Anda di halaman 1dari 7

ETIKA KOMUNIKASI

MAKALAH

Diajukan Guna memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Hadits

Dosen Pengampu : Dr.Istianah, S.Th.I., M.

Disusun oleh :

Imam Shalahuddin ( 22310231 )


Oya Dzurotunnisa ( 22310121 )
Siti Sarah ( 22310151 )
Ali Rojali ( 22310191 )

FAKULTAS DAKWAH
KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
UNIVERSITAS KH RUHIYAT CIPASUNG
TASIKMALAYA

2023
ETIKA KOMUNIKASI

A. PENDAHULUAN

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi atau pesan


antara individu. Dalam Islam, etika komunikasi diatur melalui ajaran dan contoh
yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW.

Manusia sebagai makhluk pribadi dan mahluk sosial menduduki posisi yang
sangat penting dan strategis. Sebab, hanya manusialah satu-satunya makhluk Allah
SWT yang diberikan amanah sebagai khalifah dimuka bumi dan dikarunia
kemampuan berkomunikasi. 1.

Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki manusia adalah sebuah keadaan


dimana komunikasi yang dilakukan dapat membentuk saling pengertian dan
menumbuhkan persahabatan, memelihara kasih sayang, menyebarkan
pengetahuan, dan melestarikan peradaban dan sebagainya.

Dalam perspektif Islam, komunikasi dipandang sebagai upaya untuk


membangun hubungan secara vertikal dengan Allah SWT (Hablumminallah) dan
juga untuk menjalin komunikasi secara horizontal yaitu hubungan dengan sesama
manusia (Hablumminanas). Komunikasi dengan Allah SWT tercermin melalui
ibadah-ibadah yang telah ditentukan seperti salat, puasa, zakat dan haji, zikir dan
sebagainya dengan tujuan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan membentuk
karakter taqwa dalam diri hamba. Sedangkan komunikasi dengan sesama manusia
terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut muamalah, yang
tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya, politik,
ekonomi, seni dan sebagainya dengan tujuan untuk mewujudkan kebaikan dan
kesejahteraan manusia.

1
Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama dan Budaya, (Bandung, Simbiosa
Rekatama Media, 2007), h. 67
B. Keutamaan Etika Komunikasi

ْ ‫ّٰلل َو ْال َي ْو ِم ْاْل ٓ ِخ ِر فَ ْل َيقُ ْل َخي ًْرا أ َ ْو ِل َي‬


ْ ُ ‫صمـ‬
‫ت‬ ِ ‫… َم ْن َكانَ يُؤْ ِم ُن ِبا ه‬

Artinya : Berkata yang Benar atau Diam2 Nabi Muhammad SAW bersabda,
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, hendaklah ia bercakap
yang baik atau diam.

Orang yang berakal selayaknya lebih banyak diam daripada bicara, karena
betapa banyak orang yang menyesal karena bicara dan sedikit yang menyesal
karena diam. Orang yang paling celaka dan paling besar mendapat bagian musibah
adalah orang yang lisannya senantiasa berbicara, sedangkan pikirannya tidak mau
jalan3.

Lisan seorang yang berakal berada di bawah kendali hatinya. Ketika dia
hendak berbicara, dia akan bertanya terlebih dahulu kepada hatinya. Apabila
perkataan tersebut bermanfaat bagi dirinya maka dia akan bebicara, tetapi apabila
tidak bermanfaat maka dia akan diam. Sementara orang yang bodoh, hatinya berada
di bawah kendali lisannya. Dia akan berbicara apa saja yang ingin diucapkan oleh
lisannya. Seseorang yang tidak bisa menjaga lidahnya berarti tidak paham terhadap
agamanya.4

Dalam konteks komunikasi setidaknya perintah yang pertama pada hadis


di atas secara jelas memerintahkan kepada kita untuk membangun komunikasi yang
baik. Ucapan yang baik merupakan salah satu dari bentuk komunikasi yang baik.
Ucapan yang baik itu adalah ucapan yang mempunyai nilai mamfaat dan ucapan
yang berkualitas. Untuk menghasilkan kualitas perkataan yang baik maka setiap
muslim hendaknya memperhatikan beberapa prinsip berikut : pertama, Pikirkan
terlebih dahulu materi yang akan dibicarakan, kedua, perhatikan siapa lawan kita
bicarak ketiga, memahami waktu yang tepat untuk berbicara dan berhenti,

2
Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47
3
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, hlm. 45
4
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-Fudhala, hlm. 49
Keempat, memiliki argumen yang kuat dan akurat terhadap materi atau ucapan
yang kita sampaikan. kelima, gunakan etika yang baik dalam menyampaikan
ucapan tersebut. Keenam, gunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.5

C. Prinsip Etika Komunikasi


1. Qawlan Sadidan (perkataan yang benar) Qaulan sadidan dapat diartikan
sebagai “pembicaraan yang benar”, “jujur”, “tidak bohong”, “lurus”, “tidak
berbelit-belit.
2. Qawlan Baligha (efektif, tepat sasaran) Dalam bahasa arab kata Baligha
diartikan sebagai “sampai”,”mengenai sasaran”, atau “sampai tujuan”. Jika
dikaitkan dengan kata-kata qawl (ucapan atau komunikasi) baligha berarti
“fasih”,”jelas maknanya”,”tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki”
dan “terang”. Akan tetapi, juga ada yang mengartikan sebagai “perkataan
yang membekas di jiwa.
3. Qawlan Ma’rufan (perkataan yang baik, pantas) Jalaluddin Rahmat
menjelaskan bahwa qaulan ma’rufan adalah perkataan yang baik. Allah
menggunakan frase ini ketika berbicara tentang kewajiban orang-orang
kaya atau kuat terhadap orang-orang miskin atau lemah. qaulan ma’rufan
berarti pembicaraan yang bermamfaat memberikan pengetahuan,
mencerahkan pemikiran, menunjukan pemecahan terhadap kesulitan
kepada orang lemah, jika kita tidak dapat membantu secara material,kita
harus dapat membantu psikologi.6
4. Qawlan Karima (perkataan yang mulia) Perkataan yang mulia, dibarengi
dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertata krama. Jika dikaji lebih jauh, komunikasi dakwah dengan
menggunakan qawlan karima lebih ke sasaran dengan tingkatan umurnya
lebih tua. Sehingga, pendekatan yang digunakan lebih pada pendekatan
yang sifatnya pada sesuatu yang santun, lembut, dengan tingkatan dan

5
Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006) , h.117
6
Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), h. 260.
sopan santun yang diutamakan. Dalam artian, memberikan penghormatan
dan tidak menggurui dan retorika yang berapi-api.
5. Qawlan Layyina Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut,
dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati maksudnya tidak mengeraskan suara, seperti membentak,
meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan orang-orang
yang kasar. Rasullulah selalu bertutur kata dengan lemah lembut, hingga
setiap kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang
mendengarnya. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud
layina ialah kata-kata sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau
lugas, apalagi kasar.7

7
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Pustaka Panji Mas.. Juzu’: 21, 1984), h. 135
D. Kesimpulan

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian informasi atau pesan


antara individu yang diatur melalui ajaran dan contoh yang diberikan oleh Nabi
Muhammad. Yang mana Ketika berkomunikasi harus memegang erat prinsip
prinsip komunikasi sehingga kita melakukan komunikasi berdasarkan etika
komunikasi.
DAFTAR PUSTAKA

Saefullah, Kapita Selekta Komunikasi: Pendekatan Agama dan Budaya, (Bandung,


Simbiosa Rekatama Media, 2007), h. 67.
Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-
Fudhala, hlm. 45
Imam Abu Hatim Ibnu Hibban Al-Busti , Raudhah Al-‘Uqala wa Nazhah Al-
Fudhala, hlm. 49
Munir, Metode Dakwah, (Jakarta : Kencana, 2006) , h.117
Wahbah Zuhaily, Tafsir Munir, (Beirut: Dar al-Fikr, 1991), h. 260.
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta : Pustaka Panji Mas.. Juzu’: 21, 1984), h. 135

Anda mungkin juga menyukai