Disusun :
Fajar
Nur Istiani : (43020170062)
Rofi’ah : (43020170067)
MANAJEMEN DAKWAH
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia adalah makhluk Alloh SWT yang paling sempurna. Dibandingkan dengan
makhluk Alloh SWT yang lain seperti jin, malaikat, dan hewan. Manusialah yang paling
unggul diantara mereka. Jin hanya di beri afsu oleh Alloh SWT, begitu juga dengan hewan,dia
hanya diberi nafsu saja, lain halnya dengan malaikat, dia hanya diberi akal saja tanpa nafsu.
Tetapi manusia di beri Alloh SWT nafsu dan akal, karna kelebihan inilah manusi di beri beban
tugas yang sangat berat, dia di bebani sebagai kholifah fil ard
Sebagai kholifah fil ard yang mempunyai nafsu dan akal, manusia di tugaskan untuk
menyembah Alloh SWT. Dari zaman Nabi Adam A.S. sampai pada zaman Nabi Muhammad
SAW terjadi proses penyampaian informasi tentang pengesaan Alloh SWT oleh Da’i dan
proses penerimaan informasi tentang ke-Esaan Alloh SWT oleh mad’u.
Seorang da’i hanya berkewajiban untuk menyampaikan informasi (mengenai tauhid)
kepada mad’u saja. Soal penerimaan dari mad’u itu rusan Alloh SWT
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas. Maka penulis membuat rumusan masalah sebagai
berikut
1. Apa pengertian da’i dan mad’u?
2. Apa tugas seorang da’i?
3. Bagaimana gambaran umum seorang mad’u?
4. Bagaimana tahapan-tahapan dari mad’u menjadi da’i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Da’i dan Mad’u
Da’i berasal dari bahasa arab da’a yang artinya mengajak atau menyeru da’i merupakan
isim fail yang artinya orang yang mengajak. Dalam ilmu dakwah da’i berarti orang yang
mengajak mad’u kepada jalan Alloh SWT dengan menggunakan strategi atau metode dakwah
tertentu. Banyak metode dalam berdakwah yang dapat digunakan oleh da’i agar proses dakwah
itu berjalan efisien. Film, buku, tauladan yang bagus, seruan kepada kebaikan, Internet
facebook, adalah sebagian kecil dari berbagai sarana yang dapat di gunakan oleh da’i dalam
berdakwah. Tentunya agar proses dakwah yang dilakukan da’I berjalan efisien dan mengena
kepada mad’u. haruslah seorang da’i dalam berdawah menggunakan metode bil hikmah.
Sedangkan pengertian mad’u adalah orang yang diajak, mad’u merupakan isim maf’ul
yang berposisi sebagai objek, yakni objek dakwah. Jadi, mad’u berarti orang muslim atau non
muslim yang menjadi objek atau sasaran dalam berdakwah yang dilakukan oleh da’i.
Mad’u muslim berarti orang-orang islam yang di seru atau di ajak atau di bimbing oleh
da’i agar lebih memahami dan lebih mengerti ajaran agama islam dan cara mengesakan Alloh
SWT, sedangkan mad’u non muslim berarti orang-orang non islam yang diseru atau diajak oleh
da’i untuk di perkenalkan oleh agama Islam dan Alloh SWT sebagai tuhan alam semesta.
Mereka diajak masuk Islam dan mengesakan Alloh SWT.
B. Tugas Seorang Da’i
Berdakwah hukumnya wajib bagi setiap muslimin muslimat yang telah baligh. Jadi, kita
sebagai seorang muslim yang sudah baligh. Berkewajiban mengajak (berdakwah) kepada
masyarakat kepada kebaikan. Berdakwah tidak hanya di lakukan dengan jalan berpidato atau
berceramah di atas panggung. Tetapi dakwah akan lebih efisien (mengena kepada mad’u) jika
di lakukan dengan hikmah.
Firman Alloh SWT.
Yang artinya: Serulah manusia kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik. Ayat ini menerangkan bahwa kita di
wajibkan berdakwah dengan cara hikmah dan pelajaran yang baik dan membantah orang-orang
yang menentang Islam dengan cara yang baik. Maksud dari hikmah di ayat ini adalah dakwah
yang dilakukan oleh da’i haruslah sesuai dengan kondisi masyarakat tersebut, yakni harus
sesuai dengan audiens (mad’u), dan harus menyakinkan kepada mad’u. maksud dari yang
pertama adalah seorang da’i dalam berdakwah haruslah mengerti kebiasaan, dan keadaan
mad’u tersebut, agar dalam penggunaan metode berdakwah dapat disesuaikan dengan kondisi
masyarakat, sedangkan maksud dari yang kedua adalah seorang da’i haruslah lebih unggul
dalam segi keilmuannya agar dalam penyampaian materi dakwah, da’i tidak diremehkan oleh
mad'u da da’i dapat meyakinkan pada mad’u.
Dakwah yang di lakukan oleh da’I, seyogyanya bukan sebagai penaklukan, yang artinya,
seorang da’I melakukan sebuah doktrinasi pengetahuan kepada mad’u sehingga mad’u merasa
mendapat grojokan ilmu pengetahuan dari da’I dan akhirnya da’I tersebut mendapatkan umat
atau pengikut yang banyak, tapi, seyogyanya dakwah itu dilakukan dari hati, yakni
membimbing umat untuk menjadi bertambah baik, yang di lakukan dengan hikmah.
C. Gambaran umum seorang mad’u
Mad’u atau audiens memiliki berbagai karakter, seorang da’i yang baik haruslah mengerti
kondisi mad’unya, da'i tidak dapat memaksa mad’u agar mau menerima dakwahannya, tetapi
da’i haruslah menyesuaikan metode dakwahnya agar apa yang di dakwahkannya dapat diterima
oleh mad’u dengan ikhlas dan lapang dada.
Sifat-sifat atau karakter mad’u pada garis besarnya dapat digolongkan menjadi empat,
yaitu:
1. Mad’u dengan karakter besok makan siapa.
2. Mad’u dengan karakter besok makan dimana
3. Mad’u dengan karakter besok makan apa
4. Mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya
Mad’u dengan karakter besok makan siapa, penulis contohkan adalah seorang pedagang
yang tidak jujur, hari ini dalam berdagang, dia telah menipu andaikan 10 orang pelanggannya,
dan besok siapa lagi yang akan dia tipu lagi, itu artinya besok siapa lagi yang akan pedagang
itu makan,
Sedangkan mad’u dengan karakter besok makan dimana, penulis contohkan adalah
seorang yang miskin yang tidak menentu tempat tinggalnya, dimana besok dia makan itu
menjadi beban baginya, mirip dengan karakter mad’u besok makan apa, penulis juga
mencontohkan seorang yang miskin yang tidak tahu apa yang besok dapat dia makan, dan
mad’u dengan karakter besok makan apa lagi ya, penulis contohkan sebagai seorang yang kaya
yang suka berfoya-foya.
Mad’u dengan karakter-karakter seperti ini menjadi PR untuk seorang da’i dalam
menentukan metode apa yang cocok dengan karakter mad’u tersebut, agar penyamoaian
dakwah dapat bejalan efisien.
D. Tahapan-Tahapan Mad’u Menjadi Da’i
Alahkan baiknya apabila mad’u ingin menjadi seorang da’i perlu diperhatikan terlebih
dahulu kepribadian seorang da’i yaitu
Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah itu suri teladan yang baik bagi kamu
(yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari akhir dan dia
banyak menyebut allah.
Dalam suatu hadist ‘Aisyah pernah ditanya tentang akhlak nabi , ia menjawab akhlak
nabi adalah Al-Qur’an . Oleh karena itu, bagi setiap Da’i hendaklah menjadikan Al-Qur’an
sebagai pedoman untuk dapat menggali nilai-nilai keluhuran Dan kebajikan sehingga tingkah
laku dan perkataannya merupakan cerminan dari nilai-nilai illahi tersebut, namun paling tidak
Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta tingkah laku para sahabat dan para ulama dapat dijadikan
sebagai aturan.
1. Kemampuan berkomunikasi
Dakwah adalah mengomunikasikan pesan kepada Mad’u. Komunikasi dapat
dilakukan dengan lisan, tulisan ataupun perbuatan, komunikasi dapat berhasil manakala
pesan dakwah itu dipahami oleh Mad’u bila disampaikan sesuai dengan cara berpikir dan
merasa Mad’u.
2. Pemberani
Dalam tingkah tertentu seorang Da’I adalah pemimpin masyarakat. Daya tarik
kepemimpinan seseorang antara lain terletak pada keberaniannya. Keberanian diperlukan
Da’I untuk menyuarakan kebenaran manakala ia dihadapi dengan berbagai tantangan.
Hakikat sifat-sifat atau prilaku yang harus dimiliki seluruh umat islam, tidak oleh golongan
tertentu saja. Namun bila sifat dan perilaku tersebut diletakkan pada seorang Da’i, maka
harus lebih mantap dan menonjol sehingga dengan demikian diri mereka sendiri menjadi
dakwah hidup yang bergerak menjadi teladan baik yang berbicara.
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA