Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

HADIST NASEHAT
(Nasehat baik)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Hadits Tarbawi

Dosen Pembimbing :
Drs. H. Hilal, Dip.Is., M.H.

Disusun oleh :
Muhammad Nur Hasyim

PENDIDIKAN AGMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
IHYAUL ULUM GRESIK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

yang terbiasa saling nasehat menasehati, mereka termasuk golongan orang yang beruntung.
Menaschati adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan manusia. Tanpa disuruhpun secara
langsung atau tidak dengan cara yang baik atau tidak senang dan ringan hati akan selalu
menasehati manusia lainnya yang diketahuinya melanggar norma-norma yang berlaku di
masyarakat. Dinasehati juga adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan manusia. Namun tidak
semua manusia termasuk yang memberikan nasehat, senang dinasehati, serta bersedia
mendengar, menerima dan menjalankan nasehat. Lebih dari itu, orang yang menjadi obyek
naschat bisa marah, menganggap orang yang memberikan nasehat ikut campur urusannya, dan
mencap orang yang menasehatinya sebagai orang yang sok suci. Sejatinya dinasehati adalah
menguntungkan. Selayaknya orang yang dinasehati tidak cukup sekadar mendengar dan
menerima nasehat dengan senang dan ikhlas hati, tapi lebih dari itu seharusnya dia merasa
beruntung, bersyukur kepada Allah swt. lalu berterima kasih kepada orang yang menasehatinya
meskipun cara memberikan nasehat kurang berkenanan di hati.
Pada era saat ini saling menasehati kepada sesama manusia seakan telah terhapus oleh
pergerakan zaman yang kian menghanguskan sikap anak-anak muda sekarang, Padahal dalam
Al-qur'an telah disebutkan perintah untuk saling menasehati dalam kebaikan dalam surah
Al-'Ashr/103 ayat 1-3.

ۡ .ِ‫ ۡو ۟ا ب‬. ‫اص‬ ۟ .ُ‫وا َو َع ِمل‬.


۟ .ُ‫ر ۝ اَّل ٱلَّ ِذینَ َءامن‬.‫ر ۝ َّن ٱ ن َس ٰـنَ لَفِی ُخ ۡس‬.‫ص‬ ۡ
‫ق‬ ِّ ‫ٱل َح‬. َ ‫ت َوتَ َو‬ َّ ‫وا ٱل‬.
ِ ‫ص ٰـلِ َح ٰـ‬ َ ‫ِإ‬ ٍ ‫ِإ ِإۡل‬ ِ ۡ ‫ َّر ِح ِیم َوٱل َع‬.‫ ِم ٱهَّلل ِ ٱلر َّۡح َم ٰـ ِن ٱل‬.‫بِ ۡس‬
‫اص ۡو ۟ا بِٱلص َّۡب ِر‬ َ ‫) َوت ََو‬

Artinya : 1. demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Perintah tersebut menjelaskan kewajiban kita sebagai umat manusia untuk berbuat baik dan
saling menasehati dalam kebaikan. Namun, kenyataan yang kita jumpai saat ini yang terjadi
adalah bukan saling menasehati tetapi saling melupakan. Nasehat adalah cinta. Saling
menasehati itu tanda cinta. Karena nasehat berarti menginginkan kebaikan pada orang lain. Kita
ingin saudara kita itu jadi baik ketika dinasehati, bukan ingin mereka direndahkan atau
disalahkan. Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Menasehati sesama muslim (selain ulil amri)
berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat
mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong
mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari
bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma'ruf nahi mungkar."

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hadits dan Terjemahnya


‫ لِ َم ْن ؟‬: ‫ا‬.َ‫ ْي َحةُ قُ ْلن‬.‫ص‬ ِ َّ‫ ِّديْنُ الن‬.‫ا َل ال‬.َ‫لَّ َم ق‬.‫ ِه َو َس‬.ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َوآل‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ض َي هللاُ تَ َعالَى َع ْنهُ َأ َّن النَّب‬ ٍ ْ‫ع َْن َأبِي ُرقَيَّةَ تَ ِمي ٍْم ب ِْن َأو‬
ِ ‫س ال َّد‬
ِ ‫اري َر‬
‫قَا َل هللِ َولِ ِكتَابِ ِه َولِ َرسُوْ لِ ِه َوَأِلِئ َّم ِة ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوعَا َّمتِ ِه ْم – َر َواهُ ُم ْسلِ ٌم‬

Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus Ad-Daari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama adalah nasihat.” Kami bertanya, “Untuk
siapa?” Beliau menjawab, “Bagi Allah, bagi kitab-Nya, bagi rasul-Nya, bagi pemimpin-
pemimpin kaum muslimin, serta bagi umat Islam umumnya.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no.
55]

B. Penjelasan hadist

1. Ad-diin dalam hadits maksudnya adalah diin dengan artian agama. Sedangkan ad-diin
lainnya bermakna al-jazaa’ (pembalasan) seperti pada ayat ‘maaliki yaumiddiin’ (Yang
Menguasai Hari Pembalasan).
2. Nasihat itu begitu penting karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikannya
bagian dari agama
3. Bagusnya pengajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menyampaikan sesuatu
secara umum (global) terlebih dahulu, lalu menyebutkan rinciannya.
4. Para sahabat haus akan ilmu, apa yang butuh dipahami dengan baik, mereka selalu
menanyakannya agar jelas.
5. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memulai penyebutan dengan hal terpenting lalu yang
penting lainnya karena beliau menyebutkan nasihat bagi Allah, lalu kitab-Nya, lalu
rasul-Nya, lalu kepada imam kaum muslimin, lalu kepada kaum muslimin secara
umum. Sedangkan kitab Allah didahulukan daripada Rasul, karena kitab itu langgeng,
sedangkan Rasul telah tiada. Namun nasihat kepada keduanya saling terkait
6. Nasihat bagi Allah mencakup dua hal yaitu:
o Mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah.
o Bersaksi bahwa Allah itu Esa dalam rububiyah, uluhiyyah, juga dalam nama
dan sifat-Nya.
7. Nasihat bagi kitab Allah mencakup:
o Membela Al-Qur’an dari yang menyelewengkan dan mengubah maknanya.
o Membenarkan setiap yang dikabarkan tanpa ada keraguan.
o Menjalankan setiap perintah dalam Al-Qur’an.
o Menjauhi setiap larangan dalam Al-Qur’an.
o Mengimani bahwa hukum yang ada adalah sebaik-baik hukum, tidak ada
hukum yang sebaik Al-Qur’an.
o Mengimani bahwa Al-Qur’an itu kalamullah (firman Allah) secara huruf dan
makna, bukan makhluk.
8. Nasihat bagi rasul-Nya mencakup:
o Ittiba’ kepada beliau, mengikuti setiap tuntunan-Nya.
o Mengimani bahwa beliau adalah utusan Allah, tidak mendustakannya, beliau
adalah utusan yang jujur dan dibenarkan.
o Menjalankan setiap perintah beliau.
o Menjauhi setiap larangan beliau.
o Membela syari’atnya.
o Mengimani bahwa segala sesuatu yang datang dari beliau sama seperti yang
datang dari Allah dalam hal mengamalkannya.
o Membela Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika hidup dan ketika beliau
telah tiada, termasuk pula membela ajaran beliau.
9. Imam kaum muslimin itu ada dua macam. Yang pertama adalah ulama rabbaniyyun
yang mewarisi ilmu, amal, akhlak, dan dakwah dari nabi. Yang pertama inilah ulil amri
hakiki. Yang kedua adalah penguasa yang melaksanakan syari’at Allah, mereka
terapkan pada diri mereka dan pada para hamba Allah.
10. Nasihat kepada ulama kaum muslimin mencakup:
o Mencintai mereka.
o Menolong mereka dalam menjelaskan kebenaran seperti dengan
menyebarkan tulisan dan karya para ulama.
o Membela kehormatan mereka.
o Meluruskan kesalahan mereka dengan cara yang baik.
o Mengingatkan mereka dalam kebaikan dengan mengarahkan cara yang pas
ketika menyampaikan dakwah kepada yang lain.
11. Nasihat kepada penguasa mencakup:
o Meyakini mereka adalah pemimpin.
o Menyebarkan kebaikan-kebaikan mereka kepada rakyat sehingga membuat
rakyat mencintainya dan ia bisa menjalankan kepemimpinan dengan baik.
Hal ini jauh berbeda jika yang disebar adalah aib-aib penguasa.
o Menjalankan perintah dan menjauhi setiap hal yang dilarang dari penguasa
selama bukan dalam rangka bermaksiat kepada Allah karena tidak boleh ada
ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Sedangkan kalau
maksiat itu dilakukan oleh diri penguasa itu sendiri (mereka zalim), tetaplah
mereka ditaati dalam perintahnya, bukan dalam mengikuti maksiat yang
mereka lakukan.
o Menutup aib mereka sebisa mungkin, bukan mudah-mudahan menyebarnya.
Namun tetap ada nasihat langsung kepada mereka atau lewat orang-orang
yang dekat dengan mereka, tanpa mesti diketahui orang banyak.
o Tidak boleh memberontak kepada mereka kecuali melihat ada kekufuran
yang nyata dengan dalil pasti dan ada kemaslahatan yang besar.

12. Dalam masyarakat Islam, pemimpin atau penguasa mesti ada, baik yang memimpin
masyarakat banyak maupun masyarakat yang lebih khusus
13. Nasihat kepada orang awam berbeda kepada penguasa.

C. Hadits yang Senada

ُ‫ح لَه‬
ِ ‫ص ْو‬ َ ُ‫ص ْي َحةُ َكلِ َمةٌ يُ َعبَّ ُر بِ َها عَنْ ُج ْملَ ٍة ِه َي ِإ َرا َدة‬
ُ ‫الخي ْ ِر لِ ْل َم ْن‬ ِ َّ‫الن‬

“Nasihat adalah kalimat ungkapan yang bermakna mewujudkan kebaikan kepada yang
ditujukan nasihat.” (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 1:219)

D. Ayat Al-Qur’an Surat Asy-Syu'ara 214-216

َ ِ‫ ْؤ ِمن‬.‫ك ِم َن ْال ُم‬.


‫ِإ ْن‬.َ‫ ف‬. ‫ين‬ َ ‫ك لِ َم ِن اتَّبَ َع‬ ْ ‫ َو‬. ‫ين‬
َ .‫اخفِضْ َجنَا َح‬ َ ‫ك اَأْل ْق‬
َ ِ‫رب‬. َ .‫ ِذرْ َع ِش‬.‫َوَأ ْن‬
َ َ‫يرت‬
َ ُ‫ك فَقُلْ ِإنِّي بَ ِري ٌء ِم َّما تَ ْع َمل‬
‫ون‬ َ ‫ص ْو‬
َ ‫َع‬
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua manusia pasti punya salah dan kekurangan. Mungkin seseorang punya kelebihan di satu
sisi, tetapi pasti dia punya kekurangan di sisi yang lain, tiada gading yang tak retak, manusia itu
tempatnya salah dan dosa. Apabila hal itu disadari, manusia tidak akan berani sombong atau
merasa paling baik dan paling hebat serta akan mudah menerim nasehat dari orang lain.
Beruntunglah manusia yang terbiasa saling nasehat menasehati, mereka termasuk golongan
orang yang beruntung. Menaschati adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan manusia. Tanpa
disuruhpun secara langsung atau tidak dengan cara yang baik atau tidak senang dan ringan hati
akan selalu menasehati manusia lainnya yang diketahuinya melanggar norma-norma yang
berlaku di masyarakat. Dinasehati juga adalah fitrah, panggilan jiwa dan kebutuhan manusia.
Namun tidak semua manusia termasuk yang memberikan nasehat, senang dinasehati, serta
bersedia mendengar, menerima dan menjalankan nasehat. Lebih dari itu, orang yang menjadi
obyek naschat bisa marah, menganggap orang yang memberikan nasehat ikut campur
urusannya, dan mencap orang yang menasehatinya sebagai orang yang sok suci. Sejatinya
dinasehati adalah menguntungkan. Selayaknya orang yang dinasehati tidak cukup sekadar
mendengar dan menerima nasehat dengan senang dan ikhlas hati, tapi lebih dari itu seharusnya
dia merasa beruntung, bersyukur kepada Allah swt. lalu berterima kasih kepada orang yang
menasehatinya meskipun cara memberikan nasehat kurang berkenanan di hati.

B. Saran
Mari kita senantiasa saling menasehati dalam kebenaran dengan cara yang syar'i dan
ilmiah, terjauh dari Al-Ahwa dan Nafsu, berlaku sabar akan hal itu secara istiqamah,
sebab inti dari menasehati atau mengritik adalah karena Allah, mengharapkan
Ridha-Nya, untuk menegakkan kebenaran, untuk kebaikan orang yang dinasehati
dan yang menasehati, bukan karena pandangan pribadi atau prasangka yang tidak
bisa dipertanggung jawabkan. Menasehati adalah salah satu ibadah yang mulia,
untuk itu gunakanlah cara yang telah dituntunkan oleh Allah dan Rasul-Nya,
sehingga kita terjauh dari kemudharatan dan perangkap syetan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an surah asy syuara ayat 214-216


Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam. Cetakan kesepuluh, Tahun 1432 H. Ibnu Rajab Al-Hambali.
Tahqiq: Syaikh Syu’aib Al-Arnauth dan Ibrahim Bajis. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.
Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyyah Al-Mukhtashar. Cetakan pertama, Tahun 1431 H. Syaikh
Dr. Sa’ad bin Nashir Asy-Syatsri. Penerbit Dar Kunuz Isybiliya.

Anda mungkin juga menyukai