FILSAFAT PENDIDIKAN
Ilmu Antropologi Dalam Filsafat
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS JAMBI
PENDIDIKAN EKONOMI
2023
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat YMA. Karena telah melimpahkan rahmat-nya
berupa kesempatan dan dan pengetahuan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada bapak Prof. Dr. Drs. H. Khairinal
selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang membimbing penulis dalam mengerjakan
makalah ini
Penulis berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersikap membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik dan penulis akan terbuka terhadap saran dan
masukan semua pihak, akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
MAKALAH..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN............................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................................6
2.1 Pengertian antropologi dalam filsafat..................................................................................6
2.2 Fase-fase perkembangan antropologi...................................................................................7
2.3 Fokus kajian antropologi......................................................................................................7
BAB III...............................................................................................................................................11
PENUTUP......................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................12
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antropologi dalam filsafat merujuk pada pemahaman tentang antropologi dari perspektif
filsafat. Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan kultur, serta meneliti cara
manusia berpikir, merasa, dan mengelola diri mereka. Filsafat, kedua kata dari "filosofia",
adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkatan tinggi dari kehidupan, seperti kebenaran,
keadilan, dan kebijakan.
Antropologi dalam filsafat, antropologi digunakan sebagai alat untuk memahami dan
membahas tentang manusia, kultur, dan berpikir secara sistematis. Antropologi membantu
dalam memahami bagaimana manusia berfikir, merasa, dan mengelola diri mereka, serta
bagaimana itu berpengaruh pada kultur dan kehidupan manusia.
Pada tahap ini, antropologi dalam filsafat membantu dalam memahami bagaimana manusia
berfikir dan merasa, serta bagaimana itu berpengaruh pada kultur dan kehidupan manusia.
Antropologi membantu dalam memahami bagaimana manusia berfikir, merasa, dan
mengelola diri mereka, serta bagaimana itu berpengaruh pada kultur dan kehidupan manusia.
Antropologi dalam filsafat melibatkan penggunaan antropologi sebagai alat untuk memahami
dan membangun konsep-konsep filosofis yang mengenai manusia. Antropologi dalam filsafat
membawa perspektif yang berbeda untuk memahami dan menjelaskan konsep-konsep
filosofis yang mengenai manusia, seperti moralitas, nilai-nilai moral, dan hubungan antara
manusia dan masyarakat.
Dalam konteks moralitas, antropologi membantu dalam pengertian moralitas sebagai aturan
yang merancang bagaimana hendaknya orang saling memperlakukan satu sama lain.
Antropologi membawa perspektif yang holistik, yang memungkinkan pemahaman dan
pegangan lebih teraplikasikan dengan baik mengenai moral.
Dalam konteks sejarah Islamisasi Jawa, antropologi metafisik digunakan untuk memahami
gambaran manusia Jawa dalam sejarah Islamisasinya, yang digambarkan dalam tiga
4
kecenderungan atau kategori: sinkretik-mistis, polarisasi masyarakat, dan intensifikasi
keagamaan.
Dalam konteks ilmu hukum, antropologi hukum membantu dalam pengertian hukum sebagai
unsur utama dalam pemberlakuan hukum, yang membawa perspektif yang mengenai
masyarakat dan hukum sebagai dua unsur utama dalam pemberlakuan hukum.
Telaahan antropologi dalam filsafat merujuk kepada refleksi dan analisis tentang konsep
manusia dan hakikat manusia dalam berbagai aliran filsafat. Filsafat antropologi mencakup
pengertian dan ruang lingkup, metode, dan hubungan dengan ilmu-ilmu manusia lainnya.
Antropologi dalam filsafat juga melibatkan konsep manusia dan hakikat manusia menurut
beberapa aliran filsafat, seperti pengertian dan ruang lingkup, metode, dan hubungan dengan
ilmu-ilmu manusia lainnya.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Salah satu cabang ontologi adalah antropologi. Antropologi merupakan filsafat yang
membahas tentang manusia. Antropologi mempermasalahkan siapakah manusia itu?apa
hakikat manusia?bagaimana hubungannya dengan alam dan sesamanya?
Antropologi dalam filsafat merujuk pada bagian dari sistem filsafat yang menyoroti esensi
manusia. Antropologi filosofis adalah disiplin ilmu yang berurusan dengan pertanyaan
metafisika dan fenomenologi individu manusia dan hubungan interpersonal. Antropologi
merupakan filsafat yang membahas tentang manusia, yaitu sebuah ilmu yang mempelajari
manusia dari segi keanekaragaman fisik serta hubungan dalam komunitas, masyarakat, dan
kebudayaan. Antropologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang adanya kebudayaan dalam
manusia, sedangkan filsafat manusia bertujuan untuk mencari kebenaran dari kebudayaan
tersebut.
Pengertian antropologi filsafat adalah bagian dari sistem filsafat yang menyoroti esensi
manusia. Antropologi filsafat merupakan cabang-cabang dari filsafat seperti kosmologi,
estetika, filsafat manusia, etika, dan epistimologi. Antropologi filsafat membahas tentang
manusia dari segi keanekaragaman fisik, seperti warna mata, bentuk hidung, tinggi badan dan
bentuk tubuh, serta sifat bagian dalam, seperti golongan darah dan sebagainya. Antropologi
filsafat juga membahas kebudayaan manusia, yakni cara hidupnya dalam masyarakat.
Hubungan antropologi filsafat dengan psikologi, sosiologi, dan antropologi fisik adalah
sebagai berikut:
1. Antropologi filsafat dan psikologi : Kedua disebut sebagai cabang-cabang dari filsafat
yang membahas perilaku yang dihasilkan oleh manusia.
2. Antropologi filsafat dan sosiologi : Kedua ini mencari tahu apa yang mendasari ilmu
psikologi terutama dalam kejiwaan manusia dan menari sebuah kebenaran yang mendasari
perilaku manusia.
3. Antropologi filsafat dan antropologi fisik : Kedua ini membahas tentang manusia dari segi
fisik, seperti evolusi manusia dan bentuk tubuh.
6
Antropologi filsafat memiliki hubungan erat dengan antropologi fisik dan psikologi, serta
sosiologi. Mereka membahas tentang manusia dari segi keanekaragaman fisik, perilaku, dan
kebudayaan, masing-masing dari segi ilmu yang mereka bahas.
Fase-fase perkembangan antropologi paling tidak diawali sejak akhir abad ke 15 atau awal
abad ke 16 (Koentjaraningrat, 1996). Dengan mengikuti pembagian fase perkembangan
antropologi menurut Koentjaraningrat dan perkembangannya pada akhir-akhir ini, maka
perkembangan antropologi dapat dibagi ke dalam 5 (lima) fase perkembangan. Fase pertama
berawal dari akhir abad ke 15 dan awal abad ke 16 hingga sebelum abad ke 18. Fase kedua
terjadi sekitar pertengahan Abad ke 19, fase ketiga di sekitar awal Abad ke 20, fase keempat
terjadi sesudah tahun 1930-an, dan fase kelima kira-kira sejak tahun 1970-an. Pembagian fase
pertama hingga fase keempat berasal dari Koentjaraningrat, sedangkan fase kelima berasal
dari penulis berdasarkan referensi yang ada.
Fase pertama (sebelum abad ke 18) Bahan-bahan tulisan, yang kemudian menjadi cikal bakal
karangan etnografi, banyak dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai
jajahan, para pegawai agama atau misionaris yang berasal dari Eropa.
Fase kedua (sekitar pertengahan abad ke 19) Fase ini ditandai oleh keberhasilan para
ilmuwan dalam menyusun karya-karya etnografi yang bahannya dikumpulkan dari berbagai
karangan yang dihasilkan oleh para musafir, pelaut, pendeta, para pegawai jajahan, dan para
pegawai agama atau misionaris yang pernah tinggal di luar masyarakat Eropa.
Fase ketiga (awal abad ke 20) Pada masa awal abad ke 20, antropologi telah berkembang
bukan saja sebagai ilmu yang mengkaji masalah kehidupan bangsa-bangsa di luar Eropa yang
ada kepentingannya dengan kebutuhan negara besar yang menjadi penjajah tetapi juga dalam
rangka memperoleh pengertian tentang masyarakat modern yang kompleks.
Fase keempat (sesudah tahun 1930-an) Selelah tahun 1930-an, antropologi mendapat
perhatian yang sangat luas baik dari kalangan pemerintah terkait dengan fungsi praktisnya
maupun kalangan akademisi.
Fase kelima (sesudah tahun 1970-an) Perkembangan antropologi pada era 1970-an masih
memperlihatkan perkembangan antropologi pada fase 4 di atas yang masih memfokuskan diri
7
pada tujuan akademis dan tujuan praktisnya, tetapi penekanan terhadap kedua tujuan tersebut
berbeda-beda di setiap negara.
Percabangan antropologi:
1. Antropologi biologi/fisik
Antropologi biologi atau juga disebut Antropologi Fisik merupakan cabang ilmu antropologi
yang memelajari manusia dan primata bukan manusia (non-human primates) dalam arti
biologis, evolusi, dan demografi. Antropologi Biologi dibagi lagi menjadi beberapa cabang
ilmu, diantaranya yaitu:
Paleoantropologi adalah ilmu yang memelajari asal usul manusia dan evolusi manusia
melalui bukti fosil-fosil.
Somatologi adalah ilmu yang memelajari keberagaman ras manusia dengan mengamati ciri-
ciri fisik.
Bioarkeologi adalah ilmu tentang kebudayaan manusia yang lampau dengan melalui analisis
sisa-sisa (tulang) manusia yang biasa ditemukan dalam situs-situs arkeologi.
Ekologi Manusia adalah studi tentang perilaku adaptasi manusia pada lingkungannya
(mengumpulkan makanan, reproduksi, ontogeni) dengan perspektif ekologis dan evolusi.
Studi ekologi manusia juga disebut dengan studi adaptasi manusia, atau studi tentang respon
adaptif manusia (perkembangan fisik, fisiologi, dan genetik) pada tekanan lingkungan dan
variasinya.
Paleopatologi adalah studi penyakit pada masa purba (kuno). Studi ini tidak hanya berfokus
pada kondisi patogen yang diamati pada tulang atau sisa-sisa jaringan (misalnya pada mumi),
tetapi juga pada gangguan gizi, variasi morfologi tulang, atau juga bukti-bukti stres pada
fisik.
8
Antropometri adalah ilmu yang memelajari dan mengukur variasi fisik manusia.
Antropometri pada awalnya digunakan sebagai alat analisis untuk mengidentifikasi sisa-sisa
fosil kerangka manusia purba atau hominid dalam rangka memahami variasi fisik manusia.
Pada saat ini, antropometri berperan penting dalam desain industri, desain pakaian, desain
industrial ergonomis, dan arsitektur di mana data statistik tentang distribusi dimensi tubuh
dalam populasi digunakan untuk mengoptimalkan produk yang akan digunakan konsumen.
Osteologi/osteometri adalah ilmu tentang tulang yang memelajari struktur tulang, elemen-
elemen pada kerangka, gigi, morfologi mikrotulang, fungsi, penyakit, patologi, dsb.
Osteologi digunakan dalam menganalisis dan mengidentifikasi sisa-sisa tulang (baik
kerangka utuh mau pun yang telah menjadi serpihan) untuk menentukan jenis kelamin, umur,
pertumbuhan dan perkembangannya, sebab kematian, dan lain sebagainya dalam konteks
biokultural.
Primatologi adalah ilmu tentang primata bukan manusia (non-human primates). Primatologi
mengkaji perilaku, morfologi, dan genetik primata yang berpusat pada homologi dan analogi
dalam mengambil kesimpulan kenapa dan bagaimana ciri-ciri manusia berkembang dalam
primata.
Antropologi Forensik adalah ilmu terapan antropologi dalam ruang legal (hukum), biasanya
menggunakan perspektif dan keahlian ekologi manusia, paleopatologi, dan osteologi dalam
kasus-kasus kriminal luar biasa (FBI, CIA, dan militer) untuk menganalisis kondisi korban
yang sudah tidak utuh (terbakar, rusak, terpotong-terpotong karena mutilasi, atau sudah tidak
dikenali lagi) atau dalam tahap dekomposisi lanjut (sudah menjadi kerangka tulang).
Antropologi Molekuler adalah bidang ilmu yang memelajari evolusi, migrasi, dan persebaran
manusia di bumi melalui analisis molekuler. Biasanya menggunakan perbandingan sekuens
DNA (mtDNA, Kromosom Y, dan Autosom) dan protein dalam melihat variasi populasi dan
hubungan antar atau inter-populasi dalam menentukan suatu populasi masuk ke dalam
haplogrup tertentu atau berasal dari wilayah mana (geographical origin).
9
Prehistori adalah ilmu yang mempelajari sejarah penyebaran dan perkembangan semua
kebudayaan manusia di bumi sebelum manusia mengenal tulisan.
Etnolinguistik antropologi adalah ilmu yang mempelajari pelukisan tentang ciri dan tata
bahasa dan beratus-ratus bahasa suku-suku bangsa yang ada di bumi.
Etnologi adalah ilmu yang mempelajari asas kebudayaan manusia di dalam kehidupan
masyarakat suku bangsa di seluruh dunia.
Etnopsikologi adalah ilmu yang mempelajari kepribadian bangsa serta peranan individu pada
bangsa dalam proses perubahan adat istiadat dan nilai universal dengan berpegang pada
konsep psikologi.
3. Antropologi psikologi
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari ilmu antropologi dalam filsafat dapat beragam tergantung pada perspektif dan
sudut pandang yang diambil. Namun, beberapa kesimpulan umum yang dapat diambil antara
lain:
1. Pluralitas Budaya : Antropologi menunjukkan bahwa manusia hidup dalam beragam budaya
dengan nilai-nilai, keyakinan, dan praktik yang berbeda. Hal ini menggugah kesadaran akan
pluralitas dan keberagaman dalam pengalaman manusia.
2. Konstruksi Sosial : Konsep-konsep seperti identitas, gender, dan kekuasaan dipahami sebagai
konstruksi sosial yang dibentuk oleh interaksi manusia dalam konteks budaya tertentu. Ini
menantang pandangan essentialis tentang manusia dan mendorong pemikiran tentang
dinamika sosial.
3. Relativisme Etika : Antropologi mengajarkan bahwa standar etika dan moral dapat bervariasi
secara signifikan di antara berbagai budaya. Ini mengundang pertanyaan tentang apakah ada
norma moral universal ataukah semua nilai etika bersifat relatif.
4. Koneksi Manusia : Antropologi menyoroti hubungan dan interaksi manusia dengan alam,
teknologi, serta dengan satu sama lain. Hal ini memberikan pemahaman yang lebih dalam
tentang interdependensi manusia dengan lingkungan dan mendorong pertanyaan tentang
tanggung jawab sosial dan lingkungan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Teng, H. M. B. A. (2017). Filsafat kebudayaan dan sastra (dalam perspektif sejarah). Jurnal
ilmu budaya.
https://id.wikipedia.org/wiki/Antropologi_filosofis
http://meilinarahmawati94.blogspot.com/2015/01/filsafat-antropologi.html?m=1
https://www.academia.edu/22103409/Filsafat_Antropologi
https://www.kompasiana.com/masianrifati/54f7c2eda333112b6f8b4d95/pengertian-filsafat-
manusia-dan-hubungan-dengan-antropologi-psikologi-dan-sosiologi
https://id.scribd.com/document/637261281/Untitled
12