Anda di halaman 1dari 87

FEH2J3

Matematika Diskrit

Himpunan
Modul 1
Fakultas Teknik Elektro
2023
Contents

Pengertian dan Cara Penyajian Himpunan

Operasi Himpunan

Hukum-hukum Himpunan

Prinsip Dualitas

Prinsip Inklusi-Eksklusi

Himpunan Ganda

Modul 1 - Himpunan
Definisi
Definisi

Himpunan apa ya??? Himpunan (set) adalah kumpulan objek-objek yang berbeda yang
dapat didefinisikan dengan jelas.
Objek di dalam himpunan disebut elemen, unsur atau anggota.
Keanggotaan suatu himpunan dinyatakan dengan notasi “∈”.

Contoh 1 :
A = {x, y, z}
x ∈ A : x merupakan anggota himpunan A.
w ∉ A : w bukan merupakan anggota himpunan A.

Modul 1 - Himpunan
Definisi

Contoh 2 :

Himpunan apa ya??? A = {1, 2, 3, 4}


R = {a, b, {a,b,c}, {a,c}}
K = {{}}
maka :
3∈A
{3} ∉ A
5∉A
{a,b,c} ∈ R
c∉R
{} ∈ K
{a,b} ∉ R

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan
Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan

Mencacahkan anggotanya (enumerasi)

Menggunakan symbol standar (baku)

Menuliskan Kriteria (syarat) keanggotaan himpunan

Menggunakan Diagram Venn

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan
Mencacah Anggotanya (enumerasi)

Dengan cara ini, himpunan tersebut dinyatakan dengan menyebutkan semua


anggota himpunannya di dalam suatu kurung kurawal.

Contoh 3 :
 Himpunan empat bilangan ganjil pertama: A = {1, 3, 5, 7}.
 Himpunan lima bilangan prima pertama: B = {2, 3, 5, 7, 11}.
 Himpunan bilangan asli yang kurang dari 50 : C = {1, 2, ..., 49}
 Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…, -2, -1, 0, 1, 2, …}.

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan
Menggunakan Simbol Standar (Baku)

Suatu himpunan dapat dinyatakan dalam suatu simbol standar (baku) yang telah diketahui
secara umum oleh masyarakat (ilmiah).

Contoh 4 :
P = himpunan bilangan bulat positif = {1, 2, 3, … }
N = himpunan bilangan asli (natural) = { 1, 2, ... }
Z = himpunan bilangan bulat = { …,-2, -1, 0, 1, 2, ... }
R = himpunan bilangan riil
Q = himpunan bilangan rasional
C = himpunan bilangan kompleks

Himpunan yang universal (semesta pembicaraan) dinotasikan dengan U.


Contoh 5 :
U = {1, 2, 3, 4, 5} dan A = {1, 3, 5} merupakan himpunan bagian dari U

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan
Notasi Pembentuk Himpunan (1)

Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan kriteria (syarat) keanggotaan
himpunan tersebut. Himpunan ini dinotasikan dengan :

Notasi : { x ⎥ syarat yang harus dipenuhi oleh x }

Aturan yang digunakan dalam penulisan syarat keanggotaan :


a. Bagian kiri tanda ‘|’ melambangkan elemen himpunan
b. Tanda ‘|’ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
c. Bagian di kanan tanda ‘|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
d. Setiap tanda ‘,’ di dalam syarat keanggotaan dibaca dan

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan
Notasi Pembentuk Himpunan (2)

Contoh 6 :
i. A adalah himpunan bilangan asli yang kecil sama dengan 10, dinyatakan sebagai :
A = { x | x adalah bilangan asli yang kecil sama dengan 10}
atau dalam notasi yang lebih ringkas :
A = {x | x ∈ N , x ≤ 10 }
yang ekivalen dengan :
A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10}

ii. M adalah himpunan mahasiswa yang mengambil mata kuliah matematika diskrit
M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah matematika diskrit} Atau
M = { x adalah mahasiswa | ia mengambil kuliah matematika diskrit}

Modul 1 - Himpunan
Cara Menyatakan Himpunan (5)
Menggunakan Diagram Venn

Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan cara menuliskan anggotanya dalam suatu gambar
(diagram) yang dinamakan Diagram Venn.

Contoh 7 :
Misalkan U = {1, 2, …, 7, 8}, A = {1, 2, 3, 5} dan B = {2, 5, 6, 8}.

Diagram Venn:

Modul 1 - Himpunan
Kardinalitas
Kardinalitas

Jumlah unsur dalam suatu himpunan dinamakan kardinalitas dari himpunan tersebut.

Untuk menyatakan kardinalitas himpunan A ditulis dengan notasi :

n(A) atau ⎢A ⎢

Contoh 8 :

 A = {a, {a}, {{a}} }, maka | A | = 3


 B = { x | x merupakan bilangan prima yang lebih kecil dari 10 }, atau
B = {2, 3, 5, 7 } maka |B | = 4
 C = {kucing, a, Amir, 10, paku}, maka |C| = 5

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Kosong
Himpunan Kosong

Jika suatu himpunan tidak mempunyai anggota, dengan kata lain dengan kardinalitas
himpunan tersebut sama dengan nol maka himpunan tersebut dinamakan himpunan
kosong (null set).

Notasi dari suatu himpunan kosong adalah :


∅ atau { }

Contoh 9 :

 P = {Mahasiswa Teknik Telekomunikasi Telkom University yang pernah ke Mars},


maka |P| = 0, Jadi P = ∅

 B = {{ }} dapat juga ditulis sebagai B = {∅}. Jadi B bukan himpunan kosong karena ia
memuat satu unsur yaitu himpunan kosong.
Modul 1 - Himpunan
Himpunan Bagian
Himpunan Bagian (1)

Himpunan A dikatakan himpunan bagian (subset) dari himpunan B jika dan hanya jika
setiap unsur A merupakan unsur dari B.

Dalam hal ini, B dikatakan superset dari A.

Notasi himpunan bagian :


A ⊆B

Jika digambarkan dalam bentuk diagram Venn himpunan bagian tersebut menjadi :

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Bagian (2)

Contoh 10 :
i. {1, 2, 3} ⊆ {1, 2, 3, 4, 5}
ii. N ⊆ Z ⊆ R ⊆ C
iii. {2, 3, 5} ⊆ {2, 3, 5}
iv. A = {p, q, r} bukan himpunan bagian dari B = {m, p, q, t, u} Karena r ∈ A tapi r ∉ B

Untuk sembarang himpunan A berlaku hal-hal sbb :


a) A adalah himpunan bagian dari A itu sendiri (yaitu, A ⊆ A).
b) Himpunan kosong merupakan himpunan bagian dari A ( ∅ ⊆ A).
c) Jika A ⊆ B dan B ⊆ C, maka A ⊆ C

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Bagian (3)

Himpunan Bagian Sebenarnya (Proper Subset) dan Himpunan Bagian tak Sebenarnya
(Improper Subset)

Contoh 11 :
Misalkan A = {1, 2, 3}, maka
{1,2, 3} dan ∅ merupakan improper subset dari himpunan A.
{1}, {2}, {3}, {1,2}, {1,3} dan {2,3} merupakan proper subset dari himpunan A.

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Bagian (4)

Pernyataan A ⊆ B berbeda dengan A ⊂ B :


A ⊆ B : A adalah himpunan bagian (subset) dari B yang memungkinkan A = B.
A ⊂ B : A adalah himpunan bagian dari B tetapi A ≠ B.
A adalah himpunan bagian sebenarnya (proper subset) dari B.

Contoh 12 :
Tunjukkan bahwa A = {a, b, c} adalah himpunan bagian sebenarnya dari B = {a, b, c, d, e, f}
Jawab :
untuk menunjukkan bahwa A adalah himpunan bagian yang sebenarnya dari B,
perlihatkan bahwa setiap elemen A juga elemen di dalam B dan sekurang-kurangnya ada 1
elemen B yang tidak terdapat di dalam A.
Maka :
setiap elemen dari A juga elemen dari B sehingga A ⊆ B
d ∈ B tetapi d ∉ A, oleh Karena itu A ≠ B
dengan demikan : A adalah himpunan bagian sebenarnya dari B → A ⊂ B
Modul 1 - Himpunan
Himpunan Yang
Sama
Himpunan yang Sama (1)

Dua himpunan dikatakan sama jika semua anggota di dalam kedua himpunan tersebut sama
meskipun urutan di dalam himpunan tersebut tidak sama.
Dengan kata lain, dua himpunan dikatakan sama jika dan hanya jika setiap elemen A merupakan
elemen B dan sebaliknya setiap elemen B merupakan elemen A.

Notasi : A = B ↔ A ⊆ B dan B ⊆ A

Contoh 13 :
i. jika A = {3, 5, 8, 5} dan B = {5, 3, 8}, maka A = B
ii. Jika A = {3, 5, 8, 5} dan B = {3, 8}, maka A ≠ B

Modul 1 - Himpunan
Himpunan yang Sama (2)

Dalam menentukan kesamaan dari dua buah himpunan, ada 3 hal yang harus
diperhatikan, yaitu :

1. Urutan elemen di dalam himpunan tidak penting


Jadi, {1, 2, 3} = {3, 2, 1} = {1, 3, 2}
2. Pengulangan elemen tidak mempengaruhi kesamaan dua buah himpunan
jadi, {1, 1, 1, 1} = {1, 1} = {1}
{1, 2, 3} = {1, 2, 1, 3, 2, 1}
3. Untuk tiga buah himpunan, A, B, dan C berlaku aksioma berikut :
(a) A = A, B = B dan C = C
(b) jika A = B, maka B = A
(c) jika A = B dan B = C, maka A = C

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Yang
Ekivalen
Himpunan yang Ekivalen

Dua himpunan dikatakan ekivalen jika kardinal kedua himpunan tersebut sama meskipun
anggota kedua himpunan tersebut tidak sama.

Notasi : A ~ B ↔ |A| = |B|

Contoh 14 :
i. jika A = {3, 5, 8, 5} dan B = {a, b, c, d}, maka A ~ B karena |A| = |B| = 4

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Saling
Lepas
Himpunan Saling Lepas (Disjoint)

Dua himpunan A dan B dikatakan saling lepas (disjoint) jika keduanya tidak memiliki unsur
yang sama.
Notasi yang digunakan adalah A // B

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah sebagai berikut :

Contoh 15 :
Jika A = { x | x ∈ N, x < 10 } dan B = { 11, 12, 13, 14, 15 }, maka A // B.

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Kuasa
Himpunan Kuasa (1)

Himpunan kuasa (power set) dari himpunan A merupakan suatu himpunan yang unsur-
unsurnya merupakan semua himpunan bagian dari A, termasuk himpunan kosong dan
himpunan A sendiri.

Himpunan kuasa dinotasikan oleh P (A).

Jumlah anggota (kardinal) dari suatu himpunan kuasa bergantung pada kardinal
himpunan asal. Misalkan, kardinalitas himpunan A adalah m, maka :

|P(A) | = 2m

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Kuasa (2)

Contoh 16 :

1. Jika A = { x, y }, maka P(A) = { ∅, { x }, { y }, { x, y }}


2. Jika B = ∅ , maka P (∅) = {∅}
3. Jika C = {∅} adalah P ({∅}) = {∅, {∅}}
4. Jika D = {apel, jeruk, mangga, pisang}, maka :
P(A) = {{ }, {apel}, {jeruk}, {mangga}, {pisang}, {apel, jeruk}, {apel, mangga},
{apel, pisang}, {jeruk, mangga}, {jeruk, pisang}, {mangga, pisang},
{apel, jeruk, mangga}, {apel, jeruk, pisang}, {apel, mangga, pisang},
{jeruk, mangga, pisang}, {apel, jeruk, mangga, pisang}}

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap
Himpunan
Selisih

Beda
Komplemen
Setangkup

Operasi
terhadap
Himpunan
Perkalian
Gabungan
Kartesian

Irisan

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (1)
Irisan (1)

Irisan (intersection) dari himpunan A dan B adalah sebuah himpunan yang setiap elemennya
merupakan elemen dari himpunan A dan himpunan B.

Irisan (intersection) antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∩ ‘.

Misalkan A dan B adalah himpunan yang tidak saling lepas, maka :

A ∩ B = { x | x ∈ A dan x ∈ B }

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn :

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (2)
Irisan (2)

Contoh 17 :

1. Misalkan A = {2, 3, 5, 7, 11} dan B = {3, 6, 9, 12}, maka A ∩ B = {3}


2. Misalkan A adalah himpunan mahasiswi TT Telkom University dan B merupakan
himpunan wanita lanjut usia (50 tahun ke atas), maka A ∩ B = ∅. Hal ini berarti A
dan B adalah saling lepas atau A // B.

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (3)
Gabungan (1)

Gabungan (union) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang setiap anggotanya
merupakan anggota himpunan A atau himpunan B.

Gabungan (union) antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘∪‘.

Misalkan A dan B adalah himpunan, maka :

A ∪ B = { x | x ∈ A atau x ∈ B }

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn :

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (4)
Gabungan (2)

Contoh 18 :

1. Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ∪ B = { 1, 2, 3, 4, 5, 7}


2. A ∪ ∅ = A

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (5)
Komplemen (1)

Komplemen (complement) dari suatu himpunan merupakan unsur -unsur yang ada pada
himpunan universal (semesta pembicaraan ) kecuali anggota himpunan tersebut.

Misalkan A merupakan himpunan yang berada pada semesta pembicaraan U, maka


komplemen dari himpunan A dinotasikan oleh :

Ā = { x | x ∈ U dan x ∉ A }

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn :

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (6)
Komplemen (2)

Contoh 19 :

1. Misalkan U = { 1, 2, 3, ..., 9 },
jika A = {1, 3, 7, 9}, maka Ā = {2, 4, 5, 6, 8}
jika A = { x ∈ U | x habis dibagi dua }, maka Ā = { 1, 3, 5, 7, 9 }

2. Misalkan :
A = himpunan mahasiswa Telkom University
B = himpunan mahasiswa yang tinggal di Asrama
C = himpunan mahasiswa angkatan 2022
D = himpunan mahasiswa yang mengambil matematika diskrit
E = himpunan mahasiswa yang membawa motor untuk pergi ke kampus

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (7)
Komplemen (3)

a. Pernyataan
“Semua mahasiswa Telkom University angkatan 2022 membawa motor untuk pergi
ke kampus”
Dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : (A ∩ C) ∩ E

b. Pernyataan
“Semua mahasiswa Telkom University yang tinggal di asrama dan tidak mengambil
matematika diskrit”
Dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : A ∩ B ∩ D

c. Pernyataan
“semua mahasiswa angkatan 2022 yang tidak tinggal di asrama atau tidak membawa
motor untuk pergi ke kampus”
Dapat dinyatakan dalam notasi operasi himpunan sebagai berikut : C ∩ B ∪ E

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (8)
Selisih (1)

Selisih (difference) dari dua himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang elemennya
merupakan elemen dari A tetapi bukan elemen dari B.
Selisih (difference) antara dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘– ‘.

Misalkan A dan B adalah himpunan, maka selisih A dan B dinotasikan oleh :

A – B = { x | x ∈ A dan x ∉ B } = A ∩ B

Perhatikan bahwa komplemen dari sembarang himpunan A terhadap semesta U dapat


juga didefinisikan sebagai :
A U  A

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (9)
Selisih (2)

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :

Contoh 20 :
1. Jika A = { 1, 2, 3, ..., 10 } dan B = { 2, 3, 5, 7}, maka A – B = { 1, 4, 6, 8, 9,10 } dan B – A = ∅
2. {1, 3, 5} – {1, 2, 3} = {5}, tetapi {1, 2, 3} – {1, 3, 5} = {2}
3. Jika A = {1, 2, 3, 4} dan B = {2,5,6} maka A – B = {1,3,4} dan B – A = {5,6}

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (10)
Beda Setangkup (1)

Beda setangkup (symmetric Difference) dari himpunan A dan B adalah suatu himpunan yang
elemennya ada pada himpunan A atau B, tetapi tidak pada keduanya.

Beda setangkup (symmetric Difference) dari himpunan A dan B adalah suatu impunan antara
dua buah himpunan dinotasikan oleh tanda ‘ ⊕ ‘.
Misalkan A dan B adalah himpunan, maka beda setangkup antara A dan B dinotasikan
oleh :
A ⊕ B = (A ∪ B) – (A ∩ B) = (A – B) ∪ (B – A)

Jika dinyatakan dalam bentuk diagram Venn adalah :

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (11)
Beda Setangkup (2)

Beda setangkup memenuhi sifat-sifat berikut:


a) A ⊕ B = B ⊕ A → (hukum komutatif)
b) (A ⊕ B ) ⊕ C = A ⊕ (B ⊕ C ) → (hukum asosiatif)

Contoh 21 :
1. Jika A = { 2, 3, 5, 7} dan B = { 1, 2, 3, 4, 5 }, maka A ⊕ B = { 1, 4, 7 }
2. Jika C = {2, 4, 6} dan D = {2, 3, 5}, maka C ⊕ D = {3, 4, 5, 6}

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (12)
Perkalian Kartesian (1)

Perkalian kartesian (cartesian product) dari himpunan A dan B adalah himpunan yang
elemennya semua pasangan berurutan (ordered pairs) yang dibentuk dari komponen
pertama dari himpunan A dan komponen kedua dari himpunan B.

Perkalian kartesian (cartesian product) antara dua buah himpunan dinotasikan oleh
tanda ‘× ‘.
Misalkan A dan B adalah himpunan, maka perkalian kartesian antara A dan B
dinotasikan oleh :

A × B = {(a, b) | a ∈ A dan b ∈ B }

Contoh 22 :
Misalkan C = {1, 2, 3}, dan D = { a, b }, maka
C × D = { (1, a), (1, b), (2, a), (2, b), (3, a), (3, b) }

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (13)
Perkalian Kartesian (2)

Catatan :
1. Jika A dan B merupakan himpunan berhingga, maka :
|A × B | = | A | . | B |.

2. Pasangan terurut (a, b) berbeda dengan (b, a), dengan kata lain (a, b) ≠ (b, a).
3. Perkalian kartesian tidak komutatif, yaitu :
A×B≠B×A

dimana A atau B bukan himpunan kosong.


4. Jika A = ∅ atau B = ∅, maka :
A×B=B×A= ∅

Modul 1 - Himpunan
Operasi terhadap Himpunan (14)
Perkalian Kartesian (3)

Contoh 23 :

Misalkan :
A = himpunan makanan = {s = soto, g = gado-gado, n = nasi goreng, m = mie rebus}
B = himpunan minuman = {c = coca-cola, t = teh, d = es dawet}
Pertanyaan :
a. Berapa banyak kombinasi makanan dan minuman yang dapat disusun dari kedua
himpunan di atas?
| AxB | = |A|.|B| = 4 . 3 = 12
b. Sebutkan kombinasi dari perkalian kartesian kedua himpunan di atas!
={(s,c), (s,t), (s,d), (g,c), (g,t), (g,d), (n,c), (n,t), (n,d), (m,c), (m,t), (m,d)}

Modul 1 - Himpunan
Latihan

Diketahui himpunan A = {2, {5}, ∅}. Apakah pernyataan berikut benar atau salah?
a. {2} ∈ A
b. {5} ⊆ A
c. {5} ∈ A
d. ∅ ⊆ A
e. ∅ ∈ A

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Inklusi-
Eksklusi
Prinsip Inklusi – Eksklusi (1)

Berapa banyak anggota di dalam gabungan dua buah himpunan A dan B ?


Penggabungan dua buah himpunan menghasilkan himpunan baru yang elemen-elemennya
berasal dari himpunan A dan himpunan B. Himpunan A dan himpunan B mungkin saja
memiliki elemen-elemen yang sama.
Prinsip ini dikenal dengan nama prinsip inklusi-eksklusi.

Misalkan A dan B adalah himpunan berhingga yang saling lepas (disjoint) maka :

| A  B | | A |  | B |

Misalkan A dan B adalah himpunan berhingga, maka | ∪ | berhingga dan,

| A  B | | A |  | B |  | A  B |

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Inklusi – Eksklusi (2)

Dengan cara yang sama, kita dapat menghitung jumlah elemen hasil operasi beda setangkup :

| A  B | | A |  | B |  2 | A  B |

Prinsip inklusi-eksklusi dapat dirambatkan untuk operasi lebih dari dua buah himpunan.
Untuk tiga buah himpunan A, B dan C, berlaku terorema berikut :

| A  B  C | | A |  | B |  | C |  | A  B |  | A  C |  | B  C |  | A  B  C |

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Inklusi – Eksklusi (3)

Contoh 24 :

Berapa banyaknya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5?

Jawab :
= 100/3 = 33
= 100/5 = 20
∩ = 100/15 = 6

maka banyak nya bilangan bulat antara 1 dan 100 yang habis dibagi 3 atau 5 adalah :
∪ = + − ∩
= 33 + 20 −6
= 47

Jadi ada 47 buah bilangan yang habis dibagi 3 atau 5.


Modul 1 - Himpunan
Prinsip Inklusi – Eksklusi (4)

Contoh 25 :

Di antara bilangan bulat antara 1 hingga 500 (termasuk bilangan 1 dan 500 itu sendiri),
tentukan banyaknya bilangan :

a. yang habis dibagi 4 dan 5 tetapi tidak habis dibagi 7


b. yang habis dibagi 4 atau 7
c. yang tidak habis dibagi 4 atau 5 atau 7

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Inklusi – Eksklusi (4)

Contoh 26 :

Di antara 100 mahasiswa, 32 orang mempelajari matematika, 20 orang mempelajari


fisika, 45 orang mempelajari biologi, 15 mempelajari matematika dan biologi, 7
mempelajari matematika dan fisika, 10 mempelajari fisika dan biologi, dan 30 tidak
mempelajari satupun di antara ketiga bidang tersebut.

a. Hitunglah banyaknya mahasiswa yang mempelajari ketiga bidang tersebut?


b. Hitunglah banyaknya mahasiswa yang mempelajari tepat satu bidang saja?

Modul 1 - Himpunan
Perampatan
Operasi
Himpunan
Perampatan Operasi Himpunan (1)

 Operasi himpunan dapat dilakukan terhadap 2 atau lebih himpunan.


 Dalam hal ini kita melakukan perampatan (generalization) operasi himpunan dengan
menggunakan dasar perampatan yang ada pada operasi aritmatika biasa.

Misalkan A1, A2, A3,…. , An merupakan himpunan, maka :

n
n
A 1  A 2  ...  A n  I
i 1
Ai A 1 xA 2 x ... xA n  x A i
i 1
n n
A 1  A 2  ...  A n  U
i 1
Ai A 1  A 2  ...  A n   A i
i 1

Modul 1 - Himpunan
Perampatan Operasi Himpunan (2)

Notasi perampatan dapat mempermudah penulisan ekspresi yang panjang, misalnya :


A  ( B 1  B 2  ...  B n )  ( A  B 1 )  ( A  B 2 )  ...  ( A  B n )
menjadi : n n
A  (U Bi )  U (A  B ) i
i 1 i 1

Contoh 27 :
Misalkan :
A1 = {0, 2, 3}
A2 = {1, 2, 3, 6}
A3 = {-1, 0, 3, 9}
Maka :
3 3

U
i 1
A i  {  1 , 0 ,1 , 2 , 3 , 6 , 9 } dan I
i 1
A i  { 3}

Modul 1 - Himpunan
Hukum-hukum
Aljabar Himpunan
Hukum-hukum Aljabar Himpunan

Hukum Hukum Hukum Hukum Hukum


Identitas null/dominasi Komplemen Idempoten Involusi
• ∪ ∅= • ∩ ∅= ∅ • ∪ ̅=! • ∩ = • # ̅$ =
• ∩! = • ∪! =! • ∩ ̅= ∅ • ∪ =

Hukum Penyerapan/
Hukum Komutatif Hukum Asosiatif
absorpsi
• ∪# ∩ $= • ∪ = ∪ • ∪ ∪% =# ∪ $∪%
• ∩# ∪ $= • ∩ = ∩ • ∩ ∩% =# ∩ $∩%

Modul 1 - Himpunan
Hukum-hukum Aljabar Himpunan

Hukum 0/1 Hukum Distributif Hukum De Morgan

• & = !
∅ • ∩ ∪% =# ∩ $∪ ∩% • ∩ = ̅∪ '
• & = ∅
! • ∪ ∩% =# ∪ $∩ ∪% • ∪ = ̅∩ '

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Dualitas
Prinsip Dualitas (1)

Prinsip dualitas mengemukakan bahwa dua konsep yang berbeda dapat


dipertukarkan namun tetap memberikan jawaban yang benar.

Contoh 28:
AS → kemudi mobil di kiri depan
Indonesia → kemudi mobil di kanan depan
Peraturan:
(a) di Amerika Serikat,
 mobil harus berjalan di bagian kanan jalan,
 pada jalan yang berlajur banyak, lajur kiri untuk mendahului,
 bila lampu merah menyala, mobil belok kanan boleh langsung
(b) di Indonesia,
 mobil harus berjalan di bagian kiri jalan,
 pada jalur yang berlajur banyak, lajur kanan untuk mendahului,
 bila lampu merah menyala, mobil belok kiri boleh langsung
Modul 1 - Himpunan
Prinsip Dualitas (2)

Prinsip dualitas pada kasus diatas adalah:

Konsep kiri dan kanan dapat dipertukarkan pada kedua negara tersebut sehingga peraturan
yang berlaku di Amerika Serikat menjadi berlaku pula di Indonesia.

Misalkan S adalah suatu kesamaan (identity) yang melibatkan himpunan dan operasi-
operasi seperti ∪, ∩, dan komplemen. Jika S* merupakan kesamaan yang berupa dual
dari S maka dengan mengganti ∪ → ∩, ∩ → ∪, ∅ → U, U → ∅, sedangkan komplemen
dibiarkan seperti semula, maka operasi-operasi tersebut pada kesamaan S* juga benar.

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Dualitas (3)

Dualitas dari Hukum-hukum Aljabar Himpunan

1. Hukum identitas: Dualnya:


A∪∅=A A∩U =A
2. Hukum null/dominasi: Dualnya:
A∩∅=∅ A∪U=U
3. Hukum komplemen : Dualnya:
A∪ Ā =U A∩ Ā =∅
4. Hukum idempoten : Dualnya:
A∪A=A A∩A=A
5. Hukum penyerapan : Dualnya:
A ∪ (A ∩ B) = A A ∩ (A ∪ B) = A

Modul 1 - Himpunan
Prinsip Dualitas (4)

6. Hukum komutatif : Dualnya:


A∪B=B∪A A∩B=B∩A

7. Hukum asosiatif : Dualnya:


A ∪ (B ∪ C) = (A ∪ B) ∪ C A ∩ (B ∩ C) = (A ∩ B) ∩ C

8. Hukum distributif : Dualnya:


A ∪ (B ∩ C)=(A ∪ B) ∩ (A ∪ C) A ∩ (B ∪ C) = (A ∩ B) ∪ (A ∩ C)
9. Hukum De Morgan: Dualnya:
A∪ B = A ∩ B A∩ B = A ∪ B
10. Hukum 0/1 Dualnya:
∅= U U=∅

Modul 1 - Himpunan
Partisi
Partisi

Partisi dari sebuah himpunan A adalah sekumpulan himpunan bagian tidak kosong A1, A2,
… dari A sedemikian sehingga :

 1 ∪ 2 ∪ ⋯ = , *+,
 - ∩ . = ∅ /,0/1 - ≠ .

Contoh 29 :
Misalkan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8} maka {{1}, {2, 3, 4}, {7, 8}, {5, 6}} adalah partisi A

Catatlah bahwa partisi membagi himpunan A menjadi beberapa buah “blok”. Jika
himpunan A terbatas jumlah elemennya, maka jumlah partisi yang dapat dibentuk tidak
lebih banyak dari |A|.

Modul 1 - Himpunan
Himpunan Ganda
Himpunan Ganda/Multi Set

Multi set atau himpunan ganda adalah himpunan yang elemennya boleh berulang (tidak harus
berbeda).
Misal : {1, 1, 1, 2, 2, 3}, {2, 2, 2} , {2, 3, 4}, {}

 Multiplisitas dari suatu elemen pada himpunan ganda adalah jumlah kemunculan elemen
tersebut pada himpunan ganda.
Misal : M = {0, 1, 1, 1, 0, 0, 0, 1}, multiplisitas 0 adalah 4

 Himpunan (set) merupakan contoh khusus dari suatu multiset, yang dalam hal ini
multiplisitas dari setiap unsurnya adalah 0 atau 1.

 Kardinalitas dari suatu multiset didefinisikan sebagai kardinalitas himpunan padanannya


(ekivalen) dengan mengasumsikan elemen-elemen di dalam multiset semua berbeda.

Modul 1 - Himpunan
Operasi antara
Dua Buah Multi
Set
Operasi antara Dua Buah Multi Set (1)

Misalkan P dan Q adalah multiset, operasi yang berlaku pada dua buah multi set tersebut
adalah sebagai berikut :

a. P ∪Q merupakan suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


maksimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh 30 :
P = { a, a, a, c, d, d } dan Q ={ a, a, b, c, c }, maka P ∪ Q = { a, a, a, b, c, c, d, d }

b. P ∩Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


minimum elemen tersebut pada himpunan P dan Q.
Contoh 31 :
P = { a, a, a, c, d, d } dan Q = { a, a, b, c, c } maka P ∩ Q = { a, a, c }

Modul 1 - Himpunan
Operasi antara Dua Buah Multi Set (2)

c. P – Q adalah suatu multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan multiplisitas


elemen tersebut pada P dikurangi multiplisitasnya pada Q.
Ini berlaku jika jika selisih multiplisitas tersebut adalah positif.
Jika selisihnya nol atau negatif maka multiplisitas unsur tersebut adalah nol.
Contoh 32 :
P = { a, a, a, b, b, c, d, d, e } dan Q = { a, a, b, b, b, c, c, d, d, f }
maka :
P – Q = {a,e}
Q – P = {b,c,f}

d. P + Q, yang didefinisikan sebagai jumlah (sum) dua buah himpunan ganda, adalah suatu
multiset yang multiplisitas elemennya sama dengan penjumlahan dari multiplisitas elemen
tersebut pada P dan Q.
Contoh 33 :
P = { a, a, b, c, c } dan Q = { a, b, b, d }, maka P + Q = { a, a, a, b, b, b, c, c, d }
Modul 1 - Himpunan
Pembuktian
Pernyataan
Perihal Himpunan
Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
Pembuktian dengan Menggunakan Diagram Venn

Contoh 34 :

Misalkan A, B dan C adalah himpunan. Buktikan ∩ ∪ % = # ∩ $ ∪ # ∩ %$ dengan


diagram Venn.

Bukti :

Modul 1 - Himpunan
Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
Pembuktian dengan Menggunakan Tabel Keanggotaan

Contoh 35 :
Misalkan A, B dan C adalah himpunan. Buktikan ∩ ∪ % = # ∩ $ ∪ # ∩ %$

Bukti :

Modul 1 - Himpunan
Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
Pembuktian dengan Menggunakan Aljabar Himpunan

Contoh 36 :

Misalkan A, B dan C adalah himpunan. Buktikan # ∩ $ ∪ ∩' =

Bukti :
∩ ∪ ∩' = ∩ # ∪ ' ) (Hukum Distributif)
= ∩ U (Hukum Komplemen)
= (hukum Identitas)

Modul 1 - Himpunan
Pembuktian Pernyataan Perihal Himpunan
Pembuktian dengan Menggunakan Definisi

Metode ini digunakan untuk membuktikan pernyataan himpunan yang tidak berbentuk
kesamaan, tetapi pernyataan yang berbentuk implikasi. Biasanya di dalam implikasi tersebut
terdapat notasi himpunan bagian (⊆ atau ⊂).

Contoh 37:
Misalkan himpunan A dan B. Jika ∩ = ∅ dan ⊆ ( ∪ %) maka A ⊆ B. Buktikan!
Bukti :
Dari definisi himpunan bagian, P ⊆ Q jika dan hanya jika setiap 3 ∈ 4 juga ∈ 5.
Misalkan 3 ∈ . Karena ⊆ ( ∪ %) maka dari definisi himpunan bagian, 3 juga ∈ ( ∪ %).
Dari definisi operasi gabungan (∪), 3 ∈ ( ∪ %) berarti 3 ∈ B atau 3 ∈ C.
Karena 3 ∈ A dan ∩ = ∅, maka 3 ∉ .
Dari hal di atas :
3 ∈ C harus benar, karena ∀3 ∈ A juga berlaku 3 ∈ C, maka dapat
disimpulkan A ⊆ C.
Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set
Fuzzy Set (1)

Misalkan, U merupakan himpunan semesta pembicaraan (Universal Set).


Himpunan Klasik (Crisp Set) merupakan himpunan bagian dari U yang membedakan
antara anggota dan bukan anggotanya dengan batasan yang jelas (well-defined).

Contoh 38 :
A = {1, 2, 3,…, 9}
B = {x | x ∈ 4, x < 5}

Sementara itu, dalam teori himpunan Fuzzy, batasan-batasan yang ada dalam suatu
himpunan fuzzy lebih bersifat samar.
Jika property bersifat samar (Fuzzy), maka setiap anggota U mempunyai bobot keanggotaan.
Bobot keanggotaan menyatakan seberapa benar anggota U tersebut memenuhi property.
Dalam penyajian enumerasi, setiap anggota U diberi bobot keanggotaan himpunan tersebut.
Biasanya yang bobotnya 0 tidak terdaftar, kecuali untuk keperluan tertentu.
Bobot biasanya merupakan bilangan dalam interval [0,1].
Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (2)

Contoh 39 :

Misalkan didefinisikan sebuah himpunan :

A = {x | x ∈ Z, x bilangan yang cukup besar}

Pengertian bilangan cukup besar di sini sangat relatif.


Misal bilangan 10.000, sejauh mana orang secara umum bisa mengatakan bahwa bilangan
10.000 ini termasuk bilangan yang cukup besar?
Untuk itu diperlukan bobot yang merepresentasikan sejauh mana bilangan 10.000 ini bisa
dikatakan cukup besar.
Jika kita mendefinisikan bobot keanggotaan bilangan 10.000 sebesar 0.3, maka kita juga bisa
mendefinisikan bobot bilangan-bilangan asli yang lain.

Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (3)

Contoh 39 :

Misal kita berikan bobot untuk beberapa bilangan asli sebagai berikut :

3 = 10^2 → 89890 = 0
3 = 10^4 → 89890 = 0.3
3 = 10^5 → 89890 = 0.35
3 = 10^50 → 89890 = 1

Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (4)

Dalam teori himpunan Fuzzy, keanggotaan suatu elemen di dalam himpunan dinyatakan
dengan derajat keanggotaan (membership values) yang nilainya terletak dalam selang [0, 1].

Derajat keanggotaan ditentukan dengan fungsi keanggotaan :


A : X [0,1]

Arti derajat keanggotaan adalah sebagai berikut :


a) Jika ;< 3 = 1, maka x adalah anggota penuh dari himpunan A
b) Jika ;< 3 = 0, maka x bukan anggota himpunan A
c) Jika ;< 3 = μ, dengan 0 < μ < 1, maka x adalah anggota himpunan A dengan derajat
keanggotaan sebesar μ

Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (5)

Contoh 40 :
Himpunan merek-merek mobil yang mahal didefinisikan sebagai berikut :
U = merek-merek mobil
M = himpunan mobil mahal

;M(U) = {(1/Mercedes), (1/BMW), (0.8/Audi), (0.6/Toyota), (0.3/Daihatsu)}

Contoh 41 :
Misal kita ingin mendefinisikan himpunan bilangan asli yang mendekati bilangan 6. Maka
kita dapat mendefinisikan himpunan tersebut sebagai berikut :
U = himpunan bilangan asli
F = himpunan bilangan asli yang mendekati 6

;F(U) = {(0.1/3), (0.3/4), (0.6/5), (1.0/6), (0.6/7), (0.3/8), (0.1/9)}

Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (6)

Contoh 42 :

Misal U adalah bilangan-bilangan integer antara 1 sampai dengan 10, yaitu U = {1, 2, 3, …,
10}, maka himpunan Fuzzy “beberapa’ dapat didefinisikan sebagai :

U = {1, 2, …, 10}
B = beberapa

;B(U) = {(0.5/3), (0.8/4), (1/5), (1/6), (0.8/7), (0.5/8)}

Hal ini berarti 5 dan 6 mempunyai derajat 1, sedangkan 4 dan 7 dengan derajat 0.8 dan 3.8
dengan derajat 0.5.
Sedangkan yang mempunyai derajat 0 adalah 1, 2, 9.

Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (7)

Contoh 43 :

Kita juga dapat mendefinisikan himpunan untuk beberapa kategori usia manusia, seperti tua
dan remaja dengan fungsi keanggotaan :

X = usia

 Tua  Remaja
1, 10 ≤ 3 ≤ 16
1, 3 > 80 0, 3 ≤ 6 +0+/ 3 ≥ 30
3 − 20 3−6
; RST 3 = , 20 ≤ 3 ≤ 80 ;YZ[T\T 3 = , 7 < 3 < 10
60 3
0, 3 < 20 30 − 3
, 16 < 3 < 30
14
Modul 1 - Himpunan
Fuzzy Set (8)

 Fuzzy set digunakan dalam Artificial Intelligence. Setiap elemen dalam himpunan semesta
S mempunyai derajat keanggotaan yang nilainya adalah bilangan riil dari 0 s/d 1.

Beberapa operasi dasar pada Fuzzy set adalah :

 Komplemen dari Fuzzy set F adalah himpunan F dengan derajat kenggotaannya adalah satu
dikurangi derajat keanggotaan F → ;<̅ #3$ = 1 − ;< #3$

 Gabungan dari Fuzzy set P dan Q adalah Fuzzy set dimana derajat keanggotaan elemennya
adalah maksimum dari derajat keanggotaan dalam P dan Q → ;<∪_ #3$ =
`+3 ;< 3 . ;_ #3$

 Irisan dari multiset F dan R dalah Fuzzy set dimana derajat keanggotaan elemennya adalah
minimum dari derajat keanggotaan dalam F dan R → ;<∩_ #3$ = `-, ;< 3 . ;_ #3$

Modul 1 - Himpunan
See You in the Next Class

Anda mungkin juga menyukai