Di Susun Oleh :
1F ILMU KOMUNIKASI
2022/2023
DAFTAR ISI
ISI Hal
DAFTAR ISI..............................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................3
1.1. Latar Belakang.............................................................................................3
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3. Tujuan Pembahasan.....................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................1
2.1 Pendekatan Antropologis..................................................................................1
2.1.1 Cara Kerja Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam............................2
2.1.2 Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam...............................................5
2.1.3. Tokoh-tokoh Pemikir Antropologi..........................................................11
2.1.4. Signifikasi dan Kontribusi Pendekatan Antropologis dalam Studi Islam
...........................................................................................................................12
2.1.5 Jenis-Jenis Pendekatan Antropologi.........................................................13
2.1.6 Objek Pendekatan Antropologis Dalam Penelitian Agama.....................15
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam
...........................................................................................................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................................19
3.1. KESIMPULAN..........................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................20
BAB I PENDAHULUAN
ٰيٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا َخلَ ْق ٰن ُك ْم ِّم ْن َذ َك ٍر َّواُ ْن ٰثى َو َج َع ْل ٰن ُك ْم ُشعُوْ بًا َّوقَبَ ۤا ِٕى َل لِتَ َعا َرفُوْ ا ۚ اِ َّن اَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هّٰللا ِ اَ ْت ٰقى ُك ْم ۗاِ ّن
ٰلّهَ َعلِ ْي ٌم َخبِ ْي ٌر
Allah menegaskan bahwa : “Wahai manusia ! sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami
jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal…”
Merujuk pada ayat ini, bahwa Allah menciptakan manusia dengan berbagai
bangsa dan suku agar manusia saling mengenal antara yang satu dengan yang lain.
Menurut pendapat kami, yang dimaksud saling mengenal di sini bukan sekedar
mengetahui asal seseorang dari bangsa dan suku mana, tetapi lebih jauh dari itu
adalah mempelajari dan memahami keragamannya baik berupa sejarah, budaya,
pola sikap dan tingkah laku maupun praktik keberagamaan dalam kehidupan sehari-
hari di mana manusia itu berada.
Posisi penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa
sesungguhnya persoalan utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana
memahami manusia.Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah
sesungguhnya persoalan agama yang sebenarnya.Pergumulan dalam kehidupan
kemanusiaan pada dasarnya adalah pergumulan keagamaannya, karena berbagai
aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari agama.
Praktik keberagamaan dalam kehidupan umat Islam beraneka ragam tergantung
pada berbagai faktor yang memengaruhinya, misalnya mazhab yang dianutnya atau
pola hidup keberagamaan kaum muslim pun ada yang berbeda sesuai dengan
kecenderungan pada organisasi-organisasi Islam tertentu. Ada pula yang praktek
keberagamaannya terpengaruh dengan budaya lokal tertentu, sehingga budaya
dikaitkan dengan ajaran agama.Jadi mempelajari manusia berarti tidak terlepas dari
mempelajari budaya dan praktek keberagamaannya.
Dengan demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan
budaya tidak akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan
sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia
nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada
interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan
untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan
memahami Islam yang telah dipraktikkan dalam kehidupan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami menulis makalah ini dengan
judul Pendekatan Antropologi Dalam Studi Islam.
Antropologi atau "llmu tentang manusia" me rupakan suatu istilah yang pada awalnya
mempunyai makna yang lain, yaitu "ilmu tentang ciri- ciri tubuh manusia". Dalam fase ketiga
perkembangan antropologi, istilah ini terutama mulai dipakai di Inggris dan Amerika dengan
arti yang sama seperti etnologi pada awalnya. Di lnggris, istilah antropologi kemudian
mengubah istilah etnologi.
Dari uraian yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa Antropologi ialah suatu
ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dalam hal-hal yang berkaitan dengan aspek fisik
yakni: warna kulit, bentuk rambut, bentuk muka, bentuk hidung, tinggi badan maupun dalam
hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan sosialnya.Penelitian agama dengan menggunakan
pendekatan antropologi pada dasarnya dengan menggunakan teknik participant observaticm
dengan melakukan berbagai interview. Pendekatan antropologi budaya dan sosial dapat
digunakan dalam upaya mengkaji fenomena- fenomena keagamaan tersebut dengan rujuan
6
M. Dawam Raharjo, Pendekatan Ilmiah terhadap Fenomena Keagamaan, dalam M.
7
Taufik Abdullah dan M. Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agama, cet. II
(Yogyakarta:
Tiara Wacana, 1990) h. 19
untuk lebih dapat memahami perilaku umat Islam dan dalam rangka pembangunan kehidupan
beragama umat Islam itu sendiri. Namun dalam penerapannyaperlu menyelaraskan
pendekatan antropologi ini dengan nilai-nilai yang dikandung Islam.
Pendekatan antropologis dalam memakai agama dapat diartikan sebagai salah satu upaya
memakai agama dengan cara melihat wujud praktek keagamaan yang tumbuh dan berkem-
bang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manu- sia dan berupaya menjelaskan dan memberi
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan pula untuk memakai agama.
Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan oleh Dawam Rahardjo, lebih
mengutamakan pengamatan langsung bahkan sifatnya partisipatif. Dari sini timbul
kesimpulan-kesim- pulan yang sifatnya indukatif yang mengimbangi pendekatan induktif
sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologi. Penelitian antropologi yang indukatif
dan grounded yaitu turun ke lapangan tampak berpijak pada atau setidak-tidaknya berupa- ya
membebaskan diri dari keterkungkungan teori-teori format yangpada dasarnya sangat abstrak
sebagaimana yang dilakukan dalam bidang sosiologi dan lebihJebih ekonomi yang memper-
gunakan model matematis, banyak juga memberikan sumber kepada penelitian historis.8
10
David N. Gellner, 2002: 15
seperti pertanyaan tentang : Apakah bentuk agama yang paling kuno itu magic?
Apakah penyembahan terhadap kekuatan alam? Apakah agama ini meyakini jiwa
seperti tertangkap dalam mimpi atau bayangan, suatu bentuk agama yang disebut
animisme? Pertanyaan dan pembahasan seputar agama primitif itu sangat digemari
pembacanya pada abad ke 19. Sebagai contoh, terdapat dua karya besar yang
masing-masing ditulis Sir James Frazer tentang “The Golden Bough” dan Emil
Durkheim tentang “The Element Forms of Religious Life”.
Dalam karyanya tersebut, Frazer menampilkan contoh-contoh magic dan
ritual dari teks klasik. Frazer berkesimpulan bahwa seluruh agama itu sebagai bentuk
sihir (magic) fertilitas. Dalam karyanya yang lain, Frazer mengemukakan skema
evolusi sederhana yaitu suatu ekspresi dari keyakinan rasionalismenya bahwa
sejarah manusia melewati tiga fase yang secara berurutan didominasi oleh magic
(sihir), agama dan ilmu.
Berbeda dengan Durkheim, dia kurang sependapat jika mengambil contoh
dari semua agama di dunia dengan kurang memperhatikan konteks aslinya seperti
yang dilakukan oleh Frazer, karena itu adalah metode antropologi yang keliru.
Menurutnya, “eksperimen yang dilakukan dengan baik dapat membuktikan adanya
aturan tunggal, dan mengatakan perlunya menguji sebuah contoh secara mendalam,
seperti agama Aborigin di Arunto Australia Tengah. Terlepas dari kontroversi
terhadap penelitiannya, yang jelas Durkheim telah memberikan inspirasi kepada
para antropolog untuk menggunakan studi kasus dalam mengungkap sebuah
kebenaran.
Setelah Frazer dan Durkheim, kajian antropologi agama terus mengalami
perkembangan dengan beragam pendekatan penelitiannya. Beberapa antropolog ada
yang mengorientasikan kajian agamanya pada psikologi kognitif, sebagian lain pada
feminisme, dan sebagian lainnya pada secara sejarah sosiologis.
13
Akbar S. Ahmad, 1989: 30
14
M. Atho Mudzhar, …: 60.
dan menganalisa informasi serta cara pemaparannya.
4) Melakukan telaah pustaka dan membuat rangkuman dari teori yang telah dipaparkan.
Setelah itu, seorang peneliti harus mengetahui apa saja yang belum dibicarakan, dan
dari sinilah akan diperoleh kontribusi dari hasil penemuan penelitian.
2. Parsudi Suparlan
Prof. Parsudi Suparlan adalah seorang antropolog nasional, ilmuan sejati, yang
berjasa menjadikan antropologi di Indonesia memiliki sosok dan corak yang tegas
sebagai disiplin ilmiah, yang tak lain adalah karena pentingnya penguasaan teori.
15
Koentjaraningrat, 2005: 6-7
Beliau lulus Sarjana Antropologi dari Universitas Indonesia tahun 1964.
Kemudian menempuh jenjang MA lulus pada tahun 1972 dan PhD lulus tahun 1976
di Amerika Serikat. Beliau mencapai gelar Guru Besar Antropologi Universitas
Indonesia tahun 1998. Menurut beliau, antropologi merupakan disiplin ilmu yang
kuat, karena pentingnya teori, ketajaman analisis, ketepatan metodologi, dan tidak
hanya sekedar mengurai-uraikan data. Selain itu, juga pentingnya pemahaman yang
kuat mangenai konsep kebudayaan dan struktur sosial.16
16
Achmad Fedyani Saifuddin, 2007:
17
Agricultural Involution, The Process of Ecological Change in Indonesia (1963). ( Kompas. 2006)
18
Abuddin, 2004: 35
hubungan ini, jika ingin mengubah pandangan dan sikap etos kerja seseorang maka dapat
dilakukan dengan cara mengubah pandangan keagamannya.19
Tampaknya, agak sulit untuk melukiskan garis pemisah yang jelas antara antropologi dan
sosiologi karena kedua macam ilmu ini dibagi bukan karena metode yang dipakai oleh
para sarjana, melainkan metode yang dipakai oleh tradisi. Bagaimanapun antropologi telah
memusatkan perhatiannya kepada kebudayaan-kebudayaan primitif yang tidak bisa baca
tulis dan tanpa teknik.
Selanjutnya, melalui pendekatan antropologi dapat melihat agama yaitu hubungannya
dengan mekanisasi pengorganisasi (social organization) juga tidak kalah menarik untuk
diketahui oleh para peneliti sosial agama. Khusus di Indonesia, karya Clifford Geertz, the
religion of java dapat dijadikan contoh yang baik dalam bidang ini. Geerts melihat adanya
klasifikasi sosial dalam masyarakat muslim di Jawa; santri, priyayi dan abangan. Sungguh
pun hasil penelitian antropologis di Jawa Timur ini mendapat sanggahan dari berbagai
ilmuwan sosial yang lain, konstruksi stratifikasi sosial yang dikemukakannya cukup
membuat orang berfikir ulang untuk mengecek ulang keabsahannya.
Melalui pendekatan antropologis, sebagaimana tersebut di atas, terlihat dengan jelas
hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia, dan dengan itu pula, agama
terlihat akrab dan fungsional dengan berbagai fenomena kehidupan manusia. Dengan
demikian, pendekatan antropologis sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama,
karena dalam ajaran agama tersebut terdapat uraian dan informasi yang dapat dijelaskan
melalui bantuan ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.2 0
19
Soekanto, 35-36
20
Soekanto, 79-82
Metode ini sering digunakan pada sebuah penelitian lapangan dengan jarak yang cukup
lama. Pendekatan antropologi holistik lebih fokus pada pemahaman dari keseluruhan jaringan
fenomena sosial masyarakat yang akan diteliti.
2. Pendekatan Mikro
Pendekatan mikro antropologi adalah konsekuensi dari penerapan pendekatan
antropologi holistik. Menjadi seorang antropolog harus mampu mempelajari Lebih detail dan
rinci masalah sampai semua data terkumpul dengan konkrit terkait masalah sosial budaya
tertentu.Data konkrit tersebut dapat digunakan sebagai pedoman untuk memecahkan masalah.
Sebagai seorang antropolog kamu juga bisa mendapatkan pengertian umum yang lebih detail
terkait masalah sosial.
Seorang antropolog Inggris yaitu R. Firth mengatakan bahwa pendekatan ilmu
antropologi mikro pada sosial budaya masyarakat memiliki sifat yang khas dan sering
menyebut sebagai sosiologi mikro.
3. Pendekatan Semiotik
Pendekatan semiotik lebih fokus pada pemahaman kebudayaan sesuai interpretasi yang
sudah dilakukan oleh peneliti dari berbagai macam pandangan dasar subjek penelitian.
Pendekatan ilmu antropologi semiotik saat ini banyak digunakan terutama ketika muncul
tokoh antropologi seperti Clifford Geertz dan Goodenough.
Analisa pendekatan ilmu antropologi semiotik ini sangat ditekankan. Sekalipun
pendekatan maupun metode yang digunakan berbeda-beda, tetapi mereka tetap melakukan
penelitian dengan metode yang disebut kualitatif dan observasi partisipasi.
4. Pendekatan Komparatif
Pendekatan komparatif merupakan metode yang dapat digunakan dalam ilmu antropologi
dari awal sejarah. Dalam ilmu antropologi ada beraneka ragam warna dan bentuk masyarakat
maupun kebudayaannya. Hal tersebut membuat berbagai macam pendekatan ilmu komparatif
selalu berkembang. Salah satunya adalah metode perbandingan lintang kebudayaan.
Cara kerja metode perbandingan tersebut menggunakan satu atau beberapa masalah
sosial budaya. Masalah sosial budaya tersebut seperti kebudayaan-kebudayaan suku bangsa
dan tersebar luas.
5. Metode Behavioristik
Terakhir ada metode merupakan pendekatan yang hampir mirip seperti metode
komparatif. Metode behavioristik dalam ilmu antropologi memiliki sifat komparasi dari
tingkah laku berbagai macam lapisan masyarakat. Cara kerja metode behavioristik
menggunakan kombinasi psikoanalisa, antropologi budaya dan learning theory.
2.1.6 Objek Pendekatan Antropologis Dalam Penelitian Agama
Budaya sebagai produk manusia yang bersosial-budaya pun dipelajari oleh Antropologi.
Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama, maka agama yang dipelajari di sini adalah
agama sebagai fenomena budaya, bukannya agama (ajaran) yang datang dari Tuhan.21
Menurut Atho Mudzhar,22fenomena agama –yang dapat dikaji- ada lima kategori.
Meliputi:
1) Scripture atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2) Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama. Yakni sikap, perilaku dan
penghayatan para penganutnya.
3) Ritus, lembaga dan ibadat. Misalnya shalat, haji, puasa, perkawinan dan waris.
4) Alat-alat (dan sarana). Misalnya masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5) Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan berperan.
Misalnya seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan, Syi’ah
dan lain-lain.
Kelima fenomena (obyek) di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologis, karena
kelima fenomena (obyek) tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi
manusia.
Karena realitas keagamaan sesungguhnya adalah realitas kemanusiaan yang
mengejawantah dalam dunia nyata.Terlebih dari itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah
terletak pada interpretasi dan pengamalan agama.Oleh karena itu, antropologi sangat
diperlukan untuk memahami Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan
memahami Islam yang telah dipraktikkan-Islam that is practised-yang menjadi gambaran
sesungguhnya dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan
pendekatan antropologi dalam studi Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4
ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologiterhadap agama, 23yaitu :
21
Menurut Bustanuddin Agus, antropologi tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap
perangkatnya, seperti kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral. Wilayah antropologi hanya
terbatas pada kajian terhadap fenomena yang muncul. Lihat: Bustanuddin Agus, Agama Dalam Kehidupan
Manusia; Pengantar Antropologi Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006, hlm. 18.
22
Lihat: M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam Dalam Teori Dan Praktek, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1998, hlm. 15.Lihat: Achmad Fedyani Saifuddin, op.cit, hlm. 63-66.
23
Lihat: David N Gellner, op.cit, hlm. 34.
berhubungan dengan orang, masyarakat, kelompok setempat yang diamati dan diobservasi
dalam jangka waktu yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut dengan thick
description(pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius, terstuktur,
mendalam dan berkesinambungan). Thick description dilakukan dengan cara antara lain
Living in , yaitu hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola hidup
sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan
bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang akurat dan dapat
dipertanggungjawabkansecara akademik. John R Bowen, misalnya, melakukan penelitian
antropologi masyrakat muslim Gayo,di Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga
dilakukan oleh para antropolog kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz. Field note
research (penelitian melalui pengumpulan catatan lapangan) dan bukannya studi teks atau
pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis adalah andalan utama antropolog.24
B. Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices , yaitu
praktik konkrit dan nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan dan tahunan, lebih-
lebih ketika manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa penting dalam menjalani
kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa saja yang dilakukan untuk melewati
peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan tersebut (rites de pessages) ? Persitiwa
kelahiran, perkawinan, kematian, penguburan . Apa yang dilakukan oleh manusia ketika
menghadapi dan menjalani ritme kehidupan.
2. Kekurangan
Kekurangan yang terdapat pada pendekatan antropologi dalam studi Islam yaitu :
Antropologi tidak membahas fungsi agama bagi manusia, tetapi membahas isi dan unsur-
unsur pembentuk dalam agama itu berkaitan dengan manusia dan kebudayaan sehingga akan
sulit mengamati terjadinya sekularisasi.
Dalam kehidupan terjadinya pembauran antara budaya dan agama, sehingga dalam
praktiknya jika kita tidak cermat mengamatinya, maka tidak dapat dibedakan antara agama
dan budaya.
BAB III PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis sebagai sumber utama ajaran Islam tidak lagi
terbatas pada pemahaman tekstual/tersurat saja, tetapi perlu dikembangkan ke arah
pemahaman yang kontekstual/tersirat. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam
studi Islam dan keislaman tidak lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja, tetapi
perlu dan sangat penting untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan lain yang dapat diterima
oleh masyarakat yang sangat majemuk/kompleks. Agar Islam dapat diterima, dipelajari,
dipahami dan diamalkan ajarannya oleh umat manusia yang tersebar diseluruh penjuru dunia
yang berbeda-beda suku, adat istiadat, ras, bahasa, letak geografis, dan lainnya, maka perlu
tindakan nyata yang lebih arif dan bijaksana dari para ilmuwan Islam.
Antropologi, sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting
untuk memahami agama.Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan pendekatan
yang holistik dan komitmen antropologiakan pemahaman tentang manusia, maka
sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang penting untuk mempelajari agama dan
interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Pendekatan antropologi dalam studi Islam meneliti praktek keberagamaan yang
dipengaruhi oleh factor budaya, social, ekonomi, geografis dan lain-lain, sedangkan
pembaharuan dalam Islam menempatkan inti ajaran Islam yang sebenarnya, yang dalam
praktiknya telah terpengaruh dengan factor budaya, social, ekonomi, politik, geografis dan
lain-lain dalam kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah dkk. 2006. Metodologi Penelitian Agama.
Pendekatan Multidisipliner. Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga.
Abuddin Noto. 2004. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Akbar S.
Ahmad. Kearah Antropologi Islam, Jakarta: Media Da'wah.
Ali Syari'ati. 1982. Sosiologi Islam. Yogyakarta: Ananda.
---------------------. Toward An Islamic Anthropolgy. 1989. Edisi Bahasa Arab, III T.
Bustanuddin Agus. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar
Antropologi Agama. Jakarta: Raja Grapindo Persada.
Carl Olson. 2003. Theory and Method in the Study of Religion; a Selection of Critical
Readings. Canada: Thomson Wadsworth.
Daniel L. Pals (ed). 1996. Seven Theories of Religion. New York: Oxford University
Press.
David N. Gellner dalam Peter Connolly (ed.). 2002. Aneka Pendekatan Studi Agama.
Yogyakarta: LkiS.
Koentjaraningrat. 2005. Pengantar Antropologi I. cet. III. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Kamanto Sunarto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
M. Atho Mudzhar. 1998. Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
------------------------. Studi Hukum Islam dengan Pendekatan Sosiologi.
Yogyakarta: Pidato Pengukuhan Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga. 15 September 1999.
Soejono Soekamto. 1982. Suatu Pengantar Sosiologi. Jakarta: CV Rajawali.
Sri Wahyuni dan Yusniati. 2004. Manusia dan Masyarakat. Jakarta: Ganeca Exact.
Soerjono Soekanto. 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zulfi Mubarak. 2006. Sosiologi Agama : Tafsir Sosial Fenomena Multi-Religius
Kontemporer. Malang: UIN Malang Press.
Abdullah, M. Amin, Urgensi Pendekatan Antropologi Untuk Studi Agama dan Studi
Abdullah, M. Amin, Dkk. 2006, Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan Multidisipliner,
Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga
Agus, Bustanuddin, 2006, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi
Agama, Jakarta: Raja Grapindo Persada
Assegaf, Abd. Rahman, 2013, Aliran Pemikiran Pendidikan Islam Hadharah Keilmuan Tokoh
Klasik Sampai Modern, Jakarta, Raja Grafindo Persada.
Bahrun Hasan, Mundiri Akmal, dkk. 2011, Seri Pemikiran Tokoh Metodologi Studi Islam
Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama, Jogjakarta, Ar-Ruzz Media.
Departemen Agama RI, 2009, Syamil Al-Qur’an The Miracle 15 in 1, Bandung, PT Sygma
Examedia Arkanleema.
Mudzhar, M. Atho, 1998, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nasution Harun, 1975, Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta,
Bulan Bintang
Nata, H. Abuddin, 2013, Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-
antropologi.html, diakses tanggal 21 Maret 2016.