MAKALAH
Disusun oleh :
FAKULTAS DAKWAH
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS KH RUHIYAT CIPASUNG
TASIKMALAYA
2023
ETIKA KOMUNIKASI
A. PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk pribadi dan mahluk sosial menduduki posisi yang
sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk Allah
SWT yang diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi dan dikarunia
kemampuan berkomunikasi. 1.
1
Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama dan Budaya, (Bandung, Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 67
B. Keutamaan Etika Komunikasi
Artinya : Berkata yang Benar atau Diam2 Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia bercakap
yang baik atau diam.
Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena
betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal
karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah
adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau
jalan3.
Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia
hendak berbicara, dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila
perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya maka dia akan bebicara, tetapi apabila
tidak bermanfaat maka dia akan diam. Sementara orang yang bodoh, hatinya berada
di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh
lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap
agamanya.4
2
Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47
3
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, hlm. 45
4
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, hlm. 49
Keempat, memiliki argumen yang kuat dan akurat terhadap materi atau ucapan
yang kita sampaikan. kelima, gunakan etika yang baik dalam menyampaikan
ucapan tersebut. Keenam, gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.5
5
Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006) , h.117
6
Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), h. 260.
sopan santun yang diutamakan. Dalam artian, memberikan penghormatan
dan tidak menggurui dan retorika yang berapi-api.
5. Qawlan Layyina Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut,
dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang
yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga
setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud
layina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau
lugas, apalagi kasar.7
7
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Pustaka Panji Mas.. Juzu’: 21, 1984), h. 135
D. Kesimpulan