OLEH :
IMELDA FIBRIATIN
PENDAHULUAN
Dakwah sekarang menghadapai beragam masalah. Model dakwah pun makin variatif di
banding masa lalu yang hanya dengan model ceramah, khutbah, atau nasiahat. Banyak kemudian
ragam istilah yang berkenaan dengan model dakwah, antara lain : dakwah cultural, dakwa
structural, dakwah pembangunan, dakwah pemberdayaan masyarakat, dakwah jurnalistik, dan
sebagainya. Akan tetapi hingga saat ini perkembangan kegiatan dakwah tidak didampingi dengan
aspek fiqih, sehingga masyarakat cendrung tidak perduli dengan nila-nila yang seharusnya
diperhatikan pada unsur-unsur dakwah,yakni pendakwah, mitra dakwah, metode dakwah, model
dakwah, media dakwah, dan pesan dakwah. Problematika etis ini penting dibahas, mengingat saat
ini terjadi pertarungan dan benturan peradaban di antara berbagai pemikiran. Pemikiran islam juga
tidak tunggal, tetapi bermacam-macam. Yang akhirnya, pandangan tentang dakwah islam juga
berbeda antara satu pakar dengan pakar yang lain. Kita melacak perbedaan itu dalam al-quran dan
hadits sebagai sumber hukum dakwah, sehingga kita mencoba merumusakan kaidah-kaidah fiqih
yang dapat membantu memecahkan masalah dakwah.
Pada fiqih dakwah akan jelas apa yang menjadi landasan hukum dalam berdakwah,
didalam fiqih dakwah al-quran dan hadist adalah sebagai sumber pesan dan hukum dakwah. Selain
itu pada fiqih dakwah juga akan membahas hukum berdakwah yang kemudian disana akan jelas
apa hukumnya berdakwah dan juga siapa saja yang harus menjadi pelaku dakwah. Pada option ke
tiga ada fiqih dakwah di antara fiqih yang lain, disana akan terang dimana posisi fiqih dakwah itu
sendiri di antara fiqih-fiqih yang lain. Dan masih banyak lagi seperti, problematika fiqih dakwah,
kaidah-kaidah fiqih dakwah, dan prinsip-prinsip dakwah, yang akan kami coba jabarkan satu-demi
satu dalam makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Dakwah
1. Dakwah menurut bahasa;
dakwah berasal dari bahasa Arab yakni ( دعا– يدعوا – دعوةda’a – yad’u – da’watan).
Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5
kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4
kali.
Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta
pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti
memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum).
Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum
Muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak
ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang
pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai
bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.
Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-
Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada
obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il
(da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata
itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia
menjanjikan akan mengabulkannya.
C. Tujuan Dakwah
Untuk memberi kemudahan serta keserasian bagi pengemban dakwah sendiri di dalam
menyampaikan materi da’wah, serta memberikan kemudahan serta keserasian terhadap fihak
penerimanya. Pengalaman sering membuktikan bahwa kendatipun materi dakwah itu baik, sering
terjadi responsinya kurang memuaskan,lantaran metode penyajiannya kurang sesuai atau kurang
serasi.
Sebaiknya pengalaman sering membuktikan pula walaupun materinya kurang baik tetapi
karena penyajiannya baik, maka responnya menjadi baik, kendatipun kadang-kadang akibatnya
cenderung negatif.
Firman Allah SWT : “Ajaklah manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, dan
nasehat yang baik, dan bertukar fikiranlah dengan cara yang lebih baik “ (Q.S.: 16 125)
3. Jelas
Jelas artinya dalam menyampaikan materi dakwah intonasi maupun isi materi.
4. Sopan
Seorang pendakwah sebagai pembawa risalah da’wah, selalu hidup diatas
kewajaran, wajar dalam sikap dan cara berpakaian, wajar dalam ucapan dan perbuatan.
5. Bertanggung Jawab
Dakwah memang meminta pertanggungjawaban, baik kepada Allah demikian juga
kepada umat dan negara. Ini berarti bahwa dakwah harus bersumber kepada ajaran yang
benar sesuai kitab suci dan sunah.
E. 10 kaidah dakwah
1. Al Qudwah Qabla Ad Da’wah (Menjadi Teladan Sebelum Berdakwah)
“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan
diri (kewajiban)mu sendiri…” (QS Al Baqarah: 44)َ
َّ ََٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ِل َم تَقُولُونَ َما َل تَ ْفعَلُونَ َكب َُر َم ْقتًا ِعند
َٱَللِ أَن تَقُولُوا َما َل ت َ ْفعَلُون
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian
kerjakan ? Sungguh besar murka di sisi Allah bila kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian
kerjakan.” (QS Ash Shaff: 2-3)
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawaban.” (QS Al Israa’: 36)
10. Tilmidzu Imam Laa Tilmidzu Kitab (Murid Guru Bukan Murid Buku)
Sebuah pepatah mengatakan:
“Guru tanpa buku akan melahirkan kejumudan sedangkan buku tanpa guru akan
melahirkan kesesatan”