Anda di halaman 1dari 11

“DAKWAH PERSUASIF DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI”

(Disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Dakwah)

Dosen Pengampu: Umi Rojiati, M.Kom.I

Disusun oleh :

Kelompok VII

RYA MAYU HS 2141010211

SELVI ANDRIYANI 2141010206

Kelas : F

Semester : IV (empat)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

2023 M/ 1444 H
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah yang telah memeberikan kemudahan kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah materi mata kuliah Psikologi Dakwah kami yang
berjudul “DAKWAH PERSUASIF DENGAN PENDEKATAN PSIKOLOGI”, sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Salallahu’alaihi Wassallam.
Beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan dan peningkatan kualitas makalah di masa yang akan datang dari pembaca adalah sangat
berharga bagi kami.

Demikian makalah ini kami susun, semoga makalah ini bisa menambah keilmuan dan
bermanfaat bagi kita semua serta menjadi tambahan referensi bagi penyusunan makalah dengan
tema yang senada diwaktu yang akan datang. Aamiinyaarobbal ‘alamin.

Bandar Lampung, 6 April 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Dakwah dalam implementasinya merupakan kegiatan sadar manusia baik secara
perorangan maupun kelompok dalam rangka menegakkan ajaran Islam dan mencapai
ridha Allah Swt. Kegiatan dakwah apapun konteksnya akan dibutuhkan umat manusia
untuk mewujudkan kesalehan umat. Oleh karenanya kegiatan dakwah tidak hanya sebagai
proses penyampaian ajaran Islam, akan tetapi juga melahirkan kesadaran masyarakat
untuk menegakkan tauhid, menumbuhkan persaudaraan, keadilan, dan menciptakan
masyarakat yang Islami.
Disinilah tugas seorang da’i yaitu mengajak dan memotivasi umat untuk
melaksanakan ajaran agama dengan baik dan benar. Seorang da’i memberikan pencerahan
dan penyadaran akan keberadaan manusia sebagai hamba Allah yang memiliki tugas
untuk mengabdi kepada Allah sesuai dengan aturanNya.
Dalam pelaksanaan dakwah persuasif, seorang da’i perlu menjalin hubungan yang
baik dengan mad’u, agar ajakan yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh
masyarakat. Apabila hubungan da’i dan mad’u semakin meningkat, ketertarikan, sikap
positif dan kesadaran masyarakat mengikuti ajaran Islam juga meningkat, ini merupakan
indikator keberhasilan da’i dalam melakukan dakwah persuasif.
Ini berarti bahwa keberhasilan kegiatan dakwah persuasif ditentukan sebagian
besar oleh da’i. Oleh karena itu dalam pelaksanaan dakwah persuasif seorang da’i
hendaknya memiliki kredibilitas yang tinggi. Seorang da’i yang memiliki kredibilitas yang
tinggi adalah seorang da’i yang mempunyai kompetensi dibidangnya. Tidak hanya
memiliki pengetahuan yang luas tentang Islam dan kepribadian yang mulia, seorang da’i
juga perlu memiliki skill lainnya dalam pelaksanaan dakwah, termasuk kemampuan
interpersonal yang baik, agar memudahkan da’i dalam mengadakan pendekatan kepada
objek dakwah.
1.2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah makna dakwah persuasif?
b. Apa saja materi dakwah persuasif?
c. Apa saja hambatan dakwah persuasif?
1.3. TUJUAN
a. Menjelaskan makna dakwah persuasif
b. Menjelaskan materi dakwah persuasif
c. Menjelaskan hambatan dakwah persuasif
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Makna Dakwah Persuasif


Untuk memahami pengertian dakwah persuasif, sebelumnya akan diuraikan terlebih
dahulu tentang pengertian dakwah dan persuasif.
A. Pengertian Dakwah
Menurut bahasa kata dakwah berasal dari bahasa Arab dari kata da'a - yad'u
- da'watan, yang berarti memanggil, mengundang, menyeru, mengajak, dan
menjamu. Menurut istilah ini cukup banyak dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya adalah Adnan Harahap memberikan pengertian dakwah adalah suatu
usaha merubah sikap dan tingkah laku orang dengan jalan menyampaikan
informasi tentang ajaran Islam, dan menciptakan kondisi serta situasi yang
diharapkan dapat mempengaruhi sasaran dakwah, sehingga terjadi perubahan ke
arah sikap dan tingkah laku positif menurut norma-norma agama.1
Pada intinya arti dakwah adalah segala aktivitas dan kegiatan mengajak
orang untuk berubah dari suatu situasi yang mengandung nilai bukan islami kepada
nilai yang islami. Dengan demikian aktivitas dakwah pada hakikatnya merupakan
suatu proses mengadakan perubahan sikap dan perilaku seseorang sesuai dengan
al-Qur’an, dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
B. Pengertian Persuasif
Persuasi (Persuasion) dalam bahasa Latin adalah persuasion, kata kerjanya
adalah persuadere, yang berarti membujuk, mengajak atau merayu. Persuasif
adalah usaha pengubahan sikap individu dengan memasukkan ide, pikiran,
pendapat, dan bahkan fakta baru lewat pesan-pesan komunikatif.2 Istilah persuasif
bukanlah merupakan suatu tindakan membujuk seseorang atau suatu kelompok
untuk menerima pendapat dan melakukannya, melainkan suatu teknik untuk
mempengaruhi manusia dengan menggunakan (memanfaatkan) data dan fakta
psikologis maupun sosiologis dari komunikan.

1
Adnan Harahap, Dakwah Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1980), hlm. 15.
2
Saifudin Azwar, Sikap Manusia dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1997), hlm. 61.
C. Pengertian Dakwah Persuasif
Dakwah persuasif adalah proses mempengaruhi mad’u dengan pendekatan
psikologis, sehingga mad’u mengikuti ajakan da’i tetapi merasa melakukan
sesuatu atas kehendak sendiri. Dakwah persuasif juga dapat didefinisikan sebagai
suatu kegiatan untuk menyebarkan ajaran Islam dengan menggunakan data dan
fakta psikologis dari mad’u, sehingga mereka menemukan kebenaran dan
kesadaran yang menjadikan sikap dan tingkah lakunya terpengaruh dan terarah
utuk menerima serta melaksanakan ajaran-ajaran Islam.3
Lebih lanjut dakwah persuasif dapat dipahami sebagai dakwah yang
menekankan dan berbasis kepada kekuatan moral atau akhlak mulia. Dakwah
persuasif yaitu dakwah yang menekankan pada keteladanan dan keluhuran budi
pekerti.4
Dengan demikian dakwah persuasif menekankan bahwa aktivitas yang
dilakukan dalam bentuk meyakinkan dan menyadarkan mad’u untuk menerima
serta melaksanakan pesan-pesan dakwah, bukan memaksa mad’u untuk
melaksanakan pesan dakwah. Dakwah persuasif merupakan penyampaian
informasi agama melalui proses komunikasi, yang didalamnya ada proses
memotivasi dan mempersuasi mad’u supaya menerima pesan dakwah. Dakwah
yang dilakukan diharapkan dapat mengarahkan dan membentuk perilaku tertentu.
Oleh karena itu dalam dakwah persuasif, pesan yang disampaikan mengandung
usaha mendorong dan mempengaruhi mad’u agar pendapat, sikap dan perilakunya
berubah sesuai dengan pesan-pesan yang disampaikan oleh da’i dengan kesadaran
sendiri tanpa paksaan. Pada masa sekarang ini, masyarakat membutuhkan dakwah
yang lebih sejati, dakwah persuasif, yaitu dakwah yang menekankan pada
keteladan dan keluhuran budi pekerti.

2.2 Materi Dakwah Persuasif

3
Slamet, “Efektivitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif”, dalam Jurnal Dakwah, 2009, hlm. 181.
4
Ilyas Ismail, “Dakwah Persuasif”, dalam Republika, No 250, Senin 24 September 2012.
Faktor materi dakwah yang merupakan pesan (message), adalah bagaimana
aktivitas komunikasi dalam dakwah disajikan secara relevan dengan kondisi dan
kebutuhan mad'u. Sesuatu materi yang tidak sesuai dengan tingkat kebutuhan mad'u
mungkin akan diabaikan, sehingga tidak memberi hasil positif sebagaimana target yang
diharapkan. Misalnya, mad'u dari masyarakat kelas bawah mungkin harus diberi materi
yang sedikit berbeda dengan masyarakat kelas menengah, karena masing-masing harus
disesuaikan dengan karakteristik audiens yang menjadi sasaran dakwah. Pada aspek yang
lain, yaitu metode atau cara penyampaian beserta medianya juga sangat berpengaruh.
Maksudnya, bagaimana pesan dakwah disampaikan kepada mad'u (delivery channel).
Penyajian dengan model dan metode tertentu mungkin akan sangat membantu efektivitas
proses komunikasi. Misalnya, dikemas dalam bentuk dialog interaktif, diskusi planel, dan
sebagainya. Atau dalam bentuk praksis operasionalnya, penyajian pesan dengan
menggunakan bahasa verbal benar-benar harus diperhitungkan. Sebab kata-kata yang
disampaikan dengan cara tertentu akan memiliki kekuatan yang luar biasa untuk
mempengaruhi dan mengubah perilaku manusia. Demikian pula, bilamana hal itu
bersinergi dengan logika maka akan berpengaruh terhadap berbagai pengambilan
keputusan penting dalam kehidupan individu maupun masyarakat luas. Kekuatan kata-
kata (dalam bentuk lisan maupun tulisan) dapat menjadi stimuli yang merangsang respon
psikologis mad'u apabila: memiliki nilai keindahan bahasa (pilihan kata yang tepat),
kejelasan informasi, penggunaan logika yang kuat, intonasi yang berwibawa, memberikan
harapan (optimisme) atau peringatan, dan ungkapan yang penuh ibarat (Mubarok, 2001:
183).
Materi dakwah yang disampaikan oleh da’I tidak lain adalah sesuai dengan islam
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah,
syari’ah, dan akhlak.5
Seorang da’i dituntut untuk memilih dan menentukan topik tertentu yang akan
disampaikan kepada mad’u yang mendengarkannya dengan memperhatikan kondisi serta
kebutuhan mad’u yang menjadi objek dakwah tersebut, dengan harapan mad’unya dapat
memahai betul apa yang disampaikan da’I sehingga mad’u tidak mengalami kesulitan
dalam memahamidan mencernanya.

5
Wahdi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos, 1997), h.33.
2.3 Hambatan Dakwah Persuasif
Didalam suatu tindakan yang bersifat positif maupun negative sekalipun pasti
memiliki kekurangan dan kelebihan, seperti juga dakwah persuasif juga memiliki
hambatan sebagaimana awal mula datangnya agama islam ini, memiliki hambatan dan
cobaan dalam melakukan dakwah ke berbagai tempat yang memiliki keadaan latar
bel;akang yang berbeda-beda. Dalam hal ini ada beberapa hal yang menghambat dakwah
persuasif, antara lain: Noice factor, Semantic factor, kepentingan, motivasi, dan
prejudice.6
a) Noice factor
Hambatan yang berupa suara baik disengaja maupun tidak disengaja seperti
handphone berbunyi.
b) Semantic factor
Pemakaian kosakata yang tidak dimengerti oleh mad’u.
c) Kepentingan
Dakwah harus menyodorkan message yang mampu membangkitkan Interest dari
mad’u, bagaimana seorang da’I mampu mengepek materi dakwah sehingga mad’u
tertarik untuk menyimaknya.
d) Motivasi
Motivasi ini dilihat dari sudut pandang mad’u bukan pada da’I, jika motivasi
mad’u mendatangi aktivitas dakwah bersifat negatif, apabila isi komunikasi
bertentangan dengan komunikasi yang seharusnya ada, misalnya salah singgung
akan mengakibatkan kekecewaan-jelas sekali bahwa mengenali medan adalah
persyaratan utama tercapainya tujuan dakwah persuasif.
e) Prejudice
Prasangka adalah hambatan paling berat terhadap kegiatan dakwah persuasif,
prasangka sosial merupakan sikap perasaan orang-orang terhadap golongan
manusia tertentu, golongan ras atau kebudayaan, yang berlainan dengan golongan
orang yang berprasangka itu.7

6
Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah, (Wonosobo: Amzah, 2001), hlm. 159
7
Ibid
Adanya perbedaan pandangan dan jalan hidup, mengharuskan adanya saling
pengertian dan kesediaan untuk menghargai pandangan dan jalan hidup yang lainnya
apalagi sesama masyarakat muslim kita seharusnya saling menasehati satu sama lain, tidak
menghujat dan membedakan satu golingan dengan yang lain. Inilah penyebab agama islam
pada era modern ini jatuh, jatuh bukan berarti hancur, jatuh akan bisa bengkit kembali lagi
sesuai yang diinginkan jikalau masyarakat muslim bersatu walaupun berbeda sudut
pandang dalam melakukan amal ibadah.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
Dakwah persuasif menekankan bahwa aktivitas yang dilakukan dalam bentuk
meyakinkan dan menyadarkan mad’u untuk menerima serta melaksanakan pesan-pesan
dakwah, bukan memaksa mad’u untuk melaksanakan pesan dakwah. Dakwah persuasif
merupakan penyampaian informasi agama melalui proses komunikasi, yang didalamnya
ada proses memotivasi dan mempersuasi mad’u supaya menerima pesan dakwah. Seorang
da’i dituntut untuk memilih dan menentukan topik tertentu yang akan disampaikan kepada
mad’u yang mendengarkannya dengan memperhatikan kondisi serta kebutuhan mad’u
yang menjadi objek dakwah. Beberapa hal yang menghambat dakwah persuasif, antara
lain: Noice factor, Semantic factor, kepentingan, motivasi, dan prejudice.
3.2. SARAN
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu kami selaku penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari dosen pengampu mata kuliah serta dari para pembaca agar
kedepannya makalah ini dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adnan Harahap, Dakwah Dalam Teori dan Praktek, (Yogyakarta: Sumbangsih, 1980).
Saifudin Azwar, Sikap Manusia dan Pengukurannya, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 1997)
Slamet, “Efektivitas Komunikasi dalam Dakwah Persuasif”, dalam Jurnal Dakwah, 2009
Ilyas Ismail, “Dakwah Persuasif”, dalam Republika, No 250, Senin 24 September 2012.
Wahdi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: logos, 1997).
Totok Jumantoro, Psikologi Dakwah, (Wonosobo: Amzah, 2001).

Anda mungkin juga menyukai