DISUSUN OLEH:
YAFRI JUNED, S.Pd
NIM : 211019030
Oktober 2019
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi....................................................................................................... ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ………………........................................................... 1
1.2 Rumusan masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan ................................................................................................... 1
ii
BAB I. PENDAHULUAN
1
muballig yang mampu melakukan komunikasi secara efektif. Kalau saja para mubalig
menguasai metode berkomunikasi dengan efektif, akan dapat menginternalisasikan
ajaran Islam dalam benak dan dada semua audiens sehingga dapat bersikap dan
berprilaku sebagai muslim sejati. Di samping itu, kalau saja para muballig menguasai
cara berkomunikasi dengan audiens, maka masjid akan selalu penuh dengan orang-
orang yang melakukan shalat berjamaah. Indonesia akan sepi dari koruptor atau pelaku
kejahatan lainnya. Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna seharusnya
memiliki konsep tentang bagaimana berkomunikasi. Demikian pula halnya dengan Al-
Qur’an sebagai kitab suci yang mengcover berbagai persoalan yang dihadapi manusia,
tidak terkecuali tentang konsep komunikasi. Al-Qur’an memerintahkan untuk
berbicara efektif (Qaulan Baligha). Semua perintah jatuhnya wajib, selama tidak ada
keterangan lain yang memperingan. Begitu bunyi kaidah yang dirumuskan Ushul Fiqh.
Konsep tentang komunikasi tidak hanya berkaitan dengan masalah cara berbicara
efektif saja melainkan juga etika bicara. Semenjak memasuki era reformasi, masyarakat
Indonesia berada dalam suasana euforia, bebas bicara tentang apa saja, terhadap
siapapun, dengan cara bagaimanapun. Hal initerjadi, setelah mengalami kehilangan
kebebasan bicara selama 32 tahun di masa Orde Baru. Memasuki era reformasi orang
menemukan suasana kebebasan komunikasi sehingga tidak jarang cara maupun muatan
pembicaraan bersebarangan dengan etika ketimuran, bahkan etika Islam, sebagai
agama yang dianut mayoritas pendudukIndonesia. Fakta di atas mendorong penulis
untuk memaparkan beberapa ayat Al-Qur’an dan hadits yang membicarakan masalah
konsep komunikasi yang baik.
2
BAB II. PEMBAHASAN
Artinya: “(tuhan) yang Maha pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur'an. Dia
menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”.
3
mansyuran (QS. 17:28), qaulan layyinan (QS. 20:44), qaulan kariman (QS. 17:23), dan
qaulan marufan (QS. 4:5). Kata qaulan sadidan disebut dua kali dalamAl-Qur’an,
yakni: Pertama, Allah menyuruh manusia menyampaikanqaulan sadidan (perkataan
benar) dalam urusan anak yatim dan keturunan, yakni QS. 4: 9 sebagai berikut:
Artinya :
Kedua, Allah memerintahkan qaulan sesudah takwa, sebagaimana firman Allah dalam
QS. 33/70:
Artinya:
4
Al-Qur’an menyindir dengan keras orang-orang yang berdiskusi tanpa merujuk pada
Al Kitab, petunjuk, dan ilmu. Sebagaimana Firman Allah QS. 21/20:
Artinya:
“Dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu
pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan”.
5
pemutar balikan makna sama sekali. Pejabat melaporkan kelaparan didaerahnya
dengan mengatakan “kasus kekurangan gizi atau “rawan pangan”. Ia tidakdikatakan
“ditangkap”, tetapi “diamankan”. Harga tidak dinaikkan, tetapi “disesuaikan”. Qaulan
sadidan adalah ucapan yang jujur, tidak bohong. Nabi Muhammad saw., bersabda
sebagaimana diriwayatkan Bukhari-Muslim sebagai berikut
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud ra., dari Nabi saw., bersabda “sesungguhnya
kebenaran itu membawa kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa surga. Seseorang
akan selalu bertindak jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang yang jujur.
Dan sesungguhnya dusta itu membawa kepada kejahatan dan kejahatan itu membawa
ke neraka. Seseorang selalu berdusta sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai pendusta.”
(HR. Bukhari-Muslim).
Artinya:
6
pribadi atau golongan. Kebohongan juga memasuki hadis-hadis Nabi saw, walaupun
berdusta atas nama nabidiancam dengan neraka. Sepanjang sejarah ada saja orang yang
berwawancara imajiner dengan Nabi. Belakangan ada orang melakukan wawancara
imajiner dengan para sahabatyang mulia. Mereka menisbahkan kepada Nabi dan
sahabat-sahabatnya prasangka, fanatis medan kejahilan mereka. Para ahli hadis
menyebut berita imajiner ini sebagai hadis mawdhu’. Para penulisnya atau
pengarangnya disebut alwadhdhaataual-kadzab (pendusta).
Pada zaman Nabi, mereka disebutal-fasiq. Pada zaman sahabat, ada murid-
murid sahabat yang terkenal pendusta. Di antaranyaIkrimah dan Muqatil bin Sulaiman.
Ikrimah misalnya, banyak menisbahkan pendapatnya padaIbnu Abbas. Ka’ab al-Ahbar
banyak memasukkan mitos-mitos Yahudi dan Nasrani dalam tafsir, sehingga para
ulama menyebutnya sebagai tafsir Isra’iliyat. Berita-berita dusta tentang Nabi sangat
berbahaya, karena umat Islam merujuk pada Nabi dalam perilaku mereka. Sunah Nabi
menjadidasar hukum yang kedua setelah Al-Qur’an. Memalsukan hadis Nabi berartti
memalsukan ajaran Islam. Menyebarnya hadis mawdhu’ telah banyak mengubah
ajaran Islam. Imam syafi’i bercerita tentang Wahab bin Kasy’an. Iaberkata: Aku
melihatAbdullah bin Al-Zubair memulai sholat (jum’at) sebelum khotbah. Semua
sunah Rasulullah saw sudah diubah, bahkan sholatpun dirubah. Oleh karena itu, ilmu-
ilmu hadis sangat berharga untuk memelihara kemurnian Islam.Studi kritis terhadap
sejarah Rasulullahakan disambut oleh setiap muslim yang mencintaikebenaran dan
sekaligus dibenci oleh orang-orang yang mau mencemari Islam. Perintah berkata benar
dalam Al-Qur’an dan hadis menjadi sebuah indikasi wajibnya bagi muslim
mengaplikasikan sifat kejujuran dan perkataan benar yang dalam konsep Al-Qur’an
dikenal dengan istilah qaulan sadidan (Muh.Syawir Dahlan, 2014).
7
adalah “aktivitas komunikasi yang bermuatan politik untuk tujuan kebajikan dengan
berbagai konsekuensi yang mengaturtingkah laku manusia dalam keadaan konflik.
Dalam ranah demokrasi kehidupan politik tentu konsensus itu dicapai melalui
komunikasi (politik) yang sarat dengan niat demokrasi serta visimisi elit politik sering
tidak diikuti dialektika dengan kalangan akar rumput agar terdapatkesepahaman serta
hilangnya kesenjangan yang mengakibatkan krisis kepercayaan terhadapmekanisme
demokrasi.Oleh karenanya, etika politik diperlukan secara kontinu dalam proses
komunikasi politikdi tengah transisi demokrasi saat ini di mana etika politik
mengarahkan ke hidup baik bersamadan untuk orang lain dalam kerangka memperluas
lingkup kebebasan dan menciptakaninstitusi-institusi yang lebih adil. Barangkali bisa
dipahami dengan komunikasi politik yangberetika maka nilai-nilai demokrasi tetap
dikedepankanserta mereka akan menjaga komitmenuntuk mengutamakan kepentingan
publik.Bukan sebaliknya, komunikasi politik di era keterbukaan dan kebebasan saat ini
hanyadijadikan alat merealisasikan kepentingan individu maupun kelompok dengan
8
terus mengatasnamakan demokrasi, namun sebenarnya telah melakukan distorsi
komunikasi yang pada akhirnya hanya memperpanjang penderitaan dan kesulitan
hidup rakyat kecil. Hasilnya dalam suasana keterbukaan maka komunikasi harus
berjalan seiring dengan hadirnya publicsphere sehingga proses politik dan
pemerintahan hasil pilihan langsung rakyat bisa diikuti serta dikontrol langsung. Hal
ini guna melengkapi fungsi legislasi parpol yang sering jauh dari realita masyarakat.
Terkait hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa debat di dalam ruang publik harus
dilakukan dalam sebuah kondisi yang ideal, yakni komunikasi yang di dalamnya tidak
ada satu pihak pun yang diperbolehkan melakukan cara pemaksaan, penekanan dan
dominansi. Pertanyaan akhir adalah sudahkah kondisi ideal di atas terwujud dalam
proses komunikasi dan demokratisasi yang berlangsung saat ini. Sejarahlah yang akan
mendeskripsikan pada generasi anak bangsa ini ke depan.
Al-Qur’an Surat Al Alaq ayat 1-5 telah memerintahkan kita membaca, dan
merupakan suatu yang indah bila kita gemar membaca. Membaca yang dilakukan
berulang-ulang akan ditemukan permasalahan yang berbeda dengan sebelumnya. Kata
Iqro’ terulang 2 kali, iqro’ pertama menyimpulkan apa yang kit abaca mulai dari
bismirobbika dengan nama Alloh SWT. Iqro’ kedua objek manfaatnya. Arti dari Al
Qur’an ayat 3-5 artinya “Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang
mengajar manusia dengan perantara kalam, yang mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”. Jadi manfaat membaca agar kita paham apa yang tidak kita
ketahui.
9
Rasul-Nya,karena di bulan Ramadhan terdapat beberapa keistimewaaannya yang tidak
di jumpai pada bulan-bulannya yang lain.Diantara salah satu keistimewaannya,adalah
pada bulan Ramadhan diturunkan permulaan ayat-ayat Al-Qur'an,yakni surat Al-Alaq
ayat 1-5 itu. Ayat Al-Qur'an yang pertama turun berisi perintah membaca, bukan
perintah yang lainnya. Karena dengan tanpa bisa membaca seseorang individu tidak
akan bisa memahami apa-apapun yang sedang dan akan dikerjakannya. Oleh sebab itu
Islam sejak dini sudah mendeklarasikan perang terhadap buta huruf, yang ditegaskan
pula dalam Al-Qur'an bahwa janganlah engkau mengikuti apa-apa yang tidak engakau
ketahuinya terlebih dahulu, seperti halnya engkau dilarang mengatakan apa-apa yang
engkau tidak memahaminya apalagi mengikutinya. Jadi sekiranya kebanyak orang
Islam malas membaca tentu saja berdosa, karena membaca merupakan intruksi Allah
yang pertama sekali sebelum yang lainnya sebagai bukti betapa pentinganya membaca
tersebut. Semua orang Islam mengetahuinya, bahwa seseorang yang shalat tidak
memahami apa bacaaan dalam shalatnya itu boleh jadi shalatnya kurang kuwalitasnya.
Dalam konteks ini pula, bagi umat Islam dianjurkan supaya mencari ilmu pengetahuan
sejak dari ayunan sampai liang lahat. Ataupun suatu anjuran yang sangat dikenal oleh
orang muslim, “bahwa sekiranya engkau ingin bahagia di dunia maka carilah ilmu, dan
jika engkau ingin sejahtera di akhirat juga dengan mencari ilmu, dan jika ingin bahagia
dunia akhirat maka carilah ilmu”. Kewajiban mencari ilmu pengetahuan bagi umat
Islam itu terjadi silang pendapat para ilmuwan muslim, ada yang mengatakan silang
pendapat para ilmuwan muslim, ada yang mengatakan kewajiban mencari ilmu
pengetahuan bagi muslim itu wajib bagi setiap muslim (fardhu a'in) dan ada pula yang
menyebutkan kewajiban itu cukup dilakukan oleh salah seorang saja (fardhu kifayah).
Namun dalam konteks mencari ilmu pengetahuan tersebut tidak ada para ilmuwan
muslim yang menyebutkan sebaliknya, yang membuktikan bahwa membaca sangat
penting dan strategis bagi kemajuan muslim. Sebagai ilutrasi tentang pentingnya bagi
umat Islam untuk mencari ilmu pengetahuan itu, Al-Qur'an menegaskan dalam salah
satu ayatnya sebagai berikut: Dan janganlah kamu semuanya ikut ke medan tempur
untuk maju mempertahankan diri dari invasi musuh, tetapi hendaklah diantara kamu
terdapat salah seorang yang mencari ilmu pengetahuan agar kedepan ia bisa memberi
pembelajaran bagi masyarakatnya. Selanjutnya Rasulullah SAW dalam berbagai
10
peperangan untuk mempertahankan diri dari invasi musuh, senantiasa beliau bebaskan
tawanan perang dengan imbalan tawanan tersebut bisa membaca dan mengajarkan ilmu
pengetahuannya kepada seluruh perajurit-perajurit muslim, sehingga ehingga mereka
yang sebelumnya tidak bisa membaca menjadi seorang perajurit yang pintar membaca
sebagai modal utama untuk mencari ilmu pengetahuan. Dalam konteks in sekiranya
sekarang umat Islam dianggap identik dengan kebodohan, kemiskinan dan
keterbelakangan, maka sesungguhnya hal itu karena kesalahan mereka sendiri yang
malas belajar dan mencari ilmu pengetahuan. Islam sejak dini sudah
mengintruksikansupaya selalu membaca serta mencari ilmu ilmu pengetahuan
meskipun dalam kondisonal darurat perang sekalipun. Bagaimana bisa memiliki anak
yang shaleh yang selalu mendoakan kepada orang tuanya, sekiranya tidak bisa
membaca? Juga bagaimana bisa menjadi orang yang mat berguna bagi masyarakat jika
tidak berilmu pengetahuan. Karena sebaik-baik manusia menurut Al -Qur'an adalah
yang paling berguna bagi manusia lainnya. Rasulullah menghendaki umatnya itu kuat
dalam berbagai aspek sosialnya, aspek politik, ekonomi, sosial budaya supaya tidak
tergilas oleh pihak-pihak lain yang tidak menghendaki kebebasan yang terukur sesuai
ukuran redha Allah. Jika tidak berilmu pengetahuan, maka apa yang disinyalir oleh
Nabi Muhammad SAW 15 abad lalu, bahwa umat islam itu laksana buih di ombang
ambing oleh ombak laut yang bergelora, ataupun seperti hidangan makanan didepan
orang-orang lapar dan rakus. Sekarang kelihatannya hal yang disinyalir Rasul
sudah terjadi, meskipun umat Islam sekarang banyak namun tidak berdaya karena
tidak menguasai ilmu pengetahuan.
Kajian dan kandungan al-Qur’an meliputi berbagai aspek mulai dari kisah,
sejarah masa lalu umat manusia, kejadian alam, kejadian manusia, fenomena alam,
janji dan ancaman, hukum, akidah, muamalah hingga kesudahan alam raya dan nasib
umat manusia di kemudian hari dan lain sebagainya. Semuanya itu merupakan ‘ibrah
(pelajaran) bagi manusia agar pandai membaca situasi dan kondisi. Untuk memahami
berbagai macam kadungan al-Qur’an, maka langkah awal yang harus dilakukan oleh
seseorang adalah dengan membaca. Menurut Muhammad Abduh membaca merupakan
suatu ilmu yang tersimpan dalam jiwa yang aktif, sedangkan pengetahuan masuk ke
dalam pikiranmu. Dalam hal ini Muhammad al-Bakri menegaskan bahwa untuk
11
mendapatkan ilmu sudah semestinya diawali dengan membaca. Sedangkan menurut
Listiyanto Ahmad membaca merupakan aktivitas yang kompleks dengan
menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah-pisah. Adapun yang dimaksud
dengan aktivitas yang kompleks dalam membaca adalah meliputi pengertian, khayalan
dan mengamati serta mengingat-ingat. Kompleksitas dalam membaca meliputi
intelegensi, minat, sikap, bakat, motivasi dan tujuan membaca, sedangkan faktor
eksternal meliputi sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan, kebiasaan dan
tradisi membaca (Kompasiana, 2011).
12
Sebagaimana uraian di atas dalam al-Qur’an terdapat tiga istilah yang
menunjukkan pada pengertian membaca, yakni al-Qira’ah, tilawah dan tartil, dari
ketiga istilah tersebut dalam beberapa ayat al-Qur’an seperti QS. Al-‘Alaq ayat
pertama, QS. Al-Jumu’ah ayat kedua dan QS. Al-Muzammil ayat keempat
diterjemahkan dengan ‘membaca’. Padahal secara etimologi ketiga istilah tersebut
memiliki makna yang berbeda-beda. Dengan demikian, pengertian membaca di dalam
al-Qur’an bukanlah terbatas pada makna secara leksikal, melainkan ia juga memiliki
makna yang luas. Singkat kata bahwa membaca yang ditunjuk dengan kata al-Qira’ah
adalah membaca segala sesuatu yang ada, baik tulisan itu berupa wahyu Allah maupun
bacaan biasa yang bukan berasal dari Tuhan. Sedangkan membaca yang ditunjuk oleh
kata tilawah adalah membaca yang disertai dengan pengamalan dari apa yang
dibacanya. Sementara membaca yang ditunjuk oleh kata tartil adalah membaca dengan
perlahan-lahan, tidak tergesa-gesa, memperhatikan makhraj dan tajwidnya serta
mentadabburi maknanya.
Di samping itu, ketiga istilah yang disebut sebagai membaca di dalam al-
Qur’an terdiri dari dua katagori, yakni membaca dalam pengertian hakiki (membaca
al-Qur’an) dan membaca dalam pengertian majazi (membaca catatan amal dan waktu
shalat Subuh). Adapun membaca dalam pengertian hakiki ditunjuk oleh beberapa ayat
al-Qur’an seperti: QS. Al-‘Ankabut: 45, QS. Al-Isra’: 106, QS. Al-Muzammil: 4 dan
20. Sedangkan membaca dalam pengertian majazi meliputi QS. Al-Isra’: 14 dan 78.
Selain itu dalam al-Qur’an juga disebutkan tentang fungsi membaca, yakni agar selalu
ingat (QS. Al-Isra’:41), agar tidak lupa (QS. Al-A’la: 6), memberi penjelasan (QS. Al-
Hijr: 1) dan mengambil pelajaran (QS. Al-Qamar: 17). Sementara orientasi membaca
meliputi membaca kisah para nabi, membaca kitab Taurat dan Injil serta membaca
dalam pengertian yang lebih luas, yakni membaca objek tertulis baik berupa buku atau
kitab (al-Qur’an) maupun yang tidak tertulis baik mencakup alam raya, keadaan,
masyarakat dan diri sendiri.
Islam menuntut kita untuk menjadi seorang yang berguna bagi orang lain.
Mampu menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk membantu orang lain karena
sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
13
Sebagaimana sabda Rasul: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia” (HR. Ahmad, ath-Thabrani, ad-Daruqutni. Hadits ini
dihasankan oleh al-Albani di dalam Shahihul Jami’no:3289)
Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Rasulullah pernah bersabda :”Janganlah ingin
seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah
kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi
Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada
orang lain (HR Bukhari)
Salah satu cara menjadi orang yang berguna bagi orang lain adalah dengan
banyak membaca buku. Buku adalah jendela dunia yang berisikan segala ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak manfaat
membaca buku menurut Islam, diantaranya adalah:
1. Menambah ilmu
Dengan membaca buku, kita akan menambah ilmu pengetahuan yang kita
punya. Menuntut ilmu melalui membaca buku sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW,
sebagaimana sabda Rasul:
“Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam” (Riwayat Ibnu
Majah, Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
2. Meningkatkan keimanan
Membaca buku akan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT. Kita
jadi lebih berpikiran terbuka dan rasional dalam menghadapi sesuatu sehingga
keimanan kita kepada Allah pun semakin kuat. Sebagaimana sabda Rasul:
14
kedua-duanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-duanya pula”. (HR. Bukhari dan
Muslim)
“Siapa yang menempuh jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan
perjalankan (mudahkan) ia jalan menuju Surga. Sungguh para malaikat mengepakkan
sayap-sayap mereka karena ridha dengan penuntut ilmu. Sungguh orang alim benar-
benar dimintakan ampun oleh makhluk di langit dan di bumi hingga ikan di laut.
Keutamaan ahli ilmu dibanding ahli ibadah bagaikan keutamaan bulan atas
seluruh bintang. Para ahli ilmu adalah perawis para Nabi. Para Nabi tidak
mewariskan dinar dan dirham tetapi mewariskan ilmu.
15
5. Mengasah konsentrasi
Membaca buku akan mengaktifkan sel-sel saraf pada otak yang akan membuat
otak menjadi lebih mudah berkonsentrasi. Orang yang sering membaca akan mudah
berkonsentrasi pada satu hal yang ia fokuskan. Bahkan Allah pernah mengajarkan doa
untuk konsentrasi kepada Nabi Muhammad dalam surah Al Mu’minun ayat 97-98 yang
artinya:
Keunikan dari membaca buku adalah kita bisa menjelajahi dunia tanpa
meninggalkan tempat tinggal kita. Tanpa beranjak dari dalam rumah atau kursi yang
nyaman, kita bisa merasakan sensasi berada di belahan dunia lain.
Seorang peneliti dari Henry Ford Health System, Dr. C. Edward Coffey,
membuktikan bahwa hanya dengan membaca buku seseorang akan terhindar dari
penyakit “Demensia”. Demensia adalah penyakit saraf yan gmenyebabkan seseorang
menjadi sangat pikun.
8. Menambah empati
16
Menurut penelitian di University of Toronto dikatakan bahwa rajin membaca
buku fiksi akan menambah nilai empati yang ada di dalam diri seseorang. Membaca
buku dapat menstimulasi otak untuk menciptakan dunia sosial dalam pikiran.
9. Mengurangi stress
Membaca buku, terutama buku fiksi, dapat mengurangi stress. Sebuah studi
yang dilakukan oleh beberapa ahli di Sussex University, Amerika Serikat,
membuktikan bahwa membaca buku sebelum tidur dapat mengurangi kadar stres
hingga 68%. Membaca dapat menarik pikiran seseorang dalam dunia yang terbentuk
berdasarkan cerita di dalam buku sehingga pembaca merasa memiliki jiwa tenang
dalam Islam. membaca juga merupakan obat hati dalam Islam.
[Kedua] seseorang yang diberi Allah harta lalu dia belanjakan di dalam
kebenaran lalu seseorang berkata, ‘Andai saja aku diberi seperti apa yang diberikan
kepada fulan pasti aku akan melakukan seperti yang dilakukan fulan itu.’” (HR. Al-
Bukhari no. 5026).
17
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dengan perkatan lain, masyarakat menjadi rusak apabila isi pesan komunikasi
tidak benar,apabila orang menyembunyikan kebenaran karena takut
menghadapiestablishmenatau rezimyang menegakkan sistemnya di atas penipuan atau
penutupan kebenaran menurut Al-Quran tidak akan bertahan lama. Perintah berkata
dalam Al-Qur’an dan hadis menjadi sebuah indikasi wajibnya bagi muslim
18
mengaplikasikan sifat kejujuran dan perkataan benar yang dalam konsep Al-Qur’an
dikenal dengan istilah qaulan sadidan. Debat di dalam ruang publik harus dilakukan
dalam sebuah kondisi yang ideal; yakni komunikasi yang di dalamnya tidak ada satu
pihakpun yang diperbolehkan melakukan cara pemaksaan, penekanan dan dominansi.
Salah satu cara menjadi orang yang berguna bagi orang lain adalah dengan
banyak membaca buku. Buku adalah jendela dunia yang berisikan segala ilmu
pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak manfaat
membaca buku menurut Islam.
3.2. Saran
Makalah ini dalam penulisannya dan penyajiannya memang sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan sekali sebuah kritikan atau
saran yang sekiranya membangun guna perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
19
20