Makalah Ini Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Struktral Mata Kuliah Komunikasi Antar
Budaya Dan Agama
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin, segala puji bagi allah, tuhan semesta alam, atas berkahan
karunia nikmat dan rahmat-nya sehingga makalah ini bisa tersusun hingga selesai guna
memenuhi tugas mata kuliah komunikasi antar budaya dan agama. Shalawat serta
salamsemoga senantiasa terlimpah curahkan kepada baginda alam nabi muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam, kepada keluarganya, shahabatnya dan kita pengikutnya yang in
syaa allah mendapatkan syafaatnya. Aamiin yaa rabbal ‘alamiin.
Dengan dibuatnya makalah yang berjudul "komunikasi antar budaya dan agama
(pengertian komunikasi, etika, strategi dan konsep penyelesaian konflik umat
beragama)", kami berharap semoga makalah ini mampu menjadi jembatan bagi penulis
khususnya dan umumnya pembaca guna menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Kami
mengakui keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami, sehingga didalam makalah ini
tentu terdapat banyak kesalahan baik dari segi bahasa, penulisan, maupun konsep pembuatan
makalah, kami mohon maaf atas kekurangan makalah ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi
perbaikan pembuatan makalah kami kedepannya. Saran penulis, kami meminta kepada para
pembaca agar tidak mengambil dari satu pendapat saja, karena masih banyak pendapat-
pendapat lain yang bisa membuka pikiran kita. Akhirnya, saya menyambut baik kehadiran
makalah ini, semoga bermanfaat untuk kita semua. Aamiin aamiin yaa robbal ‘alamiin.
Terima kasih
DAFTAR ISI
BAB 1 ..................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
A. Latar belakang .......................................................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah ........................................................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 6
A. ETIKA DAN STRATEGI KOMUNIKASI ANTAR UMAT BERAGAMA ...................... 6
1. Pengertian Etika.................................................................................................................... 6
2. Strategi Komunikasi ............................................................................................................. 7
3. Komunikasi Agama .............................................................................................................. 9
B. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA ................. 10
1. Tujuan komunikasi antar budaya ..................................................................................... 10
C. STRATEGI DAN KONSEP PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA ............ 12
1. Akar Penyebab Konflik Beragama ................................................................................... 12
2. Peran Negara Dalam Penyelesaian Konflik Umat Beragama ......................................... 14
3. Arti Penting Keberadaan Regulasi .................................................................................... 17
BAB III................................................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................................................ 20
A. KESIMPULAN ....................................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 21
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manusia hidup dalam sebuah komunitas yang mempunyai kebijakan tentang sesuatu
yang mereka miliki bersama, dan komunikasi merupakan satu-satunya jalan untuk
membentuk kebersamaan itu. Komunikasi, seperti kata robert e park (1996) adalah
menciptakan atau membuat segala kebimbangan menjadi lebih pasti. Sebuah pengertian
bersama diantara individu - individu sebagai anggota kelompok sosial akan mudah
menghasilkan tidak hanya unit-unit sosial, tetapijuga unit-unit kultural atau kebudayaan
dalam masyarakat.
Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata, tetapi dua konsep yang tidak
dapat dipisahkan. Budaya itu sendiri adalah sesuatu cara hidup yang berkembang dan
dimiliki bersama oleh suatu kelompok orang dari generasi kegenerasi. Komunikasi antar
budaya adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan diantara
mereka yang berbeda latar belakang budayanya. Proses pembagian informasi itu
dilakukan secara lisan dan tertulis, juga melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan
pribadi, atupun bantuan hal lain di sekitarnya yang memperjelas pesan.1
1
Bertha srieko, hendar putranto, dkk. MENGEMBANGKAN POTENSI ATAR BUDAYA BERBASIS KEARIFAN LOKAL
UNTUK MEMBANGUN KEHARMONISAN relasi antar etnis dan agama ( jakarta : wade group. 2017 ). Cet 1. Hlm
21.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian komunikasi antar budaya dan agama?
2. Apa saja etika dan strategi komunikasi antar umat beragama?
3. Bagaimana strategi dan konsep penyelesaian konflik umat beragama?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian komunikasi antar budaya dan agama?
2. Untuk mengetahui etika dan strategi komunikasi antar umat beragama?
3. Untuk mengetahui bagaimana strategi dan konsep penyelesaian konflik umat
beragama?
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Etika
Etika berasal dari bahasa yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat
tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk
jamaknya adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama
pengertianya dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuktunggal), atau
mores (bentuk jamak) yang berarti adat istidat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat,
akhlak, cara hidup.
Menurut bertens ada dua pengertian etika: sebagai praktis dan sebagai refleksi.
Sebagai praktis, etika berarti nilai- nilai dan norma- norma moral yang baik yang
dipraktikkan atau justru tidak dipraktikkan, walaupun seharusnya dipraktikkan. Etika
sebagai praktis sama artinya dengan moral atau moralitas yaitu apa yang harus
dilakukan, tidak boleh dilakukan, pantas dilakukan, dan sebgainya. Etika sebagai
refleksi adalah pemikiran moral.
Adapun menurut burhanuddin salam, istilah etika berasal dari kata latin, yakni
“ethic, sedangkan dalam bahasa greek, ethikos yaitu a body of moral principle or
value ethic, arti sebenarnya ialah kebiasaan, habit. Jadi, dalam pengertian aslinya, apa
yang disebutkan baik itu adalah yang sesuai dengan kebiasaan masyarakat (pada saat
itu). Lambat laun pengertian etika itu berubah dan berkembang sesuai dengan
perkembangan dan kebutuhan manusia2. Perkembangan pengertian etika tidak lepas
dari substansinya bahwa etika adalah suatu ilmu yang membicarakan masalah
perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dinilai baik dan mana yang jahat.
Istilah lain dari etika, yaitu moral, asusila, budi pekerti, akhlak.
Etikamerupakan ilmu bukan sebuah ajaran. Etika dalam bahasa arab disebut akhlak,
merupakan jamak dari kata khuluq yang berarti adat kebiasaan, perangai, tabiat,
2
Nikmah suryandari. Komunikasi Lintas Budaya. 2019. (Surabaya: Putra Media Nusantara) . Hal. 15
watak, adab, dan agama. Istilah etika diartikan sebagai suatu perbuatan standar
(standard of conduct) yang memimpin individu, etika adalah suatu studi mengenai
perbuatan yang sah dan benar dan moral yan dilakukan seseorang.
Enam rumusan pandangan dan sikap umat beragama tentang etika kerukunan
antar umat beragama:
2. Strategi Komunikasi
1) Pengertian strategi komunikasi
strategi adalah bagaimana langkah atau upaya yang dilakukan untuk
mencapai hasil yang diinginkan. Ahmad syafii maarif menjelaskan bahwa
strategi adalah kemampuan yang terampil dalam menangani dan merencanakan
sesuatu untuk mencapai tujuan-tujuan islam yang meliputi seluruh dimensi
kemanusiaan. Onong uchjana effendy menyatakan bahwa: strategi komunikasi
adalah paduan dari perancanaan komunikasi (communication planning) dan
manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu
3Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo, 2012), h.2 K. Bertenz, Etika, (Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2007), h. 22
7
tujuan komunikasi.4
b. To establish acceptance
bagaimana cara penerimaan itu dapat terus dibina dengan baik.
Tujuan ini diarahkan ketika komunikasi yang berlangsung dimaksudkan
untuk membina hubungan yang baik antara komunikator dan
komunikan. Hubungan yang baik tersebut akan dapat diwujudkan
apabila komunikasi yang berlangsung diantara kedua belah pihak dapat
berjalandengan baik.
c. To motivate action
bagaimana komunikator mampu memberi motivasi kepada
komunikan. Tujuan ini lebih diarahkan pada komunikasi yang bersifat
persuasif yang dimaksudkan untuk mempengaruhi sikap, perilaku dan
persepsi komunikan sehingga secara sukarela bersedia untuk mengikuti
kehendak dari komunikator.
4
Prof. Dr. Allo liliweri. M. S. Prasangka konflik dan komunikasi antarbudaya. ( jakarta : KENCANA. 2018
). Cet 1. Hlm 13.
3) Pemilihan media strategi komunikasi
komunikator dalam mencapai sasaran komunikan harus dapat memilih
salah satu gabungan dari beberapa media komunikasi. Tergantung pada tujuan
yang akan dicapai. Pesan yang akan disampaikan dan teknik yang akan
digunakan pemilihan media. Komunikasi di sini yang digunakan dalam
berkomunikasi berupa bahasa. Pesan dalam bahasa yang disampaikan ini bisa
berupa pesan verbal dan pesan non verbal. Pesan yang berbentuk verbal ini
berupa pesan yang dapat diuraikan dalam bentuk kata-kata yang biasa
diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Sedangkan pesan yang berupa
non verbal ini berbentuk gerak tubuh, ekspresi wajah, tekanan suara dan
lainnya.5
3. Komunikasi Agama
9
B. FUNGSI DAN TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DAN AGAMA
Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat Kemungkinan, yaitu:
• Seorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain.
Keadaan ini terjadi karena dia tahu diri bahwa dia tidak mampu memahami
Perbedaan-perbedaan budaya yang dihadapi. Kesadaran ini dapat mendorong
Orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikasi antarbudaya yang
Efektif.
• Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
Merupakan yang ideal artinya kesadaran akan kemampuan itu dapat
Mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi
Komunikasi antarbudaya.
• Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Keadaan ini
Dihadapi manakala orang tidak sadar bahwa dia sebenarnya mampu berbuat
6
Prof. Dr. Allo liliweri. M. S. Prasangka konflik dan komunikasi antarbudaya. ( jakarta : KENCANA. 2018
). Cet 1. Hlm 28.
Untuk memahami perilaku orang lain, mungkin orang lain menyadari perilaku
Komunikasi dia.
• Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu mengahadapi perbedaan
Anatarbudaya, keadaan ini terjadi manakala seseorang sama sekali tidak
Menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya
Orang lain.
Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan Antara lain yang
pertama membangun saling percaya dan saling menghormati Sebagai bangsa berbudaya
dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan Secara damai dengan jalan mempersempit
misunderstanding dengan cara Mencairkan prasangka-prasangka rasial, etnik, primordial dari
satu bangsa atas Bangsa lain. Litvin (dalam purwasito, 2003:47) mengatakan bahwa dengan
Adanya komunikasi multikultural akan mempengaruhi secara langsung baik Pengaruh yang
bersifat kognitif maupun yang bersifat afektif yaitu:
➢ Memberi kepekaan terhadap diri seseorang tentang budaya asing sehingga Dapat
merangsang pemahaman yang lebih baik tentang budaya sendiri dan Mengerti bias-
biasnya.
➢ Memperoleh kemampuan untuk benar-benar terlibat dalam tindak komunikasi Dengan
orang lain yang berbeda-beda latar belakang budayanya sehingga Tercipta interaksi
yang harmonis dan langgeng.
➢ Memperluas cakrawala budaya asing atau budaya orang lain, sehingga lebih
Menumbuhkan empati dan pengalaman seseorang, yang mampu Menumbuhkan dan
memelihara wacana dan makna kebersamaan.
➢ Membantu penyadaran diri bahwa sistem nilai dan budaya yang berbeda dapat
Dipelajari secara sistematis, dapat dibandingkan dan dipahami. Kedua kritis Terhadap
cultural domination dan cultural homogenization, menerima Perbedaan budaya
sebagai sebuah berkah bukan bencana.
11
C. STRATEGI DAN KONSEP PENYELESAIAN KONFLIK UMAT BERAGAMA
Harus diakui bahwa meski di antara penganut agama yang berbeda terdapat
perbedaan konsep, hal itu tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai satu-satunya
pemicu munculnya konflik antar umat beragama. Begitu juga ketegangan yang sering
muncul antara kelompok-kelompok intern umat beragama, tidak bisa dipandang
semata-mata karena adanya perbedaan persepsi di antara mereka. Justru konflik yang
paling sering terjadi, baik intern umat beragama ataupun antar umat beragama
bermula dari faktor-faktor yang bersifat non-agamis, kemudian konflik tersebut
berkembang meluas dan sulit diprediksi kapan selesainya.7 Hal ini menurut
taufiqurrahman, kasubbag hukmas dan kerukunan umat beragama kanwil kemenag
provinsi jawa tengah, disebabkan oleh adanya fanatisme dan eksklusivisme berlebihan
pada masing-masing penganutnya.1 faktor fanatisme dan eksklusifisme berlebihan
bukan faktor agama, tetapi merupakan faktor sikap yang ditunjukkan oleh umat atau
penganut agama.
Terlepas dari faktor penyebab munculnya konflik apa, hingga kini pun masih
terdapat perbedaan pendapat, yang pasti berbagai kejadian konflik berbau agama telah
terjadi di negeri bernama indonesia. Bukan saja di indonesia saja, di beberapa negara
juga sering terjadi konflik yang berlatar belakang agama. Seperti peristiwa rohingya
di miyanmar, peristiwa di thailand bagian selatan, di filipina bagian selatan, bahkan di
negeri modern seperti inggris pun terdapat konflik antara pemerintah inggris dan
masyarakat irlandia utara yang konon juga ditengarai dipicu oleh perbedaan persepsi
agama.
Dalam pandangan aloys budi purnomo, salah satu akar penyebab terjadinya
konflik beragama adalah ditimbulkan oleh sikap pro dan kontra terhadap rumusan ruu
kerukunan umat beragama (ruu-kub), yang masih dinilainya mengandung unsur-unsur
yang kontroversial terkait dengan kebebasan umat beragama dan berkeyakinan.13
mewakili pandangan konferensi waligereja indonesia (kwi), ia menjelaskan bahwa
ruu-kub masih memuat lima kontroversi; pertama, ruu-kub meletakkan kerukunan
7
Made murdana. Komunikasi antarbudaya ( yogyakarta : yayasan kita menulis. 2021 ) cet 1. Hlm. 18.
sebagai variable independen yang mempengaruhi variable-variabel kebebasan yang
dijamin oleh konstitusi nkri.8
Sementara dalam pandangan umat hindu, yang diwakili oleh pemuka agama
hindu di jawa tengah, yakni bapak i pande made pada, bapak anak agung dan bapak
sunarto, menjelaskan bahwa akar konflik yang sering terjadi antar umat beragama
dikarenakan oleh adanya krisis keparcayaan dan diskriminasi sosial. menurut mereka
yang menjadi masalah selama ini, terletak pada sikap ke-banyakan elite dan tokoh
agama yang ada, yang selalu tidak berpegang pada jarkoni, yakni bisa ujar dan bisa
ngelakoni. Kebanyakan elit hanya bisa berujar tetapi tidak bisa ngelakoni.
831Umar Ma’ruf, dalam “Peran Negara dalam Menciptakan Kehidupan yang Non-Diskriminasi,” h. 1
99
Prof. Dr. Muhammad budyatna M.A. komunikasi bisnis silang budaya ( jakarta : kencana. 2016 ) hlm.
124.
13
Menurut pandangan tokoh agama budha, akar penyebab konflik tersebut berasal
dari ketidakmampuan antar penganut agama untuk membangun kebersamaan di antara
perbedaan-perbedaan yang ada.16 walubi berusaha menjalankan fungsi agama secara
benar, mengajarkan kepada pemeluknya secara benar, dan mesosialisasikannya
kepada pemeluknya secara benar. Agama budha tidak pernah mengajak-ngajak orang
lain. Banyak orang yang berpindah kepada agama kristen atau islam, ini karena sifat
budha yang hanya mengajarkan, bukan mengajak. Walubi juga berpegang tegus pada
tri kerukunan beragama.
Akan tetapi, untuk efektifitas dan efisiensi, negara memiliki peran yang sangat
signifikan untuk menyelesaikan konflik. Bagaimana gambaran pandangan tokoh-
tokoh di jawa tengah terkait peran negara seperti ini? Berikut beberapa pandangan
mereka tentang peran negara dalam penyelesaian konflik.
Masih menurut umar ma’ruf tugas kedua adalah menciptakan kehidupan penuh
toleransi. Negara wajib memberikan perlindungan dalam menjaga sikap toleransi.
Pentingnya toleransi seperti ini juga sangat sesuai dengan ajaran islam. Al-qardhawi
menyebutkan bahwa islam sangat menghargai toleransi karena empat hal :
15
dengan hal ini, negara sebenarnya juga telah mengaturnya dalam uu no. 12 tahun
2011 tentang pembentukan peraturan Perundang-undangan, yang di dalamnya
dinyatakan, “materi muatan suatu peraturan perundang-undangan harus memenuhi
asas pembentukan perundangan yang baik, yaitu meliputi: pengayoman, kemanusiaan,
kebangsaan, kekeluargaan,kenusantaraan, bhinneka tunggal ika, keadilan, kesamaan
kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan
aspek keseimbangan, keserasian, dan keselarasan”.
Tugas negara yang keempat, adalah memberikan perlakuan yang sama atau
mengakui dan menegakkan persamaan di hadapan hukum (equality before the law).
Dalam konteks indonesia, perlakuan yang sama terhadap semua warga negara seperti
ini mendapat jaminan dalam uud 1945, yang merupakan konsti-tusi tertinggi negara
kesatuan republik indonesia. Dalam pandangan miriam budiarjo, salah satu sifat
negara adalah bersifat mencakup semua (all-encom-passing, all-embracing), sehingga
semua peraturan perundang-undangan harus berlaku untuk semua orang tanpa
terkecuali. Persamaan dalam penegakan hukum, seperti ini juga tercermin dalam uud
1945, yang menyebutkan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan yang
mandiri untuk menegakkan hukum dan keadilan.10
Menurut islam, prinsip adanya persamaan seperti ini juga dikuatkan oleh teks
al-qur’an yang menegaskan bahwa manusia memiliki kedudukan yang sama. Menurut
al-faruqi, persamaan antar manusia tersebut adalah dalam konteks sama-sama sebagai
makhluk ciptaan allah, meski masing-masing berbeda satu sama lainnya. Di hadapan
allah semua manusia adalah satu atau sama.30 setidaknya ada tigal hal yang perlu
diperhatikan dari ungkapan tersebut, yakni: pertama, semua manusia adalah khalifah
allah di atas bumi, artinya siapa pun di muka bumi ini pada hakikatnya sebagai
pengelola bumi yang memperoleh fungsi sesuai fitrahnya. Kedudukan mereka secara
egaliter adalah sama; kedua, dilihat dari kewajibannya manusia memiliki kedudukan
yang sama pula, yaitu secara mutlak berkewajiban melakukan kehendak ilahi; dan
ketiga, karena sifat allah yang maha adil, maka diskriminasi dalam islam ditolak.
10
Bertha srieko, hendar putranto, dkk. MENGEMBANGKAN POTENSI ATAR BUDAYA BERBASIS KEARIFAN
LOKAL UNTUK MEMBANGUN KEHARMONISAN relasi antar etnis dan agama ( jakarta : wade group. 2017
). Cet 1. Hlm 38.
Tugas dan peran negara yang kelima, adalah menegakkan keadilan sosial.
Yang dimaksud dengan keadilan sosial adalah adanya keseimbangan dan pembagian
yang proporsional atas hak dan kewajiban setiap warga negara yang mencakup
seluruh aspek kehidupan. Dalam arti lain, keadilan sosial adalah hilangnya monopoli
dan pemusatan salah satu aspek kehidupan yang dilakukan oleh kelompok atau
golongan tertentu atau juga oleh negara. Prinsip keadilan sosial seperti ini ditegaskan
pula dalam sila kelima dari dasar negara indonesia, yakni pancasila. Oleh karena itu,
sudah semestinya nilai dan prinsip keadilan ini harus selalu tercermin dalam setiap
peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh negara serta dalam
implementasinya dalam masyarakat.
Dalam rangka untuk menciptakan kerukunan umat beragama, baik intern atau
antar umat beragama, diperlukan pedoman atau aturan main (rule game) yang bisa
dijadikan sebagai acuan bersama untuk hidup berdampingan yang sehat dalam wadah
negara kesatuan republik indonesia. Tentunya, keberadaan pedoman atau aturan main
(rule game) tersebut perlu memenuhi unsur rasio-nalitas, adaptif-fleksibilitas,
keadilan, non-diskriminasi, dan kejelasan atau ke-pastian, sebagaimana halnya yang
dipersyaratkan pada keberadaan norma sebagai acuan hidup bersama.
11
Prof. Dr. Muhammad budyatna M.A. komunikasi bisnis silang budaya ( jakarta : kencana. 2016 ) hlm.
139.
17
Sri endah wahyuningsih mengatakan bahwa jika perbedaan agama yang ada di
indonesia tidak terpelihara dengan baik maka akan menimbulkan konflik antar umat
beragama, yang justru bertentangan dengan dasar nilai agama itu sendiri. Semua
agama yang ada selalu mengajarkan kedamaian, saling meng-hormati, dan saling
tolong-menolong. Oleh karena itu diperlukan suatu model hubungan antar masyarakat
yang berbeda agama. Dengan cara seperti ini akan menjaga kerukunan umat
beragama.
Terkait hal ini, peran pemerintah dalam menjaga kerukunan umat beragama
seperti ini mutlak di-butuhkan. Peran yang dijalankan oleh pemerintah dalam hal ini
adalah dengan menerbitkan regulasi dan juga memberikan fasilitas terhadap berbagai
program kegiatan yang mengarah pada pemeliharaan kerukunan umat beragama.
Dukungan fasilitas pemerintah seperti ini sangat berpengaruh bagi upaya peningkatan
kerukunan hidup umat beragama.
Bila dilihat dari kacamata konstitusi, secara tegas dan jelas disebutkan bahwa
konstitusi negara ini serta sistem penyelenggaraan pemerintahan negara sangat
12
Made murdana. Komunikasi antarbudaya ( yogyakarta : yayasan kita menulis. 2021 ) cet 1. Hlm. 23.
mencita-citakan adanya tata kehidupan umat beragama yang berjalan dalam semangat
persatuan dan kesatuan, di atas pedoman filosofis bhinneka tunggal ika. Secara
konstitusional hal ini tersirat dengan jelas dalam pasal 29 uud 1945. Demikian pula
dalam jiwa sila ketiga pancasila, yang berbunyi persatuan indonesia, jelas terkandung
nilai kerukunan. Dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, cita-cita
kerukunan ditunjukkan dalam prinsip-prinsip dasar penyelenggaraan kepemerintahan
yang baik (good governance).
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Etika berasal dari bahasa yunani ethos (kata tunggal) yang berarti: tempat tinggal,
padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, sikap, cara berpikir. Bentuk jamaknya
adalah ta, etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertianya
dengan moral. Moral berasal dari kata latin: mos (bentuktunggal), atau mores (bentuk
jamak) yang berarti adat istidat, kebiasaan, kelakuan, watak, tabiat, akhlak, cara hidup.
Komunikasi antarbudaya sangat penting karena juga memiliki tujuan Antara lain
yang pertama membangun saling percaya dan saling menghormati Sebagai bangsa
berbudaya dalam upaya memperkokoh hidup berdampingan Secara damai dengan jalan
mempersempit misunderstanding dengan cara Mencairkan prasangka-prasangka rasial,
etnik, primordial dari satu bangsa atas Bangsa lain.
DAFTAR PUSTAKA
Bertha Srieko, Hendar Putranto, Dkk. Mengembangkan Potensi Atar Budaya Berbasis
Kearifan Lokal Untuk Membangun Keharmonisan Relasi Antar Etnis Dan Agama (
Jakarta : Wade Group. 2017 ).
Nikmah Suryandari. Komunikasi Lintas Budaya. 2019. (Surabaya: Putra Media Nusantara) .
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia,( Jakarta: Raja Grafindo, 2012), H.2 K.
Bertenz, Etika, (Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama, 2007).
Prof. Dr. Allo Liliweri. M. S. Prasangka Konflik Dan Komunikasi Antarbudaya. ( Jakarta :
Kencana. 2018 ).
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori Dan Prakek, Bandung: Pt Remaja
Rosdakarya, 2017.
Prof. Dr. Muhammad Budyatna M.A. Komunikasi Bisnis Silang Budaya ( Jakarta : Kencana.
2016 )
21