Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Dakwah dengan Qaul Layyin

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tafsir Dakwah

Dosen Pengampu: Kholisin, M.S.I

Disusun Oleh:

Olivia Saputri (2001026094)

Yunita Ayu Widiawati (2001026101)

M. Adjy Soenantoko (2001026107)

Mila Nur Fatikhah (2001026108)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dakwah dengan lisan merupakan cara paling banyak digunakan, dan metode ini
merupakan teknik asas untuk menyampaikan dakwah. 1 Dalam keadaan tertentu
manusia dapat dipengaruhi oleh kata-kata sehingga ia dapat mengubah tingkah lakunya,
atau kata-kata mempunyai kekuatan tertentu dalam mengubah tingkah laku manusia.
Kata-kata juga dapat menimbulkan kebencian, iri hati, dengki dan salah faham.
Kadang-kadang kalimat singkat dapat mendorong terjadinya pertumpahan darah antara
dua orang bahkan dua bangsa.

Sedemikian pentingnya penggunaan bahasa dalam dakwah sehingga al-Quran telah


mensyariatkan kepada manusia tentang penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi
seperti yang termaktub dalam surah al-Rahman ayat ke 4 yaitu ‘Allamahu al-Bayan
yang artinya Allah swt yang telah membolehkan manusia pandai berbicara.

Apabila ditelusuri ayat-ayat al-Quran yang berkenaan dengan bahasa dakwah, maka
paling tidak ada enam prinsip berdakwah yang sepatutnya menjadi panduan bagi
seorang da’i dalam menyampaikan dakwah, 2 salah satunya adalah dakwah dengan Qaul
Layyin yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dakwah secara Bahasa dan istilah?
2. Bagaimana metode dakwah dengan Qaulan Layyin?
3. Apa saja dalil tentang dakwah dengan Qaulan Layyin?

C. Tujuan
1. Mampu memahami pengertian dakwah secara bahasa maupun istilah
2. Mampu memahami metode dakwah dengan Qaulan Layyin
3. Mampu menelaah dalil-dalil tentang dakwah dengan Qaulan Layyin

1
DR. Abd al-Karim Zaydan Usul al-dacwah. (Bayrud: Muassasah al-Risalah, 2000M/1421H)
2
Mubarak Ahmad, Jiwa Dalam al-Quran. (Jakarta: Paramadina, 2000)
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Dakwah

Dakwah ditinjau dari segi bahasa “Da’wah” berarti: panggilan, seruan, atau ajakan.
Bentuk perkataan tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata
kerja (fi’il) nya adalah berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (da’a, Yad’u,
Da’watan).3 Dengan demikian dakwah secara etimologi (bahasa) adalah proses
penyampaian pesan-pesan tertentu yang berupa ajakan, himbauan atau seruan. Dengan
demikian dakwah secara etimologi (bahasa) adalah proses penyampaian pesan-pesan
tertentu yang berupa ajakan, himbauan atau seruan. Dengan tujuan agar orang lain
memenuhi ajakan, seruan atau himbauan tersebut.

Sedangkan pengertian dakwah secara terminologi (istilah) ada beberapa pakar ilmu
dakwah yang telah mencoba untuk merumuskan istilah tersebut, diantaranya: 4

a. Prof. Toha Yahya Oemar menyatakan bahwa dakwah Islam sebagai upaya
mengajak umat dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan
perintah Tuhan untuk kemaslahatan di dunia dan akhirat;
b. Syaikh Ali Mahfudz, dalam kitabnya Hidayatul mursyidin memberikan definisi
dakwah sebagai berikut: dakwah Islam yaitu mendorong manusia agar berbuat
kebaikan dan mengikutipetunjuk (hidayah), menyeru mereka berbuat kebaikan
dan mencegah dari kemungkaran, agar mereka mendapat kebahagiaan di dunia
dan akhirat.
c. Hamzah Ya’qub mengatakan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia
dengan hikmah (kebijaksanaan) untuk mengikuti petunjuk Allah dan rasul-Nya.
d. Prof. Dr. Hamka mengatakan bahwa dakwah adalah seruan panggilan untuk
menganut suatu pendirian yang ada dasarnya berkonotasi positif dengan
substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma’ruf nahi
mungkar.

3
Ahmad Warson Munawir, Kamus al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 406-407.
4
Wahidin Saputra, Pengantar Ilmu Dakwah, (Jakarta: PT rajaGrafindo Persada, 2011), h. 1-2.
e. Muhammad Natsir mengatakan bahwa dakwah mengandung arti kewajiban
yang menjadi tanggung jawab seorang muslim dalam amar ma’ruf nahi
mungkar.

Dengan demikian dakwah menurut istilah merupakan sebuah upaya dan kegiatan baik
dalam wujud ucapan maupun perbuatan, yang mengandung ajakan atau seruan kepada
orang lain untuk mengetahui, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari, untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.

B. Metode Dakwah dengan Qaul Layyin


Kata layyina dalam kamus al-Munawir adalah bentuk masdar dari kata lana, yang
mempunyai arti lunak, lemas, lemah lembut, halus akhlaknya. Syekh As-Suyuti dan Al-
Mahalli, Hasyiyah as-Sawi ‘ala Tafsir Jalalain mengartikannya dengan sahlan latifa,
yaitu mudah, lemah lembut.Asal makna layyin adalah lembut atau gemulai, yang pada
mulanya digunakan untuk menunjuk gerakan tubuh, kemudian kata ini di-isti’arah
(dipinjam) untuk menunjukkan perkatan yang lembut. 5 Sementara yang dimaksud
dengan Qaul Layyin adalah perkataan yang mengandung anjuran, ajakan, perintah,
pemberian contoh, di mana si pembicara berusaha meyakinkan pihak lain bahwa apa
yang disampaikan adalah benar dan rasional, dengan tidak bermaksud merendahkan
pendapat atau pandangan orang yang diajak berbicara tersebut. Dengan itu maka Qaul
Layyin adalah salah satu metode dakwah, karena tujuan utama dakwah adalah
mengajak orang lain kepada kebenaran , bukan untuk memaksa dan unjuk kekuatan.

Contohnya seperti yang tertera dalam Al-Quran QS. Thaha 20:43-44

‫ط ٰغ ۚى‬ َ ‫اِذْ َهبَا ٓ ا ِٰلى ف ِْر‬


َ ٗ‫ع ْو َن ِانﱠه‬

ٰ ‫َفقُ ْو َﻻ لَهٗ قَ ْو ًﻻ لﱠ ِيّنًا لﱠ َعلﱠهٗ َيتَذَ ﱠك ُر اَ ْو َي ْخ‬


‫ش‬

Artinya : “ Pergilah kamu berdua kepada Fir‘aun, karena dia benar-benar telah
melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut “
C. Ayat Al-Qur’an terkait dakwah dengan Qaul Layyin

1. Q.S Thaha:426

5
Ibn 'Asyur, al-Tahrir wa al-Tanwir, Tunis: Isa al-Babi al-Halabi, 1384 H, Jilid 16, h. 225
6
Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

ْ ‫اِذْهَبْ ا َ ْنتَ َوا َ ُخ ْوكَ ِب ٰا ٰيت‬


‫ِي َو َﻻ تَ ِن َيا ِف ْي ِذ ْك ِرى‬
iz-hab angta wa akhuuka bi-aayaatii wa laa taniyaa fii zikrii
"Pergilah engkau beserta saudaramu dengan membawa tanda-tanda (kekuasaan)-Ku, dan
janganlah kamu berdua lalai mengingat-Ku;" (QS. Ta-Ha 20: Ayat 42)
Tafsir Ibnu Katsir (Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir)7

{‫}اذْهَبْ أ َ ْنتَ َوأَ ُخوكَ بِآيَاتِي‬


Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku. (Thaha: 42)
Yaitu dengan membawa hujah-hujah-Ku, bukti-bukti, dan mukjizat-mukjizat dari-Ku.
{‫}وﻻ تَنِيَا فِي ِذ ْك ِري‬
َ
dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku. (Thaha: 42)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah
janganlah kamu berdua terlambat.
Menurut Mu jahid, dari Ibnu Abbas, artinya janganlah kamu berdua lemah.
Makna yang dimaksud ialah bahwa keduanya diperintahkan oleh Allah untuk terus-menerus
mengingat Allah; bahkan di kala mereka berdua menghadapi Fir'aun, harus tetap ingat kepada
Allah. Dimaksudkan agar mengingat Allah dapat membantu keduanya menghadapi Fir'aun dan
menjadi kekuatan bagi keduanya serta menjadi pengaruh yang dapat mematahkan Fir'aun,
seperti yang telah disebutkan dalam hadis berikut:

ِ ‫" ِإ ﱠن َع ْبدِي ُك ﱠل َع ْبدِي لَلﱠذِي َيذْ ُك ُرنِي َوه َُو ُمن‬.


"‫َاجز ق ِْرنه‬
Sesungguhnya hamba-Ku yang sebenar-benarnya ialah seseorang yang selalu mengingat-Ku
saat dia sedang melaksanakan tugasnya.
Tafsir al-Jalalain (Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi)8
042. (Pergilah kamu beserta saudaramu) kepada manusia (dengan membawa ayat-ayat-Ku)
yang berjumlah sembilan ayat (dan janganlah kamu berdua lalai) melalaikan (dalam
mengingat-Ku) yaitu dengan cara bertasbih dan cara-cara lainnya.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 9
42-44. Pergilah (wahai Musa) engkau bersama saudaramu, Harun, dengan membawa ayat-
ayatKu yang menunjukkan keesaanKu dan kesempurnaan kuasaKu, serta kebenaran risalahmu,
dan janganlah kalian berdua menjadi lemah untuk senantiasa mengingatKU. Pergilah kalian
berdua bersama-sama kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah berbuat melampaui batas dalam

7
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.androidkit.tafsir.ibnukatsir terjemahan Tafsir Ibnu Katsir,
P20_ halaman 8
8
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kitab.tafsirjalalainterjemah kitab Tafsir Jalalain
9
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.00 WIB
kekafiran dan kezhaliman. Dan katakanlah oleh kalian berdua kepadanya ucapan yang lembut;
mudah-mudahan dia ingat atau takut kepada Tuhannya.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 10
42. Maka pergilah engkau -wahai Musa- beserta saudaramu, Harun, dengan membawa tanda-
tanda dan mukjizat yang menunjukkan kekuasaan dan keesaan-Ku, dan jangan sekali-kali
kalian berdua lemah dalam berdakwah ke jalan-Ku, dan lalai dari mengingat-Ku.
Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah / Markaz Ta'dzhim al-Qur'an di bawah
pengawasan Syaikh Prof. Dr. Imad Zuhair Hafidz, professor fakultas al-Qur'an
Universitas Islam Madinah 11
42-44. Setelah Allah mengabulkan doa Musa agar menjadikan Harun sebagai orang yang
membantunya, kemudian Allah memerintahkan mereka berdua untuk menuju Fir’aun dengan
membawa berbagai mukjizat yang menjadi bukti keesaan Allah dan kebenaran risalah mereka.
Dan Allah memerintahkan mereka agar tidak pernah lelah dalam berzikir kepada-Nya dan
dalam menyampaikan risalah-Nya, dan agar berkata kepada Fir’aun dengan perkataan yang
halus, dengan harapan dia berkenan mengambil pelajaran dan takut kepada Allah.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 12
42. ‫( َو َﻻ تَنِ َيا فِى ِذ ْك ِرى‬dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku) Yakni janganlah
kalian lelah dalam berzikir kepada Allah.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah 13
42. Pergilah kamu dan saudaramu, Harun dengan membawa mukjizatKu, yaitu Sembilan ayat
seperti belalang, banjir bandang, dan katak. Dan janganlah kalian kendur dan kurang dalam
mengingat, mensucikan dan beribadah kepada Allah, serta menyampaikan risalahNya.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 14
42. Ketika Allah menceritakan mengenai kenikmatan yang dilimpahkan kepada Musa, yang
bersifat agamis maupun duniawi, Allah berfirman kepadanya, “Pergilah kamu beserta
saudaramu,” yaitu Harun “dengan membawa ayat-ayatKu,” yaitu tanda-tanda kebesaran yang
berasal dariKu yang mengindikasikan kepada al-haq, dan keindahannya, serta
(mengindiksikan) buruknya rupa kebatilan, seperti tipu daya, tongkat dan lainnya, sejumlah
Sembilan tanda-tanda kekuasaan menuju Fir’aun dan pembesar-pembesarnya. “Dan janganlah

10
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.02 WIB
11
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.05 WIB
12
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.08 WIB
13
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.10 WIB
14
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.12 WIB
kalian berdua lalai dalam mengingatKU,” maksudnya janganlah kalian kendor semangat dan
jangan malas untuk senantiasa berdzikir kepadaKu dengan cara menjaga kontinuitasnya.
Pegangi hal ini terus, sebagaimana janji kalian berdua untuk selalu melakukannya, “supaya
kami banyak bertasbih kepadaMu dan banyak mengingatMu.” Sesungguhnya dzikir kepada
Allah mendatangkan kemudahan dalam menangani segala urusan, menggampangkan urusan
dan meringankan beban tanggungan.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 15
Seperti tangan, tongkat dan mukjizat lainnya yang Allah berikan. Yang demikian adalah karena
dzikrullah membantu semua urusan, memudahkannya dan meringankannya.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI 16
Allah melanjutkan perintah-Nya kepada nabi musa, 'wahai nabi musa, pergilah engkau beserta
saudaramu, harun, dengan membawa tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-ku, yaitu mukjizat
yang pernah engkau saksikan, dan janganlah kamu berdua lalai, bosan, dan enggan mengingat-
ku, baik dalam perjalanan atau saat berada di mesir. 43-44. Wahai nabi musa dan harun,
pergilah kamu berdua kepada fir'aun yang sombong itu dengan bekal mukjizat dari-ku karena
dia benar-benar telah melampaui batas dalam kedurhakannya. Begitu berhadapan dengannya,
maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Ajaklah dia
beriman kepada Allah dan serulah pada kebenaran dengan cara yang baik. Mudah-Mudahan
dengan cara demikian dia menjadi sadar atau takut pada azab Allah bila terus durhaka. “
2. Q.S Thaha:4317
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫ط ٰغى‬ َ ‫اِ ْذ َهبَ ۤا ا ِٰلى ف ِْر‬
َ ٗ‫ع ْونَ اِنﱠه‬

iz-habaaa ilaa fir'auna innahuu thoghoo


"pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, karena dia benar-benar telah melampaui batas;"
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 43)
Tafsir Ibnu Katsir (Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir)18

َ ُ‫}ا ْذ َهبَا إِلَى ف ِْر َع ْونَ إِنﱠه‬


{‫طغَى‬
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melewati batas.” (Thaha: 43)
Yaitu membangkang, berlaku sewenang-wenang, dan melampaui batas terhadap Allah serta
durhaka kepada-Nya.

15
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.14 WIB
16
https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
17.16 WIB
17
Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
18
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.androidkit.tafsir.ibnukatsir, terjemahan Kitab Tafsir Ibnu
Katsir, P20_halaman 8
Tafsir al-Jalalain (Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi)19
043. (Pergilah kamu berdua kepada Firaun, sesungguhnya dia telah melampaui batas) karena
ia mengaku menjadi tuhan.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 20
42-44. Pergilah (wahai Musa) engkau bersama saudaramu, Harun, dengan membawa ayat-
ayatKu yang menunjukkan keesaanKu dan kesempurnaan kuasaKu, serta kebenaran risalahmu,
dan janganlah kalian berdua menjadi lemah untuk senantiasa mengingatKU. Pergilah kalian
berdua bersama-sama kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah berbuat melampaui batas dalam
kekafiran dan kezhaliman. Dan katakanlah oleh kalian berdua kepadanya ucapan yang lembut;
mudah-mudahan dia ingat atau takut kepada Tuhannya.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)21
43. Pergilah kalian berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia benar-benar telah melampaui
batas dalam kekafiran dan kedurhakaan terhadap Allah.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah22

َ ‫( ا ْذ َهبَآ ِإ َل ٰى ف ِْر‬Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah


َ ُ‫ع ْونَ ِإنﱠ ۥه‬
43. ‫طغ َٰى‬
melampaui batas) Yakni benar-benar dalam kekafiran.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah 23
43. Pergilah wahai Musa, bersama saudaramu, Harun kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia itu
melebihi batas dalam kekufuran dan kedurhakaan dengan menganggap diri sebagai Tuhan
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 24
43. “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas,”
maksudnya telah melebihi batas kenormalannya (sebagai manusia) dalam kekufuran, arogansi,
tindak aniaya, dan permusuhan.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 25

19
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kitab.tafsirjalalainterjemah kitab Tafsir Jalalain
20
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-
ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul 20.00 WIB
21
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-
ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul 20.02 WIB
22
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-
ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul 20.03 WIB
23
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-
ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul 20.05 WIB
24
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, https://tafsirweb.com/5284-quran-surat-thaha-
ayat-42.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul 20.10 WIB
25
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.15 WIB
Baik dalam kekafirannya (sampai mengaku sebagai tuhan), dalam kezalimannya (sampai tega
menyembelih bayi yang lahir) maupun dalam permusuhannya.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI 26
43-44. Wahai nabi musa dan harun, pergilah kamu berdua kepada fir'aun yang sombong itu
dengan bekal mukjizat dari-ku karena dia benar-benar telah melampaui batas dalam
kedurhakannya. Begitu berhadapan dengannya, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut. Ajaklah dia beriman kepada Allah dan serulah pada
kebenaran dengan cara yang baik. Mudah-Mudahan dengan cara demikian dia menjadi sadar
atau takut pada azab Allah bila terus durhaka.
3. Q.S Thaha:4427
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
‫َفقُ ْو َﻻ لَهٗ قَ ْو ًﻻ لﱠيِّنًا ﱠلعَلﱠهٗ يَتَذَ ﱠك ُر اَ ْو يَ ْخ ٰشى‬
fa quulaa lahuu qoulal layyinal la'allahuu yatazakkaru au yakhsyaa
"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan dia sadar atau takut.""
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 44)
Tafsir Ibnu Katsir (Ismail bin Umar Al-Quraisyi bin Katsir)28
{‫}فَقُوﻻ لَهُ قَ ْوﻻ لَ ِيّنًا َل َعلﱠهُ َيتَذَ ﱠك ُر أَ ْو َي ْخشَى‬
“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-
mudahan ia ingat atau takut.” (Thaha: 44)
Ayat ini mengandung pelajaran yang penting, yaitu sekalipun Fir'aun adalah orang yang sangat
membangkang dan sangat takabur, sedangkan Musa adalah makhluk pilihan Allah saat itu,
Musa tetap diperintahkan agar dalam menyampaikan risalah-Nya kepada Fir'aun memakai
bahasa dan tutur kata yang lemah lembut dan sopan santun.

Seperti yang telah diterangkan oleh Yazid Ar-Raqqasyi saat menafsirkan firman-Nya: maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Ia
mengemukakan perkataan seorang penyair seperti berikut:
‫ْف ِب َم ْن يَت ََو ﱠﻻهُ َويُنَادِيهِ؟‬
َ ‫يَا َم ْن َيت َ َحبﱠبُ ِإلَى َم ْن يُ َعادِي ِه فَ َكي‬
Wahai orang yang bertutur lemah lembut kepada orang yang memusuhinya, maka
bagaimanakah ia bertutur kata dengan orang yang menyukai dan mendambakannya (yakni tak
terbayangkan kelembutan tutur katanya)?

26
https://tafsirweb.com/5285-quran-surat-thaha-ayat-43.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.20 WIB.
27
Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com
28
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.androidkit.tafsir.ibnukatsir, terjemahan Kitab Tafsir Ibnu
Katsir, P20_halaman 8
Wahb ibnu Munabbih telah mengatakan sehubungan dengan pengertian ini, "Sesungguhnya
aku lebih banyak memaaf dan mengampuninya daripada marah dan menghukuminya."
Dari Ikrimah, telah disebutkan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Yakni ucapan
"Tidak ada Tuhan selain Allah".
Amr ibnu Ubaid telah meriwayatkan dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna
firman-Nya: maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.
(Thaha: 44) Yaitu Musa diperintahkan untuk menyampaikan kepada Fir'aun kalimat berikut,
"Sesungguhnya engkau mempunyai Tuhan, dan engkau mempunyai tempat kembali, dan
sesungguhnya di hadapanmu ada surga dan neraka."
Baqiyyah telah meriwayatkan dari Ali ibnu Harun, dari seorang lelaki, dari Ad-Dahhak ibnu
Muzahim, dari An-Nizal ibnu Sabrah, dari Ali sehubungan dengan makna firman-Nya: maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. (Thaha: 44) Bahwa
yang dimaksud dengan layyinan ialah dengan kata-kata sindiran (bukan dengan kata-kata terus
terang).
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, bahwa sebutlah dia dengan julukan
Abu Murrah.
Pada garis besarnya pendapat mereka menyimpulkan bahwa Musa dan Harun diperintahkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala agar dalam dakwahnya kepada Fir'aun memakai kata-kata
yang lemah lembut, sopan santun, dan belas kasihan; Dimaksudkan agar kesannya lebih
mendalam dan lebih menggugah perasaan serta dapat membawa hasil yang positif. Seperti yang
disebutkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain yang mengatakan:

َ ‫سنَ ِة َو َجاد ِْل ُه ْم ِب ﱠالتِي ه‬


َ ‫ِي أَ ْح‬
{ ُ‫سن‬ َ ‫ظ ِة ْال َح‬
َ ‫س ِبي ِل َر ِبّكَ ِب ْالحِ ْك َم ِة َو ْال َم ْو ِع‬
َ ‫}ادْعُ ِإلَى‬
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baikdan bantahlah
mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)
Adapun firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:
{‫} َلعَلﱠهُ َيتَذَ ﱠك ُر أَ ْو يَ ْخشَى‬
mudah-mudahan ia ingat atau takut. (Thaha: 44)
Yakni barangkali saja Fir'aun sadar dari kesesatannya yang membinasakan dirinya itu, atau ia
menjadi takut kepada Tuhannya, akhirnya ia mau taat kepada-Nya. Seperti yang disebutkan
oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain melalui firman-Nya:
ُ َ‫} ِل َم ْن أَ َرادَ أ َ ْن يَذﱠ ﱠك َر أ َ ْو أَ َراد‬
ً ‫ش ُك‬
{‫ورا‬
“bagi orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur.” (Al-Furqan:
62)
Orang yang mau mengambil pelajaran akan sadar dan menghindari hal-hal yang terlarang,
sedangkan rasa syukur ini timbul dari rasa takut kepada Allah dan sebagai ungkapan terima
kasih kepada-Nya, akhirnya ia mengerjakan ketaatan kepada-Nya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mudah-mudahan ia
ingat atau takut. (Thaha: 44) Yakni janganlah kamu berdua mendoakan kebinasaan untuknya
sebelum kamu mengemukakan alasanmu kepadanya.
Sehubungan dengan hal ini saya akan mengemukakan syair Zaid ibnu Amr ibnu Nufail yang
telah diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, menyitir kata-kata Umayyah ibnu Abus Silt:
ً ‫س‬
‫وﻻ ُمنَا ِديًا‬ َ ‫ َب َعثْتَ إِلَى ُمو‬... ‫ض ِل َم ٍّن َو َر ْح َم ٍة‬
ُ ‫سى َر‬ ْ َ‫ َوأ َ ْنتَ الﱠذِي مِ ْن ف‬...
‫ إلى ﷲ فرعون الذي كان بَا ِغيَا‬... ‫ فَقُ ْلتَ لَهُ يَا اذْهَبْ وهارون فادع َُوا‬...
‫ بِ َﻼ َوت َ ٍد َحتﱠى ا ْستَقَلﱠتْ َك َما ِهيَا‬... ‫س ﱠويْتَ َه ِذ ِه‬
َ َ‫وﻻ لَهُ َه ْل أ َ ْنت‬
َ ُ‫ فَق‬...
‫ بﻼ عمد? أرفق ِإذَ ْن ِبكَ َبا ِن َيا‬... ‫وﻻ له أأنت َرفﱠعت هذه‬
َ ُ‫ ُوق‬...
‫ِيرا إِذَا َما َجنﱠه اللﱠ ْي ُل هَا ِديَا‬ َ َ‫وﻻ لَهُ آأ َ ْنت‬
َ ‫س ﱠويْتَ َو ْس‬
ً ‫ ُمن‬... ‫ط َها‬ َ ُ‫ َوق‬...
‫ضاحِ يَا‬ ِ ‫ﱠت مِ نَ ْاﻷ َ ْر‬
َ ‫ض‬ ْ ُ‫ فَي‬... ً ‫س بُ ْك َرة‬
ْ ‫ص ِب ُح َما َمس‬ َ ‫ش ْم‬ َ ُ‫ َوق‬...
‫وﻻ لَهُ َم ْن يُ ْخ ِر ُج ال ﱠ‬
‫صبِ ُح مِ ْنهُ ْالبَ ْق ُل يَ ْهت ﱡَز َرابِيَا‬
ْ ُ‫ فَي‬... ‫وﻻ لَهُ َم ْن يُ ْنبِتُ ْال َحبﱠ فِي الث ﱠ َرى‬
َ ُ‫ َوق‬...
‫َويُ ْخ ِر ُج ِم ْنهُ َحبﱠهُ فِي ُر ُءو ِس ِه فَفِي ذَاكَ آيَاتٌ ِل َم ْن َكانَ َوا ِعيَا‬
Engkaulah yang memberikan anugerah dan rahmat kepada siapa yang Engkau kehendaki,
Engkau telah mengutus Musa sebagai rasul yang menyeru (Fir'aun untuk menyembah-Mu).
Maka Engkau berfirman kepadanya, "Pergilah kamu beserta Harun, serulah Fir’aun untuk
menyembah Allah, dia adalah orang yang melampaui batas.
Katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau mampu menghamparkan bumi ini
tanpa pasak sehingga ia dapat terhampar seperti sekarang?'
Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah kamu mampu meninggikan langit ini tanpa
tiang penyangga? Kalau begitu, cobalah bangun olehmu sendiri'.
Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Apakah engkau yang menciptakan bintang-bintang
yang bersinar bila malam hari sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman arah? '
Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, 'Siapakah yang menerbitkan matahari di pagi hari,
sehingga tiada suatu belahan bumi pun yang terkena sinarnya melainkan tampak dengan jelas?'
Dan katakanlah olehmu berdua kepadanya, "Siapakah yang menumbuhkah biji-bijian di bumi,
sehingga tumbuhlah tetumbuhan dengan pesatnya, lalu dikeluarkan pula dari pucuk
tetumbuhan itu biji-bijian?"
Dalam semuanya itu terkandung tanda-tanda yang menunjukkan kekuasaan Allah bagi orang
yang berakal.”
Berkatalah mereka berdua, "Ya Tuhanku, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera
menyiksa kami atau akan bertambah melewati batas.”
Allah berfirman.”Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua,
Aku mendengar dan melihat.” Maka datanglah kamu berdua kepadanya (Fir'aun).
Tafsir al-Jalalain (Jalaluddin al-Mahalli dan Jalaluddin as-Suyuthi)29
044. (Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut) untuk
menyadarkannya supaya jangan mengaku menjadi tuhan (mudah-mudahan ia ingat) yakni
sadar dan mau menerimanya (atau takut") kepada Allah lalu karenanya ia mau sadar. Ungkapan
'mudah-mudahan' berkaitan dengan pengetahuan Nabi Musa dan Nabi Harun. Adapun menurut
pengetahuan Allah, maka Dia telah mengetahui bahwa Firaun tidak akan mau sadar dari
perbuatannya.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia 30
42-44. Pergilah (wahai Musa) engkau bersama saudaramu, Harun, dengan membawa ayat-
ayatKu yang menunjukkan keesaanKu dan kesempurnaan kuasaKu, serta kebenaran risalahmu,
dan janganlah kalian berdua menjadi lemah untuk senantiasa mengingatKU. Pergilah kalian
berdua bersama-sama kepada Fir’aun. Sesungguhnya dia telah berbuat melampaui batas dalam
kekafiran dan kezhaliman. Dan katakanlah oleh kalian berdua kepadanya ucapan yang lembut;
mudah-mudahan dia ingat atau takut kepada Tuhannya.”
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih
bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) 31
44. Maka ucapkanlah kepadanya perkataan yang lembut, tidak kasar dan keras, dengan harapan
agar ia sadar dan takut kepada Allah, lalu bertobat kepada-Nya.
Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir / Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar,
mudarris tafsir Universitas Islam Madinah 32
44. ‫وﻻ َل ۥهُ قَ ْو ًﻻ لﱠ ِّينًا‬
َ ُ‫( َفق‬maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut) Yakni mereka berdua tidak berlaku keras seperti perkataan mereka kepada Fir’aun: ‫هل‬
‫" لك إلى أن تزكى‬Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)". (An-
Nazi’at:18) ‫( ﱠلعَلﱠ ۥهُ يَتَذَ ﱠك ُر أَ ْو يَ ْخش َٰى‬mudah-mudahan ia ingat atau takut) Yakni berbicaralah
kepadanya dengan kata-kata yang lembut, sebab itu menjadikannya lebih mudah untuk
memperhatikan apa yang kalian berdua sampaikan kepadanya dan takut kepada Allah.
Li Yaddabbaru Ayatih / Markaz Tadabbur di bawah pengawasan Syaikh Prof. Dr. Umar
bin Abdullah al-Muqbil, professor fakultas syari'ah Universitas Qashim - Saudi Arabia
33

1 ). Seseorang membaca disisi Yahya bin Mu'adz ayat ini : { ‫وﻻ لَ ۥهُ قَ ْو ًﻻ ﱠل ِيّنًا‬
َ ُ‫" } َفق‬Maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut" seketika Yahya menangis, dan
berkata : Ya tuhanku inikah kelemah lebutanmu kepada siapa yang mengatakan saya lah tuhan!
lalu bagaimana dengan hambamu yang mengatakan engkaulah tuhan!?

29
https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kitab.tafsirjalalainterjemah kitab Tafsir Jalalain
30
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.25 WIB.
31
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.30 WIB.
32
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.35 WIB.
33
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.38 WIB.
2 ). Jika pada suatu kaum kita diminta untuk menyampaikan dakwah, maka semestinya kita
melakukan dan mengajarkan mereka usul dan uslubnya; sehingga mereka tidak melontarkan
keburukan kepadanya, dan Allah mengirimkan qudwah untuk kita ketahui dan ikuti, tatkala
mmerintahkan Musa untuk berdakwah kepada mereka { ‫وﻻ لَ ۥهُ قَ ْو ًﻻ لﱠيِّنًا ﱠلعَلﱠ ۥهُ َيتَذَ ﱠك ُر أَ ْو يَ ْخش َٰى‬
َ ُ‫} فَق‬.
Tafsir Al-Wajiz / Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fiqih dan tafsir negeri
Suriah34
44. Dan berucaplah kalian berdua dengan ucapan yang tidak kasar, dengan mengajaknya untuk
beriman secara ramah bukan secara keras, barangkali dia mau mengambil pelajaran dan
merenung, lalu beriman atau takut dengan azab Allah, lalu menghentikan kesewenang-
wenangannya.
Tafsir as-Sa'di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H 35
44. “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,” yaitu
perkataan yang enak (didengar), lunak, dengan kelembutan, persuasive, etika dalam tutur kata,
tanpa unsur kekejian, pamer kekuatan dan kekerasan dalam perkataan, serta sikap kasar dalam
tindakan. “Mudah-mudahan,” melalui perkataan yang lembut “dia ingat,” tentang perkara-
perkara yang bermanfaat bagi dirinya hingga tergugah untuk mengerjakannya “atau takut,”
akan segala sesuatu yang membahayakan dirinya sehingga meninggalkannya. Sesungguhnya
tutur kata yang lembut akan mengundang perubahan itu, dan omongan yang kasar akan
melahirkan antipasti pada dirinya. Tutur kata yang lunak ini diperjelas dalam Firman Allah,
"dan katakanlah (kepada Firaun): "Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari
kesesatan)" Dan kamu akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepada-Nya?"
(An-Naziat:18-19) Sesungguuhnya ungkapan di atas memuat sisi kelembutan dan kemudahan
tanpa ada unsur keburukan yang sangat jelas sekali bagi orang yang merenunginya. Beliau
memulai dengan kata “Apakah,” yang menandakan tawaran dan ajakan diskusi, yang tiada
seorang pun membencinya. Beliau mengajaknya untuk menyucikan dan membersihkan diri
dari kotoran-kotoran (maknawi), yang intinya adalah membersihkan diri dari kesyirikan yang
bisa disambut oleh setiap akal yang sehat. Beliau tidak mengatakan, “Aku akan membersihkan
dirimu.” Akan tetapi berkata, “engkau me.” Akan tetapi berkata, “engkau membersihkan diri,”
engkaulah orang yang menjalankannya. Selanjutnya, beliau mengajaknya menuju jalan
Rabbnya yang telah merawat dan mencurahkan kenikmatan padanya dengan kenikmatan
lahiriah dan batiniah, yang sudah sepantasnya timbal baliknya yaitu rasa syukur dan mengingat
nikmat-nikmat itu. Allah berfirman, “Dan kamu akan kupimpin ke jalan Rabbmu agar kamu
takut kepadaNya.” Ketika dia tidak mau menerima perkataan yang lembut yang keindahannya
sanggup memikat hati, maka dapat diketahui bahwa peringatan sudah tidak mempan lagi
baginya. Allah pun menyiksanya dengan siksaan Dzat Yang Mahaperkasa lagi Mahakuasa.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi bin Musa, M.Pd.I 36
Yakni dengan lembut dan beradab, tidak membual (mengada-ada), tidak keras ucapannya dan
tidak kasar sikapnya. Ucapan yang lembut dapat membuat orang lain menerima, sedangkan

34
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.40 WIB.
35
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.43 WIB.
36
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.45 WIB.
ucapan yang keras dapat membuat orang lain menjauh. Nabi Musa ‘alaihs salam kemudian
mengikuti perintah Allah tersebut, dan ketika sampai kepada Fir’aun dengan lembut Musa
berkata sesuai perintah Allah, “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri, dan engkau
akan kuarahkan ke jalan Tuhanmu agar Engkau takut kepada-Nya?” (lihat surah An Naazi’at:
18-19) sepeti inilah cara yang perlu dilakukan da’i, yakni perkataannya tidak menunjukkan
paksaan, tetapi menunjukkan pilihan dan penawaran seperti dengan kata-kata, “Maukah?
Mungkin? Barang kali?” dsb. Karena hal ini lebih bisa diterima daripada perkataan yang
terkesan memaksa atau mengajari, terlebih kepada orang yang lebih tua. Perhatikanlah kalimat
tersebut, “Adakah keinginanmu untuk membersihkan diri…dst.” Kalimatnya tidak “Agar aku
bersihkan dirimu?” tetapi “membersihkan diri?” yang menunjukkan biarlah ia memberihkan
dirinya sendiri setelah mengingatkan sesuatu yang membuatnya berpikir. Kemudian Musa
‘alaihis salam mengajaknya kepada jalan Tuhannya yang telah mengaruniakan berbagai nikmat
yang nampak maupun yang tersembunyi, di mana nikmat-nikmat itu sepatutnya disyukuri
dengan mengikuti perintah-perintah-Nya. Namun ternyata Fir’aun tidak menerima nasehat
yang lembut itu, maka semakin jelaslah, bahwa peringatan tidak bermanfaat baginya, sehingga
pantas jika Allah menghukumnya. Kepada Allah.
Tafsir Ringkas Kementrian Agama RI 37
43-44. Wahai nabi musa dan harun, pergilah kamu berdua kepada fir'aun yang sombong itu
dengan bekal mukjizat dari-ku karena dia benar-benar telah melampaui batas dalam
kedurhakannya. Begitu berhadapan dengannya, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut. Ajaklah dia beriman kepada Allah dan serulah pada
kebenaran dengan cara yang baik. Mudah-Mudahan dengan cara demikian dia menjadi sadar
atau takut pada azab Allah bila terus durhaka. '45. Nabi musa dan harun tahu benar kekejaman
dan kesombongan fir'aun. Karena itu, setelah mendengar perintah ini keduanya berkata, 'ya
tuhan kami, sesungguhnya kami khawatir dia akan segera menyiksa kami sebelum kami selesai
mengajaknya beriman kepada-Mu, atau dia justru akan bertambah melampaui batas, melebihi
kedurhakaannya selama ini. '.

37
https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-44.html, diakses pada tanggal 7 September 2021, pukul
20.50 WIB.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ayat ini memaparkan kisah Nabi Musa a.s. dan Harun a.s. ketika diperintahkan
untuk menghadapi Fir’aun, yaitu agar keduanya berkata kepada Fir’aun dengan perkataan
yang layyin. Ada hal yang menarik untuk dikritisi, misalnya, kenapa Musa a.s. harus berkata
lembut, padahal Fir’aun adalah tokoh yang sangat jahat. Menurut al-Razi, ada dua
alasan pertama, sebab Musa a.s. pernah dididik dan ditanggung kehidupannya semasa bayi
sampai dewasa. Hal ini, merupakan pendidikan bagi setiap orang, yakni bagaimana seharusnya
bersikap kepada orang yang telah berjasa besar dalam hidupnya; kedua, biasanya seorang
penguasa yang zalim itu cenderung bersikap lebih kasar dan kejam jika diperlakukan secara
kasar dan dirasa tidak menghormatinya.38

38
Al-Razi, Mafātīh,Jjilid 22, h. 51
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mubarak, (2000). Jiwa Dalam al-Quran. Jakarta: Paramadina.

Al-Razi, Mafātīh, Jilid 22.

Al-Qur'an Indonesia https://quran-id.com


'Asyur , Ibn. 1384 H. al-Tahrir wa al-Tanwir. Tunis: Isa al-Babi al-Halabi.

Saputra, Wahidin. 2011. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Warson Munawir, Ahmad. 1997. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progresif.


Zaydan, Abd al-Karim DR. (2000M/1421H). Usul al-dacwah. Bayrud: Muassasah al-Risalah.

https://tafsirweb.com/5286-quran-surat-thaha-ayat-42-44.html, diakses pada tanggal 7


September 2021, pukul 17.00-20.50 WIB.

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.kitab.tafsirjalalainterjemah, kitab Tafsir


Jalalain.

https://play.google.com/store/apps/details?id=com.androidkit.tafsir.ibnukatsir terjemahan
Tafsir Ibnu Katsir, P20_ halaman 8

Anda mungkin juga menyukai