Anda di halaman 1dari 59

BAB III

UNSUR-UNSUR DAKWAH

Unsur-unsur dakwah adalah komponen-komponen


yang selalu ada dalam setiap kegiatan dakwah. Unsur-unsur
tersebut adalah da’i (pelaku dakwah) mad’u (mitra dakwah),
Maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah) tharigah
(metode dakwah), dan atsar (efek dakwah)

A. Da’i / Pelaku Dakwah

Kata da’i berasal dari bahsa arab yang berarti orang


yang mengajak. Dalam istilah ilmu komunikasi disebut
komunikator. Di Indonesia juga dikenal dengan sebutan lain,
seperti muballigh, ustadz, kiayi, ajengan, tuan, guru, syaikh
dan lain-lain. Hal ini didasarkan atas tugas dan eksistensi
semua da’i. Padahal, hakikatnya tiap-tiap sebutan memiliki
kharisma, keilmuan, dan pemahaman yang berbeda-beda.1

Da’i merupakan unsur terpenting dalam peaksanaan


dakwah, karena sebagaimana di dalam pepatah dikatakan The
mand Behind the gun (manusia itu dibelakang senjata),

1
Syamsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2013), h.
68
maksudnya manusia sebagai pelaku adalah unsur yang paling
penting dan menentukan. Yang dimaksud da’i adalah orang
yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan
ataupun perbuatan dan baik secara individul, kelompok atau
berbentuk organisasi atau lembaga.2

Oleh karena da’i memiliki kedudukan yang sangat


penting ditengah masyarakat, seorang da’i harus mampu
menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara dirinya dan
masyrakat. Ia harus mampu bertindak dan bertingkah laku
yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin. Ia harus
mampu berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa yang
dimengerti. Oleh karena itu, seorang da’i juga harus
mengetahui dengan pasti tentang latar belakang dan kondisi
masyarakat yang dihadapi.

Nabi muhammad bersabda, yang artinya:


“berbicaralah dengan manusia sesuai kadar pemikiran
mereka”.

Suksesnya suatu dakwah sangat bergantung kepada


pribadi pembawa dakwah itu sendiri, yang sekarang lebih

2
Muhammad Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jarakta: Kencana, 2004)
h.75

Ilmu Dakwah | 30
populer kita sebut da’i. Apabila seorang da’i mempunyai
kepribadian yang menarik kemungkinan dakwahnya akan
berhasil, sebaiknya jika dia mempunyai kepribadian yang
tidak menarik perhatian, ada kemungkinan misi dakwahnya
akan gagal.

Daya tarik seorang da’i terletak pada kepribadiannya.


Kepribadian yang harus dimiliki oleh seorang da’i,
diantaranya:3

1. Hendaklah seorang da’i memiliki dan menyelidiki benar-


benar kepada dirinya sendiri, yang berguna untuk
mengadakan dakwah.
2. Hendaklah seorang da’i mengerti benar materi yang akan
diucapkannya.
3. Muballigh atau da’i harus kuat, teguh, tidak terpengaruh
oleh pandangan orang banyak ketika memuji dan tidak
tergoncang ketika mata orang melotot karena tidak senang.
4. Pribadi menarik, lembut tetapi bukan lemah, tawadhu’
merendahkan diri, tetapi bukan rendah diri, pemaaf tetapi
disegani.

3
Hamka, Prinsi-Prinsip dan Kebijaksanaan Islam, (Jakarta:
Pustaka Panjimas, 1980), h. 228-234

Ilmu Dakwah | 31
5. Seorang da’i harus mengerti sumber pokok ajaran Islam,
yakni al-Qur’an dan as-Sunnah.
6. Jangan membawa sikap pertentangan, jauhkan dari sesuatu
yang akan membawa debat.
7. Haruslah dihayati bahwasanya, contoh teladan, sikap
hidup, jauh lebih berkuasa kepada jiwa umat daripada
ucapan yang keluar dari mulut.
8. Hedaklah muballigh dan da’i menjaga jangan sampai ada
sifat kekurangan yang akan mengurangi gengsinya
dihadapan pengikutnya.

Pada dasarnya semua pribadi muslim secara otomatis


berperan sebagai muballigh atau orang yang menyampaikan
atau dalam bahasa komunikasi dikenal sebagai komunikator.
Untuk itu, dalam komunikasi dakwah yang berperan sebagai
da’i atau muballigh ialah:4

1. Secara umum adalah setiap muslim atau muslimat yang


mukallaf, dimana kewajiban berdakwah merupakan suatu
yang melekat dan tidak terpisahkan dari misinya sebagai
penganut Islam.

4
Toto Tamara, Komunikasi Dakwah, (Jakarta, Gaya Media
Pertama, 1997), h. 41-42

Ilmu Dakwah | 32
2. Secara khusus adalah mereka yang mengambil spesialisasi
khusus dalam bidang agama Islam, yang dikenal dengan
panggilan ulama.

Menyadari akan pentingnya fungsi da’i, yakni


sebagai pengemban risalah suci, maka seorang da’i haruslah
memiliki karakteristik, baik sifat, sikap maupun kemampuan
diri untuk menjadi seorang publik figur dan teladan bagi
orang-orang yang ia dakwahi. Dakwah kejalan Allah, da’i
harus senantiasa membekali dirinya dengan akhlak serta sifat-
sifat terpuji lainnya, sebagaimana yang telah Rasulullah
SAW ajarkan kepada umatnya. Oleh karena itu, seorang da’i
hendaklah bercermin diri pada pribadi Rasulullah SAW,
memperlajari sirah-nya yang harum dan akhlak beliau yang
mulia, agar menjadi pelita yang menerangi jalan dakwahnya
dan menjadi standar untuk mengukur prilaku, sehingga ia
mengenal rambu-rambu jalannya dan mamppu mengatasi
kesulitan-keslitan serta menentukan arah tujuan perjalanan.
Di antara sifat-sifast yang harus dimiliki oleh seorang da’i
adalah:

1. Memiliki pengetahuan yang cukup tentang al-Qur’an dan


sunnah Rasul serta ilmu-ilmu yang lain yang berinduk

Ilmu Dakwah | 33
kepada keduanya seperti tafsir, ilmu hadits syariah
kebudayaan Islam, dan lainnya.
2. Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan dakwah,
seperti psikologi , antropologi, dan sebagiannya.
3. Penyantun dan lapang dada, karena apabila dia keras dan
sempit pandangan, maka larilah manusia meninggalkan
mereka. Allah berfirman al-Imran : 159:

          
       
        
      

Artinya : Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah


kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu
ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka,
dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka
bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
4. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela dan
mempertahankan kebenaran. Seorang da’i yang penakut
bukannya ia akan dapat mempegaruhi masyarakatnya

Ilmu Dakwah | 34
kejalan Allah, melainkan akan terpengaruh oleh
masyarakat.5

A. Hasymi dalam bukunya yang berjudul Dustur


Dakwah, sifat-sifat yang harus dimiliki seorang da’i menurut
Al-Qur’an adalah
1. Lemah lembut dalam menjalankan dakwah.
2. Bermusyawarah dalam segala urusan, termasuk urusan
dakwah.
3. Kebulatan tekad dalam menjalankan dakwah.
4. Tawakal kepada Allah setelah bermusyawarah dan
berazam.
5. memohon bantuan Allah sebagai konsekuensi dari
kawakkal.
6. Menjauhi kecurangan atau keculasan.
7. Mendakwahkan ayat Allah untuk menjalankan roda
kehidupan bagi umat manusia.
8. Membersihkan jiwa raga manusia dengan jalan
mencerdaskan mereka.

5
Hamzah Yaqub, Publisistik Islam dan Teknik Dakwah, (Jakarta:
Diponegoro, 1998), h. 38

Ilmu Dakwah | 35
9. Mengajari manusia tentang kitab al-Qur’an dan hikmah
atau liku-liku ilmu pengetahuan dan rahasia-rahasia alam.6
Selain itu, abu ala al-maudadi mengatakan sifat-sifat
yang harus dimiliki oleh da’i secara perorangan dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Sanggup menerangi musuh dalam dirinya sendiri yaitu


nafsu untuk taat keada Allah SWT dan Rasulnya sebelum
memerangi hawa nafsu.
2. Sanggup berhijrah dari hal-hal yang maksiat yang dapat
merendahkan dirinya dihadapan Allah SWT dan
dihadapan masyarakat.
3. Mampu menjadi uswatun hasanah, budi dan akhlaknya
dengan mad’unya.
4. Memiliki persiapan mental:
a. Sabar, yang meliputi sifat-sifat teliti, tekad yang kuat,
tidak bersifat pesimi,s dan putus asa, kuat pendirian
serta selalu memelihara keseimbangan antara akal dan
emosi.

6
A. Hasyimi, Dustur Dakwah Menurut al-Quran, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1984), h. 194

Ilmu Dakwah | 36
b. Senang memberi pertolongan kepada orang dan
bersedia berkorban, mengorbankan waktu tenaga,
pikirn dan harta serta kepentingan yang lain.
c. Cinta dan memiliki semangat yang tinggi dalam
mencapai tujuan
d. Menyediakan diri untuk berkorban dan bekerja terus
menerus serta teratur dan berkesinambungan7

Setelah kita, membicarakan sifat-sifat dan syarat-


syarat ideal bagi juru dakwah, maka muncul pertanyaan
apakah ada juru dakwah yang memiliki sifat-sifat tersebut?
Tentu saja jawabannya adalah tidak, karena sifat-sifat ideal
teserbut hanya dimiliki Nabi dan Rasul. Akan tetapi, sifat-
sifat diatas seharusnya diusahakan secara maksimal untuk
dimiliki oleh juru dakwah, tidak lain agar risalah yang
disampaikan berbekas dan berpengaruh dalam kehidupan
sosial.

Jelasnya, da’i adalah suri tauladan bagi masyarakat


objek dakwah. Karena sebagai panutan, maka sudah

7
Abu A’la al-Maududi, Tadzjiratud Du’atil (Bebrapa Petunjuk
untuk Juru Dakwah), terj Aswadi Syukur, (Bandung: al-Maarif, 1984), h.
36-54

Ilmu Dakwah | 37
selayaknya figur seorang da’i adalah figur yang dicontoh
dalam segala aspek kehidupan manusia.

Agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan tujuan


tercapai dengan efektif dan efisien, maka juru dakwah harus
mempunyai kemampuan dibidang yang beraitan dengan
tugasnya. Karena, semakin profesional maka semakin
meningkat pula keberhasilan dakwahnya. Da’i akan berhasil
dalam tugas dakwah jika dibekali dengan kemampuan-
kemampuan yang berkaitan denganya. Kopetensi-kopetensi
yang harus dimiliki da’i antara lain adalah.8

1. Kemampuan berkomunikasi
Dakwah adalah suatu kegiatan yang melibatkan orrang
lebih dari satu, yang berarti ada proses komunikasi. Proses
bagaimana agar pesan dari (komunikator) dapat sampai
pada komunikan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh
da’i sebagai komunikator.
2. Kemampuan penguasaan diri
Seorang da’i ibarat seorang pemandu yang bertugas
mengarahkan dan membimbing kliennya untuk mengenal
dan mengetahui serta memahami objek-objek yang belum
diketahui dan perlu diketahui. Tanpa diarahkan dan
8
Syamsul Munir, op. cit., h. 79-86

Ilmu Dakwah | 38
dibimbing, klien akan tersesat tanpa arah dan tujuan yang
jelas dan tidak jarang justru tujuan yang telah ditentukan
sebelumnya tidak tercapai. Untuk itu, sebagai pemandu
sudah semestinya bersikap bijak, sabar, dan penuh
kedewasaan.
3. Kemampuan pengetahuan psikologi
Pengetahuan psikologi perlu dipahami oleh seorang da’i
terutama psikologi kepribadian yang membicarakan mode
dan sifat-sifat pribadi seorang psikologi perkembangan
yang membicarakan sesorang. Psikologi sosial yang
membicarakan karakter dan model kejiwaan manusia
sebagai warga masyarakat.
4. Kemampuan pengetahuan pendidikan
Potensi-potensi pada manusia yang perlu dikembangkan
meliputi, kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan
psikomotorik (keterampilan). Da’i adalah sebagai pendidik
yang berusaha meningkatkan dan mengembangkan
kedewasaan anggota masyarakat, sehingga mereka
menjadi manusia-manusia yang bertanggung jawab baik
pada dirinya sebagai hamba Allah maupun pada orang lain
sebagai sesama anggota msyarakat. Sebagai pendidik
sudah semestinya da’i harus mengerti dan memahami

Ilmu Dakwah | 39
ilmu-iilmu yang berkaitan dengan pendidikan, baik dalam
bidak tekniknya, metodenya ataupun strateginya, sehingga
akan mudah dicapai tujuan dakwah.
5. Kemampuan pengetahuan di bidang pengetahuan umum
Da’i yang hidup pada masyarakat sekarang ini harus dapat
mengimbanginya dengan informasi-informasi yang up to
date, agar keberadaannya ditengah masyarakat tidak
disepelekan. Ia harus memperkaya diri dengan berbagai
pengetahuan. Jangan sampai, pada era pembangunan
sekarang ini, da’i memiliki wawasan yang statis dan
menutup diri akan informasi-informasi yang baru. Seorang
da’i harus menyampaikan informasi tentang sesuatu lebih
awal ketimbang orang lain.
6. Keampuan dibidang al-Qur’an
Menguasai kitab suci al-Qur’an adalah keharusan yang
tidak bisa ditawar-tawar bagi seorang da’i. Penguasaan
tehadap al-Qur’an, baik dalam teknik membacanya
maupun penguasaan dalam memahami dan
menginterprestasikan ayat-ayat al-Qur’an.

7. Kemampuan di bidang ilmu hadits

Ilmu Dakwah | 40
Dengan adanya berbagai macam persoalan dengan ilmu
hadits, maka da’i harus mempunyai kemampuan dibidang
hadits agar ia tidak terkungkung dan terperosok dengan
hadits-hadits mardud.
8. Kemampuan di bidang ilmu agama secara integral.
Seorang da’i harus melengkapi dirinya dengan
seperangkat ilmu-imu agama dan secara terus menerus
berusaha meningkatkannya. Ilmu-ilmu tersebut meliputi
bahasa Arab, ilmu fiqh (ilmu syariat Islam), ilmu tauhid
(ilmu keimanan), ilmu akhlak (budi pekerti), ilmu tarikh
(sejarah), ilmu tasawuf dan ilmu-ilmu lainnya secara
integral.
Yang jelas, kepribadian seorang da’i haruslah baik.
Watak dan sikapnya menyenangkan, prilakunya baik dan bisa
dijadikan contoh, perkataannya selalu benar sedangkan sifat-
sifatnya mulia dan terpuji, akhlaknya juga baik yang
kesemuanya itu tercermin di dalam kepribadian Rasulullah
SAW.
Kewajiban da’i bukan cuma berpidato dan melayani
undangan pengajian saja, setelah itu selesai. Namun, seorang
da’i mempunyai kewajiban yang sangat penting, antara lain:9
9
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, (Surabaya
:al-Ikhlas, 1993), h. 114-115

Ilmu Dakwah | 41
1. Dia sebagai pemimpin
Sebagai seorang pemimpin, bukan Cuma sekedar
menyuruh dan menganjurkan orang lain saja. Tetapi,
keteladanaan memegang peranan penting dalam
kepemimpinan. Sehingga, seorang pemimpin harus ing
ngarso ung telado, ing madya mangun karso, tut wuri
handayani (dimuka memberi contoh, ditengah dia berbuat
dan dibelakang dia mengendalikan/megawasi).
Keteladanan merupakan salah satu faktor keberhasilan
da’i. Seorang pemimpin akan mendahulukan kepentingan
orang lain dari pada kepentingan dirinya sendiri, tanpa
merugikan kepentingan dirinya sendiri.
2. Da’i sebagai mujahid
Seorang pejuang mempunya ukuran nilai tersendiri
terhadap apa yang diperbuatnya. Sebagai pejuang dia
sanggup menggalang umat, menggerakkan mereka untuk
kepentingan dakwah, ketaqwaan dan untuk kepentingan
sesamanya. Kemudian memberikan perlindungan serta
penganyoman kepada mereka dan menyalurkan
aspirasinya. Seorang mujahid selalu berjiwa besar dan
membesarkan jiwa orang lain, tidak besar kepala dan
sombog dalam keberhasilannya dan tidak merasa hina

Ilmu Dakwah | 42
dalam kegagalannya. Kesemuanya itu dilakukan hanya
semata-mata karena Alalh dan mencari Ridha Allah.
3. Dia sebagai objek
Seorang da’i hendaknya selalu menyadari bahwa apa yang
diberikan kepada orang lain, pada hakikatnya bukan untuk
orang lain saja, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Disinilah
tanggung jawab moril seoang da’i, disamping dia sebagai
subjek juga sebagai objek dakwah.
4. Dia sebagai pembawa misi
Seorang da’i perlu menyadari, bahwa amanah Allah selalu
berada diatas pundaknya, dimanapun dia berada. Amanah
haruslah dijaga yang sebaik baiknya dan harus
disampaikan kepada yang berhak menerimanya, karena
amanah itu akan diminta pertanggung jawabannya oleh
Allah SWT. Sebagai pembawa misi seorang da’i selalu
berdiri tegak dengan kepribadiannya yang utuh, dengan
ilmunya yang luas dengan langkah yang pasti, penuh
tanggung jawab dan bijak.
5. Da’i sebagai pembangun
Seorang da’i hendaklah selalu melaksanakan Amar maruf
nahi munkar (menyuruh yang positif dan mencegah yang
destruktif). Jadi, bukan hanya sekedar membina yang baik

Ilmu Dakwah | 43
saja, sedangkan yang tidak di biarkan tumbuh dan
berkembang, dan bukan hanya mencegah atau
membendung yang tidak baik sedangkan yang baik dibina.
Kedua-duanya harus bersama-sama dilakukan demi
kelestarian pembangunan itu sendiri.
Untuk melihat lebih jelas lagi tentang sifat
kepribadian yang harus dimiliki oleh da’i, maka keteladanan
Rasulullah sebagai Nabi yang menyampaikan ajaran-ajaran
Allah, telah dibekali dengan berbagai sifat wajib bagi dirinya
yaitu:
1. Shiddiq : Benar
2. Amanat : Terpercaya
3. Tabligh : Menyampaikan secara utuh
4. Fatonah : Cendik cendikia.

B. Madu (Penerima Dakwah)

Yang dimaksud dengan madu adalah manusia yang


dijadikan sasaran dakwah atau manusia penerima dakwah,
baik sebagai individu maupun sebagai kelompok, baik
manusia yang beragama Islam maupun tidak, atau dengan

Ilmu Dakwah | 44
kata lain manusia secara keseluruhan sesuai dengan firman
Allah Q.S. Saba’ : 28
       
    
Artinya: Dan kami tidak mengutus kamu, melainkan
kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita
gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan
manusia tiada Mengetahui (Q.S. Aba’ : 28).
Menurut Arifin dalam buku psikologi dakwah, mad’u
dibagi menjadi beberapa golongan sebagai berikut:
1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan,
perkotaan, kota kecil serta masyarakat di daerah marjinal
dari kota besar.
2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan periyayi,
abangan, dan santri, terutama pada masyarakat Jawa.
3. Dari segi tingkat usia, ada golongan anak-anak remaja,
dan golongan orang tua.
4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang,
seniman, buruh, dan pegawai negeri.
5. Dari segi tingkat sosial ekonomis, ada golongan kaya,
menengah dan miskin.
6. Dari segi jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita.

Ilmu Dakwah | 45
7. Dari segi khusus ada masyarakat tunasisula, tunawisma,
tunakarya, narapidana dan sebagiannya.10

Objek dakwah ditinjau dari beberapa segi menurut


Hafi Ansyari dalam buku pemahaman dan pengalaman
dakwah :11

1. Objek ditinjau dari segi jumlahnya dapat dibagi


a. Individu/perorangan
b. Kelompok, dimana sasarannya adalah orang banyak
dan ini bisa dalam jumlah sedikit (terbatas) atau
umum (tidak terbatas).
c. Terbatas, misalnya pengajian dalam kelompok-
kelompok tertentu atau disebut pembinaan mental
atau santapan rohani.
d. Tak terbatas, misalnya pengajian umum, tebligh
akbar, dan sebagiannya.
2. Objek ditinjau dari segi profesinya:
1. Sebagai petani / nelayan
2. Sebagai pedagang
3. Sebagai buruh

10
Arifin, Psikologi Dakwah (Jakarta : Bulan Bintang, 1977), h. 13-
14
11
Hafi Anshari, op., cit., h. 119-121

Ilmu Dakwah | 46
4. Sebagai ABRI
5. Sebagai pegawai negeri
6. Sebagai pekerja wisata
7. Sebagai pendidik
8. Campuran.
3. Objek ditinjau dari segi pendidikannya
a. Tidak berpendidikan
b. Berpendidikan sekolah dasar
c. Berpendidikan lanjutan menengah/atas
d. Berpendidikan tinggi
e. Campuran
4. Objek ditinjau dari segi tingkatan umur
a. Kalangan anak-anak
b. Kalangan pemuda/i atau remaja
c. Kalangan dewasa
d. Kalangan tua
e. Campuran
5. Objek ditinjau dari segi jenis kelamin
a. Orang wanita
b. Orang laki-laki
c. Campuran
6. Objek ditinjau dari lingkungannya

Ilmu Dakwah | 47
a. Objek lingkungan rumah tangga
b. Lingkungan sekolah
c. Lingkungan masyrakat
7. Objek ditinjau dari segi tingkatan sosial ekonominya :
a. Tingkat ekonomi rendah
b. Tingkat ekonomi cukup
c. Tingkat eknomi tinggi
d. Campuran
8. Objek ditinjau dari segi macam keagamaannya
a. Terdiri dari orang-orang muslim
b. Terdiri dari orang-orang non muslim
c. Campuran
9. Objek di tinjau dari tingkat agamanya:
a. Muslim sekedar nama
b. Muslim yang tidak aktif
c. Muslim yang aktif
d. Campuran
10. Objek ditinjau dari daerah pemukimannya:
a. Daerah pesisir
b. Daerah pedalaman, pegunungan, daerah transmigran
c. Daerah perkotaan

Ilmu Dakwah | 48
Sedangkan Muhammad Abduh membagi mad’u
menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Golongan cendik cendikiawan yang cinta kebenaran, dan


dapat berfikir secara kritis, cepat menangkap persoalan.
2. Golongan awam, yaitu kebanyakan orang yang tidak dapat
berfikir secara kritis dan mendalam, serta sulit menangkap
pengertian-pengertian yang tinggi.
3. Golongan yang berbeda dengan golongan diatas, mereka
senang membahas sesuatu tetapi hanya dalam batas
tertentu, tidak sanggup mendalam benar.12

Mad’u juga bisa dilihat dari derajat pemikirannya yaitu:

1. Umat yang berfikir kritis, yaitu orang-orang yang


berpendidikan yang selalu berfikir mendalam sebelum
menerima sesuatu yang dikemukakan padanya.
2. Umat yang mudah dipengaruhi , yaitu masyarakat yang
mudah dipengaruhi oleh paham baru (suggemistible) tanpa
menimbang-nimbang secara mantap apa yang
dikemukakan kepadanya.

12
M. Natsir, Figud Dakwah, (Jakarta: Dewan Islamiyah Indonesia,
H), h. 162

Ilmu Dakwah | 49
3. Umat yang taklid, yaitu golongan yang fanatik, buta,
berpegang pada tradisi dan kebiasaan turun temurun tampa
menyelidiki salah atau benarnya.13
Kemungkinan-kemungkinan yang timbul dari madu
pada saat berlangsungnya proses dakwah, dapat dibagi
kepada 2 macam kemungkinan yaitu:
1. Kemungkinan yang positif, antara lain:
a. Mereka ingin menjadi muslim yang baik
b. Mereka yang ingin meningkatkan pengetahuan dan
pengalamannya.
c. Mereka mendengar untuk mengambil hikmah
d. Mereka ingin mengadakan perbandingan.
2. Kemungkinan yang negatif, antara lain:
a. Ingin memperkuat atau mempertahankan ketidak
muslimannya.
b. Ingin mencoba da’i yang bersangkutan.
c. Ingin membantah atau memberi sanggahan.
d. Mendengarkan dengan terpaksa.14

Oleh karena itu, da’i akan memperkecil adanya


kemungkinan-kemungkinan dampak negatif yang datang dari

13
Hamzah Yaqub, op., cit., h. 33
14
Hafi Anshari, op cit, h. 121

Ilmu Dakwah | 50
madu, memperkecil resiko dan kemudian akan dapat
dicarikan jalan keluarnya yang proposional. Seorang da’i
yang menghadapi hambatan-hambatan dan kemungkinan-
kemungkinan yang negatif tidaklah cepat putus asa, tetapi
akan dihadapi dengan tabah dan sabar, kemudian akan
melanjutkan usahanya untuk mendapatkan yang lebih baik
dan positif.

Telah menjadi amanah Allah untuk menyampaikan


ajaran agama kesemua manusia, tetapi bukanlah kewajiban
bagi da’i untuk memaksanya supaya menjadi muslim. Agama
hendaklah diterima dengan penuh kesadaran dan tidak ada
yang melarang apabila seseorang itu telah menjadi sadar
untuk kemudian menjadi seorang muslim.

Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah : 256 :

           


      
        

Artinya : Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama


(Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar
daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang
ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka
Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang
amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha
mendengar lagi Maha Mengetahui.

Ilmu Dakwah | 51
Untuk itu diperlukan aktivitas dakwah yang harus
terlebih dahulu mengetahui problematika yang dihadapi
mad’u:

1. Aktifitas dakwah harus mengetahui adat dan tradisi mad.u.


2. Aktiffitas dakwah harus mampu menyesuaian materi
dakwah dengan masalah kontemporer yang dapat
mempengaruhi pola hidup masyarakat.
3. Aktifitas dakwah harus meninggalkan materi yang bersifat
emosional dan penanaman fanatisme golongan.
4. Aktifitas dakwah harus mengabaikan budaya golongan.
5. Aktivitas dakwah harus mampu menghayati ajaran Islam
dengan seluruh pesannya dengan cara mendalam dan
cerdas serta menguasai masalah-masalah yang
berkembang dalam masyarakat, agar antara ajaran agama
normatif, ideal, dan masalah-masalah empriris yang aktual
dapat dikaitkan.
6. Aktifitas dakwah harus menyesuaikan tingkah lakunya
dengan materi dakwah yang disampaikannya, karena ia
merupakan penuntun bagi penerima dakwah.15

15
M. Ali Aziz, op., cit., h. 108-109.

Ilmu Dakwah | 52
C. Materi Dakwah (Maddah Dakwah)

Maddah dakwah adalah pesan-pesan dakwah Islam


atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek da’i
kepada mad’u, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di
dalam kitabullah maupun sunnah Rasul-Nya.16 Dalam
literatur bahasa arab, pesan dakwah disebut maudlu’ al-
da’wah. Istilah ini lebih tepat dibandingkan dengan istilah
materi dakwah yang diterjemahkan dalam bahasa Arab.
Maddah al-dakwah sebutan yang terakhir ini bisa
menimbulkan masalah pemahaman sebagai logistik dakwah.
Istilah pesan dakwah dipandang lebih tepat untuk
menjelaskan isi dakwah, berupa kata, gambar, lukisan dan
sebagainya yang diharapkan dapat memberikan pemahaman
bahkan perubahan sikap dan prilaku mad’u. Jika dakwah
melalui tulisan umpamanya, maka yang ditulis itulah pesan
dakwah. Jika dakwah melalui lisan, maka yang diucapkan
pembicara itu pesan dakwah. Jika melalui tindakan, maka
perbuatan baik yang dilakukan itu pesan dakwah.17

Ajaran Islam yang dijadikan maddah dakwah pada


garis besarnya dapat dikelompokkan:

16
Hafi Anshari, op., cit., h. 142
17
Moh. Ali Azis, op., cit, h. 218

Ilmu Dakwah | 53
1. Akidah, yang meliputi:
Iman kepada Allah, iman kepada Malaikat-Nya, iman
kepada Kitab-Nya, Iman kepada Rasul-Nya, Iman kepada
Hari akhir, dan Iman kepada Qadha-qadhar.
2. Syari’ah
a. Ibadah (dalam arti khas), meliputi; Thaharah, Shalat,
Zakat, Puasa, dan Haji.
b. Syari’ah (dalam arti luas), meliputi:
1) Al-Qununul Khas (hukum perdata)
- Mamalah (Hukum Niaga)
- Munakahat (Hukum Nikah)
- Waratsah (Hukum Waris)
- Dan lain sebagiannya
2) Al-Qanunul ‘am (Hukum Publik)
- Hinayah (Hukum Pidana)
- Khilafah (Hukum Negara)
- Jihaf (Hukum Perang dan Damai)
- Dan Lain-lain.
c. Akhlak, yang meliputi:
1) Akhlak terhadap Khaliq
2) Akhlak terhadap makhluk, yang meliputi:
a) Akhlak terhadap manusia

Ilmu Dakwah | 54
- diri sendiri
- tetangga
- masyarakat lainnya
b) Akhlak terhadap bukan manusia
- flora
- fauna
- dan lain sebagiannya18

Namun secara garis besar materi dakwah tersebut di


atas dapat diklasifikasikan menjadi:19

1. Masalah Keimanan (akidah)


Masalah pokok yang menjadi materi dakwah adalah
akidah (Islamiyah), akidah (‘akidah) secara harfiah berarti
“sesuatu yang terbuhul atau tersimpul secara erat atau kuat”.
Wacana tersebut lalu dipakai dalam agama Islam, yang
mengandung pengertia “pandangan pemahaman, atau ide
(tentang realitas) yang diyakini kebenarannya oleh hati”.
Yakni diyakini kesesuaiannya dengan realitas itu sendiri.
Apabila suatu pandangan, pemahaman, atau ide diyakini
kebenarannya oleh hati seseorang, maka berarti pandangan

18
Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta : Rajawali,
1996), h. 71
19
Muhammad Ali Azis, op., cit., h. 109-119

Ilmu Dakwah | 55
paham, atau ide itu terkait didalam hatinya. Dengan
demikian, hal itu disebut sebagai akidah bagi pribadinya.
Hubungan yang diyakini oleh hati seseorang dan apa yang
diperbuatnya (amalnya). Kualitas akidah menjadi sebab dan
amal perbuatan menjadi akibat.20
Oleh karena itu, akidah mengikat kalbu manusia dan
menguasai batinnya. Dari akidah inilah yang akan
membentuk moral (akhlak) manusia. Maka, yang pertama
kali dijadikan materi dalam dakwah Islam adalah akidah atau
keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lahir keteguhan
dan pengorbanan yang selalu menyertai setiap langkah
dakwah.
Akidah yang menjadi ciri utama materi dakwah
mempunyai ciri-ciri yang membedakan kepercayaan dengan
agama lain, yaitu:
1. Keterbukaan melalui persaksian (syahadat). Dengan
demikian, seorang muslim selalu jelas identtasnya dan
bersedia mengakui identitas keagamaan orang lain.
2. Cakrawala pandangan yang luas dengan memperkenalkan
bahwa Allah Tuhan seluruh alam, bukan Tuhan Kelompok

20
Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, (Jakarta: PT. Ikhtiar Baru Van
Hoeve, 2002), h. 9-11

Ilmu Dakwah | 56
atau bangsa tertentu. Dan, soal kemanusiaan juga
diperkenalkan tentang kesatuan asal-usul manusia.21
3. Kejelasan dan kesederhanaan di artikan bahwa seluruh
ajaran akidah baik soal ketuhanan, kerosulan, ataupun
alam gaib sangat mudah untuk dipahami.
4. Ketahanan antara iman dan Islam atau antara iman dan
amal perbuatan. Dalam ibadah-ibadah pokok yang
merupakan manifistasi dari iman dipadukan dengan segi-
segi pengembangan diri dan kepribadian seseorang dengan
kemaslahatan masyarakat yang menuju pada
kesejahteraannya. Karena akidah memiliki keterlibatan
dengan soal-soal kemasyarakatan.

2. Masalah syari’ah

Syariat Allah yang ditunjukan untuk umat mansia itu


pada dasarnya satu dan risalah yang ditunjukan untuk para
Nabi bersifat kekal dan abadi. Pangkalnya dimulai sejak nabi
Adam, sedangkan cabang-cabangnya berakhir sampai
manusia teakhir, yaitu hingga terjadinya hari kiamat. Nabi
Muhammad sebagai khatam al-ambiya wa al-mursalin
(penutup para nabi dan rasul). Sesungguhnya, risalah Nabi
21
Q.S. An. Nisa : 1 dan al yurat:13

Ilmu Dakwah | 57
Muhammad eksis dan sesuai hingga zaman sekarang ini dan
sampai hari kiamat. Karenanya, Allah telah memberi syariat
kepada manusia berupa agama yang esensinya satu, yaitu
“Islam” dan tidak akan berubah dengan bergantinya Nabi,
serta tidak akan berubah dengan berubahnya masa. Prinsip
dasar atau yang paling utama adalah menebarkan nilai
keadilan diantara manusia, membuat sistem hubungan yang
baik antara kepentingan individual dan sosial, mendidik hati
agar mau menerima sebuah undang-undang atau hukum yang
harus ditaati.
Agar tujuan tersebut bisa tercapai, maka ada syarat-
syarat tertentu yang harus dipenuhi dalam syariat. Pertama,
isi ketentuan tuhan harus diketahui, atau setidaknya dapat
diketahui. Kedua, manusia harus mampu bertindak,
mengaktualisasikan ketentuan Allah dalam ruang dan waktu,
alam atau ciptaan, harus dapat dibentuk, yaitu dapat diubah
melalui perbuatan manusia menjadi seperti dikehendaki.
Ketiga, harus ada penilaian, sehingga tindakan tidak sia-sia.
Namun, mambawa konsekuensi yang penting. Keempat,
perhitungan tentang pelaksanaan ketentuan Allah oleh
manusia harus dilakukaan berdasarkan neraca keadilan.

Ilmu Dakwah | 58
Karena Islam mengembangkan hukum lengkap
(komprehensif) yang meliputi segenap kehidupan manusia.
Kelengkapan ini mengalir dari konsepsi Islam tentang
kehidupan manusia yang diciptakan untuk memenuhi
ketentuan yang membentuk kehendak ilahi. Dan, materi
dakwah yang menyajikan unsur syari’at harus dapat
mengambarkan atau memberikan informasi yang jelas dalam
bidak hukum yang bisa wajib, mubbah (dibolehkan),
dianjurkan (mandub), makruh (dianjurkan supaya tidak
dilakukan), dan haram (dilarang).

3. Masalah Mu’amalah

Muam’alah jauh lebih luas daripada ibadah dengan


alasan:
a. Dalam al-Qur’an atau kitab-kitab hadits, proporsi terbesar
sumber hukum itu menekan pada urusan mu’amalah.
b. Adanya sebuah realita bahwa jika urusan ibadah
bersamaan waktunya dengan urusan mu’amalah yang
penting maka ibadah boleh diperpendek atau ditangguhkan
(bukan ditinggalkan).
c. Ibadah yang mengandung segi kemasyarakatan diberi
ganjaran lebih besar daripada ibadah yang bersifat

Ilmu Dakwah | 59
perorangan. Karena itu, sholat berjamaah lebih tinggi
nilainnya daripada sholat munfarid (sendirian).
d. Bila urusan ibadah dilakukan tidak sempurna atau batal,
karena melanggar aturan tertentu akan menanggung
kifaratnya (tembusannya) ialah melakukan sesuatu yang
berhubungan dengan mu’amalah. Sebaiknya, apabila
orang yang tidak baik dalam urusan muamalah, maka
urusan ibadah tidak dapat menutupinya.
e. Melakukan perbuatan baik dalam bidang kemasyarakatan
mendapatkan ganjaran lebih besar daripada ibadah sunnah,
sebagaimana yang tertera dalam hadits-hadits berikut :
1) Orang-orang yang bekerja untuk menyantuni janda dan
orang-orang miskin, adalah seperti pejuang dijalan
Allah, (atau aku kata beliau berkata) dan seperti rang
yang terus menerus sholat malam dan terus menerus
berpuasa.
2) Maukah kamu aku beritahukan derajad apa yang lebih
utama dari pada sholat, puasa dan shadaqah (sahabat
menjawab, tentu) yaitu mendamaikan kedua belah
pihak yang bertengkar.

Ilmu Dakwah | 60
3) Mencari ilmu, satu saat akan lebih baik daripada
sembahyang satu malam, dan mencari ilmu satu hari
adalah lebih baik dari pada puasa tiga bulan.
4) Barang siapa bangun dipagi hari dan berniat menolong
orang-orang yang teraniyaya dan memenuhi keperluan
orang Islam, baginya ganjaran seperti haji mabrur.
Hamba yang paling dicintai Allah adalah yang paling
bermanfaat bagi manusia, dan amal yang paling utama
ialah memasukkan rasa bahagia pada hati orang-orang
yang beriman menutup rasa lapar, membebaskan dari
kesulitan, atau membayarkan utang.

Dari hadits-hadits tersebut dapat dianalisa bahwa


ibadah sosial seperti menyantuni kaum dhuafa
mendamaikan pihak yang bertengkar, berfikir dan
mencari ilmu, meringankan penderitaan orang lain
adalah lebih besar ganjarannya daripada ibadah-ibadah
sunnah.

4. Masalah akhlak

Ilmu Dakwah | 61
Kata akhlak, secara etimologi berasal dari kata bahasa
arab, jama’ dari khuluqun yang diartikan sebagai budi
pekerti, perangai, dan tingkah laku tabiat. Kalimat-kalimat
tersebut memiliki segi-segi persesuaian dengan perkataan
“khaqun” yang berarti kejadian, serta erat hubungannya
dengan khalik yang berarti pencipta, dan “makhluq” yang
berarti yang diciptakan. Adapun pengertian sepanjang
terminologi yang dikemukakan ulama akhlaq antara lain
sebagai berikut:
a. Akhlak adalah suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan
buruk menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia kepada yang lainnya. Menyatakan tujuan yang
harus dituju oleh manusia dalam perbuatan mereka yang
menujukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat.
b. Ibnu Maskawih dalam kitabnya
Tanzib al akhlaq, akhlak diartikan sebagai keadaan jiwa
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
perbuatan tanpa memerlukan pemikiran
c. Al-Ghozali meneybutkan akhlaq diartikan sebagai suatu
sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk

Ilmu Dakwah | 62
melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan
sebuah pemikiran.

Materi akhlak sangat luas sekali, tidak saja bersifat


lahiriyah tetapi juga sangat melibatkan pikiran. Akhlak dunia
(agama) mencakup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
kepada Allah, hingga kepada sesama makhluk, meliputi:

a. Akhlak kepada Allah, akhlak ini bertolak pada pengakuan


dan kesadaran bahwa tiada tuhan selain Allah.
b. Akhlak terhadap sesama manusia.
c. Akhlak terhadap lingkungan, lingkungan di sini adalah
segala sesuatu yang berada di sekitar manusia baik
binatang, tumbuh-tumbuhan maupun benda-benda yang
bernyawa.

Sedangakn Ali Yafie menyebutkan lima pokok materi


dakwah yaitu :

a. Masalah kehidupan
Alhayat (kehidupan) yang dianugrahkan Allah kepada
manusia merupakan modal dasar yang harus dipergunakan
secermat mungkin. Dakwah memperkenalkan dua jenis
kehidupan, yaitu kehidupan dibumi yang sangat terbatas

Ilmu Dakwah | 63
dengan ruang dan waktu (al-hayatuddunnya) dan
kehidupan akhirat yang terbatas, kekal, dan abadi sifatnya.

b. Masalah manusia

Bahwa manusia adalah makhluk “muhtarom” yang


hidupnya harus dilindungi secara penuh. Kemuliaan pada
manusia (al-karamatul tusiniah) menempatkan manusia
dalam suatu status.
1) Ma’shum, yakni mempunyai hak hidup, hak memiliki,
hak berketurunan, hak berfikir, dan hak menganut
keyakinan yang imani.
2) Mukhallaf yakni diberi kehormatan untuk
mengembangkan takhilf atau penegasan Allah yang
mencakup:
- Pengenalan yang benar dan pengabdian yang tulus
kepada Allah.
- Pemeliharaan dan pengembangan diri dalam prilaku
dan perangai yang lulur.
- Memelihara hubungan yang baik, yang damai dan
rukun dengan lingkungannya.

Ilmu Dakwah | 64
c. Masalah harta benda

Masalah benda yang merupakan perlambangan


kehidupan Q.S. khahfi: 46, tidak dibenci dan hasrat untuk
memilikinya tidak dimatikan atau dibekukan. Akan tetapi, ia
hanya di jinakkan dengan ajaran qona’ah dan dengan ajaran
cinta dengan sesama, serta kemasyarakatan yaitu ajaran infaq
(pengeluaran dan pendaatan) harta benda bagi kemaslahatan
diri dan msyarakat.

d. Masalah ilmu pengetahuan

Dakwah menerangkan tentang pentingnya ilmu


pengetahuan, sebab ilmu adalah hak semua manusia Islam
menetapkan tiga jalur ilmu pengetahuan:
1) Mengenal tulisan dan membaca.
2) Penalaran dalam penelitian atau rahasia-rahasia alam.
3) Penggambaran di bumi seperti study tour dan expedisi
ilmiah.

e. Maslah akidah

Keempat masalah pokok yang menjadi materi dakwah


diatas, harus berpangkal pada akidah Islamiyah. Akidah
mengikat kalbu manusia dan menguasai batinnya. Akidah

Ilmu Dakwah | 65
inilah yang membentuk moral manusia. Oleh karena itu,
pertama kali yang menjadikan materi dakwah Rasulluh
adalah akidah/keimanan. Dengan iman yang kukuh akan lihir
pada setiap keteguhan dan pengorbanan yang akan selalu
menyertai setiap langkah dakwah.

D. Media Dakwah

Media dakwah merupakan unsur tambahan dalam


kegiatan dakwah. Maksudnya, kegiatan dakwah dapat
berlangsung, meski tanpa media. Dengan perkembangan arus
informasi dan teknologi, dalam kegiatan dakwah perlu
memanfaatkan alat-alat teknologi sebagai media penyampai
informasi pesan-pesan dakwah kepada mad’u. Aktifitas
dakwah saat ini tidak cukup dengan media-media tradisional,
seperti ceramah-ceramah atau pengajian-pengajian yang
hanya menggunakan media komunikasi oral atau komunikasi
tutur. Penggunaan media-media komunikasi modern sesuai
dengan taraf perkembangan daya fikir manusia harus
dimanfaatkan sedemikian rupa, agar dakwah Islam lebih
mengena sasaran dan tidak out of date.

Ilmu Dakwah | 66
Kata media, berasal dari bahasa latin media, yang
merupakan bentuk jamak dari medium. Secara etimologi yang
berarti alat perantaraan. Yang dimaksud dengan media
dakwah, dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Asmuni Syukir, media dakwah adalah segala sesuatu yang


dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan
dakwah yang telah ditentukan22
2. Hamzah Yaqub, media dakwah ialah alat objektif yang
menjadi saluran yang menghubungkan ide dengan umat.23
3. A. Hashmy, media dakwah sama dengan sarana dakwah
dan menyamakan alat dakwah dengan medan dakwah.24
4. Syukriadi Sambas, media dakwah adalah instrumen yang
dilalui oleh pesan atau saluran pesan yang
menghubungkan antara da’i dan mad’u.25
5. Wardi Bactiar, media dakwah adalah peralatan yang
digunakan untuk menyampaikan materi dakwah.

Media dakwah (wasilah dakwah) dapat dibagi 3 jenis,


yaitu:
22
Ibid, h. 163
23
Hamzah Yaqub, op., cit., h.47
24
A. Hasjmy, op., cit., h. 269
25
Syukriadi Sambas, Perkembangan Pemikiran Dakwah Aep
Kusnawan (ed), Ilmu Dawkah (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.
33

Ilmu Dakwah | 67
1. Spoken words, yaitu media dakwah yang berbentuk
ucapan atau bunyi yang dapat ditangkap dengan indera
telinga seperti radio, telepon, dan sebagainnya.
2. Printed writing, yaitu media dakwah yang berbentuk
tulisan, gambar, lukisan dan sebagainnya yang dapat
ditangkap dengan indera mata.
3. Audio visual, yaitu media dakwah yang berbentuk gambar
hidup yang dapat didengar sekaligus dapat dilihat seperti
televisi, film, radio, vidio, dan sebagainnya26

Disamping penggolongan media dakwah diatas,


media dakwah dari segi sifatnya juga dapat dibagi menjai dua
golongan, yaitu:

1. Media tradisional, yaitu berbagai macam seni pertunjukan


yang tradisional dipentaskan di depan umum (khalayak),
terutama sebagai sarana hiburan yang memiliki sifat
komunikatif, seperti ludruk, wayang, drama, dan
sebagainnya.
2. Media modern, yang diistilahkan juga dengan media
elektronika yaitu media yang dilahirkan dari teknologi

26
Muh. Ali Aziz, op., cit., h. 149

Ilmu Dakwah | 68
yang termasuk media modern itu antara lain, televisi,
radio, pers dan sebagainya.27

Dalam abad informasi sekarang ini, dakwah tidak bisa


tidak harus semaksimal mungkin menggunakan media masa
modern seperti: Radio, TV, Film, Pers, Internet dan
sebagiannya. Tidak ada yang dapat membantah kemampuan
media masa ini dalam penyebaran suatu agama. Media massa
yang mutlak harus dipergunkan dalam pelaksnaaan dakwah
Islam, yang memiliki efektifitas yang tinggi, antara lain:28

1. Pers (surat kabar)


Wasilah dakwah ini amat besar manfaatnya, sebab ia
termasuk dari beberapa media massa pembentuk opini
masyarakat ia hampir bisa disebut sebagai makanan pokok
masyarakat mendambakan informasi dan selalu dapat
mengikuti perkembangan dunia. Dakwah melalui wasilah
ini dapat berbentuk berita-berita Islam, penulisan artikel-
artikel Islam dan sebagiannya.
Efektifitas wasilah ini dikemukakakn oleh Laarfeld Doob
dan Broslon, mengatakan bahwa kelebihan-kelebihan dari
media ini adalah:

27
Ibid., h. 149
28
Muh. Ali Aziz, op., cit., h. 150-156

Ilmu Dakwah | 69
a. The readerd control the exposer
Medium ini memberikan kesempatan untuk memilih
materi-materi yag sesuai dengan kemampuannya dan
kepentingannya. Bahkan pembaca lebih lanjut dapat
membacanya setiap kali dia ingin dan kapan ingin
berhenti membacanya. Juga, dapat membuat resume
jika ia pelu.
b. Exposer may be and often be repeated
Selanjutnya medium yang diwakili oleh pers ini
tidaklah terikat oleh suatu waktu dalam mencapai
khalayaknya. Bahkan, mereka secara bebas dapat
melihat kembali materi yang telah dibacanya untuk
mengingatkannya atau menguatkan ingatannya. Atau,
dengan kata lain pembaca dapat tetap menyegarkan
ingatannya, dan dapat menikmati suatu kepuasan yang
pernah dinikmati sebelumnya. Maka, ia dapat
menimbulkan efek berganda yang bertumpu pada
akumulative effect. Hal ini tidak dapat dijumpai pada
medium-medium yang lain.
c. Treatment may be ruller
Medium yang berbentuk tulisan ini juga dapat
mengembangkan sutau topik yang diinginkan.

Ilmu Dakwah | 70
Maksudnya topik yang ada dapat dikembangkan
melalui medium yang lain, misalnya radio, film dan
televisi.
d. Specialized appearance is possible
Media ini selanjutnya hidup dan berkembang dalam
keadaan yang tidak diikat oleh standar tertentu dalam
hal content keseluruhan dibanding pada medium-
medium yang lainnya. Ia memiliki kelebihan luas dan
kebebasan gaya yang lebih besar dalam memenuhi
selera pembaca. Demikian juga materi yang
bagaimanapun juga keadaannya dapat lebih lancar
disalurkan pada pembaca melalui cetakan,
dibandingkan melalui film.
e. Possible greater prestige
Akhirnya, medium yang dapat ditangkap oleh mata ini,
dapat memiliki prestise yang tinggi, justru karena
dalam pembentukan prestise yang bersifat khusus,
dapat membentuk dengan aplikasi khusus, berdasarkan
kepada kebiasaan pembaca yang didalamnya tercakup
perhatian dan kesengan untuk membaca. Dan, dasar ini
pula maka seseorang akan sangat mudah dipengaruhi
oleh bacaannya.

Ilmu Dakwah | 71
2. Radio
Kelebihan-kelebihan media radio sebagai wasilah dakwah
adalah:
a. Bersifat langsung
Untuk menyampaikan dakwah melalui radio, tidak
harus melalui proses yang kompleks sebagaimana
penyampaian materi dakwah lewat pers, majalah
umpamanya. Dengan mempersiapkan secarik kertas,
da’i dapat secara langsung menyampaikan dakwah di
depan mikrofon.
b. Siaran radio tidak mengenal jarak dan rintangan
Faktor lain yang menyebabkan radio dianggap memiliki
kekuasaan ialah bahwa siaran radio tidak mengenal
jarak dan rintangan selain waktu, ruang pun bagi radio
siaran tidak merupakan masalah, bagaimanapun
jauhnya sasaran yang dituju. Daerah-daerah terpencil
yang sulit dijangkau dakwah dengan media lain dapat
diatasi dengan wasilah radio ini.

c. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat


Faktor lain yang menyebabkan radio memiliki
kekuasaan adalah daya tarik yang kuat yang

Ilmu Dakwah | 72
dimilikinya. Daya tarik ini ialah disebabkan sifatnya
yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada pada,
yakni:
- Musik
- Kata-kata
- Efek suara
d. Biaya yang relatif murah
Dibanyak negara di dunia ketiga, seperti Asia, Afrika,
dan amerika latin, radio umumnya telah menjadi media
utama yang dimiliki setiap penduduk, baik yang kaya
maupun yang miskin. Bedanya, kecanggihan dari radio
itu sendiri.
e. Mampu menjangkau tempat-tempat terpencil
Di bebrapa negara, radio bahkan merupakan satu-
satunya alat komunikasi yang efektif untuk
menghubungi tempat-tempat terpencil.
f. Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis
Disamping keuntungan-keuntungan di atas radio juga
memiliki keuntungan lain. Siaran radio tidak terhambat
oleh kemampuan baca dan tulis khalayak. Di beberpa
negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis
populasinya lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut tidak

Ilmu Dakwah | 73
disentuh oleh media massa lain, kecuali bahasa radio
dalam bahasa mereka.29
3. Film
Kalau pers bersifat visual semata dan radio bersifat audio
visual semata, maka film dapat dijadikan media dakwah
dengan kelebihan sebagai audio visual. Keunikan film
sebagai wasilah dakwah ini, antara lain:
a. Secara psikologis, penyuguhan secara hidup dan
tampak yang dapat berlanjut dengan animation
memiliki kecenderungan yang unik dalam keunggulan
daya efektifnya terhadap penonton. Banyak hal yang
abstrack, dan samar-samar dan sulit diterangkan dapat
disuguhkan kepada khalayak lebih baik dan efisien oleh
wasilah ini.
b. Bahwa media film yang menyungguhkan pesan yang
hidup dapat mengurangi keraguan apa yang
disuguhkan, lebih mudah diingat dan mengurangi
kelupaan.
c. Khusus bagi khalayak anak-anak, sementara kalangan
dewasa cenderung menerima secara bulat tanpa lebih

29
Onong Chyana Efendi, Dasar-Dasar Public Relation, (Bandung,
Alumni, 1986), h. 172.

Ilmu Dakwah | 74
banyak mengajukan pertanyaan terhadap seluruh
kenyataan situasi yang disuguhkan oleh film.30
Film yang dapat memengaruhi emosi penonton ini
memang amat mengenaskan seperti film tentang the
massage yang pernah di tayangkan seolah-olah
menghidupkan kembali kenangan sejarah Islam dengan
lebih hidup dan segar, yang wasilah dakwah lainnya
tidak mampu melakukannya.
Di samping itu, dalam perkembangan sekarang
pengajaran shalat dan manasik haji, serta ibadah-ibadah
praksis lainnya akan dapat lebih mudah diajarkan CD
dan video. Sisi kekurangan dakwah melalui media ini
adalah memerlukan biaya yang tidak sedikit.
4. Televisi
Sebagaimana film, media TV ini juga merupakan media
yang bersifat audio-visual, artinya bisa didengar sekaligus
dilihat. Televisi kebanyakan masyarakat Indonesia
dijadikan sarena hiburan dan sumber informasi utama. Di
beberapa daerah terutama di Indonesia masyarakat banyak
menghabiskan waktunya untuk melihat televisi. Kalau
dakwah Islam dapat memanfaatkan media ini dengan
30
Yoyon Mudjiono, Komunikasi Massa, (Surabaya: Fak. Dakwah
IAIN Surabaya, 1990), h. 59

Ilmu Dakwah | 75
efektif, maka secara otomatis jangkauan dakwah akan
lebih luas dan kesan keagamaan yang timbul akan lebih
mendalam.
Sesungguhnya, televisi ini adalah merupakan
penggabungan antara radio dan film, sebab media ini
dapat meneruskan peristiwa dalam bentuk gambar hidup
dengan suara bahkan dengan warna, ketika peristiwa itu
berlangsung. Oleh karen itu, kekurangan dalam film
mengenai aktualitasnya dapat ditutupi.
Pendek kata keunikan-keunikan pada radio dan film,
mengumpulkan seluruhnya dalam televisi. Sebaliknya,
kekurangan-kekurangan pada radio dan film, tidak
dijumpai pada televisi. Kecuali, kelebihan-kelebihan yang
terdapat dalam surat kabar, atau barang cetak lainnya,
tidak dapat jumpai dalam televisi ini.31
Saat ini tidak ada satu detikpun yang lewat tanpa tayangan
televisi, baik nasional dan internasional dengan berbagai
alat-alat komunikasi yang canggih, dan tidak ada satu
wilayahpun yang bisa dikaper dengan media ini. Sampai-
sampai alat ini telah mengubah dunia yang luas ini
menjadi dusun besar. Namun menurut umat Islma
terutama di negara kita belum maksimal untuk
31
Ibid, h. 68

Ilmu Dakwah | 76
memanfaatkan wasilah ini karena terbentur oleh high cost
yang harus diinventariskan.
5. Internet
Internet berasal dari kepanjangan international connection
networking. International berarti global atau seluruh
dunia; connection berarti hubungan komunikasi, dan
networking berarti jaringan. Dengan demikian, internet
adalah suatu sistem jaringan komunikasi yang terselubung
diseluruh dunia.32
Sebuah fenomena di mana saat ini kita memasuki suatu
abad komunikasi canggih dimana manusia modern
dituntut untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan ilmu
teknologi bagi kehidupannya.33 Perkembangan teknologi
komunikasi yang semakin canggih membawa kemajuan
dalam bidang informasi. Saat ini tidak ada lagi pelosok
dunia yang tidak terjangkau dan luput dari kecanggihan
komunikasi. Seluruh bagian dunia menjadi tembus
pandang membuka diri dan siap untuk berubah. Proses
penyampaian hasil teknologi komunikasi canggih
merupakan kejadian atau perubahan besar yang tidak
32
Brosur Internet, Serba Serbi Internet, (Jakarta: Ninet
Komunikasido, 1997), h. 1
33
H. Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta:
Reneka Cipta, 1998), h. 5

Ilmu Dakwah | 77
memberikan kemungkinan kepada semua negara untuk
menolaknya. Dengan kecanggihan teknologi komunikasi
seolah-olah tdak saling terpisah lagi, bagi dunia yang satu
terkait dengan dunia lainnya. Di samping itu,
perkembangan dalam bidang komunikasi telah
memperpendek jarak antar wilayah. Dan salah satu
kecanggihan dinamakan internet.
Dan saat ini perkembangan internet mulai merambah dan
menempatkan posisi yang kuat di deretan media massa
yang lebih dulu ada. Ketika internet mulai dikenal
masyarakat sepuluh tahun yang lalu, sudah dapat
diramalkan bahwa media ini akan menjadi sangat populer
dikemudian hari. Hal itu pun terlihat ketika perangkat-
perangkat komputer baik hardware maupun software terus
berkembang, terus disempurnakan tiap menit di komputer,
sejauh ini pula sambutan masyarakat sangat antusias
dalam pasaran.
Menaggapi hal tersebut, Zaiuddin Sardar menyatakan,
informasi kini dengan cepat menjadi komoditi primer dan
sumber kekuatan. Sementara itu, Farid Gaban
berkomentar, bahwa revolusi informasi, melalui jaringan
arus komunikasi mengalir begitu pesatnya, merobek-robek

Ilmu Dakwah | 78
batas sebuah wilayah negara. Seluruh pengakses internet
yang terdiri dari berbagai bangsa multikultural
berkomunikasi dan bertukar informasi sehingga tidak
adanya sebuah batas negara. Jaringan dunia ini melibatkan
hampir separuh penduduk dunia, di mana kian
berkembangnya pemakaian internet yang ditanda’i dengan
meledaknya pengguna internet.
Seharusnya dengan media inilah, dakwah dapat
memainkan perannya dalam menyebarkan informasi
tentang Islam ke seluruh penjuru, dengan keluasan akses
yang dimilikinya yaitu tanpa adanya batas wilayah, kultur,
dan lainnya. Menyikapi fenomena ini Nurcholish Madjid
mengatakan; pemanfaatan internet memegang peran amat
penting, maka umat Islam tidak perlu menghindari
internet, sebab bila internet tidak dimanfaatkan dengan
baik, maka umat Islam sendiri yang akan rugi. Karena,
selain bermanfaat untuk dakwah, internet juga
menyediakan informasi dan data yang kesemuanya
memudahkan umat untuk bekerja.
Begitu besarnya potensi dan efisiennya yang dimiliki oleh
jaringan internet dalam membentuk jaringan dan
pemanfaatan dakwah, maka dakwah dapat dilakukan

Ilmu Dakwah | 79
dengan membuat jaringan-jaringan informasi tentang
Islam atau yang sering disebut dengan cybermuslim, atau
cyberdakwah. Masing-masing cyber tersebut menyajikan
dan menawarkan informasi Islam dengan berbagai fasilitas
dan metode yang beragam variasinya.
Dari uraian tentang wasilah diatas, tampak dengan jelas
begitu besar pengaruh emosi dan perilaku keagamaan
yang ditimbulkan oleh media massa tersebut di atas, akan
tetapi kesadaran untuk memiliki dan menggunakannya,
apalagi media-media tersebut di kalangan umat Islam
masih rendah. Umat Islam masih puas dengan dakwah
yang berbentuk ceramah agama dihadapan kelompok
agama yang tentunya amat sempit jangkauannya. Apabila
umat Islam tidak memanfaatkan media-media tersebut di
zaman modern dan globalisasi yang ditandai dengan
kecanggihan komunikasi, maka dawah Islam semakin
terasing dari umat manusia dan terulang oleh persaingan
ideologi dengan agama-agama besar lainnya.

E. Tujuan Dakwah

Ilmu Dakwah | 80
Menurut Amrullah Ahmad, tujuan dakwah adalah
untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan
bertindak manusia pada dataran individual dan sosiokultural
dalam rangka terwujudnya ajaran Islam dalam semua segi
kehidupan.34

Sedangkan menurut Basri Asfandi, bahwa tujuan


dakwah adalah terjadinnya perubahan dalam diri manusia
baik kelakuan adil maupun aktual, baik pribadi maupun
keluarga masyarakat, way of thinking atau cara berfikirnya
berubah, way of life atau cara hidupnya berubah menjadi
lebih baik ditinjau dari segi kualitas maupun kuantitas. Lebih
baik ditinjau dari segi kualitas maupun kualitas yang
dimaksud adalah nilai-nilai agama. Sedangkan, kulitas adalah
kebaikan yang bernilai itu semakin dimiliki banyak orang
dalam segala situas dan kondisi.35

Tujuan dakwah dalam bahasa inggris dapat dipilah


dalam beberapa term: target, objective, porpose, iam, dan
goal adalah hal tertentu yang ingin dicapai. Pada dasarnya
dakwah merupakan rangkainan kegiatan atau proses dalam
34
Amrullah Ahmad, Dakwah Islam dan Perubahan Sosial,
(yohyakarta: Primaduta, 1983), h. 2
35
Basri Affandi, Beberapa Percikan Jalan Dakwah, (surabaya:
Fak. Dakwah, 1984), h.3

Ilmu Dakwah | 81
rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan ini
dimaksudkan sebagai pemberi arah atau pedoman bagi
gerakan langkah kegiatan dakwah. Sebab, menurut al-Qur’an,
salah satu tujuan dakwah dapat ditemukan dalam surat yusuf
ayat 108:

         


        


Artinya : Katakanlah: "Hai manusia, Sesungguhnya


teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari
Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk
Maka Sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya
sendiri. dan barangsiapa yang sesat, Maka Sesungguhnya
kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. dan Aku
bukanlah seorang Penjaga terhadap dirimu".
Menurut ayat diatas, salah satu tujuan dakwah adalah
membentangkan jalan Allah di atas bumi agar dilalui umat
manusia. Dengan berdasarkan diri pada ayat diatas, Abdul
Rasyid Shaleh membagi tujuan dakwah menjadi:

1. Tujuan utama dakwah


Tujuan utama dakwah adalah nilai atau hasil akhir yang
ingin dicapai atau diperoleh oleh keseluruhan tindakan
dakwah. Untuk tercapainya tujuan utama, maka semua

Ilmu Dakwah | 82
penyusunan, semua rencana, dan tindakan dakwah harus
diberi petunjuk dan diarahkan.
2. Tujuan departemental
Tujuan ini merupakan tujuan perantara. Oleh karenanya,
tujuan depaetemental berintikan nilai-nilai yang dapat
mendatangkan kebahagiaan dan kesejahteraan yang
diridhai Allah swt.

Sedangkan M. Natsir menjelaskan, tujuan dakwah adalah:

1. Memanggil kita kepada syariat, untuk memecahkan


peroalan hidup, baik persoalan hidup seseorang maupun
persoalan berumah tangga, berjama’ah-bermasyarakat,
berbangsa, bersekutu, bernegara, bertetangga.
2. Memanggil kita kepada fungsi hidup kita sebagai hamba
Allah di atas dunia yang terbentang luas ini, berisikan
manusia berbagai jenis, bermacam pola pendirian dan
kepercayaan, menjadi pelopor dan pengawasan bagi umat
manusia
3. Memanggil kita kepada tujuan hidup hakiki, yakni
menyembah Allah.

Ilmu Dakwah | 83
Sedangkan Syukiadi Sambas, menjelaskan tujuan dakwah
Islam, mengacu kepada kitab al-Qur’an sebagai kitab dakwah
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Mengeluarkan dan membebaskan manusia dari kegelapan
hidup pada kehidupan terang benerang.
2. Menegakkan sibghah Allah dalam kehidupan makhluk
Allah, yaitu suatu pola hidup yang dilandasi oleh iman
kepada Allah.
3. Menegakkan fitrah insaniyah: yaitu tauhidlah dan
menjalankan fungsi manusia sebagai hamba dan khalifah.
4. Memproporsikan tugas ibadah manusia sebagai hamba
Allah sebagai aktualisasi fitrahnya.
5. Mengestapekan tugas kenabian dan kerasulan.
6. Menegakkan aktualisasi pemeliharaan agama, jiwa, akal,
generasi, dan sarana hidup.
7. Perjuangan menenangkan ilham taqwa atas ilham fujur
dalam kehidupan individu, keluarga, kelompok, dan
komunitas manusia.36

36
Ejang, AS, Dasar-Dasar Ilmu Dakwah, (Bandung: Widya
Padjajaran, 2009), h. 98

Ilmu Dakwah | 84
Dari pembahasan diatas, maka secara keseluruhan
baik tujuan umum maupun tujuan khusus, tujuan dakwah
dapat dikatagorikan menjadi:37
1. Mengajak orang-orang non Islam untuk memeluk agama
Islam (meng-Islamkan orang non Islam), firman Allah:
         
      
       
     
Artinya : Kemudian jika mereka mendebat kamu
(tentang kebenaran Islam), Maka Katakanlah: "Aku
menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula)
orang-orang yang mengikutiku". dan Katakanlah kepada
orang-orang yang Telah diberi Al Kitab dan kepada orang-
orang yang ummi: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika
mereka masuk Islam, Sesungguhnya mereka Telah
mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka
kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah).
dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-Nya. (ali-
Imran : 20)

2. Meng-Islamkan orang Islam artinya meningkatkan kulitas


iman, Islam dan ihsan kaum muslimin, sehingga mereka
menjadi orang-orang yang mengamalkan Islam secara
keseluruhan ( kaffah), firman Allah:

37
Moh. Ali Aziz, op., cit., h. 38

Ilmu Dakwah | 85
       
        

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, masuklah


kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu
musuh yang nyata bagimu.(al-Baqarah : 208)

3. Menyebarkan kebaikan dan mencegah timbulnya dan


tersebarnya bentuk-bentuk kemaksiatan yang akan
mengancam sendi-sendi kehidupan individual dan
msyarakat. Sehingga, akan sulit menjadi masyarakat yang
tenteram dengan penuh keridhoan Allah.

4. Membentuk individu dan msyarakat yang menjadi Islam


sebagai pegangan hidup dan pandangan hidup dalam
segala segi kehidupannya baik politik, sosial, ekonomi,
dan budaya.

Jadi, tujuan dakwah adalah untuk mengubah sikap


mental dan tingkah laku manusia yang kurang baik menjadi
lebih baik atau meningkatkan kualitas iman dan Islam
seseorang secara sadar dan timbul dari kemampuannya
sendiri tanpa merasa terpaksa oleh apa dan siapapun.

Ilmu Dakwah | 86
Adapun karakterisik dari tujuan dakwah adalah:

1. Sesuai, tujuan dakwah bisa selaras dengan isi dan visi


dakwah itu sendiri.
2. Berdimensi waktu, tujuan dakwah haruslah kongkrit dan
bisa diantisipasi kapan terjadinya.
3. Luwes, yaitu senantiasa bisa disesuaikan atau peka
terhadap perubahan situasi dan kondisi umat.
4. Layak, tujuan dakwh hendaknya berupa suatu tekat yang
bisa diwujudkan.
5. Bisa dipahami, tujuan dakwah haruslah mudah dipahami
dan dicerna.

Ilmu Dakwah | 87

Anda mungkin juga menyukai