PENDAHULUAN
p=
r=
p= = 0,333333…
q= = -0,285714285714285714….
r= = 3,142857142657142857…
Jika kita cermati, bilangan bilangan desimal di atas selalu berulang angkanya,
sehingga bilangan rasional juga disebut bilangan desimal berulang. Sebaliknya kita
dapat menentukan bentuk rasional dari bilangan desimal berulang.
Contoh:
1. 0,12121212 .....
Bilangan 0,12121212..... adalah bilangan desimal dengan 2 angka berulang yaitu
angka 1 dan angka 2. Misal banyaknya angka berulang sebanyak n, maka
kalikan bilangan semula dengan 10 , sehingga:
Misal x = 0,1212121...
100 x = 12,12121212...
100x – x = (12,12121212…) – (0,12121212..)
99 x = 12
x=
2. 1,41233333333.....
Bilangan 1,41233333333..... adalah desimal dengan 1 angka berulang yaitu
angka 3, sehingga
Misal x = 1,412333333...
3. -0,9826273273273.....
Bilangan = -0,9826273273273..... adalah desimal dengan 3 angka berulang yaitu
angka 2, angka 7, dan angka 3, sehingga
Misal x = -0,9826273273273.....
1000x = -982,6273273273......
1000x – x = (-982,6273273…) – (0,9826273273…)
999 x = -981,6447
Sehingga -0,9826273273273..... =
4. 0,0543254325432.....
Bilangan = 0,0543254325432..... adalah bilangan desimal dengan 4 angka
berulang yaitu angka 5, angka 4, angka 3, dan angka 2 sehingga
Misal x = 0,0543254325432.....
10000x = 543,254325432…..
10000x – x = (543,254325432…) - (0,054325432…)
9999 x = 543,2
x=
5) Bilangan Ir-rasional ( ) yaitu bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk
l1 l2
d1 d2
Contoh
1) = 1,41421356237...
2) = 1,73205080756...
3) = 3,316625790355...
4) π = 3.14159265358979….
5) e = 2,71828 18284 59045 23536 02874 71352…
Contoh
i. berhenti ( ), atau
4) (i).
(iii).
5) (i).
(ii).
(iii).
7) Hukum kanselasi
(i). Jika dan maka .
Teorema 1
Misalkan a,b,c R
1. Jika a > b dan b > c maka a > c
2. Tepat dari salah satu pernyataan berikut ini dipenuhi
a > b, a = b , a < b
Teorema 2
1. Jika a R dan a 0, maka a2 > 0
2. 1 > 0
3. Jika n N, maka n > 0
Bukti
1. Dengan sifat trikotomi jika a 0, maka a P atau –a P. Jika a P maka
dengan definisi kita mempunyai a2 = a, untuk a P. Dengan cara yang sama Jika -
a P maka dengan definisi sebelumnya diperoleh bentuk (-a)2 = (-a)(-a) P.
Dari teorema sebelumnya berakibat bahwa:
(-a)(-a) = ((-1)a)((-1)a) = (-1)(-1)a2 = a2. Akibatnya bahwa a2 P. Jadi kita
simpulkan bahwa jika a 0, maka a2 > 0.
2. Karena 1 = (1)2, menurut bukti di atas akan menyebabkan bahwa
1 > 0.
3. Kita dapat menggunakan induksi matematika untuk membuktikan pernyataan ini.
Teorema 3
Misalkan a,b,c R
1. Jika a > b, maka a+c > b+c
2. Jika a > b, dan c > d maka a+c > b+d
3. Jika a > b, c>0 maka ca > cb
4. Jika a > b, c<0 maka ca < cb
5. Jika a >0 maka 1/a > 0
6. Jika a < 0 maka 1/a < 0.
Bukti teorema di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Karena a > b berarti menurut definisi sebelumnya a – b > 0. Karena a-b > 0
sehingga a – b P.
(a – b ) = (a-b) + (c-c)
(a – b ) + (c – c ) = (a+c) – (b+c)
Sehingga (a+c) – (b+c) P. Dengan kata lain (a+c) – (b+c) > 0
Karena (a+c) – (b+c) > 0 berarti (a+c) > (b+c)
2. Karena a > b, dan c > d berarti a – b > 0 dan c – d > 0.
Hal ini berarti a - b P dan c – d P.
Menurut definisi bilangan real positip kuat (1) diperoleh
(a-b) + (c-d) P. Dengan kata lain (a-c) + (c-d) > 0, atau
(a+c) – (b+d) > 0 sehingga berlaku (a+c) > (b+d)
3. Karena a > b, dan c > 0 berarti a – b > 0 dan c > 0.
Hal ini berarti a - b P dan c P.
Menurut definisi bilangan real positip kuat (2) diperoleh
(a-b) c P. Dengan kata lain (ac – bc) P, atau
(ac) – (bc) > 0 sehingga berlaku ac > bd
Teorema 4
Bukti.
Karena a > b, maka dapat diperoleh a + a > a + b atau 2a > a + b. Demikian pula
a > b maka dapat diperoleh a + b > b + b atau a + b > 2b
Dari ketaksamaan 2a > a + b dan a + b > 2b didapatkan
2a > a+b > 2b
a=1/2(2a) > ½(a+b) > ½(2b)=b
a > ½(a+b) > b.
Akibat dari teorema di atas adalah:
jika a R dan a > 0 maka a > 1/2a > 0.
Soal-soal
1) Misalkan a,b.c. d R, buktikan pernyataan berikut:
b) ac > bd.
c) <x
Garis Bilangan
Secara geometris, sistem bilangan real R dapat digambarkan dengan garis lurus.
Mula-mula diambil sebarang titik untuk dipasangkan dengan bilangan 0. Titik ini
dinamakan titik asal (origin), ditulis dengan O. Pada kedua sisi dari O dibuat skala sama
dan disepakati arah positif disebelah kanan O sedangkan arah negatif disebelah kiri O.
Selanjutnya, bilangan-bilangan bulat positif 1, 2, 3, … dapat dipasangkan dengan
masing-masing titik di kanan O dan bilangan-bilangan dengan titik-
titik di sebelah kiri O. Dengan membagi setiap segmen, maka dapat ditentukan lokasi
2 1 0 1 2 3
Dengan cara demikian, maka setiap bilangan real menentukan tepat satu titik pada garis
lurus dan sebaliknya setiap titik pada garis lurus menentukan tepat satu bilangan real.
Oleh sebab itu, garis lurus sering disebut pula Garis Bilangan Real.
5)
6)
5)
6)
7)
2) x2 – 3x – 4 = 0
Penyelesaian
x2 – 3x – 4 = 0
Telah diketahui bahwa hasil kali 2 bilangan real positif apabila ke dua faktor
positif atau ke dua faktor negatif. Oleh karena itu,
(i). Jika ke dua faktor positif maka:
Sehingga diperoleh: .
(ii).Jika ke dua faktor negatif, maka:
Diperoleh: .
Jadi, selesaian persamaan adalah x < 2 atau x > 3.
Selesaian pertidaksamaan di atas dapat pula diterangkan sebagai berikut: Ruas kiri
pertidaksamaan bernilai nol jika . Selanjutnya, ke dua bilangan ini
membagi garis bilangan menjadi 3 bagian: .
0 2 3 4
Pada bagian , nilai keduanya negatif, sehingga hasil kali
keduanya positif. Pada segmen , bernilai positif sedangkan
Tanda nilai
Kesimpulan
x<2 - - + Pertidaksamaan dipenuhi
2<x<3 + - - Pertidaksamaan tidak dipenuhi
x>3 + + + Pertidaksaman dipenuhi
Jadi, selesaian pertidaksamaan adalah x < 2 atau x > 3.
Metode penyelesaian seperti pada contoh 4 di atas dapat pula diterapkan pada
bentuk-bentuk pertidaksamaan yang memuat lebih dari 2 faktor maupun bentuk-bentuk
pecahan.
5) .
Penyelesaian:
Apabila ke dua ruas pada pertidaksamaan di atas ditambah 1, maka diperoleh:
Tanda nilai/nilai
Kesimpulan
x < -1 - - - - Pertidaksamaan dipenuhi
6) .
Penyelesaian
Apabila pada ke dua ruas ditambahkan maka diperoleh:
berikut:
Tanda nilai/nilai
Kesimpulan
Selang
Diberikan sebarang dua bilangan real a dan b, dengan . Berturut-turut
didefinisikan:
, , , , dst.
d)
e) (Ketaksamaan segitiga)
f)
7 unit 7 unit
4 3 10
Gambar 1.1.5
2. Jika , maka: .
Contoh,
3. Jika , maka:
a) .
b) .
Contoh
Jawab
Selanjutnya, karena:
maka, diperoleh: .█
3) Tentukan selesaian .
Jawab:
(i). Apabila , maka selalu berlaku untuk setiap x. Sehingga
diperoleh: .
(ii). Jika , maka:
4) Tentukan selesaian .
Penyelesaian:
Berdasarkan nilai mutlak dperoleh:
4.
Contoh
Tentukan selesaian dari pertidaksamaan
a.
Jawab
Menurut sifat 4 di atas, maka:
Soal Latihan
Tentukan selesaian pertidakasamaan dibawah ini!
1. 2. 3.
4. 5. 6.
7. 8. 9.
Pada gambar di atas, terdapat 4 bidang simetris yang dibatasi oleh sumbu-
sumbu koordinat (sumbu X dan Y), masing-masing bidang yang dibatasi oleh bidang
Dari gambar di atas, terdapat segitiga yang salah satu sudutnya situ-siku dititik M (
. Menurut teoram Pythagoras
OP2 = OM2 + MP2
= (x1-0)2 + (y1-0)2
= x12 + y12
Bentuk ini dinamakan humus jarak dua titik yang menghubungkan titik O(0,0) dengan
titik P(x ,y )
=
Selanjutnya
Pada gambar di atas M adalah sebarang titik pada garis PQ dengan perbandingan
PM:MQ = m : n
Karena PM : MQ = m : n, maka diperoleh
maka =
n(x
(m+n)x
x= =
maka =
n(
(m+n)y
y=
dan
Contoh
1) Tentukan jarak titik P(3,5) dan Q(1,-6).
Jawab
Untuk menentukan jarak titik P dan Q dapat digunakan rumus
=
=
=5
tan =
m = tan = = .
Dengan demikian gradien garis lurus didefinisikan sebagai tangen dari sudut inklinasi.
Misal l dan l dua garis yang terletak pada sumbu koordinat, maka beberapa hal
yang mungkin adalah kedua garis sejajar, berpotongan, atau saling tegak lurus. Jika l
dan l sejajar maka m( l ) = m(l ).
Jika l dan l tegak lurus maka, perhatikan gambar di bawah ini
A=½
Soal-soal
1. Buatlah ruas garis dan tentukan jarak antara pasangan titik yang diketahui berikut
ini:
a. P(4,5) dan Q(-1,3)
b. P(8,-2) dan Q(3,-1)
c. P(-1,-2) dan Q(-3,-8)
d. P(5,3) dan Q(2,-5)
2. Gambarlah luas suatu poligon (segi banyak) yang titik-titik sudutnya adalah
a. (-3,2), (1,5), (5,3), (1,-2)
b. (-5,0), (-3,-4), (3,-3), (7,2), (1,6)
3. Tunjukkan bahwa segitiga yang titik-titik sudutnya dibawah ini adalah sama sisi.
a. A(2,-2), B(-3,-4) dan C(1,6)
b. K(-2,2), L(6,6) dan M(2,-2)
c. P(6,7), Q(-8,-1) dan R(-2,-7)
d. U(2,4), V(5,1) dan W(6,5)
4. Tunjukkan bahwa segitiga berikut adalah siku-siku dan tentukan luasnya dengan
menggunakan aturan yang ada.
a. A(0,9), B(-4,-1), dan C(3,2)
b. P(10,5), B(3,2), dan C(6,-5)
c. A(3,-2), B(-2,3), dan C(0,4)
d. K(-2,8), L(-6,1), dan N(0,4)
5. Buktikan bahwa titik-titik berikut ini adalah paralelogram
r
O
memancar dari titik asal O dengan sudut sebesar radian terhadap sumbu mendatar
arah positif. Kemudian titik P terletak pada sinar tadi dan berjarak 3 satuan dari titik
asal O (lihat Gambar 1.2.4 (a)). Titik P dapat pula dinyatakan dalam koordinat
, dengan k bilangan bulat (lihat Gambar 1.2.4 (b)). Mudah ditunjukkan
pula bahwa koordinat pun juga menggambarkan titik P (lihat Gambar 1.2.4
(c)). Pada koordinat yang terakhir, jarak bertanda negatif. Hal ini dikarenakan titik P
terletak pada bayangan sinar .
3 3
(b)
(a)
x x
O
Gambar 1.2.5
(1.2)
Contoh
a. b. c.
Jawab
Dengan menggunakan persamaan (1.1):
a. .
Jadi, .
b. .
c. .
Jadi, .█
(1.3)
, atau
Jadi, atau .
b.
, atau
Jadi, atau .█
tan =m= ,
Misal M(x,y) Semarang titik pada garis lupus PQ, maka dengan cara yang sama dapat
ditentukan gradien garis mlupus PM.
tan =m= ,
y-y = m(x- )
y = mx - mx + y
Karena m, x , dan y R, maka persamaan tersbut dapat ditulis dalam bentuk y =
mx + c.
Dengan kata lain, persamaan garis lurus yang melalui dua titik dengan gradien m dapat
dinyatakan dengan y = mx + c.
Atau secara umum ditulis dalam bentuk Ax + By + C = 0 dengan gradien
m=
Soal-soal
1) Tentukan gradien dan persamaan garis lurus yang melalui titik-titik
a) (1,2) dan (2,3)
b) (3,5) dan (7,-1)