NPM : 1006010020
FACULTY/DEPARTMENT/ SEMESTER : KIP/ B. INGGRIS/ V
STUDY : RHETORIC
TASK ABOUT RHETORIC IN ISLAM
RHETORIC OF ISLAM
Retorika berasal dari bahasa Yunani “RHETOR” atau bahasa Inggris “ORATOR” yang
berarti “kemahiran dalam berbicara dihadapan umum”. I Gusti Ngurah Oka, memberikan definisi
sebagai berikut“Ilmu yang mengajarkan tindak dan usahayang untuk dalam persiapan,
kerjasama, serta kedamaian ditengah masyarakat”. Dengan demikian termasuk dalam cakupan
pengertian Retorika adalah: Seni berbicara-Kemahiran dan kelancaran berbicara-Kemampuan
memproduksi gagasan-Kemampuan mensosialisasikan sehingga mampu mempengaruhi
audience. Sementara menurut yang lain, retorika (rhetoric) secara harfiyah artinya berpidato atau
kepandaian berbicara Dan kini lebih dikenal dengan nama Public Speaking.
Disetiap Negara, agama, adat, kelompok selalu ada yang namanya retorika, di dalam
kehidupan sehari-hari terkadang tanpa disadari kita juga sedang beretorika. Di dalam Islam juga
ada retorika, retorika Islam berbeda dengan retorika lainnya seperti orator, kampanye ,dll. Islam
mengenal hanya dakwah sebagai retorikanya. Adapun dakwah berasal dari bahasa Arab yang
artinya ‘mengajak’ atau ‘menyeru’. Banyak sekali pengertian dakwah yang dikemukakan oleh
para ahli dakwah, tapi pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa dakwah adalah aktivitas
mengubah situasi dan kondisi yang tidak sesuai dengan Islam menjadi situasi dan kondisi yang
sesuai dengan kehidupan Islam. Dengan demikian yang diinginkan oleh dakwah adalah
terjadinya perubahan ke arah kehidupan yang lebih Islami. Dari definisi tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa retorika dakwah adalah ketrampilan menyampaikan ajaran Islam secara
lisan guna memberikan pemahaman yang benar kepada kaum muslimin agar mereka dapat
dengan mudah menerima seruan dakwah Islam yang karenanya pemahaman dan prilakunya
dapat berubah menjadi lebih Islami. Atau retorika Dakwah dapat dimaknai pula sebagai pidato
atau ceramah yang berisikan pesan dakwah, yakni ajakan ke jalan Tuhan (sabili rabbi) mengacu
pada pengertian dakwah dalam QS. An-Nahl:125:
“Serulah oleh kalian (umat manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah, nasihat yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka secara baik-baik…”
Retorika dakwah sendiri berarti berbicara soal ajaran Islam. Dalam hal ini, Dr. Yusuf Al-
Qaradhawi dalam bukunya, Retorika Islam (Khalifa, 2004), menyebutkan prinsip-prinsip retorika
Islam sebagai berikut:
Hal ini merupakan perintah langsung dari Allah untuk berdakwah, maka setiap individu
muslim tertuntut untuk mengerjakannya dengan bentuk dan cara tertentu. Sudah tentu, bentuk
dakwah berbeda-beda. Dakwah kepada Allah dapat dilakukan dengan menulis buku,
mempresentasikan ceramah-ceramah di perguruan tinggi atau pusat-pusat keilmuan, kutbah
jumat, pengajian di masjid atau di tempat-tempat lain.
Seorang ahli dakwah harus benar-benar memahami bahwa dia menyeru ke jalan Allah
untuk menunjukan manusia ke jalan yang digariskanNya, sehingga mampu melakukan ibadah
kepadaNya semata dan bermuamalah dengan sesama manusia secara baik dan benar. Dengan
begitu, akan mendapatkan kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak memperoleh imbalan yang
baik. Seorang dai tidak mengajak orang lain untuk ikut menuju jalannya sendiri atau
kelompoknya. Tetapi harus mengajak mereka ke jalan Tuhannya semata. Seperti firman Allah:
”Tidak wajar bagi seorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al-Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu ia berkata kepada manusia ”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku
bukan penyembah Allah” (Ali Imron ayat 79)
Pengertian hikmah adalah mengajak manusia kepada akal manusia dengan dalih-dalih
ilmiah yang memuaskan dan dengan bukti-bukti logika yang cemerlang. Semua itu dimaksudkan
untuk mengikis keraguraguan dengan argumentasi dan penjelasan, menolak hal-hal subhat dan
mengalihkan kepada hal-hal yang jelas, tegas dan mudah dipahami. Inilah bekal dari bagi para
dai atau penyeru kebaikan dalam era informasi sekarang. Yang pasti, kita semua perlu
mengambil bagian dalam proyek retorika Islam ini. Agar nilai-nilai Islam bisa dipahami dengan
benar, begitu juga praktek-praktel amal yang kemudian mengikutinya. Jika dalam kehidupan
keseharian nilai-nilai islam benar-benar sudah dilaksanakan, maka kemenangan Islam bukan lagi
sekedar impian. (Yons Achmad)
Secara ideal, masih menurut Dr. Yusuf Al-Qaradhawi, karakteristik retorika Islam adalah
sebagai berikut :.
3. Mengajak pada keseriusan dan konsistensi, dan tidak melupakan istirahat dan berhibur.
6. Menolak aksi teror yang terlarang dan mendukung jihad yang disyariatkan.
Untuk bisa berdakwah dengan baik, ada tiga bagian yang hendak kita bahas, yaitu :
1. Persiapan
Apapun kegiatan yang hendak kita lakukan, persiapan merupakan sesuatu yang amat
penting. Dalam berceramah atau berdakwah, persiapan menjadi lebih penting lagi bagi pemula
atau siapa saja yang belum berpengalaman. Adapun langkah- langkah yang harus dipersiapkan
adalah sebagai berikut.
a. Mentalitas yang memadai
Persiapan mental dalam berdakwah (ceramah/pidato) adalah dengan menumbuhkan
kedalam jiwa kita rasa percaya diri yang tinggi.
b. Memahami latar belakang jamaah
Memahami latar belakang jamaah memiliki arti yang sangat penting agar kita tahu
gambaran keadaan jamaah. Dari sini kita bisa menentukan tema apa yang perlu diangkat atau
disinggung.
Ali bin Abi Thalib berkata :
حد ثوا الناس بما يعرفون اتحبون ا ن يكذبون هللا ورسوله
“Berbicaralah dengan orang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, apakah engkau
suka Allah dan Rasulnya didustakan ?”
Dari Aisyah ra, beliau berkata :
امرنا رسول هلل صلى ا هلل عليه وسلم ان ننزل النا س منا زلهم
“Rasulullah SAW Memerintahkan kepada kami untuk menempatkan manusia sesuai
kedudukannya”1[4]
1
ا تقو ا النا: قال رسول ا هلل صلى ا هلل عليه وسلم: وعن عدى بن حا تم رضى ا هلل عنه قال
) فمن لم يجد فبكلمة طيبة (متفق عليه. ر ولو بشق تمر ة
“ Dari Adiy bin Hatim ra, ia berkata :Rasulullah SAW bersabda : “takutlah kalian
terhadap api neraka, walau hanya dengan menyedekahkan separuh biji kurma. Apabila tidak
mendapatkannya, cukup dengan berkata yang baik” ( HR. Bukhori dan Muslim)2[5]
b. Menguasai forum
Penceramah (da’i) Terlebih dahulu menguasai dirinya sendiri agar tidak gugup atau
grogi. Setelah itu, Insya Allah akan mudah untuk menguasai forum.
Sabda Rasulullah SAW :
“sesungguhnya Allah sangat senang jika salah seorang diantara kamu melakukan
sesuatu dengan cara yang tekun(profesional). Sebagaimana yang disebutkan, sesungguhnya
Allah mewajibkan untuk berbuat sebaik mungkin dalam segala sesuatu”3[6]
c. Jangan menyimpang
Penceramah harus tetap berpijak pada tema yang sudah dipersiapkan, jangan sampai
melebar terlalu jauh dengan membahas hal- hal yang tidak direncanakan untuk dibahas.
Diriwayatkan ada seorang Arab Badui berbicara dihadapan Rasulullah dengan panjang
lebar, maka beliau bersabda :
فنضر ا هلل و جه ه مرئ او جز فى كال،و ا ن ا هلل عز و جل يكره اال نبغا ق فى ا لكالم
مه فا قتصر على حا جته
“ sesungguhnya Allah Azza wajalla membenci berlebih- lebihan dalam pembicaraan.
Semoga Allah SWT menerangi wajah seseorang yang mempersingkat pembicaraan sehingga dia
meringkas kadar keperluan”4[7]
d. Gaya yang orisinil
Penceramah sebaiknya menggunakan gayanya sendiri. Jangan meniru orang lain. Hal ini
akan mempermudah ceramahnya, sekaligus dapat menjaga wibawanya.
e. Bersikap sederajat
Saat berdakwa (ceramah), sebaiknya bersikap sederajat, jangan terlalu menggurui.karena
itu, dalam menyampaikan pesan, gunakanlah istilah “kita” bukan “anda”, apalagi “kalian”.
f. Mengatur intonasi
Ceramah yang menarik adalah ceramah yang nadany naik turun. Tidak datar terus atau
tidak tinggi terus menerus, apalagi bila dalam ceamah berkisah tentang dua orang yang
berdialog, tentu hrus dapat dibedakan suara antara tokoh yang satu dengan yang lain.
g. Mengatur tempo
Dalam memberikan ceramah, seorang penceramah hendaknya mengatur tempo
pembicaraan sehingga antara kalimat yang satu dan kalimat berikutnya diberikan jarak. Dari sini
seorang penceramah tidak berbicara terlalu cepat atau terlalu lambat.
h. Memberi tekanan
Kalimat yang amat penting untuk dipertegas kepada pendengar, harus diberi tekanan
dengan cara mengulang- ulang, dengan begitu jamaah mendapat kejelasan yang memadai.
كا ن كال م رسول ا هلل صلى ا هلل عليه و سلم: وعن عا ئسة رضى ا هلل عنها قا لت
)كال م فصال تفهمه{ كل من يسمعه (رواه ابو داود
"Dari Aisyah ra, ia berkata : “perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas,
jika orang lain mendengarnya, pasti dapat memahaminya”. (HR. Abu Daud)5[8]
i. Memelihara kontak dengan jamaah
5
Ceramah yang sudah berlangsung lebih dari 30 menit biasanya melelahkan jamaah. Oleh
karena itu, kontak dengan jamaah jangan sampai terputus, misalnya dengan bertanya, memberi
humor yang segar dan relevan.
j. Pengembangan bahasan
Untuk menambah daya tarik dalam pembahasan, diperlukan pengembangan bahasa.
Pertama, penjelasan, yakni keterangan tambahan yang sederhana dan tidak terlalu rinci. Kedua,
memberikan contoh yang relevan dengan pembahasan sehingga masalah yang dibahas akan
menjadi tambah jelasbdan konkret. Ketiga, memberikan analogi, yaitu perbandingan antara dua
hal, baik untuk menunjukkan persamaan maupun perbedaan. Keempat, memberikan testimoni,
yakni mengutip, baik ayat, hadits, kata mutiara, keterangan para ahli, buku, dll.
k. Memberi kesimpulan
Bila diperlukan, penceramah dapat memberikan kesimpulan dari uraiannya, lalu
lanjutkan dengan kalimat penutup
3. Langkah- Langkah Sesudah Berdakwah (pidato/ceramah)
Meskipun ceramah sudah berlangsung dengan baik menurut sang penceramah, ada
beberapa hal yang harus dilakukan. Pertama, turun dari podium dan berbicara dengan tenang
menuju tempat duduk semula. Kedua, kalau perlu mencari informasi tentang respons jamaah.
Ketiga, mengevaluasi ceramah yang sudah disampaikan.
Demikianlah secara umum dakwah (ceramah)yang baik. Bagi yang ingin pandai berceramah
tentu saja harus banyak berlatih, baik sendiri atau bersama- sama. Untuk mudah mengeluarkan
kata- kata yang baik tentu harus memiliki banyak perbendaharaan kata- kata dan hal itu dapat
diperoleh melalui banyak membaca maupun banyak mendengar retorika orang lain.