Anda di halaman 1dari 74

KEGIATAN BELAJAR 1 :

BILANGAN ALJABAR

Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 1

Mampu memahami konsep bilangan dan aljabar yang meliputi


himpunan, fungsi, fungsi linier, persamaan linier, sistem persamaan
linier dua variabel, persamaaan kuadrat, pertidaksamaan linier, dan
pertidaksamaan kuadrat

1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Menentukan jenis-jenis bilangan
2. Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) dan Faktor
Persekutuan Terbesar (FPB) dari beberapa bilangan
3. Konsep himpunan
a. Menjelaskan definisi himpunan
b. Menjelaskan definisi himpunan kosong
c. Menjelaskan operasi pada himpunan
4. Konsep fungsi
a. Menjelaskan definisi fungsi
b. Menjelaskan beberapa macam fungsi
5. Menjelaskan konsep fungsi linier
6. Menjelaskan konsep persamaan linier
7. Menentukan himpunan penyelesaian sistem persamaan linier dua
variabel
8. Menentukan himpunan penyelesaian persamaan kuadrat
9. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan linier
10. Menentukan himpunan penyelesaian pertidaksamaan kuadrat

2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 1
1. Bilangan
2. Aljabar
a. Himpunan
b. Fungsi
c. Fungsi linier
d. Persamaan linier
e. Sistem persamaan linier dua variabel
f. Persamaaan kuadrat
g. Pertidaksamaan linier
h. Pertidaksamaan kuadrat

3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 1

A. Bilangan
Bilangan termasuk objek matematika yang digunakan untuk
perhitungan, pengukuran, dan pelabelan. Bilangan merupakan istilah
yang tidak didefinisikan (undefined term). Simbol atau lambang yang
digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut angka. Contoh
angka (digit) adalah 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.

Berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam operasi


hitung pada bilangan:
1. Penjumlahan dan pengurangan berada pada tingkat yang
sama.
2. Perkalian dan pembagian berada pada tingkat yang sama.
3. Operasi perkalian dan pembagian lebih tinggi tingkatannya
daripada operasi penjumlahan dan pengurangan sehingga
harus dikerjakan terlebih dahulu.
4. Apabila terdapat operasi hitung campuran setingkat, maka
yang harus dikerjakan terlebih dahulu adalah yang terletak
sebelah kiri.
5. Apabila dalam operasi hitung campuran terdapat tanda
kurung, maka yang terlebih dahulu dikerjakan adalah operasi
hitung yang terletak pada tanda kurung.

Contoh:
9: 3 + 8 × 5 − 6: (2 + 1) = 9: 3 + 8 × 5 − 6: 3
= 3 + 40 − 2
= 41
Bilangan terkecil yang merupakan kelipatan dari beberapa bilangan
disebut Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK).
Bilangan terbesar pada faktor persekutuan beberapa bilangan disebut
Faktor Persekutuan Terbesar (FPB).
Contoh: Tentukan FPB dan KPK dari 18 dan 24!
Penyelesaian:

4
Faktor-faktor dari 18 adalah 1, 2, 3, 6, 9, 18.
Faktor-faktor dari 24 adalah 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24.
Faktor-faktor persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, 6.
Dengan demikian, FPB dari 18 dan 24 adalah 6.

Kelipatan 18 adalah 18, 36, 54, 72, 90, 108, 126, 144, 162, 180, …
Kelipatan 24 adalah 24, 48, 72, 96, 120, 144, 168, 192, …
Kelipatan persekutuan dari 18 dan 24 adalah 72, 144, 216, …
Dengan demikian, KPK dari 18 dan 24 adalah 72.

B. Aljabar
1. HIMPUNAN
Definisi: Suatu himpunan adalah suatu kumpulan objek yang
terdefinisi dengan baik.

Dari definisi di atas, hal yang perlu ditekankan adalah kata-kata


terdefinisi dengan baik. Maksud dari kata-kata tersebut adalah
bahwa ketika kita akan menentukan apakah suatu kumpulan
objek disebut himpunan atau tidak, dapat terlihat dengan mudah
bahwa anggota-anggotanya (disebut juga elemen atau unsur)
termasuk dalam himpunan itu atau tidak.
Untuk penulisan himpunan itu sendiri sebenarnya ada beberapa
metode untuk menuliskannya. Namun, dalam modul ini hanya
akan memakai metode mendaftar semua anggotanya di antara
dua tanda kurung kurawal dan masing-masing anggotanya
dipisahkan oleh tanda koma. Untuk penamaan himpunan
biasanya digunakan huruf besar (huruf kapital) sedangkan untuk
penamaan anggotanya digunakan huruf kecil. Misalnya jika 𝑥
adalah anggota dari himpunan 𝑋, maka kita tuliskan sebagai 𝑥 ∈
𝑋. Namun jika 𝑥 bukan anggota dari himpunan 𝑋, maka kita
tuliskan sebagai 𝑥 ∉ 𝑋.
Contoh:

1) Suatu himpunan yang memuat bilangan-bilangan 1, 2, 3, 4, 5, dan 6


dituliskan sebagai {1,2,3,4,5,6}.

2) Himpunan {1,6, {mawar}, {3,4,5}} terdiri dari empat anggota, yaitu


bilangan 1, bilangan 6, {mawar}, dan {3,4,5}.

Dalam hal contoh himpunan bilangan, berikut akan diberikan

5
beberapa contoh himpunan bilangan yang sering digunakan.
1) Himpunan bilangan asli, ℕ = {1,2,3, 4 … }
2) Himpunan bilangan cacah ditulis {0,1,2,3,4 … }
3) Himpunan bilangan bulat, ℤ = {… , −3, −2, −1,0,1,2,3, … }
4) Himpunan bilangan rasional (ℚ) adalah himpunan semua
𝑝
bilangan yang berbentuk dengan 𝑝 dan 𝑞 adalah bilangan
𝑞
1 26
bulat, serta 𝑞 ≠ 0. Contoh bilangan rasional, yaitu 2 , 3, dan .
7
2,75 juga termasuk bilangan rasional. Contoh lainnya, yaitu
bilangan desimal berulang seperti 2,3535353535… .
5) Himpunan bilangan irasional adalah himpunan bilangan bukan
rasional. Contohnya, √3 dan π.
6) Himpunan bilangan real (ℝ) merupakan gabungan dari
himpunan bilangan rasional dan himpunan bilangan irasional.
Suatu bilangan rasional dapat direpresentasikan ke dalam
bilangan desimal di mana pola bilangan di belakang koma
berulang mengikuti suatu pola, sedangkan bilangan irasional
tidaklah demikian.
7) Himpunan bilangan kompleks, ℂ = {𝑧 = 𝑎 + 𝑏𝑖 | 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ}
dengan 𝑖 = √−1.

Selain contoh himpunan di atas, dikenal pula himpunan kosong


(empty set) yang didefinisikan sebagai berikut.
Definisi: Suatu himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut
himpunan kosong dan dinotasikan dengan ∅ atau {}.

Untuk memperjelas pemahaman kita mengenai himpunan


kosong ada baiknya kita pahami penjelasan berikut.
{∅} adalah himpunan yang memuat himpunan kosong. Himpunan ini
hanya mempunyai satu anggota. Perhatikan bahwa kita boleh
menuliskan ∅ ∈ {∅}, namun tidak benar bahwa ∅ ∈ ∅.

Selanjutnya, kita akan belajar mengenai relasi dua himpunan


dan belajar mengenai kardinalitas (banyaknya anggota) suatu
himpunan.
Definisi: Dua himpunan dikatakan sama jika keduanya memiliki
anggota-anggota yang sama. Jika himpunan 𝑋 sama dengan
himpunan 𝑌, maka kita tuliskan 𝑋 = 𝑌. Jika kedua himpunan tersebut

6
tidak sama, maka dituliskan 𝑋 ≠ 𝑌.

Sebagai ilustrasi, perhatikan contoh berikut.


1) Himpunan {5,7,8} sama dengan himpunan {7,8,5}.
2) Himpunan ℝ tidak sama dengan himpunan ℕ, yakni ℝ ≠ ℕ.

Definisi: Jika himpunan 𝑋 memiliki anggota yang berhingga


banyaknya, maka dikatakan bahwa 𝑋 adalah himpunan hingga. Jika
𝑋 himpunan hingga, maka banyaknya anggotanya disebut sebagai
kardinalitas dari 𝑿 dan dinotasikan dengan |𝑋|.

Sebagai contoh, himpunan {2, 3, 5, 7} memiliki kardinalitas 4.


Jadi, |𝑋| = 4.
Selanjutnya kita akan membahas dua relasi yang penting
antardua himpunan, yakni subset dan proper subset.
Definisi: Misalkan 𝑋 suatu himpunan. Suatu himpunan 𝑌 dikatakan
himpunan bagian (subset) dari 𝑋 jika setiap anggota dari 𝑌 adalah
anggota dari 𝑋 dan dinotasikan sebagai 𝑌 ⊆ 𝑋. Suatu subset 𝑌 dari 𝑋
dikatakan proper subset dari 𝑋 jika 𝑌 ≠ 𝑋 dan dinotasikan sebagai
𝑌 ⊂ 𝑋.

Untuk memperdalam pemahaman kita mengenai subset dan


proper subset, marilah kita pahami contoh berikut.
1) Himpunan 𝑌 = {1, 2, 3} adalah subset dari himpunan 𝑋 =
{1,2,3, {3,4}}, namun himpunan {1,2,3} bukan subset dari
himpunan {2,3,4} atau {2,3}.
2) Himpunan {1,2,5} adalah proper subset dari {−6,0,1,2,3,5}.
Namun untuk sebarang himpunan 𝑋, himpunan bagian 𝑋
bukanlah proper subset dari 𝑋

Selanjutnya untuk pembahasan operasi pada himpunan, pada


modul ini dibatasi pada operasi gabungan (union), irisan
(intersection), selisih (difference), komplemen (complement), dan
perkalian.
Definisi: Misalkan 𝑋 dan 𝑌 adalah himpunan.

1) Gabungan dari 𝑋dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 ∪ 𝑌, adalah suatu himpunan


yang terdiri dari anggota-anggota di 𝑋 atau di 𝑌, atau di keduanya,

7
yakni 𝑋 ∪ 𝑌 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑋 atau 𝑦 ∈ 𝑌}.

2) Irisan dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 ∩ 𝑌, adalah suatu himpunan yang


terdiri dari anggota-anggota 𝑋 dan anggota-anggota 𝑌, yakni 𝑋 ∩
𝑌 = {𝑥 | 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌}.

3) Selisih dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋\𝑌, adalah himpunan unsur-unsur


(anggota) yang berada di 𝑋 namun tidak berada di 𝑌. Dengan kata
lain kita membuang unsur-unsur 𝑌 yang berada di 𝑋. Jika 𝑌 subset
dari 𝑋, maka 𝑋\𝑌 disebut juga sebagai komplemen dari 𝑌 di 𝑋 dan
dinotasikan sebagai 𝑌 𝑐 .

4) Perkalian dari 𝑋 dan 𝑌, dinotasikan 𝑋 × 𝑌, adalah himpunan semua


pasangan (𝑥, 𝑦) yang mungkin di mana 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌, yakni
𝑋 × 𝑌 = {(𝑥, 𝑦)| 𝑥 ∈ 𝑋 dan 𝑦 ∈ 𝑌}.

Selanjutnya, untuk memperdalam pemahaman kita mengenai


gabungan, irisan, subset, proper subset, selisih, komplemen, dan
perkalian pada himpunan, perhatikan contoh-contoh berikut.
Misalkan 𝐴 = {1,2,6} dan 𝐵 = {2,3,7}. Maka
1) Gabungan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 ∪ 𝐵 = {1,2,3,6,7},
2) Irisan dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 ∩ 𝐵 = {2},
3) Selisih dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴\𝐵 = {1,6},
4) Komplemen dari 𝐴 adalah 𝐴𝑐 = {3,4,5,7,8,9,10},
5) Perkalian dari 𝐴 dan 𝐵 adalah 𝐴 × 𝐵 =
{(1,2), (1,3), (1,7), (2,2), (2,3), (2,7), (6,2), (6,3), (6,7)}.

2. FUNGSI
Setelah Anda mempelajari materi konsep dasar himpunan, maka
selanjutnya muncul pertanyaan: “Jika kita mempunyai dua
himpunan tak kosong, dapatkah kita mendefinisikan relasi antar
keduanya?”. Jawabannya adalah dapat. Perhatikan dan pahami
dengan saksama definisi fungsi atau pemetaan berikut.
Definisi: Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah himpunan. Sebuah fungsi atau
pemetaan dari 𝐴 ke B adalah suatu hubungan (asosiasi) antar anggota
dari dua himpunan tersebut. Lebih tepatnya yaitu untuk setiap anggota
dari 𝐴 terdapat tepat satu anggota dari 𝐵.

Jika 𝑓 suatu fungsi dari 𝐴 ke B, maka dapat dituliskan 𝑓: 𝐴 → 𝐵.


Himpunan 𝐴 disebut sebagai domain dari 𝑓 sedangkan himpunan 𝐵

8
disebut sebagai kodomain dari 𝑓.

Untuk memberikan gambaran penjelasan di atas, ada baiknya


kita pelajari contoh berikut dengan saksama.
1) Misalkan 𝑓: ℤ → ℤ didefinisikan oleh 𝑓(𝑥) = 𝑥 2 untuk setiap
𝑥 ∈ ℤ. Perhatikan bahwa ada anggota dari kodomain yang
tidak mempunyai pasangan dari domain.
2) Kardinalitas dari suatu himpunan adalah suatu fungsi pada
himpunan dari himpunan hingga. Yakni,
| |: {Himpunan Hingga} → {0} ∪ ℕ. Perhatikan bahwa kita
memerlukan angka 0 pada kodomain karena himpunan
kosong juga merupakan anggota domain.
1
3) Bentuk 𝑓(𝑥) = (𝑥−1) tidak mendefinisikan suatu fungsi dari ℝ
ke ℝ karena 𝑓 tidak terdefinisi untuk 𝑥 = 1.
Selanjutnya, apabila ditanyakan apakah domain alami itu?
Domain alami adalah domain terbesar yang membuat suatu
fungsi menjadi terdefinisi. Perhatikan contoh 3) di atas. Agar 𝑓
merupakan suatu fungsi, maka harus ada pembatasan
(restriksi) pada domain, yakni ℝ diretsriksi menjadi 𝑋 =
{𝑥 ∈ ℝ | 𝑥 ≠ 1}.

A. Beberapa Macam Fungsi


1. Fungsi Konstan
Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵 atau 𝑓: 𝐴 → 𝐵. Jika setiap anggota
himpunan 𝐴 dipasangkan pada hanya satu anggota himpunan 𝐵,
dengan kata lain range mempunyai satu anggota atau 𝑅𝑓 = {𝑐} dengan
𝑐 ∈ 𝐵, dengan kata lain 𝑓(𝑥) = 𝑐, ∀𝑥 ∈ 𝐴 maka fungsi 𝑓 disebut fungsi
konstan.

2. Fungsi Identitas
Definisi:
Misalkan 𝐴 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah fungsi dari
himpunan 𝐴 ke 𝐴 atau 𝑓: 𝐴 → 𝐴. Jika setiap anggota himpunan 𝐴
dipasangkan oleh 𝑓 kepada dirinya sendiri, dengan kata lain 𝑓(𝑥) = 𝑥,

9
∀𝑥 ∈ 𝐴, maka fungsi 𝑓 disebut fungsi identitas.

3. Fungsi Surjektif (kepada atau onto)


Definisi:
Misalkan 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu
fungsi dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan sebagai
fungsi surjektif apabila untuk setiap 𝑦 anggota himpunan 𝐵 ada 𝑥
anggota himpunan 𝐴 sehingga 𝑦 merupakan bayangan dari 𝑥. Dengan
kata lain, ∀𝑦 ∈ 𝐵, ∃𝑥 ∈ 𝐴 ∋ 𝑦 = 𝑓(𝑥).

fungsi surjektif bukan fungsi surjektif


4. Fungsi Injektif (satu-satu)
Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi injektif jika
∀𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 dengan 𝑥1 ≠ 𝑥2 , maka 𝑓(𝑥1 ) ≠ 𝑓(𝑥2 ). Dengan kata lain,
∀𝑥1 , 𝑥2 ∈ 𝐴 dengan 𝑓(𝑥1 ) = 𝑓(𝑥2 ) maka 𝑥1 = 𝑥2 .

fungsi injektif fungsi injektif bukan fungsi injektif

5. Fungsi Bijektif (satu-satu dan onto)


Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 adalah suatu fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dikatakan fungsi bijektif jika
𝑓 adalah fungsi surjektif dan injektif.

10
fungsi bijektif bukan fungsi bijektif

B. Kesamaan Dua Fungsi


Definisi:
Misal 𝐴 dan 𝐵 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓 dan 𝑔 adalah fungsi
dari himpunan 𝐴 ke himpunan 𝐵. Fungsi 𝑓 dan 𝑔 dikatakan sama jika
𝐷𝑓 = 𝐷𝑔 dan 𝑓(𝑥) = 𝑔(𝑥) untuk setiap 𝑥 dalam domain persekutuan.

C. Komposisi Fungsi
Definisi:
Misalkan 𝐴, 𝐵 dan 𝐶 adalah sebarang himpunan. Misal 𝑓: 𝐴 → 𝐵 dan
𝑔: 𝐵 → 𝐶. Jika 𝑎 ∈ 𝐴, maka bayangan 𝑎 oleh 𝑓 dapat ditulis sebagai
𝑓(𝑎) = 𝑏 ∈ 𝐵. Selanjutnya untuk setiap 𝑏 ∈ 𝐵 atau 𝑓(𝑎) ∈ 𝐵, bayang 𝑏
oleh 𝑔 ditulis sebagai 𝑔(𝑏) = 𝑐 ∈ 𝐶 atau 𝑔(𝑓(𝑎)) = 𝑐 ∈ 𝐶.

3. FUNGSI LINIER
Definisi:
Suatu fungsi 𝑓(𝑥) disebut fungsi linier apabila fungsi itu ditentukan oleh
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏, dimana 𝑎 ≠ 0, 𝑎 dan 𝑏 bilangan konstan dan grafiknya
berupa garis lurus.

Contoh:
Jika diketahui 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3, gambarlah grafiknya.
Penyelesaian:

Untuk 𝑥 = 0 ⟶ 𝑓(𝑥) = 𝑦 = 3.
1
Untuk 𝑦 = 𝑓(𝑥) = 0 ⟶ 𝑥 = −1 2.

grafik fungsi linier 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3

11
Contoh:
Suatu fungsi dinyatakan dengan 𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏. Jika nilai dari
𝑓(4) = 11 dan 𝑓(6) = 15, maka tentukan fungsi tersebut.
Penyelesaian:
𝑓(𝑥) = 𝑎𝑥 + 𝑏 𝑓(4) = 4𝑎 + 𝑏 = 11 … (1)
𝑓(6) = 6𝑎 + 𝑏 = 15 … (2)
Dengan metode eliminasi dan substitusi diperoleh 𝑎 = 2 dan 𝑏 =
3. Sehingga rumus fungsinya adalah 𝑓(𝑥) = 2𝑥 + 3.

4. PERSAMAAN LINIER
- Persamaan linier satu variabel
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏 = 0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0

Contoh:
−4𝑥 + 8 = 0.
- Persamaan linier dua variabel
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 𝑐; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0, 𝑏 ≠ 0

Contoh:
6𝑥 − 3𝑦 = 9 merupakan persamaan linier dua variabel
dengan variabel 𝑥 dan variabel 𝑦.

Contoh:
2𝑥−1 𝑥+1
Tentukan himpunan penyelesaian persamaan linier = .
5 2
Penyelesaian:

12
5. SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏𝑦 = 0
𝑝𝑥 + 𝑞𝑦 = 0

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari sistem persamaan
berikut:
3𝑥 − 𝑦 = 5
{ dengan cara gabungan antara eliminasi dan substitusi
2𝑥 + 𝑦 = 10

Penyelesaian:

Jadi, 𝐻𝑃 = {(3,4)}

6. PERSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0

Penyelesaian persamaan kuadrat


a. Memfaktorkan
Contoh:
Selesaikan 𝑥 2 − 5𝑥 + 6 = 0.
Penyelesaian:
𝑥 2 − 5𝑥 + 6 = 0
↔ (𝑥 − 3)(𝑥 − 2) = 0
↔ 𝑥 − 3 = 0 atau 𝑥 − 2 = 0
𝑥 = 3 atau 𝑥 = 2
Jadi, 𝐻𝑃 = {2,3}

13
b. Melengkapkan Kuadrat Sempurna
Contoh:
Selesaikan 𝑥 2 + 10𝑥 + 21 = 0.
Penyelesaian:

Jadi, 𝐻𝑃 = {−3, −7}


c. Dengan Rumus ABC
−𝑏 ± √𝑏 2 − 4𝑎𝑐
𝑥1,2 =
2𝑎
Contoh:
Selesaikan 𝑥 2 + 6𝑥 − 16 = 0.
Penyelesaian:
𝑎 = 1, 𝑏 = 6, 𝑐 = −16
−6±√62 −4(1)(−16)
𝑥1,2 = 2(1)
−6±√100
= 2
−6±10
= 2
−6+10 4 −6−10 −16
𝑥1 = = 2 = 2 atau 𝑥2 = = = −8
2 2 2
Jadi, 𝐻𝑃 = {2, −8}

7. PERTIDAKSAMAAN LINIER
Bentuk umum:
𝑎𝑥 + 𝑏(𝑅)0; 𝑎, 𝑏 ∈ ℝ, 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)

14
Sifat-sifat pertidaksamaan
a. Arah tanda pertidaksamaan tetap jika ruas kiri dan ruas
kanan pertidaksamaan ditambah, dikurangi, dikalikan, atau
dibagi dengan bilangan positif yang sama.

b. Arah tanda pertidaksamaan berubah jika ruas kiri dan kanan


dikalikan atau dibagi dengan bilangan negatif yang sama.
1) 𝑎 > 𝑏 dan 𝑐 < 0 → 𝑎𝑐 < 𝑏𝑐
𝑎 𝑏
2) 𝑎 > 𝑏 dan 𝑑 < 0 → 𝑑 < 𝑑

Selang (interval)
Selang adalah himpunan bagian dari bilangan real yang
mempunyai sifat relasi tertentu. Jika batas-batasnya merupakan
bilangan real maka dinamakan selang hingga. Jika bukan
bilangan real maka dinamakan selang tak hingga (). Lambang
 menyatakan membesar tanpa batas dan lambang -
menyatakan mengecil tanpa batas. Contoh dari bermacam-
macam selang dapat dilihat pada tabel berikut.
Notasi Definisi Grafik Keterangan

(a,b) x a  x  b a b
( ) Selang terbuka
a b
[a,b] x a  x  b [ ]
Selang tertutup

a b Selang
[a,b) x a  x  b [ ) setengah
terbuka
a b Selang
(a,b] x a  x  b ( ] setengah
terbuka

( a,  ) x x  a
a
Selang terbuka
(

15
[ a,  ) x x  a
a
Selang tertutup
[

( −, b)
x x  b
b
) Selang terbuka
b
x x  b ] Selang tertutup
( −, b]

ℝ Selang terbuka
( −,  )

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20, 𝑥 ∈ ℝ.

Penyelesaian:
6𝑥 + 4 ≥ 4𝑥 + 20

Jadi, 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≥ 8, 𝑥 ∈ ℝ}.

8. PERTIDAKSAMAAN KUADRAT
Bentuk umum:
𝑎𝑥 2 + 𝑏𝑥 + 𝑐(𝑅)0; 𝑎, 𝑏, 𝑐 ∈ ℝ; 𝑎 ≠ 0
(𝑅) = salah satu relasi pertidaksamaan (<, >, ≤, ≥)

Langkah-langkah menentukan himpunan penyelesaian suatu


pertidaksamaan kuadrat adalah sebagai berikut:
(i) Ubah bentuk pertidaksamaan ke dalam bentuk umum
(ii) Tentukan pembuat nol pada ruas kiri
(iii) Letakkan pembuat nol pada garis bilangan

16
(iv) Substitusi sembarang bilangan pada pertidaksamaan kecuali
pembuat nol. Jika benar, maka daerah yang memuat
bilangan tersebut merupakan daerah penyelesaian.

Contoh:
Tentukan himpunan penyelesaian dari 𝑥 2 + 6𝑥 + 8 ≥ 0 untuk 𝑥 ∈
ℝ.
Penyelesaian:

Jadi, 𝐻𝑃 = {𝑥|𝑥 ≤ −4 atau 𝑥 ≥ −2}

17
KEGIATAN BELAJAR 2 :
GEOMETRI

b
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 2

2.1 Peserta mampu menganalisis karakter dan sifat dari geometri 2


dimensi dan geometri 3 dimensi serta mengembangkan argumen
tentang hubungan geometris
2.2 Peserta mampu menentukan posisi dan mendeskripsikan hubungan
spasial menggunakan sistem koordinat atau sistem representasi
lain
2.3 Peserta mampu menerapkan transformasi dan menggunakan
simetri untuk menganalisis situasi matematis

1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Peserta mampu mengidentifikasi, membandingkan, dan
menganalisis sifat dan karakter bentuk geometri 2 dimensi dan
geometri 3 dimensi beserta istilah-istilah dalam geometri
2.2 Peserta mampu mengklasifikasikan bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi
berdasarkan sifat dan karakter yang dimiliki
2.3 Peserta mampu menyelidiki, mendeskripsikan, dan menalar
pembagian, penggabungan, dan pentransformasian suatu bentuk
geometri
2.4 Peserta mampu menerapkan kongruensi dan kesebangunan
2.5 Peserta mampu mendeskripsikan lokasi dan pergerakan
menggunakan istilah geometri dan menggunakan bahasa yang
komunikatif
2.6 Peserta mampu membuat dan menggunakan sistem koordinat dan
untuk menunjukkan lokasi dan menjelaskan lintasan
2.7 Peserta mampu menentukan jarak di antara dua titik pada sistem
koordinat
2.8 Peserta mampu memprediksi dan mendeskripsikan hasil dari
pergeseran, pencerminan, dan perputaran suatu bentuk geometris
2.9 Peserta mampu mengidentifikasi dan mendeskripsikan simetri dan
dan rotasi dari bentuk geometri 2 dimensi

2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 2
2.1 Istilah dalam Geometri
2.2 Bangun Datar
2.3 Bangun Ruang
2.4 Sistem Koordinat
2.5 Segitiga Siku-Siku dan Teorema Pythagoras
2.6 Transformasi Geometri

3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 2

A. Istilah dalam Geometri


Geometri berasal dari bahasa latin geo yang berarti bumi dan metros
yang berarti pengukuran, sehingga geometri diartikan sebagai
pengukuran bumi. Berikut adalah tiga istilah pokok dalam geometri
yang tidak didefinisikan (undefined term).
1. Titik
Titik merupakan objek geometri yang tidak mempunyai panjang
dan tebal. Titik diilistrasikan sebagai noktah (dot) dan diberi label
dengan huruf kapital.
2. Garis
Garis merupakan objek geometri yang diilustrasikan dengan
goresan yang kedua ujungnya diberi tanda panah untuk
menandakan dapat diperpanjang di kedua ujungnya.
3. Bidang
Bidang merupakan objek geometri yang diilustrasikan dengan
suatu daerah (misalnya dinyatakan sebagai persegipanjang atau
jajargenjang).
Ketiga istilah pokok yang tidak didefinisikan tersebut merupakan
fondasi fundamental yang mengonstruksi geometri.

Berikut akan dijelaskan hubungan titik, garis, dan bidang beserta


istilah-istilah lain dalam geometri terkait kedudukannya.
1. Kedudukan titik dan garis
Misalkan diberikan sebuah titik A dan garis g. Terdapat 2
kemunkinan kedudukan titik A terhadap garis g, yakni:
a. Titik terletak pada garis

b. Titik terletak di luar garis

4
2. Kedudukan garis dan garis
Misalkan diberikan 2 garis, yakni garis g dan garis k. Terdapat 4
kemungkinan kedudukan garis g dan garis k, yakni:
a. Garis g berhimpit dengan garis k
Garis g dengan garis k dikatakan berhimpit jika dan hanya jika
kedua garis tersebut memiliki paling sedikit 2 titik sekutu.

b. Garis g berpotongan dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan berpotongan jika dan hanya
jika kedua garis tersebut memiliki paling sedikit 1 titik sekutu.

c. Garis g sejajar dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan sejajar jika dan hanya jika
kedua garis tersebut sebidang dan tidak berpotongan.

d. Garis g bersilangan dengan garis k


Garis g dengan garis k dikatakan bersilangan jika dan hanya
jika kedua garis tersebut tidak sebidang

3. Kedudukan titik dan bidang


Misalkan diberikan sebuah titik A dan bidang α. Terdapat 2
kemunkinan kedudukan titik A terhadap bidang α, yakni:
a. Titik terletak pada bidang

5
b. Titik terletak di luar bidang

4. Kedudukan garis dan bidang


Misalkan diberikan garis g dan bidang α. Terdapat 3 kemungkinan
kedudukan garis g dan bidang α, yakni:
a. Garis g terletak pada bidang α
Garis g dikatakan terletak pada bidang α jika dan hanya jika
terdapat 2 titik pada garis terletak pada bidang α.
b. Garis g sejajar bidang α
Garis g dikatakan sejajar bidang α jika dan hanya jika garis dan
bidang tidak memiliki titik sekutu
c. Garis g memotong/menembus bidang α
Garis g dikatakan memotong bidang α jika dan hanya jika garis
dan bidang memiliki tepat 1 titik sekutu

5. Kedudukan bidang dan bidang


Misalkan diberikan 2 bidang, yakni bidang α dan bidang β.
Terdapat 3 kemungkinan kedudukan bidang α dan bidang β, yakni:
a. Bidang α terletak pada bidang β
Bidang α dikatakan terletak pada bidang β jika dan hanya jika
kedua bidang tersebut memiliki 3 titik sekutu yang tidak segaris
b. Bidang α sejajar bidang β
Bidang α dan bidang β dikatakan sejajar jika dan hanya jika
kedua bidang tersebut tidak memiliki titik sekutu
c. Bidang α memotong/menembus bidang β
Bidang α dikatakan memotong dengan bidang β jika dan
hanya jika kedua bidang tersebut memiliki 2 titik sekutu

Istilah lain yang perlu dipahami selanjutnya adalah sudut, sebangun,


dan kongruen.
1. Sudut
Sudut merupakan gabungan dua sinar garis yang titik pangkalnya
berhimpit. Kedua sinar garis disebut sebagai sisi atau kaki sudut
dan titik pangkalnya disebut titik sudut. Sudut dinotasikan dengan
simbol  diikuti tiga huruf dengan huruf tengah merupakan titik
sudut atau simbol  diikuti satu huruf, yakni titik sudut saja.
Contoh: AOB atau O

6
Ukuran sudut dapat dinyatakan dengan satuan derajat atau
radian.
Berdasarkan ukuran sudut, berikut adalah macam-macam istilah
sudut.
a. Sudut lancip adalah sudut yang besarnya antara 0o dan 90o
b. Sudut siku-siku adalah sudut yang besarnya 90o
c. Sudut tumpul adalah sudut yang besarnya antara 90 o dan
180o
d. Sudut lurus adalah sudut yang besarnya 180o

Berdasarkan hubungan sudut dengan sudut lain, berikut adalah


macam-macam istilah sudut.
a. Dua sudut disebut berpelurus, jika jumlah besar sudut
keduanya 180o

b. Dua sudut disebut berpenyiku, jika jumlah besar sudut


keduanya 90o

7
2. Sebangun
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan sebangun jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk yang sama.

Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu uang logam Indonesia pecahan
Rp100,00 dan Rp500,00 secara geometris dikatakan sebangun.

3. Kongruen
Dua bangun geometri atau lebih dikatakan kongruen jika dan
hanya jika bangun-bangun tersebut memiliki bentuk dan ukuran
yang sama.
Contoh:
Lingkaran yang dibuat mengacu suatu uang logam Indonesia
pecahan Rp1.000,00 dengan lingkaran yang dibuat mengacu uang
logam Indonesia pecahan Rp1.000,00 lainnya secara geometris
dikatakan kongruen.

B. Bangun Datar
1. Jajargenjang
Jajargenjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang sisi
berhadapan sama panjang dan sejajar.

Luas daerah jajargenjang = a  t


Keliling jajargenjang = 2  (a + s )
Sifat jajargenjang:
̅̅̅̅
𝐷𝐶 ∥ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 , ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝐴𝐷 ∥ 𝐵𝐶 AP = PC ’ DP = PB
DC = AB ’ AD = BC
DAB = BCD ’
ABC = CDA

8
2. Persegipanjang
Persegipanjang adalah segiempat yang dibatasi oleh dua pasang
sisi berhadapan sama panjang, sejajar, dan keempat sudutnya
siku-siku. (Dapat dikatakan sebagai jajargenjang yang keempat
sudutnya siku-siku)

Luas daerah persegipanjang =


pl
Keliling persegipanjang =
2  ( p + l)
Sifat persegipanjang:
̅̅̅̅ ∥ 𝐴𝐵
𝐷𝐶 ̅̅̅̅ , 𝐴𝐷
̅̅̅̅ ∥ 𝐵𝐶
̅̅̅̅ DS = SB ’ AS = SC
DC = AB ’ AD = BC
DAB = ABC = BCD = CDA = 900

3. Persegi
Persegi adalah segiempat yang dibatasi oleh empat sisi sama
panjang dan keempat sudutnya siku-siku. (Dapat dikatakan
sebagai persegipanjang yang sisinya sama panjang)

Luas daerah persegi = s  s


Keliling persegi = s+s+s+s = 4  s
Sifat persegi:
̅̅̅̅ ∥ 𝐴𝐵
𝐷𝐶 ̅̅̅̅ , 𝐴𝐷
̅̅̅̅ ∥ 𝐵𝐶
̅̅̅̅
DC = AB = CB = DA
DS = CB = BS = AS
DAB = ABC = BCD = CDA = 900

4. Segitiga
Segitiga adalah bangun datar yang dibatasi tiga sisi

9
Segitiga siku-siku Segitiga sebarang

at
Luas daerah segitiga =
2
Keliling segitiga = a + b + c

5. Layang-Layang
Layang-layang adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus.

d1  d 2
Luas daerah layang-layang =
2
Keliling layang-layang = 2  ( s1 + s2 )
Sifat layang-layang:
AB = BC ’ DA = DC
BAD = BCD
BAC = BCA
ADB = CDB

6. Belah Ketupat
Belah ketupat adalah segiempat yang diagonal-diagonalnya
berpotongan tegak lurus dan sisi-sisinya sama panjang.

10
d1  d 2
Luas daerah belah ketupat =
2
Keliling belah ketupat = 4  s
Sifat belah ketupat:
̅̅̅̅
𝐷𝐶 ∥ ̅̅̅̅
𝐴𝐵 , ̅̅̅̅ ̅̅̅̅
𝐴𝐷 ∥ 𝐵𝐶
DC = AB = CB = DA
DAB = DCB
ABC = ADC
BS = DS ’ AS = CS

7. Trapesium
Trapesium adalah segiempat yang memiliki tepat satu pasang sisi
sejajar.

( a + b)  t
Luas daerah trapesium =
2
Keliling trapesium = a + b + c + d
Sifat trapesium:
̅̅̅̅ ∥ 𝐴𝐵
𝐷𝐶 ̅̅̅̅

8. Lingkaran
Lingkaran adalah kedudukan titik-titik yang berjarak sama terhadap
sebuah titik tertentu dalam bidang yang sama.

 d2
Luas daerah lingkaran = =   r2
4
Keliling lingkaran =   d = 2    r
Dengan   22
7  3,14 dan d = 2  r

Contoh Masalah 1
Menentukan Luas dan Keliling Bangun Datar
Diberikan sebuah bangun datar kompleks ABCDE sebagai berikut.

11
Diketahui AC = 7 cm, BE = 6 cm, OB=OA=OE, AB=AE= 3 2 , dan BC= 5
cm.
1. Sebutkan bangun datar apa saja yang menyusun bangun datar
ABCDE di atas?
2. Tentukan luas daerah bangun datar tersebut!
3. Tentukan keliling bangun ABCDE!

Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun datar yang dapat menyusun bangun
ABCDE.

Alternatif Bangun Datar Penyusun


Ilustrasi
ke- Bangun ABCDE
1. Bangun ABCDE dapat disusun
dari bangun trapesium DCAE
dan segitiga CBA.

2. Bangun ABCDE dapat disusun


dari bangun segitiga EAB dan
trapesium BEDC

12
3. Bangun ABCDE dapat disusun
dari bangun layang-layang
ABCE dan segitiga EDC

4. Dan seterusnya

2. Karena bangun ABCDE dapat disusun oleh bangun layang-layang


ABCE dan segitiga EDC, maka
LABCDE = LABCE + LEDC
d d at
LABCDE = 1 2 +
2 2
7  6 3 4
LABCDE = +
2 2
LABCDE = 21 + 6
LABCDE = 27
Jadi, luas daerah ABCDE adalah 27 cm2.

3. KABCDE = AB+BC+CD+DE+EA
KABCDE = 3 2 +5+3+4+ 3 2
KABCDE = 12+ 6 2
Jadi, keliling bangun ABCDE adalah 12+ 6 2 .

C. Bangun Ruang
1. Kubus
Kubus dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi persegi yang kongruen.
Volume kubus = s = s  s  s
3

Luas permukaan kubus = 6  s


2

2. Balok
Balok dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi 3
pasang sisi berhadapan kongruen.

13
Volume balok = p  l  t
Luas permukaan balok =
2   ( p  l ) + (l  t ) + ( p  t ) 

3. Prisma
Prisma dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi
sepasang sisi sejajar dan kongruen serta sisi tegak.

Volume prisma = Luas alas x tinggi


Luas permukaan prisma = 2 x luas alas + luas seluruh sisi tegak

4. Tabung
Tabung dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi tiga
buah sisi, yaitu sisi alas dan sisi atas yang merupakan daerah
lingkaran serta sisi melingkar yang disebut selimut tabung.
Volume tabung = Luas alas x tinggi
Luas permukaan tabung = 2 x luas alas + luas seluruh sisi tegak
Luas permukaan tabung tanpa tutup = luas alas + luas seluruh sisi tegak

5. Limas
Limas dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk polygon dan sisi tegak.

14
Limas segitiga Limas segiempat
1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3

6. Kerucut
Kerucut dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi alas
berbentuk lingkaran dan sisi tegak (selimut kerucut). Kerucut dapat
dipandang sebagai limas yang alasnya berbentuk lingkaran.
1
Volume limas = x Luas Alas x tinggi
3

7. Bola
Bola dideskripsikan sebagai bangun ruang yang dibatasi oleh
kedudukan titik-titik yang memiliki jarak yang sama terhadap titik
pusat.
4   r3
Volume bola =
3
Luas permukaan bola = 4    r 2

15
Contoh Masalah 2
Menentukan Volume Bangun Ruang
Diberikan sebuah bangun ruang ABCDEF.GHIJKL sebagai berikut.

Diketahui AB = 12 cm, BC = 9 cm, CD=DE=3, dan BH= 4 cm.


1. Sebutkan bangun ruang apa saja yang menyusun bangun ruang
ABCDEF.GHIJKL di atas?
2. Tentukan volume bangun ABCDEF.GHIJKL tersebut!

Penyelesaian:
1. Berikut adalah alternatif bangun ruang yang dapat menyusun bangun
ruang ABCDEF.GHIJKL
Alternatif Bangun Ruang Penyusun
Ilustrasi
ke- Bangun ABCDEF.GHIJKL
1. Bangun ABCDEF.GHIJKL dapat
disusun dari bangun ruang
balok E’BCD.K’HIJ dan prisma
AE’EF.GK’KL.

2. Bangun ABCDEF.GHIJKL dapat


disusun dari bangun ruang
balok EE’CD.K’HIJ dan prisma
ABE’F.GHK’L.

3. Dan seterusnya

2. Diketahui AB = 12 cm, BC = 9 cm, CD=DE=3 cm, FE= 7 cm, dan


BH= 4 cm.
Karena bangun ABCDEF.GHIJKL dapat disusun dari bangun ruang
balok EE’CD.K’HIJ dan prisma ABE’F.GHK’L, maka
VABCDEF.GHIJKL = VEE’CD.K’HIJ +VABE’F.GHK’L
1
VABCDEF.GHIJKL = EE ' E ' K  E ' C + ( AB + FE ')  BE ' BH
2

16
1
VABCDEF.GHIJKL = 3  4  3 + (12 + 10)  6  4
2
VABCDEF.GHIJKL = 36 + 264
VABCDEF.GHIJKL = 300
Jadi, volume bangun ABCDEF.GHIJKL adalah 300 cm3.

17
D. Sistem Koordinat
Sistem yang sering digunakan dalam kajian geometri di antaranya
adalah sistem koordinat kartesius. Sistem koordinat kertesius dua
dimensi terdiri dari 2 sumbu, yakni sumbu-x (horizontal) dan sumbu-y
(vertikal). Berikut ini diilustrasikan manfaat sistem koordinat.

Menentukan Lokasi Titik dan Jarak Titik

K
ota Ngalam merupakan kota unik yang jalan-jalannya didesain
menyerupai sumbu koordinat dengan Balai Kota sebagai
pusatnya. Berikut ini adalah tata letak bangunan penting di kota
Ngalam.

Peta Bangunan Penting Kota Ngalam

Nomor Jalan

U
6
B T
5
S Pom Bensin
4
Terminal
3

2
Universitas
1
Stasiun
Balai Kota

-7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 1 2 3 4 5 6 7
-1

Kantor Polisi -2 Stadion


-3

-4 Rumah Sakit

-5 Pizza Dut
-6

18
Contoh Masalah 3

Masalah Lokasi Titik

1. Berikan koordinat dari masing-masing bangunan


a. Pom Bensin
b. Universitas
c. Rumah Sakit

2. Kepala polisi kota Ngalam merencanakan beberapa rute mobil


polisi. Kepala polisi tersebut perlu membuat rute mobil polisi
terpendek dari pasangan lokasi berikut.
Pasangan 1: Kantor polisi ke Balai Kota
Pasangan 2: Stasiun ke Stadion
Pasangan 3: Universitas ke Pizza Dut
a. Berikan arah yang tepat dari rute mobil polisi pada setiap
pasangan!
b. Pada setiap pasangan, temukan total jarak mobil polisi dalam
satuan kotak!

3. Misalkan Anda mengetahui koordinat dua bangunan di Ngalam.


Bagaimana Anda menentukan lintasan terpendek mobil polisi
(dalam satuan kotak) di antara mereka?

Penyelesaian:
1. Berikut adalah koordinat bangunan di kota Ngalam.
a. Pom bensin terletak di persimpangan jalan ke-7 dan 5, jadi
koordinatnya (7,5).
b. Universitas terletak di persimpangan jalan ke- (-7) dan 2, jadi
koordinatnya (-7,2).
c. Rumah sakit terletak di persimpangan jalan ke- 4 dan (-4), jadi
koordinatnya (4,-4)
2. a. Berikut adalah rute yang tepat dari:
1) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Kantor polisi
ke Balaikota adalah melewati 2 jalan ke Utara dan melewati 5
jalan ke Timur atau melewati 5 jalan ke Timur dan melewati 2
jalan ke Utara.

19
2) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Stasiun ke
Stadion adalah melewati 2 jalan ke Timur dan melewati 3 jalan
ke Selatan atau melewati 3 jalan ke Selatan dan melewati 2
jalan ke Timur.

3) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Universitas ke


Pizza Dut adalah melewati 7 jalan ke Timur dan melewati 7
jalan ke Selatan atau melewati 7 jalan ke Selatan dan
melewati 7 jalan ke Timur.

b. Berdasarkan rute yang ditempuh, berikut adalah jarak tempuh dari


masing-masing rute.
1) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Kantor polisi
ke Balaikota adalah 7 satuan kotak.
2) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Stasiun ke
Stadion adalah 5 satuan kotak.
3) Rute terpendek yang ditempuh mobil polisi dari Universitas ke
Pizza Dut adalah 14 satuan kotak.
3. Misalkan diberikan koordinat dua bangunan di Ngalam, yakni
bangunan A( x1 , y1 ) dan bangunan B ( x2 , y2 ) . Untuk menentukan

20
lintasan terpendek mobil polisi dari bangunan A( x1 , y1 ) dan bangunan
B ( x2 , y2 ) adalah x2 − x1 satuan ke Timur/Barat (horizontal) dan
y2 − y1 satuan ke Utara/Selatan (vertikal).

E. Segitiga Siku-Siku dan Teorema Pythagoras


1. Segitiga Siku-Siku
Segitiga siku-siku merupakan segitiga yang besar salah satu
sudutnya 90o. Perhatikan PQR siku-siku di Q . Sisi PR disebut
sisi miring (hipotenusa) sedangkan sisi PQ dan QR disebut kaki
segitiga siku-siku.

2. Teorema Pythagoras
Pythagoras merupakan seorang ahli filsafat dan matematika dari
Yunani. Teorema Pythagoras menyatakan bahwa pada sebuah
segitiga siku-siku, kuadrat sisi miring (hipotenusa) merupakan
jumlah kuadrat dari dua sisi yang lain. Misalkan PQR berikut siku-
siku di Q .

Teorema Pythagoras
PR 2 = PQ 2 + QR 2

Sebagai akibat teorema Pythagoras adalah adanya bilangan tripel


Pythagoras, yakni segitiga yang dibentuk dengan ukuran sisi sesuai
bilangan tripel Pythagoras adalah segitiga siku-siku. Contoh
bilangan tripel Pythagoras di antaranya adalah
3, 4, dan 5
5, 12, dan 13
7, 24, dan 25

21
Salah satu manfaat teorema Pythagoras adalah dalam menentukan
jarak.

Contoh Masalah 4

Masalah Penentuan Jarak

Perhatikan kembali peta kota Ngalam pada Kegiatan 1.

1. Dibandingkan dengan mobil, helikopter dapat secara langsung


menuju dari satu tempat ke tempat lain. Dari setiap pasangan lokasi
pada Contoh Masalah 3 Nomor 2, temukan jarak tempuh terpendek
helikopter (dalam satuan kotak) dari titik awal hingga titik akhir.

2. Apakah rute helikopter di antara setiap pasangan lokasi selalu lebih


pendek helikopter rute mobil? Jelaskan!

Penyelesaian:
1. Misalkan diberikan koordinat dua bangunan di Ngalam, yakni
bangunan A( x1 , y1 ) dan bangunan B ( x2 , y2 ) .

Dengan menerapkan teorema Pythagoras, jarak dari bangunan A ke


bangunan B jika ditempuh dengan helikopter adalah

( x2 − x1 ) + ( y2 − y1 )
2 2
AB =

a. Diketahui koordinat kantor polisi (-5,-2) dan koordinat balai kota


(0,0).

22
Jarak kantor polisi ke balai kota adalah

( 0 − (−5) ) + ( 0 − (−2) )
2 2
= 52 + 22 = 25 + 4 = 29

Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 29 satuan.


b. Diketahui koordinat stasiun (3,1) dan koordinat stadion (5,-2).

Jarak Stasiun ke Stadion adalah

( 5 − 3) + ( −2 − 1)
2 2
= 22 + (−3) 2 = 4 + 9 = 13

Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 13 satuan.

c. Diketahui koordinat universitas (-7,2) dan koordinat pizza dut (0,-


5).

Jarak Universitas ke Pizza Dut adalah

( −7 − 0 ) + ( −5 − 2 )
2 2
= (−7) 2 + (−7) 2 = 49 + 49 = 98
Jadi, jarak kantor polisi ke balai kota adalah 98 satuan

23
2. Ya. Berdasarkan sifat segitiga siku-siku, panjang hipotenusa selalu
kurang dari jumlah panjang kedua kaki segitiga siku-siku. Dengan
demikian, rute helikopter di antara setiap pasangan lokasi selalu
lebih pendek helikopter rute mobil.

24
F. Transformasi Geometri
Objek geometri dapat diberikan operasi seperti pergeseran,
perputaran, dan perbesaran/pengecilan.
1. Pergeseran
k

A
A’

Posisi objek geometri A dikatakan mengalami pergeseran sejauh


k menjadi di A’.

2. Pencerminan

s
B B’
Objek geometri B dikatakan mengalami pencerminan terhadap
sumbu s menjadi B’.

3. Perputaran

Objek geometri C dikatakan mengalami perputaran sebesar θ.

25
4. Perbesaran/Pengecilan

E
D

Objek geometri E dikatakan perbesaran dari objek geometri D


atau
Objek geometri D dikatakan pengecilan dari objek geometri E.

26
KEGIATAN BELAJAR 3 :
STATISTIKA

b
Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 3

3.1 Peserta mampu memilih dan menggunakan metode-metode statistika


yang sesuai untuk analisis data

1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 3

3.1.1 Peserta mampu mendeskripsikan bentuk dan fitur penting dari


sekumpulan data dan membandingkan data terkait, dengan
penekanan pada bagaimana data didistribusikan
3.1.2 Peserta mampu menggunakan ukuran pemusatan data
3.1.3 Peserta mampu membandingkan representasi berbeda dari data
yang sama dan mengevaluasi seberapa baik setiap representasi
menunjukkan aspek-aspek penting dari data

2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 3

1. Rata-rata
2. Median
3. Modus
4. Varians

3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 3

Ukuran pemusatan data merupakan karakteristik yang bermanfaat


untuk mengeksplorasi data. Karakteristik tersebut dapat dipelajari
menggunakan grafik atau ukuran-ukuran yang diperoleh dari data.
Ukuran pemusatan meliputi rata-rata, median, dan modus.
A. Rata-rata
1. Rata-rata data acak (ungrouped data)
Misal a, b, dan c diketahui data nilai tiga mahasiswa. Yang
dimaksud dengan rata-rata nilai tiga mahasiswa itu adalah jumlah
nilai tiga mahasiswa dibagi dengan banyak mahasiswa. Secara
𝑎+𝑏+𝑐
matematis, rata-ratanya bisa ditulis . Rata-rata disimbolkan
3
dengan 𝑥̅ (baca : x bar).
Secara umum jika 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 …., 𝑥𝑛 menyatakan sampel acak
ukuran 𝑛, maka rataan sampel dinyatakan oleh statistik 𝒙 ̅=
𝒙𝟏 +𝒙𝟐 +⋯+𝒙𝒏 ∑ 𝒙𝒊
= .
𝒏 𝒏
Simbol Σ adalah alfabet Yunani yang merupakan singkatan
dari sum (jumlah).

Contoh 1.1.a :
Misal nilai lima ulangan harian mata pelajaran Matematika 80, 80, 70,
90, 80. Tentukan rata-rata data tersebut !
Jawab :
𝑥1 +𝑥2 +⋯+𝑥𝑛 ∑𝑛=5
𝑖=1 𝑥𝑖 80+80 +70+90+80
𝑥̅ = = = =80
𝑛 𝑛 5
Rata-rata dari nilai ulangan harian tersebut adalah 80.

Contoh 1.2.a :
Diketahui data hasil ulangan harian 10 peserta didik pada mata
pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut :
65, 70, 75, 85, 90, 90, 95, 95, 95, dan 100.
Hitunglah rata-rata (mean) data di atas!

4
Jawab :
65+70+75+85+90+90+95+95+95+100
𝑥̅ = = 86
10
Rata-rata nilai ulangan harian 10 peserta didik pada mata pelajaran
Sejarah Kebudayaan Islam adalah 86.
2. Rata-rata data berkelompok (grouped data)
Bila data yang ada banyak jumlahnya banyak, maka perlu
disusun distribusi frekuensi agar mudah dianalisis. Data acak dapat
dikelompokkan berdasarkan ke dalam kelas tertentu dengan panjang
interval tertentu.
Secara matematis rata-rata (mean) data berkelompok adalah :
𝑛 𝑛
𝑓1 𝑥1 + 𝑓2 𝑥2 + 𝑓3 𝑥3 + ⋯ + 𝑓𝑛 𝑥𝑛
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ⁄∑ 𝑓𝑖 =
𝑓1 + 𝑓2 + ⋯ + 𝑓𝑛
𝑖=1 𝑖=1

Keterangan :
𝑥̅ = rata-rata (means)
𝑥𝑖 = nilai tengah interval kelas ke- 𝑖
𝑓𝑖 = frekuensi interval kelas 𝑖

Untuk mengelompokkan data acak, bisa digunakan prosedur


yang telah dikembangkan oleh Sturges. Berikut ini adalah prosedur
atau langkah menyusun distribusi kuantitatif sebuah data.
a) Menentukan banyak dan lebar interval kelas.
Banyak interval kelas yang efisien biasanya antara 5 dan 15.
Adapun rumus banyak interval kelas (𝑘) adalah :

𝑘 = 1 + 3,322 log 𝑛

jangkauan
Lebar interval = 𝑘
Jangkauan biasanya disebut dengan range.
b) Meletakkan interval-interval kelas ke dalam sebuah kolom serta
mengurutkan kelas terendah pada kolom paling atas dan
seterusnya.
c) Memeriksa dan memasukkan data ke dalam interval yang sesuai.
Di bawah ini ada data nilai kuis mata kuliah Konsep Dasar
Matematika dari 25 mahasiswa yang tersaji dalam tabel berikut.

5
9 11 20 15 19
19 18 14 12 17
13 16 17 19 18
13 17 15 18 17
10 11 17 19 15
Selanjutnya, dibuatlah tabel yang memuat banyak data
(frekuensi) dengan turus. Perhatikan tabel di bawah ini.

Data Turus Frekuensi


9 I 1
10 I 1
11 II 2
12 I 1
13 II 2
14 I 1
15 III 3
16 I 1
17 IIII 5

Langkah berikutnya adalah menentukan banyak dan lebar


kelas digunakan aturan Sturges. Perhitungan penentuan banyak
kelas, jangkauan, dan lebar kelas disajikan sebagai berikut :
1) 𝑘 = 1 + 3,322 log 25 = 1 + 4,644 = 5,644 ≈ 6
2) jangkauan = 20 − 9 = 11.
jangkauan 11
3) Lebar interval = = = 1,833 ≈ 2.
𝑘 6
Hasil pengelompokan data disajikan pada Tabel 3.3 di
bawah ini.

No Data 𝒇𝒊 𝒙𝒊 𝒇𝒊 𝒙𝒊
1 9 – 10 5 9,5 47,5
2 11 – 12 8 11,5 92
3 13 – 14 4 13,5 54
4 15 – 16 3 15,5 46,5
5 17 – 18 3 17,5 52,5
6 19 - 20 2 19,5 39
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥 331,5
𝑖 𝑖

𝑛 𝑛
331,5
𝑥̅ = ∑ 𝑓𝑖 𝑥𝑖 ⁄∑ 𝑓𝑖 = = 13,26.
25
𝑖=1 𝑖=1

6
Jadi, rata-rata data nilai kuis mahasiswa pada mata kuliah Konsep
Dasar Matematika adalah 13,26.

Contoh 2.1.a
Tabel berikut adalah data statistik penelitian seorang guru yang
melakukan penelitian tindakan kelas.

Tabel tersebut menunjukkan perbandingan kemampuan siswa


(objek penelitian) dalam mengonstruksi konsep pada siklus 1 dan 2.
Apakah kemampuan siswa dalam mengonstruksi konsep secara
umum mengalami peningkatan?

Jawab:
Untuk menentukan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi
konsep secara umum apakah mengalami peningkatan atau tidak
bisa digunakan ukuran pemusatan yakni rata-rata jumlah siswa
yang berkategori baik.
No Deskripsi Baik
1 2
1 Merumuskan hipotesis konsep 36 62
2 Mengajukan pertanyaan untuk 33 56
mengumpulkan data
3 Mengklasifikasikan data 23 44
4 Mengeliminasi data 23 41
5 Mengaitkan data untuk 13 46
mendefinisikan konsep
Rata-rata 25,6 49,8

7
Terlihat bahwa rata-rata nilai kemampuan siswa dalam
mengonstruksi konsep secara umum mengalami peningkatan
sebesar 49,8 − 25,6 = 24,2.
B. Median
1) Median data acak
Median atau nilai tengah termasuk ukuran pemusatan data.
Median adalah nilai tengah jika segugus data diurutkan dari yang
terkecil sampai yang terbesar atau sebaliknya.

Median data ganjil


Misal terdapat data 8, 7, 9. Untuk menentukan median data
tersebut, haruslah diurutkan datanya. Setelah diurutkan, maka
datanya menjadi 7, 8, 9. Dengan demikian, dapat dengan mudah
ditentukan mediannya adalah 8.

Median data genap


Berbeda dengan data yang jumlahnya genap, nilai
𝑛
tengahnya ditentukan dengan menjumlahkan data ke dengan
2
𝑛
data ke + 1, hasil penjumlahan itu dibagi dua. Misalnya, diketahui
2
sebuah data 2, 8, 3, 4, 1, 8. Untuk menentukan median data
tersebut, langkah pertama adalah dengan mengurutkan data
tersebut. Data terurutnya 1, 2, 3, 4, 8, 8. Mediannya adalah jumlah
3+4
data ke-3 dan ke-4 dibagi 2, yakni = 3,5.
2
Secara matematis, misalkan terdapat data : 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 …., 𝑥𝑛 ,
median (𝑀𝑑 ) dirumuskan sebagai berikut :
𝑥𝑛+1 untuk 𝑛 ganjil
2
𝑀𝑑 = {𝑥𝑛+ 𝑥𝑛+1
2 2
2 untuk 𝑛 genap

Contoh 1.1.b
Carilah median (𝑀𝑑 ) data berikut: 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19
Jawab : 𝑀𝑑 = data keenam = 14

Contoh 1.2.b
Carilah median (𝑀𝑑 ) data berikut : 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17,
18, 19, 20

8
data keenam+data ketujuh 14+15
Jawab : 𝑀𝑑 = = = 14,5
2 2

2) Median data yang dikelompokkan


Untuk data yang sudah dikelompokkan (grouped data), median atau
nilai tengah disajikan dalam
𝑛
−𝐹
𝑀𝑑 = 𝐿𝑀𝑑 + (2 )𝑐
𝑓𝑀𝑑

Keterangan :
𝑀𝑑 = median
𝐿𝑀𝑑 = batas bawah kelas median
𝑛 = banyak data
𝐹 = jumlah frekuensi interval sebelum interval median
𝑓𝑀𝑑 = frekuensi interval median
𝑐 = lebar interval

Contoh 2.1.b
Perhatikan data di bawah ini.
No Data 𝒇𝒊
1 9 – 10 5
2 11 – 12 8
3 13 – 14 4
4 15 – 16 3
5 17 – 18 3
6 19 – 20 2
Tentukan median (𝑀𝑑 ) data di atas !
Jawab :
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan kelas
median.

No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥
𝑖 𝑖

9
Karena banyak data adalah 25 (ganjil), maka nilai tengah untuk
data acak adalah 𝑥25+1 = 𝑥13 (data ketiga belas). Perhatikan kelas
2

interval yang ditandai di atas.


𝑛
−𝐹
𝑀𝑑 = 𝐿𝑀𝑑 + (𝑓2 )𝑐
𝑀𝑑

12,5−5
𝑀𝑑 = 10,5 + ( ) 2 = 11,65
13
Jadi median data di atas adalah 11,65.

C. Modus
1) Modus data acak
Modus (mode) adalah data yang sering muncul.
Contoh 1.1.c
Diketahui data IPK 4 mahasiswa 2, 3, 4, dan 4. Tentukan modus
data tersebut !
Jawab :
Modus data tersebut adalah 4.
Contoh 1.2.c
Penelitian uang saku siswa MI Al Hikmah Kota Malang dengan
sampel 24 siswa adalah sebagai berikut.
15000 17500 18000 20000 25000 22500 12500 17500
22500 14000 17500 16000 22000 23000 22500 14000
15000 20000 22500 25000 30000 22500 12500 20000
Tentukan modus data tersebut !
Jawab :
Modus data di atas adalah 22500 karena data tersebut muncul 5
kali (muncul paling banyak).
2) Modus data berkelompok
Untuk data berkelompok (grouped data), modus (𝑀0 ) dirumuskan
dengan
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿𝑀0 + ( )𝑐
𝑑1 + 𝑑2
Keterangan :
𝑀𝑜 = modus
𝐿𝑀𝑜 = batas bawah kelas modus
𝑛 = banyak data
𝑑1 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya

10
𝑑2 = selisih positif frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
setelahnya
𝑐 = lebar interval

Contoh 2.1.c
Perhatikan data di bawah ini!
No Data 𝒇𝒊 𝒇𝒌
1 9 – 10 5 5
2 11 – 12 8 13
3 13 – 14 4 17
4 15 – 16 3 20
5 17 – 18 3 23
6 19 - 20 2 25
∑ 𝑓𝑖 =25 ∑ 𝑓 𝑥
𝑖 𝑖

Tentukan modus (𝑀𝑜 ) data di atas!


Jawab :
𝑑1
𝑀𝑜 = 𝐿𝑀0 + (𝑑 )𝑐
1 +𝑑2

3
𝑀𝑜 = 10,5 + (3+4) 2 = 11,36
Jadi, modus data di atas adalah 11, 36.

Ketiga statistik ukuran pemusatan belumlah dapat memberikan


gambaran yang memuaskan mengenai distribusi data. Masih perlu
diketahui bagaimana pengamatan memencar di sekitar pusat data.
Mungkin saja dua pengamatan memiliki rataan atau median yang sama,
tetapi pemencarannya sangat berbeda dengan rata-ratanya.

D. Range (Jangkauan)
Definisi
Range sampel acak 𝑥1 , 𝑥2 , … , 𝑥𝑛 yang diurutkan membesar
didefinisikan sebagai statistik 𝑥𝑛 − 𝑥1 .
Contoh 1.1.d :
Range himpunan pengamatan 10,12,12,18,19,22, dan 24 adalah
24 − 10 = 14.

11
Pandanglah contoh pengukuran berikut mengenai dua sampel
pembotolan air jeruk oleh dua perusahaan yang berbeda, sebut saja
perusahaan A dan B.
Sampel A 75 80 76 83 86 Jangkauan = 12
Sampel B 86 80 69 71 94 Jangkauan = 25
Kedua sampel mempunyai rataan yang sama, 80. Cukup jelas
bahwa perusahaan A lebih merata isi botol air jeruknya daripada
perusahaan B. Tentunya, kalau membeli air jeruk kita akan merasa
labih yakin bahwa isi botol yang kita pilih lebih mendekati isi yang
dicantumkan pada etiket botolnya bila kita membeli produksi
perusahaan A.
Range merupakan ukuran penyebaran yang kurang efektif
teutama apabila sekali bila ukuran sampel besar, karena hanya
menggunakan dua nilai yang ekstrem dan sama sekali tidak
mendeskripsikan apapun tentang penyebaran data di antaranya.
Perhatikan contoh berikut !
3 4 5 6 8 9 10 12 15
3 8 8 9 9 9 10 10 15
Pada himpunan pertama rata-rata dan median sama-sama 8,
tapi bilangannya berubah dari 3 sampai 15. Pada himpunan kedua,
rata-rata dan median sama-sama 9, tapi banyak bilangannya yang
dekat dengan 9. Kendati range gagal mengukur penyebaran di antara
kedua pengamatan terbesar dan terkecil, manfaat pemakaiannya masih
ada.
Untuk mengatasi kelemahan range, akan dibahas ukuran
penyebaran lainnya yaitu varians, yang memperhitungkan besar tiap
pengamatan sampel terhadap rataan sampel.

D. Varians (Ragam)
Dalam teori probabilitas dan statistika, varians (dari bahasa
Inggris: variance) atau ragam suatu peubah acak (atau distribusi
probabilitas) adalah ukuran seberapa jauh sebuah kumpulan bilangan
tersebar. Varians nol mengindikasikan bahwa semua nilai sama.
Varians selalu bernilai non-negatif, varians yang rendah
mengindikasikan bahwa titik data condong sangat dekat dengan nilai
rata-rata (nilai ekspektasi) dan antara satu sama lainnya, sementara

12
varians yang tinggi mengindikasikan bahwa titik data sangat tersebar di
sekitar rata-rata dan dari satu sama lainnya.
Pengukuran yang sama yaitu akar kuadrat dari varians, disebut
juga simpangan baku. Simpangan baku memiliki dimensi dan data yang
sama, oleh karena itu bisa dibandingkan dengan deviasi dari rerata.
Varians adalah salah satu penanda dari sebuah distribusi
peluang. Dalam konteks tersebut, ia menjadi bagian dari pendekatan
sistematis sebagai pembeda antara distribusi probabilitas. Walaupun
pendekatan lain telah dikembangkan, pendekatan yang berbasis
momen lebih mudah secara matematis. Varians adalah salah satu
parameter yang menjelaskan, distribusi peluang sebenarnya dari suatu
populasi yang diobservasi, atau distribusi peluang teoretis dari sebuah
populasi yang tidak secara penuh diobservasi (sampel). Pada kasus
terakhir, sebuah sampel data dapat digunakan untuk membentuk
sebuah estimasi varians dari distribusi yang mendasarinya.
1) Varians data acak
Varians sampel dari suatu data 𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 adalah jumlah
kuadrat selisih antara data dan rata-rata dibagi 𝑛 − 1. Secara
simbolik, dituliskan dengan
𝑛
2
1
𝑠 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛−1
𝑖=1

Contoh 1.1.d
Data indeks prestasi kumulatif (IPK) 10 mahasiswa PGMI FITK UIN
MALIKI MALANG adalah sebagai berikut : 2,75 ; 2,86; 3,01; 3,21;
3,30 ; 3,45; 3,50 ; 3,55 ; 3,58 ; dan 3,60.
Jawab:

Mahasiswa IPK 𝑥 − 𝑥̅ (𝑥 − 𝑥̅ )2
1 2,75 -0,531 0,281961
2 2,86 -0,421 0,177241
3 3,01 -0,271 0,073441
4 3,21 -0,071 0,005041
5 3,30 0,019 0,000361
6 3,45 0,169 0,028561
7 3,50 0,219 0,047961
8 3,55 0,269 0,072361
9 3,58 0,299 0,089401
10 3,60 0,319 0,101761

13
𝑛
2
1 (𝑥1 − 𝑥̅ )2 + (𝑥2 − 𝑥̅ )2 + ⋯ + (𝑥10 − 𝑥̅ )2
𝑠 = ∑(𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2 =
𝑛−1 10
𝑖=1
(2,75 − 3,281)2 + (2,86 − 3,281)2 + ⋯ + (3,6 − 3,281)2
=
10
(−0,531)2 + (−0,421)2 + ⋯ + (3,281)2
=
10
0,28196 + 0,17724 + ⋯ + 0,10176 0,87809
= = = 0,087809
10 10

2) Varians data berkelompok


Untuk data berkelompok 𝑥𝑖 varians sampel dari suatu data
𝑥1 , 𝑥2 , 𝑥3 , … , 𝑥𝑛 adalah jumlah kuadrat selisih antara data dan rata-
rata dibagi 𝑛. Secara simbolik, dituliskan dengan
𝑛
2
1
𝑠 = ∑ 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥̅ )2
𝑛−1
𝑖=1
Untuk varians populasi dinotasikan dengan 𝜎 2 .
𝑛
1
𝜎 2 = ∑ 𝑓𝑖 (𝑥𝑖 − 𝜇)2
𝑛
𝑖=1
Contoh 2.1.d
Data indeks prestasi kumulatif (IPK) sampai periode semester gasal
2017-2018 mahasiswa FITK UIN MALIKI MALANG tersaji pada
tabel di bawah ini.

No IPK 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 11

2 2,75 ≤ IPK < 3,00 24

3 3,00 ≤ IPK < 3,25 276

4. 3,25 ≤ IPK < 3,50 378

5. 3,50 ≤ IPK < 3,75 245

6. 3,75 ≤ IPK ≤ 4,00 66

Tentukan varians data di atas!

14
Langkah pertama adalalah menghitung nilai tengah tiap kelas yaitu
2,5+2,75
: = 2,625. Hasil selengkapnya bisa dilihat pada tabel di
2
bawah ini.
No IPK Nilai tengah 𝑓
1 2,5 ≤ IPK < 2,75 2,625 11
2 2,75 ≤ IPK < 3,00 2,875 24
3 3,00 ≤ IPK < 3,25 3,125 276
4. 3,25 ≤ IPK < 3,50 3,375 378
5. 3,50 ≤ IPK < 3,75 3,625 245
6. 3,75 ≤ IPK ≤ 4,00 3,875 66

Selanjutnya dihitung rata-rata nilai tengah. Rata-rata nilai


tengah adalah
2,625 + 2,875 + 3,125 + 3,375 + 3,625 + 3,875
𝑥̅𝑖 = = 3,25
6
Selanjutnya dihitung pengurangan tiap nilai tengah oleh rata-
rata nilai tengah. Hasil perhitungan disajikan pada tabel berikut.
No Nilai tengah 𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖
1. 2,625 -0,625

2. 2,875 -0,375

3. 3,125 -0,125

4. 3,375 0,125

5. 3,625 0,375

6. 3,875 0,625

Selanjutnya hasil pengurangan tiap nilai tengah oleh rata-rata nilai


tengah dikuadratkan. Hasil perhitungan disajikan pada berikut.

No Nilai tengah 𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2


1. 2,625 -0,625 0,390625

2. 2,875 -0,375 0,140625

3. 3,125 -0,125 0,015625

4. 3,375 0,125 0,015625

5. 3,625 0,375 0,140625

6. 3,875 0,625 0,390625

15
Tiap (𝒙𝒊 − 𝒙̅𝒊 )𝟐 dikalikan dengan frekuensi masing-masing kelas.
Hasil disajikan pada tabel di bawah ini.
No Nilai (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 𝑓 (𝑥𝑖 − 𝑥̅𝑖 )2 . 𝑓
tengah
1. 2,625 0,390625 11 4,296875

2. 2,875 0,140625 24 3,375

3. 3,125 0,015625 276 4,3125

4. 3,375 0,015625 378 5,90625

5. 3,625 0,140625 245 34,45313

6. 3,875 0,390625 66 25,78125

Tiap (𝒙𝒊 − 𝒙̅𝒊 )𝟐 𝑓 dijumlahkan. Hasilnya 4,296875 + 3,375 +


4,3125 + 5,90625 + 34,45313 + 25,78125 = 78,125. Jadi, varians
78,125
data tersebut adalah = 0,078125.
1000

16
KEGIATAN BELAJAR 4 :
LOGIKA

Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 4

Mampu memahami konsep pernyataan (statement), bentuk implikasi


kalimat matematika (pernyataan) dan variasinya, kuantor, serta argumen
dan penarikan kesimpulan

1
Sub-Capaian Pembelajaran
KEGIATAN BELAJAR 4

1. Konsep pernyataan (statement)


1) Menjelaskan definisi pernyataan dalam matematika serta
memberikan contoh dan negasinya
2) Membuat tabel kebenaran dari suatu pernyataan tunggal
3) Menjelaskan konsep konjungsi dan disjungsi serta negasinya
2. Konsep implikasi kalimat matematika (pernyataan) dan variasinya
1) Menjelaskan bentuk implikasi dan menguraikan komponen-
komponennya seperti hipotesis, asumsi, dan konklusi
2) Membuat tabel kebenaran dari suatu pernyataan yang mengandung
bentuk implikasi
3) Menentukan negasi dari pernyataan yang mengandung bentuk
implikasi
4) Memahami konsep konvers, invers, kontraposisi,
danbiimplikasi dari suatu bentuk implikasi, serta konsep
tautologi dan kontradiksi
3. Konsep kuantor
1) Menjelaskan definisi kuantor universal dan memberikan contohnya
2) Menjelaskan definisi kuantor eksistensial dan memberikan
contohnya
3) Mengombinasikan dua kuantor dalam satu pernyataan;
4. Konsep argumen dan penarikan kesimpulan
1) Memahami konsep argumen dan dapat menentukan kevalidan
suatu argumen
2) Mengetahui dan memahami beberapa jenis kaidah penarikan
kesimpulan

2
Pokok Materi
KEGIATAN BELAJAR 4
1. Pernyataan dalam matematika
2. Konjungsi dan disjungsi serta negasinya
3. Komponen-komponen, tabel kebenaran, dan negasi dari bentuk
implikasi.
4. Konsep konvers, invers, kontraposisi, dan biimplikasi dari
suatu bentuk implikasi, serta konsep tautologi dan
kontradiksi.
5. Kuantor universal dan kuantor eksistensial serta negasinya
6. Kevalidan argumen dan kaidah penarikan kesimpulan

3
Uraian Materi
KEGIATAN BELAJAR 4

a. Pernyataan dalam Matematika


Pendefinisian secara detail suatu pernyataan dalam matematika
ternyata tidaklah mudah. Kita dapat saja terjebak ke dalam filosofi
yang dalam. Sehingga dalam kegiatan belajar ini, penulis berusaha
mengupayakan pendekatan praktis dalam mendefinisikan dan
memberi contoh suatu pernyataan.

Definisi 1 Suatu pernyataan adalah suatu kalimat yang jelas nilai


kebenarannya. Bisa bernilai salah saja. Bisa bernilai benar saja.
Namun tidak bernilai keduanya.

Sebagai contoh, perhatikan kalimat-kalimat berikut.


1) Bentuk “1 + 2 = 4” merupakan suatu pernyataan karena bernilai
salah.
2) Kalimat “Semua kucing berwarna abu-abu” juga merupakan suatu
pernyataan karena jelas bernilai salah, sebab ada beberapa kucing
yang berwarna hitam.
3) Bandung adalah ibukota provinsi Jawa Tengah. Kalimat ini
merupakan contoh pernyataan yang salah.
4) DKI Jakarta adalah ibukota negara Indonesia. Kalimat ini
merupakan contoh pernyataan yang benar.

Kalimat yang bukan merupakan pernyataan adalah ungkapan atau


kalimat yang tidak bernilai benar atau tidak bernilai salah. Contohnya
“Silakan duduk!”, “Apakah kamu sudah makan?”, “Jangan memotong
pembicaraan orang lain”.

Bagaimana dengan notasi atau simbol untuk pernyataan? Dalam


logika matematika, pernyataan dinotasikan (dilambangkan) dengan
huruf alfabet kecil.

4
Contoh:

1) 𝑝: Paris ibukota negara Swiss.


2) 𝑞: Bilangan 6 adalah bilangan genap.
Selanjutnya bagaimanakah menentukan kebenaran suatu
pernyataan?

▪ Dasar Secara Empiris, yaitu menentukan nilai kebenaran dengan


mengadakan pengamatan terlebih dahulu (berdasarkan kenyataan
pada saat itu). Jadi, nilai kebenaran ini bersifat relatif. Contoh: Ara
berbaju putih. Alin berkulit putih bersih.
▪ Dasar Secara Tak Empiris (Pernyataan Absolut/Mutlak), yaitu
menentukan nilai kebenaran bilamana nilai kebenaran itu mutlak
tidak tergantung pada situasi dan kondisi atau waktu dan tempat.
Contoh : Bilangan 2 adalah bilangan prima. Ibukota negara Inggris
adalah London.

Catatan: Sebagai simbol dari benar biasa dipakai B (benar), R (right),


T (true) atau 1, sedangkan simbol salah digunakan S (salah), W
(wrong), F (false) atau 0. Penggunaan notasi nilai kebenaran ini harus
berpasangan, yaitu B-S, atau R-W, atau T-F, atau 1-0.

Secara garis besar, pernyataan dibagi menjadi dua jenis, yaitu


pernyataan tunggal dan pernyataan majemuk.

 Definisi 2 Pernyataan tunggal adalah pernyataan yang hanya


memuat satu pokok persoalan atau satu ide.
 Notasi. Pernyataan tunggal pada umumnya dinyatakan dengan
huruf- huruf kecil seperti 𝑝, 𝑞, dan 𝑟.
 Contoh. 𝑝 : 13 adalah bilangan prima.
𝑞 : Malang adalah kota kedua terbesar di provinsi Jawa
Timur.

Beberapa kalimat tunggal, 𝑝, 𝑞, dapat digabung dengan menggunakan


kata penghubung sehingga membentuk pernyataan baru seperti 𝑝 dan
𝑞; 𝑝 atau 𝑞; 𝑝 yang 𝑞, dan sebagainya. Pernyataan baru ini disebut
pernyataan majemuk.

Kata-kata penghubung kedua pernyataan biasa disebut konektor atau


perakit.

5
Ditinjau dari segi definisi kalimat, sebenarnya pernyataan merupakan
kalimat matematika yang tertutup. Perhatikan perbedaan antara kalimat
terbuka dan tertutup berikut.

1) Kalimat tertutup adalah kalimat yang dapat ditentukan nilai


kebenarannya. Nilai kebenaran yang dimaksudkan adalah nilai benar
saja atau nilai salah saja, tetapi tidak keduanya. Yang dimaksud benar
atau salah adalah sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya.
Kalimat tertutup dapat disebut juga sebagai pernyataan.
2) Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang tidak dapat
ditentukan nilai kebenarannya (tidak dapat ditentukan benar atau
salahnya) sampai dilakukan penyelesaian tertentu. Kalimat terbuka
biasanya mengandung unsur atau simbol yang nilainya tidak
diketahui. Unsur atau simbol yang nilainya tidak diketahui ini biasa
disebut dengan variabel atau peubah dan sering dilambangkan
dengan huruf kecil seperti 𝑥, 𝑦, 𝑧, 𝑎, 𝑏, 𝑐, dan sebagainya. Kalimat
terbuka dapat diubah menjadi kalimat tertutup jika variabelnya diganti
dengan nilai tertentu. Contohnya adalah 3𝑥 + 4 = 10 serta akar
kuadrat dari 𝑦 adalah 9.

Selanjutnya kita akan membahas mengenai negasi suatu pernyataan.

 Definisi 3 Negasi dari pernyataan 𝑝 adalah suatu pernyataan yang


bernilai salah jika 𝑝 benar dan bernilai benar jika 𝑝 salah.
 Notasi Negasi dari 𝑝 biasa dinotasikan dengan ~𝑝 atau ¬𝑝 (dibaca
“negasi 𝑝" , “tidak 𝑝 “ , “bukan 𝑝“, atau “ingkaran 𝑝".
 Contoh. Negasi dari pernyataan ”Bilangan prima genap satu-satunya
adalah 2” adalah ”Bilangan 2 adalah bukan satu-satunya bilangan
prima genap”.

Catatan:
 Kata sifat tidak bisa dijadikan sebagai unsur tak terdefinisi (undefined
term).
 Jika kata-kata seperti ini dibuat untuk membuat pernyataan, maka
harus didefinisikan terlebih dahulu.
 Misalnya pada kalimat “Ani anak yang pandai", selain butuh observasi
juga harus didefinisikan terlebih dahulu tentang kriteria “pandai",
sehingga tidak menimbulkan penafsiran berbeda.
 Jika pernyataan dan negasinya tidak bisa dinilai benar atau salah,
maka kalimat tersebut dikatakan kalimat tak bermakna. Misalnya,

6
kalimat “Kakak habis dibagi adik” mempunyai negasi “Kakak tidak habis
dibagi adik”.

Sebagai pembahasan terakhir dalam sub materi ini, kita akan belajar
mengenai tabel kebenaran (truth table). Tabel kebenaran sangat
bermanfaat saat mempelajari logika matematika walaupun para
matematikawan tidak sering menggunakannya dalam keseharian
namun tabel kebenaran bisa untuk membantu mengecek kebenaran
bagi para pemula. Ide awalnya adalah dengan merangkum semua
kemungkinan nilai kebanaran dalam satu tabel. Dua pernyataan
dikatakan ekivalen jika keduanya mempunyai hasil tabel
kebenaran yang sama. Berikut merupakan tabel kebenaran untuk
negasi.

𝑨 Bukan 𝑨 (~𝑨)
Benar (B) Salah (S)
Salah (S) Benar (S)

b. Konjungsi dan Disjungsi serta Negasinya


Setelah kita mengenal pernyataan, kini saatnya kita mempelajari
hubungan antarpernyataan melalui suatu atau beberapa perakit.
Berikut perakit yang masih sederhana.

1) Perakit Konjungsi
Konjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∧ 𝑞, dibaca “𝑝 dan 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai benar hanya apabila
masing-masing 𝑝, maupun 𝑞 bernilai benar, sedangkan untuk
keadaan lain maka dia bernilai salah. Perakit konjungsi disebut
juga perakit penyertaan, karena harus menyertakan semua
komponen-komponennya dan bernilai benar hanya jika semua
komponennya benar. Dalam kehidupan sehari-hari banyak kata
hubung lain yang mempunyai arti yang sama dengan “dan" yaitu :
“yang, tetapi, meskipun, maupun, sedangkan, padahal,
sambil, juga” dan sebagainya.

2) Perakit Disjungsi
Disjungsi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (ditulis 𝑝 ∨ 𝑞, dibaca “𝑝 atau 𝑞”)
adalah pernyataan majemuk yang bernilai salah hanya apabila
masing-masing 𝑝 dan 𝑞 salah, sedangkan untuk keadaan lain ia
bernilai benar. Disjungsi disebut juga alternatif, karena cukup

7
salah satu saja komponennya benar maka disjungsinya benar.
Disjungsi yang didefinisikan seperti demikian disebut disjungsi
inklusif (lemah/weak). Disjungsi ini yang banyak dibicarakan
dalam matematika dan jika dikatakan 𝑝 atau 𝑞 maka yang
dimaksud adalah disjungsi inklusif ini.

Sedangkan untuk negasi dari konjungsi dan disjungsi mengikuti


Hukum De’Morgan, yakni:

o Negasi dari 𝑝 ∧ 𝑞, ditulis ∼ (𝑝 ∧ 𝑞), adalah ∼ 𝑝 ∨∼ 𝑞


o Negasi dari 𝑝 ∨ 𝑞, ditulis ∼ (𝑝 ∨ 𝑞), adalah ∼ 𝑝 ∧∼ 𝑞

1. Komponen-komponen, Tabel Kebenaran, dan Negasi dari Bentuk


Implikasi
Kita telah mempelajari dua perakit/penghubung antardua pernyataan.
Dalam Kegiatan Belajar 4 ini kita akan mempelajari perakit lain yang
berhubungan dengan pernyataan bersyarat, yakni bentuk implikasi.

 Definisi 4 Implikasi adalah pernyataan yang bernilai salah hanya


apabila hipotesisnya benar, tetapi diikuti oleh konklusi yang salah.
Untuk keadaan lain implikasinya benar.
 Notasi. Secara matematis kalimat dalam bentuk “Jika 𝑝, maka 𝑞"
yang dinotasikan dengan 𝑝 → 𝑞 disebut implikasi.
 Pada pernyataan 𝑝 → 𝑞:
1. 𝑝 disebut anteseden/ hipotesis,
2. 𝑞 disebut konsekuen/ konklusi/ kesimpulan.

Adakah cara membaca yang lain untuk bentuk 𝑝 → 𝑞? Jawabannya:


ada. Berikut cara membacanya.
1) jika 𝑝, maka 𝑞;
2) setiap kali 𝑝, (maka) 𝑞;
3) 𝑝 hanya jika 𝑞;
4) 𝑝 syarat cukup (sufficient) untuk 𝑞;
5) 𝑞 syarat perlu (necessary) untuk 𝑝:
6) 𝑞 asal saja 𝑝;
Setelah mengetahui cara membaca bentuk implikasi di atas, tentunya
kita perlu memahami apa itu syarat cukup dan syarat perlu. Berikut
diberikan penjelasannya.
 Pernyataan 𝑝 dikatakan syarat cukup bagi 𝑞 apabila 𝑞 selalu

8
muncul setiap kali 𝑝 muncul.

 Pernyataan 𝑞 dikatakan sebagai syarat perlu untuk 𝑝 apabila


𝑝 muncul hanya jika 𝑞 muncul, jika 𝑞 tidak muncul maka 𝑝 juga tidak
bisa muncul.
Untuk mengilustrasikan dan membedakan syarat cukup dan syarat
perlu, diberikan contoh berikut. Pernyataan berbentuk implikasinya
adalah “Jika suatu bilangan prima, maka bilangan itu bulat”.

Bilangan prima adalah syarat cukup untuk bilangan bulat. Pernyataan


bahwa bilangan itu prima sudah cukup untuk menyatakan bilangan
tersebut bulat. Artinya juga, jika kita ingin bilangan bulat cukup kita
mengambil bilangan prima, karena bilangan prima pasti bulat.

Sebaliknya, jika kita mengambil bilangan yang tidak bulat maka tidak
mungkin kita memperoleh bilangan prima. Akan tetapi untuk
memperoleh bilangan bulat tidak perlu (tidak harus) mengambil
bilangan prima (4 dan 1 juga merupakan bilangan bulat). Supaya
suatu bilangan itu prima, tidak cukup hanya dikatakan bulat (4, 8, bulat
tetapi tidak prima). Jadi, kita juga peroleh kenyataan bahwa syarat
cukup belum tentu perlu dan syarat perlu belum tentu cukup.

Selanjutnya kita akan mempelajari jenis-jenis implikasi.

1. Implikasi Logis: konsekuen secara logis dapat disimpulkan dari


hipotesis.
Contoh: Jika semua bilangan bulat adalah rasional, maka 5 adalah
bilangan rasional.
2. Implikasi Definisional: konsekuen pada implikasi ini dapat
disimpulkan dari hipotesis, yaitu mengacu pada suatu definisi yang
berlaku.
Contoh: Jika bangun geometri ABCD adalah persegi, maka sisi-sisi
yang sehadap adalah sejajar dan sama panjang.
3. Implikasi Empirik atau Kausal: implikasi yang diketahui
berdasarkan pengamatan empiris.
Contoh: Kalau panas air mencapai 100∘ 𝐶, maka air mendidih.
Konsekuen “air mendidih” hanya dapat diketahui melalui
pengamatan empirik.
4. Implikasi Intensional atau Desisional

9
Contoh: Misalnya seorang anak (siswa SMA) berkata kepada
orang tuanya: “Kalau ayah tidak bisa mengantar saya ke sekolah,
maka saya akan mencoba berusaha mandiri dengan berangkat ke
sekolah dengan bersepeda”. Konsekuen “saya akan mencoba
berusaha mandiri dengan berangkat ke sekolah dengan bersepeda”
merupakan keputusan (decision) sang anak.

Bagaimana dengan pernyataan yang ekivalen dengan bentuk 𝑝 →


𝑞? Cek bahwa 𝑝 → 𝑞 ≡ ~𝑝 ∨ 𝑞. Dengan demikian, negasi dari 𝑝 → 𝑞
adalah 𝑝 ∧∼ 𝑞.

2. Konsep Konvers, Invers, Kontraposisi, dan Biimplikasi


dari Suatu Bentuk Implikasi, serta Konsep Tautologi dan
Kontradiksi

Dari implikasi 𝑝 → 𝑞, kita dapat membentuk berbagai pernyataan-


pernyataan yaitu:
(i) ∼ 𝑝 → ~𝑞 yang disebut invers,
(ii) 𝑞 → 𝑝 disebut konvers,
(iii) ~𝑞 → ∼ 𝑝 disebut kontra posisi/kontra positif dari implikasi tadi.

Selain tiga bentuk di atas, ada satu bentuk lagi dari implikasi yang
berlaku dua arah. Bentuk tersebut dinamakan biimplikasi. Berikut
penjelasannya.

Biimplikasi dari pernyataan 𝑝 dan 𝑞 (dinotasikan dengan 𝑝 ↔ 𝑞 dan


dibaca “𝑝 jika dan hanya jika (jhj) 𝑞" atau “𝑝 bila dan hanya bila (bhb)
𝑞") adalah pernyataan yang bernilai benar jika komponen-
komponennya bernilai sama, serta bernilai salah jika komponen-
komponennya bernilai tidak sama.

Bagaimana cara membaca bentuk 𝑝 ↔ 𝑞 selain dari penjelasan di


atas? Biimplikasi 𝑝 ↔ 𝑞 , selain dibaca “𝑝 jika dan hanya jika 𝑞”, dapat
juga dibaca dengan:
1. Jika 𝑝 maka 𝑞 dan jika 𝑞 maka 𝑝,
2. 𝑝 syarat perlu dan cukup bagi 𝑞, dan
3. 𝑞 syarat perlu dan cukup bagi 𝑝.
Definisi biimplikasi memungkinkan kita untuk memperoleh dua
implikasi dari arah yang berbeda. Bagaimanakah penerapannya
dalam bidang matematika itu sendiri? Berikut ini adalah salah satu
contohnya.

10
 Biimplikasi banyak dipergunakan dalam mendefinisikan sesuatu,
misalnya: “Persegipanjang disebut persegi jika dan hanya jika
masing-masing sudutnya 90∘ dan keempat sisinya sama panjang".
 Di sini terkandung pengertian bahwa jika suatu persegipanjang
adalah persegi, maka keempat sudutnya masing-masing 90∘ dan
keempat sisinya sama panjang.
 Sebaliknya jika suatu persegipanjang masing-masing sudutnya 90∘
dan keempat sisinya sama panjang, maka persegipanjang itu
disebut persegi.
Selanjutnya tentu muncul pertanyaan ”Bagaimana bentuk negasi dari
biimplikasi?”

Negasi bimplikasi 𝑝 ↔ 𝑞 adalah ~𝑝 ↔ 𝑞, di mana ~𝑝 ↔ 𝑞 ekivalen


dengan 𝑝 ↔ ~𝑞 dan [(𝑝 ∧ ~𝑞) ∨ (𝑞 ∧ ~𝑝)].

Setelah kita mendapatkan hasil dari suatu tabel kebenaran, terkadang


kita menemui hasil yang keseluruhannya bernilai benar saja, atau
bernilai saja. Dari fenomena tersebut, akhirnya diperkenalkanlah
istilah tautologi dan kontradiksi. Untuk latar belakangnya dapat
Anda baca dari uraian berikut.
 Beberapa pernyataan dapat digabung untuk membentuk
pernyataan majemuk.
 Pernyataan-pernyataan tunggal 𝑝1, 𝑝2 , …, 𝑝𝑛 dapat membentuk
suatu pernyatan majemuk yang dihubungkan oleh berbagai perakit.
 Dilihat dari nilai kebenarannya, ada dua jenis kalimat majemuk
yang istimewa, yaitu kalimat majemuk yang selalu bernilai benar
dan kalimat majemuk yang selalu bernilai salah, terlepas dari nilai
kebenaran masing-masing komponennya.
 Tautologi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar
(dalam segala hal) tanpa memandang nilai kebenaran komponen-
komponennya.
 Kontradiksi adalah pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah
(dalam segala hal) tanpa bergantung nilai kebenaran dari
komponennya.

3. Kuantor Universal dan Eksistensial serta Negasinya


Sebelum mempelajari kuantor, ada baiknya kita belajar terlebih dahulu
mengenai tetapan dan peubah. Dalam matematika, notasi yang
melambangkan unsur dibedakan atas dua macam yaitu yang mewakili

11
unsur yang bersifat tetap dan unsur yang berubah. Berikut diberikan
definisi tetapan beserta contonya.

 Definisi 5 Tetapan atau konstanta adalah lambang yang mewakili


suatu unsur tertentu yang bersifat khusus atau bersifat tetap dalam
suatu semesta pembicaraan.
 Definisi 6. Semesta pembicaraan adalah kumpulan yang menjadi
sumber atau asal unsur-unsur yang dibicarakan.
 Contoh. Dalam pernyataan-pernyataan berikut, simbol yang digaris
bawahi adalah suatu tetapan.
(i) 2 adalah bilangan asli.
(ii) Ani berbaju merah.
(iii) Bentuk persamaan linier satu variabel adalah 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏

Sedangkan untuk peubah atau variabel dijelaskan dalam bagian


berikut.

 Definisi 7. Peubah atau variabel adalah lambang yang masih


mewakili suatu unsur umum yang belum dikhususkan atau yang
nilainya berubah-ubah pada semesta pembicarannya.
 Contoh. Bagian-bagian yang digarisbawahi pada contoh kalimat
berikut adalah peubah. Pada umumnya peubah dilambangkan
dengan huruf-huruf terakhir dari abjad seperti 𝑥, 𝑦, dan 𝑧.
(i) 𝑥 adalah bilangan asli
(ii) Manusia berbaju merah
(iii) Bentuk umum fungsi linier adalah 𝑦 = 𝑎𝑥 + 𝑏
Secara garis besar, kuantor dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu
kuantor universal dan kuantor eksistensial.

 Definisi 8. Kuantor universal, dinotasikan dengan ∀, adalah


sebuah frasa “untuk semua”.

 Contoh
1. Untuk setiap 𝑥 ∈ ℝ, 𝑥 2 ≥ 0. Penulisan dengan simbol kuantor :
∀𝑥 ∈ ℝ, (𝑥 2 ≥ 0). Perhatikan bahwa penggunaan tanda kurung
dimaksudkan untuk menandai bagian yang dikuantifikasi.
2. Untuk setiap bilangan rasional 𝑥 dan 𝑦, hasil kali 𝑥𝑦 dan jumlahan
𝑥 + 𝑦 adalah rasional. Penulisan dengan simbol kuantor:
∀𝑥 ∈ ℚ ∀𝑦 ∈ ℚ, (𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ ) atau ∀𝑥, 𝑦 ∈ ℚ ,

12
(𝑥𝑦 ∈ ℚ and 𝑥 + 𝑦 ∈ ℚ )

Selanjutnya untuk kuantor eksistensial dijelaskan sebagai berikut.


 Definisi 9 Kuantor eksistensial, dinotasikan dengan ∃, adalah
sebuah frasa “terdapat” atau “beberapa” atau “ada”.
 Contoh
1. Terdapat 𝑥 ∈ ℤ sehingga 𝑥 2 = 4”.Catatan: kata “terdapat” bukan
berarti “hanya ada satu”.
2. Terdapat 𝑥 ∈ ℤ sehingga 𝑥 2 = 5”.
3. “∃𝑥 ∈ ℤ(𝑥 2 − 4𝑥 + 3 = 0)”. Dibaca: terdapat suatu bilangan bulat 𝑥
sehingga 𝑥 2 − 4𝑥 + 3 = 0.
Dengan demikian, bagaimana negasi dari kuantor itu? Perhatikan
penjelasan berikut.

 Jika kita ingin menegasikan suatu pernyataan 𝑝 yang berkuantor,


maka ubah setiap ∀ ke ∃ dan setiap ∃ ke ∀, dan juga gantilah 𝑝
dengan negasinya.
 ~{∀(𝑥), 𝑝(𝑥)} ≡ {∃(𝑥)}{~𝑝(𝑥)}
 ~{∃(𝑥), 𝑝(𝑥)} ≡ {∀(𝑥)}{~𝑝(𝑥)}

4. Kevalidan Argumen dan Kaidah Penarikan Kesimpulan


Sebelum lebih jauh membahas penarikan kesimpulan, kita akan
belajar terlebih dahulu mengenai premis dan konklusi.
 Premis adalah pernyataan-pernyataan yang diketahui yang akan
ditarik kesimpulannya.
 Konklusi adalah kesimpulan dari beberapa pernyataan.
 Argumentasi adalah penarikan kesimpulan.
 Penarikan kesimpulan dikatakan sah atau valid bila konjungsi dari
premis-premis berimplikasi dengan konklusi (kesimpulan) atau
merupakan tautologi.
Selanjutnya kriteria apa saja yang diperlukan agar suatu argumen
dikatakan valid dan bagaimana kriteria validitas itu sendiri?

 Ketika suatu argumen dikatakan valid, kebenaran dari premisnya


menjamin kebenaran kesimpulannya.
 Suatu argumen dikatakan valid jika tidak mungkin semua
premisnya bernilai benar namun kesimpulannya salah.
 Validitas tidak bergantung kepada kumpulan fakta-fakta.

13
 Validitas tidak bergantung kepada hokum-hukum alam.
 Validitas tidak bergantung kepada makna dari ekspresi personal
yang spesifik.
 Validitas bergantung secara alami terhadap bentuk dari argumen.

Berikut diberikan contoh argumen yang valid dan tidak valid.

➢ Contoh Argumen yang Tidak Valid


o Zeno adalah seekor kura-kura.
o Oleh karena itu, Zeno ompong.
Catatan: kebenaran premisnya tidak menyediakan jaminan yang kuat
untuk kebenaran kesimpulannya.
➢ Contoh Argumen yang Valid
o Zeno adalah seekor kura-kura.
o Semua kura-kura ompong.
o Oleh karena itu, Zeno ompong.
Kemudian bagaimana struktur penulisan argumen itu? Berikut akan
diberikan salah satu cara menuliskan premis-premis beserta
kesimpulannya.

Bentuk argumen:
Premis 1
Premis 2
.
.
.
Premis n
Oleh karena itu, Simpulan (Konklusi)

Terdapat tiga jenis penarikan kesimpulan yang sering digunakan.


Ketiga jenis penarikan kesimpulan itu adalah sebagai berikut.
1. Modus Ponens
Modus Ponens merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan
dengan premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan 𝑝
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan 𝑞.
2. Modus Tollens
Modus Tonens merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan
dengan premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan ~𝑞
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan ~𝑝.
3. Silogisme

14
Silogisme merupakan suatu kaidah penarikan kesimpulan dengan
premis 1 menyatakan 𝑝 → 𝑞 dan premis 2 menyatakan 𝑞 → 𝑟
sehingga diperoleh kesimpulan pernyataan 𝑝 → 𝑟 .

15

Anda mungkin juga menyukai