Anda di halaman 1dari 26

MODUL 01

TEORI HIMPUNAN

Tema dari modul ini adalah mempelajari objek-objek diskrit dan saling kaitannya diantara
mereka dalam representasi abstrak. Disini istilah objek-objek diskrit mencakup bermacam
ragam obyek, seperti orang, buku, komputer, transistor, program komputer, dlsb., yang secara
fisis mudah dibedakan satu sama lain. Didalam kehidupan sehari-hari maupun didalam tugas
pekerjaan kita yang bersifat teknis, kita sering berhubungan dengan objek semacam ini.
Semisal, dengan mengucapkan atau menuliskan kalimat-kalimat, seperti berikut:
“ Mahasiswa di kelas ini adalah mahasiswa tahun ke tiga yang mengambil bidang studi
utama ilmu komputer ” dan
“ Kami ingin memilih dan membeli komputer yang bisa digunakan untuk keperluan
ilmiah dan bisnis sekaligus yang harganya tidak lebih dari Rp. 5 juta ”.
Kita akan mengabstraksi beberapa konsep dasar yang berkaitan dengan berbagai macam
obyek dan mengambil terminologi yang diperlukan.
Petunjuk dimungkinkannya abstraksi semacam itu nampak sangat jelas bila kita perhati-
kan bahwa dua kalimat diatas mempunyai lebih dari satu sifat. Lebih tegasnya, dalam kalimat
pertama kita mengacu pada orang-orang yang mempunyai dua sifat, yaitu: mengambil bidang
studi utama ilmu komputer dan mahasiswa tahun ketiga; sedangkan pada kalimat kedua kita
mengacu pada komputer-komputer yang memiliki tiga sifat, yaitu: cocok untuk penggunaan
ilmiah, dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan bisnis dan harganya tidak lebih dari Rp. 5 juta.
Teladan kita diatas mengilustrasikan berbagai situasi yang menghadapkan kita pada
beberapa kelas obyek dan kita ingin mengacu pada objek-objek yang termasuk pada semua
kelas itu. Begitu pula, adakalanya kita mengacu pada objek-objek yang termasuk dalam salah
satu dari beberapa kelas objek, misalnya, seperti pada kalimat
“ Saya akan mewawancarai semua mahasiswa yang dapat berbicara bahasa Indonesia
atau bahasa Inggris ”.
Disini kita mengacu pada mereka yang termasuk dalam kelompok mahasiswa yang bisa ber-
bahasa Indonesia atau kelompok mahasiswa yang bisa berbahasa Inggris.
Dalam Modul 01 ini diperkenalkan konsep dasar struktur diskrit yang dikenal sebagai
sebuah himpunan. Sedangkan bidang ilmu yang mengkaji segala aspek yang menyangkut
himpunan dikenal sebagai teori himpunan.

Tujuan Instruksional Umum


Setelah mengikuti pembelajaran ini secara baik dan tuntas, mahasiswa memahami dengan
baik dan benar tentang konsep himpunan dan manipulasinya, serta prinsip induksi matematik.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pembelajaran ini dengan baik dan tuntas, maka:
1. Mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang konsep himpunan dan operasi
himpunan, serta terampil menerapkannya.
2. Mahasiswa memahami secara baik dan benar tentang prinsip insklusi dan prinsip
eksklusi dan terampil menerapkannya.
3. Mahasiswa memahami secara baik dan benar prinsip induksi matematika dan terampil
menerapkannya.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 1


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

1.1 HIMPUNAN DAN ELEMEN


Kita mulai dengan memperkenalkan beberapa terminologi dan konsep dasar sebuah struktur
diskrit (sistem diskrit) yang paling sederhana yaitu himpunan dan semua objek yang ber-
interaksi didalamnya, yaitu elemen himpunan.

Definisi-1.1. Sebuah himpunan ialah suatu kumpulan objek-objek yang berbeda, tak ber-
urutan dan terdefinisi jelas. Setiap objek yang tercakup dalam sebuah himpunan disebut
anggota (unsur atau elemen) dari himpunan.

Dalam konsep matematika, sebuah himpunan dilambangkan dengan huruf besar, dan
elemen dari himpunan dilambangkan dengan huruf kecil. Untuk sebuah himpunan S kita
tulis x  S jika x sebuah anggota dari S, dan y  S menyatakan y bukan sebuah anggota
dari S.
Sebuah himpunan dapat disajikan dengan (i) mendaftar semua elemen himpunan da-
lam sepasang kurung kurawal, dimana antara elemen himpunan dipisahkan oleh tanda koma.
Sebagai contohnya, sebuah himpunan yang mempunyai anggota a, b dan c dinyatakan dengan
{a, b, c}, cara ini dikenal sebagai metode daftar, atau (ii) mendeskripsi secara jelas syarat
bagi sebuah objek untuk menjadi anggota sebuah himpunan, cara ini dikenal sebagai metode
aturan. Sebagai contoh, sebuah objek x dikatakan merupakan anggota sebuah himpunan
apabila memenuhi syarat P dinyatakan dengan { x : P(x) }, yang dibaca himpunan semua x
yang memenuhi syarat P. Sebuah himpunan yang berada dalam himpunan lain dipandang
sebagai satuan elemen.

Contoh-1.1. Beberapa himpunan berikut disajikan dalam metode daftar dan metode aturan.
a. Himpunan bilangan asli yang nilainya lebih dari 2 dan kurang dari 10, drepresentasi-
kan sebagai
A = { 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }  metode daftar
= { x : 2< x < 10, x bilangan asli }  metode aturan

b. B = { y : y 2  5 y  6  0 , y bilangan riil }  metode aturan


= { -3, -2 }  metode daftar

c. Misalkan N = {0, 1, 2, 3, … }. Himpunan berikut disajikan dalam N :


S 1 = {0, 1, 4, 9, …, 64, 81} = { x 2 : x  N , 𝑥 < 10 }
S 2 = {0, 2, 6, 8, … } = { 2k : k  N }

Contoh-1.2. Misalkan diberikan sebuah himpunan 𝑉 = {𝑎, {𝑒, 𝑖}, 𝑜, 𝑢}. Disini kita dapat me
ngatakan bahwa: 𝑎, 𝑜, 𝑢 ∈ 𝑉, dan 𝑒, 𝑖 ∉ 𝑉, tetapi {𝑒, 𝑖} ∈ 𝑉.

Jika setiap elemen dari himpunan yang kita bicarakan diambil dari himpunan U, maka
himpunan ini mencakup semesta pembicaraan dan disebut semesta pembicaraan (universe of
discourse). Beberapa lambang himpunan yang sering kali digunakan diperlihatkan pada
Tabel-1.1.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 2


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Tabel-1.1. Beberapa lambang himpunan yang baku.

No. Lambang Himpunan Keterangan

1. N = { 0, 1, 2, 3, … } Himpunan bilangan natural

2. Z = {…, -3, -2, -1, 0, 1, 2, 3, …} Himpunan bilangan bulat

3. Z  = { x : x  Z , x > 0 } = { 1, 2, 3, … } Himpunan bilangan bulat positif

4. Q = { a / b : a, b  Z , b  0 } Himpunan bilangan rasional

5. Q Himpunan bilangan rasional positif.

6. Q Himpunan bilangan rasional tak nol.

7. R Himpunan bilangan riil.

8. R Himpunan bilangan riil positif.

9. R Himpunan bilangan riil tak nol.

10. C = { x  yi : x, y  R , i   1 } Himpunan bilangan kompleks

11. C Himpunan bil. kompleks tak nol.

12. Untuk sebarang bilangan riil a, b dengan


a < b, maka:
- [a,b] = { x : x  R , a  x  b } Sebuah interval tertutup
- (a,b) = { x : x  R , a  x  b } Sebuah interval terbuka
- [a,b) = { x : x  R , a  x  b } dan Interval setengah terbuka.
- (a,b] = { x : x  R , a  x  b }

Definisi-1.2. Sebuah diagram Venn ialah sebuah gambar (atau grafik) dari himpunan pada
bidang datar, sedemikian hingga:
(i) sebuah himpunan semesta digambarkan sebagai sebuah persegi panjang,
(ii) sebuah himpunan digambarkan sebagai sebuah lingkaran bagian dari persegi
panjang, dan
(iii) setiap objek (anggota himpunan) digambarkan sebagai sebuah titik dalam per-
segi panjang (atau dalam lingkaran).

Contoh-1.3. Diberikan tiga himpunan: A = {a, b}, B = {c, d} dan C = {e, f} dalam sebuah
semesta pembicaraan U = {a, b, c, d, e, f, g, h, i}. Gambarkan diagram Venn dari himpunan-
himpunan itu.
Pemecahan.
Diagram Venn dari himpunan-himpunan itu adalah sebagai berikut

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 3


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Gambar-1.1. Diagram Venn dari himpunan A, B, dan C.

Definisi-1.3. Sebuah himpunan kosong (null set / empty set), dilambangkan dengan { }
atau  , ialah sebuah himpunan yang tidak mempunyai anggota.

Definisi-1.4. Untuk sembarang himpunan A dan B dalam semesta pembicaraan.


(i) Jika setiap anggota A merupakan anggota B, maka A sebuah himpunan bagian
tak sejati (improper subset) dari B, dan dinyatakan sebagai A  B atau B  A,
A  B  (x )( x  A  x  B )
(ii) Jika setiap anggota A merupakan anggota B dan terdapat anggota B yang bukan
anggota A, maka A sebuah himpunan bagian sejati (proper subset) dari B, dan
dinyatakan sebagai A  B atau B  A ,
A  B  (x )( x  A  x  B )  (y )( y  B, tetapi y  A )

Contoh-1.4. Diberikan sebuah himpunan H = { 0x1 : x ∈ { 0, 1}}. Tentukan semua him-


punan bagian dari H.
Pemecahan.
Dengan metode daftar himpunan H dapat ditulis sebagai H = { 001, 011 }. Jadi himpunan
bagian dari H adalah
𝐻 = { }; 𝐻 = {001}; 𝐻 = {011}; 𝐻 = {001, 011} = 𝐻;

Contoh-1.5. Jelaskan bahwa: jika 𝐴 ∈ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐶, maka 𝐴 ∈ 𝐶.


Pemecahan.
Dari 𝐴 ∈ 𝐵 maka ada dua keadaan yang mungkin terjadi, yaitu: {𝐴} ⊂ 𝐵 atau {𝐴} ⊆ 𝐵,
sehingga kita membuktikan dua teorema, yaitu:

(i) Jika {𝑨} ⊂ 𝑩 dan 𝑩 ⊆ 𝑪, 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝑨 ∈ 𝑪.


Dari {𝐴} ⊂ 𝐵 diperoleh ∀𝑥 ∈ {𝐴} → 𝑥 ∈ 𝐵 dan ∃𝑦 ∈ 𝐵 tetapi 𝑦 ∉ {𝐴}. Dari 𝐵 ⊆ 𝐶
diperoleh ∀𝑥 ∈ 𝐵 → 𝑥 ∈ 𝐶. Dengan aturan silogisme diperoleh ∀𝑥 ∈ {𝐴} → 𝑥 ∈ 𝐶 dan
∃𝑦 ∈ 𝐵 tetapi 𝑦 ∉ {𝐴}. Akibatnya {𝐴} ⊂ 𝐶 yang juga berarti bahwa 𝐴 ∈ 𝐶.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 4


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

(ii) Jika {𝑨} ⊆ 𝑩 dan 𝑩 ⊆ 𝑪, 𝐦𝐚𝐤𝐚 𝑨 ∈ 𝑪.


Dari {𝐴} ⊆ 𝐵 diperoleh ∀𝑥 ∈ {𝐴} → 𝑥 ∈ 𝐵 dan dari 𝐵 ⊆ 𝐶 diperoleh ∀𝑥 ∈ 𝐵 → 𝑥 ∈ 𝐶.
Dengan aturan silogisme diperoleh ∀𝑥 ∈ {𝐴} → 𝑥 ∈ 𝐶. Akibatnya {𝐴} ⊆ 𝐶 yang juga
berarti bahwa 𝐴 ∈ 𝐶.

Definisi-1.5. Principle of Extension. Sembarang himpunan A dan B dalam U dikatakan


sama, jika dan hanya jika mereka memiliki anggota sama (atau jika setiap anggota A adalah
anggota B dan setiap anggota B adalah anggota A), dan ditulis sebagai A = B.

Secara simbolik ditulis sebagai berikut.

AB jika dan hanya jika A  B dan B  A.


jika tidak demikian maka A  B.

Teorema-1.1. Misalkan himpunan A, B dan C dalam himpunan semesta U.


a. Jika A  B dan B  C , maka A  C. b. Jika A  B dan B  C , maka A  C.
c. Jika A  B dan B  C , maka A  C. d. Jika A  B dan B  C , maka A  C.
Bukti.
Disini kita buktikan bagian (a) dan (b) saja , sedangkan bagian (c) dan (d) digunakan sebagai
latihan

a) Untuk membuktikan bahwa A  C , kita perlu memverifikasi bahwa untuk setiap x


dalam U jika x  A maka x  C.
Kita mulai dari sebuah elemen x  A . Karena A  B, x  A akibatnya x  B.
Kemudian dengan B  C , x  B berakibat x  C. Jadi x  A akibatnya x  C. (Law
of syllogism). Sehingga A  C

b) Karena A  B,
[Terbukti]

Teorema-1.2. Untuk sembarang himpunan A, maka berlaku dua ekspresi berikut:


(i)   A ; (ii)   A jika A  .

Bukti.
(i) Jika hasil yang pertama tidak benar, maka terdapat sebuah anggota x dari himpunan
semesta sehingga x   tetapi x  A. Akan tetapi x   adalah tidak mungkin. Jadi
kita menolak asumsi dan mendapatkan bahwa   A.
(ii) Jika A   , maka terdapat sebuah anggota a  A . Karena a   , maka tentu   A.
[Terbukti]

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 5


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Latihan-1.1

01. Tuliskan representasi himpunan berikut c. { x x  R , x 2  5  4 }.


menggunakan metode daftar.
(a) Himpunan semua bilangan bulat yang d. { x x  C , x 2  3 x  3  0 }.
nilai mutlaknya kurang dari 10.
(b) Himpunan semua bilangan komposit 07. Tentukan yang mana dari pernyataan
diantara 1 dan 25. berikut adalah benar
(c) Himpunan semua bilangan prima (a) ∅ ⊆ {∅}. (d) [2,4] ⊆ 𝑁.
diantara 10 dan 50. (b) ∅ ⊆ {5}. (e) {2, 3, 4} ⊆ 𝑁.
(d) Himpunan semua bilangan asli yang (c) {4} ⊆ 4, {4} . (f) {4} ⊆ {4} .
membagi habis 100.
08. Tentukan yang mana dari pernyataan
02. Tuliskan representasi himpunan berikut berikut adalah benar
menggunakan metode aturan. (a) Jika 𝐴 = 𝐵 maka 𝐴 ⊆ 𝐵.
(a) Himpunan semua bilangan real yang (b) Jika 𝐴 ⊂ 𝐵 maka 𝐴 = 𝐵.
nilai mutlaknya kurang dari 10.
(b) Himpunan semua bilangan real dianta- 09. Jelaskan apakah masing-masing per-
ra -5 dan 5. nyataan berikut benar untuk sembarang
(c) Himpunan semua bilangan real yang himpunan A, B dan C.
habis dibagi dengan 4. (a) Jika 𝐴 ∈ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐶, maka 𝐴 ∈ 𝐶.
(b) Jika 𝐴 ∈ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐶, maka 𝐴 ⊆ 𝐶.
03. Daftarlah anggota dari setiap himpunan (c) Jika 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ∈ 𝐶, maka 𝐴 ∈ 𝐶.
berikut (d) Jika 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ∈ 𝐶, maka 𝐴 ⊆ 𝐶.
(a) { 𝑛 ∈ 𝑍 ∶ −𝑛 ∈ 𝑁 dan − 𝑛 < 5 }.
(b) { 𝑛 ∈ 𝑅 ∶ 𝑛 = 4 }.
(c) { 𝑛 ∈ 𝑁 ∶ 𝑛 = 4 }.

04. Tentukan banyaknya anggota dalam


setiap himpunan berikut
(a) { 𝑛 ∈ 𝑁 ∶ 𝑛 bilangan prima genap }.
(b) { 𝑥 ∈ 𝑅 ∶ 𝑥 = 2 }.
(c) { 𝑛 ∈ 𝑍 ∶ 𝑛 genap dan |𝑛| < 50 }.
(d) { 𝑥 ∈ 𝑄 ∶ 𝑥 = 2 }.

05. Tentukan yang mana dari pernyataan


berikut adalah benar
(a) 00 ∈ { 00, 01, 10, 11 }.
(b) 𝑎 ∈ {𝑎, 𝑏}, 𝑐, 𝑑 .
(c) {11} ∈ { 00, 01, 10, 11 }.
(d) 2 ∈ { 𝑥 ∶ |𝑥| ≤ 4 }.

06. Yang mana diantara himpunan berikut


tak kosong.
a. { x x  N , 2 x  7  3 }.
b. { x x  Q, x 2  4  6 }.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 6


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

1.2 OPERASI HIMPUNAN

Definisi-1.6. Misal sembarang himpunan A, B  U . Definisikan operasi-operasi berikut:


(i) Gabungan (union) dari A dan B, ditulis A  B , ialah sebuah himpunan yang anggota-
nya merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.
A  B  { x : x  A  x  B }.
(ii) Irisan (intersection) dari A dan B, ditulis A  B , ialah sebuah himpunan yang anggota-
nya sekaligus merupakan anggota himpunan A dan himpunan B.
A  B  { x : x  A  x  B }.
(iii) Beda (difference) himpunan A dari himpunan B, ditulis A  B , ialah sebuah himpunan
yang anggotanya merupakan anggota himpunan A, tetapi bukan merupakan anggota
himpunan B.
A  B  { x : x  A  x  B }.
(iv) Beda simetri (symmetric difference) dari A dan B, ditulis A  B , ialah sebuah himpunan
yang anggotanya merupakan anggota A tetapi bukan anggota B atau anggota B tetapi
bukan anggota A.
A  B  { x : ( x  A  x  B )  ( x  A  x  B ) } = ( A  B )  ( B  A) .

Contoh-1.6. Misalkan: A = { a, b, c, d } dan B = { c, d, e, f }. Maka:


a) A  B = { a, b, c, d, e, f }; b) A  B = { c, d };
c) A – B = { a, b }; d) A  B = { a, b, e, f }.

Definisi-1.7. Misal himpunan A, B  U . Himpunan A dan B disebut berpautan (ajoint),


jika A  B  . Himpunan A dan B disebut saling asing (disjoint), jika A  B  .

Teorema-1.3. Misalkan A, B  U . Himpunan A dan B saling asing jika dan hanya jika
A  B  A  B.
Bukti.
Bukti ke arah kanan: Andaikan A dan B saling asing.
(i) Ambil x sembarang elemen dari A  B , maka x  A atau x  B .
- x  A , A dan B saling asing berakibat x  A , x  B atau x  A  B
- x  B , A dan B saling asing berakibat x  B , x  A atau x  B  A
Karena x  A  B atau x  B  A akibatnya x  A  B , ( A  B  A  B ).
(ii) Ambil x sembarang elemen dari A  B , maka x  A  B atau x  B  A
- x  A  B , A dan B saling asing berakibat x  A
- x  B  A , A dan B saling asing berakibat x  B
Karena x  A atau x  B akibatnya x  A  B (atau A  B  A  B ).
Jadi A  B  A  B

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 7


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Bukti ke arah kiri: Andaikan bahwa A  B  A  B . Sebagai akibatnya: A  B  A  B


dan A  B  A  B .
(i) A  B  A  B berakibat A dan B saling asing ,
(ii) A  B  A  B berakibat A dan B saling asing. Jadi A dan B saling asing.
[Terbukti]

Definisi-1.8. Untuk sebarang himpunan A, B  U ,


(i) Komplemen mutlak (absolute complement) dari himpunan A, ditulis A, dan
didefinisikan sebagai berikut

A  { x : x U  x  A } = U  A .
(ii) Komplemen relatif (relative complement) dari A terhadap B, ditulis A B , dan
didefinisikan sebagai berikut
A B = { x : x  B  x  A } =. B – A.

Contoh-1.7. Jika A, B  U . Buktikan : A  B = ( A  B )  ( B  A )


Pemecahan.
A  B={x x A xB }  { x xB  x A}
={x x A xB }  { x xB  x A}
= ( A B )  ( B  A)

Contoh-1.8. Diketahui bahwa: A, B, C  U , A  B  A  C dan A  B  A  C .


Jelaskan, apakah dalam hal ini perlu A  B ?
Pemecahan.
Jika kedua persamaan itu kita iriskan, maka diperoleh
(𝐴 ∩ 𝐵) ∩ (𝐴̅ ∩ 𝐵) = (𝐴 ∩ 𝐶) ∩ (𝐴̅ ∩ 𝐶) ↔ (𝐴 ∩ 𝐴̅) ∩ 𝐵 = (𝐴 ∩ 𝐴̅) ∩ 𝐶
↔ ∅∩𝐵 =∅∩𝐶
↔ 𝐵 = 𝐶.

Dari 𝐴 = 𝐵, diperoleh: 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 = 𝐴 ∩ 𝐶, akibatnya 𝐴 ⊆ 𝐶.


𝐴̅ ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐴 = ∅ = 𝐴̅ ∩ 𝐶, akibatnya 𝐴 = 𝐶. (1)
Dari 𝐴 = 𝐶, diperoleh: 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴, akibatnya 𝐴 ⊆ 𝐵.
𝐴̅ ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐶 = ∅, akibatnya 𝐴 = 𝐵.. (2)
Dari (1) dan (2) diperoleh 𝐴 = 𝐵 = 𝐶.
Padahal jika kita ambil A = { a, b } dan B = C = { b, c}, maka kita peroleh bahwa
𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 ∩ 𝐶 = {𝑏}, 𝐴̅ ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐶 = {𝑎} dan 𝐴 ≠ 𝐵.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 8


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Teorema-1.4. Untuk sembarang himpunan A, B  U , pernyataan berikut ekivalen:


(a) A  B. (b) A  B  B.
(c) A  B  A. (d) B  A.
Bukti.
Disini kita membuktikan salah satu saja, yaitu (a) jika dan hanya jika (b), dan yang lain dapat
digunakan sebagai latihan.
Dari kri ke kanan: A  B. → A  B  B.
Dari 𝐴 ⊆ 𝐵 ∶ (∀𝑥)[ (𝑥 ∈ 𝐴) → (𝑥 ∈ 𝐵) ] ↔ (∀𝑥)[ (𝑥 ∉ 𝐴) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵) ]; dan
Dari 𝐴 ∪ 𝐵 ∶ (∀𝑥)[ (𝑥 ∈ 𝐴) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵) ].
Dengan menggunakan metode resolusi kita peroleh (∀𝑥)[ (𝑥 ∈ 𝐵) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵) ] ↔ 𝑥 ∈ 𝐵.
Dari kanan ke kiri: A  B  B. → A  B.
Dari 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐵 :
(∀𝑥)[ 𝑥 ∈ (𝐴 ∪ 𝐵) → 𝑥 ∈ 𝐵 ] ↔ (∀𝑥)[( 𝑥 ∉ (𝐴 ∪ 𝐵)) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵) ]
↔ (∀𝑥)[ (𝑥 ∉ 𝐴) ∧ (𝑥 ∉ 𝐵) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵)]
↔ (∀𝑥)[ (𝑥 ∉ 𝐴) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵) ∧ ((𝑥 ∉ 𝐵) ∨ (𝑥 ∈ 𝐵))]
↔ (∀𝑥)[ (𝑥 ∈ 𝐴) → (𝑥 ∈ 𝐵) ∧ ((𝑥 ∈ 𝐵) → (𝑥 ∈ 𝐵))]
↔ (∀𝑥)[(𝑥 ∈ 𝐴) → (𝑥 ∈ 𝐵)] ∧ (∀𝑥)[(𝑥 ∈ 𝐵) → (𝑥 ∈ 𝐵)]
↔ 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ⊆ 𝐵
↔ 𝐴 ⊆ 𝐵.
[Terbukti]

Definisi-1.9. Bilangan kardinal dari sebuah himpunan A, dilambangkan dengan n(A) atau
|𝐴|, menyatakan banyaknya anggota berbeda dalam himpunan A.

Definisi-1.10. Misalkan S sebuah himpunan dalam suatu semesta pembicaraan U. Sebuah


himpunan kuasa (power set) dari S, dinyatakan dengan (S ) , ialah sebuah koleksi tepat
semua himpunan bagian dari S. Jadi dapat ditulis {x} ( S )  {x}  S .

Contoh-1.9. Diberikan sebuah himpunan S = {a, b}. Tentukan himpunan kuasa dari S.
Pemecahan.
Disini: - himpunan bagian dari S adalah himpunan  , {a}, {b}, {a, b},
- himpunan kuasa dari S adalah (S ) = {  , {a}, {b}, {a, b}}, dan
- (S ) = 4 = 2| | .

Untuk sembarang himpunan A, B, C  U , berlaku skema yang tercakup dalam Tabel-1.2


berikut.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 9


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Tabel-1.2. Hukum-hukum operasi himpunan.

No. Formula Nama

H1. A A Complementation Law

H2. A  B  B  A dan A  B  B  A Commutative Laws

H3. A  ( B  C )  ( A  B)  C Associative Laws


A  ( B  C )  ( A  B)  C

H4. A  ( B  C )  ( A  B)  ( A  C ) Distributive Laws


A  ( B  C )  ( A  B)  ( A  C )

H5. A  B  A  B dan A  B  A  B De Morgan’s Laws

H6. A  A  A dan A  A  A Idempotent Laws

H7. A    A dan A  U  A Identity Laws

H8. A A U dan A  A   Inverse Laws

H9. A  U  U dan A     Domination Laws

H10. A  ( A  B )  A dan A  ( A  B )  A Absorption Laws

Contoh-1.10. Tujukkan bahwa ekspresi berikut benar:


a) (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = 𝐴 − (𝐵 ∪ 𝐶).
b) Jika 𝐵 ∩ 𝐶 = ∅, maka (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐴 − 𝐶) = 𝐴.
Pemecahan.
a) (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = (𝐴 − 𝐵) ∩ 𝐶̅ = (𝐴 ∩ 𝐵 ) ∩ 𝐶̅
= 𝐴 ∩ (𝐵 ∩ 𝐶̅ ) ← Hukum Assosiatif
=𝐴∩𝐵∪𝐶 ← Hukum De Morgan
= 𝐴 − (𝐵 ∪ 𝐶)
b) (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐴 − 𝐶) = (𝐴 ∩ 𝐵 ) ∪ (𝐴 ∩ 𝐶̅ )
= 𝐴 ∩ (𝐵 ∪ 𝐶̅ ) ← Hukum Distributif
=𝐴∩𝐵∩𝐶 ← Hukum De Morgan
=𝐴∩𝑈
= 𝐴. ← Hukum Identitas

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 10


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Definisi-1.11. Misal X  U menyatakan sebuah himpunan yang mencakup sejumlah ber-


hingga himpunan ( seperti: A, A, B, B,... ) dan simbol operasi  dan  saja. Dual dari X,
dinyatakan dengan X d , adalah himpunan bagian dari U yang diperoleh dari X dengan
cara:
(i) mengganti setiap kemunculan 𝐴 ( atau 𝐴 ) dalam X dengan 𝐴̅ ( atau 𝐴 ),
(ii) mengganti setiap kemunculan  ( atau  ) dalam X dengan  ( atau  ), dan
(iii) mengganti setiap kemunculan U ( atau  ) dalam X dengan  ( atau U ).

Contoh-1.11. Misal diberikan sebarang tiga himpunan 𝐴, 𝐵, 𝐶 ⊆ 𝑈, 𝑋 = 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) dan


𝑌 = 𝐴 ⨁ 𝐶̅ . Tentukan dual dari X dan Y.
Pemecahan.
𝑋 = 𝐴 ∪ (𝐵 ∩ 𝐶) → 𝑋 = 𝐴̅ ∩ (𝐵 ∪ 𝐶̅ ).
𝑌 = 𝐴 ⨁ 𝐶̅ = (𝐴 − 𝐶̅ ) ∪ (𝐶̅ − 𝐴) = (𝐴 ∩ 𝐶) ∪ (𝐶̅ ∩ 𝐴̅) → 𝑌 = (𝐴̅ ∪ 𝐶̅ ) ∩ (𝐶 ∪ 𝐴).

Teorema-1.5. (The Principle of Duality). Misalkan X , Y  U , dimana X dan Y memenuhi


Definisi-1.11. Jika X = Y, maka X d  Y d .

Definisi-1.12. Misal I sebuah himpunan tak kosong dan U sebuah himpunan semesta.
Untuk setiap i  I misalkan Ai  U . Maka I disebut sebuah himpunan indeks (index set /
set of indices), dan setiap i  I disebut sebuah indeks (index).

Contoh-1.12. Misalkan diberikan 𝑈 = { 0,1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 }, 𝐴 = { 0, 1, 2, 3 }, 𝐴 =


{ 2, 3, 4, 5}, 𝐴 = { 4, 5, 6, 7 }, dan 𝐴 = { 6, 7, 8, 9 }. Maka 𝐼 = { 1, 2, 3, 4 } adalah sebuah
himpunan indeks dari U dan 1, 2, 3 dan 4 adalah indeks dari U.

Banyaknya indeks dari U adalah 1 ≤ |𝐼| ≤ 2| | .

Teorema-1.6. (Generalized De Morgan’s Laws). Misal I sebuah himpunan indeks, dimana


untuk setiap i  I , Ai  U . Maka berlaku operasi himpunan berikut:

a) A A.
iI
i
iI
i b) A A.
iI
i
iI
i

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 11


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Latihan-1.2

01. Tentukan himpunan-himpunan berikut 10. Misal A, B dan C sebarang himpunan.


(a) ∅ ∪ {∅}. (d) {∅] ∩ {𝑎, ∅, {∅}}. Dengan syarat seperti apakah agar masing-
(b) ∅ ∩ {∅}. (e) ∅⨁{𝑎, ∅, {∅}}. masing berikut benar.
(c) {∅} ∪ {𝑎, ∅, {∅}}. (f) {∅}⨁{𝑎, ∅, {∅}}. (a) (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐴 − 𝐶) = 𝐴.
(b) (𝐴 − 𝐵) ∪ (𝐴 − 𝐶) = ∅.
02. Misalkan A dan B himpunan (c) (𝐴 − 𝐵) ∩ (𝐴 − 𝐶) = ∅.
sehingga (𝐴 ∪ 𝐵) ⊆ 𝐵 dan 𝐵 ⊈ 𝐴. (d) (𝐴 − 𝐵)⨁(𝐴 − 𝐶) = ∅.
Gambar diagram
Venn yang sesuai. 11. Misalkan A, B dan C sebarang
himpu-nan. Tunjukan bahwa :
3. Misalkan A, B dan C himpunan sehing- (a) (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = 𝐴 − (𝐵 ∪ 𝐶).
ga 𝐴 ⊆ 𝐵, 𝐴 ⊆ 𝐶, (𝐵 ∩ 𝐶) ⊆ 𝐴. Gambar (b) (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = (𝐴 − 𝐶) − 𝐵.
diagram Venn yang sesuai. (c) (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 = (𝐴 − 𝐶) − (𝐵 − 𝐶).

4. Misalkan A, B dan C himpunan sehing- 12. Untuk sembarang A, B, C  U ,


ga 𝐴 ∩ 𝐵 ≠ ∅, 𝐴 ∩ 𝐶 ≠ ∅, 𝐵 ∩ 𝐶 ≠ ∅ dan Tunjuk-kan bahwa (𝐴 − 𝐵) − 𝐶 tidak
(𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶) = ∅. Gambar diagram Venn perlu sama dengan 𝐴 − (𝐵 − 𝐶).
yang sesuai.
13. Andaikan bahwa A, B, C dan D sem-
5. Berikan contoh himpunan A, B, dan C barang himpunan. Selidiki apakah selalu
sehingga 𝐴 ∈ 𝐵, 𝐵 ∈ 𝐶 dan 𝐴 ∉ 𝐶. berlaku bahwa
(𝐴 − 𝐵) − (𝐶 − 𝐷) = (𝐴 − 𝐶) − (𝐵 − 𝐷).
6. Misal sebarang himpunan A, B, C  U
Diberikan bahwa 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 ∩ 𝐶 dan 14. Tunjukkan bahwa jika A dan B sem-
𝐴̅ ∩ 𝐵 = 𝐴̅ ∩ 𝐶. Apakah perlu 𝐵 = 𝐶 ? barang himpunan, maka :
(a) 𝐴 = 𝐴 ∩ (𝐴 ∪ 𝐵) .
7. Misalkan A dan B sebarang himpunan. (b) 𝐴 = 𝐴 ∪ (𝐴 ∩ 𝐵) .
(a) Diberikan 𝐴 − 𝐵 = 𝐵, apakah yang
bisa dikatakan tentang A dan B ? 15. Diberikan U = { a, b, c, d,…, x, y, z }.
(b) Diberikan 𝐴 − 𝐵 = 𝐵 − 𝐴, apa yang dengan A = { a, b, c }dan B = { a, b, d, e }.
bisa dikatakan tentang A dan B ? Jika A  B  2 dan ( A  B )  B  C ,
tentukan B.
8. Misalkan A, B dan C sebarang himpu-
nan. 16. Untuk sembarang A, B, C  U , selidiki
(a) Jika diberikan 𝐴 ∪ 𝐵 = 𝐴 ∪ 𝐶, apakah
perlu 𝐵 = 𝐶. apakah ekspresi berikut ini benar
(b) Jika diberikan 𝐴 ∩ 𝐵 = 𝐴 ∩ 𝐶, apakah AC  B C  AB
perlu 𝐵 = 𝐶.
17. Untuk sebarang himpunan A, B  U ,
(c) Jika diberikan 𝐴⨁𝐵 = 𝐴⨁𝐶, apakah
perlu 𝐵 = 𝐶. selidiki apakah benar bahwa :
(a) ( A  B )  ( A) ( B )
9. Diberikan ekspresi (𝐴 ∩ 𝐶) ⊆ (𝐵 ∩ 𝐶) (b) ( A  B )  ( A) ( B )
dan (𝐴 ∩ 𝐶̅ ) ⊆ (𝐵 ∩ 𝐶̅ ). Tunjukkan bahwa
𝐴 ⊆ 𝐵.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 12


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

18. Diberikan 𝐴 ⊆ 𝐵 dan 𝐶 ⊆ 𝐷. 22. Misalkan A menyatakan himpunan se-


(a) Apakah eskpresi berikut selalu berlaku mua mobil yang diproduksi secara domes-
(𝐴 ∪ 𝐶) ⊆ (𝐵 ∪ 𝐷) ? tik, B menyatakan himpunan semua mobil
(b) Apakah ekspresi berikut selalu berlaku yang diimpor, C menyatakan himpunan se-
(𝐴 ∩ 𝐶) ⊆ (𝐵 ∩ 𝐷) ? mua mobil yang diproduksi sebelum 2010,
D menyatakan himpunan semua mobil
19. Diberikan 𝑊 ⊂ 𝑋 dan 𝑌 ⊂ 𝑍. yang harga jualnya kurang dari Rp. 100
(a) Apakah ekspresi berikut selalu berlaku juta, dan E menyatakan himpunan semua
(𝑊 ∪ 𝑌) ⊂ (𝑋 ∪ 𝑍) ? mobil yang dimiliki oleh mahasiswa di
(b) Apakah ekspresi berikut selalu berlaku institut. Nyatakan pernyataan berikut da-
(𝑊 ∩ 𝑌) ⊂ (𝑋 ∩ 𝑍) ? lam notasi teori himpunan
(a) Semua mobil yang dimiliki mahasiswa
20. Dengan menggunakan hukum-hukum di institut yang diproduksi secara do-
teori himpunan, sederhanakan berikut ini mestik atau diimpor.
( A  B)  ( A  B  C  D)  ( A  B) (b) Semua mobil yang diproduksi secara
domestik setelah 2010 yang mempu-
nyai harga jual kurang dari Rp. 100
21. Diberikan sebuah semesta pembicaraan
juta.
U dan himpunan indeks I, untuk setiap
(c) Semua mobil impor yang diproduksi
i  I maka 𝐵 ⊆ 𝑈. Buktikan bahwa untuk
setelah 2010 dan mempunyai harga ju-
A  U berlaku:
al lebih dari Rp. 100 juta.
(a) A   Bi   ( A  Bi )
iI iI

(b) A   Bi   ( A  Bi )
iI iI

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 13


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

1.3 HIMPUNAN TERHINGGA DAN HIMPUNAN TAKHINGGA

Definisi-1.13. Sebuah himpunan, S, disebut himpunan terhingga (finite set) jika memiliki
n anggota berbeda, dimana n sebuah bilangan bulat positif. Bilangan positif n ini disebut
kardinal (atau ukuran) dari S. Jika tidak demikian maka S disebut sebuah himpunan tak
hingga (infinite set). Kardinal dari himpunan tak hingga adalah Aleph Nul ( o ).

Contoh-1.13. Diberikan sebuah himpunan S (tak kosong) dan penerus (successor) S adalah
himpunan S   S  {S} . Perhatikan tiga hal berikut:
(i) Jika S = {a, b}, maka S  = {a, b, {a, b}},
(ii) Jika S = {{a}, b}, maka S  = {{a}, b, {{a}, b}},
(iii) Jika S =  , maka S  = {} , S    {,{}} , S     {,{}, {,{}}} , dst.

Andaikan bahwa: 0 =  ,
1 = {} ,
2 = {, {}} ,
3 = {, {}, {, {}}} , dst.
Maka jelas bahwa 1 = 0  , 2 = 1  , 3 = 2  , dst.

Selanjutnya, kita definisikan sebuah himpunan N sebagai berikut:


1. N memuat himpunan 0,
2. Jika n  N , maka n   N ,
3. N tak memuat himpunan yang lain.
Karena setiap himpunan dalam N memiliki successor dalam N maka N tak hingga.

Definisi-1.14. Sebuah himpunan takhingga, S, disebut sebuah himpunan terhitung


(countable set) jika terdapat korespondensi satu-satu antara anggota S dan anggota
himpunan bilangan natural, N. Jika tidak demikian maka S disebut himpunan tak
terhitung (uncountable set).

Contoh-1.14. Himpunan S = { 2, 4, 8, 16, …} = {2 n n  N } adalah sebuah himpunan


tak hingga yang terhitung sebab terdapat korespondensi satu-satu, yaitu fungsi f (n)  2 n .

Contoh-1.15. Himpunan bilangan real antara 0 dan 1 adalah sebuah himpunan tak hingga
yang tak terhitung, karena kita tidak dapat menemukan korespondensi satu-satu antara ang-
gota himpunan tersebut dengan anggota himpunan N.

Untuk membuktikannya digunakan diagonal argument sebagai berikut

Andaikan himpunan itu takhingga yang terhitung, maka kita pasti dapat membuat daf-
tar dari anggotanya. Misalkan daftar tersebut adalah sebagai berikut

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 14


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

1 - 0 . a 11 a 12 a 13 a 14 a 15 . . . . . . . . . .
2 - 0 . a 21 a 22 a 23 a 24 a 25 . . . . . . . . .
3 - 0 . a 31 a 32 a 33 a 34 a 35 . . . . . . . . .
...............................
n - 0 . a n1 a n 2 a n 3 a n 4 a n 5 . . . . . . . . .
...............................

dimana a ij adalah digit ke-j dari angka desimal bilangan ke-i dalam daftar.
Selanjutnya perhatikan bilangan desimal berikut

0 , b 1 b 2 b 3 b 4 b 5 . . . . . dimana: b i = 1 , jika a ii = 9
= 9 - a ii , jika a ii  9

Jelas bahwa bilangan tersebut terletak diantara bilangan 0 dan 1, tetapi tidak ada dalam
daftar yang kita buat karena bilangan tersebut berbeda dengan bilangan ke-i dalam daftar
setidaknya pada digit ke-i. Berarti kita tidak akan mampu membuat daftar anggota himpunan
tersebut, (atau tidak terdapat korespondensi satu-satu antara anggota himpunan itu dan
anggota himpunan bilangan natural). Jadi himpunan tersebut tak hingga yang tak terhitung.

Contoh-1.16. Perlihatkan bahwa himpunan semua bilangan rasional tak negatif adalah tak
terhitung.
Pemecahan.
Andaikan himpunan tersebut terhitung, maka kita dapat membuat daftar bilangan rasional
yang berurutan menurut besarnya naik sebagai berikut

N 1 2 3 …

Q q1 q2 q3 …

Karena jumlah dua bilangan rasional jika dibagi dua adalah juga rasional, maka untuk setiap
q  qi 1
i  Z  bilangan i adalah rasional positif tetapi tidak ada dalam daftar. Jelas bahwa
2
kita tak mungkin dapat membuat daftar bilangan rasional tak negatif (atau tidak terdapat
korespondensi satu-satu antara anggota N dan anggota Q  ). Jadi, himpunan semua bilangan
rasional tak negatif adalah tak terhitung.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 15


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Prinsip Insklusi Dan Eksklusi


Disini kita sajikan beberapa hasil yang berhubungan dengan kardinalitas himpunan terhingga.
Beberapa hasil, penurunannya diserahkan pada pembaca, adalah sebagai berikut
Untuk sembarang himpunan A dan B, berlaku kaidah berikut:
(i) A B  A + B , (ii) A  B  min( A , B ),
(iii) A B  A - B , (iv) A B = A + B - 2 A B
Berikut kita akan perlihatkan sebuah hasil yang kurang nyata (kurang terang). Misal-
kan A dan B adalah sebarang himpunan. Ingin kita perlihatkan bahwa

|𝑨 ∪ 𝑩| = |𝑨| + |𝑩| − |𝑨 ∩ 𝑩| . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .(1-1)

Perhatikan bahwa himpunan A dan B mempunyai beberapa anggota persekutuan. Dispesi-


fikasi banyaknya anggota persekutuan antara A dan B adalah |𝐴 ∩ 𝐵|. Setiap anggota di-
hitung dua kali dalam |𝐴| + |𝐵| (sekali dalam |𝐴| dan sekali dalam |𝐵|), walaupun seharus-
nya dihitung sebagai satu anggota dalam |𝐴 ∪ 𝐵|. Karenanya, penghitungan ganda dari ang-
gota ini dalam |𝐴| + |𝐵| seharusnya diputuskan dengan mengurangkan suku |𝐴 ∩ 𝐵| dalam
ruas kanan dari persamaan (1-1). Sebagai sebuah contoh, andaikan diantara sebuah himpunan
12 buku, 6 diantaranya buku novel, 7 buku diterbitkan dalam tahun 2005, dan 3 adalah novel
yang diterbitkan dalam tahun 2005. Misalkan A adalah himpunan buku novel, B adalah
himpunan buku yang diterbitkan dalam tahun 2005, maka kita peroleh
|𝐴| = 6, |𝐵| = 7 dan |𝐴 ∩ 𝐵| = 3.
Akibatnya, sesuai dengan persamaan (1-1) diperoleh
|𝐴 ∪ 𝐵| = 6 + 7 − 3 = 10.
Jadi terdapat sepuluh buku yang berupa novel atau diterbitkan dalam tahun 2005. Akibatnya,
diantara 12 buku itu terdapat 2 novel yang tidak diterbitkan dalam tahun 2005.
Dengan memperluas hasil dalam (1-1), untuk sebarang tiga himpunan A, B dan C kita
mempunyai

|𝑨 ∪ 𝑩 ∪ 𝑪| = |𝑨| + |𝑩| + |𝑪| − |𝑨 ∩ 𝑩| − |𝑨 ∩ 𝑪| − |𝑩 ∩ 𝑪| + |𝑨 ∩ 𝑩 ∩ 𝑪| . . . (1-2)

Contoh-1.17. Misalkan kita mempunyai enam komputer dengan spesifikasi sebagai berikut

Komputer Unit aritmetik Memori cakram Monitor grafik


floating-point magnetik

I Ya Ya Tidak
II Ya Ya Ya
III Tidak Tidak Tidak
IV Tidak Ya Ya
V Tidak Ya Tidak
VI Tidak Ya Ya

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 16


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Misalkan 𝐴 , 𝐴 dan 𝐴 masing-masing adalah himpunan komputer dengan unit aritmetik


floating-point, memori penyimpan cakram magnetik, dan terminal monitor grafik. Maka kita
peroleh
|𝐴 | = 2, |𝐴 | = 5, |𝐴 | = 3,
|𝐴 ∩ 𝐴 | = 2, |𝐴 ∩ 𝐴 | = 1, |𝐴 ∩ 𝐴 | = 3,
|𝐴 ∩ 𝐴 ∩ 𝐴 | = 1.

Dengan demikian
|𝐴 ∪ 𝐴 ∪ 𝐴 | = 2 + 5 + 3 − 2 − 1 − 3 + 1 = 5.
Yang berarti lima diantara enam komputer itu mempunyai satu atau lebih dari tiga jenis
perangkat keras yang disebutkan.

Contoh-1.18. Di antara 200 mahasiswa, 50 mengambil kuliah Matematika Diskrit, 140 me-
ngambil kuliah Ekonomi, dan 24 mengambil keduanya. Karena kedua mata kuliah itu akan
mengadakan ujian pada keesokan hari, hanya mahasiswa yang tidak mengambil salah satu
atau kedua kuliah itu yang bisa pergi ke pesta di malam sebelumnya. Kita ingin mengetahui
berapa banyak mahasiswa yang datang ke pesta.
Pemecahan.
Misalkan A adalah himpunan mahasiswa yang kuliah Matematika Diskrit dan B adalah
himpunan mahasiswa yang kuliah Ekonomi, maka kita peroleh
|𝐴| = 50, |𝐵| = 140 dan |𝐴 ∩ 𝐵| = 24.
Menurut persamaan (1-1), jumlah mahasiswa yang mengambil kuliah salah satu atau kedua-
duanya adalah
|𝐴 ∪ 𝐵| = 50 + 140 – 24 = 166
Akibatnya, jumlah mahasiswa yang akan berada dipesta adalah
200 – 166 = 34.

Contoh-1.19. Tiga puluh mobil dirakit di sebuah pabrik. Opsi yang dapat dipakai adalah
sebuah radio, sebuah pendingin ruangan, dan dinding interior berwarna putih. Diketahui
bahwa 15 mobil memiliki radio, 8 mobil memiliki pendingin, 6 mobil dinding interiornya
putih dan 3 mobil memiliki tiga opsi tersebut. Kita ingin mengetahui sedikitnya berapa mobil
yang tidak memiliki opsi sama sekali.
Pemecahan.
Misalkan A adalah himpunan mobil dengan sebuah radio, B adalah himpunan mobil dengan
sebuah pendingin dan C adalah himpunan mobil dengan dinding interior putih. Maka kita
peroleh
|𝐴| = 15, |𝐵| = 8, |𝐶| = 6 dan |𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶| = 3.
Menurut persamaan (2-2) diperoleh
|𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶| = 15 + 8 + 6 − |𝐴 ∩ 𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐶| − |𝐵 ∩ 𝐶| + 3
= 32 − |𝐴 ∩ 𝐵| − |𝐴 ∩ 𝐶| − |𝐵 ∩ 𝐶|.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 17


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Karena |𝐴 ∩ 𝐵| ≥ |𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶|
|𝐴 ∩ 𝐶| ≥ |𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶|
|𝐵 ∩ 𝐶| ≥ |𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶|
Kita peroleh
|𝐴 ∪ 𝐵 ∪ 𝐶| ≤ 32 − 3 − 3 − 3 = 23
Jadi terdapat sebanyak-banyaknya 23 mobil yang memiliki satu atau lebih opsi. Akibatnya,
terdapat sedikitnya 7 mobil yang tidak memiliki opsi sama sekali.

Dalam kasus yang lebih umum, untuk himpunan 𝐴 , 𝐴 , … , 𝐴 , kita mempunyai


|𝑨𝟏 ∪ 𝑨𝟐 ∪ … ∪ 𝑨𝒓 | = ∑𝒊|𝑨𝒊 | − ∑𝟏 𝒊 𝑨𝒊 ∩ 𝑨𝒋 + ∑𝟏 𝒊 𝑨𝒊 ∩ 𝑨𝒋 ∩ 𝑨𝒌
+ … + (−𝟏)𝒓 𝟏 |𝑨𝟏 ∩ 𝑨𝟐 ∩ … ∩ 𝑨𝒓 | . . . . . . . . . . (1-3)

Misalkan S adalah sebuah himpunan dengan |𝑆| = 𝑁, dan misalkan 𝑐 , 𝑐 , … , 𝑐


adalah sebuah kumpulan kondisi atau sifat-sifat yang dipenuhi oleh beberapa (atau semua)
elemen dalam S. Beberapa elemen dari S boleh jadi memenuhi lebih dari satu dari kondisi
itu, dan beberapa elemen boleh jadi tidak memenuhi satu kondisipun. Untuk 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑡,
𝑁(𝑐 ) menyatakan banyaknya elemen dalam S yang memenuhi kondisi 𝑐 . Dan untuk 𝑖, 𝑗 ∈
{1, 2, … , 𝑡} dimana 𝑖 ≠ 𝑗, 𝑁(𝑐 𝑐 ) menyatakan banyaknya elemen dalam S yang me-menuhi
dua kondisi : 𝑐 , 𝑐 , dan barangkali beberapa kondisi yang lain. Selanjutnya, jika 1 ≤
𝑖, 𝑗, 𝑘 ≤ 𝑡 adalah tiga bilangan bulat berbeda, maka 𝑁(𝑐 𝑐 𝑐 ) menyatakan banyaknya
elemen dalam S yang memenuhi tiga kondisi : 𝑐 , 𝑐 , 𝑐 , dan barangkali beberapa kondisi
yang lain.
Untuk 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑡, 𝑁(𝑐 ) = 𝑁 − 𝑁(𝑐 ) menyatakan banyaknya elemen dalam S yang
tidak memenuhi kondisi 𝑐 . Jika 1 ≤ 𝑖, 𝑗 ≤ 𝑡 dengan 𝑖 ≠ 𝑗, 𝑁(𝑐 𝑐 ) menyatakan banyak-
nya elemen dalam S yang tidak memenuhi kondisi 𝑐 atau 𝑐 , maka :
𝑵 𝒄𝒄 = 𝑵 − 𝑵(𝒄𝒊 ) + 𝑵 𝒄𝒋 + 𝑵(𝒄𝒊 𝒄𝒋 ) (1-4)

Dengan cara yang serupa, kita dapat memperoleh persamaan (1-5) berikut
𝑵 𝒄 𝒄 𝒄𝒌 = 𝑵 − 𝑵(𝒄𝒊 ) + 𝑵 𝒄𝒋 + 𝑵(𝒄𝒌 ) + 𝑵 𝒄𝒊 𝒄𝒋 + 𝑵(𝒄𝒊 𝒄𝒌 ) + 𝑵(𝒄𝒋 𝒄𝒌 ) − 𝑵(𝒄𝒊 𝒄𝒋 𝒄𝒋 )
(1-5)

Teorema-1.7. Prinsip Insklusi dan Eksklusi.


Perhatikan sebuah himpunan S, dengan |𝑆| = 𝑁, dan kondisi 𝑐 , 1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑡, dipenuhi oleh
beberapa elemen dalam S. Banyaknya elemen dalam S yang tidak memenuhi satupun 𝑐 ,
1 ≤ 𝑖 ≤ 𝑡, dinyatakan dengan 𝑁 = 𝑁(𝑐 𝑐 𝑐 … 𝑐 ) dimana
𝑵 = 𝑵 − [𝑵(𝒄𝟏 ) + 𝑵(𝒄𝟐 ) + 𝑵(𝒄𝟑 ) + ⋯ + 𝑵(𝒄𝒕 )] +
[𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟐 ) + 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟑 ) + ⋯ + 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝒕 ) + 𝑵(𝒄𝟐 𝒄𝟑 ) + ⋯ + 𝑵(𝒄𝒕 𝟏 𝒄𝒕 )] −
[𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟐 𝒄𝟑 ) + 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟐 𝒄𝟒 ) + ⋯ + 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟐 𝒄𝒕 ) + 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟑 𝒄𝟒 ) + ⋯ + (1-6)
𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟑 𝒄𝒕 ) + ⋯ + 𝑵(𝒄𝒕 𝟐 𝒄𝒕 𝟏 𝒄𝒕 )] + … +
(−𝟏)𝒕 𝑵(𝒄𝟏 𝒄𝟐 𝒄𝟑 … 𝒄𝒕 ).

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 18


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Definisi-1.15. Sebuah himpunan ganda (multiset) ialah sebuah koleksi tak terurut dari
elemen dimana sebuah elemen dapat terjadi sebagai sebuah anggota himpunan lebih dari
sekali. Kerangkapan (multiplicity) dari sebuah elemen a dalam himpunan ganda didefinisi-
kan sebagai banyaknya kemunculan elemen a dalam himpunan.

Notasi: { m1 .a1 , m2 .a 2 , m3 .a3 , …, mr .ar }

Bilangan m i , i = 1, 2, 3, …, r disebut kerangkapan (multiplicities) atau


bilangan pengulangan (repetition number) untuk elemen a i , i = 1, 2, 3, …, r.

Contoh-1.20. Misalkan diberikan sebuah himpunan 𝐻 = {𝑎𝑎𝑎, 𝑎𝑏𝑎, 𝑎𝑏𝑏, 𝑎𝑎𝑎, 𝑎𝑏𝑏, 𝑎𝑎𝑎 }.
Maka dapat kita katakan bahwa:
- Kerangkapan dari elemen aaa, Multi(aaa) = 3,
- Kerangkapan dari elemen aba, Multi(aba) = 1, dan
- Kerangkapan dari elemen abb, Multi(abb) = 2.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 19


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Latihan- 1.3

1. Misalkan A dan B himpnan bagian dari 3.


himpunan semesta berhingga U.
Tunjukkan bahwa 4.
|𝐴̅ ∩ 𝐵 | = |𝑈| − |𝐴| − |𝐵| + |𝐴 ∩ 𝐵|
5.
2. Dalam sebuah Universitas diketahui
bahwa 60% profesor bermain Tenis, 50% 6.
diantara mereka bermain Bridge, 70% ber-
main Badminton 20% bermain Tenis dan 7.
Bridge, 30% bermain Tenis dan Badmin-
ton, dan 40% bermain Bridge dan Bad- 8.
minton. Jika seseorang mengklaim bahwa
20% profesor bermain Badminton, Bridge 9.
dan Tenis, apakah Anda percaya dengan
klaim ini ? Mengapa demikian ? 10.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 20


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

1.4 INDUKSI MATEMATIKA


Induksi matematika adalah sebuah teknik pembuktian penting yang secara ekstrim dapat
digunakan untuk membuktikan sebuah tipe masalah yang baik secara analitis maupun logis
sulit dibuktikan. Dalam bagian ini disajikan bagaimana metode induksi digunakan untuk
membuktikan tipe masalah seperti itu.
Ada beberapa ilustrasi yang berguna dari induksi matematika yang dapat membantu
Anda dalam memahami bagaimana prinsip induksi matematika bekerja. Salah satunya adalah
mencakup sebarisan orang, orang pertama, orang kedua, dst. Sebuah rahasia disampaikan ke
orang pertama, dan setiap orang menyampaikan ke orang berikutnya dalam barisan, jika
orang tersebut mendengarnya. Jika 𝑃(𝑛) adalah proposisi bahwa orang ke n mengetahui
rahasia. Maka P(1) benar, karena rahasia disampaikan ke orang pertama ; P(2) benar, karena
orang pertama menyampaikan rahasia ke orang kedua ; P(3) benar, karena orang kedua
menyampaikan rahasia ke orang ketiga, dst. Dengan prinsip induksi matematika setiap orang
dalam barisan membaca rahasia itu. Prinsip induksi matematika secara formal dinyatakan
sebagai berikut .

Prinsip induksi matematika (mathematic induction principle) :


Untuk suatu statemen yang memuat bilangan natural, n,
jika : (i) statemen benar untuk n = n 0 (Basis induksi), dan
(ii) statemen benar untuk n = k + 1 (Step induksi)
dengan asumsi statemen benar untuk n = k, ( k  n0 ) (Hipotesa induksi)
maka statemen tersebut benar, untuk setiap n  n0 .

Contoh-1.20. Dengan induksi matematika, perlihatkan bahwa ekspresi berikut benar untuk
sembarang bilangan bulat positif !
n.(n  1)
1  2  3  ...  n =
2
Pemecahan.
Dalam ekspresi ini bilangan basisnya adalah n0  1 .
- Basis induksi :
1.(1  1)
Untuk n = 1, maka 1  1 (benar)
2
- Hipotesa induksi :
k .( k  1)
Andaikan untuk n = k, maka 1 + 2 + 3 + ... + k = (benar)
2
- Step induksi :
Untuk n = k + 1, maka berlaku
k .( k  1) k2
1 + 2 + 3 + ... + k + (k + 1) = + (k + 1) = (k + 1) .
2 2
[(k  1)  1] n.(n  1)
= (k + 1) = (benar)
2 2
Jadi menurut induksi matematika ekspresi tersebut benar.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 21


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Contoh-1.21. Buktikan bahwa n 3  2.n habis dibagi 3, untuk n  1 .


Pemecahan.
Pengertian habis dibagi adalah hasil pembagiannya berupa bilangan bulat dan sisa pembagi-
annya nol.
- Basis induksi :
Untuk n = 1, maka 13  2.1  3 adalah habis dibagi 3 (benar)
- Hipotesa induksi :
Andaikan bahwa untuk n = k, maka k 3  2.k habis dibagi 3. (benar)
- Step induksi :
Untuk n = k + 1, maka diperoleh
(k  1) 3  2.(k  1) = (k 3  3k 2  3k  1)  (2k  2)
= (k 3  2k )  (3k 2  3k  3)
= (k 3  2k )  3(k 2  k  1) habis dibagi 3 (benar)
Karena suku pertama habis dibagi 3 dan k 2  k  1 bernilai bulat untuk n  1 .
Jadi menurut induksi matematika n 3  2.n habis dibagi 3, untuk n  1 benar.

Teorema-1.6. (Finite Induction Principle – Alternative form)


Misalkan S(n) menyatakan sebuah statemen matematika yang mengandung unsur sebuah
bilangan bulat positif, n.
(i) JikaS(1) benar, (Basis Induksi)
(ii) JikaS(k+1) benar, untuk k  Z  , (Step Induksi)
apabila S(1), S(2), S(3), ..., S(k) benar, (Hipotesa Induksi)
Maka S(n) benar untuk semua n  Z  .

Contoh-1.22. Penghitungan berikut mengindikasikan bahwa memungkinkan untuk menulis


(tak perlu urut) bilangan bulat 14, 15, 16 dengan hanya menggunakan jumlah angka 3 atau
8 saja. Sebagai misal :
14 = 3 + 3 + 8
15 = 3 + 3 + 3 + 3 + 3
16 = 8 + 8

S(n) : Untuk setiap n  Z , jika n  14 maka n dapat dinyatakan sebagai jumlahan dari
angka 3 atau 8 saja.
Pemecahan.
- Basis induksi : S(14) = 3 + 3 + 8, (benar)
- Hipotesa induksi :
S(14), S(15), S(16), ..., S(k-2), S(k-1), S(k) semua benar untuk k  16 .
- Step induksi :
Jika n = k + 1, maka n  17 dan k + 1 = (k – 2) + 3.
Karena 14  k  2  k dan S(k-2) benar, maka S(k+1). (benar)
 S(n) benar untuk n  14.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 22


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Contoh-1.23. Setelah n bulan dari sebuah percobaan rumah hijau, jumlah P(n) tumbuhan
dari sebuah tipe tertentu memenuhi persamaan :
P(0) = 3, P(1) = 7, dan P(n) = 3.P(n-1) – 2.P(n-2) untuk n  2
Tunjukkan bahwa P(n) = 2 n  2  1 untuk n  Z , n  0 .
S(n) : Jika P(0) = 3, P(1) = 7 dan P(n) = 3.P(n-1) – 2.P(n-2),
maka P(n) = 2 n  2  1 untuk n  0 .
Pemecahan.
- BI : S(0) = P(0) = 2 0 2  1 = 4-1 = 3,
(benar)
- HI : Misal S(0), S(1), S(2), ..., S(k-1), S(k), (benar)
- SI: Untuk n  k  1  2
S(k+1) : P(k+1) = 3.P(k) -2.P(k-1) = 3.[ 2 k  2  1 ] – 2.[ 2 ( k 1)  2  1 ]
= 3.2 k  2  3  2 ( k 1) 3  2 = 3.2 k  2  1  2 k  2
= 2.2 k  2  1 = 2 ( k 1)  2  1 . (benar)
Secara induksi, P(n) = 2 n  2  1 untuk n  Z , n  0 .

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 23


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

Latihan -1.4

01. Dapatkan sebuah formula untuk jum-


lah n bilangan bulat positif genap pertama, 09. Gunakan induksi matematika untuk
selanjutnya buktikan jawaban Anda de- menunjukkan bahwa 5 membagi habis
ngan menggunakan induksi matematika. 𝑛 − 𝑛 bilamana n sebuah bilangan bulat
tak negatif.
02. Dengan pengujian nilai-nilai ekspresi
ini untuk sejumlah kecil nilai dari n, dapat- 10. Gunakan induksi matematika untuk
kan sebuah rumus untuk ekspresi berikut : menunjukkan bahwa 6 membagi habis
𝑛 − 𝑛 bilamana n sebuah bilangan bulat
a) + + + ⋯+ . tak negatif.
b) .
+ .
+ .
+⋯+ .( )
.
11. Gunakan induksi matematika untuk
Selanjutnya gunakan induksi matematika menunjukkan bahwa 8 membagi habis
untuk membuktikan hasilnya. 𝑛 − 1 bilamana n sebuah bilangan bulat
positif ganjil.
03. Gunakan induksi matematika untuk
mebuktikan bahwa untuk n sebarang bila- 12. Gunakan induksi matematika untuk
ngan bulat tak negatif berlaku menunjukkan bahwa 𝑛 − 7𝑛 + 12 adalah
3 + 3.5 + ⋯ + 3. 5 = 3 (5 − 1)⁄4. tak negatif jika n sebuah bilangan bulat
lebih dari 3.
04. Gunakan induksi matematika untuk
mebuktikan bahwa untuk n sebarang bila- 13. Gunakan induksi matematika untuk
ngan bulat tak negatif berlaku membuktikan bahwa sebuah himpunan
dengan n elemen mempunyai 𝑛(𝑛 − 1)/2
2 − 2.7 + ⋯ + 2. (−7) = himpunan bagian yang memuat tepat dua
. elemen bilamana n sebuah bilangan bulat
05. Tunjukkan bahwa yang lebih dari atau sama dengan 2.
1 + 2 + ⋯ + 𝑛 = [𝑛(𝑛 + 1)⁄2]
14. Gunakan induksi matematika untuk
bilamana n sebuah bilangan bulat positif. membuktikan bahwa sebuah himpunan de-
ngan n elemen mempunyai
06. Buktikan bahwa
𝑛(𝑛 − 1)(𝑛 − 2)/6
1.1! + 2.2! + ⋯ + 𝑛. 𝑛! = (𝑛 + 1)! − 1
himpunan bagian yang memuat tepat tiga
bilamana n sebuah bilangan bulat positif. elemen bilamana n sebuah bilangan bulat
yang lebih dari atau sama dengan 3.
07. Tunjukkan dengan induksi matematika
bahwa 15. Gunakan induksi matematika untuk
jika ℎ > −1, maka 1 + 𝑛ℎ ≤ (1 + ℎ) menunjukkan bahwa bilamana n sebuah
untuk semua bilangan bulat tak negatif n. bilangan bulat positif, maka berlaku
Ini disebut Pertidaksamaan Bernoulli. ∑ 𝑗 = 𝑛(𝑛 + 1)(2𝑛 + 1)(3𝑛 + 3𝑛 − 1)/30.

08. Buktikan bahwa 3 < 𝑛! bilamana n


sebuah bilangan bulat positif yang lebih
besar dari 6.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 24


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

DAFTAR PUSTAKA

FLETCHER, P., HOYLE, H. AND PATTY, C.W., “Foundation of Discrete Mathematics”


PWS-KENT Publishing Co., Boston, 1991.

GRIMALDI, R.P., “Discrete and Combinatorial Mathematics - An Applied Introduction”,


Addison-Wesley Publishing Co., 1989.

LIU, C.L., “ Elements of Discrete Mathematics “, McGraw-Hill, Inc., 1985.

ROSEN, K.H., “Discrete Mathematics and Its Applications”, McGraw-Hill, Inc., 2003.

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 25


Modul Ajar Matematika Diskrit Teori Himpunan

2. Untuk sembarang himpunan A, B, C  U , selidiki apakah berikut ini benar


AC  B C  AB

3. Untuk sebarang himpunan A, B  U , selidiki apakah benar bahwa :


(a) ( A  B )  ( A) ( B ) (b) ( A  B )  ( A) ( B )

4. Dengan menggunakan hukum-hukum teori himpunan, sederhanakan berikut ini


( A  B)  ( A  B  C  D)  ( A  B)

1. Diberikan sebuah semesta pembicaraan U dan himpunan indeks I, untuk setiap


i  I maka Bi  U
Buktikan untuk A  U : (a) A   Bi   ( A  Bi )
iI iI

(b) A   Bi   ( A  Bi ) .
iI iI

Contoh-1.20. Marilah kita tentukan banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 250 yang habis
dibagi oleh 2, 3, 5, dan 7. Misalkan 𝐴 , 𝐴 , 𝐴 , dan 𝐴 secara berurutan adalah himpunan
bilangan bulat antara 1 dan 250 yang habis dibagi 2, 3, 5, dan 7. Karena

Copyright©2017, by Soetrisno, Departemen Matematika FMIPA-ITS. 26

Anda mungkin juga menyukai