Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

HUKUM-HUKUM DALAM ISLAM

NAMA :YURISA PUTRIMA MARDHOTILLAH


NIM :G1A117060
DOSEN PENGAMPU :KEMAS ABDUL HAI, S.Ag.M.ud

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI 2017
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menjaga lidah bukanlah perkara mudah lidah memang daging tak bertulang, namun apa yang
keluar dari mulut bisa diambil atau dikembalikan lagi. Baik itu perkataan baik atau pun buruk
bila telah terlontarkan dari lidah, tak akan ada yang dapat mengambilnya kembali. Syariat
Islam sangat memperhatikan hal ini karena itulah ada adab dan etika berbicara dalam Islam.
Baik adalah muatan pembicaraanya itu mengajak kepada sesuatu yang baik dan harus dengan
hikmah atau kebijaksanaan yang baik pula. Sehingga adab sopan santun juga perlu
diperhatikan seorang muslim dalam manajemen bicara harus dapat mengendalikan lisan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana hadis etika saat berbicara ?
2. Apa penjelasan tentang hadis etika berbicara

BAB II PEMBAHASAN
A. Hadis tentang Etika Berbicara
Artinya:
Termasuk Muru’ah (harga diri) ialah bila seseorang mendengarkan dengan penuh perhatian
pembicaraan saudaranya ketika ia berbicara kepadanya, dan termasuk teman seperjalanan
yang baik ialah bila seseorang berhenti ketika teman seperjalanannya terputus tali
terompahnya.
Penjelasan hadist
Hadis ini mencerikan tentang etika dalam berbicara dan etika dalam berjalan
bersama.Hendaklah seseorang mendengarkan perkataan saudaranya ketika ia berbicara
kepadanya, dan hendaklah seseorang berhenti terlebih dahulu membantu saudara
seperjalannya bila saudara seperjalanannya itu mendapat gangguan atau hambatan.
Ada banyak etika, adab dan sopan santun dalam berbicara yang diketahui dan dianut oleh
masyarakat. Salah satu acuan yang dapat kita pedomani adalah adab berbicara di Minang
Kabau Sumatera Barat yang dikenal dengan “Kato nan Ampek” yaitu adab berbicara
dibedakan atas empat (ampek) jenis audience atau lawan komunikasi kita, sebagai berikut:
1. Kato Mandaki, Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang
lebih tua atau dituakan dan lebih dihormati karena jabatan dan kedudukannya.
2. Kato Mandata, Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan teman
sebaya atau rekan kerja.
3. Kato Malereng, Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang
memiliki hubungan kekerabatan dengan kita dan keluarga seperti ipar, besan, sumando,
mamak rumah.
4. Kato Manurun, Kata dan adab yang digunakan bila kita berkomunikasi dengan orang yang
lebih muda ataupun kepada bawahan.
Dalam islam bisa dikatakan bahwa etika bicara itu merupakan menjaga lisan dalam
mengkomunikasikan sesuatu, karena setiap kata-kata yang diucapkan kita bisa mendapat
pahala apabila perkataan itu baik. Ajaran Islam amat sangat serius memperhatikan soal
menjaga lisan sehingga Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada antara dua
janggutnya (lisan) dan apa yang ada antara dua kakinya (kema-luannya) maka aku menjamin
Surga untuknya.” (HR. Al-Bukhari).
Hendaknya pembicaran selalu di dalam kebaikan. Seperti dalam Al-Qur’an, Allah berfirman
yang artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-
bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau
mengadakan perdamaian di antara manusia. dan barangsiapa yang berbuat demikian Karena
mencari keredhaan Allah, Maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar”. (An-
Nisa: 114).
Dari Ibnu Umar radhiyallohuanhu Rasulullah shallallahu alaihi wassalam bersabda“Janganlah
memperbanyak pembicaraan selain dzikrulloh karena banyak bicara yang bukan dzikrullah
membuat hati keras dan manusia yang paling jauh dari Alloh adalah yang keras hati. (HR.
Tirmidzi)
Berkata Al Hafizh Ibnu Hajar Al Asqolani bahwa, ”Seseorang jika ingin berbicara hendaknya
berfikir sebelumnya. Jika ia yakin tidak akan berakibat jelek dan tidak mengahantarkan
kearah yang diharamkan atau dimakruhkan, silahkan ia bicara. Sekalipun pembicaraan itu
hanya mubah saja, sebaiknya ia diam jika dapat menghantarkan keadaan pembicaraan yang
haram atau makruh (fathulbari)
Hendaknya pembicaran dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras dan tidak pula
terlalu rendah, ungkapannya jelas dapat difahami oleh semua orang dan tidak dibuat-buat
atau dipaksa-paksakan.
A. Adab Berbicara
Berikut ini adalah adab berbicara dalam islam:
a. Menjaga Lisan
Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil, dusta, menggunjing,
mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor, ringkasnya, dari apa yang
diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang merupakan produk lisan memiliki
dampak yang luar biasa.
Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karena perkataan dan
provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir, tumbuh dan berkembang melalui kata-
kata. Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata. Ironinya, banyak orang
yang tidak menyadari dampak luar biasa dari kata-kata. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda:
“Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah,
dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan
sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah,
dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam” (HR.
Bukhari)
Hadis Hasan riwayat Imam Ahmad menyebutkan, bahwa semua anggota badan tunduk
kepada lisan. Jika lisannya lurus maka anggota badan semuanya lurus, demikian pun
sebaliknya. Ath-Thayyibi berkata, lisan adalah penerjemah hati dan penggantinya secara
lahiriyah. Karena itu, hadits Imam Ahmad di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi yang
lain:
“Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah
seluruh jasad, dan bila rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
b. Berkata Baik Atau Diam
Adab dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-
kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya.
Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri
dan lebih baik. Dalam Q.S Al Israa’ Ayat 53 yaitu: Dan Katakanlah kepada hamha-hamba-
Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya
syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah
musuh yang nyata bagi manusia.
Adab berbicara di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslim yang harus
produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya. Menjadikan semua gerak
diamnya sebagai ibadah dan sedekah. Dalam ayat Al-Qur’an dijelaskan bahwa perkataan atau
ucapan yang baik itu terpuji dan juga merupakan amal ibadah, karena akan mendapatkan
pahala. Namun apabila sebaliknya maka kehancuran yang akan didapatkan.
c. Sedikit bicara lebih utama
Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-
kata yang meluncur bak air mengalir akan menghanyutkan apa saja yang diterjangnya,
dengan tak terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara. Beliau Shallallaahu alaihi wa
Salam bersabda artinya: “…Dan (Allah) membenci kalian untuk qiila wa qaala.” (HR. Al-
Bukhari dan Muslim).
Imam Nawawi rahimahullah berkata, qiila wa qaala adalah asyik membicarakan berbagai
berita tentang seluk beluk seseorang (ngerumpi). Bahkan dalam hadits hasan gharib riwayat
Tirmidzi disebutkan, orang yang banyak bicara diancam oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi
wa Salam sebagai orang yang paling beliau murkai dan paling jauh tempatnya dari Rasulullah
pada hari Kiamat. Abu Hurairah Radhiallaahu’anhu berkata, ‘Tidak ada baiknya orang yang
banyak bicara.’ Umar bin Khathab Radhiallaahu anhu berkata, ‘Barangsiapa yang banyak
bicaranya, akan banyak kesalahannya.’
d. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa
Seperti halnya dalam nasehat menasehati pada seseorang dengan mengatur nada bicara dan
menghjhidari pokok pembicaraan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Aisyah
Radhiallaahu ‘anha telah menuturkan: “Sesungguhnya Nabi apabila membicarakan suatu
pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya”.
(Mutta-faq’alaih).
e. Dilarang membicarakan setiap yang didengar
Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya
sendiri yang beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu,
kata-kata umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang buruk.
Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, ‘Siapa yang membicarakan setiap apa
yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta’. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi
Shallallaahu alaihi wa Salam : “Cukuplah seseorang itu berdosa, jika ia membicarakan setiap
apa yang di-dengarnya.” Dalam riwayat lain disebutkan: “Cukuplah seseorang itu telah
berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya.”(HR.Muslim).
Adakalanya kita mendengarkan apa yang dibicarakan seseorang kepada kita, tapi alangkah
baiknya jika kita hanya sebagai pendengar baik saja. Ada pula seseorang yang menceritakan
rahasia mereka, dan sering pula kita menceritakan rahasia kita pada orang lain. Tapi alangkah
baiknya jika kita menceritakan pada orang yang tepat dan bisa dipercaya. Dalam al-Qur’an
menerangkan bahwa jika memang pembicaraan itu tidak bermanfaat lebih baik hindarilah.
Bisa dikatakan jika kita membicarakan sesuatu yang telah kita dengar tapi kita tidak tahu
akan kebenarannya maka sama halnya dengan Ghibah atau menggunjing, yang bisa
mengakibatkan perseteruan. Maka haruslah menghindari perbuatan menggunjing (ghibah)
dan mengadu domba. Allah berfirman yang artinya: “Dan janganlah sebagian kamu
menggunjing sebagian yang lain”.(Al-Hujurat: 12).
Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya, juga tidak
menampakkan bahwa kamu mengetahui apa yang dibicarakannya, tidak menganggap rendah
pendapatnya atau mendustakannya. Jangan memonopoli dalam berbicara, tetapi berikanlah
kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Menghindari perkataan kasar, keras dan
ucapan yang menyakitkan perasaan dan tidak mencari-cari kesalahan pembicaraan orang lain
dan kekeliruannya, karena hal tersebut dapat mengundang kebencian, permusuhan dan
pertentangan.
f. Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor
Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serba materialistis sekarang
ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang
yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya.
Ibnu Mas’ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
“Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha’an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji
dan kotor.”(HR.Bukhari).
Tha’an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci,
menggunjing dan sebagainya.Melaknat atau mengutuk adalah do’a agar seseorang dijauhkan
dari rahmat Allah. Imam Nawawi rahima-hullah berkata, ‘Mendo’akan agar seseorang
dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati
mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam
kebaikan dan takwa. Seperti tertulis dalam ayat Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 148 :“ Allah
tidak menyukai ucapan buruk diucapkan langsung dengan terus terang kecuali oleh orang-
orang yang di aniaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Menghindari sikap mengejek, memperolok-olok dan memandang rendah orang yang
berbicara. Allah berfirman yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengolok-olokan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokan)
lebih baik dari mereka (yang mengolok-olokan), dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-
olokan) wanita-wanita lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olokan) lebih
baik dari wanita (yang mengolok-olokan)”. (QS. Al-Hujurat: 11).
Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling
menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh. Seorang mukmin adalah orang
yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagai-mana ia mencintai dirinya sendiri.
Maka, jika ada orang yang mendo’akan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari
rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa
seorang mukmin terhadap orang kafir. Karena itu disebutkan dalam hadits shahih: “Melaknat
seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya.” (HR. Bukhari).
Sebab seorang pembunuh memutuskan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat
duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat
Allah dan kenikmatan akhirat.
g. Jangan senang berdebat meski benar
Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah
digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus
tertentu, menjelaskan argumentasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dan
keyakinan memang diperlukan dan berguna.
Tetapi, berdebat yang didasari ketidak-tahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang
tidak berguna seperti tentang jumlah Ashhabul Kahfi atau yang sejenisnya maka hal itu hanya
membuang-buang waktu dan berpengaruh pada retaknya persaudaraan. Maka, jangan sampai
seorang mukmin hobi berdebat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: “Saya
adalah penjamin di rumah yang ada di sekeliling Surga bagi orang yang meninggalkan
perdebatan, meski dia benar. Dan di tengah-tengah Surga bagi orang yang meninggalkan
dusta, meskipun dia bergurau. Juga di Surga yang tertinggi bagi orang yang baik
akhlaknya.”(HR.AbuDaud,dihasankanolehAl-Albani).
h. Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa
Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digandrungi oleh sebagian besar umat
manusia. Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan
beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa
terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti
memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang
mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan sabda
beliau: “Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa.
Celakalah dia, dan celakalah dia!” (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).
Menghindari perdebatan dan saling membantah, sekali-pun kamu berada di pihak yang benar
dan menjauhi perkataan dusta sekalipun bercanda. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam
bersabda: “Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang
menghindari bertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-
tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud
dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
i. Merendahkan Suara Ketika Berbicara
Meninggikan suaranya, berteriak dan membentak. Dalam pergaulan sosial, tentu orang yang
semacam ini sangat dibenci. Bila sebagai pemimpin, maka dia adalah pemimpin yang ditakuti
oleh bawahannya. Bukan karena kewibawaan dan keteladanannya, tapi karena suaranya yang
menakutkan. Bila sebagai bawahan, maka dia adalah orang yang tak tahu diri.
“Sesungguhnya orang-orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah
orang-orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan
dan pahala yang besar.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, ‘Orang yang meninggikan suaranya terhadap
orang lain, maka tentu semua orang yang berakal menge-tahui, bahwa orang tersebut
bukanlah orang yang terhormat.’ Ibnu Zaid berkata, ‘Seandainya mengeraskan suara (dalam
berbicara), adalah hal yang baik, tentu Allah tidak menjadikannya sebagai suara keledai.’
Abdurrahman As-Sa’di berkata, ‘Tidak diragukan lagi, bahwa (orang yang) meninggikan
suara kepada orang lain adalah orang yang tidak beradab dan tidak menghormati orang lain.’
Karena itulah termasuk adab berbicara dalam Islam adalah merendahkan suara ketika
berbicara. Allah berfirman, artinya: “Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara adalah suara keledai.” (QS. Luqman:19).
Bagi wanita sangat beresiko sekali apabila merendahkan suara dengan tunduk, karena dalam
ayat Al-Qur’an Surat Al Ahzab, kata tunduk tersebut ialah berbicara dengan sikap
menimbulkan seseorang akan bertindak atau berperilaku tidak baik. Selain adab dan
pemilihan kata dalam berkomunikasi, perhatikan juga materi atau isi pembicaraan kita.
Pembicaraan yang dikhawatirkan dapat menjerumuskan kita pada pembicaraan yang
berpotensi dosa.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Ada banyak etika, adab dan sopan santun dalam berbicara yang diketahui dan dianut oleh
masyarakat. Islam mengatur hal-hal yang besar maupun yang kecil sekalipun. Berikut ini
adalah adab berbicara dalam islam:
1. Menjaga Lisan
2. Berkata Baik Atau Diam
3. Sedikit bicara lebih utama
4. Tenang dalam berbicara dan tidak tergesa-gesa
5. Dilarang membicarakan setiap yang didengar
6. Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor
7. Jangan senang berdebat meski benar
8. Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa
9. Merendahkan Suara Ketika Berbicara

DAFTAR PUSTAKA
Azami, M.M, “Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya”, Jakarta: PT Pustaka Firdaus, 1994
As-Shalih, Shubhi, Membahas Ilmu-ilmu Hadis, Jakarta: Pustaka Firdaus, 1995
Nashif, Mansyur Ali, “Mahkota Pokok-Pokok Hadis Rasulullah SAW”, Bandung: Sinar Baru
Algesindo, 2000
Qardhawi, Yusuf, “Sunnah Rasul Sumber Ilmu Pengetahuan dan Peradaban”, Jakarta: Gema
Insani Press, 1998
Yahya, Al-Imam Abu Zakaria, “Terjemahan Riyadhus Shalihin”, Cet. IV, Jakarta: Pustaka
Amani, 1999
MAKALAH AGAMA
HIKMAH MENDENGARKAN BACAAN AL-QUR’AN
DALAM ISLAM

NAMA :YURISA PUTRIMA MARDHOTILLAH


NIM :G1A117060
DOSEN PENGAMPU :KEMAS ABDUL HAI, S.Ag.M.ud

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS JAMBI 2017
Dan kami menurunkan Al Qur’an sebagai penawar dan Rahmat untuk orang-orang yang
mu’min.”

(QS. Al Israa'17: 82)

Dr. Al Qadhi, melalui penelitiannya yang panjang dan serius di Klinik Besar Florida Amerika
Serikat, berhasil membuktikan hanya dengan mendengarkan bacaan ayat-ayat Alquran,
seorang Muslim, baik mereka yang berbahasa Arab maupun bukan, dapat merasakan
perubahan fisiologis yang sangat besar.

Penurunan depresi, kesedihan, memperoleh ketenangan jiwa, menangkal berbagai macam


penyakit merupakan pengaruh umum yang dirasakan orang-orang yang menjadi objek
penelitiannya. Penemuan sang dokter ahli jiwa ini tidak serampangan.

Penelitiannya ditunjang dengan bantuan peralatan elektronik terbaru untuk mendeteksi


tekanan darah, detak jantung, ketahanan otot, dan ketahanan kulit terhadap aliran listrik. Dari
hasil uji cobanya ia berkesimpulan, bacaan Alquran berpengaruh besar hingga 97% dalam
melahirkan ketenangan jiwa dan penyembuhan penyakit.

Penelitian Dr. Al Qadhi ini diperkuat pula oleh penelitian lainnya yang dilakukan oleh dokter
yang berbeda. Dalam laporan sebuah penelitian yang disampaikan dalam Konferensi
Kedokteran Islam Amerika Utara pada tahun 1984, disebutkan, Al-Quran terbukti mampu
mendatangkan ketenangan sampai 97% bagi mereka yang mendengarkannya.

Kesimpulan hasil uji coba tersebut diperkuat lagi oleh penelitian Muhammad Salim yang
dipublikasikan Universitas Boston. Objek penelitiannya terhadap 5 orang sukarelawan yang
terdiri dari 3 pria dan 2 wanita. Kelima orang tersebut sama sekali tidak mengerti bahasa
Arab dan mereka pun tidak diberi tahu bahwa yang akan diperdengarkannya adalah Al-
Qur’an.

Penelitian yang dilakukan sebanyak 210 kali ini terbagi dua sesi, yakni membacakan Al-
Qur’an dengan tartil dan membacakan bahasa Arab yang bukan dari Al-Qur’an.
Kesimpulannya, responden mendapatkan ketenangan sampai 65% ketika mendengarkan
bacaan Al-Qur’an dan mendapatkan ketenangan hanya 35% ketika mendengarkan bahasa
Arab yang bukan dari Al-Qur’an.

Al-Qur’an memberikan pengaruh besar jika diperdengarkan kepada bayi. Hal tersebut
diungkapkan Dr. Nurhayati dari Malaysia dalam Seminar Konseling dan Psikoterapi Islam di
Malaysia pada tahun 1997. Menurut penelitiannya, bayi yang berusia 48 jam yang kepadanya
diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an dari tape recorder menunjukkan respons tersenyum dan
menjadi lebih tenang.
Al-Qur'an Sebagai Penyembuh

Ada banyak penyakit setiap hari yang sembuh dengan membaca Al-Quran. Kita tidak dapat
membantah hal itu karena kesembuhan memang terjadi. Hal itu terjadi pada saya (Abduldaem
Al-Kaheel – penyusun artikel) ketika saya membaca ayat-ayat tertentu untuk khusus penyakit
dan penyakit itu sembuh! (atas izin Allah).

Penyembuhan dengan Al-Quran adalah isu yang kritis yang tidak banyak ada studi atau
penelitian tentangnya, jadi saya rasa untuk memulai perjalanan ini dan memohon kepada
Allah untuk membimbing saya, memberikan saya ilmu yang bermanfaat, menunjukkan
kepada saya kebenaran dan menolong saya untuk melakukannya, dan menunjukkan kepada
saya kesalahan dan menolong saya untuk menjauhinya. Salah satu buah terpenting dari
penelitian ini, yang berlangsung selama bertahun-tahun, yaitu bahwa saya datang dengan
hasil yang penting: Allah telah menempatkan dalam setiap ayat Al-Quran sebuah kekuatan
penyembuhan untuk penyakit tertentu jika ayat ini dibaca dalam jumlah tertentu berkali-kali.

Permulaan

Ketika kita merenungkan alam semesta di sekeliling kita, kita melihat bahwa setiap atom
bergetar dalam frekuensi tertentu, apakah atom ini bagian dari logam, air, sel atau apapun.
Sehingga setiap benda di dalam alam semesta ini bergetar, hal ini memberikan fakta ilmiah.
Struktur dasar alam semesta ini adalah atom, dan struktur dasar tubuh kita adalah sel; setiap
sel terbuat dari milyaran atom dan setiap atom terbuat dari nukleus positif dan elektron
negatif yang berotasi di sekitarnya; karena rotasi ini sebuah medan elektromagnetik
dihasilkan serupa dengan medan-medan yang dihasilkan oleh sebuah mesin.

Gambar 1: Atom adalah struktur dasar di dalam alam semesta ini dan di dalam tubuh kita;
ini terus-menerus bergetar, yang artinya setiap benda bergetar sesuai degan sebuah sistem
yang teliti.

Rahasia yang membuat otak kita berpikir adalah sebuah program akurat yang ada dalam sel-
sel otak; program yang berada di dalam setiap sel ini mengerjakan tugasnya dengan teliti;
kerusakan sekecil apapun dalam pekerjaannya akan menyebabkan ketidakseimbangan dan
penyakit di beberapa bagian tubuh; pengobatan terbaik untuk ketidakseimbangan ini adalah
dengan mengembalikan keseimbangan pada tubuh. Para ilmuwan menemukan bahwa sel-sel
tubuh dipengaruhi oleh berbagai getaran seperti gelombang cahaya, gelombang radio,
gelombang suara, dll. Tetapi apa itu suara?

Gambar 2: Setiap sel di dalam tubuh kita bergetar di dalam sebuah sistem yang seksama,
dan perubahan sekecil apapun dalam getaran ini bisa menimbulkan penyakit pada beberapa
bagian tubuh. Itulah mengapa sel-sel yang rusak harus digetarkan untuk mengembalikan
keseimbangannya.

Kita tahu bahwa suara terbuat dari gelombang atau getaran yang bergerak di udara pada
sekitar 340m/detik. Setiap suara memiliki frekuensinya sendiri, dan manusia bisa mendengar
dari frekuensi 20 per detik hingga frekuensi 20000 per detik.
Gelombang-gelombang ini menyebar di udara dan kemudian ditangkap oleh telinga,
kemudian berubah menjadi sinyal elektrik dan bergerak melalui saraf suara menuju kulit
accoustic bark pada otak; sel-sel terkait dengan gelombang-gelombang tersebut dan bergerak
ke dalam berbagai bagian otak, terutama di bagian depan; semua bagian ini bekerja sama
sesuai dengan sinyal-sinyal tersebut dan menerjemahkan mereka ke dalam bahasa yang
dipahami oleh manusia. Dengan demikian, otak menganalisa sinyal-sinyal tersebut dan
memberikan perintah-perintahnya ke berbagai bagian tubuh untuk terhubung dengan sinyal-
sinyal itu.

Gambar 3: Suara terdiri dari getaran mekanik yang mencapai telinga kemudian sel-sel otak
yang terhubung dengan getaran-getaran itu dan mengubah getaran-getarannya sendiri;
itulah mengapa suara dianggap sebuah kekuatan penyembuhan yang efektif, tergantung
pada sifat suara dan frekuensinya. Kita temukan kekuatan penyembuhan itu di dalam Al-
Quran karena ini adalah kitab Allah.

Dari sini muncul terapi suara; suara tersebut adalah sebuah getaran, sel-sel tubuh bergetar,
kemudian suara tersebut mempengaruhi sel-sel tubuh. Ini adalah hal yang ditemukan oleh
para pengamat baru-baru ini.

Di universitas Washington pada abad dua puluh satu belakangan ini, para ilmuwan
menemukan bahwa tugas sebuah sel otak tidak hanya mentransfer informasi, setiap sel adalah
sebuah komputer kecil yang bekerja mengumpulkan informasi, memprosesnya, dan
memberikan perintah terus-menerus siang-malam 24 jam. Ellen Covey, seorang peneliti di
Washington University, mengatakan bawa ini adalah pertama kalinya kita menyadarai bahwa
otak tidak bekerja sebagai komputer yang besar, tetapi otak berisi sejumlah besar komputer
yang bekerja dengan cara kooperatif, ada sebuah komputer kecil dalam setiap sel, dan ada
komputer-komputer yang dipengaruhi oleh getaran di sekitarnya, terutama suara.

Gambar 4: Eksperimen (percobaan) menunjukkan bahwa di dalam setiap sel di dalam otak
ada sebuah komputer yang Allah tanamkan padanya sebuah program akurat yang
mengarahkan sel dan mengontrol kerjanya. Itu juga menunjukkan bahwa suara
mempengaruhi sel tersebut; gambar di atas adalah gambar sel yang terkena pengaruh oleh
sebuah suara dan medan elektromagetik yang terbentuk di sekitarnya.

Dengan begitu, kita bisa mengatakan bahwa sel-sel di setiap bagian tubuh bergetar dalam
frekuensi tertetu, dan membentuk sebuah sistem yang rumit dan terkoordinasi yang
terpengaruh oleh setiap suara di sekitarnya. Sehingga, setiap penyakit yang melanda semua
bagian tubuh akan menyebabkan sebuah perubahan dalam getaran pada bagian sel ini dan
oleh karena itu menyebabkannya menyimpang dari sistem tubuh yang umum yang
mempegaruhi seluruh tubuh. Inilah mengapa, ketika tubuh ini terkena suara tertentu, suara ini
mempengaruhi sistem getaran tubuh dan terutama pada bagian yang tidak beraturan; bagian
ini akan merespon suara tertentu untuk mengembalikan sistem getaran asli, atau dengan kata
lain untuk mengembalikan kondisi kesehatannya. Para ilmuwan menemukan hasil ini belum
lama ini. Bagaimana kisah ilmiah ilmu pengetahuan (terapi suara) ini?
Cerita tentang terapi suara

Alfred Tomatis, seorang dokter Perancis, membuat eksperimen selama lima puluh
tahun mengenai indera manusia dan muncul dengan hasil bahwa indera pendengaran adalah
indera yang paling penting! Dia menemukan bahwa telinga mengontrol seluruh tubuh,
mengatur operasi-operasi vitalnya dan keseimbangan serta koordinasi gerakan-gerakannya ia
juga menemukan bahwa telinga mengontrol susunan saraf! Selama eskperimennya, ia
menemukan bahwa saraf pendengaran terhubung dengan seluruh otot tubuh dan ini adalah
alasan mengapa keseimbangan dan fleksibilitas tubuh serta indera penglihatan itu terpengaruh
oleh suara. Telinga dalam terhubung dengan seluruh bagian tubuh seperti jantung, paru-paru,
hati, perut dan usus; hal ini menjelaskan mengapa frekuensi suara mempengaruhi seluruh
tubuh.

Pada 1960, ilmuwan Swiss Hans Jenny menemukan bahwa suara mempengaruhi
berbagai material dan memperbarui partikular-partikularnya, dan bahwa setiap sel tubuh
memiliki suaranya sendiri dan akan terpengaruh oleh pembaruan suara serta material di
dalamnya. Pada 1974, para peneliti Fabien Maman dan Sternheimer mengumumkan
penemuan yang sangat mengejutkan; Mereka menemukan bahwa setiap bagian dari tubuh
memiliki sistem getaran sendiri, sesuai dengan hukum fisika. Beberapa tahun kemudian,
Fabien dan Grimal, peneliti lainnya, menemukan bahwa suara mempengaruhi sel-sel terutama
sel-sel kanker, dan bahwa suara-suara tertentu memiliki pengaruh yag kuat; hal yang ajaib
yang ditemukan oleh kedua peneliti tersebut adalah suara yang memiliki efek yang paling
kuat terhadap sel-sel tubuh adalah suara manusia itu sendiri!!

Gambar 5: Suara bergerak dari telinga ke otak dan mempengaruhi sel-sel otak; para
ilmuwan baru-baru ini menemukan bahwa suara memiliki kekuatan penyembuh yang ajaib
dan efek yang menakjubkan dari sel-sel otak yang mengembalikan keseimbangan ke seluruh
tubuh! Membaca Al-Quran memiliki pengaruh yang luar biasa terhadap sel-sel otak dan
mampu mengembalikan keseimbangannya; otak adalah organ yang mengontrol tubuh dan
dari sini perintah-perintah dikirim kepada seluruh organ tubuh terutama sistem kekebalan
tubuh.

Fabien, seorang ilmuwan sekaligus musisi, menempatkan sel-sel dari tubuh yang sehat dan
mengenakannya kepada berbagai suara; Dia menemukan bahwa setiap not skala musik
mempengaruhi medan elektromagnetik dari sel tersebut; ketika memotret sel ini dengan
kamera Kirlian, ia menemukan bahwa bentuk dan nilai medan elektormagnetik dari sel itu
berubah sesuai frekuensi suara dan tipe suara pembaca. Kemudian ia melakukan eksperimen
lainnya dengan mengambil setetes darah dari salah satu pasein; dan kemudian memonitor
tetesan darah tersebut dengan kamera Kirlian dan meminta pasien itu untuk mengeluarkan
berbagai nada. Dia menemukan, setelah memproses gambarnya, bahwa nada tertentu dalam
tetesan darah itu mengubah medan elektromagnetiknya dan sepenuhnya bergetar merespon
pemiliknya. Dia kemudian menyimpulkan bahwa ada nada-nada tertentu yang mempengaruhi
sel-sel tubuh dan membuatnya lebih vital dan aktif, bahkan memperbaharuinya. Dia muncul
dengan hasil yang penting bahwa suara manusia memiliki pengaruh kuat dan unik terhadap
sel-sel tubuh; pengaruh ini tidak ditemukan pada instrumen lainnya. Peneliti ini mengatakan
secara harfiah:
“Suara manusia memiliki dering khusus yang membuatnya menjadi alat pengobatan yang
paling kuat. Fabien menemukan bahwa beberapa suara dengan mudah menghancurkan sel
kanker, dan pada saat yang sama mengaktifkan sel sehat. Suara mempengaruhi sel darah
manusia yang mentransfer frekuensi suara ini ke seluruh tubuh melalui peredaran darah.”

Gambar 6: Sebuah sel kanker hancur dengan menggunakan frekuensi suara saja!! Itulah
mengapa membaca Al-Quran memiliki dampak hebat dalam perawatan kanker paling
berbahaya sekalipun dan penyakit-penyakit yang menurut medis tidak dapat disembuhkan!

Tetapi apakah pengaruh ini terbatas hanya untuk sel-sel tubuh? Jelaslah bahwa suara
mempengaruhi apapun di sekitar kita. Inilah yang Masaru Emoto, seorang ilmuwan Jepang,
buktikan dalam eksperimennya terhadap air; Dia menemukan bahwa medan elektromagnetik
pada molekul-molekul air sangat terpengaruh oleh suara, dan bahwa ada nada-nada tertentu
yang berpengaruh pada molekul-molekul ini dan membuatnya menjadi lebih teratur. Jika kita
mengingat bahwa tubuh manusia 70 persennya terdiri dari air, maka suara yang manusia
dengar mempengaruhi keteraturan pada molekul-molekul air di dalam sel-sel dan dengan cara
ini molekul-molekul itu bergetar.

Gambar 7: Bentuk molekul-molekul air berubah ketika terkena suara; dengan demikian,
suara sangat mempengaruhi air yang kita minum. Jika kita membacakan ayat-ayat Al-Quran
pada air, sifat-sifatnya akan berubah dan akan membawa pengaruh ayat-ayat Al-Quran ke
setiap sel di dalam tubuh, menyebabkannya dapat menyembuhkan! (insya Allah). Pada
gambar di atas, kita melihat sebuah molekul air yang beku; medan elektromagnetik di sekitar
molekul ini berubah secara kontinyu akibat efek suara.

Bagaimana ayat-ayat Al-Quran bisa menyembuhkan?

Sekarang, mari menanyakan pertanyaan penting: apa yang terjadi di dalam sel-sel tubuh dan
bagaimana suara menyembuhkan? Bagaimana suara ini mempengaruhi sel-sel yang rusak dan
mengembalikan keseimbangannya? Dengan kata lain, bagaimana mekanisme
penyembuhannya? Para dokter terus mencari cara untuk menghancurkan beberapa virus; jika
kita memikirkan tentang mekanisme virus ini, apa yang membuatnya bergerak dan
menemukan jalannya kepada sel? Siapa yang memberikan virus itu informasi yang tersimpan
di dalam, yang memungkinkannya untuk menyerang sel-sel dan berkembang biak di
dalamnya? Apa yang menggerakkan sel-sel itu melawan virus ini untuk menghancurkannya
sementara berdiri tak berdaya di depan virus lainnya?

Gambar 8: Virus dan kuman juga bergetar dan sangat terpengaruh oleh getaran suara
terutama suara lantunan ayat-ayat Al-Quran, suara ini menghentikan virus dan kuman dan
pada saat yang sama meningkatkan aktifitas sel-sel sehat dan membangkitkan program yang
terganggu yang berada di dalam untuk menjadi siap melawan virus dan kuman.

Lantunan ayat suci Al-Quran menciptakan sekelompok frekuensi yang mencapai telinga
kemudian bergerak ke sel-sel otak dan mempengaruhinya melalui medan-medan
elektromagnetik frekuensi ini yang dihasilkan dalam sel-sel ini. Sel-sel itu akan merespon
medan-medan tersebut dan memodifikasi getaran-getarannya, perubahan pada getaran ini
adalah apa yang kita rasakan dan pahami setelah mengalami dan mengulang.
Ini adalah sistem alami yang Allah ciptakan pada sel-sel otak, ini adalah sistem keseimbangan
alami; ini adalah apa yang Allah firmankan kepada kita di dalam Kitab Suci Al-Quran:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama [Allah]; [tetaplah atas] fithrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada
fithrah Allah. [Itulah] agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
(Ar-Rum: 30)

Gambar 9: Gambar disamping adalah gambaran nyata sebuah sel darah yang terkena
suara dan mulai mengubah medan elektromagnetik di sekitarnya; suara lantutan ayat suci
Al-Quran mengubah informasi sel ini, membawa dan membuatnya lebih mampu melawan
virus dan kerusakan yang diakibatkan oleh penyakit-penyakit ganas.

Ayat-ayat mana yang dapat menjadi terapi penyembuhan?

Setiap ayat Al-Quran memiliki kekuatan penyembuh yang luar biasa (atas izin Allah) untuk
penyakit-penyakit tertentu; di antara surat yang biasanya dilantunkan untuk meruqyah adalah
Al-Fatiha, ayat Kursi (ayat ke-255 di surat Al-Baqarah), dua ayat terakhir surat Al-Baqarah
(285-286), dan tiga surat terakhir dalam Al-Quran (Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas)
sebagaimana yang diberitahukan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam. Tetapi, pada
dasarnya semua ayat Al-Quran dapat menjadi terapi penyembuhan dan pencegahan dari
berbagai penyakit, insya Allah.

Nabi paling mulia shalallahu ‘alaihi wa sallam setiap hari membiasakan diri membaca ayat-
ayat dan doa serta dzikir lainnya –selain mengkonsumsi makanan dan minuman alami yang
sehat dengan adab-adab makan yang sehat- untuk perlindungan dari berbagai penyakit, baik
fisik maupun psikis. Beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam berdoa kepada Allah untuk
melindunginya dari gangguan setan, termasuk dari berbagai penyakit. Pengobatan dengan
ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam terbukti secara medis dapat
menyembuhkan dari berbagai penyakit, apakah itu penyakit psikologis ataupun penyakit fisik
(rohani ataupun jasmani), insya Allah.

“Dan Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penyembuh dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang
dzalim selain kerugian.” (Al-Isra’: 82)

Anda mungkin juga menyukai