Penyusun :
Mohammad Ramdhani
Rizki Ardianto Priramadhi
Iswahyudi Hidayat
Tim Asisten Elka
LABORATORIUM ELEKTRONIKA
KK CONTROL, ELECTRONICS & INTELLIGENT SYSTEM
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
Laboratorium Elektronika Universitas Telkom 2023
Selama Praktikum
1. Praktikan dilarang mendahului pengerjaan praktikum tanpa dipersilahkan oleh
Asisten.
2. Praktikan wajib mengenakan sepatu bersol.
3. Praktikan wajib mengikuti prosedur penggunaan alat yang ada di Modul.
4. Praktikan diperbolehkan bertanya apabila langkah - langkah yang ada di Modul
bersifat ambigu atau susah dipahami.
5. Praktikan dilarang mencontek hasil pengerjaan atau jurnal kelompok lain dengan
alasan apapun.
Setelah Praktikum
1. Praktikan dilarang menghilangkan, merusak dan membawa komponen - komponen
yang ada di Lab dengan alasan apapun.
2. Praktikan wajib merapihkan komponen - komponen, meja dan kursi sebelum
meninggalkan ruangan praktikum.
Daftar Isi
Keselamatan
Pada prinsipnya, untuk mewujudkan praktikum yang aman diperlukan partisipasi seluruh
praktikan dan asisten pada praktikum yang bersangkutan. Dengan demikian, kepatuhan
setiap praktikan terhadap uraian panduan pada bagian ini akan sangat membantu
mewujudkan praktikum yang aman.
Bahaya Listrik
Perhatikan dan pelajari tempat-tempat sumber listrik (stop-kontak dan circuit breaker) dan
cara menyala-matikannya. Jika melihat ada kerusakan yang berpotensi menimbulkan
bahaya, laporkan pada asisten.
● Hindari daerah atau benda yang berpotensi menimbulkan bahaya listrik (sengatan
listrik/ strum) secara tidak disengaja, misalnya kabel jala-jala yang terkelupas dll.
● Tidak melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan bahaya listrik pada diri sendiri
atau orang lain.
● Keringkan bagian tubuh yang basah karena, misalnya, keringat atau sisa air wudhu.
● Selalu waspada terhadap bahaya listrik pada setiap aktivitas praktikum.
Kecelakaan akibat bahaya listrik yang sering terjadi adalah tersengat arus listrik. Berikut ini
adalah hal-hal yang harus diikuti praktikan jika hal itu terjadi:
● Jangan panik,
● Matikan semua peralatan elektronik dan sumber listrik di meja masing-masing dan
di meja praktikan yang tersengat arus listrik,
● Bantu praktikan yang tersengat arus listrik untuk melepaskan diri dari sumber
listrik,
● Beritahukan dan minta bantuan asisten, praktikan lain dan orang di sekitar anda
tentang terjadinya kecelakaan akibat bahaya listrik.
Bahaya Lain
Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan selama pelaksanaan percobaan
perhatikan juga hal-hal berikut:
● Jangan membawa benda tajam (pisau, gunting dan sejenisnya) ke ruang praktikum
bila tidak diperlukan untuk pelaksanaan percobaan.
● Jangan memakai perhiasan dari logam misalnya cincin, kalung, gelang dll.
● Hindari daerah, benda atau logam yang memiliki bagian tajam dan dapat melukai
● Hindari melakukan sesuatu yang dapat menimbulkan luka pada diri sendiri atau
orang lain, misalnya bermain-main saat praktikum
Lain-lain
Praktikan dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam ruang praktikum.
Sanksi
Pengabaian uraian panduan di atas dapat dikenakan sanksi tidak lulus mata kuliah
praktikum yang bersangkutan
Modul 1
Dioda : Karakteristik dan Aplikasi
Tujuan
● Memahami karakteristik dioda biasa, led, dan dioda zener
Pengetahuan Pendukung
Karakteristik Dioda
Dalam percobaan ini akan diamati karakteristik i=f (v) tiga jenis dioda yaitu:
● Dioda Ge
● Dioda Si
● Dioda Zener
Dengan menggunakan rangkaian yang kita buat, akan diamati dan dipahami:
● Tegangan cut-in
● Tegangan breakdown
● Kemiringan kurva yang berarti besarnya resistansi dinamis pada titik tersebut
Penyearah
Dalam percobaan ini akan diamati 3 jenis penyearah gelombang sinyal, yaitu:
Tegangan dan Arus di dioda memiliki hubungan seperti yang digambarkan pada grafik di
gambar 1.1.
Penggunaan dioda yang paling dasar adalah sebagai penyearah arus bolak-balik jala-jala
menjadi arus searah pada suatu sumber tegangan DC, seperti catu daya. Suatu analisa
pendekatan untuk suatu penyearah dengan filter C dapat dilihat pada buku teks kuliah.
Tegangan pada rangkaian penyearah gelombang penuh diperoleh sebesar
1
VO = V p − Vr
2
dimana Vp adalah magnitude tegangan puncak sinyal AC yang disearahkan dan tegangan
ripple Vr sebesar
Vp
Vr =
2 fCR
dengan f adalah frekuensi sinyal AC jala-jala yang digunakan, C kapasitansi filter dan R
beban pada rangkaian penyearah dan filter.
Untuk catu daya tegangan ideal (DC murni), tegangan ripple harus bernilai nol.
Keadaan ini dapat diperoleh bila (i) nilai resistansi R beban adalah tak hingga dan (ii) nilai
kapasitansi C sangat besar (tak hingga). Nilai resistansi resistansi beban tak hingga berarti
rangkaian tanpa beban (beban terbuka). Dengan demikian untuk keadaan praktis hal yang
dapat digunakan adalah dengan menggunakan kapasitansi C yang besar. Nilai kapasitansi
C yang besar akan memberikan tegangan ripple yang kecil. Dalam percobaan ini akan
dilakukan pengamatan pengaruh nilai kapasitansi dan resistansi beban terhadap tegangan
ripple.
Sebuah catu tegangan ideal juga seharusnya tidak mengalami degradasi tegangan
outputnya bila mendapat beban, yang berarti catu tegangan ideal dapat dimodelkan
dengan sumber tegangan. Pada kenyataannya catu tegangan seperti ini selalu mengalami
degradasi dengan naiknya arus beban. Perilaku seperti ini dapat dimodelkan dengan
Rangkaian Thevenin berupa hubungan seri sumber tegangan dan resistansi output.
Besaran resistansi output ini menentukan berapa degradasi tegangan yang diperoleh.
Untuk rangkaian penyearah gelombang penuh, besar resistansi output efektif dapat
dihitung
1
RO =
4 fC
Besaran lain yang dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku yang sama adalah faktor
regulasi tegangan VR. Besaran ini tidak bersatuan dan didefinisikan sebagai
Vnl − V fl
VR = 100%
V fl
dimana Vnl adalah tegangan tanpa beban dan Vfl adalah tegangan beban penuh. Nilai
regulasi tegangan VR yang kecil menunjukkan sumber tegangan yang lebih baik.
Langkah Percobaan
Memulai Percobaan
1. Lakukan kalibrasi osiloskop
Karakteristik Dioda
2. Ubah setting Sinyal Generator sehingga mengeluarkan : (pastikan dengan
menyambungkannya ke osiloskop ber-kopling DC)
a. Gelombang Sinus, Frekuensi 200Hz.
b. Amplitude 5 Vpp
c. Set Ofsett di nilai nol (ground).
3. Susunlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini.
Rangkaian Karakteristik
Dioda pada Breadboard
6. Ulangi langkah 3 sampai 7 untuk jenis dioda lainnya: Dioda Germanium dan Dioda
Silikon , LED, dan Zener .
Rangkaian Karakteristik
Dioda pada Breadboard
10. Ulangi langkah 10 untuk suatu nilai C konstan, ubah-ubahlah besarnya beban
(minimum 2 nilai resistansi).
Rangkaian Penyearah
Gelombang Penuh pada
Breadboard
Rangkaian Clipper
● Resistor R: 150 KΩ
● Vin :
16. Amati dengan menggunakan Osiloskop sinyal output yang diperoleh dan
gambarkan bentuk sinyalnya.
17. Susunlah rangkaian seperti gambar di bawah ini. Lakukan pengamatan seperti pada
langkah 19.
Rangkaian Clamper
19. Buatlah rangkaian pada breadboard seperti gambar di bawah ini.
● Resistor R 150 KΩ
● Vin :
20. Amati dengan menggunakan Osiloskop sinyal output yang diperoleh dan
gambarkan bentuk sinyalnya.
Mengakhiri Percobaan
22. Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal
serta pastikan juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan dalam
keadaan mati (selector menunjuk ke pilihan off).
23. Lepaskan komponen yang sudah dirangkai pada breadboard dan simpan di rak
komponen yang tersedia, dan pastikan komponen tidak tercecer atau hilang.
25. Pastikan asisten telah menandatangani kartu praktikum pada modul terkait
Modul 2
Karakteristik dan Penguat BJT
Tujuan
● Memahami karakteristik transistor BJT
Pengetahuan Pendukung
Transistor BJT
Transistor merupakan salah satu komponen elektronika paling penting. Terdapat dua jenis
transistor berdasarkan jenis muatan penghantar listriknya, yaitu bipolar dan unipolar.
Dalam hal ini akan kita pelajari transistor bipolar. Transistor bipolar terdiri atas dua jenis,
bergantung susunan bahan yang digunakan, yaitu jenis NPN dan PNP. Simbol hubungan
antara arus dan tegangan dalam transistor ditujukkan oleh gambar berikut ini.
Terdapat suatu hubungan matematis antara besarnya arus kolektor (IC), arus Basis (IB), dan
arus emitor (IE), yaitu beta () = penguatan arus DC untuk common emitter, alpha ()=
penguatan arus untuk common basis, dengan hubungan matematis sebagai berikut.
IC I
= = C
I B dan IE ,
sehingga
=
=
+1 1−
Karakteristik sebuah transistor biasanya diperoleh dengan pengukuran arus dan tegangan
pada rangkaian dengan konfigurasi common emitter (kaki emitter terhubung dengan
ground), seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini.
● Karakteristik IC - VBE
● Karakterinstik IC - VCE
I C = I ES eVBE / kT . Persamaan ini dapat digambarkan sebagai kurva seperti ditunjukkan
Dari kurva di atas juga dapat diperoleh transkonduktansi dari transistor, yang merupakan
kemiringan dari kurva di atas, yaitu
I C
gm =
VBE
Cut-Off ~0 =VBE+VCB 0 0 - -
Tabel 2. 1 Mode Kerja Transistor
Dalam kurva IC-VCE mode kerja transistor ini ditunjukkan pada area-area dalam gambar
berikut ini.
Penguat BJT
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai
penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan dengan
memberikan bias pada transistor. Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus yang
konstan pada basis atau pada kolektor.
Untuk kemudahan, dalam praktikum ini akan digunakan sumber arus konstan untuk
“memaksa” arus kolektor agar transistor berada pada kondisi aktif. Jika pada kondisi aktif
transistor diberikan sinyal (input) yang kecil, maka akan dihasilkan sinyal keluaran (output)
yang lebih besar. Hasil bagi antara sinyal output dengan sinyal input inilah yang disebut
faktor penguatan, yang sering diberi notasi A atau C.
Ada 3 macam konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu : Common-Emitter (CE),
Common-Base (CB), dan Common-Collector (CC). Konfigurasi umum transistor bipolar
penguat ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
Untuk membuat penguat CE, CB, dan CC, maka terminal X, Y, dan Z dihubungkan ke sumber
sinyal atau ground tergantung pada konfigurasi yang digunakan.
Untuk menentukan penguatan teoritis-nya, terlebih dahulu akan kita hitung resistansi
input dan outputnya. Resistansi Input (Ri) adalah nilai resistansi yang dilihat dari masukan
sumber tegangan vi. Perhatikan bahwa Rs adalah resistansi dalam dari sumber tegangan.
Sedangkan Resistansi Output (Ro) adalah resistansi yang dilihat dari keluaran.
Jika rangkaian diatas kita modelkan dengan model-π, maka rangkaian dapat menjadi
seperti gambar berikut ini.
Gambar 2. 9 model-π
Dengan model ini, Ri (resistansi input) adalah:
Ri = RB // rπ
Jika RB >> rπ maka resistansi input akan menjadi :
Ri ≈ rπ
Kemudian, untuk menentukan resistansi output konfigurasi CE, kita buat Vs = 0, sehingga
gmvπ = 0, maka:
RO = RC // ro
untuk komponen diskrit yang RC << ro, persamaan tersebut menjadi
RO ≈ RC
( RC // RL // ro )
Av −
r + RS
Ri = RB//rπ(1 + gmRe)
RO ≈ RC
RC // RL
Av −
re + Re
Ri re
Resistansi input untuk konfigurasi ini adalah:
Resistansi input:
( Rs // RB )
Ro = re
Resistansi output: +1
RL
Av =
RL + Ro
Faktor penguatan:
● Osiloskop
● Function Generator
● Multimeter (2 buah)
● Kabel-kabel
● Transistor 2N222
● Resistor
● Kapasitor
● Potensiometer
Langkah Percobaan
Karakteristik Input Transistor IB-VBE
1. Ubah setting Sinyal Generator sehingga mengeluarkan : (pastikan dengan
menyambungkannya ke osiloskop ber-kopling DC)
a. Gelombang Segitiga ~1KHz.
b. Amplituda sinyal 0,8V
c. Set Ofsett positif sehingga nilai minimum sinyal berada di titik nol (ground).
2. Susunlah rangkaian berikut ini :
11. Apabila kurva tampak sebagai dua garis, naik atau turunkan frekuensi generator sinyal
hingga diperoleh kurva yang lebih baik.
12. Amati kurva arus IC – VCE yang ditunjukkan osiloskop. Gambarkan di jurnal anda.
13. Ubah-ubah nilai IB untuk semua nilai keluaran sumber arus yang tersedia. Sesuaikan
skala Ch-2 untuk mendapatkan pembacaan yang lebih baik. Gambarkan semua kurva
itu pada grafik yang sama..
RC
C 9Vdc
+
B -
Generator +
Sinyal
Sumber E
-
Arus
18. Gunakan multimeter digital pada mode Volt-DC untuk mengukur tegangan dari VCE.
19. Set IB pada 25µA (minimum sumber arus).
20. Set RC minimum (sekitar 82 Ω).
21. Baca dan catat tegangan VCE kemudian gambarkan bentuk gelombang tegangan
output VCE yang ditunjukkan osiloskop. Amati adanya distorsi pada bentuk gelombang
output.
22. Dari nilai IB dan VCE yang terbaca, tentukan letak titik kerja kondisi ini pada plot grafik
IC-VCE yang telah dibuat sebelumnya. Dengan memperhatikan titik kerja ini, jelaskan
mengapa distorsi pada langkah-8 terjadi.
23. Ulangi langkah 7-10. Untuk nilai-nilai IB : 200µA dan 400µA.
24. Ubah nilai RC menjadi nilai maksimum-nya (sekitar 5KΩ). Ulangi langkah 8-10 untuk
nilai RC ini.
25. Ubah nilai IB menjadi 150µA. Atur nilai RC sehingga VCE yang terbaca di multimeter
sekitar 5V. Amati dan gambar bentuk tegangan yang terlihat di osiloskop. Dari nilai IB
dan VCE yang terbaca, tentukan letak titik kerja kondisi ini pada plot grafik I C-VCE yang
telah dibuat sebelumnya. Dengan memperhatikan titik kerja ini, jelaskan mengapa
kondisi ini terjadi.
26. Naikkan amplitude input (dari generator sinyal) hingga tampak terjadi distorsi pada
gelombang tegangan output (VCE). Catat besar amplituda input dan gambarkan bentuk
gelombang outputnya.
27. Naikkan lagi amplituda input. Amati apakah amplituda gelombang output masih bisa
membesar, dan catat nilai maksimum amplituda tersebut.
67.7mV
Rset =
Ic Asumsi IC = IE
(Catatan: Arus yang dihasilkan harus kurang atau sama dengan 10 mA).
38. Ukurlah IC , IB dan IE dan catat pada tabel di bawah ini. Kemudian dengan nilai
tersebut dan nilai komponen yang digunakan hitung parameter-parameter
transistor serta parameter rangkaian penguat di bawah ini dan tuliskan pada
tabel yang tersedia di jurnal
Common Emitter
A. Faktor Penguatan
39. Hubungkan ujung kaki RE ke pin “input” current source. Lakukan pengecekan
arus Ic tersebut dengan menggunakan amperemeter dan pastikan semua ground
terhubung.
40. Buatlah suatu sinyal sinusoidal kecil dari generator sinyal dengan tegangan Vpp =
10-20 mV dan frekuensi 10 kHz.
43. Gunakan mode osiloskop xy untuk mengamati vo/vi, gambar grafik tersebut di
jurnal.
44. Naikkan amplitudo generator sinyal dan amati vo sampai bentuk sinyalnya mulai
terdistorsi. Catatlah tegangan vi pada saat hal tersebut terjadi.
45. Ulangi langkah 8 dan 9 dengan menambahkan resistor pada kaki emitor dengan
kapasitor bypass seperti yang ditunjukkan oleh gambar berikut ini
46. Ulangi langkah 8 dan 9 dengan mengganti nilai RC dan RL menjadi 5k seperti yang
ditunjukkan oleh gambar berikut ini.
B. Resistansi Input
47. Lepaskan hubungan Frekuensi Generator dan Osiloskop dari rangkaian.
48. Atur kembali fungsi generator untuk menghasilkan sinyal sinusoidal sebesar Vpp
= 10 – 20 mV dengan frekuensi 10 kHz seperti yang ditunjukkan oleh gambar di
bawah ini. Rs adalah Resistansi Internal Frekuensi Generator, kita tidak perlu
menambahkan resistor apapun untuk membentuk skema ini.
49. Dengan tidak merubah nilai-nilai komponen dari rangkaian penguat dan tidak
merubah amplitudo output Generator sinyal, susunlah rangkaian seperti pada
gambar di bawah ini (Re dihubung singkat).
50. Ubah nilai Rvar dan catat nilainya yang membuat tegangan vi menjadi ½ dari
tegangan osiloskop sebelum terpasang pada rangkaian penguat. Maka Ri = Rvar
+ Rs (Rs=50Ω untuk generator fungsi berkonektor koaksial).
C. Resistansi Output
52. Atur kembali fungsi generator seperti pada langkah 12. Sambungkan dengan
rangkaian pada gambar di bawah ini dan catat hasil bacaan Vo di osiloskop (Re
dihubung singkatkan).
Mengakhiri Percobaan
53. Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal
serta pastikan juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan dalam
keadaan mati (selector menunjuk ke pilihan off).
54. Lepaskan komponen yang sudah dirangkai pada breadboard dan simpan di rak
komponen yang tersedia, dan pastikan komponen tidak tercecer atau hilang.
55. Matikan MCB di meja praktikum sebelum meninggalkan ruangan.
56. Pastikan asisten telah menandatangani kartu praktikum pada modul terkait
Modul 3
FET
Tujuan
● Mengetahui dan mempelajari karakteristik transistor FET
● Memahami penggunaan FET sebagai penguat untuk konfigurasi Common
Source, Common Gate, dan Common Drain
● Memahami resistansi input dan output untuk ketiga konfigurasi tersebut
● Mengetahui dan mempelajari fungsi transistor sebagai switch
● Mengetahui dan mempelajari karakteristik kerja MOS Field-Effect
Transistor tipe n-MOSS ketika beroperasi sebagai saklar
Pengetahuan Pendukung
Transistor FET
Transistor FET adalah transistor yang bekerja berdasarkan efek medan elektrik
yang dihasilkan oleh tegangan yang diberikan pada kedua ujung terminalnya.
Mekanisme kerja transistor ini berbeda dengan transistor BJT. Pada transistor ini,
arus yang dihasilkan/dikontrol dari Drain (analogi dengan kolektor pada BJT),
dilakukan oleh tegangan antara Gate dan Source (analogi dengan Base dan Emiter
pada BJT). Bandingkan dengan arus pada Base yang digunkan untuk menghasilkan
arus kolektor pada transistor BJT.
Jadi, dapat dikatakan bahwa FET adalah transistor yang berfungsi sebagai
“konverter” tegangan ke arus.Transistor FET memiliki beberapa keluarga, yaitu
JFET dan MOSFET. Pada praktikum ini akan digunakan transistor MOSFET
walaupun sebenarnya karakteristik umum dari JFET dan MOSFET adalah serupa.
Karakteristik umum dari transistor MOSFET dapat digambarkan pada kurva yang
dibagi menjadi dua, yaitu kurva karakteristik ID vs VGS dan kurva karakteristik ID vs
VDS. Kurva karakteristik ID vs VGS diperlihatkan pada gambar berikut. Pada gambar
tersebut terlihat bahwa terdapat VGS minimum yang menyebabkan arus mulai
mengalir. Tegangan tersebut dinamakan tegangan threshold, Vt. Pada MOSFET tipe
Pada gambar tersebut terdapat beberapa kurva untuk setiap VGS yang berbeda-
beda. Gambar ini digunakan untuk melakukan desain peletakan titik operasi/titik
kerja transistor. Pada gambar ini juga ditunjukkan daerah saturasi dan Trioda
Ada dua tipe MOSFET menurut tegangan kerjanya yaitu n-Channel MOSFET (n-MOS) dan
p-Channel MOSFET (p-MOS). Dimana n-MOS bekerja dengan memberikan tegangan positif
pada gate, dan sebaliknya, p-MOS bekerja dengan memberikan tegangan negatif di gate.
n-MOS berlaku sebagai switch dengan membuatnya bekerja di sekitar daerah saturasinya.
Daerah kerja dari n-MOS dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Penguat FET
Untuk menggunakan transistor MOSFET sebagai penguat, maka transistor harus
berada dalam daerah saturasinya. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan arus ID
dan tegangan VDS tertentu. Cara yang biasa digunakan dalam mendesain penguat
adalah dengan menggambarkan garis beban pada kurva ID vs VDS. Setelah itu
ditentukan Q point-nya yang akan menentukan ID dan VGS yang harus dihasilkan pada
rangkaian. Setelah Q point dicapai, maka transistor telah dapat digunakan sebagai
penguat, dalam hal ini, sinyal yang diperkuat adalah sinyal kecil (sekitar 40-50 mVp-p
dengan frekuensi 1-10 kHz).
• Common Source
• Common Gate
• Common Drain
Langkah Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda tangani lembar penggunaan meja yang
tertempel pada masing-masing meja praktikum.
3. Aturlah tegangan VGS, lalu catat ID yang dihasilkan sesuai dengan tabel berikut ini.
4. Buatlah plot kurva karakteristik ID vs. VGS dalam buku catatan laboratorium anda.
5. Tentukan tegangan threshold, Vt.
6. Buatlah rangkaian seperti pada gambar di bawah ini. Gunakan dua sumber tegangan
DC.
7. Aturlah tegangan VDS lalu catat ID yang dihasilkan untuk setiap VGS sesuai dengan
tabel berikut ini.
8. Buatlah plot kurva karakteristik ID vs. VDS untuk setiap VGS dalam satu gambar di
buku catatan laboratorium anda.
Desain Q-point
10. Pada kurva karakteristik ID vs. VDS, rancanglah Load line (garis beban) dengan
menentukan VDD terlebih dahulu dan menentukan RD. Tempatkanlah titik Q point
pada garis beban tersebut. Berikut ini adalah contoh gambar penempatan Q point pada
kurva karakteristik ID vs VDS.
12. Tentukan nilai gm dengan melihat kemiringan kurva titik Q point pada kurva
1. Cara Multimeter
13. Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VDD = 5 Vdc.
15. Naikan tegangan di Gate (dengan memutar Rvar) perlahan-lahan hingga terlihat
ada arus di Drain (ID).
16. Tepat pada saat ada arus di Drain (ID), catat harga: IG, ID, VGS dan VDS
17. Ulangi langkah 11 sampai 13 dengan beberapa VDD lain: 6, 7.5, 9, VDC (jangan
melebihi 12V).
2. Cara Osiloskop
19. Buat rangkaian seperti pada gambar berikut ini dengan VDD = 5 VDC.
Vdd
Rd
D +
G
+ Vout
Vin
s
- -
21. Atur bentuk gelombang fungsi generator segitiga dengan amplitude 0 – 5 V (atur
offset fungsi generator) dan kemudian hubungkan ke osiloskop channel 1.
22. Hubungkan keluaran (Vout) channel 2, gunakan mode xy untuk melihat kurva Vin
– Vout.
23. Amati dan gambar kurva tersebut pada buku log praktikum.
26. Aturlah VDD, potensiometer RG, RD, dan RS agar transistor berada pada titik
27. Buatlah sinyal input sinusoidal sebesar 50 mVpp dengan frekuensi 10 kHz.
29. Gunakan osiloskop untuk melihat sinyal pada Gate dan Drain transistor.
31. Naikkan amplitudo generator sinyal dan perhatikan sinyal output ketika sinyal
mulai terdistorsi. Catatlah tegangan input ini.
32. Bandingkan nilai penguatan yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai dari
hasil perhitungan dengan menggunakan tabel karakteristik penguat FET.
B. Resistansi Input
33. Hubungkan rangkaian di atas dengan sebuah resistor variable pada inputnya
seperti pada gambar di bawah ini.
35. Aturlah resistor variable tersebut sampai amplitudo sinyal input menjadi ½ dari
sinyal input tanpa resistor variable.
36. Catatlah nilai Rvar yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Jadi, Rin = Rvar.
37. Bandingkan nilai resistansi input yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai
dari hasil perhitungan dengan menggunakan tabel karakteristik penguat FET.
C. Resistansi output
38. Hubungkan rangkaian di atas dengan sebuah resistor variable pada outputnya
seperti pada gambar di bawah ini.
40. Aturlah resistor variable tersebut sampai amplitudo sinyal output menjadi ½ dari
sinyal output tanpa resistor variable.
41. Catatlah nilai Rvar yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Jadi, Rout = Rvar.
42. Bandingkan nilai resistansi output yang diperoleh dari percobaan ini dengan nilai
dari hasil perhitungan dengan menggunakan tabel karakteristik penguat FET.
Mengakhiri Percobaan
45. Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal serta pastikan
juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan dalam keadaan mati (selector
menunjuk ke pilihan off).
46. Matikan MCB dimeja praktikum sebelum meninggalkan ruangan.
47. Periksa lagi lembar penggunaan meja. Praktikan yang tidak menandatangani lembar
penggunaan meja atau membereskan meja ketika praktikum berakhir akan
mendapatkan potongan nilai sebesar minimal 10.
48. Pastikan asisten telah menandatangani catatan percobaan kali ini pada Buku Catatan
Laboratorium (log book) Anda. Catatan percobaan yang tidak ditandatangani oleh
asisten tidak akan dinilai.
Modul 4
Penguatan Operasional
Tujuan
● Dapat menyusun rangkaian pada breadboard
Pengetahuan Pendukung
Pengenalan Op Amp
Operational Amplifier, sering disingkat dengan sebutan Op Amp, merupakan komponen
yang penting dan banyak digunakan dalam rangkaian elektronik berdaya rendah (low
power). Istilah operational merujuk pada kegunaan op amp pada rangkaian elektronik yang
memberikan operasi aritmetik pada tegangan input (atau arus input) yang diberikan pada
rangkaian. Op amp digambarkan secara skematik seperti pada Gambar 6.1.
Gambar di atas menunjukkan dua input, output, dan koneksi catu daya pada op amp.
Simbol ”-” menunjukkan inverting input dan ”+” menunjukkan non-inverting input.
Koneksi ke catu daya pada op amp tidak selalu digambarkan dalam diagram, namun
harus dimasukkan pada rangkaian yang sebenarnya.
IC Op Amp 741
IC op amp yang digunakan pada percobaan ini ditunjukkan pada Gambar 6.2. Rangkaian
op amp ini dikemas dalam bentuk dual in-line package (DIP). DIP memiliki tanda bulatan
atau strip pada salah satu ujungnya untuk menandai arah yang benar dari rangkaian.
Pada bagian atas DIP biasanya tercetak nomor standar IC. Perhatikan bahwa penomoran
pin dilakukan berlawanan arah jarum jam, dimulai dari bagian yang dekat dengan tanda
bulatan/strip.
Pada IC ini terdapat dua pin input, dua pin power supply, satu pin output, satu pin NC
(no connection), dan dua pin offset null. Pin offset null memungkinkan kita untuk
melakukan sedikit pengaturan terhadap arus internal di dalam IC untuk memaksa
tegangan output menjadi nol ketika kedua input bernilai nol. Pada percobaan kali ini kita
tidak akan menggunakan fitur offset null. Perhatikan bahwa tidak terdapat pin ”ground”
pada op amp ini, amp menerima referensi ground dari rangkaian dan komponen
eksternal.
Meskipun pada IC yang digunakan pada eksperimen ini hanya berisi satu buah op amp,
terdapat banyak tipe IC lain yang memiliki dua atau lebih op amp dalam suatu kemasan
DIP. IC op amp memiliki kelakuan yang sangat mirip dengan konsep op amp ideal pada
analisis rangkaian.Bagaimanapun, terdapat batasan-batasan penting yang perlu
diperhatikan. Pertama, tegangan maksimum power supply tidak boleh melebihi rating
maksimum, biasanya
±18V, karena akan merusak IC. Kedua, tegangan output dari IC op amp biasanya satu
atau dua volt lebih kecil dari tegangan power supply. Sebagai contoh, tegangan swing
output dari suatu op amp dengan tegangan supply 15 V adalah ±13V. Ketiga, arus output
dari sebagian besar op amp memiliki batas pada 30mA, yang berarti bahwa resistansi
beban yang ditambahkan pada output op amp harus cukup besar sehingga pada
tegangan output maksimum, arus output yang mengalir tidak melebihi batas arus
maksimum.
Vout = Vin
3. Osiloskop (1 buah)
9. Breadboard (1 buah)
Langkah Percobaan
Memulai Percobaan
1. Sebelum memulai percobaan, praktikan memberikan kartu praktikum kepada
asisten jaga
24. Modifikasi rangkaian pada Gambar 4.10 dengan menambahkan input lain
(Vin2)dari generator sinyal, seperti pada Gambar 4.1
25. Ukur dan catat nilai aktual resistor yang digunakan.
26. Sambungkan VP ke titik A. Amati dengan menggunakan osiloskop dan catat nilai
Vinserta Vo. Pastikan setting osiloskop menggunakan DC coupling.
27. Sambungkan VP ke titik B, catat nilai Vin dan Vo.
28. Bagaimana hubungan antara Vout dengan Vin? Catat dan Lakukan analisa dan
sampaikan hasilnya dalam Jurnal.
Mengakhiri Percobaan
37. Selesai praktikum rapikan semua kabel dan matikan osiloskop, generator sinyal
serta pastikan juga multimeter analog, multimeter digital ditinggalkan dalam
keadaan mati (selector menunjuk ke pilihan off).
38. Lepaskan komponen yang sudah dirangkai pada breadboard dan simpan di rak
komponen yang tersedia, dan pastikan komponen tidak tercecer atau hilang.
39. Matikan MCB di meja praktikum sebelum meninggalkan ruangan.
40. Pastikan asisten telah menandatangani kartu praktikum pada modul terkait