Anda di halaman 1dari 11

MODUL AKHLAQ KELAS TIGA

MATERI SEMESTER SATU :


1. ADAB BERBICARA
2. ADAB MEMBERI SALAM
3. UCAPAN – UCAPAN YANG DILARANG
4. HASAD

MATERI SEMESTER DUA :


5. ADAB BERMAJELIS
6. ADAB MEMINTA IZIN KETIKA HENDAK BERTAMU
7. ADAB KETIKA SAKIT

BAB 1
ADAB BERBICARA

I. TIU : Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri mampu mengerti dan memahami serta
mempraktekkan adab berbicara.
II. TIK : Setelah menyelesaikan bab ini diharapkan santri mampu :
1. Menyebutkan bahwa baik buruknya seseorang tergantung pada lisannya dengan baik dan
benar.
2. Menyebutkan 10 macam diantara adab – adab dalam berbicara dengan baik dan benar.
3. Menyebutkan contoh –contoh perkara yang dilarang saat berbicara dengan baik dan benar.
4. Mempraktekkan adab –adab berbicara dengan teman dan terhadap orang lain dalam
kehidupan sehari – hari. Dengan baik dan benar.

BAB 1
ADAB BERBICARA

Ketahuilah,bahwa baik tidaknya seseorang bisa ditentukan dari lisannya atau bicaranya, jika baik
keadaan lisannya maka baik pula keadaan orang tersebut, dan jika jelek bicaranya berarti jeleklah
keadaan orang tersebut.
Islam yang mulia ini telah mengajarkan bagaimana agar kita tidak terjerumus pada kehinaan dan
kehancuran disebabkan oleh lisan, islam telah mengatur tata cara atau adab dalam berbicara,
diantaranya:
1. Hendaknya pembicaraan selalu dalam kebaikan. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam-
bersabda
“ Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya dia berbicara kebaikan atau
dia diam.” [ Muttafaqun ‘alaihi]
2. Memikirkan sebelum berbicara. Memikirkan baik atau buruknya akibat dari pembicaraannya
karena Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba terkadang berbicara dengan satu kalimat yang tanpa disadari bisa
menjerumuskan ke neraka yang jauhnya antara timur dan barat.” [ Mutafaqun ‘alaihi ]
3. Jangan membicarakan sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagimu. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi
wa sallam- bersabda :
“Diantara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan apa-apa yang tidak berguna baginya.”
4. Janganlah kamu membicarakan setiap apa yang kamu dengar. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda :
“Cukuplah menjadi dosa bagi seseorang apabila ia membicarakaan setiap apa yang telah ia
dengar.” [HR.Muslim]

1
5. Berbicara dengan jelas sehingga bisa difahami oleh pendengar. Anas Bin Malik –radhiyallahu
‘anhu- mengatakan :
“ Bahwasanya Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- jika berbicara beliau mengulanginya tiga kali
sampai bisa difahami.” [HR.Bukhari]

6. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa. Aisyah -radhiyallahu ‘anha- mengatakan : “
Sesungguhnya Nabi -shalallahu ‘alaihi wa sallam- apabila berbicara dengan suatu pembicaraan,
sekiranya ada orang yang mau menghitungnya niscaya dia akan mampu menghitungnya.”
[Mutafaqun ‘alaihi]

7. Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekalipun berada dipihak yang benar dan
menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian
(perdebatan) sekalipun ia benar,dan istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda.”[HR.Abu Dawud dihasankan oleh Al albani]

8. Tidak memaksa-maksakan diri dalam berbicara (dibuat-buat supaya terlihat fasih) serta tidak
banyak berbicara. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

“Dan sesungguhnya manusia yang paling aku benci dan yang paling jauh dariku pada
hari kiamat kelak adalah orang yang banyak bicara,orang-orang yang berpura-pura fasih dan para
mutafaihiqun.” Para shahabat bertanya : “ Siapakah mutafaiqun itu wahai rasulullah ?” Beliau
menjawab : “ Orang-orang yang sombong.” [HR. Tirmidzi dan dihasankan oleh Al Albani]

9. Menjauhi perkataan-perkataan yang keji,kotor dan tercela. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa


sallam- bersabda :
“Seorang mu’min itu bukanlah orang yang suka mencela dan suka melaknat serta yang keji
(kotor) perkataannya.” [HR. Bukhari dalam adabul mufrad dan dishahihkan oleh Al Albani]

10. Tidak mengejek (memperolok-olok) dan meremehkan orang lain yang sedang berbicara. Allah
Ta’ala berfirman :
‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َيْس َخ ْر َقْو ٌم ِم ْن َقْو ٍم َع َس ى َأْن َيُك وُنوا َخ ْيًر ا ِم ْنُهْم‬
“Wahai orang-orang yang beriman,janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang yang
lain,boleh jadi mereka yang diolok lebih baik dari mereka yang mengolok.” [Al Hujurat : 11]

11. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya serta jangan
berusaha menguasai dalam berbicara,tetapi berikanlah kesempatan kepada yang lain untuk
berbicara.

12. Menghadapkan wajahnya pada orang yang diajak berbicara, misalnya : tidak membuang muka,
tidak menoleh ke kiri dan ke kanan

BAB II
ADAB MEMBERI SALAM

I. TIU : Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri mampu mengerti dan memahami serta
mempraktekkan adab memberi salam.
II. TIK : Setelah menyelesaikan bab ini diharapkan santri mampu :
1. Menjelaskan pentingnya memberi salam kepada sesama muslim dengan baik dan benar.
2. Menyebutkan 7 diantaranya adab memberi salam dengan baik dan benar.

2
3. Menyebutkan kalimat memberi salam dengan baik dan benar.
4. Mengucapkan salam ketika masuk kelas atau bertemu dengan temannya.
5. Mempraktekkan secara nyata dalam kehidupan sehari – hari ketika bertemu dengan orang
lain.

BAB II
ADAB MEMBERI SALAM

Seorang muslim dengan muslim lainnya adalah bersaudara, maka sudah sepantasnya bagi setiap
muslim untuk saling mencintai, karena diantara syarat sempurnanya iman seseorang adalah dengan
mencintai saudaranya sesama muslim.
Diantara sebab agar kita saling mencintai adalah dengan mengucapkan salam ketika bertemu.
Sebagaimana dalam hadits dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- ia berkata, Rasulullah
bersabda:

‫ال تدخلون الجنة حتى تؤمنوا وال تؤمنوا حتى تحابوا أوال أدلكم على شيء إذا فعلتموه تحاببتم ؟ أفشوا السالم بينكم‬
“Kalian tidak akan masuk jannah (surga) sampai kalian beriman dan kalian tidak akan beriman
sampai kalian saling mencintai, maukah aku beitahukan sesuatu jika kalian melakukannya kalian
akan saling mencintai ? Sebarkan salam diantara kalian.”(HR. Muslim)
Dan sudah sepantasnya bagi para kaum muslimin untuk bersemangat dalam menyebarkan
salam baik kepada orang yang dikenal atau tidak dikenal, baik dirumah ataupun dijalan.
Memberi salam memilki adab-adab, diantara adabnya adalah:

1) Memberi salam kepada orang yang dikenal dan orang yang tidak dikenal.
Abdullah bin Amr bin Al Ash –radhiyallahu ‘anhu- menerangkan bahwa ada seorang
sahabat yang bertanya kepada Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- tentang amalan apa
yang terbaik dalam islam, maka beliau menjawab:

‫ُتْطِع ُم الَّطَعاَم َو َتْقَر ُأ الَّس اَل َم َع َلى َم ْن َع َر ْفَت َو َم ْن َلْم َتْع ِر ْف‬

“Engkau suka memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan
yang kamu tidak kenal.” (Muttafaqun ‘alaih)

2) Menjawab salam dengan jawaban salam yang lebih baik.


Apabila kita diberi salam maka menjawabnya dengan jawaban salam yang lebih baik.
Allah berfirman:
‫َو ِإَذ ا ُح ِّييُتْم ِبَتِحَّيٍة َفَح ُّيوا ِبَأْح َس َن ِم ْنَها‬

“Apabila kamu diberi penghormatan maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih
baik.” (Q.S. An Nuur: 86)

Apabila saudaranya mengucapkan ‫ السالم عليكم‬maka jawablah dengan jawaban salam yang lebih
baik,yaitu : ‫و عليكم السالم ورحمة هللا‬
Atau : ‫وعليكم السالم ورحمة هللا وبركاته‬

3) Yang pertama kali memulai dalam memberi salam maka ia yang lebih utama.
Apabila bertemu dengan saudaranya maka hendaknya memulai mendahului memberi
salam, karena sebaik-baik orang yang bertemu adalah yang memulai mendahului memberi
salam.
Berdasarkan hadis dari Abu Umamah bahwa Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam-
bersabda:
‫إن أولى الناس باهلل تعالى من بدأهم بالسالم‬

3
“Sesungguhnya manusia yang paling utama bagi Allah adalah yang memulai mendahului
memberi salam.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan)

4) Disunnahkan :
a. Yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan.
b. Yang berjalan memberi salam kepada yang duduk.
c. Yang sedikit memberi salam kepada yang banyak.
d. Yang muda memberi salam kepada yang tua.

Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan bahwa Rasulullah –shalallahu ‘alaihi


wa sallam- bersabda:

(( ‫ َو الَقليُل َع َلى الَك ِثيِر‬، ‫ َو الَم اِش ي َع َلى الَقاِعِد‬، ‫ )) ُيَس ِّلُم الَّر اِكُب َع َلى الَم اِش ي‬: ‫ وفي رواية للبخاري‬. ‫متفٌق َع َلْيِه‬
‫(( والصغيُر َع َلى الَك بيِر‬

“Yang berkendaraan memberi salam kepada yang berjalan, dan yang berjalan kepada yang
duduk, yang sedikit kepada yang banyak.” (Muttafaqun ‘alaih).
Dalam riwayat Bukhari disebutkan “yang muda memberi salam kepada yang tua.”
5) Memberi salam setiap kali bertemu walaupun bertemu kembali setelah ada penghalang.
Jika kita berjumpa dengan saudara kita maka ucapkanlah salam dan jika ada pohon atau
tembok yang menghalangi kemudian bertemu lagi, maka ucapkanlah salam kepadanya.
Abu Hurairoh mengatakan bahwa Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Jika kalian berjumpa saudaranya ucapkanlah salam kepadanya, jika ada pohon atau
tembok atau batu yang menghalanginya kemudian bertemu lagi maka ucapkanlah salam
kepadanya.” (HR. Abu Dawud)

6) Mengucapkan salam ketika masuk rumah.


Disunnahkan mengucapkan salam ketika masuk rumahnya sendiri dan keluarganya.

Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan bahwa Rasulullah –shalallahu ‘alaihi
wa sallam- bersabda: “Wahai anakku, apabila kamu masuk rumah ucapkanlah salam, jadikan
salam itu sebagai barokah bagi dirimu dan keluargmu.” (HR. Tirmidzi)

7) Disunnahkan untuk merendahkan suara dalam memberi salam ketika mendatangi suatu kaum
yang sebagian diantara mereka sedang tidur. Miqdam –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan :

“Dahulu apabila Rasulullah –shalallhu ‘alaihi wa sallam memberi salam, salamnya tidak
membangunkan orang yang tidur dan didengar oang yang terbagun atau terjaga.” (HR.
Muslim)

8) Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang buang hajat (air besar/kecil),

9) Tidak memulai memberi salam kepada yahudi, nashara, dan orang kafir lainnya. Dari Abu
Hurairah –radhiyallahu ‘anhu- bahwasanya Rasulullah –shalallahu ‘alaihi a sallam- bersabda:

“Janganlah kalian mendahului memberi salam kepada yahudi dan nashara.” (HR. Muslim)

Dan apabila orang kafir mengucapkan salam kepada kita maka cukup dengan menjawab
“wa’alaikum” (‫)وعليكم‬
Anas bin Malik mengatakan bahwa Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:
“Apabila ahlul kitab mengucapkan salam padamu, maka jawablah ‘wa’alaikum’.“ (Muttafaqun
‘alaih)

4
Dan apabila kita mendatangi kaum muslimin yang bercampur dengan orang kafir,maka boleh
mengucapkan salam pada mereka dengan maksud yang ditujukan adalah kaum muslimin.

Inilah adab-adab memberi salam yang telah diajarkan Allah dan Rasul-Nya untuk kita ketahui
dan kita amalkan sebagai amalan ibadah. Wallahu a’lam bishshowab.

BAB III
PERKATAAN – PERKATAAN YANG DILARANG
1. Ghibah
Ghibah (menggunjing) adalah membicarakan atau menyebutkan sesuatu tentang saudara kita
apa yang tidak dia sukai,walaupun sesuatu itu ada padanya.

Dan ghibah termasuk dosa besar yang hukumannya di akhirat nanti sangat mengerikan
Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengumpamakan perbuatan jelek ini dengan memakan bangkai
saudaranya, sebgaimana dalam firman-Nya :
‫َو اَل َيْغ َتْب َبْعُض ُك ْم َبْعًض ا َأُيِح ُّب َأَح ُد ُك ْم َأْن َيْأُك َل َلْح َم َأِخ يِه َم ْيًتا َفَك ِرْهُتُم وُه‬
“ Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain,sukakah salah seorang
diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati,maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya..” [Al Hujurat : 12]

Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bercerita kepada para shahabatnya : “ Ketika
aku sedang di mi’rajkan,aku melewati suatu kaum yang memiliki kuku-kuku dari tembaga.
Mereka mencakar-cakar wajah dan dada mereka. Kemudian aku bertanya : “Siapakah mereka
wahai Jibril?” Jibril menjawab : “Mereka adalah orang-orang yang memakan daging manusia
(berghibah) dan mencela kehormatannya.” Mengerikan bukan?

Dan seharusnya yang kita lakukan ketika ada aib atau keburukan pada diri seseorang adalah
berusaha untuk menutupinya dan tidak membicarakannya
2. NAMIMAH (MENGADU DOMBA)
Mengadu domba atau namimah adalah engkau menyampaikan ucapan seseorang kepada orang
yang lain dengan tujuan untuk merusak hubungan diantara keduanya.

namimah juga termasuk dosa besar dan perilaku yang tercela


Allah Ta’ala berfirman:

‫َو اَل ُتِطْع ُك َّل َح اَّل ٍف َمِه يٍن () َهَّم اٍز َم َّشاٍء ِبَنِم يٍم () َم َّناٍع ِلْلَخ ْيِر ُم ْع َتٍد َأِثيٍم‬
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina,yang banyak
mencela,yang ke sana kemari menebarkan fitnah (namimah),yang sangat enggan berbuat
baik,yang melampaui batas lagi banyak dosa.” [Al Qolam : 10-13]

Dan Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- pernah bersabda :


“Tidak akan masuk surga orang yang suka melakukan namimah.” [HR.Muslim]

Suatu kali Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berjalan bersama para


shahabatnya,kemudian mereka melewati dua buah kuburan. Kemudian beliau bersabda :

“Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang diadzab. Dan tidaklah keduanya diadzab
karena sesuatu masalah yang besar,namun sesungguhnya termasuk dosa besar. Adapun salah

5
satunya karena dia suka melakukan namimah,sedangkan yang kedua karena tidak menjaga
dirinya dari air kencing.”

3. Dusta
Berdusta adalah mengatakan atau menyampaikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Misalnya : tadi pagi kholid bangun kesiangan kemudian temannya bertanya : tadi pagi kholid
bangun jam berapa ? kholid pun menjawab : Aku bangun pagi sekali ketika adzan subuh
berkumandang. Nah,perkataan kholid ini adalah dusta atau bohong.
Dusta merupakan dosa besar, dusta merupakan akhlak yang tercela yang dibenci oleh Allah
dan Rasulnya serta manusia seluruhnya.
Orang yang gemar berdusta tidak akan dipercaya ucapannya. Ucapan dan perkataannya tidak
akan dianggap oleh orang lain dia akan dicap sebagai pendusta sehingga orang-orang akan
membencinya dan menjauhinya. Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

‫ َو ِإَّن الَك ِذَب َيْه ِد ي‬. ‫ وإَّن الَّرُج َل َلَيصُدُق َح َّتى ُيْك َتَب ِع ْنَد ِهللا ِص ِّديقًا‬، ‫ وإَّن البر َيهِد ي ِإَلى الَج َّنِة‬، ‫إَّن الِّصدَق َيْهِد ي ِإَلى البِّر‬
‫ َو ِإَّن الَّرُج َل َلَيْك ِذُب َح َّتى ُيكَتَب ِع ْنَد هللا َك َّذ ابًا‬، ‫ َو ِإَّن الُفُج وَر َيهِد ي ِإَلى الَّناِر‬، ‫ِإَلى الُفُج وِر‬

“Sesungguhnya kejujuran itu mengantarkan pada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan
kepada surga. Dan sesungguhnya apabila seseorang selalu berusaha berkata jujur maka dia
akan dicatat di sisi Allah sebagi orang yang jujur. Dan sungguh kedustaan itu mengantarkan
kepada kejahatan dan kejahatan itu mengantarkan kepada neraka. Dan sesungguhnya apabila
seseorang selalu berdusta maka akan dicatat di sisi Allah sebagai seorang
pendusta.”[Mutafaqun ‘alaihi]

BAB IV
HASAD

I. TIU : Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri mampu mengerti dan memahami
larangan berdusta.
II. TIK : Setelah menyelesaikan bab ini diharapkan santri
Mampu :
1. Menjelaskan pengertian hasad dengan baik dan benar.
2. Menunjukkan sikap yang benar terhadap hasad.
3. Menentukan sikap yang tepat apabila Alloh memberikan kelebihan pada orang lain
dengan baik dan benar
4. Menyebutkan pada perkara apa saja yang bisa menimbulkan hasad dengan baik dan
benar

BAB IV
HASAD

Hasad adalah mengharapkan hilangnya kenikmatan yang ada pada saudaranya.

Hasad merupakan dosa besar, Allah Azza wa Jalla dengan segala keadilan-Nya memberikan karunia
kepada siapa saja dari hamba-Nya yang dia kehendaki. Tidak ada seorangpun yang bisa menghalangi
pemberian Allah kepada hamba-Nya. Maka tidaklah pantas bagi seorang muslim untuk timbul sifat
hasad dalam hatinya dan mengharapkan hilangnya nikmat yang ada pada saudaranya.

6
Rasulullah –shalallahu ‘alaihi wa sallam- memperingatkan tentang sifat tersebut sebagaimana dalam
hadits :

‫ َو ُك وُنوا ِع َباَد ِهّٰللا ِإْخ َو اًنا‬،‫ َو اَل َتقاَطُعوا‬،‫ َو اَل َتَباَغُضوا‬،‫اَل َتحاَس ُد وا‬
“Dari Anas : “Bahwasanya Nabi bersabda : “Janganlah kalian saling mendengki dan jangan saling
membenci dan janganlah saling bermusuhan,jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang
bersaudara.” [HR.Muslim]

Boleh kita menginginkan seperti apa yang pada orang lain dalam 2 hal :
1. Seseorang yang dikaruniai harta kemudian dia menginfakkannya di jalan Allah
2. Seseorang yang dikaruniai ilmu kemudian dia mengamalkan dan mengajarkannya.
Bergembiralah dengan kelebihan yang Allah berikan kepada saudaramu sebab bisa jadi karunia yang
Allah berikan kepada saudaramu akan bermanfaat bagimu. Wallahu a’lam bishshowab

BAB V
ADAB BERMAJELIS (BERKUMPUL)

I. TIU : Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri mampu mengerti dan memahami serta
mempraktekkan adab bermajelis.
II. TIK : Setelah menyelesaikan bab ini diharapkan santri mampu :
1. Menjelaskan pengertian dari bermajelis dengan baik dan benar.
2. Menyebutkan tujuan dari adab bermejelis dengan baik dan benar.
3. Menyebutkan 8 dari 11 adab-adab bermajelis dengan baik dan benar.
4. Menyebutkan doa kaffaratul majelis disetiap bermajelis dengan baik dan benar.
5. Mempraktekkan adab bermejlis disetiap majelis dengan baik dan benar.

BAB V
ADAB BERMAJELIS (BERKUMPUL)

Bermajelis yaitu berkumpul di suatu majelis atau perkumpulan sering kita lakukan,baik itu
bermajelis untuk menimba ilmu,bermajelis dalam sebuah acara walimah,rapat atau pertemuan.
Dalam syairiat kita yang mulia ini terdapat beberapa aturan dan tuntunan ketika seseorang
berkumpul dalam sebuah majelis. Aturan dan tuntunan itu diberikan agar majelis atau perkumpulan
tersebut mendatangkan berkah dan manfaat bagi setiap orang yang ada didalamnya serta terjaganya
majelis tersebut dari hal-hal yang tidak baik dan kesia-siaan.
Berikut ini beberapa adab yang harus dijaga dalam bermajelis :
1. Hendaknya memberi salam kepada orang-orang yang berada di dalam mejelis baik ketika masuk
ke dalam majelis maupun keluar, Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Apabila salah seorang di antara kalian sampai pada suatu majelis, maka hendaknya dia
memberi salam, kemudian jika dilihat layak baginya duduk maka duduklah kemudian jika ia
bangkit (keluar) dari majelis hendaknya memberi salam pula,bukanlah yang pertama lebih berhak
dari yang kedua.” [HR.Abu Dawud dan Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albany]

2. Hendaknya duduk di tempat yang masih tersisa Jabir bin Abdullah –radhiyallahu ‘anhu-
mengatakan :

“Dahulu kami, apabila kami mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam maka masing-masing
kami duduk di tempat yang masih tersedia di majelis.” [HR.Abu Dawud dishahihkan Syaikh Al-
Albany]
7
3. Tidak boleh menyuruh orang lain pindah dari tempat duduknya kemudian dia mendudukinya, akan
tetapi berlapang-lapang dan berluas-luaslah di dalam majelis. Dari Ibnu Umar –radhiyallahu
‘anhu- bahwasanya Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Tidak boleh bagi seseorang untuk menyuruh orang lain pindah dari tempat duduknya,lalu dia
menempatinya,akan tetapi berlapang-lapanglah dan berluas-luaslah.” (Muttafaqun ‘alaihi)

4. Tidak duduk di antara dua orang yang sedang duduk kecuali dengan izin mereka. Rasulullah -
shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
“Tidak halal bagi seseorang memisah di antara dua orang kecuali seizin keduanya.”
[HR.Ahmad]

5. Tidak boleh mengambil tempat duduk orang lain yang keluar dari majelis sementara waktu untuk
satu keperluan. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Apabila salah seorang di antara kalian bangkit dari tempat duduknya,kemudian kembali,maka
dia lebih berhak untuk menempatinya.” [HR.Muslim]

6. Apabila duduk bertiga,maka tidak boleh berbisik berduaan dengan meninggalkan orang yang
ketiga. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Jika kalian bertiga,maka janganlah dua orang diantara kalian berbisik tanpa melibatkan yang
lain sampai kalian bercampur dengan orang banyak,karena yang demikian itu dapat membuatnya
sedih.” [ Mutafaqun ‘alaihi ]

7. Tidak duduk di tengah-tengah halaqah (lingkaran majelis)

8. Tidak banyak tertawa. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :


“Janganlah kamu banyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan hati.”
[HR.Ibnu Majah dishahihkan oleh Al Albani]

9. Menjaga pembicaraan yang terjadi dalam perkumpulan (majelis).

10. Tidak melakukan perbuatan yang mengganggu orang lain, seperti : Bersendawa, membuang ingus,
atau buang angin di dalam majelis.

11. Menutup majelis dengan doa kafaratul majelis. Rasulullah -shalallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

Barangsiapa yang duduk dalam suatu majelis, dan dalam majelis itu terjadi banyak kegaduhan,
kemudian sebelum bubar dari majelis dia mengucapkan :

‫سبحانك اللهم و بحمدك أشهد أن ال إله أنت أستغفرك و أتوب إليك‬

“ Maha suci Engkau yaa Allah,dan segala puji bagi-Mu,aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan
yang berhak disembah kecuali Engkau,aku memohon ampunan-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”
Melainkan Allah mengampuni apa yang terjadi di majelis itu bagi-Nya.” [HR.Ahmad dan Tirmidzi
dan di shahihkan oleh Al Albani]. Wallahu a’lam bishshowab

BAB VI
ADAB MEMINTA IZIN KETIKA HENDAK BERTAMU

8
I. TIU : Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri mampu mengerti dan memahami serta
mempraktekkan adab meminta ijin.
II. TIK : Setelah menyelesaikan bab ini diharapkan santri mampu :
1. Menyebutkan 6 adab dari 8 tentang adab meminta ijin dengan baik dan benar.
2. Menyebutkan 3 macam tata cara meminta ijin yang salah.
3. Menyebutkan hal – hal yang dilarang dalam meminta ijin dengan baik dan benar.
4. Mempraktekkan cara meminta ijin yang benar dengan baik dan benar.

BAB VI
ADAB MEMINTA IZIN KETIKA HENDAK BERTAMU

Islam yang mulia ini telah mengajarkan segala kebaikan yang bisa mengantarkan kita kepada
kemuliaan baik di dunia maupun di akhirat. Di antara ajaran islam yang mulia adalah adab ketika
kita akan bertamu atau berkunjung ke rumah orang lain yaitu adab meminta izin. Di antara adab
meminta izin adalah:
1) Tidak boleh masuk rumah orang lain tanpa izin pemiliknya, Allah –subhanahu wa ta’ala -
berfirman:

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا اَل َتْد ُخ ُلوا ُبُيوًتا َغ ْيَر ُبُيوِتُك ْم َح َّتى َتْس َتْأِنُس وا َو ُتَس ِّلُم وا َع َلى َأْه ِلَها‬

“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian masuk rumah selain rumah-rumah kalian
sampai kalian minta izin dan mengucapkan salam pada penghuninya” (Q.S. An Nuur: 27)

2) Tidak menghadap ke pintu ketika meminta izin.


Jangan menghadap ke pintu ketika meminta izin,akan tetapi berdirilah dengan menghadap ke
bagian samping kanan atau kiri pintu, yang demikian itu agar menghalangi kita dari melihat sesuatu
yang tidak diperkenankan oleh tuan rumah ketika ia membuka pintu. Dan ini merupakan adab yang
dituntunkan oleh Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- kepada kita ketika meminta izin,sebagaimana
disebutkan dalam sebuah hadits :

“bahwasanya Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- ketika mendatangi pintu suatu kaum untuk
meminta izin beliau tidak menghadap langsung ke pintu akan tetapi ke pojok kanan atau ke pojok
kiri, jika diberi izin beliau masuk, jika tidak maka beliau kembali.” (HR. Bukhari)

3) Mengetuk pintu dengan pelan-pelan.


Diperbolehkan untuk mengetuk pintu ketika meminta izin,dan apabila engkau mengetuk pintu maka
ketuklah dengan pelan dan janganlah engkau mengetuk dengan keras dan kasar,karena hal itu bisa
mengganggu tuan rumah.
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu ‘anhu-, “sesungguhnya pintu-pintu rumah Rasulullah –
shalallahu ‘alaihi wa sallam- diketuk dengan ujung kuku.” (HR. Bukhari)
4) mengucapkan salam ketika meminta izin. Dahulu Nabi –shalallahu ‘alaihi wa sallam- apabila
mendatangi pintu suatu kaum,beliau tidak menghadap persis di hadapan pintu,namun ke pojok
kanan atau kiri dan mengatakan “assalamu’alaikum assalamu’alaikum” (Hadits shahih riwayat
Ahmad)

5) Meminta izin itu sampai tiga kali, jika sudah 3x tidak ada jawaban maka hendaknya kembali
pulang. Disebutkan dalam hadits Abi Musa Al Asy’ari bahwasanya Rasullah -shalallahu ‘alaihi wa
sallam- bersabda :
9
(( ‫ َفإْن ُأِذ َن َلَك َو ِإَّال َفاْر ِج ْع‬، ‫متفٌق َع َلْيه )) االْسِتْئَذ اُن َثالٌث‬

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “meminta izin itu tiga kali,apabila diizinkan
maka masuklah dan apabila tidak maka kembalilah” (Mutaffaqun ‘alaihi)

6) Ketika tuan rumah bertanya “siapa?” maka sebutlah namamu dan jangan mengatakan “saya”,
karena jawaban itu tidak menjelaskan siapa dirimu.
Dari Jabir –radhiyallahu ‘anhu- : “aku datang kerumah Nabi –shalallahu ‘alaihi a sallam- kemudian
aku ketuk pintunya. Maka beliau bertanya : “”Siapa?” Aku menjawab : “saya”, maka beliau
mengatakan : “saya…saya” seolah-olah beliau tidak menyukainya.” (Mutaffaqun ‘alaihi)

7) Tidak boleh mengintip ke dalam rumah.


Ketika minta izin tidak boleh mengintip dan melihat isi rumah dari luar. Rasulullah –shalallahu
‘alaihi wa sallam- bersabda :

“Barangsiapa yang suka mengintip ke dalam rumah seseorang tanpa izin maka dihalalkan bagi
mereka untuk mencungkil matanya .” (HR.Muslim)

Apabila tuan rumah berkata kepada peminta izin “pulanglah” maka hendaknya peminta izin pulang.
Karena Allah berfirman yang artinya : “dan jika dikatakan padamu ‘pulanglah !’ maka pulanglah,
karena yang demikian itu lebih suci bagimu.” (Q.S. An Nuur : 28)

BAB VII
ADAB KETIKA SAKIT

I. TIU ( TUJUAN INSTURKSIONAL UMUM )


Setelah mempelajari bab ini diharapkan santri memahami adab-adab ketika sakit.
II. TIK (TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS )
Setelah mempelajari pokok bahasan ini diharapkan santri mampu :
1. Menjelaskan bahwasanya sakit adalah merupakan ujian dari Alloh Subhanahu Wata’ala
dengan baik dan benar
2. Menyebutkan keutamaan ketika ditimpa sakit dengan baik dan benar
3. Menyebutkan 4 dari 5 adab –adab sakit dengan baik dan benar.
4. Menyebutkan doa ketika sakit dengan baik dan benar

BAB VII
ADAB KETIKA SAKIT

Sakit merupakan salah satu bentuk ujian dari Allah Ta’ala bagi hamba-Nya. Dan kita perlu tahu bahwa
dibalik rasa sakit yang kita rasakan ada banyak kebaikan yang diberikan oleh Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, diantaranya adalah terhapusnya dosa dan akan mendapatkan pahala jika kita mampu bersabar.
Rasulullah - sholallahu ‘alaihi wa sallam - bersabda :

‫َم ا ُيِص يُب اْلُم ْسِلَم ِم ْن َنَصٍب َو اَل َو َصٍب َو اَل َهٍّم َو اَل ُح ْز ٍن َو اَل َأًذ ى َو اَل َغ ٍّم َح َّتى الَّش ْو َك ِة ُيَشاُك َها ِإاَّل َك َّفَر ُهَّللا ِبَها ِم ْن َخ َطاَياُه‬

“ Tidaklah menimpa seorang muslim itu rasa letih,tidak pula rasa sakit, kegelisahan, kesedihan,
gangguan, kedukaan, atau tertusuk duri sekalipun kecuali Allah akan menghapus dengannya
kesalahan-kesalahnya.” (HR.Bukhari Dari Abu Hurairah)

10
Agar sakit yang kita alami mendatangkan banyak kebaikan,maka perhatikanlah beberapa adab ketika
sakit berikut ini :

1. Tabah dan sabar ketika sakit.


2. Tidak mengeluh Ketika sakit.
3. Perbanyak istighfar dan dzikir jangan justru melakukan hal-hal yang sia-sia.
4. Tetap melaksanakan sholat fardhu sesuai dengan kemampuan.
5. Berobat dengan cara yang halal yang tidak bertentangan dengan syari’at.
6. Banyak berdoa meminta kesembuhan, diantara doa yang diajarkan oleh Nabi kita adalah :

‫الَّلُهَّم َرَّب الَّناِس ُم ْذ ِهَب اْلَباِس اْش ِف َأْنَت الَّشاِفي اَل َشاِفَي ِإاَّل َأْنَت ِش َفاًء اَل ُيَغاِدُر َس َقًم ا‬

“ Yaa Allah, Rabb seluruh manusia Penyembuh seluruh penyakit,sembuhkanlah aku,Engkaulah Yang
Maha Menyembuhkan, tiada yang mampu menyembuhkan kecuali Engkau,dengan kesembuhan yang
tidak mendatangkan penyakit.”[HR.Bukhari dari Shahabat Anas Bin Malik )
7. Meletakkan tangan pada bagian yang sakit kemudian membaca do’a

8)

11

Anda mungkin juga menyukai