Anda di halaman 1dari 13

Adab berkomunikasi dalam

beragama

Oleh :
Iqmal Zulhakim
Jagalah lisan kita!
Umat muslim wajib untuk menjaga lisanya. Pembicaraan dalam bahasa Al-Quran
adalah kalam. Terdapat dari kata yang sama terbentuk kata lain dalam bahasa arab
yang berarti luka. Ini menjadi sebuah peringatan bahwa kalam juga dapat melukai.
Bahkan, luka yang diakibatkan lisan bisa lebih parah dari pada pisau. Janganlah
kita selalu berbicara keburukan, sebagaimana firman Allah swt.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui ”
( Q.S An-Nisa’ 148)
Hendaknya semua pembicaraan kita pada kebaikan, sebagaimana firman Allah swt.
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan
dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau
mengadakan perdamaian diantara manusia”. (Q.S An-Nisa [4]: 114).
Pengertian Adab
Adab ‫)ادب‬ )dalam bahasa arab yang artinya budi pekerti, tata krama,
atau sopan santun.
Arti adab secara keseluruhan yaitu segala bentuk sikap, prilaku atau
tata cara hidup yang mencerminkan nilai sopan santun, kehalusan,
kebaikan, budi pekerti atau akhlak. Orang yang beradab adalah orang
yang selalu menjalani hidupnya dengan aturan atau tata cara. Tidak
ada bagian dari aktivitas kehidupannya terlepas dari tata cara (adab)
yang diikutinya. Karena aktivitas hidup manusia bermacam-macam
dan masing-masing membutuhkan tata cara, maka muncul pula
berbagai macam adab.
Pengertian Komunikasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah
pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Komunikasi bisa juga diartikan suatu aktivitas manusia yang saling
berinteraksi antara satu orang maupun lebih

Jadi adab komunikasi bisa diartikan sebagai tata krama atau pun
sopan santun kita dalam berbicara terhadap orang lain.
Adab – Adab Berkomunikasi
Merendahkan suara saat berbicara
Hukum asal dalam berbicara hendaknya dengan suara rendah
tanpa meninggikan suara kecuali jika dibutuhkan. Misalnya
ketika seorang khotib berkhutbah, maka pada saat ini dianjurkan
untuk meninggikan suara sebagaimana Nabi  apabila berkhutbah
meninggi suaranya, memerah wajahnya seakan-akan komandan
yang sedang memperingatkan para prajuritnya.
Perhatikanlah firman Allah SWT ketika menceritakan kisah
Luqman di saat beliau menasehati putranya,
“Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara
ialah suara keledai.”
(QS. Luqman: 9)
Berbicara dengan kata-kata yang baik dan sopan
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa era globalisasi ini telah banyak ikut andil dalam
upaya pengrusakan jati diri dan akhlak kaum muslimin terutama para kaula
mudanya.
Realita membuktikan akan kebobrokan akhlak sebagian para remaja. Hal ini tampak
pada pergaulan mereka, gerak-gerik dan tutur kata mereka yang kasar dan jauh dari
norma keislaman. Oleh sebab itu, tidak sedikit dari mereka yang berbicara dan berkata
kasar kepada orang tua atau gurunya -na`uzubillah– padahal Allah subhanahu
wata’ala berfirman,
“Dan bertuturlah kepada manusia dengan perkataan yang baik.”
(QS. al-Baqorah: 83)
Dalam ayat lain, secara spesifik Allah SWT melarang berkata kasar terkhusus kepada
orang tua kita,
“Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Perkataan yang
mulia.”
(QS. al-Isro`: 23)
Mendengarkan dan tidak memotong pembicaraan orang lain

Mendengar perkataan lawan bicara adalah salah satu adab dalam berbicara dan
berkomunikasi, apalagi yang disampaikan oleh lawan bicara adalah firman Allah SWT.
Sepeti firman Allah SWT  yaitu:
“Dan apabila dibacakan Al Quran, Maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu mendapat rahmat.”
(QS. al-`Araf: 204).

Janganlah kita menjadi seorang munafik!


“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, jika dia berbicara berdusta, jika dia berjanji
mengengingkari dan jika diberi amanah dia berkhianat” (HR. Bukhari)
“Dan aku (Muhammad) (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang
meninggalkan dusta sekalipun bercanda” (HR. Abu Daud)
Berbicara jika mengandung kebaikan

Berbicara dalam hal yang tidak mengandung manfaat atau


kebaikan apalagi membawa kepada kemudhoratan bagi
pembicara maupun orang lain adalah salah satu tanda
berkurangnya kesempurnaan iman seseorang. Dalam hal ini
Rasulullah SAW pernah bersabda,
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Tidak berdusta dalam berbicara

Dusta adalah sikap yang sangat dibenci dalam Islam bahkan Islam
menjadikannya sebagai salah satu sifat orang munafik. Berdusta tidak
diperbolehkan meskipun terhadap anak kecil, tapi sangat disayangkan hal ini
sering kita jumpai di realitas masyarakat kita, dimana kita melihat orang tua
sering menakut-nakuti anaknya dengan sesuatu yang tidak ada atau
menjanjikan sesuatu tapi tidak pernah dipenuhi. Ada juga diantara manusia
yang berkata dusta dengan tujuan menertawakan orang lain. Padahal
Rasulullah SAW  telah mendoakan kecelakaan bagi orang yang berbuat
demikian. Rasulullah SAW bersabda,
“Kecelakaan bagi orang yang berbicara lalu ia berdusta agar manusia tertawa
karenanya, kecelakaan baginya , kecelakaan baginya.” (HR. Abu Dawud dan at-
Tirmidzi)
Memulai dengan salam sebelum berbicara

Etika yang diajarkan Islam sebelum berbicara adalah memberikan


salam kepada lawan bicara. Jika kita ingin bertemu dengan seseorang
baik orang tua, guru atau teman yang seiman, maka dahulukan
dengan mengucapkan salam. Bahkan Rasulullah SAW  melarang kita
menjawab orang yang memulai berbicara kepada kita tanpa memberi
salam terlebih dahulu.
Qudwah kita Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya bersabda,
“Barangsiapa memulai berbicara tanpa mengucapkan salam makan
jangan kalian jawab.”
(HR. Al-Baihaqi).
Berkata baik atau diam
Kata-kata itu jika sudah keluar dari lisan kita, ibaratkan seperti anak
panah yang melesat dari busurnya. Ia tidak akan bisa ditarik lagi,
apalagi jika sudah tertancap, maka jika dicabut pun ia akan
meninggalkan bekas. Mungkin kita bisa melupakan sesuatu
perkataan yang sangat menyakitkan kepada orang lain, tetapi orang
lain selalu mengingat perkataan yang menyakitkan itu. Sebaiknya bila
kata-kata yang ingin kita ucapkan jelek dan menyakitkan, maka
hendaknya kita menahan  diri dan lebih baik diam. Rasulullah saw.
Bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah swt. Dan hari akhir, maka
hendaknya ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari)
Tidak berbicara yang mengandung suatu kebathilan
“Sesungguhnya seorang hamba berkata satu kat yang Allah swt.
Ridhai dan dia tidak mengira akan mendapatkan demikian sehingga
dicatat Allah swt. keRidhaan_Nya bagi orang tersebut hingga nanti di
hari kiamat. Dan seorang lelaki berkata satu kata yang Allah swt.
Murkai yang tidak dikiranya akan berkata demikian, maka Allah swt.
Mencatat yang demikian itu hingga hari kiamat” (HR. Tarmidzi) 
 
Mari kita bersungguh-sungguh menjaga lisan kita dari perkataan
yang kotor dan tidak berguna.
Sekian &
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai