Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karakter Religius merupakan sikap atau perilaku yang melekat pada manusia

sesuai dengan agama yang dianut nya, serta mampu hidup bertoleransi dengan

penganut agama lainnya. Karakter ini juga sangat penting tumbuh di dalam diri

manusia dapat dilihat dari cara berbicara nya,cara ia bertoleran dengan agama lain

dan masih banyak lagi.

Penanaman sikap religius sangat dibutuhkan pada mahasiswa untuk menjalani

kehidupan setiap hari, pasalnya pada zaman ini sudah banyak budaya asing masuk

yang menyebabkan rendahnya sikap religius pada diri mahasiswa. Perkembangan

zaman pada saat ini cukup menuai banyak sorotan terlebih pada masyarakat, hal ini

terjadi karena perilaku yang tidak pantas dan penyimpangan-penyimpangan lainnya

yang dilakukan sehari hari dan dianggap hal lumrah.misalnya mahasiswa yang

berbicara dengan tidak sopan terhadap orang tua dan masih banyak lagi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yakni sebagai

berikut:

1. Bagaimana cara efektif untuk melakukan penanaman sikap religius terhadap

mahasiswa?

2. Bagaimana alternatif lain agar mahasiswa tetap memiliki sikap religius dan

tetap mengikuti arus zaman modern?


2

1.3 TUJUAN

Tujuan yang akan dicapai berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu:

1. Mendeskripsikan penanaman sikap religius terhadap mahasiswa

2. Memahami penanaman sikap religius terhadap mahasiswa


3

BAB III
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KARAKTER RELIGIUS

Kata karakter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, merupakan sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang

lain. Adapun Menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau

kepribadian atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi

berbagai kebijakan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk

cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak. Kebijakan terdiri atas sejumlah nilai,

moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat

kepada orang lain. Sedang para ahli memaknai karakter secara beragam,

diantaranya :

a. M. Mahbubi, mengutip dari M. Furqon Hidayatullah, mengemukakan


bahwa istilah karakter berasal dari bahasa latin yang memiliki makna
dipahat. Diibaraatkan seperti sebuah balok granit yang memahatnya harus
dengan hati-hati. Ketika sembarangan saat memukul, maka batu granit
tersebut akan rusak. Karakter merupakan gabungan dari kebajikan dan nilai-
nilai yang dipahat dalam batu hidup tersebut, sehingga akan menyatakan
nilai yang sebenarnya.
b. Sedangkan Muchlas Samani dan Hariyanto, menyebutkan bahwa karakter
dapat dimaknai sebagai value (nilai-nilai) dan kepribadian, cara berfikir dan
berperilaku yang mempunyai ciri khas bagi setiap individu sebagai bekal
hidup dalam bekerja sama baik terhadap lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara. Suatu karakter merupakan cerminan dari nilai apa yang
melekat dalam sebuah entitas. Orang bisa terlihat mempunyai karakter
4

yang baik apabila ia dapat menentukan keputusan dan siap


mempertanggung jawabkan dari setiap keputusan yang telah dilakukan.
Selanjutnya Hermawan Kertajaya dalam bukunya Grow With Character: The

Model Marketing mengemukakan bahwa karakter adalah “ciri khas” yang

dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan

mengakar pada

Karakter religius yang melekat pada diri seseorang terlihat dari cara seseorang

berpikir dan bagaimana cara mereka menyampaikan sesuatu terhadap orang

banyak.pada dasarnya agama dapat dijadikan nilai dasar Karakter yang nantinya akan

melahirkan model pendekatan pendidikan berbasis agama.Karakter berbasis agama

merupakan pendidikan yang mengembangkan berdasakan nilai keagamaan seperti

sikap, dan tinglah laku yang utama pada diri seseorang.

Karakter religius bisa dibentuk sejak dini, semua ini bisa dilatih baik dari karakter

mandiri,religius, dan gemar mandiri dan karakter bertanggung jawab. Pembentukan

karakter religius bisa di pupuk dimulai dari gemar membaca.

2.2 Ciri-ciri Karakter Baik dan Buruk

2.2.1 Karakter Baik

1. Cinta Kepada AllohTa’ala Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam

bersabda“Tiga hal yang jika terdapat pada diri seseorang maka dengannya ia

akan merasakan manisnya iman: Yaitu barangsiapa yang Alloh dan Rosulnya

lebih ia cintai dari pada keduanya, mencintai seseorang yang tidak dicintainya

kecuali karena Alloh, dan benci untuk kembali kepada kekufuran setelah
5

Alloh menyelamatkannya dari itu, sebagai mana ia benci untuk dilmparkan ke

dalam api neraka.” ( Muttafaq ‘alaih)

2. Cinta Kepada RosulullohSholallohu ‘Alaihi Wasalam Rosululloh Sholallohu

‘Alaihi Wasalam bersabda“Tidaklah sempurna iman seseorang diantara kamu

sehingga Aku lebih dicintai dari pada orang tua dan anaknya serta manusia

lainnya.” ( Muttafaq ‘alaih)

3. Adil “Dari Abdulloh bin Amr Rodhiallohu ‘Anhu , ia berkata, Rosululloh

Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “sesungguhnya orangorang yang

berlaku adil di sisi alloh memiliki mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya di

sebelah kanan Yang Maha Pemurah Azza Wa Jalla kedua tangan-Nya adalah

kanan. Yaitu mereka yang bersikap adil terhadap diri mereka, keluarga, dan

yang menjadi tanggungannya.” (HR. Muslim)

4. Bekerja keras Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“kalau kalian

mau mengambil seutas tali kemudian menggunalkannya untuk mengikt kayu

bakar, menggendongnya di atas punggungnya kemudian menjualnya agar

Alloh menyelamatkan kehormatan dirinya adalah lebih aik daripada dia

meminta-minta kepada orang lain, yang ada kalanya dia diberi atau tidak.

5. Berbakti kepada orang tua “Dari Abu Hurairoh Rodhiallohu ‘Anhu, ia bekata,

Nabi Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “sungguh merugi, sungguh

merugi, kemudian merugilah ia. Ditanyakan kepada Beliau,siapa itu wahai

Rosululloh ?, Beliau menjawab, yaitu orang yang sempat bertanya dengan

kedua orang tuanya setelah tua, baik salah satunya ataupun keduanya, tapi

tidak menyebabkan masuk syurga.” (HR. Muslim)


6

6. Berwajah ceria dan berseri Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam

bersabda,“janganlah kamu meremehkan suatu kebaikan meskipun hanya

sekedar berwajah ceria tat kala bertemu dengan saudaramu” (HR. Muslim)

Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“senyummu di hadapan

saudaramu adalah sedekah bagimu.” (HR. at-Tirmidzi)

7. Dapat dipercaya (al-amanah) Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam

bersabda,“Tanda orang munafik ada tiga; apabila berbicara ia berdusta,

apabila berjanji ia ingkar, dan apabila diberi amanat (dipercaya) ia

berkhianat.” (HR. Bukhori)

8. Jujur “Dari Abdulloh bin Mas’ud Rodhiallohu ‘Anhu , dari Nabi sholallohu

‘alaihi wasalam, sesungguhnya jujur itu mengantarkan pada kebaikan dan

kebaikan itu mengantarkan kepada syurga. Sungguh, seorang laki-laki

bersikap jujur sehingga ditulis sebagai orang jujur.Sesungguhnya kedustaan

itu mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan itu mengantarkan kepada

neraka, dan sungguh seorang laki-laki bisa berdusta sehingga ditulis di sisi

Alloh sebagai seorang pendusta.”(HR. Muttafaaq ‘alaih) 9. Kasih Sayang

“Dari Jarir bin Abdulloh, dari Nabi sholallohu ‘alaihi wasalam, beliau

bersabda; barangsiapa tidak menyayangi, maka ia tidak disayangi.” (HR.

Muttafaqun ‘Alaih)

9. Malu Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“Rasa malu adalah

bagian dari keimanan, dan keimanan berda di surga. Sedangkan tindakan atau

ucapan kotor adalah bagian dari perangai yang kasar, dan perangai yang kasar

tempatnya di neraka.” (HR. at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Hibban, dan al-Hakim)


7

Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda,“setiap sesuatu yang

dihinggapi kekejian, maka akan tercela. Dan setiap sesutu yang dibarengi rasa

malu,maka akan terhiasi (dan menjadi indah).”(HR. at-Tirmidzi dan Ibnu

Majah)

10. Menepati janji (al-wafaa’) Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam

bersabda,“Ciri-ciri orang munafik ada tiga, yaitu kia berbicara berdusta; jika

ia berjanji tidak menenepati; dan jika dipercaya berkhianat.”(HR. Bukhori dan

Muslim)

11. Pemaaf “Dari Abu Hurairoh Rodhiallohu ‘Anhu, dari Rosululloh sholallohu

‘alaihi wasalam bersabda,”sedekah tidak akan mengurangi harta. Alloh tidak

akan menambah untuk seorang hambakarena maafnya kecuali kemuliaan, dan

tidaklah seseorang merendahkan hati kecuali Alloh akan meninggikannya.”

(HR. Muslim)

12. Pemberani Rosululloh Sholallohu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Barangsiapa

mati karena mempertahankan hartanya, maka dia mati syahid. Barangsiapa

mati karena mempertahankan jiwanya, maka dia mati syahid. Barangsiapa

mati karena mempertahankan agamanya, maka dia mati syahid. Barangsiapa

mati karena mempertahankan keluarganya, maka dia mati syahid.”(Al-Jaami

ash-Shaghiir.II/378)

13. Rendah hati Dari Iyadh bin Himar Rodhiallohu ‘Anhu ia berkata, Rosululloh

sholallohu ‘alaihi wasalam bersabda; “sesungguhnya Alloh mewahyukan

kepadaku agar kalian bersikap rendah hati, sehingga tidak seorang pun
8

membanggakan diri terhadap yang lain, dan tidak seorangpun menuntut yang

lain.” (HR. Muslim)

14. Tanggung jawab Dari Ibnu ‘Umar dari Nabi Shalallohu ‘Alaihi wa Salam

bersabda, “setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai

pertanggungjawaban atas apa yang kalian pimpin” (HR. Muslim)

15. Tolong menolong “Dari Abu Abdurrahman Zaid Ibnu Kholid Al-Juhani

Rodhiallohu ‘Anhu, dia berkata, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasalam

bersabda, “barangsiapa menyiapkan keperluan orang yang akan akan

beperang di jalan Alloh berarti ia telah berperang. Dan barangsiapa

menjangga dengan baik keluarga orang yang beperang maka berarti ia telah

ikut berperang.” (HR. Bukhori-Muslim)

2.2.2 Karekter Buruk

Beberapa karakter buruk manusia yang disebut dalam Al-Qur'an. Dirangkum

dari berbagai sumber, berikut karakter buruk manusia yang tercantum dalam Al-

Qur'an:

1. Suka mengeluh atau berkeluh kesah Firman Allah Ta'ala:

‫سانَ اِن‬ ِ ‫عا ُخلِقَ ا‬


َ ‫اۡل ان‬ ً ‫ۙ َهلُ او‬

"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir." (QS. Al-

Ma’arij: 19) Dari ayat di atas, dapat kita temukan salah satu sifat manusia yaitu

suka berkeluh kesah, ketika menghadapi musibah dan masalah sekecil apa pun. Ini

adalah sifat asal saat penciptaan manusia. Namun demikian, sebenarnya sifat ini

memiliki hikmah tersendiri. Baca juga: Fakhitah binti Abi Thalib, Saksi Sejarah

Perjalanan Isra Mi'raj Nabi SAW Misalnya, ketika manusia diberi ujian. Masalah
9

adalah salah satu ujian Allah untuk hamba-Nya. Dua hal yang tidak bersifat

permanen di dunia ini dan sering menjadi masalah bagi hamba adalah kesehatan

dan rezeki. Namun, perubahan siklus kesehatan dan rezeki bertujuan sebagai

sarana pengajaran. Orang yang selalu dekat dengan Allah akan selamat dari

kelemahan karakteristik ini. Saat diuji, ia akan langsung menyerahkan diri kepada

Allah dan memohon pertolongan-Nya. Baca juga: Mengqadha Sholat yang

Terlupa, Bagaimana Tata Caranya?

2. Bersifat kikir. Manusia sangat tamak dan suka menumpuk-numpuk harta. Namun,

jika dijalankan sesuai ajaran agama, menjauhi sifat tamak ini adalah jalan menuju

surga. Contohnya, tamak membuat manusia gemar mengumpulkan harta, namun

agama menyuruh untuk menginfakkannya di jalan Allah,

3. Berlaku adil adalah tindakan yang terkadang kurang mudah diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari. Kaum Madyan yang tidak berlaku adil, akhirnya diazab

oleh Allah, seperti dalam firman-Nya, “Dan Syu'aib berkata, ‘Hai kaumku,

cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan

manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di

muka bumi dengan membuat kerusakan.” (QS. Hud: 85). Betapa pun sulitnya

menghindari tabiat yang sudah Allah lekatkan dalam diri manusia, dengan bertobat

dan terus berdoa kepada-Nya, niscaya Allah meminimalkan karakter buruk

tersebut dari dalam diri kita.


10

2.3 Bagaimana Menjadi Insan Berkarakter

1. Mengambil risiko. Seperti halnya seorang atlet yang perlu belajar dari

kekalahan untuk lebih menghargai kemenangan, seseorang perlu mengambil

risiko kegagalan untuk membangun karakter. Karakter dibangun ketika

seseorang menghadapi kemungkinan adanya kegagalan. Belajarlah untuk

mendorong diri menuju kesuksesan, mengatasi kekurangan, dan menjadi

orang yang lebih baik, apa pun hasil yang diraih. Mengambil risiko berarti

berkomitmen terhadap proyek-proyek sulit yang mungkin terlalu sulit untuk

ditangani. Beranikan diri menghadapi risiko. Dekati si barista manis dan

bersiap-siap ditolak saat Anda mengajaknya kencan. Tawarkan diri untuk

tanggung jawab ekstra di tempat kerja, meskipun Anda tidak yakin mampu

melakukannya. Putuskan apa yang Anda inginkan di dalam hidup dan

berupaya untuk meraihnya. Jangan mencari-cari alasan untuk tidak melakukan

sesuatu, carilah alasan untuk bertindak. Beranikan diri untuk ikut pendakian

tebing bersama kawan-kawan, bahkan jika Anda belum pernah belajar cara

melakukannya dan khawatir akan mempermalukan diri sendiri. Beranikan diri

untuk mendaftar ke kampus pascasarjana dengan jumlah mahasiswa yang

sedikit. Jangan berdalih, tetapi ciptakan alasan. Membangun karakter tidak

bermakna bertindak sembarangan yang membahayakan keselamatan Anda.

Mengemudi sembarangan, atau menyalahgunakan obat-obatan tidak memiliki

kaitan dengan pembangunan karakter. Ambillah risiko yang produktif.

2. Mengeluarkan diri dari zona nyaman. Membangun karakter berarti belajar

cara menangani situasi yang sulit atau tidak nyaman.


11

3. Berkomitmen untuk perbaikan diri. Membangun karakter adalah tahap penting

dari pembelajaran seumur hidup. Jika Anda ingin menjadi sumber inspirasi

orang lain, seseorang yang dihormati di komunitas Anda dan dianggap

sebagai orang yang berkarakter tinggi, lakukan upaya aktif untuk

memperbaiki diri sendiri hari demi hari. Mengambil langkah kecil menuju

pembangunan karakter. Pilih satu hal yang ingin Anda kerjakan pada suatu

waktu. Mungkin Anda ingin menjadi pendengar yang lebih baik bagi

pasangan, atau lebih berkomitmen pada pekerjaan. Lakukan setiap hari sedikit

demi sedikit dan membangun keterampilan secara perlahan. Hal yang wajar

jika Anda sesekali bercermin pada diri Anda di masa muda dan merasa malu

atasnya. Potongan rambut yang buruk, gejolak masa muda, dan

ketidakdewasaan. Jangan merasa malu. Pahami rasa malu sebagai tanda

bahwa Anda sedang membangun karakter

2.4 Karakter Religius dan Qurani

Karakter (akhlak) Dalam perspektif ajaran Islam, menjadi perhatian utama

sebagaimana misi dari risalah kenabian Rasulullah SAW, yaitu membangun

peradaban manusia dengan karakter bersendikan akhlak yang mulia.

Seperti dinyatakan sebelumnya bahwa karakter Islami mahasiswa, merupakan

kebiasaan yang bersifat alamiah dan menjadi ciri khas yang dimilikinya, sehingga

karakter Islami seseorang sangat berkaitan erat dengan kebiasaan yang dilakukannya.

Oleh karena itu untuk menjadikan mahasiswa berkarakter baik, perlu ditanamkan

pendidikan melalui pembiasaan.


12

Namun dari beberapa factor yang menentukan pendidikan karakter, factor

keluarga merupakan faktor yang paling menentukan pembentukan karakter, sebab

keluarga merupakan lembaga primer dimana seseorang memperoleh pendidikan

sebelum mereka memperolehnya dari lingkungan yang lain.

Saptatiningsih dan Permana juga menyatakan, orang tua mempunyai Peran

sebagai pendidik utama dan pertama bagi anak, sehingga orang tua menjadi faktor

utama dalam membangun karakter anak, peran dan tugas orang tua adalah sebagai

pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya dalam menumbuhkan dan

mengembangkan karakter anak(Saptatiningsih & Permana, 2019). Keluarga

merupakan bagian yang turut menjadi faktor yang mempengaruhi lingkungan

input selain dari sasaran input dan sarana input. Dengan demikian, keluarga

memberikan andil yang cukup kuat dalam membentuk output dan outcome seseorang.

Lembaga pendidikan merupakan penentu karakter seseorang selain keluarga,

sehingga penting bagi perguruan tinggi untuk menggunakan model pembelajaran

yang tepat dalam membentuk karakter Islami mahasiswa. Salah satu solusi yang

dapat dilakukan oleh perguruan tinggi adalah melakukan pembentukan karakter

melalui model pembelajaran integrasi Ilmu. Marini menyatakan, Pembentukan

karakter juga dapat dilakukan dengan mengintegrasikan agama dengan semua mata

kuliah umum(Marini, 2017).

Moh. Nor dan Malim menyatakan pendidikan Islam dibentuk untuk

mempersiapkan mahasiswa mengenali, mengerti, menghargai dan kemudian memiliki

iman, taqwa dan memiliki karakter yang baik dalam mempraktekkan ajaran–
13

ajarannya Islam berdasarkan Alquran dan Hadis. Proses ini dilakukan melalui

bimbingan, pengajaran, pelatihan dan pengalaman (Mohd Nor & Malim, 2014)

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang factor yang

mempengaruhi pembentukan karakter Islami mahasiswa adalah keluarga dan

lingkungan kampus. Keduanya memberikan pengaruh tentang bagaimana mahasiswa

melakukan sikap yang berkaitan dengan moral yang ditunjukkan melalui tindakan

pengetahuan dan perilaku moral.

Seperti telah dinyatakan sebelumnya, karakter dapat diartikan sebagai watak,

sifat, akhlak ataupun kepribadian yang membedakan seorang individu dengan

individu lainnya (Pratiwi, 2019) dan pembentukan karakter mahasiswa menurut

Kamarudin merupakan upaya yang dilakukan oleh institusi dalam konteks

pembentukan karakter mahasiswa (A. Kamaruddin, 2012).

Pembentukan karakter mahasiswa dapat dilakukan melalui model

pembelajaran integrasi ilmu. Integrasi ilmu merupakan salah satu bentuk dari

integrasi kurikulum, hal ini disebabkan dalam integrasi kurikulum baik dosen

maupun mahasiswa menghubungkan antara materi yang diajarkan dengan materi

pembelajaran lain. Selajutnya model pembelajaran tersebut dapat dinyatakan sebagai

pendidikan karakter.

Model pembelajaran integrasi ilmu merupakan model pembelajaran yang pada

intinya adalah dengan melakukan integrasi kurikulum. Seperti dinyatakan oleh Kaur

bahwa Integrasi kurikulum dapat digambarkan sebagai pendekatan untuk pengajaran

dan pembelajaran yang didasarkan pada filosofi dan kepraktisan dan integrasi
14

kurikulum terjadi ketika materi yang dipelajari dihubungkan secara bermakna dengan

materi lain (Kaur, 2019).

Hadi, R (2015) menyatakan, para guru dapat menggunakan berbagai metode

untuk mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses belajar mengajar (Hadi,

2015). Marini menyatakan bahwa Berdasarkan temuan penelitian, dapat disimpulkan

bahwa 65,1% dari 63 kampus dasar yang diamati di Jakarta telah secara efektif

mengintegrasikan pembangunan karakter dalam proses belajar mengajar dan outcome

yang dihasilkan adalah mahasiswa memiliki kemampuan yang baik dalam hal

pengetahuan dan karakter yang baik pula. Hal ini disebabkan pembentukan karakter

memiliki pengaruh positif terhadap perilaku abaik mahasiswa. (Marini, 2017).

Sementara Susanti menyatakan, Soetanto (2012) menjabarkan bahwa

penerapan Karakter di perguruan tinggi didasarkan pada lima pilar utama yaitu : 1.

Tri Darma Perguruan Tinggi, yaitu : Karakter bisa diintegrasikan ke dalam kegiatan

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang berkarakter. 2.

Budaya Perguruan Tinggi (kampus)/ Budaya Organisasi Mahasiswa dituntut untuk

dapat membiasakan diri dalam kehidupan keseharian di lingkungan perguruan tinggi.

3. Kegiatan Kemahasiswaan. 4. Kegiatan Keseharian, dan 5. Budaya Akademik

(Susanti, 2013).

Berdasarkan pemaparan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa

pembentukan karakter mahasiswa di perguruan tinggi dapat dilakukan melalui model

pembelajaran integrasi ilmu.


15

BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan

Karakter berbasis nilai religi ini pada dasarnya merupakan pendidikan yang

berpedoman pada pembentukan dan pengembangan mahasiswa yang sesuai dengan

nilai karakter dan nilai-nilai keagamaan. Dalam hal ini, agama sangat erat kaitannya

dengan karakter dan karakter berhubungan dengan akhlah manusia. Karakter berbasis

nilai-nilai religi ini di kampus atau satuan pendidikan lainnya dapat

diimplementasikan dalam beberapa model pembelajaran baik dalam kelas maupun

luar kelas. Pendidikan dengan basis ini, dapat dengan melalui Pendidikan Agama.

Akan tetapi, perlu diketahui bahwa belajar pendidikan agama disini bukan hanya

belajar saja untuk memperoleh nilai. Melainkan belajar dengan menumbuhkan dan

mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Banyak kegiatan di kampus yang dapat menunjukkan pembelajaran berbasis

religi. Misalkan, dengan kultur kampus dan kurikuler. Dimana kultur kampus dapat

diartikan sebagai kebiasaan kegiatan yang dilakukan kampus dalam sehari-harinya.

Dapat dicontohkan seperti Sholat Dhuha setiap hari bagi guru, siswa, karyawan, dan

elemen kampus lainnya. Sedangkan ekstrakurikuler yakni dengan pembelajaran di

luar kontek belajar utama, misalkan dengan mengikuti organisasi kampus yang

berbasis religi, contohnya ROHIS, ROKRIS, dsb. Dalam pelaksanaan pendidikan

berbasis karakter tentu banyak mengalami kendala. Akan tetapi kendala yang muncul

tidak terlalu mengganggu, hanya saja hal ini perlu untuk dikaji ulang. Seperti
16

kompetensi guru dalam mendidik karakter dimana hal tersebut dirasa belum

sepenuhnya mampu dikuasai.

3.2 Saran
Sebagai seorang mahasiswa yang berpendidikan dan dipersiapkan sebagai

tenaga pendidik, tentunya harus dapat mengenal dan memahami tentang nilai-nilai

karakter. Tidak hanya itu, akan tetapi sebagai calon tenaga pendidik, juga harus dapat

memaknai dan melaksanakan nilai-nilai karakter tersebut dalam diri. Sehingga akan

diperoleh dan lahir tenaga pendidik yang beriman, bertaqwa, bernilai karakter,

bermoral, dan bermartabat sesuai dengan ideologi Bangsa Indonesia yakni Pancasila.
17

DAFTAR PUSTAKA

Arsanti, M. (2018). Pengembangan bahan ajar mata kuliah penulisan kreatif


bermuatan nilai-nilai Karakter religius bagi mahasiswa prodi PBSI, FKIP,
UNISSULA. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa dan Sastra, 1(2), 69-88.

Rohmad, M. A. (2019). Wibawa Guru Pendidikan Agama Islam dalam


Pembentukan Karakter Religius. PROSIDING, 82.

Wuryandani, W. Peran Guru Dalam Membangun Generasi Muda Indonesia


Menjadi Insan yang Berkarakter.

Supanji, R. W. (2013). Karakter Membentuk Insan yang Unggul. Jurnal


Pendidikan Karakter, 2.

Anda mungkin juga menyukai