Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Islam


Agama adalah peraturan, pedoman, ajaan, keimanan atau kepercayaan. Islam adalah agama samawi
yang diturunban oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul utusan Allah dan Allah yang
menjadikan Islam sebagai agama yang Rahmati lil'alamin (rahmat bagi seluruh alam).
Secara bahasa kata Islam berasal dari kata "sallama" yang berarti selamat, dan bentuk mashdar dan
kata "aslama" yang berarti taat, patuh, tunduk, dan berserah diri. Sedangkan secara istilah, Islam adalah
tunduk, taat, dan patuh kepada perintah Allah SWT seperti yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul utusannya serta menyerahkan diri sepenuhnya hanya kepada Allah ta'ala.
Berikut pengertian lslam menurut beberapa ulama:

1 Umar bin Khattab


Islam adalah agama yang diturumban Allah kepada Nabi Muhammad agama Islam meliputi akidah,
syariat, dan akhlak.

2. Caffar Ismail
Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Berisi kelengkapan dari pelajaran-
pelajaran meliputi kepercayaan, seremoni, paribadatan, tata tertib panghidupan abadi, tata tertib pergaulan
hidup, peraturan-peraturan Tuhan, bangunan budi pekerti yang utama dan menjelaskan rahasia kehidupan
yang kedua (akhirat).

3. Mustafa Abdur Razy


Islam adalah agama (ad din) peraturan-peraturan yang terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan
pekerjaan-pekerjaan yang bertaat dengan keadaan suci, artinya bisa membedakan mana yang halal dan haram
yang dapat membawa dan mendorong umat untuk menganutnya untuk menjadi satu umat yang mempunyal
rohani yang kuat

4 Nabi Muhammad SAW


Nabi Muhammad menjawab pertanyoon Umar r.a, tentang apa itu Islam dan beliau menjawab Islam itu
adalah "bahwa engkau mengaku tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasanya Muliammad itu utusan Allah,
dan engkau mendirikan sholat, dan mengeluarkan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan engkau
mengerjakan ibadah haji di Baitullah. Jika engkau sanggup melakukannya.

Unsur-Unsur Dakwah
Dalam buku “Dasar-Dasar Retorika Komunikasi dan Informasi” oleh Latief Rousydiy yang terbit tahun 1995,
unsur-unsur dakwah adalah:
1. Da’i atau juru dakwah adalah yang bertugas sebagai komunikator yang berkewajiban untuk menyampaikan
isi dakwah, baik kepada pribadi, kelompok ataupun masyarakat.
2. Materi dakwah adalah isi pesan atau isi dakwah yang dikombinasikans ecara efektif kepada penerima
dakwah.
3. Penerima dakwah adalah audience, public atau massa yang menjadi sasaran, ke mana dakwah ditujukan.
4. Media dakwah adalah saluran dakah dengan saluran mana dakwah disampaikan. Apakah melalui lisan,
tulisan, visual dan audio visual bahkan saluran uswatun hasanah (teladan yang baik) dan amal usaha.
5. Efek dakwah adalah hasil yang dapat dicapai dengan dakwah yang telah disampaikan. Kata lain dari isi
dakwah yang disampaikan itu dapat mencapai sasarannya.

Tujuan Dakwah dari Objek

1. Tujuan dakwah perorangan, yaitu bertujuan untuk membentuk pribadi muslim yang mempunyai iman yang
kuat, berperilaku sesuai dengan hukum-hukum yang disyari’atkan Allah SWT dan berakhlaq karimah.
Diharapkan agar pribadi-pribadi umat manusia menjadi muslim secara tuntas, dari ujung rambut sampai kedua
telapak kakinya,sebagaimana diperintahkan Allah SWT, "Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke
dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh
yang nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 208 )

2. Tujuan dakwah untuk keluarga, yaitu bertujuan untuk membentuk keluarga bahagia, penuh ketentraman
dan cinta kasih antara anggota keluarga. Allah berfirman:

”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Ar-
Rum: 21)

3. Tujuan dakwah untuk masyarakat, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat sejahtera yang penuh
dengan suasana ke-islaman. Suatu masyarakat di mana anggotanya mematuhi peraturan-peraturan yang telah
disyari’atkan oleh Allah SWT, baik yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan alam sekitarnya, saling
bantu membantu, penuh rasa persaudaraan. Nabi Muhammad menggambarkan Islam sebagai berikut:

“Perumpamaan orang-orang yang beriman di dalam saling mencintai, saling berbelas kasih dan saling
mempunyai kesamaan rasa (diantara) mereka adalah seperti satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasa
sakit maka seluruh anggota badannya ikut merasakan tidak tidur dan merasa demam panas.” (HR. Bukhari)

4. Tujuan dakwah untuk umat manusia, yaitu bertujuan untuk membentuk masyarakat dunia yang penuh
dengan kedamaian dan ketenangan dengan tegaknya dunia tanpa diskriminasi dan ekploitasi, saling tolong-
menolong, dan menghormati.

Demikian, keseluruhan umat manusia dapat menikmati islam sebagai rahmat bagi mereka. Allah berfirman
dalam Al-Qur’an: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”
(Qs. Al-Anbiya: 107)

Tujuan Dakwah dari Materi

1. Tujuan dakwah akidah, yaitu tertanamnya suatu akidah yang mantap di setiap hati seseorang, sehingga
keyakinan tentang ajaran-ajaran Islam itu tidak lagi dicampuri dengan rasa keraguan. Realisasi dari tujuan
dakwah ini ialah bagi orang yang belum beriman agar menjadi beriman, bagi orang yang imannya karena
melalui bukti-bukti nakhli dan dalil akli, bagi orang yang imannya masih diliputi dengan keraguan menjadi orang
yang imannya mantap sepenuh hati.

2. Tujuan dakwah hukum, yaitu kepatuhan setiap orang terhadap hukum-hukum yang telah disyari’atkan oleh
Allah SWT. Realisasi tujuan dakwah ini ialah orang yang belum melakukan ibadah menjadi orang yang mau
melakukan ibadah dengan penuh kesadaran, bagi orang yang belum mematuhi peraturan-peraturan agama
Islam menjadi orang yang mau mematuhi peraturan dengan kesadarannya sendiri.
3. Tujuan dakwah akhlak, yaitu terbentuknya pribadi muslim yang luhur, dihiasi dengan sifat-sifat yang terpuji
dan bersih dari sifat-sifat yang tercela.

Macam-Macam Dakwah

1. Dakwah Fardiah

Merupakan metode dakwah yang dilakukan seseorang kepada individu lain (satu orang) atau kepada banyak
orang dalam jumlah yang kecil dan terbatas. Biasanya, dakwah fardiah berlangsung tanpa adanya kesiapan dan
tersusun secara tertib.

2. Dakwah Ammah

Dakwah Ammah adalah jenis dakwah yang dilaksanakan seseorang dengan media lisan yang diarahkan kepada
orang banyak dengan tujuan memberi pengaruh kepada orang lain.

3. Dakwah bil-Lisan

Dakwah bil-Lisan yang adalah dakwah yang secara langsung disampaikan dalam wujud lisan sehingga ada
interaksi yang terjalin antara pemberi dakwah dengan orang yang mendengarkan dakwah tersebut.

Dakwah lisan atau dakwah langsung, seseorang bisa langsung mendengarkan dan memahami apa yang telah
disampaikan oleh pemberi dakwah, jika ada hal-hal yang belum dipahami, maka orang tersebut bisa langsung
menanyakan langsung hal tersebut agar lebih jelas dan mampu dipahami.

4. Dakwah bil-Haal

Dakwah bil al-Haal merupakan dakwah yang mengutamakan perbuatan nyata. Dakwah jenis ini dilaksanakan
dengan maksud tidak cuma membuat pendengar memahami arti yang disampaikan dari dakwah tersebut, tapi
juga mengaplikasikan berbagai perbuatan yang dicontohkan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Demikian, orang yang mendengarkan dakwah tidak cuma memaknai sebuah kebaikan dan keburukan, tapi juga
mampu melaksanakan nilai-nilai kebaikan tersebut dan menjauhkan nilai-nilai keburukan dalam kehidupan
sehari-harinya.

5. Dakwah bit-Tadwin

Memasuki zaman global seperti saat sekarang ini, pola dakwah bit at-Tadwin (dakwah melalui tulisan) baik
dengan menerbitkan kitab-kitab, buku, majalah, internet, koran, dan tulisan-tulisan yang mengandung pesan
dakwah sangat penting dan efektif.

Keuntungan lain dari dakwah model ini tidak menjadi musnah meskipun sang dai, atau penulisnya sudah wafat.
Menyangkut dakwah bit-Tadwim ini Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya tinta para ulama adalah lebih
baik dari darahnya para syuhada.”

6. Dakwah bil Hikmah

Dakwah bil Hikmah yakni menyampaikan dakwah dengan cara yang arif bijaksana, yakni melakukan
pendekatan sedemikian rupa sehingga pihak objek dakwah bisa melaksanakan dakwah atas kemauannya
sendiri, tidak merasa ada paksaan, tekanan maupun konflik. Kata lain dakwah bi al-hikmah merupakan suatu
metode pendekatan komunikasi dakwah yang dilakukan atas dasar persuasif.

Kaedah Dakwah

Mengutip dari rumaysho.com, terdapat beberapa kaedah penting dalam berdakwah yang disebut oleh para
ulama, yaitu:
Dakwah harus Ikhlas Mencari Ridha Allah
Allah SWT berfirman,

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang
saleh, dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (QS. Fushshilat: 33)
Dakwah dengan Ilmu
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullah pernah berkata,

“Barangsiapa yang beribadah pada Allah tanpa ilmu, maka ia akan membuat banyak kerusakan dibanding
mendatangkan banyak kebaikan.” (Majmu’ah Al-Fatawa).

Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan,

“Ilmu adalah pemimpin amalan. Sedangkan amalan itu berada di belakang ilmu.” (Majmu’ah Al-Fatawa).

Dakwah dengan Hikmah


Allah SWT berfirman,

“Serulah (manusia) kepada jalan Rabbmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka
dengan cara yang baik.” (QS. An-Nahl: 125).

Dakwah dengan Sabar


Syaikhul Islam mengatakan, “Setiap orang yang ingin melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pastilah mendapat
rintangan. Oleh karena itu, jika seseorang tidak bersabar, maka hanya akan membawa dampak kerusakan
daripada mendatangkan kebaikan.” (Majmu’ah Al-Fatawa).

Luqman pernah berkata pada anaknya,

“Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17).

Dakwah dengan Mengetahui Keadaan yang Didakwahi


Hadis dari ‘Ali bin Abi Thalib radliyallaahu ‘anhu mengatakan,

“Sampaikanlah kepada manusia menurut apa yang mereka ketahui. Apakah engkau menginginkan Allah dan
Rasul-Nya didustakan?” (HR. Bukhari).

Anda mungkin juga menyukai