Anda di halaman 1dari 12

HADIST TENTANG ETIKA DAKWAH DAN

KOMUNIKASI
( HADIS TEMATIK DAKWAH )

Dosen Pembimbing : H.Moh Iqbal Abdul Muin,Lc,MA

Kelompok 11

Ade humairah husna 0101193136

Mhd dhio irzwansyah hsb 0101193126

Rizka wahyuni parapat 0101193137

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM (D)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UIN - SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas terlaksananya
penyusunan makalah “hadist tentang etika dakwah dan komunikasi”, hanya dengan karunia-
Nya penyusunan makalah ini bisa terwujud.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk membantu Mahasiswa memahami mata


kuliah hadist tematik dakwah di Program Studi Komunikasi Dan Penyiaran Islam Fakultas
Dakwah Dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Makalah ini
dikembangkan dari berbagai bahan kuliah yang dipakai.

Akhirnya penulis menyadari bahwa isi makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu, saran yang konstruktif dari pembaca, demi penyempurnaan makalah ini sangat
dinantikan.

sibuhuan, 7 Juli 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii
BAB I........................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 1
BAB II........................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN............................................................................................................................ 2
A. Pengertian etika dakwah dan komunikasi...............................................................................2
B. Etika dakwah menurut hadist................................................................................................2
C. Pengertian etika komunikasi.................................................................................................4
D. Etika komunikasi menurut hadis............................................................................................4
BAB III......................................................................................................................................... 7
PENUTUP.................................................................................................................................... 7
Kesimpulan................................................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 8

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

Dakwah merupakan salah satu dari istilah keagamaan yang telah banyak disalah gunakan
baik fungsi maupun hakikatnya. Terlebih ketika kata atau istilah tersebut telah menjadi bagian
bahasa Indonesia yang dibakukan dan mempunyai makna beragam dalam kamus bahasa
Indonesia misalnya, kata dakwah diartikan antara lain propaganda yang mempunyai konotasi
positif dan dan negatif. Sementara dakwah dalam istilah agama Islam konotasinya selalu tunggal
dan positif. Yakni mengajak kepada peningkatan ibadah dan pengabdian pada sang khaliq
(dalam arti luas). Bahkan dalam Alquran dan Sunnah merupakan bagian dari prinsip ajaran yang
diwajibkan. Dari realita dan fakta yang ada, temyata pergeseran makna dakwah hingga
mempunyai dua konotasi tidak sedikit disebabkan oleh etika para dainya. Antara lain banyaknya
dai yang menempatkan dirinya pada bidang yang bertolak belakang dengan inti maupun
substansi dakwah sendiri. Dalam membahas etika dakwah terdapat dua dasar atau landasan yang
dijadikan pijakan utama yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Dalam kehidupan manusia, komunikasi mempunyai peran yang sangat penting. Yakni
ketika memposisikan diri dengan Tuhannya dan sesamanya atau hubungan secara vertikal dan
horizontal. Seseorang yang memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi tentu dapat dengan
mudah mempengaruhi pendengarnya tanpa adanya rasa bosan meski dalam pembicaraan yang
cukup lama. Komunikasi yang efektif, dapat menghasilkan buah pikir manusia dan cenderung
untuk meyakinkan bahwa apa yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran. Disisi lain,
komunikasi yang tidak dikontrol dapat berakibat fatal. Faktanya, tidak sedikit dampak negatif
yang ditimbulkan berupa pertikaian, permusuhan, perselisihan, perkelahian bahkan kematian
sekalipun yang terjadi karena disebabkan komunikasi yang tidak beretika. Dengan pemahaman
yang dimiliki mengenai AlQur’an dan as-sunah maka hal-hal negatif yang telah disebutkan pasti
tidak mungkin terjadi.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian etika dakwah dan komunikasi
Etika ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos yang berarti
adat kebiasaan.1 Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kata etika diartikan sebagai ilmu
tentang apa yang baik dan apa yang buruk atau ilmu tentang hak dan kewajiban moral
(akhlak). Dalam batasan pengertian itu maka etika bisa duniawi dan bisa ukhrawi.Sebab
baik buruknya sesuatu masih perlu bahasan tertentu.Misalnya di mata Si A baik belum
tentu di mata Si B.
Sedangkan secara terminologis, menurut Ahmad Amin, bahwa etika berarti ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia
di dalam perbuatan mereka, dan menunjukan jalan yang seharusya diperbuat. 2Secara
lebih spesifik, Ki Hajar Dewantara mengartikan etika, sebagai ilmu yang mempelajari
soal kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia, terutama yang berkaitan dengan
gerak-gerik pikiran dan rasa yang merupakan pertimbangan dan perasaan, sehingga dapat
menyampai tujuannya dan bentuk perbuatan.3
Dengan demikian, pembahasan mengenai etika adalah perkiraan sistematis yang
berusaha mengerti mengapa, atau atas dasar apa kita harus hidup menurut norma-norma
tertentu. Dapat juga diartikan sebagai ilmu yang membicarakan tentang baik dan buruk.
Dan tentang hak dan kewajiban moral (akhlak).
Selanjutnya dalam konteks dakwah, etika dapat dipandang sebagai sarana
orientasi bagi usaha da'i untuk menjawab pertanyaan fundamental mengenai “bagaimana
harus hidup dan bertindak” Dari pengertian tadi semakin jelas bahwa kajian atas dituju
tinjauan kita berkenaan dengan etika dakwah adalah moral umum dalam batasan agama,
apa dan bagaimana seharusnya suatu etika dakwah tersosialisasi dalam pribadi da’inya
secara khusus dan pada lembaganya secara umum.
B. Etika dakwah menurut hadist

1
Hamzah Ya'qub, Etika Islam Pembinaan Akhlak aI-Karimah, Cet. V, (Bandung: Diponegoro,1996), h. 12.
2
Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, Cet. V, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 3.
3
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 88.

2
Etika dakwah yang disebutkan dalam Al-Hadist sebagai berikut:
1. Mewarisi Tradisi Nabi SAW “Abdullah bin Amr r.a. berkata: Nabi Saw bukanlah
seorang yang keji perkataanmza, juga tidak biasa berkata keji, bahkan Nabi Saw
bersabda: Sesungguhroza yang terbaik diantara kalian ialah yang terbaik akhlak
budi pekertinya”. (HR. Bukhari)4
Seorang da‟i bukan hanya menyampaikan pengetahuan praktis
peribadatan, akan tetapi dalam konteks sosial ia juga berperan untuk menata
moralitas perilaku masyarakat Islam dalam berbagai aspek kehidupan5.
a. Bermuka Manis dan murah senyum “Sesungguhnya kamu tidak akan
mampu meratai manusia dengan hartamu, tetapi yang dapat meratai mereka itu
dengan muka manis dan perangai yang baik” Dalam hadist ini seorang da‟i
dituntun memiliki perangai yang baik. bermuka manis dan murah senyum.
b. Merefleksikan Keimanan Dari Abi Sa ‟id al-Khudry r.a. saya
mendengar Rasulullah SAW bersabda, barangsiapa melihat kemungkaran
hendaknya ia ubah dengan tangannya, apabila tidak mampu dengan lisannya dan
apabila tidak mampu juga dengan hati, sesungguhnya ini selemah-lemah iman
(HR. Muslim, Ibn Majah, Annasa‟i dalam kitab At-Targhib).
c. Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja Sebutkanlah apa-apa
yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir dalam pertemuan, terutama hal-
hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu sebagaimana sahabatmu
menyampaikan kebaikan dirimu pada saat kamu hadir”.(Ibnu Abi Dunya) .
d. Tidak berperilaku sombong “Dari Ibn Umar r.a ia berkata, bersabda
Rasulullah saw, barangsiapa merasa besar diri, dan sombong dalam berjalannya,
pasti ia akan menemui Allah dalam keadaan Allah murka kepadanya”. Seorang
yang dirinya berprofesi menjadi pendakwah harus mampu memelihara dirinya
dari sifat sombong yaitu menolak kebenaran lantaran gengsi serta meremehkan
manusia.
e. Tidak bermental hasud “Dari Abu Hurairah r.a, bersabda rasulullah saw,
jauhilah hasad sesunguhnya hasad itu memakan kebaikan seperti api melahap
kayu baka (HR. Abu Daud)
4
Abdul Baqi, Dkk, Mutiara Hadits Shahih Bukhari Muslim. (Surabaya: Bina llmu : 2005), h.89
5
Enianz AS dan Haiir Taiiri. Etika Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran, 2009), h. 6

3
C. Pengertian etika komunikasi
Komunikasi merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa lain yaitu
“communicatio” dan perkataan sumbernya dari kata “communis” yang memiliki
kesamaan dalam makna.6 Adapun secara istilah komunikasi dikategorikan sebagai kata
yang memiliki banyak makna/arti7
Meski dianggap sulit untuk mendapatkan makna hakiki dari komunikasi, beberapa
ahli juga mencoba mendefinisikan komunikasi. Sebagaimana yang diungkapkan oleh A.
Markarma, bahwa komunikasi diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
komunikator untuk mengubah perilaku komunikan dengan cara mengirimkan sebuah
rangsangan (stimulus). Komunikasi juga diartikan sebagai sebuah seni yang
menggambarkan perasaan berupa ungkapan tersurat maupun tersirat. 8 Ungkapan lain
mengenai komunikasi yaitu suatu proses untuk berinterkasi antara satu individu dengan
individu lain dan saling menggambarkan citra dari masing-masing individu.9
etika berkomunikasi yaitu sebuah aturan yang digunakan untuk mengungkapkan
buah pemikiran dan perasaan seseorang secara sistematis, lemah lebut, efektif dan efisen,
sehingga dapat diterima dengan baik oleh lawan bicaranya dan menghasilkan timbal balik
(feedback) yang positif.
D. Etika komunikasi menurut hadis
Etika komunikasi dalam hadis yaitu sebagai berikut:
1. Berbicara Menggunakan Kata-kata yang Baik
‫صلَّى‬ َ ِ ‫ال قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬ َ َ‫ح ع َْن أَبِي هُ َر ْي َرةَ ق‬ َ ‫صي ٍن ع َْن أَبِي‬
ٍ ِ‫صال‬ ِ ‫ص ع َْن أَبِي َح‬ ِ ‫َح َّدثَنَا قُتَ ْيبَةُ بْنُ َس ِعي ٍد َح َّدثَنَا أَبُو اأْل َحْ َو‬
َ ‫هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ ِباهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَاَل ي ُْؤ ِذ َجا َرهُ َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
‫ض ْيفَهُ َو َم ْن‬
ْ ‫َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ َخ ْيرًا أَوْ لِيَصْ ُم‬
‫ت‬
Artinya:“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa
berimana kepada Allah dan hari Akhir, janganlah ia mengganggu tetangganya,
barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia memuliakan
tamunya dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaknya ia
berkata baik atau diam." (HR. Bukhari No: 5559).
Dari hadits di atas dijelaskan bahwa perlakuan baik yang diberikan kepada orang lain
6
Tsalis Rifa’i, Komunikasi Dalam Musyawarah (Tinjauan Konsep Asyura dalam Islam, 2015). 37.
7
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Prenada Media Group, 2015). 8.
8
A. Markarma, Komunikasi Dakwah Efektif Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi Islamika, 2014). 130.
9
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan Dan Media (t.t: Remadja Karya CV). 7.

4
berupa tutur kata yang baik, atau menjada lisan dari perkataan yang dapat menyinggung dan
menyakati orang lain merupakan salah satu bentuk keimanan dan penghambaan kita kepada
Allah.
2. Berbicara jujur dan tidak dusta
ِ ‫ال َرسُو ُل هَّللا‬
َ َ‫ال ق‬ َ َ‫يق ْب ِن َسلَ َمةَ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد ق‬
ِ ِ‫ش ع َْن َشق‬ ِ ‫اويَةَ ع َْن اأْل َ ْع َم‬ ِ ‫َح َّدثَنَا هَنَّا ٌد َح َّدثَنَا أَبُو ُم َع‬
‫ق يَ ْه ِدي ِإلَى ْالبِرِّ َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدي ِإلَى ْال َجنَّ ِة َو َما يَ َزا ُل ال َّر ُج ُل‬ ِّ ‫ق فَإ ِ َّن ال‬
َ ‫ص ْد‬ ِّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َعلَ ْي ُك ْم بِال‬
ِ ‫ص ْد‬ َ
َ ‫ُور َوإِ َّن ْالفُج‬
‫ُور‬ ِ ‫ب يَ ْه ِدي إِلَى ْالفُج‬
َ ‫ب فَإ ِ َّن ْال َك ِذ‬ َ ‫صدِّيقًا َوإِيَّا ُك ْم َو ْال َك ِذ‬ ِ ِ ‫َب ِع ْن َد هَّللا‬
َ ‫ق َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫ص ْد‬ِّ ‫ق َويَتَ َحرَّى ال‬ ُ ‫يَصْ ُد‬
‫َب ِع ْن َد هَّللا ِ َك َّذابًا َوفِي ْالبَاب ع َْن أَبِي بَ ْك ٍر‬َ ‫ب َحتَّى يُ ْكت‬ َ ‫ار َو َما يَ َزا ُل ْال َع ْب ُد يَ ْك ِذبُ َويَتَ َحرَّى ْال َك ِذ‬
ِ َّ‫يَ ْه ِدي إِلَى الن‬
‫ص ِحي ٌح‬ ٌ ‫ير َوا ْب ِن ُع َم َر قَا َل أَبُو ِعي َسى هَ َذا َح ِد‬
َ ‫يث َح َس ٌن‬ ِ ‫ِّيق َو ُع َم َر َو َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ال ِّش ِّخ‬
ِ ‫صد‬ ِّ ‫ال‬

artinya “Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hendaklah kalian


bersikap jujur, karena kejujuran itu akan membawa pada kebaikan, sedangkan
kebaikan akan membawa kepada surga. Tidaklah seorang bersikap jujur dan
selalu berbuat jujur hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan
hendaklah kalian menjauhi sikap dusta, karena kedustaan itu akan membawa pada
kekejian, sedangkan kekejian akan membawa kepada neraka. Dan tidaklah
seorang berbuat dusta dan selalu berdusta hingga ia ditulis di sisi Allah sebagai
seorang pendusta." Terdapat hadits yang memiliki redaksi sama makna
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Bakar Ash Shiddiq, Umar, Abdullah
bin Asy Syikhkhir dan Ibnu Umar. Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan
Shahih”. (HR. Tirmidzi No: 1894).
Imam nawawi menjelaskan bahwa kejujuran dapat menuntun seseorang pada kebaikan dan dapat
menjadi perantara bagi seseorang menuju surga. Sedangkan kebohongan dapat menuntun
seseorang menuju keburukan, dosa, dan maksiat sehingga dapat mengantarkannya menuju
neraka.10

3. Larangan mengumpat dan menghibah


Arti hadis : “"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai orang-
orang yang beriman dengan lisannya namun keimanannya belum masuk ke dalam
10
Yahya bi Syaraf An-Nawawi, Syarah Shahîh Muslim, Penerjemah Fathoni Muhammad Dan Futuhal
Arifin (Jakarta: Darus Sunnah, 2014). 737.

5
hatinya, janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-
cari kesalahannya. Sebab siapa saja yang mencari-cari kesalahan mereka, maka
Allah akan mencaricari kesalahannya. Maka siapa saja yang Allah telah mencari-
cari kesalahannya, Allah tetap akan menampakkan kesalahannya meskipun ia ada
di dalam rumahnya." (HR. Abu Dawud No: 4236).
Pada redaksi “janganlah kalian mengumpat seorang muslim dan jangan pula mencari-cari
kesalahannya”. Menggunjing atau mencari-cari kesalahan orang lain merupakan hal yang tidak
terpuji, karena akan disibukkan dengan urusan orang lain tetapi lupa untuk bercermin diri dan
melalaikan kewajiban untuk selalu bermuhasabah diri. Sibuk kesana kemari mencari tau aib yang
ada pada diri orang lain, padahal aib sendiri menggunung. Sadar dengan setiap kesalahan yang
orang lain lakukakan tetapi tidak sadar dengan apa yang diperbuat diri sendiri, sungguh amat
tercela perilaku seperti ini.
Dalam berkomunikasi berdasarkan uraian hadits hendaknya umat islam senantiasa
menjauhkan diri dari ghibah. Komunikasi yang dibangun oleh komunikator dan komunikan
harus berisikan message (pesan) yang positif dan jauh dari nilai-nilai gunjing dan fitnah. Dengan
begitu, komunikasi yang terjalin antara komunikator dan komunikan akan menjadi bermanfaat
dan membawa dampak baik kepada dua belah pihak.
4. Larangan mencaci,mencela,dan berkata keji
Arti hadis: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berkata keji,
melaknat dan mencela, apabila beliau hendak mencela, maka beliau akan berkata:
"Mengapa dahinya berdebu (dengan bahasa sindiran)." (HR. Bukhari No: 5586).
Diantara sifat tak terpuji yang mesti dihindari seorang muslim meliputi mencela,
mencaci, dan berkata kotor, karena muslim telah memiliki pedoman yang dapat dijadikan acuan
dalam kehidupan11

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
Muhammad Ali Al-Hisyam, Jati Diri Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1999). 199.

6
Dakwah harus selalu dijalankan sesuai dengan kadar kemampuan setiap orang mukmin,
yaitu adanya kesesuaian antara apa yang diucapkan engan apa yang telah diperbuatnya. Dimana
ucapan dan perbuatan tersebut mempunyai pertanggung iawaban di sisi Allah swt. Dakwah yang
pada asalnya susah untuk diterima oleh jiwa orang-orang kafir, ketika disampaikan dengan cara
yang buruk, cara yang kasar, tentunya justru akan membuat orang semakin lari dari kebenaran
(dakwah). Oleh karena itulah, dakwah pada dasarnya harus disampaikan dengan cara lemah
lembut. Dakwah juga senantiasa dilakukan dengan merasa takut kepda Allah swt bahwa kita
senantiasa berada dalam pengawasan-Nya, Allah Maha Mengetahui akan segala sesuatu.
dalam berkomunikasi juga harus didasari dengan etika yang menjadi atura-aturan dalam
berbicara yang baik, sopan, dan dapat diterima oleh lawan bicara. Dengan berlandaskan hadis-
hadis tersebut sebagai teladan, niscaya akan terealisasi dengan terciptanya komunikasi yang
efektif, efisien, bermanfaat dan sesuai dengan apa yang sudah Rasul contohkan.

DAFTAR PUSTAKA
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Bulan Bintang, 1996)
Abdul Baqi, Dkk. 2005. Mutiara Hadits Shahih Bukhari Muslim. (Surabaya: Bina llmu)

7
Ahmad Amin. 1996. Etika Ilmu Akhlak, Cet. vm, (Jakarta: Bulan Bintang)
Dan Nimmo, Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan Dan Media (t.t: Remadja Karya
CV).
Enianz AS dan Haiir Taiiri. 2009.Etika Dakwah, (Bandung: Widya Padjadjaran)
Hamzah Ya'qub.1996.Etika Islam Pembinaan Akhlak aI-Karimah, CetJV, (Bandung:
Diponegoro)
Markarma.2014.Komunikasi Dakwah Efektif Dalam Perspektif Al-Qur’an (Studi
Islamika).
Morissan.2015. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Jakarta: Prenada Media
Group).
Muhammad Ali Al-Hisyam.1999.Jati Diri Muslim (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar)
Tsalis Rifa’I.2015. Komunikasi Dalam Musyawarah (Tinjauan Konsep Asyura dalam
Islam ).
Yahya bi Syaraf An-Nawawi, Syarah Shahîh Muslim.2014.Penerjemah Fathoni
Muhammad Dan Futuhal Arifin (Jakarta: Darus Sunnah).

Anda mungkin juga menyukai