•Menurut imam ghozali berasal dari bahasa Arab “ khulqun ” yang berati Haluun Linnafsi
raasikhatun tasdhuru ‘anhaal af-‘aalu min ghairi haajatin ila fikrin wanrawayyatin. Artinya
suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku tanpa membutuhkan banyak akal dan
pikiran dan dikhususkan untuk sifat dan karakter yang tidak dapat dilihat oleh mata.
•Sedangkan Al-Qurthubi berkata. Ahlak adalah sifat manusia dalam bergaul dengan
sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela. Adapun yang terpuji, secara umum adalah
menjadikan diri anda dan orang lain dalam diri anda lalu anda mengambil baktinya tetapi
tidak mengabdi kepadanya. Detailnya adalah lapang dada, lembut, sopan, sabar, saling
mencintai, dan sebagainya. Sedangkan tercela adalah kebalikannya.
•Ibnu Al-Mubarak rahimahullah meriwayatkan ketika mendefinisikan tentang ahlak yang baik
ia berkata. “ yaitu bermanis muka, melakukan kebaikan. Dan menahan diri dari perbuatan
buruk”.
2.
Terjemah :
Dari Abu Musa Al-Asy ’ ari r.a. bahwasanya Nabi SAW bersabda: “ Sesungguhnya
perumpamaan bergaul dengan teman shalih dan teman nakal adalah seperti berteman dengan
pembawa minyak katsuri dan peniup api. Pembawa minyak katsuri itu adakalanya memberi
minyak kepadamu atau adakalanya kamu membeli dari padanya dan adakalanya kamu
menapat bau harum darinya. Dan peniup api itu adakalanya ai membakar kain bajunya dan
adakalanya kamu mendapatkan bau busuk dari padanya.: (HR. Muttafaq’ Alaih)
Hadis ini membimbing kepada umat manusi bagaimana membentuk kepribadian yang baik
yang merupakan tujuan dan cita-cita pendidikan dalam islam. Salah satunya adalah faktor
pengaruh dari teman pergaulan dimana seorang tersebut hidup. Dalam pendidikan, teman
memiliki pengaruh yang menentukan dalam pembentukan watak, karakter atau kepribadian
seseorang dilain faktor lain, karena melalui teman inilah manusia sangat mudah dibentuk dan
diwarnai pola hidup, pola pikir, dan perilaku.
Pelajaran yang dipetik dari hadis diatas
a. Anjuran berteman dengan orang atau anak yang berkpribadian saleh baik agama maupun
dalam urusan dunia
b. Larangan berteman dengan orang yang berkpribadian buruk
c. Persahabatan mempunyai pengaruh yang besar dalam dalam pendidikan, baik buruknya
kepribadian seseorang di antaranya
ditentukan oleh teman-teman yang ada disekelilingnya.
d. Anjuran kepada pendidik, pengajar, serta orang tua dan yang bertanggungjawab terhadap
pendidikan anak agar memilihkan teman
–teman yang baik buat anak didiknya
3.
Terjemah
Dari Abi Hurairah r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “ seseorang itu mengikuti agama
kekasihnya, oleh sebab itu hendaklah salah seorang diantara kamu memperhatikan siapakah
kekasihnya.” (HR. Abu Dawud dan al-Turmudzy dengan sanad yang sahih dan al-Turmudzy
berkata bahwa hadis ini Hasan).
Dari abdullah ibnu mas ’ ud r.a. bahwasanya Nabi Saw. Bersabda: “ Orang itu akan
bersama-sama orang yang dicintainya. ” (HR. Bukhari). Dan dalam satu riwayat Abi Musa
r.a.dikatakan: ” Ada seseorang bertanya kepada Nabi Saw. Tentang seseorang yang
mencintaisesuatu kaum (sekelompok orang) tetapi ia belum pernah bertemu dengan mereka”,
maka beliau menjawab: ” Seseorang itu akan bersama-sama dengan orang yang dicintainya
(nanti di akhirat).”
Penjelasan (Syarah Hadis)
Hadis ini juga menjelaskan adanya pengaruh kekasih atau teman yang dicintainya. Secara
psikologis setiap orang mempunyai kecenderungan untuk memilih kekasih atau teman yang
sama dengan dicintainya. Teman atau kekasih yang dicintai seseorang pada umumnya sesuai
dengan apa yang dicintai oleh dirinya. Seseorang berkelompok atau berkumpul pada
umumnya juga cenderung memilih kelompok yang sama. Hal ini menunjukkan adanya
kesamaan antara sesame teman yang dicintai baik dalam beragama, hobi, kesenangan, watak,
karakter, profesi dan lain-lain.
Pelajaran yang dipetik dari hadis diatas
a. Memiliki kekasih, teman dan sahabat yang dicintai agamanya dan menjauhi teman yang
dibenci agamanaya dan menjauhi teman yang dibenci agamanya.
b. Derajat minimal dalam persaudaraan dan persahabatan adalah menilai teman sama dengan
kepentingan dirinya sendiri.
c. Orang yang mencintai kekasih, teman, dan sahabat orang saleh dan taqwa dinilai sama
dengan oaring saleh baik di dunia maupun di akhirat.
d. Menjauhi kekasih atau teman yang nakal dan fasik agar tidak digiring bersama mereka
e. Milikilah teman yang cinta akan dunia sekaligus cinta juga akan akhirat.
7.
Artinya : “ dari Abu Hurairah r.a katanya : Bersabda Rasulullah SAW : barang siapa yang
menolong orang mukmin dari kesusahan dunia, niscahya Tuhan akan menolongnya dari
kesusahan – kesusahan hari kiamat, dan barang siapa yang menyokong orang mukmin.
Tuhan akan menyokongnya pula di dunia dan akhirat, dan barang siapa yang menutupi cela
orang Islam, Tuhan akan menutupi celanya di dunia dan akhirat, dan Allah senantiasa
menolong hamba-Nya selama hamba itu suka menolong saudaranya... (H.R Shahih Muslim)
Ini adalah hadist yang agung, karena merupakan kumpulan dari bermacam-macam ilmu,
kaidah dan adab-adab yang berkaitan dengan keutamaan mencukupi kebutuhan kaum
muslimin dan memberikan kemanfaatan bagi mereka dengan memudahkan untuk
mendapatkan ilmu, harta, pertolongan atau menunjukkan sesuatu yang mangandung
kemaslahatan, nasehat dan lain- lain .
8.
Artinya : “ hadist Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Ada beberapa orang dari kami
mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata : kami akan sewakan tanah itu (untuk
mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua. Rasulullah SAW.
Bersabda : Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia Tanami atau serahkan kepada
saudaranya (untuk dimanfaatkan ),maka jika ia enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri
memelihara tanah itu.” (HR. Imam Bukhari dalam kitab Al-Hibbah).
Selain dari hadist diatas, ada juga hadist yang bersumber dari Abu Hurairah r.a dengan lafadz
sebagai berikut:
Antara kedua tersebut terdapat kesamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh Imam
Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadist tersebut dari Jabir yang diletakkan
dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam
kitab Al-Muzara’ah. Dari ungkapan Nabi SAW, dalam hadist diatas yang menganjurkan bagi
pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh suadaranya ( orang lain ) untuk
menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan membiarkan
lingkungan (lahan yang dimiliki ) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan
umum.
Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang
mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan
konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui
kepedulian terhadap lingkungan. Allah SWT telah mengisyaratkan dalam Al-Qur’an supaya
memanfaatkan segala yang Allah telah ciptakan di muka bumi ini.