Anda di halaman 1dari 21

Budaya Didalam Komunikasi Antar Pribadi

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

ISBD

Disusun oleh :

Diyah Aprilliawati (18050534008)

S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga Saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Manusia Sebagai Makhluk Budaya. Makalah ini
telah Saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan. Untuk itu Saya menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka. Saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata Saya berharap semoga makalah tentang Manusia Sebagai


Makhluk Budaya ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Surabaya, 27 Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... iii

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... i

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. i

1.3 Tujuan ................................................................................................................ i

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... ii

2.1 Definisi Komunikasi .......................................................................................... i

2.2 Definisi Kebudayaan...........................................................................................i

2.3 Definisi Komunikasi Antar Budaya ................................................................... i

2.4 Unsur-unsur Kebudayaan ................................................................................... i

2.5 Cara Membedakan Budaya ................................................................................ i

2.6 Teori-teori Budaya dan Komunikasi .................................................................. i

2.7 Prinsip Untuk Meningkatkan Komunikasi Antarbudaya.................................i

BAB III PENUTUP ................................................................................................ i

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ i

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. i


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Budaya di


Indonesai terwujud dalam ras, suku, bahasa, agama, adat istiadat, peninggalan
kuno (artefak), sumber daya alam, dan masih banyak lagi. Menurut
Koentjaraningrat, budaya adalah sebuah sistem atau gagasan serta rasa, suatu
tindakan dan karya yang dihasilkan manusia pada kehidupannya secara
bermasyarakat yang dijadikan kepemilikan dengan belajar. Budaya bersifat
abstrak, kompleks, luas, dan dinamis mengikuti perkembangan zaman. Di
Indonesia. Komunikasi antara budaya belum secara serius mendapatkan tempat
sebagai suatu kajian penting, sehingga sampai saat ini masih sulit ditemui buku
yang menjelaskan secara lengkap tentang definisi dari komunikasi antar budaya
itu sendiri. Padahal komunikasi antar budaya di Indonesia sangatlah penting
karena pada kenyataannya kehidupan masyarakat dan budaya Indonesia sangatlah
heterogen. Sebagaimana dituangkan dalam semboyang Bhineka Tunggal Ika yang
artinya berbeda tetapi tetap satu. Lebih dari 350 bahasa daerah berkembang di
Indonesia dan ratusan etnis tersebar diberbagai wilayah.

Komunikasi antar budaya kala ini menjadi semakin penting


karena meningkatnya mobilitas orang diseluruh dunia. Komuniasi antara budaya
sendiri lebih menekankan aspek utama yakni komunikasi antar pribadi diantara
Komunikator dan Komunikan yang kebudayaannya berbeda (Mulyana 1990) .
Perbedaan budaya terkadang menjadi suatu hambatan dalam kehidupan biasanya
berupa kesalahpahaman. Perbedaan bahasa biasanya menjadi pemicu pertama
dalam hambatan komunikasi karena perbedaan latar belakang individu. Untuk
mengatasi kesalahpahaman tersebut dibutuhkan komunikasi yang efektif. Budaya
berhubungan erat dengan individu sebab budaya memberikan pembelajaran yang
menghasilkan nilai dan perilaku untuk proses komunikasi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari komunikasi?
2. Apakah definisi dari kebudayaan?
3. Apakah definisi komunikasi antarbudaya?
4. Apa saja unsur-unsur kebudayaan?
5. Bagaimana cara membedakan budaya?
6. Apa saja teori-teori budaya dan komunikasi?
7. Bagaimana prinsip untuk meningkatkan komunikasi antarbudaya?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari komunikasi
2. Untuk mengetahui definisi dari kebudayaan
3. Untuk memahami definisi komunikasi antarbudaya
4. Mengetahui unsur-unsur kebudayaan
5. Untuk mengetahui cara membedakan budaya
6. Mengetahui teori-teori budaya dan komunikasi
7. Mengetahui bagaimana prinsip untuk meningkatkan komunikasi
antarbudaya
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Komunikasi


Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication,
dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau
menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing
diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya
yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang
berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling
dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977
antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses
pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang,
tanda-tanda atau tingkah laku. Dan menurut Hybels dan Richard L.
Weafer II, bahwa komunikasi merupakan setiap proses pertukaran
informasi, gagasan, dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang
disampaikan tidak hanya lisan dan tulisan, tetapi juga dengan bahasa
tubuh, gaya maupun penampilan diri, atau menggunakan alat bantu
disekililing kita untuk memperkaya sebuah pesan. Apabila tidak ada
bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih
dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik tubuh atau
menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan
kepala, dan mengangkat bahu.

2.2. Definisi Kebudayaan


Kebudayaan dalam arti yang luas adalah perilaku yang telah
tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia,
akumulasi dari pengalaman yang dialihkan secara sosial (disosialisasikan) –
tidak sekadar sebuah catatan ringkas, tetapi dalam bentuk perilaku melalui
pembelajaran sosial (social learning). Koentjaraningrat (1983: 7)
menjelaskan kata kebudayaan berasal dari buddhayah (bahasa Sanskerta),
bentuk jamak dari buddhi yang berati budi dan akal, Pendapat P.J
Zoetmulder seperti dikutip oleh Koentjaraningrat (1990: 181). Kebudayaan
merupakan hasil cipta, karsa dan rasa. Selanjutnya bila kita berbicara
tentang definisi kebudayaan, maka kita dihadapkan oleh bermacam-macam
definisi.

Berdasarkan catatan terakhir dari Rafael Raga Manan ada


300 (tiga ratus) definisi kebudayaan. Definisi-definisi kebudayaan tersebut
dirumuskan oleh ahli yang mempunyai latar belakang ilmu yang berbeda,
sehingga rumusannya juga berbeda-beda. Sebagai contoh definisi
kebudayaan dari beberapa ahli antara lain: M.J.Langenveld, seorang filosof,
menjelaskan kebudayaan merupakan perwujudan dari nilai-nilai dan
produknya. Koentjaraningrat, seorang antropolog, menjelaskan kebudayaan
adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan
belajar. Zoetmulder, seorang budayawan, menjelaskan, kebudayaan adalah
perkembangan terpimpin oleh manusia budiawan dari kemungkinan-
kemungkinan dan tenaga alam, terutama alam manusia, sehingga ia
merupakan satu kesatuan harmonis. Kita telah membaca beberapa
pengertian kebudayaan, bahwa kebudayaan merupakan satu unit
interpretasi, ingatan, dan makna yang ada di dalam manusia dan bukan
sekadar dalam kata-kata. Ia meliputi kepercayaan, nilai-nilai, dan norma,
semua ini merupakan langkah awal di mana kita merasa berbeda dalam
sebuah wacana. Kebudayaan mempengaruhi perilaku manusia karena setiap
orang akan menampilkan kebudayaannya tatkala dia bertindak, seperti
tindakan membuat ramalan atau harapan tentang orang lain atau perilaku
mereka.
Pengertian kebudayaan tersebut mengandung beberapa
karakteristik atau ciri-ciri yang sama, yakni kebudayaan itu ada di antara
umat manusia yang sangat beraneka ragam, diperoleh dan diteruskan secara
sosial melalui pembelajaran, dijabarkan dari komponen biologi, psikologi,
dan sosiologi sebagai eksistensi manusia, berstruktur, terbagi dalam
beberapa aspek, dinamis, dan nilainya relative.

2.3. Definisi Komunikasi Antarbudaya


Komunikasi antarbudaya adalah seni untuk memahami
dan dipahami oleh khalayak yang memiliki kebudayaan lain. (Sitaram,
1970). Komunikasi bersifat budaya apabila terjadi diantara orang-orang
yang berbeda kebudayaan. (Rich, 1974). Komunikasi antarbudaya adalah
komunikasi yang terjadi dalam suatu kondisi yang menunjukan adanya
perbedaan budaya seperti bahasa, nilai-nilai, adat, kebiasaan. (Stewart,
1974). Komunikasi antarbudaya menunjuk pada suatu fenomena
komunikasi dimana para pesertanya memiliki latar belakang budaya yang
berbeda terlibat dalam suatu kontak antara satu dengan lainnya.
(YoungYungKim,1984).
Dari defenisi tersebut nampak jelas penekanannya pada
perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam
berlangsungnya proses komunikasi dan interaksi yang terjadi di dalamnya.
Karena itu dua konsep terpenting di sini adalah kontak dan komunikasi
merupakan ciri yang membedakan studi Komunikasi Antar-Budaya dari
studi-studi antropologi dan psikologi lintas budaya yang berupaya
mendeskripsikan kebudayaan-kebudayaan antarbudaya. Sejauh ini upaya
pemerhati Komunikasi Antar-Budaya lebih banyak diarahkan pada aspek
intracultural ataupun crosscultural, bukan studi-studi intercultural dari
komunikasi. Sebagaimana tradisi penelitian antropologi dan psikologi lintas
budaya (cross-cultural psycology), kebanyakan dari kegiatan penelitian
memusatkan perhatian pada ; pola-pola komunikasi dalam kebudayaan-
kebudayaan tertentu, studi komparatif lintas budaya mengenai fenomena-
fenomena komunikasi.
2.4 Unsur-unsur Kebudayaan

Karena kebudayaan memberikan identitas pada


sekelompok manusia, maka muncul suatu persoalan yakni bagaimana cara
kita mengidentifikasi aspek-aspek atau unsur-unsur kebudayaan yang
membedakan satu kelompok masyarakat budaya dari kelompok masyarakat
budaya lainnya. Koentjaraningrat (1983: 2) menjelaskan unsur-unsur
kebudayaan yang bersifat universal yang disebut isi pokok kebudayaan
dunia meliputi:

1) Sistem religi dan upacara keagamaan, misal upacara kematian, ritual


menolak hujan, pemujaan, upacara keagamaan dan lain-lain.
2) Sistem dan organisasi kemasyarakatan, misal: kekerabatan, sistem
warisan, dan lain-lain.
3) Sistem pengetahuan, misal: ilmu bercocok tanam, perbintangan,
ilmu perdagangan dan lain-lain.
4) Bahasa sebagai media komunikasi, misalnyabahasa tulis dan bahasa
lisan.
5) Kesenian, misalnya: seni rupa, seni musik, seni gerak dan lain-lain.
6) Sistem mata pencaharian hidup, misalnya: pertamanan, petemaan
dan lain-lain
7) Sistem teknologi dan peralatan, misal: teknik pertamanan, teknik
membuat alat pertanian, teknik perikanan, teknik membuat alat
perangkap ikan dan sebagainya.
Samovar (1981) membagi berbagai aspek kebudayaan
kedalam tiga pembagian besar unsur-unsur sosial budaya. Pengaruh-
pengaruh terhadap komunikasi ini sangat beragam dan mencakup semua
segi kegiatan sosial manusia. Dalam proses komunikasi antarbudaya unsur-
unsur yang sangat menentukan ini bekerja dan berfungsi secara terpadu
bersama-sama seperti komponen dari suatu sistem stereo, karena masing-
maasing saling membutuhkan dan berkaitan. Tetapi dalam penelaahan,
unsur-unsur tersebut dipisah-pisahkan agar dapat diidentifikasi dan ditinjau
secara satu persatu. Unsur-unsur sosial budaya tersebut adalah:
1. Sistem keyakinan, niali dan sikap.
2. Pandangan hidup tentang dunia.
3. Organisasi sosial.

Pengaruh ketiga unsur kebudayaan tersebut pada makna


untuk persepsi terutama pada aspek individual dan subjektifnya. Kita semua
mungkin akan mlihat suatu objek atau peristiwa ocial yang sama dan
memberikan makna objektif yang sama, tetapi makna individualnya tidak
mustahil akan berbeda. Misalnya orang Amerika dengan Arab sepakat
menyatakan seseorang wanita berdasarkan wujud fisiknya. Tetapi
kemungkinan besar keduanya akan berbeda pendapat tentang bagaimana
wanita itu dalam makna sosialnya. Orang Amerika memandang nilai
kesetaraan antara pria dengan wanita, sementara orang Arab memendang
wanita cenderung menekankan wanita sebagai ibu rumah tangga.

2.5 Cara Membedakan Budaya

Cara membedakan budaya memiliki empat jalan utama


yang utamanya berguna bagi komunikasi yaitu :

1) Jarak kekuasaan:
Ada jarak kekuasaan yang tinggi dimana dalam beberapa budaya
kekuasaan terpusat pada sedikit orang dan terjadi perbedaan besar
kekuasaan yang dimiliki oleh orang-orang itu dan rakyat biasa.
Sedangkan dalam budaya dengan jarak kekuasaan yang rendah
kekuasaannya didistribusikan kepada keseluruhan penduduk.
2) Orientasi maskulin dan feminim:
Dalam budaya maskulin yang tinggi lelaki dipandang tegas,
berorientasi pada kesuksesan materi, dan kuat, perempuan dibagian
lain dipandang rendah hati, fokus terhadap kualitas hidup, dan
lemah lembut. Sementara dalam budaya feminim yang tinggi laki-
laki maupun perempuan dianjurkan rendah hati, berorientasi untuk
memelihara kualitas hidup, dan lemah lembut.
3) Individualisme dan kolektivisme:
Budaya individual bertanggungjawab pada diri mereka sendiridan
barangkali keluarga langsung. Sedangkan budaya kolektif mereka
bertanggungjawab pada keseluruhan kelompok.

4) Konteks tinggi dan rendah:


Budaya konteks tinggi (high-context) adalah satu dimana banyak
dari informasi dalam komunikasi adalah konteks atau dalam
manusia. Sementara budaya konteks rendah (low-context) adalah
satu dimana kebayakan informasi berbentuk pesan verbal, biasanya
berbentuk tulisan (kontrak).

2.6 Teori-Teori Budaya dan Komunikasi

Samavor dan porter menjelaskan bahwa komunikasi


antarbudaya terjadi manakala bagian yang terlibat dalam komunikasi
tersebut membawa latar belakang budaya yang berbeda. Perbedaan tersebut
meliputi keyakinan, tata nilai pengetahuan dan pengalaman yang
mencerminkan sebagai suatu yang dianut oleh kelompoknya.

Berikut adalah teori – teori budaya dan komunikasi, diantaranya :

a. Teori Kecemasan dan Ketidakpastian

Teori ini dikembangkan oleh William Gudykunts yang memfokuskan


pada perbedaan budaya antar kelompok dan orang asing. Ia
menjelaskan bahwa teorinya ini dapat digunakan dalam segala
situasi dan kondisi berkaitan dengan terdapatnya perbedaan diantara
keraguan dan ketakutan. Gudykunts berpendapat bahwa kecemasan
dan ketidakpastianlah yang menjadi penyebab kegagalan komunikasi
antar kelompok. Beliau menjabarkan bahwa terdapat enam konsep
dasar dalam teorinya ini yaitu :
• Konsep diri, berkaitan dengan meningkatnya harga diri
ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain akan
menghasilkan kemampuan meningkatkan kecemasan.
• Motivasi berinteraksi dengan orang asing, berkaitan
dengan peningkatan kebutuhan diri untuk masuk dalam
kelompok. Ketika seseorang berinteraksi dengan orang asing,
interaksi tersebut akan meningkatkan kecemasan.
• Reaksi terhadap orang asing, berkaitan dengan
peningkatan menerima informasi, toleransi dan empati
terhadap orang asing akan meningkatkan kemampuan
seseorang untuk memprediksi perilaku orang asing tersebut.
• Kategori sosial orang asing, berkaitan dengan peningkatan
kesamaan personal diantara kita dengan orang asing.
Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan memprediksi
perilaku mereka secara akurat serta kemampuan mengelola
kecemasan begitu pula sebaliknya.
• Proses Situasional, berkaitan dengan peningkatan situasi
informal dimana kita berinteraksi dengan orang asing.
Dengan tujuan akan meningkatkan kemampuan kita dalam
mengelola kecemasan serta meningkatkan kepercayaan diri
kita terhadap mereka.
• Koneksi dengan orang asing, berkaitan dengan peningkatan
ketertarikan, hubungan dan jalinan kerja dengan orang asing.
Dengan tujuan akan menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kepercayaan pada diri kita.

b. Teori Negosiasi Wajah

Teori yang di kemukakan oleh Stella Ting-Toomey ini menjelaskan


bagaimana perbedaan-perbedaan dari berbagai budaya dalam
merespon berbagai konflik yang dihadapi. Ia berpendapat bahwa
orang-orang dalam setiap budaya akan selalu mencitrakan dirinya
didepan publik, hal tersebut merupakan cara baginya agar orang lain
melihat dan memperlakukannya. Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa
wajah bekerja merujuk pada pesan verbal dan non verbal yang
membantu menyimpan rasa malu, dan menegakkan muka terhormat.
Dalam hal ini, identitas selalu dipertanyakan, kecemasan dan
ketidakpastian yang disebabkan konflik membuat kita tak berdaya
dan harus menerima. Terkait dengan hal tersebut, dalam teori ini
juga dijelaskan lima model dalam pengelolaan konflik yang
meliputi:

• Avoiding (penghindaran), yaitu berkaitan dengan upaya


untuk menghindari berbagai macam konflik yang
dimungkinkan terjadi.
• Obliging (keharusan), yaitu berkaitan dengan keharusan
untuk menyerahkan keputusan pada kesepakatan bersama.
• Comproming, berkaitan dengan saling memberi dan
menerima segala sesuatu agar sebuah kompromi dapat
tercapai.
• Dominating, berkaitan dengan dominasi salah satu pihak
dalam penanganan suatu masalah.
• Integrating, berkaitan dengan penanganan secara bersama-
sama terhadap suatu masalah.

c. Teori Kode Bicara

Gerry Phillipsen dalam teorinya ini berusaha menjelaskan


bagaimana keberadaan kode bicara dalam suatu budaya. Dan
juga bagaimana kekuatan dan substansinya dalam sebuah
budaya. Lebih lanjut Ia menjelaskan kiranya terdapat lima
proporsi dalam teori ini yaitu :

• Dimanapun ada budaya, disana pasti ada kode bahasa


yang menjadi ciri khas.
• Sebuah kode bahasa mencangkup sosiologi budaya,
retorika dan psikologi budaya.
• Pembicaraan yang signifikan bergantung pada kode
bicara yang digunakan pembicara dan pendengar untuk
mengkreasikan dan menginterprestasi komunikasi
mereka.
• Berbagai istilah aturan dan premis terkait dalam
pembicaraan itu sendiri.
• Kegunaan suatu kode bicara adalah untuk menciptakan
kondisi yang memadai. Kondisi yang terkait dengan
prediksi, penjelasan dan kontrol guna menciptakan
formula wacana tentang kecerdasan, kebijaksanaan
dan moralitas perilaku dalam berkomunikasi.

2.7 Prinsip Untuk Meningkatkan Komunikasi Antarbudaya

1. Relativitas Bahasa

Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan


perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik.
Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an,
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses
kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-
beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya
masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan
bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka
memandang dan berpikir tentang dunia.

2. Bahasa sebagai cermin budaya


Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya,
makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam
isyarat-isyarat non verbal. Makin besar perbedaan antara budaya
(dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit
komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya,
lebih banyak kesalahan komunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat,
lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi,
dan makin banyak potong kompas (bypassing).

3. Mengurangi Ketidakpastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidakpastian
dan ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita
berusaha mengurangi ketidakpastian ini sehingga kita dapat lebih
baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang
lain. Karena ketidakpasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini,
diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi
ketidakpastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
4. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri
(mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai
konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini
barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita
mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut.
Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan
kurang percaya diri.
5. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan
secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan
menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah
persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya
besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
6. Memaksimalkan hasil interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang
berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi
antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang
mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila
mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus
melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh
hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi
komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana
yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba
memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil,
perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku
komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan
memberikan hasil positif dan berusaha tidak akan memberikan hasil
negatif.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Budaya didalam komunikasi antar pribadi, suatu


komunikasi antarbudaya merupakan studi ilmu yang amat penting untuk
dipelajari. Terlebih dalam perkembangan manusia diera modern yang penuh
dengan kemajuan teknologi saat ini. Kemajuan Teknologi membuat
Komunikasi antarbudaya menjadi jembatan bagi pertukaran budaya. Dengan
mempelajari komunikasi antarbudaya diharapkan kita bisa memahami
segala budaya positif dari keragaman budaya yang ada. Dan juga memegang
teguh apa yang menjadi nilai luhur budaya yang sudah ada. Kemudian,
dengan mempelajari teori komunikasi antarbudaya, ada banyak
pelajaran yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari. Salah
satunya adalah bahwa komunikasi antarbudaya menjadi penghubung
asimilasi budaya yang positif . Selain itu munculnya pemahaman bahwa
perbedaan budaya yang mudah menghadirkan konflik harus mampu kita
kurangi, dengan saling menghargai keragaman budaya yang ada di dunia.

konflik komunikasi antarbudaya dapat diselesaikan


melalui dialog yang baik, antara lain dengan identifikasi perspektif budaya.
Memang muncul ketakutan terhadap terjadinya komunikasi lintas budaya.
Jika kita melakukan semuanya dengan serba salah. Banyak orang
mengasumsikan hal yang sama dan takut kalau lintas budaya menibulkan
konflik sehingga dapat menghambat komunikasi yang efektif. Seseorang
mungkin takut sekali bahwa orang lain tidak mengakui dia, tidak
memperhatikan dia, ini karena adanya kesadaran yang berbeda. Dapat
diingat bahwa tidak semua kebudayaan senang dengan komunikasi
langsung, karena itu mungkin sekali pihak ketiga yang menyumbang konflik
itu. Dia mengatakan bahwa hanya dengan bantuan komunikasi kita dapat
menyelesaikan berbagai konflik.

DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.slideshare.net/doyoxnatius/budaya-di-dalam-komunikasi-
antar-pribadi
2. https://pakarkomunikasi.com/pengaruh-budaya-dalam-komunikasi-
interpersonal
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Komunikasi
4. https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-antar-budaya
5. https://nicofergiyono.blogspot.com/2013/11/komunikasi-antar-
budaya-prinsip-prinsip.html
6. https://www.kompasiana.com/andiangga/56bd51bd719373e506dfe71a/
pengaruh-perbedaan-budaya-pada-komunikasi-antar-
pribadi?page=all

Anda mungkin juga menyukai