Anda di halaman 1dari 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Dakwah


Dakwah adalah mengajak orang atau sekelompok orang kepada
kebaikan (al-khoir) atau jalan Tuhan (sabili robbika) dan mencegah dari yang
mungkar (nahi mungkar/dholla ‘an sabilihi). Dakwah dalam konteks seperti
ini akan berjalan terus dan tidak mengenal kata putus sepanjang manusia
masih hidup. Karena al-khoir dan al-mungkar ini akan bersanding terus dalam
kehidupan manusia dimana perbedaan antara keduanya sangat tipis. Dalam
kehidupan manusia tidak ada orang yang berani mengatakan bahwa dirinya
sudah mencapai derajat baik (al-khoir) yang paripurna. Jika hal tersebut
terjadi maka tandanya orang tersebut telah menyombongkan dirinya dimana
tanpa sadar ia telah berada diambang kesesatan (dholla ‘an sabilihi) dan telah
keluar dari kebaikan (al-khoir).
Dakwah secara umum adalah keseluruhan proses mengajak,
menyampaikan, menerima, dan juga memahami (internalisasi) serta
mengamalkan kebaikan (al-khoir) berupa ajaran Islam (sabili rabbika) kepada
manusia dengan berbagai cara dalam semua aspek kehidupan, mengevaluasi
proses yang terjadi, serta adanya upaya tindak lanjut yang dilakukan secara
terus menerus.
2.2 Sifat-Sifat Dasar Dakwah
- Dakwah bersifat jelas dan tegas
Ketegasan dan kejelasan Dakwah Islamiyah bukan dalam artian
tindakan kaku dan kekerasan sebagaimana yang selalu dihembus-
hembuskan oleh para Orientalist bahwa Islam disebarkan dengan pedang
dan peperangan. Memang kadang-kadang di dalam perjalanan dakwah
Islamiyah terdapat tindakan-tindakan kekerasan, bahkan juga peperangan.
Namun bukan berarti Islam memaksakan kehendaknya kepada orang lain,

1
tetapi tindakan-tindakan tersebut terpaksa dilakukan dan tidak ada jalan
lain yang lebih baik kecuali harus demikian.
- Dakwah bersifat luas
Karena ajaran Islam menyangkut semua aspek hidup dan
kehidupan manusia, baik perorangan maupun kemasyarakatan, keduniaan
maupun keakhiratan, maka menyebabkan dakwah itupun juga menjadi luas
dalam segala segi dan permasalahannya.
- Dakwah bersifat luwes/fleksibel
Dinamika ajaran Islam menyebabkan usaha dakwah menjadi usaha
yang bersifat luwes, dengan pengertian bahwa kondisi dan situasi perlu
dijadikan pertimbangan untuk mengambil langkah yang sekiranya lebih
sesuai dan serasi dengan objeknya. Keluwesan dakwah dapat dilihat dari
segi cara yang dipergunakan oleh para Da’i, kadang-kadang cara yang di
pakai terhadap seseorang mungkin cocok atau tidak cocok kalau
diterapkan kepada orang lain, yang hal itu disebabkan oleh perbedaan yang
ada pada orang tersebut.
- Dakwah itu berangsur-angsur/berproses
Dakwah sebagai satu usaha pembinaan keagamaan bagi seseorang
maupun kelompok dalam rangka mewujudkan keadaan yang lebih baik
dalam bidang keimanan, amalan dan akhlak menurut ajaran Allah dan
Rasul Nya, bukanlah suatu usaha yang sekaligus bisa dirampungkan dalam
waktu yang relatif singkat, tetapi mengenal adanya proses dari yang
sederhana menuju kearah yang semakin sempurna. Hal itu ditentukan oleh
perkembangan yang ada pada diri manusia itu sendiri dalam semua
aspeknya, di samping ditentukan oleh adanya hidayah Allah swt. belum
lagi hal itu dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang berupa dorongan
maupun hambatan.
Untuk itu proses dakwah harus dimulai dari sesuatu yang mudah
kepada masalah-masalah yang semakin rumit, dan dalam segi materi yang
disampaikan prioritasnya adalah masalah pokok/prinsip kemudian
masalah-masalah yang sifatnya penyempurnaan. Membina perkembangan

2
keagamaan diperlukan adanya keteraturan, kesabaran dan terus menerus,
walaupun kesempurnaan itu sulit untuk dicapai, namun bukan berarti harus
berhenti usaha menuju kepada kesempurnaan itu.
- Dakwah bersifat tidak memberatkan
Ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. sebagai
wahyu Allah untuk mengatur kehidupan manusia, sudah barang tentu telah
disesuaikan dengan kondisi manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, ajaran
Islam akan mudah dapat dilaksanakan dengan baik oleh siapapun dan
dalam keadaan yang bagaimanapun juga.
- Dakwah bersifat kontinue/terus menerus
Dalam teori perkembangan dikenal adanya tempo perkembangan,
yang artinya bahwa perkembangan itu tidak sekali jadi, tetapi memerlukan
waktu yang cukup dimana pada setiap orang berbeda-beda.
2.3 Fungsi Dakwah
Banyak yang masih sulit membedakan antara fungsi dan tujuan
dakwah, untuk memudahkan membedakan antara fungsi dan tujuan misalnya
jika ada orang yang haus maka dia akan minum air, minum air adalah fungsi
sementara hilangnya rasa haus adalah tujuan.
Dakwah mempunyai fungsi yang sangat besar, karena menyangkut
aktifitas untuk mendorong manusia melaksanakan ajaran Islam, sehingga
seluruh aktifitas dalam segala aspek hidup dan kehidupannya senantiasa
diwarnai oleh ajaran Islam. Dakwah berfungsi mengarahkan, memotivasi,
membimbing, mendidik, menghibur, mengingatkan umat manusia agar
senantiasa beribadah kepada Allah swt, dan berperilaku yang baik.
Secara umum, fungsi dakwah dapat dilihat dari dua segi, yaitu;
Pertama, segi tingkatan isi. Isi atau pesan dakwah yang disampaikan meliputi
beberapa tahap yang harus dicapai, yaitu:
1) Menanamkan pengertian, yaitu memberikan penjelasan sekitar ide-ide
ajaran Islam yang disampaikan, sehingga orang mempunyai persepsi
(gambaran) yang jelas dan benar dari apa yang disampaikan, menanamkan
pengertian merupakan langkah awal yang harus dicapai dalam aktifitas

3
dakwah, karena dari pengertian yang jelas seseorang dapat menentukan
sikap terhadap ide itu.
2) Membangkitkan kesadaran, yaitu menggugah kesadaran manusia agar
timbul semangat dan dorongan untuk melakukan suatu nilai yang disajikan
kepadanya. Dan dengan bangkitnya kesadaran ini, merupakan ambang ke
arah tindakan amaliah (realisasi perbuatan).
3) Mengaktualisasikan dalam tingkah laku, yaitu sebagai realisasi dari
pengertian dan kesadaran yang baik dan benar, menimbulkan tingkah laku
dan perbuatannya, senantiasa didasari oleh ajaran Islam, sehingga nilai-
nilai ajaran Islam itu benar-benar berintegrasi dan tercermin dalam
kehidupan manusia.
4) Melestarikan dalam kehidupan, yaitu suatu usaha agar ajaran Islam yang
telah terealisasi dalam diri seseorang itu dan masyarakat dapat lestari dan
berkesinambungan dalam kehidupannya, tidak dicemarkan oleh perubahan
zaman yang selalu berkembang.
2.4. Faktor Hidayah Dalam Sistem Dakwah
Dalam konteks dakwah, hidayah dalam makna pertama merupakan
target utama. Pendakwah hanya memberikan pemahaman yang relevan
dengan kondisi dan kebutuhan mitra dakwahnya. Dakwah dikatakan berhasil
bila terjadi kesepahaman antara pendakwah dan mitra dakwah. Jika mitra
dakwah telah memahami dengan benar pesan dakwah, dalam satu tahap
pendakwah telah berhasil. Dalam hal ini pendakwah bisa melakukannya,
hampir tanpa intervensi Allah SWT. Lain halnya dengan sikap dan perilaku
keagamaan. Disini sangat diperlukan intervensi hidayah Allah SWT. Tanpa
hidayah-Nya seseorang tidak bisa menerima kebenaran Islam dan
menjalankannya.

Anda mungkin juga menyukai