Anda di halaman 1dari 15

HADITS TENTANG KEWAJIBAN BERDAKWAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits Untuk SMA/MA/SMK

Dosen Pengampu : Dr. Yana Mulyana, M.Ag.

Disusun Oleh:

Ajeng Siti Rahmah Fauziah (2021.01.061)

Nasruloh (2021.01.018)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AL-FALAH (STAIA)

CICALENGKA – BANDUNG

2023
HADITS TENTANG KEWAJIBAN BERDAKWAH

Ajeng Siti Rahmah Fauziah

Nasruloh

ajengrahmafauziah@gmail.com

Abstract
Da'wah is a process of conveying, inviting or appealing to other people or the public to consciously
embrace, study and practice religious teachings, so as to awaken and restore the natural potential of that
person, and can live happily in this world and in the hereafter. Have you preached? Everyone must have
preached. Of course you have invited your younger siblings, friends or relatives to do something good.
For example, inviting congregational prayers to the mosque, reciting the Koran, cleaning classes,
studying, and so on. That is what propaganda means. So, preaching does not have to stand in the pulpit,
lectures convey religious messages in front of many people. Da'wah can be done in various ways and
media. It can be done with speech, writing or pictures, in the form of films, poetry, song lyrics, and so on.
Now, after you know that the purpose of da'wah is to invite good, now start preaching at every
opportunity according to the potential and talents you have. In this journal, we will study the verses of the
Koran and hadith regarding the obligation to preach, the methods and rewards of those who preach.
Keywords : Da'wah, methods, rewards.

Abstrak
Dakwah adalah suatu proses penyampaian, ajakan atau seruan kepada orang lain atau kepada masyarakat
agar mau memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama secara sadar, sehingga membangkitkan
dan mengembalikan potensi fitri orang itu, dan dapat hidup bahagia di dunia dan di akhirat. Pernahkah
anda berdakwah? Semua orang pasti pernah berdakwah. Tentu anda perna mengajak adik, teman atau
saudara anda untuk melakukan suatu kebaikan. Misalnya, mengajak solat berjama’ah ke masjid, mengaji,
membersihkan kelas, belajar,dan lain sebagainya. Itulah yang dimaksud dengan dakwah. Jadi, dakwah
tidak harus berdiri di mimbar, ceramah menyampaikan pesan-pesan agama dihadapan orang banyak.
Dakwah dapat dilakukan dengan berbagai cara dan media. Dapat dilakukan dengan ucapan, tulisan atau
gambar, dalam bentuk film, puisi, lirik lagu, dan sebagainya.
Nah, setelah anda mengetahui bahwa maksud dakwah adalah mengajak kebaikan, sekarang mulailah
berdakwah pada setiap kesempatan sesuai potensi dan bakat yang anda miliki. Dalam jurnal ini, kita akan
mempelajari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang kewajiban berdakwah, metode dan pahala orang yang
berdakwah.
Kata kunci : Dakwah, metode, pahala.

1
A. PENDAHULUAN
Dakwah sendiri yang kita ketahui artinya mengajak, menyeru umat untuk ke jalan
kebenaran, beramal melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya agar
menjadi masyarakat yang madani. Kegiatan dakwah merupakan kewajiban untuk semua
umat muslim di dunia. Kegiatan berdakwah tidak hanya dilakukan melalui ceramah saja,
tetapi banyak cara untuk melakukan dakwah, bahkan media elektronik online seperti
internet sekalipun bisa dijadikan untuk media dakwah bagi kaum muslim sekarang ini.
Dakwah yang di mulai sejak zaman kenabian hingga kini telah mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Mulai dari jumlah pengikut dakwah, metode dan
cara, juga pergerakan-pergerakan atau jama’ah yang mengusung dakwah itu sendiri.
Perkembangan dakwah ini tidak terlepas dari pengaruh perkembangan zaman, kemajuan
teknologi bahkan menuntut dakwah di kemas secara lebih efisien dan mudah.
Pada dasarnya dakwah juga merupakan bagian dari komunikasi, karena unsur-unsur
yang ada didalam dakwah meliputi unsur-unsur yang ada dalam komunikasi.
Dakwah adalah suatu proses mengajak, mendorong (memotivasi) manusia untuk
berbuat baik, mengikuti petunjuk Allah, menyuruh mengerjakan kebaikan, melarang
mengerjakan kejelekan, agar dia bahagia di dunia dan akhirat. Maka dari itu, secara
sederhana kita bisa mengartikan dakwah sebagai kegiatan mengkomunikasikan ajaran
Allah, sehingga orang tersebut terajak hatinya untuk ikut ke jalan rahmatan lil’alamin.
Dalam jurnal ini, kita akan mempelajari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits tentang kewajiban
berdakwah, metode dan pahala orang yang berdakwah.

B. Pembahasan

2
1. Hadis tentang Keutamaan Berdakwah

Artinya: Dari Abu Hurairah ra. bahwasa Rasulullah saw.. bersabda, " Barangsiapa
yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya pahala seperti pahala orang-orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan barangsiapa
yang mengajak kepada kesesatan, maka ia mendapat dosa seperti dosa orang-orang
yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun (HR. Muslim)

Isi kandungan Hadits

Secara garis besar, Hadits di atas mengajarkan arti dakwah yaitu menyeru, mengajak,
menganjurkan kebaikan dan kebaikan. Secara bahasa, lafal dakwah adalah Masdar
Masdar. da'a, yad'u menjadi da'watan, du'a'an, artinya menyeru, menyeru, menyeru dan
juga berdoa dan memohon. Dalam hubungan top down atau peer to peer atau dekat-jauh,
kata tersebut diartikan sebagai penyambutan, penyambutan, penyambutan dan ajakan,
seperti pemimpin kepada anggota atau sesama anggota kepada anggota lainnya. Bila
pengucapannya diucapkan dari bawah ke atas, diartikan sebagai doa, sama seperti orang
berdoa kepada Allah SWT. atau diartikan mengemis ketika anggota memohon kepada
pemimpin.

Adapun ungkapannya, dakwah diartikan sebagai tindakan menyeru, mengajak dan


mengajak orang lain untuk melakukan yang baik dan terbaik (ajaran Tuhan) dan
meninggalkan yang tidak baik dan tidak buruk (ajaran setan).

Dalam Al Quran Surat Ali Imran: 104 menggunakan ungkapan yad'una ilal-khair,
yang menunjukkan agama Islam yang paling baik. Di ayat lain, QS. 10:25: wallahu yad'u
ila daris-salam, (dan Allah menyeru/mengundang ke rumah keselamatan), adalah Islam
yang membawa keselamatan di dunia dan akhirat. Juga QA. 2: 221: wallahu yad'u ilal-
jannati walmagfirati bi iznihi, (dan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-
Nya). Dengan demikian, dakwah adalah perbuatan membangkitkan suatu keadaan dan

3
mengubahnya dari buruk menjadi baik dan baik, yaitu al-khair, daris-salam, al-jannah wal
magfirah dalam pandangan islam.

Hadits tersebut menegaskan bahwa tujuan dakwah adalah menuju kepada


pencerahan, hidayah atau sesuatu yang diisyaratkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya
sebagai jalan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dalam
Hadits, kata Huda dinyatakan sebagai kata benda Nakirah, yang berarti kata benda
umum, yaitu. H. segala tanda kebaikan di sisi Allah SWT dan Rasul-Nya. Dapat
dipahami bahwa tuntunan tersebut adalah Al-Qur'an sebagai tuntunan dan Islam Sirat
Mustaqim, yang selalu diwajibkan bagi seluruh hamba yang taat kepada Allah SWT
dalam setiap rakaat shalat, ihdina alsirat al-mustaqim. pandangan Islam.

Dalam Hadits, Huda atau perilaku hidup diibaratkan Dhalala, kesalahan dalam hidup.
Kata dhalala juga disebutkan dalam hadits dalam bentuk nakirah, yang bersifat generik.
Dengan kata lain: Jika manusia tidak mau dituntun kepada petunjuk, kepada kebenaran,
maka sebenarnya mereka membolehkan kesalahan atau bahkan menjurus kepada
kesalahan.

Jika dilakukan dengan baik, doa kebaikan (dalam berbagai bentuknya) pasti akan
berdampak positif bagi kesejahteraan negara atau daerah. Yang baik tercermin di
sekelilingnya, sama seperti yang buruk juga ada di sekitarnya. Di sini seseorang harus
bersaing dalam setiap kebaikan, fastabiqul khairat, sehingga kebaikan tradisional dapat
mengalahkan atau memusnahkan kejahatan.1

Penjelasan Hadits

Hadis ini menjelaskan keutamaan orang yang melakukan dakwah. Selain sebagai
kewajiban, dakwah memberikan bagi pelakunya pahala yang bagus dan masif.
Maksudnya pahala tetap mengalir kepada pendakwah sampai hari kiamat. Ketika
seseorang memotivasi, mengajak kebaikan maka dia mendapatkan pahala karena
perbuatan baiknya tersebut. Dan dia mendapatkan tambahan pahala sebanyak orang-
orang yang mengikutinya berbuat baik, tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka.

1
https://www.bacaanmadani.com/2018/01/hadits-tentang-keutamaan-berdakwah-dan.html

4
Hal serupa juga berlaku jika seseorang mengajak dan memotivasi orang melakukan
keburukan. Dia mendapatkan dosa karena perilakunya dan mendapat tambahan dosa
sebanyak orang-orang yang mengikutinya, tanpa sedikitpun dosa mereka dikurangi.

Begitulah dakwah tidak saja sebuah kewajiban, tetapi juga “peternakan” pahala yang
potensial.2

2. Kewajiban Menyampaikan Dakwah dengan Ilmu

Artinya: “Dari Abdullah bin Amr r.a sesunggunya Rasulullah Sallallahu 'Alaihi
Wasallam bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat dan engkau
boleh menceritakan berita walaupun dari dan tentang bani Israil, tidak ada
halangannya, dan barang siapa yang berdusta atas namaku maka hendaklah ia
memersiapkan tempatnya di neraka.” (Sahih al-Bukhari)3

Isi kandungan Hadits


Pertama, Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk
menyampaikan perkara agama dari beliau, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah
menjadikan agama ini sebagai satu-satunya agama bagi manusia dan jin (yang
artinya), “Pada hari ini telah kusempurnakan bagimu agamamu dan telah
kusempurnakan bagimu nikmat-Ku dan telah aku ridhai Islam sebagai agama
bagimu” (QS. Al Maidah: 3).
Tentang sabda beliau, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat”, Al Ma’afi An
Nahrawani mengatakan, “Hal ini agar setiap orang yang mendengar suatu perkara
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersegera untuk menyampaikannya,
meskipun hanya sedikit. Tujuannya agar nukilan dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam dapat segera tersambung dan tersampaikan secara seluruhnya.”

2
M.Abdul Jalil, Al-Qur’an dan Hadits MA Kelas XII, Jakarta; Kemenag RI 2020, hal.105
3
Sumber: Sahih al-Bukhari 3461

5
Hal ini sebagaimana beliau berkata: "Allah memberkati dia dan memberinya
kedamaian: Biarkan mereka yang hadir menjaga mereka yang tidak hadir." Bentuk
imperatif hadis ini menunjuk pada hukum Fardhu Kifayah.
Kedua, Tabligh, atau transmisi ilmu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam,
terbagi menjadi dua bentuk:
1) Transmisi tanda-tanda Al-Qur'an atau bagiannya dan as-Sunnah, serta As-Sunnah
baik berupa kata-kata (qauliyah), perbuatan (amaliyah) dan kesepakatan
(taqririyah) dan segala hal yang berkaitan dengan akhlak dan sifat mulia manusia.
Al-Qur'an. A. Semoga Nabi Allah menghormatinya dan memberinya
kemakmuran.
Metode pengiriman ini membutuhkan eksterior yang baik dan stabil. Juga, metode
dakwah ini harus diajarkan oleh orang-orang yang jelas beragama Islam, baligh
(dewasa) dan memiliki sikap “is” (bertakwa, tidak sering melakukan dosa besar,
menahan diri dari dosa kecil, dan menahan diri dari hal-hal yang mengurangi
harga diri/muru'ah).
2) Mengkomunikasikan dan memahami makna nash yang ada. Individu yang berbagi
informasi tersebut membutuhkan kemampuan dan legitimasinya sendiri, berasal
dari penelitian yang luas, dan juga dapat memperoleh sertifikat atau izin dari
peneliti.
Hal ini karena memahami nash membutuhkan ilmu lainnya antara lain bahasa,
ilmu nahwu (tata bahasa arab), ilmu ushul, musthalah, dan mempelajari perkataan
para ahli ilmu, ilmu ikhtilaf (perbedaan) dan pemahaman diantara keduanya
hingga ia mengetahui apa yang dipikirkannya. . yang paling dekat dengan
argumen di Kalifiyya. Mengetahui hal tersebut, dia akhirnya menghindari opini
yang "nyeleneh".
Ketiga, Sebagian orang yang mengaku sebagai penceramah, pengkhutbah dan
pengisi ta'lim, padahal sebenarnya tidak memiliki pemahaman (ilmu yang sahih)
tentang agama, mengklaim melalui hadits: "Sampaikanlah dariku, meskipun hanya
satu ayat" Mereka beranggapan bahwa berdakwah tidak membutuhkan banyak ilmu
(asal hafal ayat atau hadits, mereka bisa menyampaikan semua yang mereka pahami,
red.). Bahkan, mereka mengatakan bahwa siapa pun yang memiliki ayat disebut

6
mubaligh karena Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Menurutnya, tentu orang
yang hafal lebih dari satu ayat atau hadits lebih cocok menjadi pendakwah.
Pernyataan di atas jelas salah dan melibatkan penipuan terang-terangan kepada orang-
orang yang diberi pengetahuan oleh Tuhan.
Hadits di atas tidak menyebutkan maksudnya, tetapi sebenarnya bertugas
menambah ilmu dengan pemahaman yang baik meskipun hanya diberikan satu hadis.
Jika menteri menghafal informasi dengan sangat baik, dia hanya dapat mengulangi
apa yang telah dia hafal. Adapun Ahlul hifzh Wal fahmi (yang ahli dalam menghafal
ilmu dan pemahaman), dia bisa menyampaikan bukti hapalan dan pemahaman ilmu
yang dimilikinya. Oleh karena itu sabda Nabi sallallahu ʻalayhi wa sallam:
"Terkadang orang yang diberi ilmu lebih paham dari pada orang yang mendengarnya
langsung. Dan terkadang orang yang membawa ilmu itu tidak faqih (pandai
memahami)."

Bagaimana bisa ada yang mengira bahwa Nabi sallallahu 'alaihi wa sallam
memerintahkan orang yang tidak paham agama untuk mengajar karena
pemahamannya yang asal-asalan (padahal dia hanya hapal dan tidak paham).4

Penjelasan Hadits

Hadits ini serupa dengan hadits sebelumnya, menunjukkan bahwa Allah akan
memberikan pemahaman tentang agama kepada orang yang dikehendaki-Nya untuk
mendapatkan kebaikan.

Oleh karena itu, seorang muslim yang berdakwah harus memohon kepada Allah
untuk diberikan pemahaman yang lebih baik tentang agama.5

Karena itu keberhasilan dakwah bukan diukur dengan banyaknya pengikut, tetapi
pesan dakwah tetap disampaikan kepada mereka, sekalipun sedikit yang mengikuti,
bahkan tidak ada yang mengikuti.6

4
https://muslim.or.id/6409-sampaikan-ilmu-dariku-walau-satu-ayat.html
5
Sumber: Sahih al-Bukhari 3461
6
M.Abdul Jalil, Al-Qur’an dan Hadits MA Kelas XII, Jakarta; Kemenag RI 2020, hal.67

7
Hadits tentang Nilai Pahala bagi Orang yang Berdakwah

‫ َم ْن َدَعا ِإَلى ُهًدى َك اَن َلُه ِم َناَألْج ِر‬: ‫َعْن َاِبْي ُهَر ْيَر َة َر ِض َي ُهللا َع ْنُه َاَّن َر ُسْو َل ِهللا َص َلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َلَم َقاَل‬
‫ِم ْثُل ُأُج وِر َم ْن َتِبَعُه َال َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن ُأُج وِر ِهْم َشْيًئا َو َم ْن َدَعا ِإَلى َض َالَلٍة َك اَن َع َلْيِه ِم َن اِإل ْثِم ِم ْثُل آَثاِم َم ْن َتِبَعُه َال‬
)‫َيْنُقُص َذ ِلَك ِم ْن آَثاِم ِهْم َشْيًئا (رواه مسلم واحمد وابو داود والترمذي والدارمى‬

Artinya: “Abu Hurairah ra,. dia berkata , ‘Rasulullah saw. bersabda, “siapa yang
mengajak kepada petunjuk (Allah), dia akan mendapatkan bagian pahala seperti
pahala orang yang mengikuti ajakannya tanpa mengurangi sedikit pun pahala dari
mereka. Dan siapa yang mengajak ke jalan kesesatan, diapun akan mendapatkan
bagian dosa seperti dosa-dosa yang mengikutinya tanpa mengurangi sedikit pun
dosa-dosa mereka.”(HR.Muslim, Ahmad, Abu Daud dan at-Tirmidzi)

Isi Kandungan Hadits Tentang Nilai Pahala Bagi Orang yang Berdakwah
Hadits tersebut menerangkan tentang bahwa orang yang mengajak kebaikan pada
orang lain, dia akan medapat pahala dari Allah swt dua kali lipat, yaitu pahala untuk
dia sendiri mengajak berbuat kebaikan dan pahala dari orang lain yang mengikuti
ajakannya. Meskipun demikian, pahala orang lain yang mengikutinya itu sama sekali
tidak terkurangi sedikit pun. Pahala orang yang mengajak kebaikan dan mau
mengamalkannya bertambah banyak. Semakin banyak orang mengikuti ajakannya,
semakin bertambah pula pahala orang yang mengajak kebaikan tersebut, bahkan
pahalanya akan berantai terus mengalir bertambah banyak selama kebaikan itu ada
yang mengamalkannya, meskipun orang mengajak sudah meninggal dunia. Oleh
karena itu, anda harus sering mengajak orang lain untuk melakukan kebaikan.
Ajaklah orang lain berbuat baik dan jangan lupa anda pun harus berusaha
memberikan contoh kebaikan tersebut. Jangan kalian mengajak kebaikan, tetapi justru
anda berbuat sebaliknya. Allah swt. sangat mengecam orang-orang yang hanya dapat
mengajak orang lain berbuat baik, tetapi dirinya sendiri tidak melakukannya.

8
٣ ‫َك ُبَر َم ْقًتا ِع ْنَد ِهّٰللا َاْن َتُقْو ُلْو ا َم ا اَل َتْفَعُلْو َن‬

Artinya: “(itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.” (as-Saff/61: 33)
Dalam hadits tersebut dijelaskan pula bahwa orang yang mengajak kesesatan
akan mendapatkan bagian dosa dari orang yang diajak, tanpa mengurangi dosa orang
diajaknya. Dengan demikan, orang yang mengajak berbuat tidak baik dosanya
menjadi dua kali lipat, yaitu dosa dia sendiri melakukan perbuatan yang tidak baik
ditambah dosa dia telah menjerumuskan orang lain dengan mengajaknya berbuat
tidak baik.

Keutamaan Berdakwah
1. Dakwah adalah Muhimmatur Rusul (Tugas Utama Para Rasul alaihimussalam).
Para Rasul alaihimussalam adalah orang yang diutus oleh Allah swt untuk
melakukan tugas utama mereka, yakni berdakwah kepada Allah. Keutamaan
dakwah terletak pada disandarkannya kerja dakwah ini kepada manusia yang
paling utama dan mulia yakni Rasulullah saw dan saudara-saudara beliau para
Nabi & Rasul alaihimussalam.
2. Dakwah adalah Ahsanul A’mal (Amal yang Terbaik). Dakwah adalah amal yang
terbaik, karena da’wah memelihara amal Islami di dalam pribadi dan masyarakat.
Membangun potensi dan memelihara amal sholeh adalah amal da’wah, sehingga
da’wah merupakan aktivitas dan amal yang mempunyai peranan penting di dalam
menegakkan Islam. Tanpa da’wah ini maka amal sholeh tidak akan berlangsung.
3. Pendakwah memperoleh pahala yang besar.
4. Da’wah dapat menjadi penyelamat dari azab Allah swt (An-Najatu minal ‘Azab).
Da’wah yang dilakukan oleh seorang da’i akan membawa manfaat bagi dirinya
sebelum manfaat itu dirasakan oleh orang lain yang menjadi objek dawahnya
(mad’u). Manfaat itu antara lain adalah terlepasnya tanggung jawabnya di
hadapan Allah swt sehingga ia terhindar dari adzab Allah. Da’wah dan amar
ma’ruf nahi munkar adalah kontrol sosial yang harus dilakukan oleh kaum
muslimin agar kehidupan ini selalu didominasi oleh kebaikan. Kebatilan yang

9
mendominasi kehidupan akan menyebabkan turunnya teguran atau adzab dari
Allah swt.
5. Da’wah adalah Jalan Menuju Khairu Ummah. Rasulullah saw berhasil mengubah
masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik sepanjang zaman dengan dakwah
beliau. Dakwah secara umum dan pembinaan Da’i sebagai asset SDM dalam
dakwah secara khusus adalah jalan satu-satunya menuju terbentuknya khairu
ummah yang kita idam-idamkan. Rasulullah saw melakukan tarbiyah mencetak
kader-kader dakwah di kalangan para sahabat beliau di rumah Arqam bin Abil
Arqam ra, beliau juga mengutus Mush’ab bin Umair ra ke Madinah untuk
membentuk basis dan cikal bakal masyarakat terbaik di Madinah (Anshar). Jalan
yang ditempuh oleh Rasulullah saw ini adalah juga jalan yang sepatutnya
ditempuh untuk mengembalikan kembali kejayaan umat Islam.

Contoh Perilaku Dakwah Dalam Kehidupan Sehari-hari


a) Menasihati teman jika berbuat salah.
b) Mengingatkan teman untuk selalu beribadah kepada Allah swt. seperti, solat,
puasa, sedekah dll.
c) Mengajak teman untuk mengikuti kegiatan majelis ilmu seperti, maulid nabi
saw, rajaban, dll.
d) Mengingatkan untuk selalu berdo’a dan bersyukur kepada Allah swt.

Terlepas dari contoh perilaku dakwah yang telah disebutkan di atas, kita yang
mengingatkan harus memberikan contoh perilaku tersebut. Tidak hanya
mengingatkan, tetapi kita juga melasanakannya dan mempraktekannya.

10
3. Analisis Hadits Tentang Kewajiban Berdakwah (Mengapa Hadits ini Perlu Di
ajarkan Kepada Siswa MA/SMA/SMK)
Hadits tentang kewajiban berdakwah ini penting di ajarkan kepada anak didik
khususnya siswa-siswi MA/SMA/SMK karena hadits ini sangat penting bagi anak
duduk untuk dipelajari dan diamalkan untuk kebaikan diri sendiri dan juga sekitar.
Supaya mereka bisa mengajak teman-teman mereka kepada kebaikan, dan
mengingatkan untuk tidak berbuat yang tidak baik. Dengan mempelajari hadits ini,
siswa diharapkan bisa membentengi dirinya agar tidak terjerumus kedalam
kemaksiatan dan penyimpangan dan senatiasa mengajak kebaikan. Apalagi jika
dilihat dari rata-rata umur mereka yang masih remaja dan sangat rentan terbawa arus
zaman juga pergaulan yang bebas. Untuk itu diperlukan adanya perhatian khusus
yang dapat membimbing mereka menghadapi perkembangan zaman yang ada
dihadapan kita, sehingga mereka bisa mengatur dan mengontrol diri dalam memilih
dan memilah hal-hal yang positif maupun negatif.
Di zaman sekarang, banyak sekali remaja khususnya siswa MA/SMA/SMK yang
terjerumus kepada hal yang tidak baik. Contohnya ada seorang remaja pergaulan nya
tidak terkontrol, sehingga seorang remaja itu hamil diluar nikah. Itu karena kurangnya
perhatian dari orang sekitar misalnya, keluarga, kerabat, teman. Seharusnya, kita
sebagai orang terdekat harus bisa saling mengingatkan. Oleh karena itu, perlunya
belajar hadits tentang kewajiban berdakwah diterapkan kepada siswa, agar remaja
khususnya MA/SMA/SMK bisa saling mengingatkan pada kebaikan. Dan semoga
kita semua dijauhkan dari perbuatan yang tidak baik itu, dan senantiasa lebih banyak
mendekatkan diri kepada Allah swt.
4. Metode dan Media yang Tepat untuk Mengajarkan Hadits Tentang Kewajiban
Berdakwah
Dalam menyampaikan materi hadits tentang kewajiban berdakwah ini, metode
yang tepat yang digunakan adalah metode ceramah, tanya jawab, latihan, metode
mengamati dan praktek.
a. Metode Ceramah

11
Pola interaksi dalam pembelajaran berjalan satu arah karena dalam metode ini
guru memberikan informasi secara aktif dimana guru akan menerangkan,
menjelaaskan isi kandungan hadits dan penjelasannya kepada siswa secara pasif
menerima informasi dengan mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan oleh
gurunya. Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh para
pendidik. Dengan metode ini diharapkan anak didik dapat mengetahui dan
memahami ap aitu ilmu pengetahuan dan teknologi dan kemudian bisa
mengamalkannya.
b. Metode Tanya Jawab
Setelah menyampaikan materinya, guru memberikan pertanyaaan untuk
mengecek kesungguhan siswa dalam mendengarkan materi yang telah
disampaikan oleh pendidik dan murid diberikan kesempatan untuk bertanya jika
belum memahami penjelasan gurunya. Dalam metode ini, pola yang digunakan
berjalan dua arah, yakni dengan adanya interaksi antara murid dan guru sehingga
lebih menghidupkan suasana kelas. Setelah metode tanya jawab, metode yang
digunakan adalah latihan atau penugasan, dalam metode ini siswa diberikan tugas
atau latihan mengenai materi yang telah disampaikan agar lebih memahami materi
dan merangsang siswa lebih aktif dan rajin.
c. Metode Latihan
Latihan dilakukan setelah materi disampaikan, dengan memberi soal mengenai
hadits tentang kewajiban berdakwah. Metode latihan juga bisa dilakukan dengan
latihan langsung cara memanfaatkan media yang ada.
d. Metode Mengamati dan Praktek
Untuk membantu siswa dalam memahami materi hadits tentang kewajiban
berdakwah ini, alangkah baiknya jika dilakukan juga metode mengamati dan
praktek. Metode ini dilakukan dengan menonton video tentang tentang kewajiban
berdakwah. Dan setelah itu siswa juga bisa melakukan praktek langsung di depan
para siswa yang lain bagaimana dakwah itu.
Kemudian untuk alat dan media pembelajaran yang digunakan dalam
mengajarkan hadits ini menurut kami bisa disesuaikan dengan seiring
berkembangnya zaman, yakni dengan menggunakan Power Point untuk

12
menjelaskan materi dengan visualisasi yang cukup menarik sehingga murid tidak
mudah bosan, kemudian video-video mengenai kewajiban berdakwah yang bisa
ditonton anak-anak agar lebih mudah memahami. Lalu untuk alat
pembelajarannya bisa menggunakan laptop, proyektor, whiteboard dan lain
sebagainya.

KESIMPULAN
Umat muslim wajib berdakwah sebagai bentuk tanggung jawab beragama untuk
melanjutkan salah satu tugas para Rasul. Maksud dakwah disini adalah mengajak
orang lain untuk menjalankan ajaran-ajaran agama Allah swt. sebagai jalan
menuju ridha-Nya. Berdakwah bukan kegiatan yang ringan, tetapi perlu
keberanian dan strategi yang efektif untuk mencapai tujuannya. Sebab, dalam
berdakwah pasti akan menemukan berbagai tantangan dan rintangan. Meskipun
pada hakikatnya setiap orang menyenangi kebaikan dan mendambakan
kebahagiaan, namun kenyataannya tidak mudah mengajak orang menjadi baik dan
bahagia. Oleh Karena itu, seorang da’i harus dapat mengemas dakwahnya agar
orang tertarik dengan ajakannya. Dengan demikian, setidaknya seorang da’i harus
memahami terlebih dahulu kondisi orang yang hendak didakwahinya. Dengan
memahami kondisi tingkat pendidikan, sosial, budaya, ekonomi dan masyarakat
yang menjadi sasaran dakwahnya serta pilihan metode dakwah yang tepat, untuk
mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an Al-Karim
A.Mustofa Hadna, Ayo mengkaji Al-Qur’an dan Hadits, Jakarta; Erlangga 2019
M.Abdul Jalil, Al-Qur’an dan Hadits MA Kelas XII, Jakarta; Kemenag RI 2020
Budi Rahardjo, Konsep Dakwah Dalam Islam, Salatiga; STAIN Salatiga 2007
Eneng Sri Wulan, Hadits-Hadits Tentang Keutamaan Dakwah, Banten; UIN
Sultan Maulana Hasanudin Banten 2015
Sumber: Sahih al-Bukhari 3461

14

Anda mungkin juga menyukai