Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ANTROPOLOGI DAKWAH

“UNSUR-UNSUR DAKWAH DALAM ANTROPOLOGI”

Disusun oleh :

Nama : Harlina
NIM : 1921402013

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


La Ode Ibrahim, S.Pd.I., M.Pd.I

BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM YPIQ
BAUBAU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Allah Subhanahu Wata’ala, shalawat serta salam
semoga selalu tercurah kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, besarta
sahabat, keluarga dan seluruh pengikut beliau hingga akhir zaman. Sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya
masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan kami di masa yang akan datang. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Baubau, November 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 2
C. Tujuan ......................................................................................................... 2
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Antropologi dalam Dakwah ..................................................... 3
B. Apa Unsur-unsur Antropologi Dakwah ...................................................... 4
C. Hubungan Antropologi Dengan Dakwah ................................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................. 10
B. Saran ........................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

iii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara etimologis, antropologi dakwah terdiri dari dua kata, yakni
antropologi dan dakwah. Antropologi itu sendiri, dalam ruang lingkup
epistemologi, adalah mempertanyakan cara memahami dunia dan hubungan
antara orang yang meneliti dan orang yang diteliti. Lalu, ontologi memunculkan
pertanyaan tentang sifat realitas, sedangkan metodologi berfokus pada cara
manusia untuk dapat mencapai pengetahuan tentang dunia. Inilah tiga elemen
yang digunakan untuk memahami perspektif dan paradigma antropologi.
Sedangkan dakwah, secara bahasa, adalah sebuah kata dalam bahasa Arab
dalam bentuk masdar. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut berarti: memanggil,
menyeru, menegaskan atau membela sesuatu, perbuatan atau perkataan untuk
menarik manusia kepada sesuatu, dan memohon dan meminta atau doa.61
Dengan demikian, bisa dipahami bahwa kegiatan dakwah melibatkan manusia,
baik yang berdakwah (da’i) maupun yang didakwahi (mad’u). Jadi, secara
implementatif, dakwah merupakan kerja dan karya besar manusia. Usia kerja
dakwah sudah cukup tua, yakni sejak adanya tugas dan fungsi yang harus
diemban oleh manusia di muka bumi
Sehinggah, antropologi merupakan cabang ilmu sosial. Ilmu sosial adalah
keseluruhan disiplin yang berhubungan dengan manusia dalam arti bukan
sebagai bagian dari alam belaka, tetapi adanya membentuk kehidupan
bermasyarakat dan kultur. Seperti yang telah kita pelajari sebelumnya mengenai
ilmu dakwah, dapat kita korelasikan dengan ilmu sosial ini, karena dalam
berdakwah kita perlu menguasai ilmu sosial khususnya dalam bermasyarakat dan
mengenal budaya. Supaya seorang da’i atau muballig dapat berdakwah secara
efektif, serta sasaran dakwah dapat menerima apa yang telah di sampaikan.
Dalam berdakwah, seorang dai haruslah mengetahui mad’u yang akan
menerima pesan dakwah, tentu dalam berdakwah dai melakukan interaksi agar

1
dakwahnya berjalan efektif dan diterima oleh mad’u. Banyak para dai yang
meninggalkan pendekatan sosologi antropologi dakwah sehingga terjadi
penolakan terhadap mad’u tentang apa yang disampaikan tidak tercapai. Untuk
itulah dia harus memahami sosialisasi dalam masyrakat setempat dan budaya
mereka. Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai salah satu upaya
mengkaji dakwah dengan cara mengamati dan melihat wujud praktik dakwah
yang tumbuh dan berkembang di masyarakat. Melalui pendekatan antropologi
dakwah, perilaku manusia, dalam hal ini da’i dan mad’u, sebagai pelaku inti
kebudayaan dakwah yang memproduksi kebudayaan tersebut dapat dapat
dipahami secara mendalam dan ilmiah. Oleh karena itu, dakwah dengan
pendekatan antropologi bisa dimaknai: perilaku manusia sebagai makhluk yang
selalu berdakwah dan didakwahi, memanggil dan dipanggil, menyeru dan diseru.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian antropologi dalam dakwah?
2. Apa unsur-unsur antropologi dalamdakwah?
3. Bagaimana hubungan Antropologi Dengan Dakwah?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian antropologi dakwah.
2. Untuk mengetahui apa unsur-unsur antropologi dakwah.
3. Untuk mengetahui hubungan Antropologi Dengan Dakwah.

2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Antropologi dalam Dakwah


Antropologi adalah paduan dari kata Anthropos berarti manusia, dan logos
berarti ilmu (keduanya asal Yunani). Menurut William A. Haviland (1994;7)
antropologi adalah studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun
generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya, dan untuk
memperoleh pengertian yang lengkap mngenai keanekaragaman manusia. David
Hunter mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang muncul dari
keingintahuan yang tidak terbatas mengenai ummat manusia. Koentjaraningrat
mengatakan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umum nya dengan mempelajar berbagai warna, bentuk, fisik masyarakat
yang dihasilkan.
Dari ketiga pengertian tersebut, pemakalah menyimpulkan bahwa
antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keragaman fisik
serta kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai) yang
dihasilkan, sehingga setiap manusia satu dengan lainnya berbeda. Antropologi
lebih memusatkan pada penduduk sebagai masyarakat tunggal, yaitu kesatuan
masyarakat yang tinggal di daerah yang sama. Antropologi hampir identik
dengan sosiologi. Akan tetapi, sosiologi menitikneratkan pada masyarakat dan
kehidupan sosialnya, sedangkan antropologi menitikberatkan pada unsur budaya,
pola pikir, dan pola kehidupannya.
Sedangkan pengertian dakwah adalah dari segi bahasa dakwah berarti
panggilan, seruan atau ajakan. Sedangkan bentuk kata kerja berarti memanggil,
menyeru atau mengajak (Da’a yad’u da’watan). Menurut istilah Syekh Ali
Mahfuz mengatakan dalam kitabnya Hidayatul Mursyidin dakwah yaitu
mendorong manusia agar berbuat kebaikan dan mengikuti petunjuk (hidayah),
menyeru mereka kebaikan dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka
mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.

3
Antropologi dakwah secara sederhana adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari manusia yang diatur oleh pesan-pesan dakwah dari sudut pandang
budaya melalui proses dakwah. Ruang lingkup antopologi dakwah mengkaji satu
bidang antropologi sosial atau antropologi budaya yang memusatkan studi pada
manusia dengan kehidupannya, manusia dan kebudayaannya, termasuk juga
manusia dengan gejala dakwah. Seperti juga ketika antropologi memandang
pendidikan, antropologi juga memandang gejala dakwah sebagai bagian budaya
manusia.
Lebih jauh lagi, berkenaan dengan manusia dan kebudayaannya, yang
menjadi fokus kajian adalah: sejarah manusia dan kemanusiaan, manusia sebagai
makhluk sosial, manusia dalam kehidupan berkeluarga, manusia dan sistem nilai
yang berlaku, manusia dalam perkembangan pola pikir dan pola kehidupannya.
Sebagai hasil budaya, dakwah memiliki relevansi dengan cara pandang
masyarakat mengenai dakwah. Sebagian masyarakat ada yang memandang
bahwa dakwah merupakan keharusan rasional, sebagian lagi keharusan sosial dan
kultural. Sedangkan tidak sedikit yang memandang bahwa dakwah adalah
keharusan teologis, kewajiban agama yang terkait pahala dan dosa.

B. Apa Unsur-unsur Antropologi Dakwah


1. Antropologi Ekonomi
Dalam antropologi ekonomi, manusia dikaji sebagai wujud yang
memiliki kebutuhan, keinginan dan tentunya kepentingan. Hal yang
disebut terakhir ini (kepentingan) biasanya mengandung konflik dan
persinggungan. Karena konflik membutuhkan aturan dan tata kelola, maka
antropologi ekonomi, di samping membahas persoalan kepentingan dan
konflik, juga menawarkan gagasan mengenai tata kelola dan aturan
kehidupan. Studi antropologi ekonomi dalam masyarakat secara sederhana
terbagi dalam dua bagian. Pertama, bagaimana masyarakat berusaha

4
menggali keperluan hidup fisik dari lingkungannya. Kedua, apakah yang
dilakukan terhadap barang-barang setelah diproduksi.
2. Antropologi Kependudukan
Antropologi kependudukan (demografi) adalah spesialisasi dalam
demografi yang menggunakan teori dan metode antropologis untuk
memberikan pemahaman demografis yang lebih baik tentang fenomena
dalam populasi saat ini dan masa lalu. Asal-usulnya dan pertumbuhan yang
berkelanjutan terletak pada persimpangan antara demografi dan
antropologi sosial-budaya dan dengan upaya mereka untuk memahami
proses populasi, terutama kesuburan (fertilitas), migrasi, dan kematian.
Kedua disiplin ilmu tersebut (antropologi dan demografi) berbagi objek
penelitian umum, yaitu populasi manusia dan fokus pada aspek yang saling
melengkapi dari objek penelitiannya. Demografi secara statistik
berorientasi dan terutama berkaitan dengan dinamika jumlah populasi dan
struktur dan variasinya melintasi ruang dan waktu, sedangkan antropologi
sosial-budaya bersifat interpretatif dan berfokus pada organisasi sosial
yang membentuk produksi dan reproduksi populasi manusia.
3. Antropologi Politik
Antropologi antropologi politik adalah suatu cara untuk memahami
bentuk-bentuk politik. Di samping itu, antropologi politik adalah alat bantu
untuk membeberkan dan mempelajari berbagai pranata dan praktik yang
kemudian membentuk suatu pemerintahan manusia, sistem-sistem
pemikiran, termasuk atas landasan apa semua itu didasarkan.
4. Antropologi Hukum
Antropologi hukum adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
manusia sebagai makhluk biologis yang diatur oleh hukum-hukum biologis
yang diciptakan oleh Tuhan. Antropologi hukum mempelajari masyarakat
menciptakan hukum, baik berupa adat kebiasaan, norma, tata susila,
peraturan perundang-undangan, dan jenis hukum yang lain. Tata cara

5
manusia mempertahankan hidup erat kaitannya dengan hukum karena
dalam kehidupannya, manusia hidup berinteraksi dengan manusia lainnya.
Hukum interaksi manusia melahirkan perkawinan, persaudaraan,
kekeluargaan, dan ikatan sosial yang mewujudkan tujuan yang sama.
5. Antropologi Linguistic
Antropologi linguistik adalah studi lintas disiplin yang mempelajari
bagaimana bahasa mempengaruhi kehidupan sosial. Ilmu ini adalah cabang
dari antropologi, yang lahir dari usaha untuk mendokumentasikan bahasa-
bahasa yang terancam punah. Selama seabad terakhir, ilmu ini telah
berkembang hingga turut mencakup sebagian besar aspek dari penggunaan
dan struktur bahasa.Antropologi linguistik mengeksplorasi bagaimana
bahasa membentuk komunikasi, identitas sosial dan keanggotaan
kelompok; mengatur sistem kepercayaan dan sistem ideologi dalam skala
besar; serta mengembangkan representasi umum atas semesta ilmu sosial
dan ilmu alam.
6. Antropologi Kognitif
Kelahiran antropologi kognitif tentu bukan tanpa alasan, dimana ini
merupakan sebuah upaya agar antropologi tidak terjebak pada ruang apa
yang disebut etnosentrisme. Secara sederhana, etnosentrisme ini adalah
proses memandang kebudayaan seseorang dari budaya kita sendiri. Seperti
memandang kebudayaan Bugis dengan menggunakan kaca mata
kebudayaan Jawa. Sehingga lahirnya antropologi kognitif tentu untuk
menghindari terjadinya distorsi etnosentrime dalam melihat individu dan
masyarakat tertentu.
7. Antropologi Perkotaan
Antropologi perkotaan berasal dari dua istilah atau dua konsep, yaitu
antropologi dan perkotaan. Makna dari istilah atau konsep antropologi
perkotaan adalah pendekatan-pendekatan antropologi mengenai masalah-
masalah perkotaan. Yang dimaksud dengan pendekatan-pendekatan

6
antropologi adalah pendekatan-pendekatan yang baku yang menjadi ciri-
ciri dari metodologi yang ada dalam antropologi, dan yang dimaksudkan
dengan pengertian masalah-masalah perkotaan adalah masalah-masalah
yang muncul dan berkembang dalam kehidupan kota dan yang menjadi
ciri-ciri dari hakekat kota itu sendiri yang berbeda dari ciri-ciri kehidupan
desa. Kota dengan demikian diperlakukan sebagai konteks atau variabel
yang menjelaskan keberadaan permasalahan yang ada di dalam kehidupan
perkotaan, dan kota adalah juga sebagai permasalahan perkotaan itu
sendiri.
8. Antropologi Kesehatan
Antropologi kesehatan adalah subbidang antropologi pada beragam
keilmuan lain seperti sosial, budaya, biologi, hingga linguistik guna
memahami berbagai faktor yang berhubungan dengan kesehatan. Lebih
dari itu, antropologi kesehatan juga berfungsi untuk memahami faktor-
faktor lain seperti kesejahteraan, pencegahan dan pengobatan penyakit,
proses penyembuhan, hubungan sosial, dan kepentingan budaya. Secara
sederhana, antropologi dapat disimpulkan sebagai disiplin ilmu untuk
dapat memahami mengenai budaya, sosial, dan kesehatan serta penyakit di
masyarakat.
9. Antropologi Ekologi
Antropologi ekologi merupakan sub-bidang dari antropologi dan
didefinisikan sebagai "studi tentang adaptasi budaya terhadap lingkungan".
Sub-bidang ini juga definisikan sebagai, "studi tentang hubungan antara
sebuah populasi manusia dan lingkungan biofisik mereka". Fokus dari
penelitian-nya menyangkut "bagaimana kepercayaan dan praktik budaya
membantu populasi manusia beradaptasi terhadap lingkungan mereka".
Antropologi ekologi dikembangkan dari pendekatan ekologi budaya, dan
menyediakan sebuah kerangka kerja konseptual yang lebih cocok untuk
penyelidikan ilmiah daripada pendekatan ekologi budaya. Penelitian yang

7
dilakukan di bawah pendekatan ini bertujuan untuk mempelajari respons
manusia yang berbagai macam terhadap masalah lingkungan.
10. Antropologi Pendidikan.
sebuah penelaahan akademis tentang sistem pendidikan dari sudut
pandang budaya. Jadi, antropologi pendidikan adalah generalisasi tentang
manusia dan perilakunya ketika berhubungan dengan fakta pendidikan.
Antropologi pendidikan merupakan spesialisasi termuda dalam antropologi
yang memiliki jangar akademik. Antropologi pendidikan menyajikan
aplikasi teori dan metode yang digunakan untuk menelaah tindak-tanduk
dan persepsi masyarakat terkait pendidikan. Dengan demikian, kajian
materi antropologi pendidikan tidak bertujuan menghasilkan ahli
antropologi, tetapi menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan
melaui perspektif budaya. Di samping itu, antropologi pendidikan
merupakan alat telaah terhadap praktik-praktik pendidikan di masyarakat.

C. Hubungan Antropologi Dengan Dakwah


Antropologi adalah suatu studi yang mempelajari tentang kehidupan
manusia baik dari segi fisik, sosial dan budayanya. Sebagai salah satu cabang
ilmu antropologi juga sebuah studi yang mempelajari tentang budaya yang ada
pada kalangan masyarakat dalam suatu etnis tertentu. Hubungannya dengan
dakwah adalah bagaimana Islam di implementasikan secara komprehensif pada
tatanan masyarakat dimana kita mempelajari seluk beluk manusia, kehidupan
sosial mereka, kebudayaannya, sehingga antropologi dakwah menjadi satu kajian
ilmu yang penting bagi terciptanya tatanan kehidupan yang harmonis bagi
Dakwah Islam dewasa ini.
Secara antropologis, konsep dakwah yang di tanamkan pada seorang da’i
adalah dengan perantara komunikasi, mengapa demikian? merupakan transenden
bagi kelancaran penyampaian tugas dakwah. Komunikasi sendiri bermacam-
macam dalam pembagiannya, salah satunya saja dengan komunikasi massa.

8
Seorang Da’i yang memberikan kontribusi dakwah nya harus mengetahui situasi
dan kondisi masyarakat pada saat itu, maka ketika Dakwah berlangsung tidak
akan terjadi miss komunikasi antara Da’i dan Mad’u.
Didalam antropologi sendiri, kita akan menjumpai konsep dalam
berdakwah, diantaranya Pendekatan terhadap masyarakat, Memiliki jiwa kritis
yang mampu membaca serta menerka lingkungan sekitar Dapat memahami apa
yang sedang dibutuhkan oleh masyarakat (mad’u) Mampu memahami
perkembangan yang terjadi di sekitar. Karena tidak dapat di pungkiri lagi bahwa
perana antropologi dalam dakwah amatlah besar guna mempengaruhi besar
tidaknya kemungkinan berhasilnya dakwah tersebut, sebuah contoh metode
dakwah yang diakukan oleh sunan kali jaga, yaitu dimana beliau sebelum
berdakwah meneliti terlebih dahulu apa yang sedang digemari oleh
masyarakatnya, dakwah via wayang adalah salah satu contoh dalam pengamalan
serta perpaduan antara antropologi dan dakwah itu sendiri.

9
PENUTUP

A. Kesimpulan
Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang selalu mendorong
pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan dakwah dengan ahsanu
qaul. Dakwah menempati posisi yang tinggi dan mulia dalam kemajuan agama
Islam, karena dakwah bertujuan untuk membuka potensi manusia agar eksistensi
mereka punya makna di hadapan Tuhan dan sejarah. Tugas dakwah adalah tugas
umat secara keseluruhan dan bukan hanya untuk kaum Islam kalangan tertentu.
Setelah mengetahui definisi dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan
bahwa antropologi dalam dakwah yaitu suatu ilmu yang membahas tentang
mengajak manusia kepada ajaran islam menyeru mereka kebaikan dan mencegah
dari kemungkaran dengan pendekatan antropologi dalam dakwah dapat
mempelajari bagaimana berinteraksi dengan masyarakat ditingkat sosial yang
berbeda dan kebudayaan yang berbeda dengan mempelajari cara-cara
berperilaku, tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang dihasilkan, supaya dakwah
diterima oleh mad’u dengan tujuan mendapat kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sehingga seorang da’i hendaknya menggunakan berbagai macam metode
untuk menghadapi realitas yang dihadapi masyarakat yang sangat beragam
(plural), baik dalam asal-usul, pendidikan, budaya, ekonomi, dan organisasi
keagamaan. Disinilah kecakapan da’i dibutuhkan agar dari semua elemen yang
ada di masyarakat tetap bersatu dan menjalin ukhuwah Islamiyah dengan tetap
berpegang pada ajaran Allah.

B. Kritik dan Saran

Pemakalah menyadari bahwa makalah tentunya banyak kekurangan. Oleh


karena itu kritik dan saran akan membangun untuk menjadi yang lebih baik

10
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, antropologi, diakses pada tanggal 3 Desember 2021, pukul 21.00 WIB.

https://darasaksara.com/antropologi-kognitif-dalam-persfektif-ward-hunt-goodde-
nough/

https://schoolkuliah.blogspot.com/2016/04/antropologi-perkotaan-urban-
anthropology.html

https://mhomecare.co.id/blog/antropologi-kesehatan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_ekologi

11

Anda mungkin juga menyukai