BILANGAN ALJABAR
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 1
1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Menentukan jenis-jenis bilangan
2. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor
Persekutuan Terbesar (FPB) dari beberapa bilangan
3. Konsep himpunan
a. Menjelaskan definisi himpunan
b. Menjelaskan definisi himpunan kosong
c. Menjelaskan operasi pada himpunan
4. Konsep fungsi
a. Menjelaskan definisi fungsi
b. Menjelaskan beberapa macam fungsi
5. Menjelaskan konsep fungsi linier
6. Menjelaskan konsep persamaan linier
7. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua
variabel
8. Menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat
9. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier
10. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat
2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Bilangan
2. Aljabar
a. Himpunan
b. Fungsi
c. Fungsi linier
d. Persamaan linier
e. Sistem persamaan linier dua variabel
f. Persamaaan kuadrat
g. Pertidaksamaan linier
h. Pertidaksamaan kuadrat
3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 1
A. Bilangan
Bilangan termasuk objek matematika yang digunakan untuk
perhitungan, pengukuran, dan pelabelan. Bilangan merupakan istilah
yang tidak didefinisikan (undefined term). Simbol atau lambang yang
digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut angka. Contoh
angka (digit) adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Contoh:
9: 3 + 8 × 5 − 6: (2 + 1) = 9: 3 + 8 × 5 − 6: 3
= 3 + 40 − 2
= 41
Bilangan terkecil yang merupakan kelipatan dari beberapa bilangan
disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Bilangan terbesar pada faktor persekutuan beberapa bilangan disebut
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB).
Contoh: Tentukan FPB dan KPK dari 18 dan 24!
Penyelesaian:
4
Faktor-faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18.
Faktor-faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24.
Faktor-faktor persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, 6.
Dengan demikian, FPB dari 18 dan 24 adalah 6.
Kelipatan 18 adalah 18, 36, 54, 72, 90, 108, 126, 144, 162, 180, …
Kelipatan 24 adalah 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192, …
Kelipatan persekutuan dari 18 dan 24 adalah 72, 144, 216, …
Dengan demikian, KPK dari 18 dan 24 adalah 72.
B. Aljabar
1. HIMPUNAN
Definisi: Suatu himpunan adalah suatu kumpulan objek yang
terdefinisi dengan baik.
5
beberapa contoh himpunan bilangan yang sering digunakan.
1) Himpunan bilangan asli, ℕ = {1,2,3, 4 … }
2) Himpunan bilangan cacah ditulis {0,1,2,3,4 … }
3) Himpunan bilangan bulat, ℤ = {… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … }
4) Himpunan bilangan rasional (ℚ) adalah himpunan semua
𝑝
bilangan yang berbentuk dengan 𝑝 dan 𝑞 adalah bilangan
𝑞
1 26
bulat, serta 𝑞 ≠ 0. Contoh bilangan rasional, yaitu 2 , 3, dan .
7
2,75 juga termasuk bilangan rasional. Contoh lainnya, yaitu
bilangan desimal berulang seperti 2,3535353535… .
5) Himpunan bilangan irasional adalah himpunan bilangan bukan
rasional. Contohnya, √3 dan π.
6) Himpunan bilangan real (ℝ) merupakan gabungan dari
himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional.
Suatu bilangan rasional dapat direpresentasikan ke dalam
bilangan desimal di mana pola bilangan di belakang koma
berulang mengikuti suatu pola, sedangkan bilangan irasional
tidaklah demikian.
7) Himpunan bilangan kompleks, ℂ = {𝑧 = 𝑎 + 𝑏𝑖 | 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ}
dengan 𝑖 = √−1.
6
tidak sama, maka dituliskan 𝑋 ≠ 𝑌.
7
yakni 𝑋 ∪ 𝑌 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑋 atau 𝑦 ∈ 𝑌}.
2. FUNGSI
Setelah Anda mempelajari materi konsep dasar himpunan, maka
selanjutnya muncul pertanyaan: “Jika kita mempunyai dua
himpunan tak kosong, dapatkah kita mendefinisikan relasi antar
keduanya?”. Jawabannya adalah dapat. Perhatikan dan pahami
dengan saksama definisi fungsi atau pemetaan berikut.
Definisi: Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Sebuah fungsi atau
pemetaan dari 𝐴 ke B adalah suatu hubungan (asosiasi) antar anggota
dari dua himpunan tersebut. Lebih tepatnya yaitu untuk setiap anggota
dari 𝐴 terdapat tepat satu anggota dari 𝐵.
8
disebut sebagai kodomain dari 𝑓.
2. Fungsi Identitas
Definisi:
Misalkan 𝐴 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah fungsi dari
himpunan 𝐴 ke 𝐴 atau 𝑓: 𝐴 → 𝐴. Jika setiap anggota himpunan 𝐴
dipasangkan oleh 𝑓 kepada dirinya sendiri, dengan kata lain 𝑓(𝑥) = 𝑥,
9
∀𝑥 ∈ 𝐴, maka fungsi 𝑓 disebut fungsi identitas.
10
fungsi bijektif bukan fungsi bijektif
C. Komposisi Fungsi
Definisi:
Misalkan 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan
𝑔: 𝐵 → 𝐶. Jika 𝑎 ∈ 𝐴, maka bayangan 𝑎 oleh 𝑓 dapat ditulis sebagai
𝑓(𝑎) = 𝑏 ∈ 𝐵. Selanjutnya untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵 atau 𝑓(𝑎) ∈ 𝐵, bayang 𝑏
oleh 𝑔 ditulis sebagai 𝑔(𝑏) = 𝑐 ∈ 𝐶 atau 𝑔(𝑓(𝑎)) = 𝑐 ∈ 𝐶.
3. FUNGSI LINIER
Definisi:
Suatu fungsi 𝑓(𝑥) disebut fungsi linier apabila fungsi itu ditentukan oleh
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏, dimana 𝑎 ≠ 0, 𝑎 dan 𝑏 bilangan konstan dan grafiknya
berupa garis lurus.
Contoh:
Jika diketahui 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3, gambarlah grafiknya.
Penyelesaian:
Untuk 𝑥 = 0 ⟶ 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 3.
1
Untuk 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 0 ⟶ 𝑥 = −1 2.
11
Contoh:
Suatu fungsi dinyatakan dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏. Jika nilai dari
𝑓(4) = 11 dan 𝑓(6) = 15, maka tentukan fungsi tersebut.
Penyelesaian:
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑓(4) = 4𝑎 + 𝑏 = 11 … (1)
𝑓(6) = 6𝑎 + 𝑏 = 15 … (2)
Dengan metode eliminasi dan substitusi diperoleh 𝑎 = 2 dan 𝑏 =
3. Sehingga rumus fungsinya adalah 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3.
4. PERSAMAAN LINIER
- Persamaan linier satu variabel
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏 = 0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0
Contoh:
−4𝑥 + 8 = 0.
- Persamaan linier dua variabel
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0, 𝑏 ≠ 0
Contoh:
6𝑥 − 3𝑦 = 9 merupakan persamaan linier dua variabel
dengan variabel 𝑥 dan variabel 𝑦.
Contoh:
2𝑥−1 𝑥+1
Tentukan himpunan penyelesaian persamaan linier = .
5 2
Penyelesaian:
12
5. SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 0
𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 = 0
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
berikut:
3𝑥 − 𝑦 = 5
{ dengan cara gabungan antara eliminasi dan substitusi
2𝑥 + 𝑦 = 10
Penyelesaian:
Jadi, 𝐻𝑃 = {(3,4)}
6. PERSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0
13
b. Melengkapkan Kuadrat Sempurna
Contoh:
Selesaikan 𝑥 2 + 10𝑥 + 21 = 0.
Penyelesaian:
7. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏(𝑅)0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)
14
Sifat-sifat pertidaksamaan
a. Arah tanda pertidaksamaan tetap jika ruas kiri dan ruas
kanan pertidaksamaan ditambah, dikurangi, dikalikan, atau
dibagi dengan bilangan positif yang sama.
Selang (interval)
Selang adalah himpunan bagian dari bilangan real yang
mempunyai sifat relasi tertentu. Jika batas-batasnya merupakan
bilangan real maka dinamakan selang hingga. Jika bukan
bilangan real maka dinamakan selang tak hingga (). Lambang
menyatakan membesar tanpa batas dan lambang -
menyatakan mengecil tanpa batas. Contoh dari bermacam-
macam selang dapat dilihat pada tabel berikut.
Notasi Definisi Grafik Keterangan
(a,b) x a x b a b
( ) Selang terbuka
a b
[a,b] x a x b [ ]
Selang tertutup
a b Selang
[a,b) x a x b [ ) setengah
terbuka
a b Selang
(a,b] x a x b ( ] setengah
terbuka
( a, ) x x a
a
Selang terbuka
(
15
[ a, ) x x a
a
Selang tertutup
[
( −, b)
x x b
b
) Selang terbuka
b
x x b ] Selang tertutup
( −, b]
ℝ Selang terbuka
( −, )
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20, 𝑥 ∈ ℝ.
Penyelesaian:
6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20
8. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐(𝑅)0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)
16
(iv) Substitusi sembarang bilangan pada pertidaksamaan kecuali
pembuat nol. Jika benar, maka daerah yang memuat
bilangan tersebut merupakan daerah penyelesaian.
Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 𝑥 2 + 6𝑥 + 8 ≥ 0 untuk 𝑥 ∈
ℝ.
Penyelesaian:
17
KEGIATAN BELAJAR 2 :
GEOMETRI
b
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 2
1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Peserta mampu mengidentifikasi, membandingkan, dan
menganalisis sifat dan karakter bentuk geometri 2 dimensi dan
geometri 3 dimensi beserta istilah-istilah dalam geometri
2.2 Peserta mampu mengklasifikasikan bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi
berdasarkan sifat dan karakter yang dimiliki
2.3 Peserta mampu menyelidiki, mendeskripsikan, dan menalar
pembagian, penggabungan, dan pentransformasian suatu bentuk
geometri
2.4 Peserta mampu menerapkan kongruensi dan kesebangunan
2.5 Peserta mampu mendeskripsikan lokasi dan pergerakan
menggunakan istilah geometri dan menggunakan bahasa yang
komunikatif
2.6 Peserta mampu membuat dan menggunakan sistem koordinat dan
untuk menunjukkan lokasi dan menjelaskan lintasan
2.7 Peserta mampu menentukan jarak di antara dua titik pada sistem
koordinat
2.8 Peserta mampu memprediksi dan mendeskripsikan hasil dari
pergeseran, pencerminan, dan perputaran suatu bentuk geometris
2.9 Peserta mampu mengidentifikasi dan mendeskripsikan simetri dan
dan rotasi dari bentuk geometri 2 dimensi
2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Istilah dalam Geometri
2.2 Bangun Datar
2.3 Bangun Ruang
2.4 Sistem Koordinat
2.5 Segitiga Siku-Siku dan Teorema Pythagoras
2.6 Transformasi Geometri
3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 2
4
2. Kedudukan garis dan garis
Misalkan diberikan 2 garis, yakni garis g dan garis k. Terdapat 4
kemungkinan kedudukan garis g dan garis k, yakni:
a. Garis g berhimpit dengan garis k
Garis g dengan garis k dikatakan berhimpit jika dan hanya jika
kedua garis tersebut memiliki paling sedikit 2 titik sekutu.
5
b. Titik terletak di luar bidang
6
Ukuran sudut dapat dinyatakan dengan satuan derajat atau
radian.
Berdasarkan ukuran sudut, berikut adalah macam-macam istilah
sudut.
a. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0o dan 90o
b. Sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 90o
c. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya antara 90 o dan
180o
d. Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 180o
7
2. Sebangun
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan sebangun jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk yang sama.
Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu uang logam Indonesia pecahan
Rp100,00 dan Rp500,00 secara geometris dikatakan sebangun.
3. Kongruen
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan kongruen jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.
Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu suatu uang logam Indonesia
pecahan Rp1.000,00 dengan lingkaran yang dibuat mengacu uang
logam Indonesia pecahan Rp1.000,00 lainnya secara geometris
dikatakan kongruen.
B. Bangun Datar
1. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang sisi
berhadapan sama panjang dan sejajar.
8
2. Persegipanjang
Persegipanjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang
sisi berhadapan sama panjang, sejajar, dan keempat sudutnya
siku-siku. (Dapat dikatakan sebagai jajargenjang yang keempat
sudutnya siku-siku)
3. Persegi
Persegi adalah segiempat yang dibatasi oleh empat sisi sama
panjang dan keempat sudutnya siku-siku. (Dapat dikatakan
sebagai persegipanjang yang sisinya sama panjang)
4. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga sisi
9
Segitiga siku-siku Segitiga sebarang
at
Luas daerah segitiga =
2
Keliling segitiga = a + b + c
5. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus.
d1 d 2
Luas daerah layang-layang =
2
Keliling layang-layang = 2 ( s1 + s2 )
Sifat layang-layang:
AB = BC ’ DA = DC
BAD = BCD
BAC = BCA
ADB = CDB
6. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus dan sisi-sisinya sama panjang.
10
d1 d 2
Luas daerah belah ketupat =
2
Keliling belah ketupat = 4 s
Sifat belah ketupat:
̅̅̅̅
𝐷𝐶 ∥ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 , ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝐴𝐷 ∥ 𝐵𝐶
DC = AB = CB = DA
DAB = DCB
ABC = ADC
BS = DS ’ AS = CS
7. Trapesium
Trapesium adalah segiempat yang memiliki tepat satu pasang sisi
sejajar.
( a + b) t
Luas daerah trapesium =
2
Keliling trapesium = a + b + c + d
Sifat trapesium:
̅̅̅̅ ∥ 𝐴𝐵
𝐷𝐶 ̅̅̅̅
8. Lingkaran
Lingkaran adalah kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik tertentu dalam bidang yang sama.
d2
Luas daerah lingkaran = = r2
4
Keliling lingkaran = d = 2 r
Dengan 22
7 3,14 dan d = 2 r
Contoh Masalah 1
Menentukan Luas dan Keliling Bangun Datar
Diberikan sebuah bangun datar kompleks ABCDE sebagai berikut.
11
Diketahui AC = 7 cm, BE = 6 cm, OB=OA=OE, AB=AE= 3 2 , dan BC= 5
cm.
1. Sebutkan bangun datar apa saja yang menyusun bangun datar
ABCDE di atas?
2. Tentukan luas daerah bangun datar tersebut!
3. Tentukan keliling bangun ABCDE!
Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun datar yang dapat menyusun bangun
ABCDE.
12
3. Bangun ABCDE dapat disusun
dari bangun layang-layang
ABCE dan segitiga EDC
4. Dan seterusnya
3. KABCDE = AB+BC+CD+DE+EA
KABCDE = 3 2 +5+3+4+ 3 2
KABCDE = 12+ 6 2
Jadi, keliling bangun ABCDE adalah 12+ 6 2 .
C. Bangun Ruang
1. Kubus
Kubus dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi persegi yang kongruen.
Volume kubus = s = s s s
3
2. Balok
Balok dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi berhadapan kongruen.
13
Volume balok = p l t
Luas permukaan balok =
2 ( p l ) + (l t ) + ( p t )
3. Prisma
Prisma dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi
sepasang sisi sejajar dan kongruen serta sisi tegak.
4. Tabung
Tabung dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi tiga
buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi atas yang merupakan daerah
lingkaran serta sisi melingkar yang disebut selimut tabung.
Volume tabung = Luas alas x tinggi
Luas permukaan tabung = 2 x luas alas + luas seluruh sisi tegak
Luas permukaan tabung tanpa tutup = luas alas + luas seluruh sisi tegak
5. Limas
Limas dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk polygon dan sisi tegak.
14
Limas segitiga Limas segiempat
1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3
6. Kerucut
Kerucut dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk lingkaran dan sisi tegak (selimut kerucut). Kerucut dapat
dipandang sebagai limas yang alasnya berbentuk lingkaran.
1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3
7. Bola
Bola dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh
kedudukan titik-titik yang memiliki jarak yang sama terhadap titik
pusat.
4 r3
Volume bola =
3
Luas permukaan bola = 4 r 2
15
Contoh Masalah 2
Menentukan Volume Bangun Ruang
Diberikan sebuah bangun ruang ABCDEF.GHIJKL sebagai berikut.
Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun ruang yang dapat menyusun bangun
ruang ABCDEF.GHIJKL
Alternatif Bangun Ruang Penyusun
Ilustrasi
ke- Bangun ABCDEF.GHIJKL
1. Bangun ABCDEF.GHIJKL dapat
disusun dari bangun ruang
balok E’BCD.K’HIJ dan prisma
AE’EF.GK’KL.
3. Dan seterusnya
16
1
VABCDEF.GHIJKL = 3 4 3 + (12 + 10) 6 4
2
VABCDEF.GHIJKL = 36 + 264
VABCDEF.GHIJKL = 300
Jadi, volume bangun ABCDEF.GHIJKL adalah 300 cm3.
17
D. Sistem Koordinat
Sistem yang sering digunakan dalam kajian geometri di antaranya
adalah sistem koordinat kartesius. Sistem koordinat kertesius dua
dimensi terdiri dari 2 sumbu, yakni sumbu-x (horizontal) dan sumbu-y
(vertikal). Berikut ini diilustrasikan manfaat sistem koordinat.
K
ota Ngalam merupakan kota unik yang jalan-jalannya didesain
menyerupai sumbu koordinat dengan Balai Kota sebagai
pusatnya. Berikut ini adalah tata letak bangunan penting di kota
Ngalam.
Nomor Jalan
U
6
B T
5
S Pom Bensin
4
Terminal
3
2
Universitas
1
Stasiun
Balai Kota
-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7
-1
-4 Rumah Sakit
-5 Pizza Dut
-6
18
Contoh Masalah 3
Penyelesaian:
1. Berikut adalah koordinat bangunan di kota Ngalam.
a. Pom bensin terletak di persimpangan jalan ke-7 dan 5, jadi
koordinatnya (7,5).
b. Universitas terletak di persimpangan jalan ke- (-7) dan 2, jadi
koordinatnya (-7,2).
c. Rumah sakit terletak di persimpangan jalan ke- 4 dan (-4), jadi
koordinatnya (4,-4)
2. a. Berikut adalah rute yang tepat dari:
1) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Kantor polisi
ke Balaikota adalah melewati 2 jalan ke Utara dan melewati 5
jalan ke Timur atau melewati 5 jalan ke Timur dan melewati 2
jalan ke Utara.
19
2) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Stasiun ke
Stadion adalah melewati 2 jalan ke Timur dan melewati 3 jalan
ke Selatan atau melewati 3 jalan ke Selatan dan melewati 2
jalan ke Timur.
20
lintasan terpendek mobil polisi dari bangunan A( x1 , y1 ) dan bangunan
B ( x2 , y2 ) adalah x2 − x1 satuan ke Timur/Barat (horizontal) dan
y2 − y1 satuan ke Utara/Selatan (vertikal).
2. Teorema Pythagoras
Pythagoras merupakan seorang ahli filsafat dan matematika dari
Yunani. Teorema Pythagoras menyatakan bahwa pada sebuah
segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring (hipotenusa) merupakan
jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Misalkan PQR berikut siku-
siku di Q .
Teorema Pythagoras
PR 2 = PQ 2 + QR 2
21
Salah satu manfaat teorema Pythagoras adalah dalam menentukan
jarak.
Contoh Masalah 4
Penyelesaian:
1. Misalkan diberikan koordinat dua bangunan di Ngalam, yakni
bangunan A( x1 , y1 ) dan bangunan B ( x2 , y2 ) .
( x2 − x1 ) + ( y2 − y1 )
2 2
AB =
22
Jarak kantor polisi ke balai kota adalah
( 0 − (−5) ) + ( 0 − (−2) )
2 2
= 52 + 22 = 25 + 4 = 29
( 5 − 3) + ( −2 − 1)
2 2
= 22 + (−3) 2 = 4 + 9 = 13
( −7 − 0 ) + ( −5 − 2 )
2 2
= (−7) 2 + (−7) 2 = 49 + 49 = 98
Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 98 satuan
23
2. Ya. Berdasarkan sifat segitiga siku-siku, panjang hipotenusa selalu
kurang dari jumlah panjang kedua kaki segitiga siku-siku. Dengan
demikian, rute helikopter di antara setiap pasangan lokasi selalu
lebih pendek helikopter rute mobil.
24
F. Transformasi Geometri
Objek geometri dapat diberikan operasi seperti pergeseran,
perputaran, dan perbesaran/pengecilan.
1. Pergeseran
k
A
A’
2. Pencerminan
s
B B’
Objek geometri B dikatakan mengalami pencerminan terhadap
sumbu s menjadi B’.
3. Perputaran
25
4. Perbesaran/Pengecilan
E
D
26
KEGIATAN BELAJAR 3 :
STATISTIKA
b
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 3
1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 3
2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 3
1. Rata-rata
2. Median
3. Modus
4. Varians
3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 3
Contoh 1.1.a :
Misal nilai lima ulangan harian mata pelajaran Matematika 80, 80, 70,
90, 80. Tentukan rata-rata data tersebut !
Jawab :
𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑛 ∑𝑛=5
𝑖=1 𝑥𝑖 80+80 +70+90+80
𝑥̅ = = = =80
𝑛 𝑛 5
Rata-rata dari nilai ulangan harian tersebut adalah 80.
Contoh 1.2.a :
Diketahui data hasil ulangan harian 10 peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut :
65, 70, 75, 85, 90, 90, 95, 95, 95, dan 100.
Hitunglah rata-rata (mean) data di atas!
4
Jawab :
65+70+75+85+90+90+95+95+95+100
𝑥̅ = = 86
10
Rata-rata nilai ulangan harian 10 peserta didik pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah 86.
2. Rata-rata data berkelompok (grouped data)
Bila data yang ada banyak jumlahnya banyak, maka perlu
disusun distribusi frekuensi agar mudah dianalisis. Data acak dapat
dikelompokkan berdasarkan ke dalam kelas tertentu dengan panjang
interval tertentu.
Secara matematis rata-rata (mean) data berkelompok adalah :
𝑛 𝑛
𝑓1 𝑥1 + 𝑓2 𝑥2 + 𝑓3 𝑥3 + ⋯ + 𝑓𝑛 𝑥𝑛
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ⁄∑ 𝑓𝑖 =
𝑓1 + 𝑓2 + ⋯ + 𝑓𝑛
𝑖=1 𝑖=1
Keterangan :
𝑥̅ = rata-rata (means)
𝑥𝑖 = nilai tengah interval kelas ke- 𝑖
𝑓𝑖 = frekuensi interval kelas 𝑖
𝑘 = 1 + 3,322 log 𝑛
jangkauan
Lebar interval = 𝑘
Jangkauan biasanya disebut dengan range.
b) Meletakkan interval-interval kelas ke dalam sebuah kolom serta
mengurutkan kelas terendah pada kolom paling atas dan
seterusnya.
c) Memeriksa dan memasukkan data ke dalam interval yang sesuai.
Di bawah ini ada data nilai kuis mata kuliah Konsep Dasar
Matematika dari 25 mahasiswa yang tersaji dalam tabel berikut.
5
9 11 20 15 19
19 18 14 12 17
13 16 17 19 18
13 17 15 18 17
10 11 17 19 15
Selanjutnya, dibuatlah tabel yang memuat banyak data
(frekuensi) dengan turus. Perhatikan tabel di bawah ini.
No Data 𝒇𝒊 𝒙𝒊 𝒇𝒊 𝒙𝒊
1 9 – 10 5 9,5 47,5
2 11 – 12 8 11,5 92
3 13 – 14 4 13,5 54
4 15 – 16 3 15,5 46,5
5 17 – 18 3 17,5 52,5
6 19 - 20 2 19,5 39
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥 331,5
𝑖 𝑖
𝑛 𝑛
331,5
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ⁄∑ 𝑓𝑖 = = 13,26.
25
𝑖=1 𝑖=1
6
Jadi, rata-rata data nilai kuis mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Dasar Matematika adalah 13,26.
Contoh 2.1.a
Tabel berikut adalah data statistik penelitian seorang guru yang
melakukan penelitian tindakan kelas.
Jawab:
Untuk menentukan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi
konsep secara umum apakah mengalami peningkatan atau tidak
bisa digunakan ukuran pemusatan yakni rata-rata jumlah siswa
yang berkategori baik.
No Deskripsi Baik
1 2
1 Merumuskan hipotesis konsep 36 62
2 Mengajukan pertanyaan untuk 33 56
mengumpulkan data
3 Mengklasifikasikan data 23 44
4 Mengeliminasi data 23 41
5 Mengaitkan data untuk 13 46
mendefinisikan konsep
Rata-rata 25,6 49,8
7
Terlihat bahwa rata-rata nilai kemampuan siswa dalam
mengonstruksi konsep secara umum mengalami peningkatan
sebesar 49,8 − 25,6 = 24,2.
B. Median
1) Median data acak
Median atau nilai tengah termasuk ukuran pemusatan data.
Median adalah nilai tengah jika segugus data diurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya.
Contoh 1.1.b
Carilah median (𝑀𝑑 ) data berikut: 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19
Jawab : 𝑀𝑑 = data keenam = 14
Contoh 1.2.b
Carilah median (𝑀𝑑 ) data berikut : 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20
8
data keenam+data ketujuh 14+15
Jawab : 𝑀𝑑 = = = 14,5
2 2
Keterangan :
𝑀𝑑 = median
𝐿𝑀𝑑 = batas bawah kelas median
𝑛 = banyak data
𝐹 = jumlah frekuensi interval sebelum interval median
𝑓𝑀𝑑 = frekuensi interval median
𝑐 = lebar interval
Contoh 2.1.b
Perhatikan data di bawah ini.
No Data 𝒇𝒊
1 9 – 10 5
2 11 – 12 8
3 13 – 14 4
4 15 – 16 3
5 17 – 18 3
6 19 – 20 2
Tentukan median (𝑀𝑑 ) data di atas !
Jawab :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan kelas
median.
No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥
𝑖 𝑖
9
Karena banyak data adalah 25 (ganjil), maka nilai tengah untuk
data acak adalah 𝑥25+1 = 𝑥13 (data ketiga belas). Perhatikan kelas
2
12,5−5
𝑀𝑑 = 10,5 + ( ) 2 = 11,65
13
Jadi median data di atas adalah 11,65.
C. Modus
1) Modus data acak
Modus (mode) adalah data yang sering muncul.
Contoh 1.1.c
Diketahui data IPK 4 mahasiswa 2, 3, 4, dan 4. Tentukan modus
data tersebut !
Jawab :
Modus data tersebut adalah 4.
Contoh 1.2.c
Penelitian uang saku siswa MI Al Hikmah Kota Malang dengan
sampel 24 siswa adalah sebagai berikut.
15000 17500 18000 20000 25000 22500 12500 17500
22500 14000 17500 16000 22000 23000 22500 14000
15000 20000 22500 25000 30000 22500 12500 20000
Tentukan modus data tersebut !
Jawab :
Modus data di atas adalah 22500 karena data tersebut muncul 5
kali (muncul paling banyak).
2) Modus data berkelompok
Untuk data berkelompok (grouped data), modus (𝑀0 ) dirumuskan
dengan
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿𝑀0 + ( )𝑐
𝑑1 + 𝑑2
Keterangan :
𝑀𝑜 = modus
𝐿𝑀𝑜 = batas bawah kelas modus
𝑛 = banyak data
𝑑1 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
10
𝑑2 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
setelahnya
𝑐 = lebar interval
Contoh 2.1.c
Perhatikan data di bawah ini!
No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥
𝑖 𝑖
3
𝑀𝑜 = 10,5 + (3+4) 2 = 11,36
Jadi, modus data di atas adalah 11, 36.
D. Range (Jangkauan)
Definisi
Range sampel acak 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 yang diurutkan membesar
didefinisikan sebagai statistik 𝑥𝑛 − 𝑥1 .
Contoh 1.1.d :
Range himpunan pengamatan 10,12,12,18,19,22, dan 24 adalah
24 − 10 = 14.
11
Pandanglah contoh pengukuran berikut mengenai dua sampel
pembotolan air jeruk oleh dua perusahaan yang berbeda, sebut saja
perusahaan A dan B.
Sampel A 75 80 76 83 86 Jangkauan = 12
Sampel B 86 80 69 71 94 Jangkauan = 25
Kedua sampel mempunyai rataan yang sama, 80. Cukup jelas
bahwa perusahaan A lebih merata isi botol air jeruknya daripada
perusahaan B. Tentunya, kalau membeli air jeruk kita akan merasa
labih yakin bahwa isi botol yang kita pilih lebih mendekati isi yang
dicantumkan pada etiket botolnya bila kita membeli produksi
perusahaan A.
Range merupakan ukuran penyebaran yang kurang efektif
teutama apabila sekali bila ukuran sampel besar, karena hanya
menggunakan dua nilai yang ekstrem dan sama sekali tidak
mendeskripsikan apapun tentang penyebaran data di antaranya.
Perhatikan contoh berikut !
3 4 5 6 8 9 10 12 15
3 8 8 9 9 9 10 10 15
Pada himpunan pertama rata-rata dan median sama-sama 8,
tapi bilangannya berubah dari 3 sampai 15. Pada himpunan kedua,
rata-rata dan median sama-sama 9, tapi banyak bilangannya yang
dekat dengan 9. Kendati range gagal mengukur penyebaran di antara
kedua pengamatan terbesar dan terkecil, manfaat pemakaiannya masih
ada.
Untuk mengatasi kelemahan range, akan dibahas ukuran
penyebaran lainnya yaitu varians, yang memperhitungkan besar tiap
pengamatan sampel terhadap rataan sampel.
D. Varians (Ragam)
Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari bahasa
Inggris: variance) atau ragam suatu peubah acak (atau distribusi
probabilitas) adalah ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan
tersebar. Varians nol mengindikasikan bahwa semua nilai sama.
Varians selalu bernilai non-negatif, varians yang rendah
mengindikasikan bahwa titik data condong sangat dekat dengan nilai
rata-rata (nilai ekspektasi) dan antara satu sama lainnya, sementara
12
varians yang tinggi mengindikasikan bahwa titik data sangat tersebar di
sekitar rata-rata dan dari satu sama lainnya.
Pengukuran yang sama yaitu akar kuadrat dari varians, disebut
juga simpangan baku. Simpangan baku memiliki dimensi dan data yang
sama, oleh karena itu bisa dibandingkan dengan deviasi dari rerata.
Varians adalah salah satu penanda dari sebuah distribusi
peluang. Dalam konteks tersebut, ia menjadi bagian dari pendekatan
sistematis sebagai pembeda antara distribusi probabilitas. Walaupun
pendekatan lain telah dikembangkan, pendekatan yang berbasis
momen lebih mudah secara matematis. Varians adalah salah satu
parameter yang menjelaskan, distribusi peluang sebenarnya dari suatu
populasi yang diobservasi, atau distribusi peluang teoretis dari sebuah
populasi yang tidak secara penuh diobservasi (sampel). Pada kasus
terakhir, sebuah sampel data dapat digunakan untuk membentuk
sebuah estimasi varians dari distribusi yang mendasarinya.
1) Varians data acak
Varians sampel dari suatu data 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 adalah jumlah
kuadrat selisih antara data dan rata-rata dibagi 𝑛 − 1. Secara
simbolik, dituliskan dengan
𝑛
2
1
𝑠 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛−1
𝑖=1
Contoh 1.1.d
Data indeks prestasi kumulatif (IPK) 10 mahasiswa PGMI FITK UIN
MALIKI MALANG adalah sebagai berikut : 2,75 ; 2,86; 3,01; 3,21;
3,30 ; 3,45; 3,50 ; 3,55 ; 3,58 ; dan 3,60.
Jawab:
Mahasiswa IPK 𝑥 − 𝑥̅ (𝑥 − 𝑥̅ )2
1 2,75 -0,531 0,281961
2 2,86 -0,421 0,177241
3 3,01 -0,271 0,073441
4 3,21 -0,071 0,005041
5 3,30 0,019 0,000361
6 3,45 0,169 0,028561
7 3,50 0,219 0,047961
8 3,55 0,269 0,072361
9 3,58 0,299 0,089401
10 3,60 0,319 0,101761
13
𝑛
2
1 (𝑥1 − 𝑥̅ )2 + (𝑥2 − 𝑥̅ )2 + ⋯ + (𝑥10 − 𝑥̅ )2
𝑠 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 =
𝑛−1 10
𝑖=1
(2,75 − 3,281)2 + (2,86 − 3,281)2 + ⋯ + (3,6 − 3,281)2
=
10
(−0,531)2 + (−0,421)2 + ⋯ + (3,281)2
=
10
0,28196 + 0,17724 + ⋯ + 0,10176 0,87809
= = = 0,087809
10 10
No IPK 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 11
14
Langkah pertama adalalah menghitung nilai tengah tiap kelas yaitu
2,5+2,75
: = 2,625. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel di
2
bawah ini.
No IPK Nilai tengah 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 2,625 11
2 2,75 ≤ IPK < 3,00 2,875 24
3 3,00 ≤ IPK < 3,25 3,125 276
4. 3,25 ≤ IPK < 3,50 3,375 378
5. 3,50 ≤ IPK < 3,75 3,625 245
6. 3,75 ≤ IPK ≤ 4,00 3,875 66
2. 2,875 -0,375
3. 3,125 -0,125
4. 3,375 0,125
5. 3,625 0,375
6. 3,875 0,625
15
Tiap (𝒙𝒊 − 𝒙̅𝒊 )𝟐 dikalikan dengan frekuensi masing-masing kelas.
Hasil disajikan pada tabel di bawah ini.
No Nilai (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 𝑓 (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 . 𝑓
tengah
1. 2,625 0,390625 11 4,296875
16
KEGIATAN BELAJAR 4 :
LOGIKA
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 4
1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 4
2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 4
1. Pernyataan dalam matematika
2. Konjungsi dan disjungsi serta negasinya
3. Komponen-komponen, tabel kebenaran, dan negasi dari bentuk
implikasi.
4. Konsep konvers, invers, kontraposisi, dan biimplikasi dari
suatu bentuk implikasi, serta konsep tautologi dan
kontradiksi.
5. Kuantor universal dan kuantor eksistensial serta negasinya
6. Kevalidan argumen dan kaidah penarikan kesimpulan
3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 4
4
Contoh:
5
Ditinjau dari segi definisi kalimat, sebenarnya pernyataan merupakan
kalimat matematika yang tertutup. Perhatikan perbedaan antara kalimat
terbuka dan tertutup berikut.
Catatan:
Kata sifat tidak bisa dijadikan sebagai unsur tak terdefinisi (undefined
term).
Jika kata-kata seperti ini dibuat untuk membuat pernyataan, maka
harus didefinisikan terlebih dahulu.
Misalnya pada kalimat “Ani anak yang pandai", selain butuh observasi
juga harus didefinisikan terlebih dahulu tentang kriteria “pandai",
sehingga tidak menimbulkan penafsiran berbeda.
Jika pernyataan dan negasinya tidak bisa dinilai benar atau salah,
maka kalimat tersebut dikatakan kalimat tak bermakna. Misalnya,
6
kalimat “Kakak habis dibagi adik” mempunyai negasi “Kakak tidak habis
dibagi adik”.
Sebagai pembahasan terakhir dalam sub materi ini, kita akan belajar
mengenai tabel kebenaran (truth table). Tabel kebenaran sangat
bermanfaat saat mempelajari logika matematika walaupun para
matematikawan tidak sering menggunakannya dalam keseharian
namun tabel kebenaran bisa untuk membantu mengecek kebenaran
bagi para pemula. Ide awalnya adalah dengan merangkum semua
kemungkinan nilai kebanaran dalam satu tabel. Dua pernyataan
dikatakan ekivalen jika keduanya mempunyai hasil tabel
kebenaran yang sama. Berikut merupakan tabel kebenaran untuk
negasi.
𝑨 Bukan 𝑨 (~𝑨)
Benar (B) Salah (S)
Salah (S) Benar (S)
1) Perakit Konjungsi
Konjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∧ 𝑞, dibaca “𝑝 dan 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai benar hanya apabila
masing-masing 𝑝, maupun 𝑞 bernilai benar, sedangkan untuk
keadaan lain maka dia bernilai salah. Perakit konjungsi disebut
juga perakit penyertaan, karena harus menyertakan semua
komponen-komponennya dan bernilai benar hanya jika semua
komponennya benar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kata
hubung lain yang mempunyai arti yang sama dengan “dan" yaitu :
“yang, tetapi, meskipun, maupun, sedangkan, padahal,
sambil, juga” dan sebagainya.
2) Perakit Disjungsi
Disjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∨ 𝑞, dibaca “𝑝 atau 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai salah hanya apabila
masing-masing 𝑝 dan 𝑞 salah, sedangkan untuk keadaan lain ia
bernilai benar. Disjungsi disebut juga alternatif, karena cukup
7
salah satu saja komponennya benar maka disjungsinya benar.
Disjungsi yang didefinisikan seperti demikian disebut disjungsi
inklusif (lemah/weak). Disjungsi ini yang banyak dibicarakan
dalam matematika dan jika dikatakan 𝑝 atau 𝑞 maka yang
dimaksud adalah disjungsi inklusif ini.
8
muncul setiap kali 𝑝 muncul.
Sebaliknya, jika kita mengambil bilangan yang tidak bulat maka tidak
mungkin kita memperoleh bilangan prima. Akan tetapi untuk
memperoleh bilangan bulat tidak perlu (tidak harus) mengambil
bilangan prima (4 dan 1 juga merupakan bilangan bulat). Supaya
suatu bilangan itu prima, tidak cukup hanya dikatakan bulat (4, 8, bulat
tetapi tidak prima). Jadi, kita juga peroleh kenyataan bahwa syarat
cukup belum tentu perlu dan syarat perlu belum tentu cukup.
9
Contoh: Misalnya seorang anak (siswa SMA) berkata kepada
orang tuanya: “Kalau ayah tidak bisa mengantar saya ke sekolah,
maka saya akan mencoba berusaha mandiri dengan berangkat ke
sekolah dengan bersepeda”. Konsekuen “saya akan mencoba
berusaha mandiri dengan berangkat ke sekolah dengan bersepeda”
merupakan keputusan (decision) sang anak.
Selain tiga bentuk di atas, ada satu bentuk lagi dari implikasi yang
berlaku dua arah. Bentuk tersebut dinamakan biimplikasi. Berikut
penjelasannya.
10
Biimplikasi banyak dipergunakan dalam mendefinisikan sesuatu,
misalnya: “Persegipanjang disebut persegi jika dan hanya jika
masing-masing sudutnya 90∘ dan keempat sisinya sama panjang".
Di sini terkandung pengertian bahwa jika suatu persegipanjang
adalah persegi, maka keempat sudutnya masing-masing 90∘ dan
keempat sisinya sama panjang.
Sebaliknya jika suatu persegipanjang masing-masing sudutnya 90∘
dan keempat sisinya sama panjang, maka persegipanjang itu
disebut persegi.
Selanjutnya tentu muncul pertanyaan ”Bagaimana bentuk negasi dari
biimplikasi?”
11
unsur yang bersifat tetap dan unsur yang berubah. Berikut diberikan
definisi tetapan beserta contonya.
Contoh
1. Untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ, 𝑥 2 ≥ 0. Penulisan dengan simbol kuantor :
∀𝑥 ∈ ℝ, (𝑥 2 ≥ 0). Perhatikan bahwa penggunaan tanda kurung
dimaksudkan untuk menandai bagian yang dikuantifikasi.
2. Untuk setiap bilangan rasional 𝑥 dan 𝑦, hasil kali 𝑥𝑦 dan jumlahan
𝑥 + 𝑦 adalah rasional. Penulisan dengan simbol kuantor:
∀𝑥 ∈ ℚ ∀𝑦 ∈ ℚ, (𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ ) atau ∀𝑥, 𝑦 ∈ ℚ ,
12
(𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ )
13
Validitas tidak bergantung kepada hokum-hukum alam.
Validitas tidak bergantung kepada makna dari ekspresi personal
yang spesifik.
Validitas bergantung secara alami terhadap bentuk dari argumen.
Bentuk argumen:
Premis 1
Premis 2
.
.
.
Premis n
Oleh karena itu, Simpulan (Konklusi)
14
Silogisme merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan dengan
premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan 𝑞 → 𝑟
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan 𝑝 → 𝑟 .
15