Anda di halaman 1dari 8

Adab Berbicara

Definisi Adab
Adab seringkali diucapkan orang ketika berkaitan dengan perilaku orang lain. Kita menyukai
dan sayang kepada orang yang disebutkan memiliki adab dan marah jika kita disebut sebagai
orang yang tidak beradab. Ketika marah disebutkan tidak beradab berarti kita paham bahwa
adab menjadi tolok ukur kebaikan seseorang di tengah masyarakat. Kita pastinya setuju
bahwa adab merupakan hal penting bagi seorang muslim yang sering kali seringkali
diabaikan.

Seseorang acap dianggap tidak memiliki adab atau disebut kurang adab jika menyinggung
perasaan orang lain, baik tetangga atau rekan jika di kantor. Namun arti adab sendiri kadang
kurang dipahami, sehingga pihak yang tersinggung juga tidak memiliki tolok ukur tentang apa
yang di maksudnya. Maka menjadi penting untuk memahami apa itu adab, dan bagaimana
kita menerapkannya dalam kehidupan kita.

Secara etimologi, kata “adab” dimaknai sebagai kehalusan dan kebaikan budi pekerti;
kesopanan; akhlak. Adapun “beradab” berarti mempunyai adab, mempunyai budi bahasa yg
baik, berlaku sopan (www.kbbi.web.id).

Menurut wikipedia, adab adalah norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan
atas aturan agama, terutama Agama Islam. Norma tentang adab ini digunakan dalam
pergaulan antarmanusia, antartetangga, dan antarkaum. Sebutan orang beradab sesungguhnya
berarti bahwa orang itu mengetahui aturan tentang adab atau sopan santun yang ditentukan
dalam agama Islam. Namun, dalam perkembangannya, kata beradab dan tidak beradab
dikaitkan dari segi kesopanan secara umum dan tidak khusus digabungkan dalam agama
Islam (https://id.wikipedia.org/wiki/Adab).

Adab senantiasa membutuhkan rujukan yang benar dan konsisten karena jika hanya merujuk
kepada sopan santun, maka ucapan Nabi Ibrahim kepada ayahnya merupakan perilaku yang
tidak beradab. Tatkala Nabi Ibrahim menyampaikan perkataan “Sesungguhnya aku melihatmu
dan kaummu berada dalam kesesatan yang nyata” (QS 6:74). Adab berdasarkan persepsi
manusia akan berbeda adab yang ditentukan oleh Allah dan rasulnya. Adab dalam pandangan
orang kafir jelas berbeda dengan adab seorang muslim. Seperti Islam mengajarkan adab
berpakaian dan orang kafir juga memiliki kaidah adab dalam berpakaian yang jelas berbeda.

Imam Al-Bukhari mengatakan, adab adalah yang diambil dari Muhammad saw, bukan adab
yang lain. Apabila seorang yang beradab tidak mempunyai iman atau pesan maka ia tidak
memiliki manfaat dalam agama dan tidak pula di akhirat. Ketika sebuah syair yang tak
memiliki pesan, kisah-kisah yang tak memiliki pesan, dan drama yang tak memiliki misi, di
sisi Allah tidak mempunyai pengarah maupun manfaat.

Adian Husaini mengatakan manusia beradab adalah manusia yang mengenal Tuhannya,
mengenal dan mencintai Nabi Shallahu ‘Alaihi Wassallamnya, menjadikan Nabi Shallahu
‘Alaihi Wassallam sebagai uswatun hasanah, menghormati para ulama sebagai pewaris Nabi
Shallahu ‘Alaihi Wassallam, memahami dan meletakkan ilmu pada tempat yang terhormat. Ia
juga bisa memilah dan memahami antara ilmu yang bermanfaat dan yang merusak, serta
sanggup menjalankan fungsi sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi.

1
Adab dapat merupakan perilaku yang sesuai dengan alquran dan hadits setelah melalui
pemikiran yang ikhlas dan hanya karena Allah semata. Al quran dan hadits sebagai referensi
kebaikan dan kebenaran. Pelaksanaan pengambilan keputusan dalam adab dibutuhkan niat
baik dan ikhlas karena Allah. Adab senantiasa bernilai baik dan maslahat bagi pelaku dan
orang lain dalam kaidah islam. Dalam pelaksanaannya maka dibutuhkan niat karena Allah
serta cara pelaksanaan yang baik agar menghasilkan kebaikan di hadapan Allah. Adakalanya
adab berasal dari orang yang memiliki ilmu atau yang biasa disebut ulama, namun ulama yang
benar akan kembali kepada al qur’an dan hadits dalam menghiasi adab dan perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari.

Kita sepakati bahwa adab adalah perihal yang penting bagi seorang muslim dalam kehidupan
sehari-harinya untuk mencari ke-ridhaan Allah. Ulama sepakat bahwa adab lebih utama dan
akan membantu ketika seorang muslim menuntut ilmu. Bahkan, karena keutamaan dan
pentingnya adab, orang tua diwajibkan untuk mengajarkan adab kepada anak-anaknya, agar
menjadi keturunan yang memiliki adab sesuai yang disyariatkan oleh ajaran Islam. Anak yang
tidak memiliki adab akan jauh dari ajaran dan kaidal Islam akibatnya akan jauh dari rahmat
dan kasih sayang Allah. Kasih sayang Allah akan menuntun ke arah kebaikan dunia dan di
akhirat mendapat balasan surga, tetapi murka Allah akan menghinakan manusia ke neraka.
Oleh karenanya Allah memerintahkan untuk memelihara diri dan keluarga kita dari api
neraka.

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. [at-Tahrîm/66:6]

Begitu utamanya adab, dan Nabi Muhammad saw telah mencontohkannya. Terdapat banyak
adab dalam hubungan kepada Allah, manusia, lingkungan dan lainnya. Di antara adab yang
utama adalah adab berbicara. Adab bicara menjadi penting karena komunikasi dengan
manusia dilakukan setiap saat, kepada teman, guru, orang tua, adik dan lainnya. Adab
berbicara seringkali adab berbicara dinafikan. Padahal, jika tidak berhati-hati dalam berbicara
dan menyampaikan isi pembicaraan tanpa adab bisa menjerumuskan kita ke dalam neraka.

Allah Ta’ala berfirman: “Tiada satu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di
dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS Qaf: 18).

Nabi Muhammad menegaskan dalam haditsnya:


“Seringkali seorang hamba mengucapkan suatu perkataan yang tidak ia pikirkan dampaknya,
padahal ternyata perkataan itu akan menjerumuskannya ke neraka yang dalamnya lebih jauh
dari jarak timur dengan barat” ( HR. Bukhari, no: 6477, dan Muslim, no: 7407)

Serta mengingatkan dan menegaskan untuk mengurangi bicara namun memperbanyak zikir
dalam haditsnya:

“Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah; sesungguhnya
memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh
manusia adalah yang hatinya keras.” (HR. Tirmidzi).

Adapun adab dalam berbicara yang sepatutnya diperhatikan di antaranya:


1. Bicara dengan sederhana.

2
‫ﻓَﻘُﻞْ ﻟَﮭُ ْﻢ ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﻣ ْﯿﺴُﻮرًا‬
“Maka katakanlah kepada mereka ucapan yang sederhana.” (QS.al-Isra’:28)

Berbicara dengan perkataan yang sederhana mudah dipahami oleh lawan bicara lebih utama.
Perkataan yang langsung ke maksud dan tujuan ketika menyampaikan kebenaran dan
kebaikan. Perkataan yang tidak terlalu panjang untuk menghindari kebosanan dari yang
mendengarkannya. Karena, seringkali pembicaraan yang panjang mengakibatkan lawan
bicara bingung terhadap isi pembicaraan. Serta hindari sikap sombong dengan perkataan yang
ditinggi-tinggikan untuk menunjukan kecerdasan dan merasa lebih dari lawan bicara.

Selain sederhana, sampaikan dengan runtut, teratur dengan mempertimbangkan kejenuhan


lawan bicara serta tidak memonopoli pembicaraan. Pemberian contoh dalam kehidupan sehari-
hari dalam menjelaskan suatu masalah untuk mempermudah pemahaman orang lain.

2. Bicara dengan lemah lembut.


َ ُ‫ﻓَﻘ‬
‫ﻮﻻ ﻟَﮫُ ﻗَ ْﻮ ًﻻ ﻟَﯿﱢﻨًﺎ‬
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut.”
(QS.Thaha:44)

Berbicara dengan lemah lembut akan menyentuh kalbu yang mendengarkannya. Penyampaian
secara lemah lembut menyenangkan bagi yang mendengarnya, perasaan menjadi tentram dan
pikiran menjadi terbuka. Psikologi pendengar dan pembicara akan merasakan kasih sayang
Allah dalam ucapan yang lembut tersebut.

Berbicara lembut untuk mengetuk pintu hati lawan bicara tanpa perasaan didikte sehingga
terbuka dengan masukan yang diberikan tanpa paksaan. Berbicara lemah lembut
mempermudah orang untuk mencerna maksud dan tujuan pembicaraan. Walaupun demikian,
penting mempertimbangkan berbicara penuh lembut dan kasih sayang tanpa berlebihan.
Dialog penuh kasih senantiasa diiringi dengan intonasi penyampaian yang baik, sehingga
lawan bicara tidak bosan dan hilang fokus.

Berbicara lemah lembut diperintahkan oleh Allah tatkala Nabi Musa dan Harun berdakwah
kepada Fir’aun sebagai sosok yang ingkar kepada Allah. Allah SWT berfirman,

‫ﻮﻻ ﻟَ ۥﮫُ ﻗَ ْﻮ ًﻻ ﻟﱠﯿﱢﻨًﺎ ﻟﱠ َﻌﻠﱠﮫۥُ ﯾَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮ أَ ْو ﯾَ ْﺨ َﺸ ٰﻰ‬


َ ُ‫ﻓَﻘ‬
maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa dan Nabi Harun) kepadanya (Firaun) dengan
kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".[Quran 20:44]

Allah menunjukan sikap rahmah ketika Nabi Musa dan Harun diperintahkan berbicara lemah
lembut kepada orang yang mengaku dirinya sebagai tuhan yang paling tinggi yaitu Fir’aun.
Sikap lembut senantiasa memberikan manfaat kepada kedua belah pihak baik pembicara dan
lawannya. Sikap kasar kepada lawan bicara jelas akan merugikan, karenanya Allah
memerintahkan untuk mengajak dengan kata-kata yang lemah lembut.

Kita-lah bukan seorang Nabi dan tidak setara dengan Nabi Musa, sedangkan lawan bicara kita
bukan Fir’aun yang menganggap dirinya tuhan, maka sikap lemah lembut dan rahmah lebih
baik diutamakan dan didahulukan untuk merangkul pihak yang berbeda. Sejatinya kebenaran

3
hanya disyariatkan untuk disampaikan bukan untuk dipaksakan. Terlepaslah tanggung jawab
seseorang bila telah menyampaikan kebenaran jika lawan bicara tidak mengikuti ataupun
setuju apa yang telah kita sampaikan, karena Allah adalah Dzat yang membolak-balikan hati.

ُ ‫ﻚ ﻓَﭑ ْﻋ‬
‫ﻒ‬ َ ِ‫ﻮا ِﻣ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟ‬ ِ ‫ﻨﺖ ﻓَﻈًّﺎ َﻏﻠِﯿﻆَ ْٱﻟﻘَ ْﻠ‬
۟ ‫ﺐ ٱلَﻧﻔَﻀﱡ‬ َ ‫ﻨﺖ ﻟَﮭُ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛ‬
َ ِ‫ِ ﻟ‬Z‫ٱ‬ ‫ﻓَﺒِ َﻤﺎ َرﺣْ َﻤ ٍﺔ ﱢﻣ َﻦ ﱠ‬
‫ِ إِ ﱠن ﱠ‬Z‫ٱ‬
‫َ ﯾ ُِﺤﺐﱡ‬Z‫ٱ‬ ‫ﺖ ﻓَﺘَ َﻮ ﱠﻛﻞْ َﻋﻠَﻰ ﱠ‬َ ‫ﺎورْ ھُ ْﻢ ﻓِﻰ ْٱﻷَ ْﻣ ِﺮ ﻓَﺈِ َذا َﻋ َﺰ ْﻣ‬
ِ ‫َﻋ ْﻨﮭُ ْﻢ َوٱ ْﺳﺘَ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَﮭُ ْﻢ َو َﺷ‬
َ ِ‫ْٱﻟ ُﻤﺘَ َﻮ ﱢﻛﻠ‬
‫ﯿﻦ‬
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka.
Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya.[Quran 3:159]

ِ ‫ت ْٱﻟ َﺤ ِﻤ‬
‫ﯿﺮ‬ ِ ‫ﻚ إِ ﱠن أَﻧ َﻜ َﺮ ْٱﻷَﺻْ ٰ َﻮ‬
َ َ‫ت ﻟ‬
ُ ‫ﺼ ْﻮ‬ َ ‫ﻚ َوٱ ْﻏﻀُﺾْ ِﻣﻦ‬
َ ِ‫ﺻ ْﻮﺗ‬ ِ ‫َوٱ ْﻗ‬
َ ِ‫ﺼ ْﺪ ﻓِﻰ َﻣ ْﺸﯿ‬
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-
buruk suara ialah suara keledai. [Quran 31:19]

ٓ ‫ﱠ‬
‫ُ ﻗُﻠُﻮﺑَﮭُ ْﻢ ﻟِﻠﺘﱠ ْﻘ َﻮ ٰى ﻟَﮭُﻢ‬Z‫ٱ‬ َ ِ‫ِ أُ ۟و ٰﻟَﺌ‬Z‫ٱ‬
َ ‫ﻚ ٱﻟﱠ ِﺬ‬
‫ﯾﻦ ٱ ْﻣﺘَ َﺤ َﻦ ﱠ‬ ِ ‫ﻮن أَﺻْ ٰ َﻮﺗَﮭُ ْﻢ ِﻋﻨ َﺪ َرﺳ‬
‫ُﻮل‬ َ ‫ﯾﻦ ﯾَ ُﻐﻀﱡ‬ َ ‫إِ ﱠن ٱﻟﱠ ِﺬ‬
‫ﱠﻣ ْﻐﻔِ َﺮةٌ َوأَﺟْ ٌﺮ َﻋ ِﻈﯿ ٌﻢ‬
Sesungguhnya orang yang merendahkan suaranya di sisi Rasulullah mereka itulah orang-
orang yang telah diuji hati mereka oleh Allah untuk bertakwa. Bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar. [Quran 49:3]

Berbicara dengan lemah lembut untuk menyambung tali silaturahmi sesama manusia terlebih
sesama muslimin. Pembicaraan yang mengalir dan penuh kasih sayang karena Allah akan
menurunkan rahmat-Nya. Penyampaiannya diiringi ke-ilmuan yang cukup dan wajah yang
berseri akan menyenangkan bagi yang mendengarnya. Bahkan disampaikan dalam hadits
shahih tentang wajah yang berseri:

“Sesungguhnya kalian tidak bisa menarik hati manusia dengan harta kalian. Akan tetapi kalian
bisa menarik hati mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang mulia” (HR. Al Hakim dalam
mustadroknya. Al Hakim mengatakan bahwa hadits ini shahih).

3. Bicara dengan pembicaraan yang mulia dan pantas

‫َوﻗُﻞْ ﻟَﮭُ َﻤﺎ ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﻛ ِﺮﯾ ًﻤﺎ‬


“Dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (QS.al-Isra’: 23)

‫ك ْٱﻟ ِﻜﺒَ َﺮ أَ َﺣ ُﺪھُ َﻤﺎٓ أَ ْو‬ ٓ ‫ﻚ أَ ﱠﻻ ﺗَ ْﻌﺒُ ُﺪ ٓو ۟ا إِ ﱠ‬


َ ‫ﻻ إِﯾﱠﺎهُ َوﺑِ ْﭑﻟ ٰ َﻮﻟِ َﺪﯾ ِْﻦ إِﺣْ ٰ َﺴﻨًﺎ إِ ﱠﻣﺎ ﯾَ ْﺒﻠُ َﻐ ﱠﻦ ِﻋﻨ َﺪ‬ َ َ‫َوﻗ‬
َ ‫ﻀ ٰﻰ َرﺑﱡ‬
‫ف َو َﻻ ﺗَ ْﻨﮭَﺮْ ھُ َﻤﺎ َوﻗُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎ ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﻛ ِﺮﯾ ًﻤﺎ‬ ‫ِﻛ َﻼھُ َﻤﺎ ﻓَ َﻼ ﺗَﻘُﻞ ﻟﱠﮭُ َﻤﺎٓ أُ ﱟ‬

4
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang
di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu
membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.[Quran 17:23]

Berbicaralah kepada kedua orang tua yang sudah uzur dan sepuh dengan penuh kasih sayang,
serta dengan maksud memuliakannya. Orang tua yang uzur akan memiliki panca indera yang
semakin lemah. Pendengaran, pengelihatan, tenaganya berkurang, selain itu perilakunya
kembali seperti anak kecil yang banyak menuntut. Begitu indahnya agama Islam yang
mengatur dengan baik adab berbicara dan menyayangi orang tua.

Tingginya adab seorang muslim yang dilarang berkata “ahh” kepada orang tua karena akan
menyakitkan perasaannya. Dilarangnya perkataan yang menyakiti perasaan secara verbal,
terlebih menyakiti secara fisik. Apabila orang tua tersakiti secara perasaan dan fisik maka
akan turun azab ketika saat di bumi, sebelum azab di akhirat.

4. Bicara sesuatu yang ma’ruf (baik).


‫َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﺳ ِﺪﯾ ًﺪا‬
“Dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS.al-Ahzab:70)

‫أَ ْن ﺗَﻘُﻮﻟُﻮا ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﻣ ْﻌﺮُوﻓًﺎ‬


“Ucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma’ruf.” (QS.al-Baqarah:235)

‫ﺻ َﺪﻗَ ٍﺔ ﯾَ ْﺘﺒَ ُﻌﮭَﺎٓ أَ ًذى َو ﱠ‬


‫ُ َﻏﻨِ ﱞﻰ َﺣﻠِﯿ ٌﻢ‬Z‫ٱ‬ َ ‫ُوف َو َﻣ ْﻐﻔِ َﺮةٌ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ﱢﻣﻦ‬
ٌ ‫ﻗَ ْﻮ ٌل ﱠﻣ ْﻌﺮ‬
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. [Quran
2:263]
۟ ُ‫َ َوﻗُﻮﻟ‬Z‫ٱ‬ ۟ ُ‫ﻮا ٱﺗﱠﻘ‬
۟ ُ‫ﯾﻦ َءاﻣﻨ‬ ٓ
‫ﻮا ﻗَ ْﻮ ًﻻ َﺳ ِﺪﯾ ًﺪا‬ ‫ﻮا ﱠ‬ َ َ ‫ٰﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﱠ ِﺬ‬
‫ﯾُﺼْ ﻠِﺢْ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ ٰ َﻤﻠَ ُﻜ ْﻢ َوﯾَ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ُذﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َو َﻣﻦ ﯾ ُِﻄ ِﻊ ﱠ‬
‫َ َو َرﺳُﻮﻟَﮫۥُ ﻓَﻘَ ْﺪ ﻓَﺎ َز ﻓَ ْﻮ ًزا َﻋ ِﻈﯿ ًﻤﺎ‬Z‫ٱ‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah
mendapat kemenangan yang besar. [Quran 33:70-71]

Menjaga lisan dengan hanya mengucapkan perkataan yang benar adalah ciri orang yang
beriman kepada Allah. Allah berjanji akan memperbaiki amalan-amalan dan mengampuni
orang yang menjaga lisannya. Bila mampu menjaga lisan adalah suatu kemenangan yang
besar, karena lisan sering kali sulit dikendalikan akibat hawa nafsu yang menguasai hati.

Perselisihan terkadang tidak dapat dihindari, karena manusia memiliki jalan pikiran yang
berbeda. Jalan pikiran yang berbeda karena pemahaman terhadapat suatu masalah yang tidak
sama. Di sini pentingnya ilmu dan menahan hawa nafsu ketika berinteraksi dengan lawan

5
bicara. Perkataan yang paling baik dan bermanfaat ketika diikuti akan mendapatkan kebaikan
pula.

ٓ ٓ
‫ﻮا‬ َ ِ‫ُ َوأُ ۟و ٰﻟَﺌ‬Z‫ٱ‬
۟ ُ‫ﻚ ھُ ْﻢ أُ ۟وﻟ‬ َ ِ‫ُﻮن أَﺣْ َﺴﻨَ ٓﮫۥُ أُ ۟و ٰﻟَﺌ‬
َ ‫ﻚ ٱﻟﱠ ِﺬ‬
‫ﯾﻦ ھَ َﺪ ٰٮﮭُ ُﻢ ﱠ‬ َ ‫ُﻮن ْٱﻟﻘَ ْﻮ َل ﻓَﯿَﺘﱠﺒِﻌ‬ َ ‫ٱﻟﱠ ِﺬ‬
َ ‫ﯾﻦ ﯾَ ْﺴﺘَ ِﻤﻌ‬
‫ﺐ‬ِ َ‫ْٱﻷَ ْﻟ ٰﺒ‬
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang
mempunyai akal. [Quran 39:18]

Setelah mendapatkan nasihat yang baik maka penting untuk dapat melaksanakan nasihat
tersebut. Nasihat yang baik terutama berasal dari Al Quran, Sunnah dan ijtima ulama salafus
salih. Kesempatan mendapatkan nasihat melalui kajian-kajian merupakan nikmat dari Allah
yang tidak boleh disia-siakan. Melaksanakan nasihat yang baik menunjukkan kualitas dan
tingkat keimanan dari seseorang, serta ditujukan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaannya di hadapan Allah. Allah memuji orang yang melaksanakan ilmu Allah sebagai
orang yang memiliki akal.

‫ﻺﻧ ٰ َﺴ ِﻦ‬ َ ‫غ ﺑَ ْﯿﻨَﮭُ ْﻢ إِ ﱠن ٱﻟ ﱠﺸ ْﯿ ٰﻄَ َﻦ َﻛ‬


ِ ْ ِ‫ﺎن ﻟ‬ ُ ‫ﻮا ٱﻟﱠﺘِﻰ ِھ َﻰ أَﺣْ َﺴ ُﻦ إِ ﱠن ٱﻟ ﱠﺸ ْﯿ ٰﻄَ َﻦ ﯾَﻨ َﺰ‬
۟ ُ‫َوﻗُﻞ ﻟﱢ ِﻌﺒَﺎ ِدى ﯾَﻘُﻮﻟ‬
‫َﻋ ُﺪ ًّوا ﱡﻣﺒِﯿﻨًﺎ‬
Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. [Quran 17:53]

Perkara yang benar maka disampaikan dengan cara yang baik, sehingga nilai kebenaran dan
kebaikannya didapat, juga bernilai pahala di hadapan Allah. Jika perkara benar disampaikan
dengan cara yang salah akan mengakibatkan perselisihan dan pertengkaran. Di sinilah peran
adab berbicara mengutamakan tutur kata yang baik sesuai adab seorang muslim.

5. Berbicara menjauhi perkataan dusta dan tidak berguna

‫ُﻮن‬ ِ ‫ﯾﻦ ھُ ْﻢ َﻋ ِﻦ ٱﻟﻠﱠ ْﻐ ِﻮ ُﻣﻌ‬


َ ‫ْﺮﺿ‬ َ ‫َوٱﻟﱠ ِﺬ‬
dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna.[Quran 23:3]

‫ِ ﺑِ َﻐﯿ ِْﺮ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ َوﯾَﺘﱠ ِﺨ َﺬھَﺎ ھُ ُﺰ ًوا‬Z‫ٱ‬


‫ﯿﻞ ﱠ‬
ِ ِ‫ُﻀ ﱠﻞ َﻋﻦ َﺳﺒ‬ ِ ‫ﺎس َﻣﻦ ﯾَ ْﺸﺘَ ِﺮى ﻟَ ْﮭ َﻮ ْٱﻟ َﺤ ِﺪﯾ‬
ِ ‫ﺚ ﻟِﯿ‬ ِ ‫َو ِﻣٓ َﻦ ٱﻟﻨﱠ‬
َ ِ‫أُ ۟و ٰﻟَﺌ‬
ٌ ‫ﻚ ﻟَﮭُ ْﻢ َﻋ َﺬابٌ ﱡﻣ ِﮭ‬
‫ﯿﻦ‬

6
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu
olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.[Quran 31:6]

ْ ‫ِ ﻓَﮭُ َﻮ َﺧ ْﯿ ٌﺮ ﻟﱠﮫۥُ ِﻋﻨ َﺪ َرﺑﱢ ِﮫۦ َوأُ ِﺣﻠﱠ‬Z‫ٱ‬


‫ﺖ ﻟَ ُﻜ ُﻢ ْٱﻷَ ْﻧ ٰ َﻌ ُﻢ إِ ﱠﻻ َﻣﺎ ﯾُ ْﺘﻠَ ٰﻰ‬ ‫ﺖ ﱠ‬ ِ ‫ﻈ ْﻢ ُﺣ ُﺮ ٰ َﻣ‬‫ﻚ َو َﻣﻦ ﯾُ َﻌ ﱢ‬ َ ِ‫ٰ َذﻟ‬
‫ور‬ ‫ُﻮا ﻗَ ْﻮ َل ﱡ‬ ۟ ‫ﺲ ِﻣ َﻦ ْٱﻷَ ْو ٰﺛَﻦ َوٱﺟْ ﺘَﻨِﺒ‬َ ْ‫ُﻮا ٱﻟﺮﱢ ﺟ‬ ۟ ‫َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ ﻓَﭑﺟْ ﺘَﻨِﺒ‬
ِ ‫ٱﻟﺰ‬ ِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di
sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi
kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka
jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta.[Quran 22:30]

Ketika orang menyampaikan perkataan bohong, namun orang lain tidak mengoreksinya
bahkan membenarkannya akan mengakibatkan orang tersebut hilang arah dalam hidupnya.
Perkataan dusta sejatinya menjerumuskan orang yang mengucapkannya menuju ke arah
kerusakan dan kehancuran. Ketika ucapannya diketahui dusta, maka orang tersebut akan
hilang kredibelitas dan kehilangan kepercayaan dari masyarakat. Akibatnya orang tersebut
menjadi beringas terhadap nasihat orang lain dan tidak dapat membedakan perkara yang haq
dan batil.

Akan berbeda antara perkataan yang baik dan perkataan buruk di hadapan Allah. Perkataan
yang baik seumpama pohon yang baik, kokoh batangnya dan akarnya kuat tertancap
menopang seluruh pohon dan menghasilkan buah yang segar dan manis. Sedangkan perkataan
yang buruk seperti pohon yang buruk, akarnya lemah tidak menopang dan buahnya masam.
Seperti yang disampaikan dalam Surat Ibrahim (QS 14: 25-26)

‫ﺖ َوﻓَﺮْ ُﻋﮭَﺎ ﻓِﻰ‬ ٌ ِ‫ُ َﻣﺜَ ًﻼ َﻛﻠِ َﻤﺔً طَﯿﱢﺒَﺔً َﻛ َﺸ َﺠ َﺮ ٍة طَﯿﱢﺒَ ٍﺔ أَﺻْ ﻠُﮭَﺎ ﺛَﺎﺑ‬Z‫ٱ‬ ‫ب ﱠ‬ َ ‫ﺿ َﺮ‬ َ ‫ْﻒ‬ َ ‫أَﻟَ ْﻢ ﺗَ َﺮ َﻛﯿ‬
ٍ ‫ض َﻣﺎ ﻟَﮭَﺎ ِﻣﻦ ﻗَ َﺮ‬
‫ار‬ ِ ْ‫ق ْٱﻷَر‬ ِ ‫ﺖ ِﻣﻦ ﻓَ ْﻮ‬ ْ ‫ٱﻟ ﱠﺴ َﻤﺎٓ ِء َو َﻣﺜَ ُﻞ َﻛﻠِ َﻤ ٍﺔ َﺧﺒِﯿﺜَ ٍﺔ َﻛ َﺸ َﺠ َﺮ ٍة َﺧﺒِﯿﺜَ ٍﺔ ٱﺟْ ﺘُﺜﱠ‬

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik
seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, Dan
perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-
akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. [Quran 14:25-26]

‫ﻮا ﻟَﻨَﺎٓ أَ ْﻋ ٰ َﻤﻠُﻨَﺎ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ ٰ َﻤﻠُ ُﻜ ْﻢ َﺳ ٰﻠَ ٌﻢ َﻋﻠَ ْﯿ ُﻜ ْﻢ َﻻ ﻧَ ْﺒﺘَ ِﻐﻰ‬


۟ ُ‫ُﻮا َﻋ ْﻨﮫُ َوﻗَﺎﻟ‬
۟ ‫ُﻮا ٱﻟﻠﱠ ْﻐ َﻮ أَ ْﻋ َﺮﺿ‬
۟ ‫َوإ َذا َﺳ ِﻤﻌ‬
ِ
َ ِ‫ْٱﻟ ٰ َﺠ ِﮭﻠ‬
‫ﯿﻦ‬
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling
daripadanya dan mereka berkata: "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu,
kesejahteraan atas dirimu, kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil". [Quran 28:55]

7
Menghindari perkataan yang kotor, tidak bermanfaat, yang mengandung adu domba, ghibah
(menggunjing) serta mengolok-olok dan merendahkan orang lain. Menggunjing orang lain
akan mengurangi pahala amal soleh yang kita lakukan, karenanya lebih baik ditinggalkan.
Terlebih menggunjing dan mencari-cari kesalahan orang lain, ini yang disampaikan seperti
memakan bangkai saudaranya sendiri.

۟ ‫ْﺾ ٱﻟﻈﱠ ﱢﻦ إ ْﺛ ٌﻢ َو َﻻ ﺗَ َﺠ ﱠﺴﺴ‬


َ ‫ُﻮا َﻛﺜِﯿﺮًا ﱢﻣ َﻦ ٱﻟﻈﱠ ﱢﻦ إِ ﱠن ﺑَﻌ‬ ۟ ‫ﻮا ٱﺟْ ﺘَﻨِﺒ‬
۟ ُ‫ﯾﻦ َءاﻣﻨ‬ ٓ
‫ُﻮا َو َﻻ ﯾَ ْﻐﺘَﺐ‬ ِ َ َ ‫ٰﯾَﺄَﯾﱡﮭَﺎ ٱﻟﱠ ِﺬ‬
‫َ إِ ﱠن ﱠ‬Z‫ٱ‬
َZ‫ٱ‬ ‫ﻮا ﱠ‬ ۟ ُ‫ﻀ ُﻜﻢ ﺑَ ْﻌﻀًﺎ أَﯾ ُِﺤﺐﱡ أَ َﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ أَن ﯾَﺄْ ُﻛ َﻞ ﻟَﺤْ ﻢ أَ ِﺧﯿ ِﮫ ﻣ ْﯿﺘًﺎ ﻓَ َﻜﺮ ْھﺘُ ُﻤﻮهُ َوٱﺗﱠﻘ‬
ُ ‫ﺑﱠ ْﻌ‬
ِ َ َ
ِ ‫ﺗَ ﱠﻮابٌ ر‬
‫ﱠﺣﯿ ٌﻢ‬
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan
janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. [Quran 49:12]

“Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang mukmin di hari Kiamat
melainkan akhlak yang baik, dan sesungguhnya Allah sangat membenci orang yang suka
berbicara keji dan kotor.” [HR. At-Tirmidzi]

Semoga Allah memberi kita hidayah dan sikap istiqamah dalam adab berbicara, hingga kita
mampu menjadi orang yang dipelihara dan dicintai Allah. Semoga tulisan ini dapat menjadi
kebaikan kita semua, mohon maaf jika ada kesalahan. (AH)

Anda mungkin juga menyukai