Anda di halaman 1dari 12

Akselerasi Aktivis Dakwah Kampus Dengan Problematika

Menuju Madani

Fahmi Hidayatullah

G1B016032

FAKULTAS KEDOKTERAN

DAUROH KADER 3

UKKI UNSOED

PURWOKERTO

2019
Dakwah adalah salah satu kata yang sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Dakwah pada dasarnya merupakan suatu proses merubah suatu kondisi tertentu menuju
kepada kondisi yang diinginkan. Dakwah merupakan gerakan penyadaran atas potensi fitrah
yang dimiliki manusia terhadap kedudukannya sebagai hamba untuk beribadah kepada Allah
dan sebagai khalifah untuk memimpin dan mengelola alam semesta beserta isinya. Dengan
kata lain, dakwah adalah gerakan penyadaran umat manusia atas fungsi kerisalahan dan
kekhalifahan. Sudah kita ketahui betapa besarnya manfaat dari kegiatan dakwah. Selain dapat
saling mengingatkan dengan sesama umat, dakwah juga dapat menumbuhkan jiwa persatuan
dan kesatuan di kalangan umat manusia.

Dakwah dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja. Selain itu, dakwah juga dapat
dilakukan dengan berbagai metode. Akan tetapi, kadang kita tidak menyadri apa saja metode
dalam dakwah. Dalam melakukan dakwah, kita tidak harus selalu berpidato di depan umum,
melainkan kita juga dapat melakukannya secara sederhana. Misalnya saja hanya dengan
mengobrol dengan teman atau orang lain, kita dapat menyisipkan nilai-nilai kehidupan dan
mengajak orang lain berbuat baik.

Mengingat dakwah dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, pada zaman
sekarang sudah banyak para dai yang berdakwah di berbagai tempat, termasuk kampus.
Kampus merupakan tempat bagi generasi muda untuk menimba ilmu. Selain ilmu dunia, kita
juga dapat menggali ilmu akhirat yang banyak disalurkan melalui organisasi keagamaan di
bawah naungan prguruan tinggi. Salah satu kegiatan yang sering dilakukan oleh organisasi
keagamaan adalah dakwah. Dakwah sering dilakukan karena memang pada dasarnya
organisasi tersebut dibentuk untuk dapat saling mengingatkan sesama umat manusia.

Saat ini, dakwah dapat dilakukan oleh siapa saja. Akan tetapi bagaimana kompetensi
para dai tersebut, apakah sudah memenuhi ketentuan atau belum ,masih harus kita ketahui.

Dewasa ini, seiring dengan perkembangan zaman, banyak kaum muda yang lebih
cenderung memilih untuk sibuk dalam ilmu keduniaan saja. Oleh karena itu, kegiatan dakwah
sangat diperlukan mengingat kita hidup di dunia ini juga harus menabung bekal untuk
kehidupan di akhirat kelak.
Dakwah pada zaman Rasulullah SAW jauh berbeda dengan zaman sekarang. Dahulu
Rasulullah SAW melakukan dakwah hanya dengan ceramah atau lisan. Namun pada zaman
sekarang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dakwah dapat
dilakukan melalui berbagai cara mulai dari lisan, tulisan sampai dengan melalui kesenian atau
kebudayaan. Dakwah juga dapat dilakukan melalui internet. Meskipun zaman sekarang sudah
banyak kemudahan dalam melakukan dakwah, tetapi tetap saja kegiatan ini masih mengalami
kendala. Kendala ini banyak dialami oleh para dai di berbagai lingkungan, khususnya
lingkungan kampus. Dakwah kampus mengalami banyak problematika. Oleh karena itu kita
harus tau apa saja kendalanya untuk dapat mengatasi kendala yang terjadi.

Problematika =

Kata-kata problematika dakwah kampus memang tidak asing di telinga kita. Namun, apakah
kita sudah benar-benar mengetahui apa definisi sesungguhnya dari problematika dakwah
kampus? Berikut ini adalah pembahasan satu persatu istilah dalam problematika dakwah
kampus.

Problematika berasal dari bahasa Inggris “problematic” yang artinya persoalan atau masalah.
Dalam bahasa Indonesia sendiri, masalah (problem) merupakan sesuatu yang menghambat
atau menjadi ganjalan dalam mencapai tujuan, cita-cita atau sasaran yang diinginkan, sesuatu
hal yang belum terselesaikan. Dalam arti luas, masalah adalah segala sesuatu yang dianggap
berbeda secara signifikan antara kenyataan yang ada dengan keadaan yang diharapkan.
Setiap masalah memerlukan penyelesaian. Waktu diperlukan untuk menyelesaikan masalah,
tergantung dari tingkat kerumitan masalah. Penyelesaian masalah memerlukan proses
pemikiran.

Setiap manusia berbeda masalahnya. Demikian juga cara memandang masalah,


setiap manusia bisa berbeda dalam memahami dan memaknai masalah yang beragam jenis,
sifat dan lingkupnya. Mereka bisa berbeda dalam menanggapi masalah apakah sederhana
atau rumit, biasa atau luar biasa, berat atau ringan, gampang atau sulit, besar atau kecil, dan
pribadi atau umum. Sumber masalah mungkin dari faktor internal manusia itu sendiri,
eksternal, atau gabungan daripadanya. Manusia tentunya akan berupaya menyelesaikan
masalahnya dengan caranya yang berbeda-beda pula, sesuai lingkungan dan hasil yang
dikehendaki. Bisa saja seseorang menggunakan cara tradisional, kekeluargaan, pendekatan
budaya, religius, pemikiran rasional, sistematis, atau teknik-teknik penyelesaian masalah.

Dakwah

Dakwah menurut bahasa : dakwah berasal dari bahasa Arab yakni (da'watan). Kata dakwah
tersebut merupakan ism masdar dari kata da’a yang dalam Ensiklopedia Islam diartikan
sebagai “ajakan kepada Islam. Sedangakan pengertian dakwah menurut istilah adalah
menyeru, memanggil, mengajak dan menjamu, dengan proses yang berkesinambungan dan
ditangani oleh para pengembang dakwah. Hal ini dikarenakan Islam adalah dakwah, artinya
agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif melakukan kegiatan
dakwah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imron : 79 dan QS. An Nahl : 125

“Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab
dan karena kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imron: 79)

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik.” (QS. An Nahl: 125)

Kampus

Kampus merupakan komunitas yang sarat dengan potensi. Kampus dianggap tempat
yang paling strategis dalam melahirkan calon-calon pemimpin bangsa. Artinya, kampus
sebagai pusat orang-orang yang unggul (centre of excellent). Melalui lembaga-lembaga yang
ada, setiap warga kampus berpeluang mengembangkan potensinya

Problematika Dakwah Kampus

Problematika dakwah kampus merupakan masalah atau kendala-kendala yang dihadapi baik
saat melakukan dakwah ataupun setelah dan sebelum melakukan dakwah yang dialami oleh
para da’i. Problematika dakwah kampus merupakan permasalahan penyampaian seruan
dakwah dan pengkajian nila-nilai islami di dalam kampus.

Kini, problematika dan tantangan Dakwah Kampus semakin hari semakin berat. Ada dua
faktor yang mempengaruhi dakwah kampus, yaitu faktor intern dan ekstern.
2.2 Kompetensi Dai Kampus

 Memahami Fikroh Dakwah dan Amal Jama’i

Sebuah pertanyaan yang harus dapat dijawab seorang da’i sebelum berdakwah adalah
“mengapa saya harus berdakwah ?” Seorang da’i diharapkan dapat memahami landasan
mengapa seorang muslim harus berdakwah dan apa cara yang digunakan di lembaga dakwah
sebagai metode dakwah yang digunakan. Ia juga diharapkan mampu melihat visi besar
dakwah jangka panjang. Pemahaman terhadap pemikiran dakwah yang dilakukan diharapkan
dapat membangun paradigma bahwa apapun tanggung jawab yang diberikan pemimpin
kepada dirinya adalah bagian dari menjalankan agenda dakwah yang sudah Allah amanahkan
kepada seluruh manusia.

Terkait pada amal jama’i atau beramal bersama, karena dakwah yang dilakukan
dalam lembaga dakwah bersama-sama, seorang Da’i juga perlu diberi pengertian tentang
prinsip al qiyadah wal jundiyah ( pemimpin dan pasukan ), agar ia mampu memerankan
dengan baik jika ia menjadi pemimpin maupun pasukan. Karena memang pada dasarnya
seorang Da’i akan menjadi seorang pemimpin atau yang dipimpin. Bentuk penaman
kemampuan ini bisa dengan melibatkan langsung dalam organisasi, latihan beramal agar ia
memahami hal ini dengan pengalaman yang ia dapat.

Da’i dalam menjalankan agenda dakwah memerlukan strategi dengan baik, serta memahami
apa yang sedang ia lakukan dan apa manfaatnya untuk dakwah. Beberapa hal yang perlu
dipahami terkait amal dakwah antara lain : (1) memahami tujuan dakwah (2) memahami
peran dirinya dalam dakwah (3) memahami potensi diri, (4) memahami medan dakwah (
objek dakwah ) (5) memahami makna pengorbanan dan kesungguhan dalam beramal

Da’i yang memiliki pemahaman yang baik terkait amal dakwah biasanya memiliki visi besar
terhadap dakwah itu sendiri, ia punya cita- cita terhadap dakwah, ia punya orientasi dan visi
yang jelas terhadap tanggung jawab yang di embannya saat ini dan memberikan dampak
semangat yang gigih untuk mencapai tujuan yang ia dan lembaga dakwah harapkan. Seorang
Da’i yang sudah memahami urgensi dakwah dan mengetahui visi dakwah jangka panjang,
akan mempunyai energi lebih untuk bergerak secara terus menerus dalam mewujudkan cita-
cita mulia ini. Selain itu ia memiliki semangat pengorbanan, baik itu korban harta, waktu,
perasaan, bahkan berkorban hak dirinya seperti waktu istirahat karena ingin memberikan
yang terbaik untuk dakwah.

 Akhlaq yang harus dimiliki seorang Da’i

Akhlaq da’i ialah akhlaq Islam yang Allah nyatakan dalam Al-quran dan Rasulullah
menjelaskan dalam sunnah beliau serta para sahabat menerapkannya dalam tingkah laku
hidup mereka. Akhlak Islam yang sebaiknya dimiliki da’i diantaranya:

a) Al-Shidq (Benar, tidak dusta)

b) Al-Shabr (sabar, tabah)

c) Al-Rahmah (Rasa Kasih Sayang)

d) Tawadhu (merendahkan diri, tidak sombong)

e) Suka bergaul

f) Mempunyai sifat lemah lembut

g) Bertutur kata dengan baik

h) Menghormati dan menjamu tamu dengan baik

i) Bersosial dengan masyakat dan lainnya dengan baik

j) Tidak mempersulit

Maka yang meninggalkan kesan baik pada orang lain bila bertemu dengan kaum muslimin
ialah lemah lembut akhlaknya. Dalil Rasulullah kepada muadz bin jabal ketika muadz akan
melakukan dakwah ke negeri yaman yang artinya :

“Permudahlah jangan dipersukar, gembirakan jangan dibuat kesan menjauh”

2.3 Etika & Tahapan Dakwah Kampus

 Kode etik dakwah Nabi:


1) Tidak memisahkan antara ucapan dan perbuatan. Hendaknya tidak memisahkan antara
apa yang ia katakan dengan apa yang ia kerjakan.

2) Tidak melakukan toleransi agama. Toleransi memang dianjurkan tetapi hanya dalam batas-
batas tertentu dan tidak menyangkut masalah agama (keyakinan).

3) Tidak menghina sesembahan non muslim. Da’i menyampaikan ajarannya sangat dilarang
untuk menghina atau mencerca agama yang lain.

4) Tidak melakukan Diskriminasi Sosial.

5) Semua harus mendapatkan perlawanan yang sama. Karena keadilan sangatlah

penting dalam dakwah Islam. Da’i harus menjunjung tinggi hak universal.

6) Tidak meminta imbalan.Memang masih terjadi perbedaan pendapat tentang dibolehkan


atau dilarang namun dalam konteks kekinian jasa dalam berdakwah itu merupakan salah satu
dukungan financial dalam dakwah. Dalam artian dakwah pada era sekarang dukungan
financial dalam dakwah sangatlah penting karena akan memberi sumberdaya sang da’i
tersebut dari segi keilmuan, kesejahteraan hidup dan proses aktifitas dakwah.

7) Tidak berteman dengan pelaku maksiat. Berkawan dengan pelaku maksiat ini di
khawatirkan akan serius. Karena beranggapan bahwa seakan-akan perbuatan maksiatnya
direstui oleh dakwah. Disisi lain integritas dakwahnya berkurang.

8) Tidak menyampaikan hal-hal yang tidak di ketahui dirinya, sementara ia tidak mengetahui
hukum itu, ia pasti akan menyesatkan umat.

 Kepribadian da’i

Kepribadian da’i mempunyai pengaruh besar untuk diterima orang dakwahnya. Menurut
Imam Muhammad Abu Zahrah, da’i wajib menghiasi diri dengan sifat berikut ini:

1) Punya niat yang baik sehingga dalam berdakwah tidak mengharapkan imbalan harta atau
kedudukan, tapi semata-mata mengharapkan kerhidoan dari Allah

2) Berkemampuan dalam merangkan


3) Punya kepribadian yang menarik

4) Mengetahui kandungan dan al-Hadist

5) Lemah lembut pergaulan tapi bukan sebagai tanda kelemahan

6) Tidak bertindak sebagai musuh

7) Tidak menyalahi ketentuan agama

Sifat-sifat atau karakter yang wajib dipunyai oleh da‟I menurut syekh

Ali Mahfudz adalah:

1) Memahami al-quran dan al-sunnah

2) Beramal menurut ilmunya

3) Sopan santun dan berlapang dada

4) Punya sifat berani. tidak gentar menghadapi seseorang dalam mengucapkan yang hak

5) Bersifat qana’ah

6) Berkemampuan member keterangan dan penjelasan serta kepaseha berbicara

7) Mendalami beberapa cabang ilmu

8) Mempunyai hubungan kuat dengan Allah

9) Tawadhu atau rendah hati

10) Tidak kikir dalam mengajarkan ilmu apa saja yang di pandang baik

11) Tidak tergopoh dan terburu-buru dalam semua urusan

12) Bercita-cita tinggi dan berjiwa besar


2.4 Kendala - kendala Dakwah Kampus

)164 :‫شدِيدا ً قَالُواْ َم ْعذ َِرة ً ِإلَى َر ِبه ُك ْم َولَ َعلَّ ُه ْم َيتَّقُونَ (األعراف‬ َ ‫ّللاُ ُم ْه ِل ُك ُه ْم أ َ ْو ُم َع ِذهبُ ُه ْم‬
َ ً ‫عذَابا‬ ُ ‫َو ِإذَ قَالَتْ أ ُ َّمةٌ ِ هم ْن ُه ْم ل َِم ت َ ِع‬
‫ظونَ قَ ْوما ً ه‬

“Dan (Ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: “Mengapa kamu menasehati
kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab mereka dengan azab yang
amat keras?” mereka menjawab: “Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)
kepada Tuhanmu[580], dan supaya mereka bertakwa”. (Al A’raf: 164)

Alasan mereka itu ialah bahwa mereka telah melaksanakan perintah Allah untuk memberi
peringatan. Salah satu nikmat Allah kepada kaum muslimin adalah banyaknya orang yang
berdakwah di jalan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Maka berbahagialah jika kita tinggal di sekitar
para da’i, aktivis dakwah yang menyeru dan rajin menasehati untuk kembali kepada Allah
Ta’ala, karena mereka adalah orang-orang baik. Kenapa? Karena tujuan mereka jelas yaitu
sebagai hujjah dan jawaban dihadapan Allah Ta’ala, dan agar supaya masyarakat bertakwa
kepada Allah Ta’ala sebagaimana disebutkan dalam ayat di atas.

Cara kita mensyukuri nikmat (keberadaan kita bersama aktivis dakwah dan para da’i) yang
besar ini diantaranya adalah dengan peduli terhadap dakwah dan pemikulnya. Dan diantara
bentuk kepedulian tersebut adalah dengan mengetahui problematika dakwah dan solusinya.
Problematika dakwah ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu :

1) Problematika dakwah secara eksternal

2) Problematika dakwah secara Internal

1. Problematika Dakwah Secara Eksternal

Problematika dakwah secara eksternal yakni problem-problem, hambatan-hambatan, dan


tantangan-tantangan dakwah yang bersumber dan berasal dari berbagai kalangan dan pihak
umat manusia di luar lingkup kaum muslimin.

Diantaranya adalah yayasan-yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan. Dengan atas
nama pendidikan global dan internasional, beasiswa ke luar negeri sehingga otak kaum
muslimin dicekoki dengan pemikiran-pemikiran yang bertentangan dengan islam. Sekolahan
yang ada di negara-negara islam dijadikan alat untuk memurtadkan umat islam dan
mendangkalkan akidah umat islam. Atau juga yayasan perdagangan, dengan alasan bisnis dan
sebagainya, namun diantara dananya digunakan untuk memurtadkan umat islam, membiayai
media untuk merusak citra umat islam dan lain sebagainya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu anggota Al-Bahrain UNDIP yaitu Agustin dan
menurut referensi yang kami baca, problematika dakwah kampus secara eksternal adalah :
1.Struktural-birokrasi.
2. Sosiokultural-budaya, sebagaimana diketahui adanya sikap hidup pragmatisme,
materialisme, naturalisme, hedonisme, ataupun keterasingan dosen dengan mahasiswa dan
masyarakat, dll.
3. Sumber dana yang kurang tatkala menyelenggarakan program-program da’wah.
4. Komunikasi, baik karena terbatas sarananya ataupun kemampuan komunikasi secara
efektif kurang dimiliki oleh para aktivis.
5. Sarana prasarana yang kurang atau terbatas dalam menunjang aktivitas da’wah kampus.
6. Orientasi pendidikan yang dikotomis (tidak Islami)
7. Ghozwul fikri dalam seluruh segi (misal : cara berfikir yang sekuleristik)
8. Penyelenggaraan pendidikan yang melanggar akhlaq/adab Islam (semisal : suasana ikhtilat
yang terjadi di semua sudut kegiatan masyarakat kampus).

Allah Ta’ala mengingatkan kepada kita dalam surat Al Anfal ayat 73.

ِ ‫ض إِالَّ ت َ ْفعَلُوهُ ت َ ُكن فِتْنَةٌ فِي األ َ ْر‬


َ َ‫ض َوف‬
ٌ ِ‫ساد ٌ َكب‬
)73 :‫ير (األنفال‬ ٍ ‫ض ُه ْم أ َ ْو ِليَاء بَ ْع‬
ُ ‫َوالَّذينَ َكف َُرواْ بَ ْع‬

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang
lain. jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakan apa yang telah diperintahkan Allah
itu[625], niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi dan kerusakan yang besar”. (Al Anfal:
73)

[625] yang dimaksud dengan apa yang telah diperintahkan Allah itu: keharusan adanya
persaudaraan yang teguh antara kaum muslimin.

ُ ‫ َمث َ ُل ْال ُمؤْ مِ نِينَ فِي ت ََوا ِده ِه ْم َوت ََراحُمِ ِه ْم َوت َ َعا‬: ‫س َّل َم قَا َل‬
‫ط ِف ِه ْم َمث َ ُل‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ي‬ َ ُ ‫ع ْنه‬
‫ع ْن النَّ ِب ه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ض‬
ِ ‫ِير َر‬ ِ ‫ع ْن النُّ ْع َم‬
ٍ ‫ان ب ِْن بَش‬ َ
ْ
‫س َه ِر َوال ُح َّمى‬ َّ ‫س ِد بِال‬ ْ َ ُ‫عى لَه‬
َ ‫سائ ُِر ال َج‬ َ ‫ش ْيئًا تَدَا‬
َ ‫س ِد إذَا ا ْشتَكَى‬ َ ‫ال َج‬ ْ
Dari Nu’man bin Basyir Radhiallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Permisalan orang-orang mu’min didalam saling mencintai, saling mengasihi dan saling
menjaga hubungan sesama mereka seperti satu tubuh ; jika salah satu bagian merasakan
sakit, seluruh tubuh merasakan demam dan tidak dapat tidur”. [HR. Bukhari dan Muslim]

‫ضهُ َب ْعضًا‬ ِ ‫ ْال ُمؤْ مِ نُ ل ِْل ُمؤْ مِ ِن ك َْالبُ ْن َي‬: ‫سلَّ َم أَنَّهُ قَا َل‬
ُ ‫ان َي‬
ُ ‫شدُّ َب ْع‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ِ‫ي‬ َ ُ‫ع ْنه‬
‫ع ْن النَّ ِب ه‬ َّ ‫ي‬
َ ُ‫ّللا‬ َ ‫ض‬ َ ‫ع ْن أ َ ِبي ُمو‬
ِ ‫سى َر‬ َ

Dari Abu Musa Al Asy’ari Radhiallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda,
“Orang mu’min satu dengan lainnya seperti bangunan yang sebagiannya menopang sebagian
yang lain”. [HR. Bukhari dan Muslim]

2. Problematika Dakwah Secara Internal

Problematika dakwah secara Internal yaitu problem-problem, permasalahan-permasalahan,


dan hambatan-hambatan dakwah yang bersumber dan berasal dari lingkup internal kaum
muslimin sendiri. Diantara problematika tersebut adalah:

1. Adanya Perpecahan Antar Gerakan Islam

Perpecahan terjadi bila setiap jamaah memandang bahwa hanya dirinya satu satunya jamaah
kaum muslimin dan bukan salah satu jamaah dari kaum muslimin. Bahwa seluruh yang haq
ada padanya, sedangkan jamaah yang lain tidak lebih dari kesesatan, bahwa untuk masuk ke
surga dan terhindar dari api neraka adalah dengan bergabung ke dalam jamaahnya. Seakan
akan jamaah inilah satu satunya kelompok yang berhasil, sedangkan jamaah yang lain rusak
semua. Sekalipun di antara mereka tidak mengatakan secara lisan, namun mereka berkata
dengan bahasa keadaan. Kondisi inilah yang sering dikeluhkan oleh para pengikut setia
pergerakan yang ikhlas serta memiliki semangat yang kuat untuk menyukseskan amal islami
dan meluruskan jalannya.

Kita berupaya agar antar jama’ah melakukan upaya pendekatan (taqaarub), kita mengatakan
“Taqaarub” (pendekatan) dan bukan “Wahdatun” (persatuan), karena tidak dapat dipungkiri
banyaknya jumlah jamaah yang berperan aktif untuk Islam. Meskipun kita menginginkan
jamaah- jamaah itu tergabung menjadi satu jamaah dibawah satu kepemimpinan. Dan itu
angan-angan yang sangat indah, akan tetapi tanpa upaya mewujudkannya, sungguh suatu hal
yang sangat sulit dan tidak mudah digapai.

1. Munculnya Faksi-Faksi Dalam Satu Jama’ah Dan Hilangnya Teladan Baik Dari Para
Pemimpin Gerakan Dakwah. Diantara krisis besar yang sedang melanda Gerakan
Dakwah hari ini ialah krisis kepercayaan. Krisis kepercayaan tersebut terjadi dalam
semua level kehidupan.

Para aktivis dan sebagian tokoh yang masih komitmen dengan nilai dan semangat dakwah
mengalami kehilangan kepercayaan terhadap para pemimpin dakwah yang kurang
professional dan bahkan menyimpang. Kondisi seperti ini telah melahirkan faksi, perpecahan,
atau paling tidak perang dingin internal. Kalau dibiarkan tanpa ada solusi yang benar,
dikhawatirkan akan menimbulkan bencana besar bagi dakwah, paling tidak seperti yang
dirasakan saat ini, hilangnya semangat berdakwah yang sudah pasti menyebabkan
pertumbuhan dakwah menjadi lamban, dan bahkan mengalami setback (kemunduran),
khususnya secara kualitatif. Sejarah Gerakan Dakwah kontemporer juga mencatat
perpecahan internal nyaris tidak dapat dihindarkan sehingga memunculkan berbagai pecahan
atau ibarat sekoci-sekoci yang lepas dari induknya.

 Tolok ukur keberhasilan da’wah kampus :

1. Target da’wah kampus adalah mengingkari thoghut dan beriman kepada Allah, keluar
dari jahiliyah menuju Islam (2:256,257; 14:1), sehingga diperoleh kader-kader yang
mumpuni dan memiliki keseimbangan intelektual, moral, dan kepemimpinan.

2. Adanya sinergi yang baik antar lembaga da’wah yang ada di dalamnya. Sinergi antara
mahasiswa, dosen, dan karyawan. Sedemikian sehingga kebijakan-kebijakan kampus
turut serta menyukseskan agenda da’wah kampus.

”Dan siapakah yang lebih baik perkataannya dibanding orang yang berdakwah kepada Allah
dan melakukan amal shaleh serta mengatakan sesungguhnya aku ini termasuk orang-orang
yang berserah diri.” (QS. Fushilat:33)

Anda mungkin juga menyukai