AKHLAK BERKOMUNIKASI
A. Pengertian Komunikasi
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin, yaitu communicare yang berarti
berpartisipasi, juga berasal dari commoness yang berarti sama dengan common.
orang lain dapat ikut serta berpartisipasi atau bertindak sesuai dengan tujuan, harapan
seseorang oleh orang lain. Proses tersebut meliputi unsur-unsur sebagai berikut:
pesan (message). Kedua, Pesan (message), adalah idea, informasi atau opini. Ketiga,.
atau media untuk menyampaikan pesan sehingga dapat diterima oleh komunikan.
301
Atas dasar itulah, komunikasi terjadi apabila antara kedua pihak terjadi
orang lain, yaitu proses dimana sipenerima komunikasi (komunikan) mengikuti apa
.
B. Prinsip Komunikasi dalam Islam
dengan sesama manusia, dan komunikasi dengan alam. Komunikasi dengan Allah
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung melalui dzikir
dan shalat. Dzikir atau ingat kepada Allah adalah menjalin hubungan langsung
Allah. Ingatlah, bahwa sesungguhnya hanya dengan mengingat Allah hati akan
302
Seseorang yang mendirikan shalat dengan khusyu’ akan merasakan terjadinya
dialog dengan Allah. Bagi orang yang shalat dengan khusyu, Allah akan dirasakannya
hadir dan begitu dekat, dan karena itu akan berpengaruh dan berdampak kuat kepada
َّ اي َّن
الص الََة تَْن َهى َع ين الْ َف ْح َش ياء َوالْ ُمْن َك ير
“Sesungguhnya shalat itu mencegah (dari perbuatan-perbuatan) keji dan munkar”
komunikasi diawali dengan khalwat di gua Hira yang dapat digambarkan dengan
dzikir. Selanjutnya melalui wahyu yang turun dan mencapai puncaknya pada
peristiwa Isra’ mi’raj. Dampak dari komunikasi dengan Allah itu digambarkan
Dalam ayat di atas nampak juga bahwa ingat kepada Allah berpengaruh
kepada jiwa orang yang mengingatnya. Demikian pula ketika ayat-ayat Allah
dibacakan akan bertambah imannya. Hal ini merupakan dampak dari komunikasi
303
dengan Allah. Begitu juga, seorang muslim yang membaca Alquran akan merasakan
komunikasi yang sangat intens dengan Allah. Terkait dengan dampak komunikasi
tersebut, maka komunikasi dalam Islam dapat terjadi dalam tiga arah; Pertama,
komunikasi dengan Allah secara langsung dan dengan dirinya sendiri. Bentuk
komunikasi ini akan berpengaruh dan membentuk atau melahirkan perubahan sikap
yang lahir dari suatu proses penyadaran diri. Kedua, komunikasi dengan Allah secara
tidak langsung yang dilakukan dengan melihat dan memperhatikan alam ketika suatu
hati dan membangkitkan kesadaran diri, maka di situ telah terjadi komunikasi.
Ketiga, komunikasi dengan sesama manusia dilakukan melalui bahasa dan isyarat
menyekutukan Allah itu suatu kezholiman yang besar” (QS. Luqman, 31: 13).
Untuk menyebut dan memanggil anak, dalam ayat tersebut digunakan kata ya
bunayya (wahai anakku), bukan kata ya walidi (wahai anakku). Perbedaan kedua
kata tersebut terletak pada isi dan nuansanya. Kata Ya bunayya mengandung
nuansa kasih sayang yang tidak terdapat pada kata Ya walidi, sehingga memanggil
tidak hanya diarahkan kepada pendengaran, tetapi jauh menusuk kepada hati dan
304
perasaannya. Pesan yang disampaikan tidak hanya sampai kepada pengertian atau
pemahaman, tetapi juga sampai kepada kesadaran yang kemudian merubah dan
membentuk perilaku. Pesan yang disampaikan tidak hanya dengan cara informatif
tetapi diberi tekanan dan diperkuat sehingga dampaknya sangat kuat dalam
membentuk perilaku. Hal tersebut dalam ayat di atas diungkapkan dalam bentuk
pemberian kata penguat (taukid), yaitu inna (sesungguhnya), dan hurup lam untuk
penguat yang artinya sungguh. Kata penguat itu akan membangkitkan perhatian
kepada penerima pesan bahwa pesan tersebut sangat penting dan tidak boleh
diabaikan.
buruknya suara adalah suara himar” (QS. Luqman, 31: 19). Lingkungan yang
digunakan dalam komunikasi ini adalah himar atau keledai, yaitu sejenis binatang
yang mirip kuda yang merupakan binatang yang sangat akrab bagi masyarakat
Arab. Ketika ayat itu turun dengan mengambil lingkungan sebagai media
dihayati oleh umat pada saat itu. Esensi pesan yang disampaikan adalah bahwa
bahasa dan kata-kata yang tepat dan disesuaikan dengan pemahaman dan pengalaman
305
orang yang dianggap bicara. Dari segi psikologi, latar belakang pengalaman orang
yang diajak bicara itu disebut apersepsi atau field experience. Efektivitas komunikasi
Dailami)
A. Akhlak Berkomunikasi
norma-norma yang bersumber dari Alquran dan Hadits. Menurut kedua sumber ini
bahwa yang menjadi dasar dalam pandangan Islam, ialah tauhid. Pandangan tauhid
akan memberikan landasan normatif bagi praksis sosial, termasuk praksis media.
kultural, oleh satu sistem komunikasi. Pertimbangan etis ini menempatkan fungsi
komunitas Islam dalam gerak menuju masa depan, termasuk di dalamnya semua
institusi komunikasi sosial seperti pers, radio, televisi dan bioskop, mapun individu
sebagai anggota komunitas muslim. Apalagi bila dikaji lebih lanjut, bahwa Islam
306
adalah agama dakwah, perhatian Islam terhadap isi atau pesan komunikasi, cara dan
menemukan sejumlah konsep yang bersumber dari Alquran. Dalam Alquran banyak
dimuat simbol dan petunjuk dalam berkomunikasi, yang diistilahkan dengan kata
qaulan dan semua derivasinya. Kata ini mengandung arati pembicaraan atau
perkataan. Kontek kata-kata ini ada yang berbentuk amr (perintah) dan ada yang
Term komunikasi yang pertama adalah dalam bentuk amr (perintah). Dengan
komunikasi dalam bentuk amr atau perintah. Kalimat amr menurut para ahli Ushul
Fiqh pada dasarnya menunjukan wajib. Atas dasar ini, maka suatu keharusan bagi
1. Qaulan Sadidan:
ش الَّ يذيْ َن لَ ْو تَ َرُك ْوا يم ْن َخ ْل يف يه ْم ذُِيريَّةا يض َعافاا َخافُ ْوا َع لَْي يه ْم فَ ْليَ تَّ ُق ْوا هللاَ َولْيَ ُق ْولُْو قَ ْوالا َس يديْ ادا
َ َولْيَ ْخ
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandinya meninggalkan di
kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan
hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (Qaulan Sadidan) (QS. al-
Nisa, 4: 9). Dalam ayat lainnya disebutkan dalam surat al-Ahzab, 33: 70-71.
307
Para ahli tafsir menafsirkan Qaulan sadidan ini dengan perkataan yang tepat,
jujur dan benar, artinya perkataan dhohir-nya (lisannya) sesuai dengan batinnya.
Alquran menyatakan bahwa berbicara yang benar dan menyampaikan pesan yang
individu dan sosial banyak diakibatkan oleh pesan komunikasi yang tidak benar.
sahaja dan jangan berdusta kerana sekali berkata dusta, seterusnya ia akan berdusta
bibirnyapun selalu berbohong tanpa merasa berdosa. Siapapun tak ingin dibohongi,
seorang isteri akan sangat sakit hatinya bila mengetahui suaminya berbohong, begitu
juga sebaliknya. Rakyat pun akan murka bila dibohongi pemimpinnya. Juga tidak
bersikap tegas, jangan ragu-ragu dan takut, apalagi jelas dasar hukumnya Alquran dan
Hadits.
2. Qaulan Balighan:
ض َعْن ُه ْم َو يعظْ ُه ْم َوقُ ْل َلُْم يِف أنْ ُف يس يه ْم قَ ْوالا بَليْي ااا يي اُولَئي ي
ْ ك الَّذيْ َن يَ ْع لَ ُم هللاُ َما يِف قُلُ ْوّب ْم فَاَ ْع ير
َ ْ
“Mereka itu adalah orang-orang yang mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka,
karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka dengan perkataan yang jelas, tegas dan membekas (Qaulan
308
Qaulan balighon, berarti perkataan yang jelas, sederhana, tepat sasaran dan
menghindari kata-kata yang rancu serta selalu mengulang kembali gagasan yang
membekas dalam lubuk hati, sampai pada hakikat tujuan yang diharapkan. Qaulan
Balighon, dapat diartikan pula dengan perkataan yang sampai, mengenai sasaran dan
mencapai tujuan. Perkatan seperti ini akan terjadi bila komunikator mengetahui,
Seperti sabda Rasul: “Berbicaralah kepada manusia itu sesuai dengan kadar
efektif bila dalam penyampaiannya disesuaikan dengan kerangka rujukan dan medan
menyeru kaumnya dengan bahasa mereka sehingga komunikasi dapat berjalan dengan
ي ي ي يي ي ي
َ َِوَما أ َْر َس ْلنَا م ْن َّر ُس ْوٍل االَّ بيل َسان قَ ْومه ليُبَ ي
ّي َلُْم
“Tidaklah Kami mengutus seorang rasul, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya
ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka” (QS. Ibrahim, 14: 4).
3. Qaulan Layyinan:
ب اي ََل فيْر َع ْو َن اينَّهُ طَاَى فَ ُق ْوالَ لَهُ قَ ْوالا لَيِناا لَ َعلَّه يَتَ َذ َّك ُر اَْو ََيْ َشى ي
ْ ا ْذ َه
“Pergilah kamu berdua (Musa dan Harun) kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah
melampau batas. Maka bicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
309
lemah lembut (Qaulan Layyinan), mudah-mudahan ia ingat atau takut.” (QS. Thaha,
20: 43-44).
Qaulan layyinan berarti kata-kata yang halus; tidak kasar, lemah lembut dan
bersahabat. Ayat ini mengisyaratkan bahwa seseorang yang hendak mengajak dan
perkataan yang halus dan lemah lembut, sehingga ia memberi kesan yang baik kepada
komunikan. Sebab dalam Hadits disebutkan: “Sikap halus dalam sesuatu hal, akan
memperindah sesuatu itu, dan bersikap kasar dalam sesuatu hal, akan memperburuk
meninggikan suara. Siapapun tentu tidak suka bila berbicara dengan orang-orang
yang kasar. Rasullulah Saw selalu bertuturkata dengan lemah lembut, hingga setiap
kata yang beliau ucapkan sangat menyentuh hati siapapun yang mendengarnya.
Seperti ayat pembuka di atas Allah melarang bersikap keras dan kasar dalam
lembut: “Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lemah
lembut, sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas,” (QS. al-
A’raaf, 7: 55)
4. Qaulan Maysura:
310
ي
َ ِض َّن َعْن ُه ُم ابْتياَاءَ َر ْْحٍَة يِم ْن َّربي
ك تَ ْر ُج ْوَها فَ ُق ْل َلُْم قَ ْوالا َمْي ُس ْوارا َ َوا َّما تُ ْع ير
“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang
kamu harapkan, maka ucapkanlah kepada mereka dengan ucapan yang pantas” (QS.
perkataan yang mudah dan lembut atau mempermudah perkataan. Sebagai contoh,
jika kamu berpaling dari kaum kerabat, ibnu sabil dan orang-orang miskin karena
kamu tidak mempunyai sesuatu untuk mereka, maka ucapkanlah kepada mereka
dengan kata-kata yang halus, lemah lembut dan sampaikanlah janji yang baik dengan
tidak melupakan haknya. Sebagian ahli tafsir lagi mengartikan Qaulan Maysuron
asing yang kurang tepat pada tempatnya. Di samping itu tidak banyak menggunakan
bahasa isti’arah (ibarat atau kiasan), tasybih (cerita perumpamaan), dan talmih
pembicaraan yang baik adalah pembicaraan yang bersifat figurative dan metaphoric,
1. Qaulan Ma’rufan.
311
Kata Qaulan Ma’rufan disebut dalam Alquran sebanyak empat kali, yang
االس َف َهاءَ اَْم َولَ ُك ُم الَّيِت َج َع َل هللاُ لَ ُك ْم قي يَ ااما َّو ْارُزقُ ْوُه ْم في ْي َها َوا ْك ُس ْوُه ْم َوقُ ْولُْوا َلُْم قَ ْوالا َّم ْع ُرْوفاا
ُ َوالَ تُ ْؤتُ ْو
“Janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya (harta
mereka yang ada di dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah pokok kehidupannya.
Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu), dan ucapkanlah kepada
mereka kata-kata yang baik (qaulan ma’rufan)” (QS. al-Nisa, 4: 5). Ayat-ayat
lainnya teradapat dalam QS. al-Nisa, 4: 8; QS. al-Baqarah, 2: 235; dan QS. al-Ahzab,
33: 32.
pesan yang baik. Alquran berbicara tentang ahsanu qaulan (QS. Fush-Shilat, 41: 33),
maksudnya tidak ada seorangpun yang lebih baik perkataannya, melainkan perkataan
orang yang menyeru manusia agar taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Orang yang
beriman akan senantiasa berkata baik (qaulan ma’rufan), dan jika tidak, maka ia akan
“diam”. Selain itu perkataan yang baik (qaulan ma’rufan) adalah media untuk
6. Qaulan Kariman:
اًن ايَّم ا يَ ْب لُاَ َّن يعْن َد َك الْ يكبَ ُر اَ َا ُد ُُهَا اَْو كيالَ ُُهَ ا فَ الَ تَ ُق ْل ي ي ي ي
ك اَالَّ تَ ْعبُ ُد ْوا االَّ ا َّايهُ َويبلْ َوال َديْ ين ا ْا َس ا
َ ُّض ى َربَ ََوق
ف َّوالَ تَْن َه ْرُُهَا َوقُ ْل َلَُما قَ ْوالا َك يرْْيااِ َُلَُما ا
312
“Tuhanmu memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah
berbuat baik kepada kedua Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika mereka telah
(ah), jangan membentak mereka dan hendaklah kamu ucapkan kepada mereka
dengan perkataan yang mulia (qaulan kariman). (QS. al-Isra, 17: 23).
Ungkapan qaulan kariman dalam ayat ini berkenaan dengan perintah Allah
kepada manusia agar berbuat baik kepada orang tua setelah beribadah dan bertauhid
kepada-Nya. Ali al-Shabuni mengartikan ayat ini dengan perkataan yang baik, lemah
kariman mengandung perkataan yang lemah lembut dan halus (qaulan layyinan wa
lathifan), yaitu sebaik-baik perkataan yang manis dengan penuh kelembutan dan
kemuliaan yang disertai dengan etika (ta’dib) rasa hormat dan mengagungkan, rasa
Para ahli tafsir di samping mengartika qaulan kariman dengan perkataan yang
mulia juga mengkatagorikannya kepada kata-kata yang baik (hasanan), lemah lembut
Jika dilihat dari makna-makna tersebut, maka qaulan kariman mencakup semua term
komunikasi, baik dalam bentuk ‘amr ataupun dalam bentuk khabariyah. Komunikasi
akan lebih akrab dan harmonis jika menggunakan perkataan yang baik dan mulia.
Sebab secara naluriah, manusia adalah makhluk yang mulia, dan kemuliaan yang
313
dimilikinya adalah asli sesuai dengan esensinya sebagai manusia. Oleh karenanya, ia
harus disentuh dengan sikap-sikap dan kata-kata yang mulia. Firman Allah:
اه ْم َعلَى َكثي ٍْْي ولََق ْد َكَّرمنَا ب يِن آدم و َْح ْلنَاهم يِف الْب ير والْبح ير ورزقْ نَاهم يمن الطَّيب ي
ُ َض ْلن
َّ َات َوفَِ َ ْ ُ َ َ َ ْ َ َ ِ َ ْ ُ َ َ َ َ َ ْ َ
ََّّمَّن خلَ ْقنَا تَ ْف ي
.ضْيالا َ ْ
“Kami benar-benar telah memuliakan anak Adam, dan membawa mereka di daratan
dan lautan. Kami beri mereka urusan-urusan yang baik, dan Kami lebihkan mereka
atas makhluk-makhluk lain yang telah Kami ciptakan” (QS. al-Isra, 17: 70).
berita). Term komunikasi dalam Alquran yang berbentuk kalimat berita (khabariyah)
adalah:
1. Qaulan Tsaqilan.
Kata Qaulan tsaqilan terdapat dalam Alquran surat al-Muzammil, 73: 5, yaitu
pernyataan Allah kepada nabi Muhammad Saw bahwa Dia menurunkan kepadanya
ي
ك قَ ْوالا ثَيقْي الا ي
َ ا ًَّن َسنُ ْلقى َع لَْي
“Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat (Qaulan
tsaqilan” (QS. al-Muzammil, 73: 5). Qaulan tsaqilan dalam ayat ini diartikan oleh
sebagian ahli tafsir sebagai ungkapan yang terdapat di dalam Alquran (wahyu) yang
mengandung keagungan dan kebesaran Allah serta mengandung kehebatan yang luar
biasa. al-Syaukani mengartikannya adalah perkataan yang simpel dan berbobot atau
314
bernilai. Kontek ayat ini adalah kata-kata yang diungkapkan oleh nabi Muhammad di
mudah dimengerti tetapi berbobot dan penuh dengan makna. Dalam teori ilmu
pengetahuan, disebut dengan berfikir ilmiah; logis, sistimatis dan mampu berpikir
secara konseptual, dalam arti tidak jelimet, tidak berbelit-belit, sulit dipahami dan
dicerna. Qaulan tsaqilan dalam kontek pengertian ini lebih tepat digunakan untuk
2. Qaulan ‘Azhiman:
ّي َو َّاَّتَ َذ يم َن الْ َمالَئي َك ية اي ًَن ََث اينَّ ُك ْم لَتَ ُق ْولُْو َن قَ ْوالا َع يظْي اما ي
َ ْ ص َفا ُك ْم َربُّ ُك ْم يبلْبَن
ْ َاَفَا
“Maka apakah patut Tuhan memilihkan bagimu anak-anak laki-laki sedang Dia
perkataan yang mengandung dosa besar, dusta atau menyusahkan, jika asal kata
‘azhiman terambil dari kata ‘azhuma. Kedua adalah perkataan yang agung dan mulia
atau karismatik jika asal kata ‘azhima terambil dari kata ‘azhzhoma. Adapun kontek
315
pengertian qaulan ‘azhiman dalam ayat ini adalah pernyataan celaan Allah terhadap
orang-orang kafir yang mengatakan bahwa malaikat itu adalah anak-anak perempuan
Allah.
tafsirnya bahwa ayat ini berkenaan dengan orang-orang kafir yang menganggap
bahwa para malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah dan mereka
menyembahnya. Mereka telah berbuat kesalahan atau dosa besar, sehingga Allah
kalian benar-benar telah mengatakan ucapan yang besar dosanya, berdusta kepada
Adapun qaulan ‘azhiman dalam pengertian “perkataan yang agung dan mulia
yang agung dan mulia, seperti yang banyak diungkapkan di dalam ayat-ayat Alquran
itu sendiri. Hubungannya dalam berkomunikasi adalah bahwa setiap perkataan yang
sering diterapkan dalam kepemimpinan, yaitu oleh seorang pemimpin terhadap yang
terhadap media massa sangat fungsional, terutama media massa televisi. Qaulan
316
sadidan berhubungan dengan isi pesan yang benar dan jujur, atau istilah dalam ilmu
komunikasi disebut dengan stright to the point. Prinsip ini penting dikedepankan,
Tayangan berupa iklan ataupun hiburan dalam acara televisi hampir seluruhnya
bersifat manipulatif.
Konsep Qaulan ma’rufan, atau istilah Yusuf Ali word of kindness and justice
menunjukan dan menyerukan Qaulan munkaron. Begitu juga Qaulan balighon yang
bermakna pesan-pesan yang menyentuh kalbu atau hati nurani komunikan dan sesuai
dalam Islam, isi dan cakupan pesannya mestilah berorientasi pada upaya
atas, secara operasional, atau dalam bentuk perbuatan sehari-hari adalah sebagai
berikut:
1. Berkata baik atau diam. Nabi Saw dalam berbicara selalu berhati-hati dan
kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan
317
lebih baik diam, karena sedikit bicara atau diam adalah lebih utama: “Diam itu
2. Tidak baik membicarakan setiap yang didengar. Dunia kata di tengah umat
manusia adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang
beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena
itu, kata-kata umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik
dan ada yang buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, ‘Siapa
yang dusta’. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam.
3. Jangan mengutuk dan berbicara kotor. Mengutuk dan sumpah serapah dalam
kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal
yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang
paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji
4. Jangan senang berdebat meski benar. Saat ini, di alam yang katanya
Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-
berdebat yang didasari ketidaktahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal
318
yang tidak berguna hanya membuang-buang waktu dan berpengaruh pada
menghilangkan stress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan
dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri
dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang
6. Hendaknya berbicara dengan suara yang dapat didengar, tidak terlalu keras
dan tidak pula terlalu rendah. Ungkapannya jelas dapat dipahami oleh semua
319
9. Menghindari perbuatan menggunjing (ghibah) dan mengadu domba. Allah
10. Mendengarkan pembicaraan orang lain dengan baik dan tidak memotongnya,
11. Menghindari perkataan kasar, keras, dan ucapan yang menyakitkan perasaan,
pertentangan.
terdapat dalam dua ayat Alquran sebagai berikut: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu
kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu
sedangkan kamu tidak menyadari.” (QS. al-Hujurat, 49: 2). Ayat lainnya: “Dan
berkomunikasi. Sekalipun tulisan ini diperuntukan buat mahasiswa tapi juga sangat
penting untuk diperhatikan oleh setiap pembaca, karena tiada hari yang kita lalui
320
321