Anda di halaman 1dari 3

ALHAMDULILLAHI ROBBL ALAMIIN, NAHMADUHU WANASTAIINU WANASTAGHFIRUHU,,,WANA UUDDZU

BILLAHI MIN SYURURI ANFUSINA WAMIN SAAYYIATI A`MALINA…MAYAHDILLAHU FALA MUDHILLALAH


WAAMAYUDDHLILHU FALA HAADIYA LAHU.. ASYHADU ALLAA ILAAHA ILLALLAH WA ASHADU ANNA
MUHAMMADARRASULULLAH ALLAHUMMASALLI ALA SSAAYIDINA MUHAMMAD WA ALA ALI SAYIDINA
MUHAMMAD… AMMA BA`DU.

Sebagai hamba Allah yang beriman marilah kita panjatkan puji dan syukur ke haddirat Allah SWT yang
telah memberikan kekuatan kesehatan lahir dan batin kepada kita semua, sehingga kita dapat
berkumpul di tempat ini dalam rangka menghambakan diri kepada Allah SWT.

Salawat dan salam tidak lupa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Allah Muhammad SAW yang telah
mengantarkan umat manusia dari peradaaban hidup yang jahiliyah menuju pada peradaban hidup yang
moderen,,,, yg penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti yang kita rasakan pada
saat ini. Semoga kita semua termasuk hambanya yang taat, yang berhak mendapatkan syafaatnya di hari
akhir kelak..

Perkenankanlah saya pada kesempatan ini untuk menyampaikan topik yang berjudul: keutamaan
menjaga lisan dan bahaya tidak menjaga nya

Diantara nikmat Allah Ta’ala yang paling besar manfaatnya kepada manusia adalah lisan (lidah) dan dua
bibir. Allah Ta’ala mengingatkan kedua nikmat tersebut dalam firmanNya:

‫ألللمم نلمجلعلَ للهه لعمينلمينن – لولنلساًنناً لولشفلتلمينن – لوهللدميلناًهه النلمجلدمينن‬

“Bukankah Kami telah memberikan kepadanya dua buah mata, lidah dan dua buah bibir. Dan Kami telah
menunjukkan kepadanya dua jalan”. (QS. Al-Balad: 8-10).

Jika Allah Subhanahu Wata’ala memberikan nikmat lisan secara gratis, itu tidak bermakna kita boleh
berbicara menurut kehendak hawa nafsu. Yang dikehendaki oleh Sang Pemberi nikmat adalah bersyukur
kepadaNya dengan cara memanfaatkan lisan sesuai dengan tuntunan dan syari’atNya. Anggota tubuh
yang satu ini memang tidak tersusun atas tulang-belulang seperti anggota tubuh lainnya, akan tetapi jika
digunakan tidak sesuai dengan aturan Pemberinya, maka lisan seperti ini bisa lebih tajam dari pedang
terhunus. Karena itu ada sebuah pepatah dalam bahasa Indonesia menyebutkan: “Mulutmu adalah
harimaumu” dan sebuah pepatah Arab menyatakan: “Salamatul insan fi hifzhil lisan” (Keselamatan
manusia sangat tergantung pada penjagaan lisannya).
Di antara ancaman kepada orang yang tidak bisa menjaga lisannya adalah sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam : “Sesungguhnya jika seorang hamba berbicara dengan kalimat yang tidak jelas baginya
(apakah kalimatnya itu benar atau salah), maka ia akan tergelincir ke dalam neraka sejauh jarak antara
timur dan barat ” (HR. Bukhari dan Muslim).

Ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam mengalami proses isra’, beliau melewati suatu kaum yang
mencakar-cakar wajahnya dengan kuku-kuku mereka dari tembaga. Nabi pun bertanya kepada malaikat
jibril tentang siapa mereka itu, maka Jibril menjawab “mereka adalah orang-orang yang suka memakan
daging manusia serta menodai kehormotan mereka” (dikutip dari hadits riwayat Abu Dawud dan Ahmad
yang disahihkan olen oleh Syekh Al-Bani dalam Shahih Al-Jaami’).

Dalam kitab Jaami’ul ‘Ulum Wal Hikam disebutkan satu nasihat dari Ibnu Mas’ud RA yang diawali dengan
sumpah: “Dengan nama Allah yang tiada Ilah selainNya, tidak ada sesuatu di atas muka bumi ini yang
lebih butuh untuk dipenjarakan dalam waktu yang lama daripada lisan”

Sementara Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata seperti yang dikutip dalam Kitab Al-Jawab Al-Kaafi:
“Betapa banyak orang yang hati-hati dari perbuatan keji dan dzalim, tetapi lidahnya mencaci maki
kehormatan orang yang masih hidup dan yang sudah wafat, sementara ia tidak menyadari akan apa yang
diucapkannya”.

Sebaliknya, jika lisan digunakan sesuai tuntunan syari’atNya, maka lisan akan memproduksi berbagai
kebaikan, seperti mengucapkan kalimat yang paling agung dan paling berat timbangannya di hari akhirat,
yaitu kalimat tauhid: Laa Ilaaha Illallah Muhammadur-Rasulullah, kalimat-kalimat dzikir, dakwah di jalan
Allah, perkataan-perkataan santun dan lemah lembut yang menjadi perhiasan terbaik bagi seseorang.
Akumulasi dari berbagai kebaikan adalah ketenangan jiwa dan mengundang simpati dari orang lain,
bahkan tidak tanggung-tanggung Rasululullah shallallahu alaihi wasallam menjajikan syurga sebagaimana
yang tersebut dalam sabdanya: “Barangsiapa yang menjamin bagiku apa yang ada di antara kumis dan
jenggotnya (lisan dan dua bibir) dan apa yang ada di antara dua pahanya (kemaluan), maka aku jamin
baginya syurga” (HR. Bukhari, At-Tirmidzi dan Ahmad).

Demikian ceramah agama yang dapat saya sampaikan pada kesempatan ini, semoga dapat bermanfaat
bagi kita semua dan dapat kita aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Lebih dan kurangnya mohon
dimaafkan, yang benar datangnya dari Allah SWT Yang Maha Benar, dan yang salah, khilaf, atau keliru itu
datangnya dari saya pribadi sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari salah, khilaf dan dosa.

Akhirul kalam,
Subhaanaka Allaahumma wabihamdika asyhadu an laa-ilaaha illaa Anta astaghfiruka wa-atuubu ilaik.

Wallahul muwaffiq ila aqwamithaaryq,,,

Wassalamu alaikum warohmatullahi wabarokaatuh

Anda mungkin juga menyukai