Anda di halaman 1dari 4

Ayat-ayat Terkait Isu Komunikasi Penyiaran Islam dan Komunikasi dalam Prespektif

Islam

Oleh : Khoirunnisa

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah interaksi dasar manusia yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Tidak akan ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Komunikasi dapat secara
etimologi dan terminologi, menurut Roudhonnah dibagi menjadi beberapa kata yaitu,
“communicare” yang artinya berpartisipasi, “communis opinion” yang artinya pendapat
umum.1

Secara terminologi, sebagian ahli ada yang mengemukakan pengertian komunikasi


yang diantaranya, Hovland, Jannis dan Kalley “komunikasi adalah proses individu yang
mengirim stimulus dan biasanya dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang
lain.2 Menurut Laswell “komunikasi itu merupakan jawaban terhadap who says what in
which medium to whom with what effet (siapa mengatakan apa dalam media apa kepada siapa
dengan apa efeknya).3

Komunikasi adalah “proses atau tindakan menyampaikan pesan dari pengirim ke


penerima, melalui suatu medium yang biasanya mengalami gangguan.4

Menurut Edward Depari komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan,


dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan ditujukan pada penerima pesan. Maksud pesan ini seperti menyampaikan
amanah melalui komunikasi langsung atau bertatap muka dengan penerima pesan.5

B. Ayat-ayat yang Terkait Isu Komunikasi Penyiaran Islam


1
Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Jakarta: UIN Press, 20227) h. 27
2
Dr. Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014) h. 4
3
Ibid, h. 69
4
Ibid, h. 2
5
H.A.W. Widjaja, Ilmu Komunikasi Pengantar Studi (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2000), h.13-14
a. Surah As-Shaff ayat 2-3

َ‫) َكبُ َر َم ْقتًا ِع ْن َد هَّللا ِ َأنْ تَقُولُوا َما اَل تَ ْف َعلُون‬2( َ‫يَا َأيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا لِ َم تَقُولُونَ َما اَل تَ ْف َعلُون‬

Terjemah :

“Wahai orang-orang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan”

Tafsir Ibnu Katsir

Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang membuat janji atau
mengatakan sesuatu dan tidak melaksanakannya. Di antara ulama salaf ada yang menjadikan
ayat ini sebagai dalil bahwa memenuhi janji itu wajib secara mutlak, baik janji tersebut
mengakibatkan hukuman bagi yang berjanji ataupun tidak. Mereka juga beralasan dengan
hadis yang tercatat dalam ash-Shahiihain, dimana Rasulullah SAW bersabda “Tanda-tanda
orang munafik ada tiga : bila berjanji dia ingkar, bila berkata dia dusta, dan bila dipercaya dia
khianat”

Dalam hadis Riwayat Muttafaq alaih menyebutkan “Ada empat perkara yang apabila
(semuanya) ada pada diri seseorang, makai a menjadi munafik tulen. Dan barang siapa salah
satunya ada padanya, maka (dikatakan) ia memiliki satu ciri dari orang munafik, hingga dia
meninggalkannya”.

Diantara para ulama ada juga yang berkata “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan
ppeperangan. Seorang laki-laki mengatakan bahwa dirinya telah berperang, padahal dia tidak
melakukannya. Ia mengatakan bahwa dirinya telah menikam musuh, padahal ia tidak
melakukannya. Ia katakana bahwa dirinya telah bersabar tetapi dia tidak melakukannya.”

Kita lihat, saat ini banyak manusia sering untuk menyuruh yang ma’ruf maupun
meninggalkan yang munkar, namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang mereka
perintahkan / anjuran. Contohnya, banyak para pemimpin (baik politik, perusahaan, dan lain-
lain) mengatakan, marilah kita bekerja sama memberantas korupsi, namun seringkali mereka
yang menganjurkan untuk memberantas korupsi. Juga terlibat dalam korupsi, ada juga
anjuran dilarang untuk mencuri namum justru merekalah yang mencuri.
Tafsir Al-Qurthubi

Abdullah bin Salam berkata “Sekelompok sahabat Rasulullah SAW mempersilahkan


kami mampir, kemudian kami berdiskusi. Kami berkata “Seandainya kami mengetahui
amalan apakah yang paling disukai oleh Allah Ta’ala, niscaya kami akan mengerjakannya”

Qatadah dan Adh-Dhahak berkata “Ayat ini turun pada kaum yang berkata, “Kami
akan berjihad dan kami akan mati”. Namun mereka tidak melakukan (hal itu).

Jadi, ayat ini mewajibkan semua orang yang telah mewajibkan dirinya mengerjakan
sebuah amalan ketaatan, bahwa dia harus melakukan hal itu.

b. ‫ضرُّ عًا وَّ ُخ ۡف َي ًة‌ؕ ِا َّن ٗه اَل ُيحِبُّ ۡالم ُۡع َتد ِۡي َن‬
َ ‫‌ا ُ ۡدع ُۡوا َر َّب ُكمۡ َت‬
Terjemah :

“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas”.

Tafsir Q.S Al-a’raf

Tafsir surat Al A’raf ayat 55-56, khususnya dalam ayat 55 Ayat ini mengandung etika
dalam berdoa kepada Allah. Berdoa adalah munajat antara hamba dengan Tuhannya untuk
menyampaikan suatu permintaan agar Allah berkenan mengabulkannya. Maka berdoa kepada
Allah hendaklah dengan penuh kerendahan hati, dengan betul-betul khusyuk dan berserah
diri.

Kemudian berdoa itu disampaikan dengan suara lunak dan lembut yang keluar dari hati
sanubari yang bersih. Berdoa dengan suara yang keras, menghilangkan kekhusyukan dan
mungkin menjurus kepada ria dan pengaruh-pengaruh lainnya dan dapat mengakibatkan doa
itu tidak dikabulkan Allah. Doa tidak harus dengan suara yang keras, sebab Allah Maha
Mendengar dan Maha Mengetahui.

c. Q.S Al-Fusilat ayat 33

ْ ‫صالِ ًحا َوقَا َل ِإنَّنِي ِمنَ ا ْل ُم‬


َ‫سلِ ِمين‬ َ ‫َو َمنْ َأ ْح‬
َ ‫سنُ قَ ْوال ِم َّمنْ َدعَا ِإلَى اللَّ ِه َو َع ِم َل‬
Terjemah :
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata, "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang
berserah diri"?

C. Komunikasi Dalam Perspektif Islam

Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih, sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Komunikasi mempengatuhi perubahan
perilaku, cara hidup kemasyarakatan, serta nilai-nilai yang ada.

Dalam perspektif Islam, komunikasi itu untuk mewujudkan hubungan secara vertikal
dengan Allah SWT, dan untuk menegakkan komunikasi secara horizontal terhadap sesama
manusia. Komunikasi dengan Allah SWT tercermin melalui ibadah-ibadah fardhu (salat,
puasa, zakat dan haji) yang bertujuan untuk membentuk takwa. Sedangkan komunikasi
dengan sesama manusia terwujud melalui penekanan hubungan sosial yang disebut
muamalah, yang tercermin dalam semua aspek kehidupan manusia, seperti sosial, budaya,
politik, ekonomi, seni dan sebagainya. Soal cara (kaifiyah), dalam Al-Quran dan AlHadits
ditemukan berbagai panduan agar komunikasi berjalan dengan baik dan efektif. Kita dapat
mengistilahkannya sebagai kaidah, prinsip, atau etika berkomunikasi dalam perspektif Islam.
Kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam ini merupakan panduan bagi kaum Muslim
dalam melakukan komunikasi, baik dalam komunikasi intrapersonal, interpersonal dalam
pergaulan sehari hari, berdakwah secara lisan dan tulisan, maupun dalam aktivitas lain. 6

Sebenarnya, dengan komunikasi kita mengharapkan atau bertujuan terjadinya perubahan


sikap atau tingkah laku orang lain untuk memenuhi harapan sebagaimana pesan disampaikan.
Perubahan sikap dan tingkah laku akibat dari proses komunikasi adalah perubahan sikap yang
sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Dengan demikian apa yang
disampaikan oleh komunikator pada komunikasi akan mempengaruhi sikat komunikan sejauh
kemampuan komunikator dalam mempengaruhinya.

6
Islami Dian Ismi. 2013. KONSEP KOMUNIKASI ISLAM DALAM SUDUT PANDANG FORMULA KOMUNIKASI
EFEKTIF. Vol 12, No 1. h. 55-56

Anda mungkin juga menyukai