Anda di halaman 1dari 14

Kelompok 6

Muhamad Saoki
Muhammad Rasyidi Azhari Al Kandari
Muhammad Sanul Azhari
Muhammad Firdaus
Muhammad Hisyam Ramadhan
Muhammad Humam Saiful Jihadi
Urgensi Dakwa Islam Di
Tengah Keikhtilafan
Dengan Metode
Salafiyyah
(Ahlusunnah Wal Jama'ah)
Pokok pembahasan

1. Apa dan siapa itu salaf menurut al-


Qur’an dan Hadist?
2. Mengapa pentingnya berdakwah
dengan metode salaf?
3. Bagaimana berdakwah dengan
metode salaf?
4. Apa hasil dari berdakwah dengan
metode salaf ?
Gambaran kecil

Dakwah Salaf bukanlah dakwah yang


baru. Tetapi ia adalah dakwah Ahlus
Sunnah, yaitu dakwah haq(kebenaran) yang
dilakukan para sahabat. Dakwah Salaf
mengajak ummat Islam berpegang kepada
Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
mengajak ummat untuk kembali kepada al-
Qur`an dan as-Sunnah menurut
pemahaman Salafush-Shalih (Ahlusunnah
wal Jama'ah).
Definisi Salaf

Menurut bahasa (etimologi), Salaf ( ُ‫سلَف‬ َّ ‫ )اَل‬artinya, yang terdahulu


(nenek moyang), yang lebih tua dan lebih utama.[1] Jadi, Salaf
artinya ialah para pendahulu. Jika dikatakan (ُ‫الرجل‬ َّ ُ‫سلَف‬
َ ) salaf
seseorang, maksudnya kedua orang tua yang telah
mendahuluinya. lihat al Mufassiruun Bainat-Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish-
Shifaat (I/11) karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdurrahman al Maghrawi,
Muassasah ar-Risalah, th. 1420 H.]
Adapun menurut istilah (terminologi), kata Salaf berarti generasi
pertama dan terbaik dari ummat (Islam) ini. Mereka adalah para
sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in dan para imam pembawa
petunjuk pada tiga kurun (generasi/masa) pertama yang
dimuliakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, sebagaimana
sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
‫ي ث َُّم الَّذيْنَُ َيل ْونَه ُْم ث َُّم الَّذيْنَُ َيل ْونَه ُْم‬
ُْ ‫ َخيْرُ النَّاسُ قَ ْرن‬.
Sebaik-baik manusia adalah pada masaku ini (yaitu masa para
sahabat), kemudian yang sesudahnya (masa tabi’in), kemudian
yang sesudahnya (masa tabi’ut-tabi’in). Muttafaqun ‘alaih. (HR al Bukhari
no. 2652 dan Muslim no. 2533 (212), dari Sahabat ‘Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu
anhu.
Menurut Al Qalsyani: “salafush-shalih adalah
generasi pertama dari ummat ini, yang
pemahaman ilmunya sangat dalam, yang
mengikuti petunjuk nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam dan menjaga sunnahnya. Allah memilih
mereka untuk menemani nabi-Nya Shallallahu
‘alaihi wasallam dan menegakkan agama-
nya...”Al mufassiruun bainat-ta’wiil wal itsbaat fii
aayatish-shifaat (i/11).
Siapa itu salafi?
Syaikh Mahmud Ahmad Khafaji berkata di dalam
kitabnya, al ‘Aqiidatul-Islamiyyah Bainas Salafiyyah
wal Mu’tazilah:
“Penetapan istilah Salaf tidak cukup dengan hanya dibatasi
waktu saja, bahkan harus sesuai dengan al-Qur`an dan as-
Sunnah menurut pemahaman Salafush-Shalih (tentang ‘aqidah,
manhaj, akhlaq dan suluk, Pent.). Barangsiapa yang
pendapatnya sesuai dengan al-Qur`an dan as-Sunnah
mengenai ‘aqidah, hukum dan suluknya (perilaku) menurut
pemahaman Salaf, maka ia disebut Salafi, meskipun tempatnya
jauh dan berbeda masanya.
Sebaliknya, barangsiapa pendapatnya menyalahi al-Qur`an
dan as-Sunnah, maka ia bukan seorang Salafi meskipun ia hidup
pada zaman sahabat, ta-bi’in dan tabi’ut tabi’in". Al Mufassiruun
Bainat-Ta’wiil wal Itsbaat fii Aayatish-Shifaat (I/13-14) dan al Wajiiz fii ‘Aqiidah
Salafush-Shaalih, hlm. 34.
Kesimpulan tentang salaf
Jadi, Salaf bukan kelompok atau golongan seperti
yang difahami oleh sebagian orang. Tetapi, Salaf
adalah manhaj. Yaitu sistem hidup dalam ber‘aqidah,
beribadah, berhukum, berakhlak dan yang lainnya,
yang wajib diikuti oleh setiap muslim. Pengertian Salaf
dinisbatkan kepada orang yang menjaga
keselamatan ‘aqidah dan manhaj menurut apa yang
dilaksanakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
dan para sahabat r.a sebelum terjadinya perselisihan
dan perpecahan. Dinukil dari Mauqif Ahlis Sunnah wal Jamaa’ah
min Ahlil Ahwaa' wal Bida’ (I/63-64), karya Syaikh Dr. Ibrahim bin ‘Amir ar-
Ruhaili; Bashaa-iru Dzawi Syaraf bi Syarah Marwiyyati Manhajis-Salaf
karya Syaikh Salim bin ‘Id al Hilali, hlm. 21 dan Mujmal Ushuul Ahlis-
Sunnah wal Jamaa’ah fil- ‘Aqiidah.
Pembahasan

1. Mengapa pentingnya berdakwah


dengan metode salaf?
Manhaj salaf adalah satu-satunya manhaj yang diakui kebenarannya oleh Allah
ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena manhaj ini mengajarkan
pemahaman dan pengamalan islam secara lengkap dan menyeluruh, dengan tetap
menitikberatkan kepada masalah Tauhid dan pokok-pokok keimanan sesuai dengan
perintah Allah ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, Allah berfirman:
َُ ‫ّللا َع ْنه ُْم َو َرضوا َع ْنهُ َوأ َ َع َُّد لَه ُْم‬
{ ُ‫جنَّات‬ َُّ ‫ي‬َُ ‫سانُ َرض‬ َ ‫سابقونَُ ْاْل َ َّولونَُ منَُ ْالم َهاجرينَُ َو ْاْل َ ْن‬
َ ‫صارُ َوالَّذينَُ ات َّ َبعوه ُْم بإُ ْح‬ َّ ‫َوال‬
ُ‫ك ْالفَ ْوزُ ْالعَظيم‬
َُ ‫}ت َ ْجري ت َ ْحت َ َها ْاْل َ ْن َهارُ خَالدينَُ في َها أَبَداُ َذل‬
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (kalangan)
orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya, dan Allah
menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (Qs. At
Taubah: 100)
Dalam ayat lain, Allah ta’ala memuji keimanan para sahabat radhiyallahu ‘anhum
dan orang-orang yang mengikuti mereka dalam firman-Nya:
‫ن آ َمنوا بمثْلُ َما آ َم ْنت ُْم بهُ فَقَدُ ا ْهت َ َد ْوا‬
ُْ ‫فَإ‬
“Dan jika mereka beriman seperti keimanan kalian, maka sungguh mereka telah
mendapatkan petunjuk (ke jalan yang benar).” (Qs. Al Baqarah: 137)
Dalam hadits yang shahih tentang perpecahan umat ini
menjadi 73 golongan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda: “Semua golongan tersebut akan masuk neraka,
kecuali satu golongan, yaitu Al Jama’ah“. Dalam riwayat lain:
“Mereka (yang selamat) adalah orang-orang yang mengikuti
petunjukku dan petunjuk para sahabatku.” (HR. Ahmad, Abu
Dawud, Ad Darimy dan imam-imam lainnya, dishahihkan oleh Ibnu
Taimiyyah, Asy Syathiby dan Syaikh Al Albany. Lihat “Silsilatul Ahaaditsish
Shahihah” no. 204)
Maka mengikuti manhaj salaf adalah satu-satunya cara untuk
bisa meraih keselamatan di dunia dan akhirat, sebagaimana
hanya dengan mengikuti manhaj inilah kita akan bisa meraih
semua keutamaan dan kebaikan yang Allah ta’ala janjikan
dalam agama-Nya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam: “Sebaik-baik umatku adalah generasi yang
aku diutus di masa mereka (para sahabat radhiyallahu
‘anhum), kemudian generasi yang datang setelah mereka,
kemudian generasi yang datang setelah mereka.” (HR. Al Bukhari
dan Muslim)
2. Bagaimana berdakwah dengan
metode salaf?

Ada dua metode dakwah salaf yang bersumber dari


metode Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihissalam;
>Metode At-Tashfiyah (pemurnian)
At-Tashfiyah dari kata ‘shaffa’ secara bahasa bermakna
menyaring dan memurnikan, seperti orang yang
hendak menyaring minyak dari sisa ampasnya. Dan
secara istilah yaitu menyaring kembali Islam dari
pemikiran dan ajaran, dan yang bukan berasal darinya.
Meliputi bidang; Aqidah islam, As-sunnah, fikih,
bahasa arab, sirah nabawiyah, dan sejarah
islam.
>Metode At-Tarbiyyah (Pembinaan)
Secara bahasa tarbiyah diambil dari kata rabba bermakna membentuk
sesuatu secara bertahap sampai pada tingkat kesempurnaan.
Dan secara istilah adalah upaya yang dilakukan dengan berbagai cara dan
metode yang tidak bertentangan dengan syari’at dan membentuk manusia
serta memeliharanya, sehingga ia menjadi tuan di permukaan bumi ini,
sebagian tuan yang terikat dengan penghambaan diri yang sempurna
kepada Allah Ta’ala.
Ada 3 landasan utama metode tarbiyah
1. Pembinaan harus difokuskan dalam membangkitkan aqidah tauhid dan
membersihkan kehidupan umat dari bid’ah dan penyelewengan sebagai
muqaddimah untuk mempersiapkan diri dalam mengemban Islam untuk
kedua kalinya.
2. Standar pembinaan yang benar adalah berdirinya tarbiyah berdasarkan
Al-Kitab dan As-Sunnah dengan menyelaraskan penerapan Salaf, dan
mengembalikan penyampaian ilmu Al-Qur’an dan As-Sunnah secara
langsung, dengan mengacu kepada pemahaman Salafush Shalih dengan
bantuan para ulama rabbani yang telah kenyang dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah
3. Pembinaan tidak akan mungkin dipisahkan dengan masyarakat. Ia
mempunyai kaitan erat dengan kehidupan keseharian dan ia dapat
beradaptasi dari penaruh pemahaman, akhlaq, adat, kebudayaan sosial
dan politik.
3. Apa manfaat dan keutamaan dari dakwah dengan
metode/manhaj salaf?
Besarnya manfaat dan keutamaan yang bisa kita capai dengan berusaha
memahami dan mengamalkan manhaj salaf dengan baik dan benar, serta
mustahilnya mencapai semua itu dengan mengikuti selain manhaj yang benar ini:
1- Keteguhan iman dan keistiqamahan dalam agama di dunia dan akhirat
Allah ta’ala berfirman:
{ُ‫ّللا َما يَشَاء‬ َّ ‫ّللا‬
َُّ ُ‫الظالمينَُ َويَ ْف َعل‬ ُُّ ‫ّللا الَّذينَُ آ َمنوا ب ْالقَ ْولُ الثَّابتُ في ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا َوفي ْاْلخ َرةُ َُويض‬
َُّ ‫ل‬ َُّ ُ‫}يثَبت‬
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang
teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-
orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)
Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh seorang
sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam
kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada
sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah
(makna) firman-Nya: {Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat}.”. (HR. Al
Bukhari dalam Shahih Al Bukhari, no. 4422- cet. Daar Ibni Katsir, Beirut, 1407 H. Hadits yang
semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 2871- cet. Daar Ihya-it
turats al ‘araby, Beirut)
2- Meraih Kenikmatan tertinggi di Surga, yaitu Melihat Wajah
Allah ta’ala yang Maha Mulia dan Maha Tinggi
Dalam hadits shahih dari seorang sahabat yang mulia Shuhaib
bin Sinan radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda: “Jika penghuni surga telah masuk surga,
Allah ta’ala Berfirman: “Apakah kalian (wahai penghuni surga)
menginginkan sesuatu sebagai tambahan (dari kenikmatan
surga)? Maka mereka menjawab: Bukankah Engkau telah
memutihkan wajah-wajah kami? Bukankah Engkau telah
memasukkan kami ke dalam surga dan menyelamatkan kami
dari (azab) neraka? Maka (pada waktu itu) Allah Membuka hijab
(yang menutupi wajah-Nya Yang Maha Mulia), dan penghuni
surga tidak pernah mendapatkan suatu (kenikmatan) yang lebih
mereka sukai dari pada melihat (wajah) Allah ta’ala”, kemudian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat berikut:
‫للذين أحسنوا الحسنى وزيادة‬
“Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan, ada pahala yang
terbaik (surga) dan tambahannya (melihat wajah Allah ta’ala)”
(QS Yunus: 26). (HR. Muslim dalam Shahih Muslim, no. 181)

Anda mungkin juga menyukai