Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

"PENGERTIAN KOMUNIKASI, ETIKA, STRATEGI DAN KONSEP


PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA"

Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Struktral Mata Kuliah Komunikasi Antar
Budaya Dan Agama

Dosen Pengampu : Adhi Kusuma, S.I.Kom., M.Si

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


SULTAN MAULANA HASANUDDIN
BANTEN

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :

MUHAMAD SYAHRIYAN : 191510135


ROYANI : 191210126
BABAY KHOLIFAH : 191510150
MAULANA IQBAL F. : 191510119
RIANI : 191510123

KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTHAN MAULANA
HASANUDDIN
BANTEN
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji bagi allah, tuhan semesta alam, atas berkahan
karunia nikmat dan rahmat-nya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai guna
memenuhi tugas mata kuliah komunikasi antar budaya dan agama. Shalawat serta
salamsemoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda alam nabi muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, shahabatnya dan kita pengikutnya yang in
syaa allah mendapatkan syafaatnya. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.

Dengan dibuatnya makalah yang berjudul "komunikasi antar budaya dan agama
(pengertian komunikasi, etika, strategi dan konsep penyelesaian konflik umat
beragama)", kami berharap semoga makalah ini mampu menjadi jembatan bagi penulis
khususnya dan umumnya pembaca guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami
mengakui keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, sehingga didalam makalah ini
tentu terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun konsep pembuatan
makalah, kami mohon maaf atas kekurangan makalah ini.

Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah kami kedepannya. Saran penulis, kami meminta kepada para
pembaca agar tidak mengambil dari satu pendapat saja, karena masih banyak pendapat-
pendapat lain yang bisa membuka pikiran kita. Akhirnya, saya menyambut baik kehadiran
makalah ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin aamiin yaa robbal ‘alamiin.

Terima kasih
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. ETIKA DAN STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA ...................... 6
1. Pengertian Etika.................................................................................................................... 6
2. Strategi Komunikasi ............................................................................................................. 7
3. Komunikasi Agama .............................................................................................................. 9
B. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA ................. 10
1. Tujuan komunikasi antar budaya ..................................................................................... 10
C. STRATEGI DAN KONSEP PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA ............ 12
1. Akar Penyebab Konflik Beragama ................................................................................... 12
2. Peran Negara Dalam Penyelesaian Konflik Umat Beragama ......................................... 14
3. Arti Penting Keberadaan Regulasi .................................................................................... 17
BAB III................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi masyarakat. Komunikasi


sebagai sebuah proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan
penerima untuk merubah tingkah laku. Jumlah simbol-simbol yang dipertukarkan tentu
tak bisa dihitung dan dikelompokkan secara spesifik kecuali bentuk simbol yang dikirim,
verbal dan non verbal. Memahami komunikasi pun seolah tidak ada habisnya, mengingat
komunikasi sebagai suatu proses yang tiada henti melingkupi kehidupan manusia, salah
satunya mengenai komunikasi antar budaya.

Manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu
yang mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan satu-satunya jalan untuk
membentuk kebersamaan itu. Komunikasi, seperti kata robert e park (1996) adalah
menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti. Sebuah pengertian
bersama diantara individu - individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah
menghasilkan tidak hanya unit-unit sosial, tetapijuga unit-unit kultural atau kebudayaan
dalam masyarakat.

Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata, tetapi dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Budaya itu sendiri adalah sesuatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dari generasi kegenerasi. Komunikasi antar
budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan diantara
mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu
dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan
pribadi, atupun bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.1

Kadangkala adanya perbedaan budaya mampu menimbulkan konflik antara


komunikator dengan komunikan karena makna (meaning) yang diperoleh mengalami
ketidakpastian. Selain itu, komunikasi antarbudaya terjadi karena adanya pebedaan
persepsi dan kebiasaan antara komunikator dengan komunikan.

1
Bertha srieko, hendar putranto, dkk. MENGEMBANGKAN POTENSI ATAR BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
UNTUK MEMBANGUN KEHARMONISAN relasi antar etnis dan agama ( jakarta : wade group. 2017 ). Cet 1. Hlm
21.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian komunikasi antar budaya dan agama?
2. Apa saja etika dan strategi komunikasi antar umat beragama?
3. Bagaimana strategi dan konsep penyelesaian konflik umat beragama?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antar budaya dan agama?
2. Untuk mengetahui etika dan strategi komunikasi antar umat beragama?
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi dan konsep penyelesaian konflik umat
beragama?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. ETIKA DAN STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA

1. Pengertian Etika

Etika berasal dari bahasa yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertianya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuktunggal), atau
mores (bentuk jamak) yang berarti adat istidat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat,
akhlak, cara hidup.

Menurut bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai refleksi.
Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral yang baik yang
dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus
dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai
refleksi adalah pemikiran moral.

Adapun menurut burhanuddin salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni
“ethic, sedangkan dalam bahasa greek, ethikos yaitu a body of moral principle or
value ethic, arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa
yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat
itu). Lambat laun pengertian etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan manusia2. Perkembangan pengertian etika tidak lepas
dari substansinya bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat.

Istilah lain dari etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak.
Etikamerupakan ilmu bukan sebuah ajaran. Etika dalam bahasa arab disebut akhlak,
merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat,

2
Nikmah suryandari. Komunikasi Lintas Budaya. 2019. (Surabaya: Putra Media Nusantara) . Hal. 15
watak, adab, dan agama. Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar
(standard of conduct) yang memimpin individu, etika adalah suatu studi mengenai
perbuatan yang sah dan benar dan moral yan dilakukan seseorang.

Enam rumusan pandangan dan sikap umat beragama tentang etika kerukunan
antar umat beragama:

• Setiap pemeluk agama memandang pemeluk agama lain sebagai sesama


makhluk ciptaan tuhan dan saudara sebangsa.
• Setiap pemeluk agama memperlakukan pemeluk agama lain dengan niat dan
sikap baik, empati, penuh kasih sayang dan sikap saling menghormati.
• Setiap pemeluk agama bersama pemeluk agama lain mengembangkan dialog
dan kerjasama kemanusiaan untuk kemajuan bangsa.
• Setiap pemeluk agama tidak memandang agama orang lain dari sudut
pandangnya sendiri dan tidak mencampuri urusan internal agama lain.
• Setiap pemeluk agama menerima dan menghormati persamaan dan perbedaan
masing-masing agama dan tidak mencampuri wilayah doktrin/ akidah/
keyakinan dan praktik peribadatan agama lain.
• Setiap pemeluk agama berkomitmen bahwa kerukunan antar umat beragama
tidak menghalangi penyiaran agama dan penyiaran agama tidak menggangu
kerukunan antar umat beragama.3

2. Strategi Komunikasi
1) Pengertian strategi komunikasi
strategi adalah bagaimana langkah atau upaya yang dilakukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Ahmad syafii maarif menjelaskan bahwa
strategi adalah kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan
sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan islam yang meliputi seluruh dimensi
kemanusiaan. Onong uchjana effendy menyatakan bahwa: strategi komunikasi
adalah paduan dari perancanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu

3Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h.2 K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2007), h. 22

7
tujuan komunikasi.4

Strategi komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai peteunjuk arah


komunikasi, tetapi juga menunjukkan bagaimana taktik operasional
komunikasi. Kutipan diatas menunjukkan bahwa strategi komunikasi
merupakan bagian dari konsep manajemen komunikasi dalam pencapaian
tujuan yang diinginkan.

2) Tujuan Strategi Komunikasi


Tujuan sentral strategi komunikasi menurut r. Wayne pace. Brent
pateerson dan m. Dallas barnet dalam bukunya techniques for effective
communication adalah:
a. To secure understanding
untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam
berkomunikasi. Tujuan komunikasi ini mengandung makna bahwa
komunikasi itu dapat berjalan secara efektif ketika terjadi kesamaan
dalam memahami makna antara komunikator dan komunikan.

b. To establish acceptance
bagaimana cara penerimaan itu dapat terus dibina dengan baik.
Tujuan ini diarahkan ketika komunikasi yang berlangsung dimaksudkan
untuk membina hubungan yang baik antara komunikator dan
komunikan. Hubungan yang baik tersebut akan dapat diwujudkan
apabila komunikasi yang berlangsung diantara kedua belah pihak dapat
berjalandengan baik.

c. To motivate action
bagaimana komunikator mampu memberi motivasi kepada
komunikan. Tujuan ini lebih diarahkan pada komunikasi yang bersifat
persuasif yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, perilaku dan
persepsi komunikan sehingga secara sukarela bersedia untuk mengikuti
kehendak dari komunikator.

4
Prof. Dr. Allo liliweri. M. S. Prasangka konflik dan komunikasi antarbudaya. ( jakarta : KENCANA. 2018
). Cet 1. Hlm 13.
3) Pemilihan media strategi komunikasi
komunikator dalam mencapai sasaran komunikan harus dapat memilih
salah satu gabungan dari beberapa media komunikasi. Tergantung pada tujuan
yang akan dicapai. Pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan
digunakan pemilihan media. Komunikasi di sini yang digunakan dalam
berkomunikasi berupa bahasa. Pesan dalam bahasa yang disampaikan ini bisa
berupa pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan yang berbentuk verbal ini
berupa pesan yang dapat diuraikan dalam bentuk kata-kata yang biasa
diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sedangkan pesan yang berupa
non verbal ini berbentuk gerak tubuh, ekspresi wajah, tekanan suara dan
lainnya.5

3. Komunikasi Agama

Komunikasi agama adalah komunikasi yang dibangun diatas prinsip-prinsip


agama yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan (hefni, 2015).
Agama merupakan pedoman kehidupan, yang telah menyediakan berbagai panduan
atau petunjuk dalam seluruh wilayah komunikasi manusia. Karenanya, panduan atau
petunjuk islam sudah selayaknya dijadikan sebagai prinsip-prinsip ketika prinsip-
prinsip tersebut dijadikan sebagai pedoman. Prinsip adalah sebuah pedoman yang
dapat membuat manusia menginterpretasikan suatu kejadian, membuat penilaian
tentang sesuatu dan kemudian memutuskan bagaimana bereaksi dalam situasi tertentu.

Sebuah prinsip mempunyai tiga bagian, yaitu mengidentifikasi suatu situasi


atau kejadian, melibatkan sekumpulan norma-norma dan nilai-nilai, dan hubungan
antara aksi dan konsekuensi yang mungkin. Berdasarkan hal tersebut, islam secara
spesifik menyajikan prinsip-prinsip dalam bentuk ideal komunikasi sebagai dua
sumber dasar. Sebagai sebuah ilmu, komunikasi agama memiliki rujukan utama yang
merupakan pedoman hidup bagi kaumnya. Misalnya,yaitu al qur’an dan hadits nabi
muhammad saw. Kedua sumber utama inilah yang memberikan karakteristik
komunikasi agama. Selain al qur’an dan hadits, kitab-kitab yang disampaikan oleh
para ulama serta disiplin ilmu lainnya yang turut memberikan kontribusi pada
perkembangan ilmu komunikasi secara umum dan komunikasi islam pada khususnya.
5Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Prakek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017, h. 32 dan 37

9
B. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA

1. Tujuan komunikasi antar budaya


Secara umum sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk
Menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antarbudaya melalui
Perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada
Dalam kebudayaan, serta sekedar mendapatkan hiburan atau melepaskan diri.
Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain,
Bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Berbagai pengalaman atas
Kekeliruan dalam komunikasi antarbudaya sering membuat manusia makin berusaha
Mengubah kebiasaan berkomunikasi, paling tidak melalui pemahaman terhadap latar
Belakang budaya orang lain. Banyak masalah komunikasi antarbudaya sering kali
Timbul hanya karena orang kurang menyadari dan tidak mampu mengusahakan cara
Efektif dalam berkomunikasi antarbudaya.6

Menurut william howel (1982)dalam alo liliweri(2002) setiap individu


Mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam
Berkomunikasi antarbudaya.

Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat Kemungkinan, yaitu:

• Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain.
Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami
Perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini dapat mendorong
Orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikasi antarbudaya yang
Efektif.
• Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
Merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat
Mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi
Komunikasi antarbudaya.
• Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
Dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat

6
Prof. Dr. Allo liliweri. M. S. Prasangka konflik dan komunikasi antarbudaya. ( jakarta : KENCANA. 2018
). Cet 1. Hlm 28.
Untuk memahami perilaku orang lain, mungkin orang lain menyadari perilaku
Komunikasi dia.
• Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan
Anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak
Menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya
Orang lain.

Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan Antara lain yang
pertama membangun saling percaya dan saling menghormati Sebagai bangsa berbudaya
dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan Secara damai dengan jalan mempersempit
misunderstanding dengan cara Mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari
satu bangsa atas Bangsa lain. Litvin (dalam purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan
Adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik Pengaruh yang
bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu:

➢ Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing sehingga Dapat
merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya sendiri dan Mengerti bias-
biasnya.
➢ Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi Dengan
orang lain yang berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga Tercipta interaksi
yang harmonis dan langgeng.
➢ Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain, sehingga lebih
Menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang mampu Menumbuhkan dan
memelihara wacana dan makna kebersamaan.
➢ Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat
Dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan dan dipahami. Kedua kritis Terhadap
cultural domination dan cultural homogenization, menerima Perbedaan budaya
sebagai sebuah berkah bukan bencana.

11
C. STRATEGI DAN KONSEP PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA

1. Akar Penyebab Konflik Beragama

Harus diakui bahwa meski di antara penganut agama yang berbeda terdapat
perbedaan konsep, hal itu tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai satu-satunya
pemicu munculnya konflik antar umat beragama. Begitu juga ketegangan yang sering
muncul antara kelompok-kelompok intern umat beragama, tidak bisa dipandang
semata-mata karena adanya perbedaan persepsi di antara mereka. Justru konflik yang
paling sering terjadi, baik intern umat beragama ataupun antar umat beragama
bermula dari faktor-faktor yang bersifat non-agamis, kemudian konflik tersebut
berkembang meluas dan sulit diprediksi kapan selesainya.7 Hal ini menurut
taufiqurrahman, kasubbag hukmas dan kerukunan umat beragama kanwil kemenag
provinsi jawa tengah, disebabkan oleh adanya fanatisme dan eksklusivisme berlebihan
pada masing-masing penganutnya.1 faktor fanatisme dan eksklusifisme berlebihan
bukan faktor agama, tetapi merupakan faktor sikap yang ditunjukkan oleh umat atau
penganut agama.

Terlepas dari faktor penyebab munculnya konflik apa, hingga kini pun masih
terdapat perbedaan pendapat, yang pasti berbagai kejadian konflik berbau agama telah
terjadi di negeri bernama indonesia. Bukan saja di indonesia saja, di beberapa negara
juga sering terjadi konflik yang berlatar belakang agama. Seperti peristiwa rohingya
di miyanmar, peristiwa di thailand bagian selatan, di filipina bagian selatan, bahkan di
negeri modern seperti inggris pun terdapat konflik antara pemerintah inggris dan
masyarakat irlandia utara yang konon juga ditengarai dipicu oleh perbedaan persepsi
agama.

Dalam pandangan aloys budi purnomo, salah satu akar penyebab terjadinya
konflik beragama adalah ditimbulkan oleh sikap pro dan kontra terhadap rumusan ruu
kerukunan umat beragama (ruu-kub), yang masih dinilainya mengandung unsur-unsur
yang kontroversial terkait dengan kebebasan umat beragama dan berkeyakinan.13
mewakili pandangan konferensi waligereja indonesia (kwi), ia menjelaskan bahwa
ruu-kub masih memuat lima kontroversi; pertama, ruu-kub meletakkan kerukunan

7
Made murdana. Komunikasi antarbudaya ( yogyakarta : yayasan kita menulis. 2021 ) cet 1. Hlm. 18.
sebagai variable independen yang mempengaruhi variable-variabel kebebasan yang
dijamin oleh konstitusi nkri.8

Akibatnya semua bentuk kebebasan beragama yang dipandang mengancam


kerukunan justru dilarang. Padahal seharusnya sebaliknya, yakni jika bangsa ini
hendak menciptakan kerukunan, maka tindakan yang harus dilakukan adalah dengan
menjamin ke-bebasan setiap orang dan menindak kelompok-kelompok yang
menyerang terhadap kebebasan tersebut. Secara sederhana, untuk menciptakan
kerukunan di negeri ini adalah dengan cara jamin kebebasan, hapuskan diskriminasi,
intoleransi, dan tindak pelaku-pelaku kekerasan, yang seringkali mengatasnamakan
agama.14 kedua, ruu-kub justru memicu kontroversi baru dalam sejumlah pasalnya.
Terdapat kekeliruan paradigmatik dalam memandang persoalan pelanggaran
kebebasan beragama atau berkeyakinan, sehingga desain ruu-kub tidak ditujukan
untuk melindungi korban tetapi justru untuk melegitimasi kekerasan yang dilakukan
oleh kelompok-kelompok tertentu. Ketiga, terdapat bahaya besar dalam ruu-kub,
sebab disadari atau tidak ia didesain untuk mengokohkan hegemoni mayoritas atas
minoritas dan mengingkari kemajemukan. Keempat, ruu-kub mengatur hal-hal yang
tidak perlu dan unenforceable, yakni tidak bisa ditegakkan. Misalnya pada pasal 17
ayat 2 disebutkan “penyiaran agama ditujukan kepada orang atau kelompok orang
yang belum memeluk suatu agama”, padahal untuk konteks indonesia semua warga
negara sudah beragama. Bagaimana ketentuan ini akan ditegakkan, tentu sulit.
Kelemahan kelima adalah ruu-kub ini justru melembagakan diskriminasi secara
konstitusional.9

Sementara dalam pandangan umat hindu, yang diwakili oleh pemuka agama
hindu di jawa tengah, yakni bapak i pande made pada, bapak anak agung dan bapak
sunarto, menjelaskan bahwa akar konflik yang sering terjadi antar umat beragama
dikarenakan oleh adanya krisis keparcayaan dan diskriminasi sosial. menurut mereka
yang menjadi masalah selama ini, terletak pada sikap ke-banyakan elite dan tokoh
agama yang ada, yang selalu tidak berpegang pada jarkoni, yakni bisa ujar dan bisa
ngelakoni. Kebanyakan elit hanya bisa berujar tetapi tidak bisa ngelakoni.

831Umar Ma’ruf, dalam “Peran Negara dalam Menciptakan Kehidupan yang Non-Diskriminasi,” h. 1

99
Prof. Dr. Muhammad budyatna M.A. komunikasi bisnis silang budaya ( jakarta : kencana. 2016 ) hlm.
124.

13
Menurut pandangan tokoh agama budha, akar penyebab konflik tersebut berasal
dari ketidakmampuan antar penganut agama untuk membangun kebersamaan di antara
perbedaan-perbedaan yang ada.16 walubi berusaha menjalankan fungsi agama secara
benar, mengajarkan kepada pemeluknya secara benar, dan mesosialisasikannya
kepada pemeluknya secara benar. Agama budha tidak pernah mengajak-ngajak orang
lain. Banyak orang yang berpindah kepada agama kristen atau islam, ini karena sifat
budha yang hanya mengajarkan, bukan mengajak. Walubi juga berpegang tegus pada
tri kerukunan beragama.

Berdasarkan pandangan beberapa tokoh di jawa tengah tersebut, akar penyebab


terjadinya konflik bernuansa agama terlihat sangat beragam. Tentunya, untuk
menciptakan kerukunan dalam hidup bernegara dan bermasyarakat di indonesia,
semua akar penyebab konflik sebagaimana disebutkan oleh mereka harus
diminimalisir, dan jika memungkinkan harus dihilangkan. Ini menjadi tugas bersama,
yang tentunya peran yang paling dominan adalah berada pada peran negara.

2. Peran Negara Dalam Penyelesaian Konflik Umat Beragama

Jelaslah bahwa konflik harus dicegah atau diminimalisir. Ini menjadi


pentingkarena terkait dengan keberlangsungan nkri, serta kenyamanan dankedamaian
warga negara yang berada dalam naungan nkri. Sebagaimanadisebutkan di atas,
bahwa tugas untuk meredam konflik, menguranginya, dan bahkan menghilangkannya
menjadi tugas bersama seluruh elemen masyarakat indonesia.

Akan tetapi, untuk efektifitas dan efisiensi, negara memiliki peran yang sangat
signifikan untuk menyelesaikan konflik. Bagaimana gambaran pandangan tokoh-
tokoh di jawa tengah terkait peran negara seperti ini? Berikut beberapa pandangan
mereka tentang peran negara dalam penyelesaian konflik.

Umar ma’ruf berpendapat bahwa tugas negara adalah menciptakan kondisi-


kondisi yang dapat mewujudkan kehidupan bernegara yang berkeadaban dan non-
diskriminasi. Negara memiliki sifat memaksa agar peraturan perundangan-undangan
yang dihasilkan dapat ditaati, penertiban masyarakat dapat terlaksana secara efektif,
dan perilaku anarki dapat dicegah. Semua ini dapat terlaksana sebab negara memiliki
kekuasaan yang legal untuk menggunakan kekuatan fisik dengan menggunakan
berbagai sarana yang dimiliki seperti kepolisian, kejaksaan, sistem peradilan, dan
sebagainya.17 peran negara seperti ini dapat tercapai melalui beberapa cara sebagai
berikut: pertama, menciptakan keberadaan ruang publik yang bebas. Tugas negara
dalam hal ini adalah melalui peraturan yang dihasilkannya berkewajiban untuk
menjamin dan melindungi kebebasan warga negara dalam memanfaatkan ruang
publik, seperti adanya uu kebebasan pers, uu pendirian partai politik, dan uu
pembentukan ormas.

Masih menurut umar ma’ruf tugas kedua adalah menciptakan kehidupan penuh
toleransi. Negara wajib memberikan perlindungan dalam menjaga sikap toleransi.
Pentingnya toleransi seperti ini juga sangat sesuai dengan ajaran islam. Al-qardhawi
menyebutkan bahwa islam sangat menghargai toleransi karena empat hal :

• keyakinan terhadap kemuliaan manusia apapun jenis agamanya, bangsanya,


atau sukunya. Kemuliaan manusia seperti ini mengimplikasikan adanya hak
untuk dihormati;
• keyakinan bahwa perbedaan manusia dalam agama dan keyakinan merupakan
realitas yang dikehendaki oleh allah swt. Yang telah memberikan kebebasan
untuk memilih iman atau kufur. Karena itu tidak dibenarkan oleh islam,
melakukan pemaksaan untuk memeluk agama islam;
• seorang muslim tidak dituntut untuk mengadili kekafiran orang kafir, atau
menghukum kesesatan orang yang sesat. Allah-lah yang akan mengadili
mereka di hari akhir. Hal ini akan memberikan ketenangan batin bagi umat
islam untuk tidak terjadi konflik interest antara berbuat adil dan baik kepada
mereka;
• keyakinan bahwa allah memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak
kepada budi perkerti mulia meskipun kepada orang musyrik, begitu juga allah
mengecap perbuatan dhalim meskipun ditujukan kepada orang yang kafir.

Tugas negara ketiga, adalah memberikan pengakuan dan perlindungan ter-hadap


pluralitas. Tugas negara seperti ini dalam konteks indonesia secara jelas tertuang
dalam semboyan bhinneka tunggal ika, serta tercermin dalam uud 1945 sebagai dasar
konstitusi negara. Sudah semestinya seluruh materi peraturan yang tingkatannya
berada di bawahnya tidak diperbolehkan bertentangan dengan isi uud 1945. Terkait

15
dengan hal ini, negara sebenarnya juga telah mengaturnya dalam uu no. 12 tahun
2011 tentang pembentukan peraturan Perundang-undangan, yang di dalamnya
dinyatakan, “materi muatan suatu peraturan perundang-undangan harus memenuhi
asas pembentukan perundangan yang baik, yaitu meliputi: pengayoman, kemanusiaan,
kebangsaan, kekeluargaan,kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan
aspek keseimbangan, keserasian, dan keselarasan”.

Tugas negara yang keempat, adalah memberikan perlakuan yang sama atau
mengakui dan menegakkan persamaan di hadapan hukum (equality before the law).
Dalam konteks indonesia, perlakuan yang sama terhadap semua warga negara seperti
ini mendapat jaminan dalam uud 1945, yang merupakan konsti-tusi tertinggi negara
kesatuan republik indonesia. Dalam pandangan miriam budiarjo, salah satu sifat
negara adalah bersifat mencakup semua (all-encom-passing, all-embracing), sehingga
semua peraturan perundang-undangan harus berlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali. Persamaan dalam penegakan hukum, seperti ini juga tercermin dalam uud
1945, yang menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
mandiri untuk menegakkan hukum dan keadilan.10

Menurut islam, prinsip adanya persamaan seperti ini juga dikuatkan oleh teks
al-qur’an yang menegaskan bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama. Menurut
al-faruqi, persamaan antar manusia tersebut adalah dalam konteks sama-sama sebagai
makhluk ciptaan allah, meski masing-masing berbeda satu sama lainnya. Di hadapan
allah semua manusia adalah satu atau sama.30 setidaknya ada tigal hal yang perlu
diperhatikan dari ungkapan tersebut, yakni: pertama, semua manusia adalah khalifah
allah di atas bumi, artinya siapa pun di muka bumi ini pada hakikatnya sebagai
pengelola bumi yang memperoleh fungsi sesuai fitrahnya. Kedudukan mereka secara
egaliter adalah sama; kedua, dilihat dari kewajibannya manusia memiliki kedudukan
yang sama pula, yaitu secara mutlak berkewajiban melakukan kehendak ilahi; dan
ketiga, karena sifat allah yang maha adil, maka diskriminasi dalam islam ditolak.

10
Bertha srieko, hendar putranto, dkk. MENGEMBANGKAN POTENSI ATAR BUDAYA BERBASIS KEARIFAN
LOKAL UNTUK MEMBANGUN KEHARMONISAN relasi antar etnis dan agama ( jakarta : wade group. 2017
). Cet 1. Hlm 38.
Tugas dan peran negara yang kelima, adalah menegakkan keadilan sosial.
Yang dimaksud dengan keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian
yang proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Dalam arti lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli
dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu atau juga oleh negara. Prinsip keadilan sosial seperti ini ditegaskan
pula dalam sila kelima dari dasar negara indonesia, yakni pancasila. Oleh karena itu,
sudah semestinya nilai dan prinsip keadilan ini harus selalu tercermin dalam setiap
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh negara serta dalam
implementasinya dalam masyarakat.

3. Arti Penting Keberadaan Regulasi

Dalam rangka untuk menciptakan kerukunan umat beragama, baik intern atau
antar umat beragama, diperlukan pedoman atau aturan main (rule game) yang bisa
dijadikan sebagai acuan bersama untuk hidup berdampingan yang sehat dalam wadah
negara kesatuan republik indonesia. Tentunya, keberadaan pedoman atau aturan main
(rule game) tersebut perlu memenuhi unsur rasio-nalitas, adaptif-fleksibilitas,
keadilan, non-diskriminasi, dan kejelasan atau ke-pastian, sebagaimana halnya yang
dipersyaratkan pada keberadaan norma sebagai acuan hidup bersama.

Menurut achmad gunaryo, untuk meminimalisir konflik agar tidak sampai


merusak dibutuhkan mekanisme untuk mengelolanya. Mekanisme pengelolaan
konflik seperti itu sering diistilahkan dengan conflict management. Lebih lanjut dia
menjelaskan bahwa keberadaan ruu kub merupakan salah satu upaya atau mekanisme
pengelolaan terhadap konflik agama atau pengelolaan kerukunan beragama. Oleh
karena itu, kehadiran ruu kub perlu diapresiasi. Keharusan regulasi juga dikemukakan
oleh arif hidayat.menurutnya keberadaan regulasi memiliki fungsi sebagai kontrol
sosial, alat rekayasa sosial, dan pengakuan kebhinekaan, keberagaman, dan
hiterogenitas bangsa.11 Apalagi dengan keberadaan masyarakat indonesia yang
heterogen, keberadaan regulasi menjadi sebuah keharusan.

11
Prof. Dr. Muhammad budyatna M.A. komunikasi bisnis silang budaya ( jakarta : kencana. 2016 ) hlm.
139.

17
Sri endah wahyuningsih mengatakan bahwa jika perbedaan agama yang ada di
indonesia tidak terpelihara dengan baik maka akan menimbulkan konflik antar umat
beragama, yang justru bertentangan dengan dasar nilai agama itu sendiri. Semua
agama yang ada selalu mengajarkan kedamaian, saling meng-hormati, dan saling
tolong-menolong. Oleh karena itu diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat
yang berbeda agama. Dengan cara seperti ini akan menjaga kerukunan umat
beragama.

Menurut maftuh basyuni, kerukunan umat beragama merupakan pilar kerukunan


nasional. Keberadaannya bersifat dinamis, karena itu harus dipelihara secara terus-
menerus. Kerukunan umat ber-agama itu sendiri berupa hubungan antar umat
beragama yang dilandasi semangat toleransi, saling pengertian, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya, dan kerja samaa dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.12

Ali imron, juga menegaskan bahwa persoalan kerukunan umat beragama


merupakan persoalan bangsa yang harus diprioritaskan dalam penangannya. Perlu ada
upaya penguatan terhadap kerukunan umat beragama secara serius melalui regulasi.
Regulasi tentang kerukunan umat beragama seperti itu merupa-kan suatu hal yang
niscaya. Bahkan, supaya regulasi ini memiliki kekuatan hukum yang kuat maka sudah
semestinya ia berbentuk undang-undang berdasar sistem hukum yang berlaku di
indonesia. Keberadaan regulasi ini untuk melindungi keberlangsungan tri kerukunan
umat beragama yang ada, yakni kerukunan intern umat beragama, kerukunan antar
umat beragama, dan kerukunan antar umat beragama dan pemerintah.

Terkait hal ini, peran pemerintah dalam menjaga kerukunan umat beragama
seperti ini mutlak di-butuhkan. Peran yang dijalankan oleh pemerintah dalam hal ini
adalah dengan menerbitkan regulasi dan juga memberikan fasilitas terhadap berbagai
program kegiatan yang mengarah pada pemeliharaan kerukunan umat beragama.
Dukungan fasilitas pemerintah seperti ini sangat berpengaruh bagi upaya peningkatan
kerukunan hidup umat beragama.

Bila dilihat dari kacamata konstitusi, secara tegas dan jelas disebutkan bahwa
konstitusi negara ini serta sistem penyelenggaraan pemerintahan negara sangat

12
Made murdana. Komunikasi antarbudaya ( yogyakarta : yayasan kita menulis. 2021 ) cet 1. Hlm. 23.
mencita-citakan adanya tata kehidupan umat beragama yang berjalan dalam semangat
persatuan dan kesatuan, di atas pedoman filosofis bhinneka tunggal ika. Secara
konstitusional hal ini tersirat dengan jelas dalam pasal 29 uud 1945. Demikian pula
dalam jiwa sila ketiga pancasila, yang berbunyi persatuan indonesia, jelas terkandung
nilai kerukunan. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, cita-cita
kerukunan ditunjukkan dalam prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan kepemerintahan
yang baik (good governance).

Dalam konsep good governance disebutkan bahwa salah satu ukuran


kepemerintahan yang baik adalah adanya suatu masyarakat yang madani, yaitu
masyarakat yang plural demokratis, saling menghargai, adanya peradaban masyarakat,
menerima dan menghargai keberagaman, dan bersama membangun mmasyarakat
maju dan sejahtera, serta adanya tata kehidupan masyarakat yang mencapai
kesepakatan bersama guna mengatur kelompok-kelompok yang berbeda. Dengan
adanya amanat seperti ini, maka dalam tataran implementasi praktis me-merlukan
adanya regulasi.

19
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Etika berasal dari bahasa yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya
adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertianya
dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuktunggal), atau mores (bentuk
jamak) yang berarti adat istidat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.

Strategi komunikasi tidak hanya berfungsi sebagai peteunjuk arah komunikasi,


tetapi juga menunjukkan bagaimana taktik operasional komunikasi. Kutipan diatas
menunjukkan bahwa strategi komunikasi merupakan bagian dari konsep manajemen
komunikasi dalam pencapaian tujuan yang diinginkan.

Komunikasi agama adalah komunikasi yang dibangun diatas prinsip-prinsip agama


yang memiliki roh kedamaian, keramahan, dan keselamatan (hefni, 2015). Agama
merupakan pedoman kehidupan, yang telah menyediakan berbagai panduan atau
petunjuk dalam seluruh wilayah komunikasi manusia. Karenanya, panduan atau petunjuk
islam sudah selayaknya dijadikan sebagai prinsip-prinsip ketika prinsip-prinsip tersebut
dijadikan sebagai pedoman.

Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan Antara lain
yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati Sebagai bangsa
berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan Secara damai dengan jalan
mempersempit misunderstanding dengan cara Mencairkan prasangka-prasangka rasial,
etnik, primordial dari satu bangsa atas Bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA

Bertha Srieko, Hendar Putranto, Dkk. Mengembangkan Potensi Atar Budaya Berbasis
Kearifan Lokal Untuk Membangun Keharmonisan Relasi Antar Etnis Dan Agama (
Jakarta : Wade Group. 2017 ).

Nikmah Suryandari. Komunikasi Lintas Budaya. 2019. (Surabaya: Putra Media Nusantara) .

Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo, 2012), H.2 K.
Bertenz, Etika, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2007).

Prof. Dr. Allo Liliweri. M. S. Prasangka Konflik Dan Komunikasi Antarbudaya. ( Jakarta :
Kencana. 2018 ).

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Prakek, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2017.

Made Murdana. Komunikasi Antarbudaya ( Yogyakarta : Yayasan Kita Menulis. 2021 ).

Prof. Dr. Muhammad Budyatna M.A. Komunikasi Bisnis Silang Budaya ( Jakarta : Kencana.
2016 )

21

Anda mungkin juga menyukai