Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FIQIH DAKWAH

10 KAIDAH FIQIH DAKWAH

OLEH :
IMELDA FIBRIATIN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


PESANTREN STIKES SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Dakwah sekarang menghadapai beragam masalah. Model dakwah pun makin variatif di
banding masa lalu yang hanya dengan model ceramah, khutbah, atau nasiahat. Banyak kemudian
ragam istilah yang berkenaan dengan model dakwah, antara lain : dakwah cultural, dakwa
structural, dakwah pembangunan, dakwah pemberdayaan masyarakat, dakwah jurnalistik, dan
sebagainya. Akan tetapi hingga saat ini perkembangan kegiatan dakwah tidak didampingi dengan
aspek fiqih, sehingga masyarakat cendrung tidak perduli dengan nila-nila yang seharusnya
diperhatikan pada unsur-unsur dakwah,yakni pendakwah, mitra dakwah, metode dakwah, model
dakwah, media dakwah, dan pesan dakwah. Problematika etis ini penting dibahas, mengingat saat
ini terjadi pertarungan dan benturan peradaban di antara berbagai pemikiran. Pemikiran islam juga
tidak tunggal, tetapi bermacam-macam. Yang akhirnya, pandangan tentang dakwah islam juga
berbeda antara satu pakar dengan pakar yang lain. Kita melacak perbedaan itu dalam al-quran dan
hadits sebagai sumber hukum dakwah, sehingga kita mencoba merumusakan kaidah-kaidah fiqih
yang dapat membantu memecahkan masalah dakwah.

Pada fiqih dakwah akan jelas apa yang menjadi landasan hukum dalam berdakwah,
didalam fiqih dakwah al-quran dan hadist adalah sebagai sumber pesan dan hukum dakwah. Selain
itu pada fiqih dakwah juga akan membahas hukum berdakwah yang kemudian disana akan jelas
apa hukumnya berdakwah dan juga siapa saja yang harus menjadi pelaku dakwah. Pada option ke
tiga ada fiqih dakwah di antara fiqih yang lain, disana akan terang dimana posisi fiqih dakwah itu
sendiri di antara fiqih-fiqih yang lain. Dan masih banyak lagi seperti, problematika fiqih dakwah,
kaidah-kaidah fiqih dakwah, dan prinsip-prinsip dakwah, yang akan kami coba jabarkan satu-demi
satu dalam makalah ini.
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Dakwah
1. Dakwah menurut bahasa;
dakwah berasal dari bahasa Arab yakni ‫( دعا– يدعوا – دعوة‬da’a – yad’u – da’watan).
Kata dakwah tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam
diartikan sebagai “ajakan kepada Islam. Kata da’a dalam al-Quran, terulang sebanyak 5
kali, sedangkan kata yad’u terulang sebanyak 8 kali dan kata dakwah terulang sebanyak 4
kali.
Kata da’a pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengadu (meminta
pertolongan kepada Allah) yang pelakunya adalah Nabi Nuh as. Lalu kata ini berarti
memohon pertolongann kepada Tuhan yang pelakunya adalah manusia (dalam arti umum).
Setelah itu, kata da’a berarti menyeru kepada Allah yang pelakunya adalah kaum
Muslimin.
Kemudian kata yad’u, pertama kali dipakai dalam al-Quran dengan arti mengajak
ke neraka yang pelakunya adalah syaitan. Lalu kata itu berarti mengajak ke surga yang
pelakunya adalah Allah, bahkan dalam ayat lain ditemukan bahwa kata yad’u dipakai
bersama untuk mengajak ke neraka yang pelakunya orang-orang musyrik.
Sedangkan kata dakwah atau da’watan sendiri, pertama kali digunakan dalam al-
Quran dengan arti seruan yang dilakukan oleh para Rasul Allah itu tidak berkenan kepada
obyeknya. Namun kemudian kata itu berarti panggilan yang juga disertai bentuk fi’il
(da’akum) dan kali ini panggilan akan terwujud karena Tuhan yang memanggil. Lalu kata
itu berarti permohonan yang digunakan dalam bentuk doa kepada Tuhan dan Dia
menjanjikan akan mengabulkannya.

2. Pengertian Dakwah Dalam Pandangan Islam.


Secara etimologi Dakwah berasal dari bahasa Arab yang ‫يدعو‬-‫ دعا‬menjadi bentuk
masdar ‫ دعوة‬yang berarti Seruan, Ajakan, atau Panggilan. Seruan yang digunakan dalam
Dakwah bertujuan untuk mengajak seseorang baik dalam melakukan sesuatu kegiatan atau
dalam merubah pola serta kebiasaan hidup.
Dari kata Seruan, Dakwah memiliki banyak arti yang bisa digunakan secara luas
tidak hanya dalam Agama, dimana kata Dakwah sering digunakan namun Seruan yang
diberikan bisa dimaknai dalam hal positif maupun negatif. Penggunaan kata Dakwah
merujuk ajakan, atau seruan yang disampaikan kepada seseorang untuk berubah kearah
yang lebih lebih baik. Asal kata Dakwah yang berasal dari bahasa Arab dan juga dibawa
oleh orang arab membuat kata Dakwah sendiri telah mengalami pergeseran makna.
B.Jenis-Jenis Dakwah
a. Dakwah bil Lisan
Dakwah dengan lisan adalah dakwah yang disampaikan dalam bentuk komunikasi
lisan (verbal), seperti ceramah, pengajian, khutbah, atau penyampaian dan ajakan
kebenaran dengan kata-kata (berbicara).

b. Dakwah bil Hal


Dakwah bil hal adalah dakwah yang dilakukan melalui aksi atau tindakan nyata,
misalnya melalui program dan aktivitas kelembagaan seperti ormas Islam, lembaga
pendidikan Islam, lembaga sosial-ekonomi (BMT dan Lembaga Amil Zakat, Infak, dan
Sedekah –LAZIS), bakti sosial, dan sebagainya.

c. Dakwah bil Qalam/bil Kitabah/bit Tadwin


Da’wah bil Qolam adalah dakwah yang disampaikan melalui tulisan yang
diterbitkan atau dipublikasikan melaui media massa, buku, buletin, brosur, pamflet, dan
sebagainya.

d. Da’wah bil Qudwah


Da’wah bil Qudwah adalah dakwah melalui keteladanan sikap atau perilaku yang
mencerminkan moralitas/akhlak Islam.

C. Tujuan Dakwah
Untuk memberi kemudahan serta keserasian bagi pengemban dakwah sendiri di dalam
menyampaikan materi da’wah, serta memberikan kemudahan serta keserasian terhadap fihak
penerimanya. Pengalaman sering membuktikan bahwa kendatipun materi dakwah itu baik, sering
terjadi responsinya kurang memuaskan,lantaran metode penyajiannya kurang sesuai atau kurang
serasi.
Sebaiknya pengalaman sering membuktikan pula walaupun materinya kurang baik tetapi
karena penyajiannya baik, maka responnya menjadi baik, kendatipun kadang-kadang akibatnya
cenderung negatif.
Firman Allah SWT : “Ajaklah manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, dan
nasehat yang baik, dan bertukar fikiranlah dengan cara yang lebih baik “ (Q.S.: 16 125)

D. Prinsip Dalam Dakwah


1. Bijaksana
Bijak dapat diartikan dengan hikmah yang memiliki pengertian sebagai ilmu,
adil,hilim (seksama dalam mengambil keputusan) falsafah, ucapan sesuai dengan
perbuatan.
2. Mudah Dan Bulat
dalam da’wah sebaiknya diupayakan mudah dimengerti,dan dalam meyampaikan
harus utuh bulat. Mengucapkan kata demi kata dengan jelas sangat diperlukan , sebab
kemudahan dan kebulatan kalimat tidak akan terserap dengan baik oleh mustami’in
(audient) tanpa kejelasan dalam pengucapan.

3. Jelas
Jelas artinya dalam menyampaikan materi dakwah intonasi maupun isi materi.

4. Sopan
Seorang pendakwah sebagai pembawa risalah da’wah, selalu hidup diatas
kewajaran, wajar dalam sikap dan cara berpakaian, wajar dalam ucapan dan perbuatan.

5. Bertanggung Jawab
Dakwah memang meminta pertanggungjawaban, baik kepada Allah demikian juga
kepada umat dan negara. Ini berarti bahwa dakwah harus bersumber kepada ajaran yang
benar sesuai kitab suci dan sunah.

E. 10 kaidah dakwah
1. Al Qudwah Qabla Ad Da’wah (Menjadi Teladan Sebelum Berdakwah)

َ َ‫س ُك ْم َوأَنت ُ ْم تَتْلُونَ ْٱل ِك َٰت‬


َ‫ب ۚ أَفَ َل تَ ْع ِقلُون‬ َ َّ‫أَت َأ ْ ُم ُرونَ ٱلن‬
َ ‫اس بِ ْٱلبِ ِر َوتَن‬
َ ُ‫س ْونَ أَنف‬

“Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedangkan kamu melupakan
diri (kewajiban)mu sendiri…” (QS Al Baqarah: 44)َ

َّ َ‫َٰ َٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُوا ِل َم تَقُولُونَ َما َل تَ ْفعَلُونَ ۝ َكب َُر َم ْقتًا ِعند‬
َ‫ٱَللِ أَن تَقُولُوا َما َل ت َ ْفعَلُون‬

“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian
kerjakan ? Sungguh besar murka di sisi Allah bila kalian mengatakan sesuatu yang tidak kalian
kerjakan.” (QS Ash Shaff: 2-3)

Pepatah Arab mengatakan :


“Lisanul Hal Afsahu Min Lisanil Maqal” (Bahasa perbuatan lebih fasih daripada bahasa
lisan)

2. At Ta’lif Qabla At Ta’rif (Mengikat Hati Sebelum Mengenalkan)


Objek dakwah (mad’u) adalah manusia yang sikap dan perbuatannya ditentukan oleh
kondisi hatinya. Hati adalah penentu fisik untuk dapat bergerak merespon pihak luar.

3. At Ta’rif Qabla At Taklif (Mengenalkan Sebelum Memberi Beban/Amanah)


Kesalahan dakwah terbesar dalah membebankan suatu amalan kepada mad’u sebelum
diajarkan dengan baik. Baik beban suatu amal yang hukumnya wajib ataupun sunnah. Sebab
dakwah itu tegak di atas landasan ilmu dan dalil yang jelas bukan doktrin-doktrin yang membabi
buta.

4. At Tadarruj fi At Taklif (Bertahap Dalam Membebankan Suatu Amal)


Manusia memiliki tingkatan yang berbeda-beda, baik dari sudut pandang latar belakang
pendidikan maupun kondisi sosial yang melahirkannya. Oleh karena itu, dakwah kepada manusia
dengan ragam tipologinya tersebut tentu mengonsekuensikan perbedaan dakwah yang dilakukan.

5. At Taysir Laa At Ta’sir (Memudahkan Bukan Menyulitkan)َ

‫ٱَللُ بِ ُك ُم ْٱليُس َْر َو َل ي ُِريد ُ ِب ُك ُم ٱ ْلعُس َْر‬


َّ ُ ‫ي ُِريد‬

“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran


bagimu…” (QS Al Baqarah: 185)

6. Al Ushul Qabla Al Furu’ (Perkara Pokok Sebelum Perkara Cabang)


Da’i yang tidak memahami masalah-masalah ushul dan furu’ ini akan menjadikan dakwah
tidak lagi menuai maslahat, bahkan akan melahirkan kontraproduktif bagi dakwah itu sendiri. Hal
ini dikarenakan perkara ushul harus didahulukan daripada furu’ sedangkan furu’ akan dapat
dilaksanakan dengan baik dan benar ketika berpijak pada ushul yang baik dan benar pula.
7. At Targhib Qabla At Tarhib (Memberi Harapan Sebelum Ancaman)
Seorang da’i harus senantiasa memberikan semangat kepada mad’unya agar dapat beramal.
Saat mad’u melakukan dosa, ia harus diberi harapan besar bahwa Allah selalu membuka pintu
taubat bagi siapa saja. Dengan cara ini dakwah (In syaa’Allaah) akan menuai hasil yang
diharapkan.

8. At Tafhim Laa At Talqin (Memberi Pemahaman Bukan Mendikte)

ً ۭ ُٔ‫ص َر َو ْٱلفُ َؤادَ ُك ُّل أُو َٰ َٰٓلَئِكَ َكانَ َع ْنهُ َمسْـ‬


‫ول‬ َ َ‫ْس لَكَ ِبِۦه ِع ْلم ۚ ِإ َّن ٱلس َّْم َع َو ْٱلب‬ ُ ‫َو َل ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai
pertanggungjawaban.” (QS Al Israa’: 36)

9. At Tarbiyah Laa At Ta’riyah (Mendidik Bukan Menelanjangi)


Menjaga kehormatan adalah termasuk tujuan syari’at Islam. Oleh karena itu, dakwah harus
berupaya memberikan didikan yang baik kepada mad’unya.

10. Tilmidzu Imam Laa Tilmidzu Kitab (Murid Guru Bukan Murid Buku)
Sebuah pepatah mengatakan:

“Guru tanpa buku akan melahirkan kejumudan sedangkan buku tanpa guru akan
melahirkan kesesatan”

Anda mungkin juga menyukai