan

"Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena sampai pada
detik ini kita masih diberi nikmat yang tiada tara. Salah satu nikmat itu adalah nikmat sehat dan
nikmat sempat sehingga kita semua dapat hadir di sini dalam keadaan sehat wal afiat tidak
kurang suatu apapun. Tak lupa marilah kita sanjungkan shalawat serta salam kepada junjungan
kita, Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita ke luar dari zaman kegelapan
menuju zaman yang terang benderang saat ini. Semoga kita diberikan syafaatnya pada yaumil
akhir kelak amin."

Hadirin yang berbahagia, pada kesempatan kali ini, saya akan menyampaikan pidato
yang berjudul “Isilah Teko Dengan Air yang Bersih”

Awal pidato, saya ingin menyampaikan sebuah perumpamaan. Mulut kita ini seperti
corong teko. Teko hanya akan mengeluarkan isi yang ada. Kalau di dalamnya air bersih, yang
keluar bersih. Kalau didalamnya air kotor, yang di keluarkan pun kotoran.

Hadirin yang saya hormati. Lisan adalah karunia Allah yang begitu besar. Dan ia harus
senantiasa disyukuri dengan sebenar-benarnya. Cara mensyukuri lisan ini adalah dengan
menggunakannya untuk bicara yang baik atau diam. Bukan dengan mengumbar pembicaraan
semau sendiri. Bukan pula dengan memuaskan nafsu dengan mengumbar omongan.
Seorang bijak berkata, “Ada enam sifat untuk mengetahui orang itu bodoh: marah tanpa
sebab, membuka rahasia, suka mengganggu orang lain, memberi bukan pada tempatnya, tidak
bisa membedakan lawan atau kawan, dan berbicara tanpa ada manfaatnya.”

Tentu saja kita tidak ingin dicap sebagai orang yang bodoh. Jangan biarkan lidah kita
tergelincir. Jadikan diam sebagai kebaikan daripada berbicara tetapi mendatangkan kemudaratan.
Sudah sering kita dengar, jika berbicara itu adalah perak, maka diam adalah emas. Rasulullah
Saw. bersabda,

‫ص ُمت‬ ِ ْ‫اَّللِ َو ْاليَ ْو ِم ا‬


ْ َ‫آلخ ِر فَليَقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو ِلي‬ ‫َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن بِ ه‬
Artinya : “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang
baik atau diam.” (HR. Bukhari, Muslim).

Selain itu, apabila kita tidak dapat menjaga lisan kita dengan selalu berkata bohong,
selalu berdusta, dan selalu menggunjing, maka celakalah kita. Kita akan termasuk sebagai orang
yang munafik karena orang munafik apabila dia berbicara dia berdusta, seperti yang dikatakan
dalam sebuah hadis,

Artinya : Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu: 1) jika berbicara ia berdusta, 2) jika
berjanji ia ingkar, dan 3) jika dipercaya ia berkhianat. (H.R. al-Bukha-ri)

Dari awal pidato sampai saat ini, entah berapa kata lisan yang keluar dari lisan saya. Tapi
hadirin, apakah syarat agar kita dapat menjaga lisan?
Untuk dapat menjaga lisan menjadi terjaga dan bermutu, ada empat syaratnya yaitu:
1. Berkatalah dengan perkataan yang benar
2. Berkatalah sesuai tempatnya
3. Jagalah kehalusan tutur kata
4. Berkatalah yang bermanfaat
Pastikan setiap kata-kata yang keluar dari mulut kita itu full manfaat. Rasulullah
bersabda,

‫ ِم ْن ُح ْس ِن‬:‫س ْو ُل هللاِ صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫ قَا َل َر‬: ‫ع ْنهُ قَا َل‬
َ ُ‫ي هللا‬ ِ ‫َع ْن أ َ ِبي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬
‫ت َ ْر ُكهُ َما الَ يَ ْعنِ ْي ِه ]حديث حسن رواه الترمذي وغيره هكذا[ ِإ ْسالَ ِم ْال َم ْر ِء‬
Artinya : Dari Abu Hurairah radhiallahunhu dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda : Merupakan tanda baiknya Islam seseorang, dia meninggalkan sesuatu yang
tidak berguna baginya . (Hadits Hasan riwayat Turmuzi dan lainnya) [Tirmidzi no. 2318, Ibnu
Majah no. 3976]
Hadirin yang berbahagia. Nabi Muhammad saw termasuk orang yang sangat jarang
berbicara, tetapi setiap kali berbicara bisa dipastikan kebenarannya. Setiap butir kata bagai
untaian mutiara yang indah, berharga, berbobot, dan momumental, serta bermanfaat. Bahkan bisa
menembus, mengunggah, menghujam, dan memiliki daya ubah hingga menjadi kebaikan bagi
siapa pun yang mendengarnya.
Marilah kita sebagai umatnya yang selalu beriman dan berdaqwa, mencontoh keteldanan
beliau dalam menjaga lisan agar kita mendapatkan kemulian di dunia maupun di akhirat seperti
beliau.

Hadirin yang berbahagia,


Sebelum saya mengakhiri pidato ini, saya ingin berpesan kepada kita semua agar kita
selalu senantiasa menjaga lisan kita karena orang yang pandai menjaga lisannya akan
mendapatkan kemulian kelak di surga. Sedangkan orang yang tak pandai menjaga lisannya, tentu
saja neraka jahannam yang menantinya.

Hadirin yang saya horamati,

Demikianlah pidato yang dapat saya sampaikan, apabila ada kata-kata yang kurang
berkenan dan ada tutur kata yang salah yang keluar dari lisan saya, saya mohon maaf. Karena
yang benar datangnya dari Allah Swt. Dan Rasul-Nya, dan yang salah datangnya dari saya.
Sekian. Terima kasih atas perhatian hadirin.

Wassalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai