Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang bersifat universal, karena setiap ajarannya
mencakup seluruh aspek kehidupan. Kehadiran agama Islam dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW, diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia
yang sejahtera lahir dan batin. Didalamnya terdapat petunjuk tentang bagaimana
manusia menyikapi kehidupan secara lebih bermakna. Semua ajaran Islam
terkodifikasi dalam Al-Qur’an, akan tetapi Al-Qur’an memerlukan penjelasan
karena Al-Quran bersifat global. Oleh karena itu, penafsiran Al-Qur’an
mengalami perbedaan oleh umat Islam karena versi penafsiran sesuai dengan
situasi dan kondisi umat Islam yang berbeda-beda.
Perbedaan penafsiran tersebut yang membuat pola pikir aliran kalam
berbeda, secara umum kerangka pikir para mutakalimin ada dua yaitu tradisional
dan rasional. Mutakalimin yang berpola pikir tradisional adalah terikat dogma dan
ayat yang mengandung arti zhanni (teks yang mengandung arti lain selain arti
secara harfiah). Sedangkan mutakalimin yang berpikir rasional terikat dogma
yang jelas dan tidak menginterpretasi ayat yang zhanni, mereka lebih
mengutamakan akal.
Beragam jenis mutakalimin terdapat aliran Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah
(kaum yang berpegang teguh kepada sunnah dan kaum mayoritas), di dalamnya
terdapat dua versi yang berbeda dalam mempertahankan ranah akidah yang
dikenal dengan istilah salaf dan khalaf. Pada masa Ahlu Sunnah salaf dan khalaf
banyak terjadi perselisihan antara ulama-ulama pada saat itu tentang ilmu kalam.
Dan terkait masalah tersebut dan materi mata kuliah yang diberikan dalam bentuk
makalah, maka makalah ini diberikan judul “Ahlussunnah Salaf dan Khalaf”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut. Maka dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana sejarah perkembangan aliran ahlussunnah salaf?
2. Siapa tokoh aliran ahlussunnah salaf?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Ahlussunnah Salaf


Kata salaf secara bahasa adalah pendahulu bagi suatu generasi. Sedangkan
dalam istilah syariah as-salaf adalah orang-orang pertama yang
mengimani,memahami,memperjuangkan serta mengajarkan Islam pada masa
Nabi,sahabat dan para tabi’in.Yang dikenal dengan sebutan as-salafus shalih
(pendahulu yang sholeh). Pemahaman mengenai as-salafus shalih terhadap Al-
Qur’an dan Al-Hadits dinamakan as-salafiyah. Sedangkan orang Islam yang ikut
dalam pemahaman ini dinamakan salafi..
Kata Salafiyah juga berasal dari kata salafa, yaslufu, salafan berarti sudah
berlalu, sudah lewat atau yang terdahulu. Jika dikaitkan dengan generasi terdahulu
maka disebut dengan generasi salaf. Pemikiran Islam terdahulu atau generasi
pertama Islam disebut Al-Salaf Al-Shalih. Masa salaf adalah masa yang paling
murni perkembangan Islam karena belum dimasuki pandangan-pandangan
filosofis akibat masuknya pengaruh Hellenisme (Kebudayaan Yunani Kuno) ke
dunia Islam lewat filsafat.Gerakan Hanabilah yang memberi istilah Salaf pada
abad ke-4 H dengan mempersatukan dirinya kepada pendapat-pendapat Imam
Ahmad bin Hanbal yang mempertahankan pendirian Ulama Salaf. Masa Salaf
adalah masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in yang terdahulu. 1 Dalam sejarah Islam
generasi ini dikenal sebagai Al-Sabiqun Al-Awwalun,(Orang-orang yang pertma
kali masuk islam) hal ini dijelaskan dalam Al-Quran surah At-Taubah (09):100

‫َّض ? َي‬ ِ ‫ين ٱتَّبَ ُع??وهُم بِِإ ۡح ٰ َس ? ٖن ر‬ َ ‫ار َوٱلَّ ِذ‬ َ ‫ين َوٱَأۡل‬
ِ ? ‫نص‬ َ ‫ون ِم َن ۡٱل ُم ٰهَ ِج ِر‬ َ ُ‫َوٱل ٰ َّسبِق‬
?َ ُ‫ون ٱَأۡل َّول‬
َ ‫ت تَ ۡج ِري تَ ۡحتَهَ??ا ٱَأۡل ۡن ٰهَ? ُر ٰ َخلِ? ِد‬
‫ين فِيهَ??ٓا َأبَ? ٗ?د ۚا‬ ٰ
ٖ َّ‫ُوا َع ۡنهُ َوَأ َع َّد لَهُمۡ َجن‬
ْ ‫ٱهَّلل ُ َع ۡنهُمۡ َو َرض‬
١٠٠ ‫ك ۡٱلفَ ۡو ُز ۡٱل َع ِظي ُم‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
Terjemahnya: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk
Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada
Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-
sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah
kemenangan yang besar. (Q.S. At-Taubah (9): 100)

Ayat diatas menerangkan bahwa orang yang disebut Al-Sabiqun Al-


Awwalun adalah kaum Muhajirin dan Anshor serta orang yang datang sesudah

1M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, (Jakarta: Prenada Media Grup,
2014), h. 181-182.

2
mereka dan mengikuti mereka dengan baik. Mereka ridha kepada Allah dan Allah
meridhai mereka. Dan Allah menyiapkan kenikmatan surga yang tiada tara.
Pernyataan Allah tersebut memberikan garansi bahwa generasi pertama itulah
generasi murni yang diridhai Allah.
Abad ke-7 H gerakan Salaf mendapat dorongan yang muncul dari Siria
yaitu Ibnu Taimiyah (661-728). Beliau memberikan kekuatan dan kesatuan umat
saat kota Damaskus diserang oleh tentara Mongol tahun 700 H. Dan pada Abad
ke-12 H pemikiran Salaf dibangkitkan kembali oleh tokoh pemikir dan pergerakan
dari Hijaz yaitu Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang mendengar semangat
untuk kembali kepada ajaran Islam yang murni bersumber dari Al-Quran dan
Sunnah Rasulullah SAW.  
Diluar gerakan ini mereka diberi nama Wahabiyah (suatu ajaran yang
dibawa oleh Muhammad bin Abdul Wahab sebagai bentuk reformasi/perubahan
ajaran Islam di Arab Saudi). Mereka memberi nama dengan Al-
Muwahhidun (orang yang mentauhidkan Allah).Pada masa ini muncul Salafiyah
yang cenderung kembali ke masa murni Islam dengan meneladani kehidupan
Rasulullah SAW, bukan hanya pada ajaran yang dibawanya tetapi perilaku sehari-
hari Rasulullah SAW. Seperti memakai gamis,memelihara jenggot, dan
menghindari berpakaian khulaya (pakaian yang gombrang/tidak ketat) dengan
cara memakai celana tidak menutup mata kaki. Selain itu amal yang tidak pernah
dilakukan Rasulullah SAW harus ditinggalkan karena merupakan bid’ah.(segala
sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi ketika masih hidup dan dilakukan oleh
umatnya ketika Nabi wafat).2
Aliran Salaf ini muncul sekitar abad ke-14 H,dimana para pengikutnya
selalu mempertalikan atau menghubungkan diri dengan pendapat Imam Ahmad
ibn Hambal, sehingga aliran ini sering disebut sebagai golongan “Hanabilah“.Pada
abad ke-17 H, aliran salaf mendapatkan kekuatan baru atas masuknya Ibnu
Taimiyah.Setelah masuknya Syekh Muhammad bin Abdul Wahab yang mendapat
dukungan dari raja Saudi Arabia ketika itu, yakni Muhammad ibn Sa’ud, yang
akhirnya aliran tersebut dikenal dengan“aliran Wahabiyah”.Aliran Wahabiyah
merupakan kelanjutan dari aliran Salaf yang telah dibangun oleh Ibn Taimiyah
beserta pengikut-pengikutnya yang sangat berpegang teguh pada pendapat Imam
Ahmad ibn Hambal, baik dalam lapangan fiqih, maupun dalam lapangan teologi.
Mereka menamakan diri  sebagai “muhjis sunnah“ (pembangun atau penghidup
sunnah).
Sistem pemikiran yang digunakan adalah tidak percaya kepada metode
logika atau rasional yang dianggap asing bagi Islam, karena metode ini tidak
pernah terdapat pada masa sahabat maupun pada masa tabi’in.Jadi jalan untuk
mengetahui akidah dengan dalil-dalil pembuktiannya, haruslah dikembalikan 

2M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam, h. 184-186.

3
kepada sumber murninya, yakni al-Qur’an dan al-Sunnah.Setelah usai masa salaf
muncullah masa khalaf, berarti masa pengganti atau kemudian. Pada masa ini
terjadi kemunduran umat Islam dalam berbagai bidang, baik dalam hal
pemikiran,politik,sosial,ekonomi,keagamaan maupun moral.
Setelah kota Baghdad jatuh ke tangan pasukan Mongol, Negara Islam
jatuh bangun, para penguasa sudah tidak lagi berdaya,para ulama sudah tidak
berijtihad secara murni lagi dan kedzaliman semakin merajalela.Disamping
itu,umat Islam banyak menjadi penyembah kuburan,mereka meninggalkan
Alquran dan sunnah Rasulullah SAW.Pada saat itu ciri masyarakat Islam adalah
melakukan perbuatan bid;ah dan syirik dan mereka percaya pada tahayul dan
khufarat
Dalam situasi ini, muncullah ulama yang ingin membangun kembali
fikiran kaum muslimin dengan menyadarkan mereka agar kembali pada Alquran
dan hadis sebagaimana yang telah ditempuh kaum salaf. Melalui tulisan-
tulisannya, Ibnu Taimiyah sebagai tokoh penggeraknya mendesak kaum muslimin
dengan gencar agar kembali pada ajaran yang utama, Alquran dan Sunnah Nabi
SAW. Ia menginginkan agar ajaran Islam pada masa itu tidak dipertahankan
sebagaimana adanya (khurafat dan tahayul) di dalam masyarakat muslim pada
saaat itu.3 Setelah kelompok baru ini kuat dan memiliki banyak pengikut,
muncullah Imam Ahmad Ibnu Taimiyyah pada abad ke-7 H, sebagai pembimbing
dan penolong mereka,Tidak hanya itu ,ibnu Taimiyah juga menyuburkan metode
mazhab ini dengan karya tulisnya serta menyanggah semua lawan pemikirannya
dengan dalil yang akurat.Ibnu Taimiyah ditangkap dan dipenjara beberapa kali
pada tahun 726 H, ia dipenjara kembali karena perdebatan mendatangi kuburan
nabi dan orang-orang shalih, akhirnya ia meninggal di penjara Damaskus pada
tanggal 20 Dzulhijjah 728 H dan selama di penjara ditemani muridnya Ibn al-
Qayyim al-Jauziyah. Pada abad ke-12H, pemikiran yang sama muncul kembali di
Jazirah Arab yang dihidupkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, yang
selanjutnya disebut kaum wahabi.
Sehingga diyakini dakwah salafi Wahabi dimulai dengan kemunculan
Muhammad bin Abdul wahab ini, aliran Wahabi sebagai sumber pemikirannya.
Wahabiyyah muncul atas reaksi terhadap sikap kepercayaan dalam bentuk
mencari keberkatan dari orang-orang tertentu melalui ziarah kubur, disamping
bid’ah yang mendominasi tempat keagamaan dan aktivitas duniawi. Gerakan
Salafi tidak hanya memiliki perbedaan dengan mazhab-mazhab fikih dan kalam
Ahlu Sunnah, tapi di dalam Salafi sendiri juga terdapat banyak pendukung dan
penolakan(pro dan kontra).Hal ini telah mendorong perpecahan dan lahirnya
sempalan-sempalan baru di dalam gerakan Salafi sendiri.Istilah Salafi pada

3Mustafa Muhammad Asy-Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, terj. A. M. Basalamah


(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 388-389.

4
mulanya merujuk pada golongan yang menjalankan agama dengan mengambil
teladan dari tiga generasi pertama Islam. Ketiga generasi ini dianggap sebagai
contoh terbaik bagaimana Islam dipraktikkan. Akan tetapi, Salafiyah secara
terminologi merujuk pada sebuah kelompok yang mengaku mengajarkan syariat
Islam secara murni tanpa adanya tambahan dan pengurangan, berdasarkan syariat
yang ada pada generasi Nabi Saw dan para sahabat serta orang-orang setelahnya.

B. Tokoh Aliran Ahlusunnah Salaf


1. Imam Ahmad Bin Hambal
Imam Ahmad Bin Hambal merupakan seorang ahli fiqih maupun pakar
ilmu hadits di zamannya. Beliau dikenal dengan nama Abu Abdillah.Nama
Lengkap Beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilal Asy
Syaibani.Lahir di Baghdad pada tahun 164 H/780 M, Semasa hidupnya beliau
menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu terutama dalam bidang ilmu hadits.
Dengan keadaaan serba kekurangan,tekad beliau dalam menuntut ilmu tidak
pernah berkurang. Sejak kecil Beliau diasuh oleh ibunya dan sudah menjadi
Yatim ketika beliau berumur 3 tahun.Sejak itu Beliau diasuh dan di besarkan oleh
ibunya,Namun berkat ajaran dan bimbingan dari ibunya beliau mampu menjadi
manusia yang cinta akan ilmu dan selalu menebarkan kebenaran dan
kebaikan.Bahkan ketika beliau sudah menjadi Imam,Menuntut ilmu dan
mendatangi guru-guru tidak pernah berhenti. Semasa hidupnya, Beliau dikenal
sebagai cendekiawan yang sangat berpengaruh, khususnya dalam dunia Islam
Sunni.4
Beliau menuntut ilmu dari banyak guru terkenal dan ahli di bidangnya.
Misalnya dari kalangan ahli hadits adalah Sufyan bin Uyainah Yahya bin Sa’id al
Qathan, Abdurrahman bin Mahdi, Yazid bin Harun,dan Abu Dawud ath Thayalisi.
Dari kalangan ahli fiqh adalah Muhammad bin Idris asy Syafi’i ,Waki’ bin Jarah,
dan Abu Yusuf. Dalam ilmu hadits, beliau mampu menghafal sejuta hadits
bersama sanad dan hal ikhwal perawinya. Meskipun dengan keadaan serba
kekurangan, namun beliau sangat memelihara kehormatan dirinya.Beliau terkenal
sebagai seorang yang zuhud dan wara”. Bersih hatinya dari segala macam
pengaruh kebendaan serta menyibukkan diri dengan dzikir dan membaca Al
Qur’an atau menghabiskan seluruh hidupnya untuk membersihkan agama dan
menghilangkan kotoran-kotoran bid’ah dan pikiran-pikiran yang sesat.
Beliau merupakan murid senior dari Imam Abu Hanifah yakni Abu Yusuf al-
Qadhi. Ia belajar dasar-dasar ilmu fikih, kaidah-kaidah ijtihad, dan metodologi kias dari
Abu Yusuf. Setelah memahami prinsip-prinsip Madzhab Hanafi, Imam Ahmad
mempelajari hadits dari seorang ahli hadits Baghdad, Haitsam bin Bishr.Merasa belum
cukup menimba ilmu dari ulama-ulama Baghdad, Imam Ahmad juga menempuh safar

4Abu Zakariya Sutrisno. Biografi Imam Hanbal, diringkas dari kutaib Min A’laamil
Mujaddidin karya syaikh Dr.Saleh al Fauzan. (Artikel: www.ukhuwahislamiah.com), 2014.

5
dalam mempelajari ilmu. Beliau mengunjungi kota-kota ilmu lainnya seperti Mekah,
Madinah, Suriah, dan Yaman. Dalam perjalanan tersebut Beliau bertemu dengan Imam
Syafi’i di Mekah, lalu beliau memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menimba ilmu
dari beliau selama 4 tahun. Belajar dengan Imam Syafi’i beliau mengajarkan tidak hanya
sekedar mengahafal hadits dan ilmu fikih, akan tetapi memahami hal-hal yang lebih
mendalam dari hadits dan fikih tersebut.5
Meskipun sangat menghormati dan menuntut ilmu kepada ulama-ulama Madzhab
Hanafi dan Imam Syafi’i, Namun Beliau memiliki arah pemikiran fikih tersendiri. Ini
menunjukkan bahwa beliau adalah seorang yang tidak fanatik dan membuka diri. Setelah
belajar dengan Imam Syafi’i, Beliau sudah mampu secara mandiri merumuskan pendapat
sendiri dalam fikih. Beliau pun menjadi seorang ahli hadits sekaligus ahli fikih yang
banyak dikunjungi oleh murid-murid dari berbagai penjuru negeri Islam. Setelah Imam
Syafi’i wafat beliau seolah-olah menjadi satu-satunya sumber rujukan utama bagi para
penuntut ilmu. Dengan Keahliannya dalam Ilmu Hadits, Beliau tetap hidup sederhana dan
menolak untuk masuk dalam kehidupan yang mewah. Beliau tetap rendah hati,
menghindari pemberian-pemberian terutama dari para tokoh politik. Beliau khawatir
dengan menerima pemberian tersebut bisa menghalanginya untuk bebas dalam
berpendapat dan berdakwah.
Beliau di kenal dengan salah satu karya terbesar beliau yaitu Al Musnad
Al-Kabir yang ditulis sekitar 227 H/841 M yang memuat 40.000 hadits.
Disamping itu beliau mengatakannya sebagai kumpulan hadits-hadits shahih dan
layak dijadikan hujjah, dan karya tersebut juga mendapat pengakuan yang hebat
dari para ahli hadits. Selain al Musnad karya beliau yang lain adalah : Tafsir al
Qur’an, An Nasikh wa al Mansukh, Al Muqaddam wa Al Muakhar fi al Qur’an,
Jawabat al Qur’an, At Tarih, Al Manasik Al Kabir, Al Manasik Ash Shaghir,
Tha’atu Rasul, Al ‘Ilal, Al Wara’ dan Ash Shalah.6
Cobaan dan tantangan yang dihadapi Imam Ahmad ialah hempasan badai
filsafat atau paham-paham Mu”tazilah yang sudah masuk di kalangan penguasa,
tepatnya di masa al Makmun dengan idenya atas kemakhlukan al
Qur’an.Disampin itu, umat Islam tidak boleh hanya mengandalkan Alquran dan
sunnah untuk memahami Allah, mereka diharuskan mengandalkan cara filosofis
yang pertama kali dikembangkan oleh orang Yunani Kuno. Pokok dari keyakinan
Mu’tazilah ini adalah merka meyakini Alquran adalah sebuah buku yang dibuat,
artinya Alquran itu adalah makhluk bukan kalamullah.Pada saat itu Al-Makmun
percaya garis utama pemikiran Mu’tazilah ini, dan ia berusaha memaksakan
keyakinan tersebut kepada semua orang di kerajaannya termasuk para ulama.
Dengan adanya ajaran tersebut banyak dari kalangan ulama berpura-pura
untuk menerima ide-ide Mu’tazilah demi menghindari penganiayaan,berbeda
5Ahmad Nahrawi Abdus Salam al-Indunisi, Ensiklopedi Imam Syafi'i Biografi dan
Pemikiran Mazhab Terbesar Sepanjang Masa, diterjemahkan dari al Imam al-Syafi'i fi Mazhabihi
al-Qadim wa al-Jadid (Jakarta: Hikmah Mizan Publika, 2008), h. 550.
6Huzaenah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Mazhab, (Jakarta: Logos, 1997), h.
144.

6
dengan Imam Ahmad Bin Hambal, beliau dengan tegas menolak ajaran dengan
keyakinan sesat tersebut. Meskipun Imam Ahmad sadar akan bahaya yang akan
menimpanya, namun beliau tetap gigih mempertahankan pendirian dan
mematahkan hujjah kaum Mu’tazilah serta mengingatkan akan bahaya filsafat
terhadap kemurnian agama. Beliau berkata dengan tegas kepada sultan bahwa Al
Qur’an bukanlah makhluk, Akan tetapi,beliau diseret ke penjara. Beliau di
masukkan penjara selama tiga periode kekhlifahan yaitu al Makmun, al
Mu’tashim dan terakhir al Watsiq. Setelah al Watsiq tiada, diganti oleh al
Mutawakkil yang arif dan bijaksana dan Imam Ahmad pun dibebaskan.7
Imam Ahmad  pun lama berada dalam penjara dan dikucilkan dari
masyarakat, namun berkat keteguhan dan kesabarannya,Ajarannya pun makin
banyak diikuti orang dan madzabnya tersebar di seputar Irak dan Syam. Tidak
lama kemudian beliau meninggal karena rasa sakit dan luka yang dibawanya dari
penjara semakin parah dan memburuk. Sehingga Beliau wafat pada 12 Rabi’ul
Awwal 241H/855M.Pada hari itu tidak kurang dari 130.000 Muslimin yang
hendak menshalatkannya dan 10.000 orang Yahudi dan Nashrani yang masuk
Islam.

2. Ibnu Taymiyyah
Nama Lengkap Beliau adalah Taqiyuddin Abu al Abbas Ibnu Abd al-
Halim bin al-Imam Majduddin Abil Barakat Abd al Salam bin Muhammad bin
Abdullah bin Abi Qasim Muhammad bin Khuddlarbin Ali bin Taimiyyah
alHarrani al Hambali.Para ulama lebih singkat menyebut nama lengkapnya
dengan Taqiyuddin Abu Abbas bin Abd al Halim bin Abd al Salam bin
Taimiyyah al harani al Hambali.Namun orang lebih cepat mengenal namanya
dengan sebutan Taqiyuddin Ibnu Taimiyyah atau lebih populer dengan sebutan
Ibnu Taimiyyah..Beliau dilahir di Harran,pada hari senin tanggal 10 Rabi’ul Awal
tahun 661 H bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263 M.Yaitu daerah yang
terletak ditenggara negeri Syam, tepatnya dipulau Ibnu Amr antara sungai Tigris
dan Eupraht.8 Ibnu Taimiyyah, tokoh muslim zaman silam yang banyak orang
sebut sebagai Mujaddid al-Islam (Pembaru Islam).
Ibnu Taimiyah sejak kecil tumbuh bersama dengan perihal-perihal Mongol yang
kala itu kian rumit.Mongol saat itu sudah menaklukkan kekuasaan umat Islam di belahan
dunia timur, saat Ibnu Taimiyah masih dalam usia yang amat emosional kala itu. Beliau
menjalani hidup bersama dengan kekejaman Mongol yang tentu saja membekas dijiwa,
hal yang mendasari beliau akan menjadi tokoh pemersatu umat yaitu untuk
menggulingkan atau menghentikan Mongol.Pada masa sekitar pertengahan tahun 667

7Moenawar Chalil, Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab, (Jakarta: Bulan Bintang,
1994), h. 279-280.
8Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Terj. Masturi Irham dan Assmu’i Taman, Cet.
ke-1 (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 784.

7
H/1270 M tentara Mongol sedang menyerang negeri Harran dengan gencar-gencarnya,
sehingga membuat keluarga besar Ibnu Taimiyah, termasuk kedua orang tua dan tiga
orang saudaranya meninggalkan kota Harran menuju kota Damaskus dan kemudian
menetap di kota tersebut. Ketika itu Ibnu Taimiyah baru berusia kurang lebih 7 tahun.
Peristiwa tragis yang menimbulkan kepanikan, penderitaan dan kesulitan dalam
pengungsian ini sangat membekas dalam hatinya, sehingga tidak dapat dilupakan dalam
ingatannya.
Sehingga Ibnu Taimiyah dikenal sebagai anak yang rajin dan haus akan ilmu
pengetahuan. Oleh karena itu selain belajar kepada ayah dan pamannya, Ibnu Taimiyah
juga belajar kepada sejumlah ulama terkemuka ketika itu, terutama yang ada di kota
Damaskus dan sekitarnya.Damaskus pada masa itu keamanannya cukup terancam karena
selalu dibayang-bayangi serbuan tentara Mongol, Namun Ibnu Taimiyah dapat belajar
lebih tenang dibandingkan dengan situasi ketika beliau berada di kota Harran..Pada saat
itu Ibnu Taimiyah menyaksikan keberagamaan umat yang sangat kacau, dimana beliau
menyaksikan kondisi umat Islam terbelanggu dengan paham akan keagamaan yang beku
(jumud), penuh dengan bid’ah dan khurafat yang ketika itu beliau menilai sudah
keterlaluan.Ketika Ibnu Taimiyah menunaikan ibadah haji pada tahun 691 H/1293 M, di
tempat tinggalnya Damaskus, Ibnu Taimiyah menulis kitab Manasik al-Hajj untuk
menentang berbagai macam bid’ah yang ditemuinya di tanah suci mekkah.
Tulisannya yang menentang bid’ah, dalam kitabnya yaitu kitab Manasik
al-Hajj, yang beliau tulis untuk menentang berbagai bid’ah yang ditemuinya
ditanah Mekkah. Karena ketika beliau menunaikan ibadah haji, beliau
menyaksikan beberapa upacara dan kebiasaan yang dinilainya bid’ah. Kemudian
Ibnu Taimiyyah kembali dari Makkah, yakni pada tahun 692 H / 1293 M, di
Damaskus beliau menulis kitab Manasik al-Hajj.9 Namun banyak yang tidak
menerima Tulisan beliau karena mereka menganggap beliau belum mempunyai
bukti yang kuat untuk memecahkan suatu masalah ini.Sehingga banyak dai
mereka pro dan kontra yang kemudian beliau Berkali-kali ia difitnah orang karena
keberaniannya mengeluarkan pendapat yang bertentangan dengan pendapat orang
banyak pada waktu itu, sehingga berulang-ulang beliau ditangkap oleh penguasa
dan hidupnya berpindah-pindah dari satu penjara kepenjara yang lain antara
Damaskus dan Kairo pusat pemerintahan pada waktu itu dan beliau tetap gigih
mengajar dan menulis meskipun dalam penjara.
Kemudian Ibnu Taimiyah menyibukan diri untuk agama seperti biasanya,
dan menganjurkan jihad dengan ajakan dan tindakan menghadapi berbagai bid’ah
dan praktek-praktek ibadah baru yang dilakukan umat Islam pada masa itu.Pada
abad ke-7 H adalah abad yang tiada tandingannya dalam hal bid’ah. Meskipun
kala itu,ditemukan banyak ulama dan mujtahid di bidang agama dan dakwah
tersebar luas, Namun jarang diantara mereka yang berusaha membrantas praktek-
praktek kesyirikan, sampai beliau pun bertindak. Ibnu Taimiyah menulis beberap
buku tentang bid’ah yang dilakukanya pada bulan Rajab dan Sya’ban. Beliau
9B. Lewis,et. All, The Encyclopedi of Islam, Jilid 3, (Laiden: E.J. Brill, 1979), h. 951.

8
menghentikan ritual yang dilakukan seperti solat ragha’ib, shalat alfiyah dan lain
sebagainya.
Dari sikapnya itu, maka seluruh orientasi pemikiran keagamaan Ibnu
Taimiyah difokuskan pada usaha untuk melakukan pemurnian dan pembaharuan
dalam Islam. Seperti ketika memberi batasan tentang agama Islam beliau
mengatakan, agama Islam adalah agama yang disyariatkan Allah dan Rasul-Nya.
Adapun dasar-dasarnya yang terpokok adalah beribadah hanya kepada Allah
semata-mata, dan beribadah kepada Allah harus menurut aturan yang telah
disyariatkan oleh-Nya, bukan dengan bid’ah.Dasar pokok agama Islam ini dapat
dirujuk pada firman Allah dalam surat Al-Kahfi (18) ayat 110 :

َ ‫ۖد فَ َمن َك‬ٞ ‫ ٰ َو ِح‬ٞ‫ر ِّم ۡثلُ ُكمۡ يُو َح ٰ ٓى ِإلَ َّي َأنَّ َمٓا ِإ ٰلَهُ ُكمۡ ِإ ٰلَه‬ٞ ‫قُ ۡل ِإنَّ َمٓا َأنَ ۠ا بَ َش‬
ْ ‫ان يَ ۡرج‬
‫ُوا لِقَ??ٓا َء َربِّ ِهۦ‬
١١٠ ‫صلِ ٗحا َواَل ي ُۡش ِر ۡك ِب ِعبَا َد ِة َربِّ ِٓۦه َأ َح ۢ َدا‬ َ ٰ ‫فَ ۡليَ ۡع َم ۡل َع َماٗل‬
Terjemahnya: Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang
manusia seperti kamu, yang telah menerima wahyu, bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Maka barangsiapa mengharap pertemuan
dengan Tuhannya maka hendaklah dia mengerjakan kebajikan dan janganlah dia
mempersekutukan dengan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya.” (Q.S.
Al-Kahfi (18) : 110.

Menurut Ibnu Taimiyyah Barang siapa yang berharap menjumpai


Tuhannya maka hendaklah ia beramal saleh dan tidak mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Tuhannya. Prinsip tersebut meripakan merupakan
konsekuensi logis dari setiap muslim dalam rangka merealisasikan makna dua
kalimat syahadat yang telah dia ikrarkan.
Ketika berada di Damaskus beliau belajar pada banyak guru, dan
memperoleh berbagai macam ilmu diantaranya ilmu hitung (matematika), khat
(ilmu tulis menulis Arab), nahwu, ushul fiqih. Dan beliau dikaruniai kemampuan
mudah hafal dan sukar lupa. Hingga dalam usia muda, ia telah hafal Al-Qur’an.
Kemampuannya dalam menuntut ilmu mulai terlihat pada usia 17 tahun.
Beliau juga menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam
menelusuri Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-
macam hadits) baik yang lemah, cacat atau shahih. Beliau memahami semua
hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-Musnad. Dalam mengemukakan
ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa,
sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau
ahli tafsir. Tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu ‘ushul sambil mengomentari
para filusuf . Sehari semalam ia mampu menulis empat buah kurrosah (buku
kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari’ah. Karya-karya

9
Ibnu Taimiyah meliputi berbagai bidang keilmuan, seperti ilmu tafsir, ilmu hadis,
ushul al-fiqh,akhlak tasawuf, mantik (logika) filsafat, politik pemerintahan,
tauhud/kalam, dan lain – lain. Sebagian dari karya penannya, ialah“Kitab Bugyah
al-Murtad” Karyanya yang terkenal adalah Majmu’ Fatawa yang berisi masalah
fatwa fatwa dalam agama Islam
Begitu banyak karya-karya Ibnu Taimiyah dan diantara karya – karya Ibnu
Taimiyah yang telah berhasil dipublikasikan antara lain :
1) As – Siyasat asy Syar‟iyyat fi Ishlah ar Ra‟l wa ar Ra‟iyyat.Dar al
Kutubal llmiyyat, 1409 H / 1988M.
2) Kitab ar-Radd ala al-Mantiqiyyin. Lahore : Idarat Tarjuman, 1976.

3) Al-Hisban fi al- Islam. Beirut : Dar al Kutub al IImiyyat, 1412 H /1992M.

4) Majmu‟ ar-Rasa‟il al kubra. Jilid I. Kairo : Maktabat al-Misriyat, 1323 H.

5) Majmu‟ar -Rasa‟il al Masa‟il. Jilid V. T. P : al Manar, t.th.

6) Minhaj as-Sunnat, Jilid I : Kairo : Maktabat Dar al Urubat, 1962.

7) Ma‟rifat al Musul ila Ma‟rifat Anna Ushul ad-Din wa Furu‟aha qad


Bayyanaha ar-Rasul. T. P : 1318 H.

8) Minhaj as-Sunnat fi Naqd Kalam al Qadariyat. Beirut : Dar al Kutub al


Ilmiyat

9) Muwafaqat Shahih al Manqul li Sharih al Ma‟qul. Dar al - Kutub al


Ilmiyat.

Karya beliau yang jumlahnya tidak sedikit itu akan terus dipelajari oleh
ratusan ribu bahkan mungkin jutaan kaum pelajar di bergai negara. Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan jika perjuangan karirnya dalam melaksanakan al-amr
bi al makruf wa al-nahyi ‘an al-mungkar (Perintah kepada semua masyarakat
untuk mengajak atau menganjurkan perilaku kebaikan dan mencegah perilaku
buruk) dan memurnikan akidah dan bid’ah dan khurafat penuh onak dan duri,
penuh tuduhan yang berakibat beliau sering dipenjara.Kemudian Ibnu Taimiyyah
jatuh sakit dalam penjara.10 Sakitnya memakan waktu lebih dari 20 hari, menteri
Syamsuddin meminta izin untuk menjenguknya, lalu diizinkanlah dia untuk
itu.Kemudian Syaikh Ibnu Taimiyyah meninggal pada malam senin tanggal 20
Dzulqa’dah tahun 728 H.

10Ahmad Farid, 60 Biografi Ulama Salaf, Terj. Masturi Irham dan Assmu’i Taman, h.
807.

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ahlussunnah merupakan orang-orang pengikut sunnah Rasulallah.Salaf
artinya ulama terdahulu.Dan Salaf terkadang dimaksudkan untuk merujuk
generasi sahabat,tabi’in,dan para pemuka terdahulu.Selain itu,ciri khas golongan
ini adalah, mereka kembali kepada penafsiran harfiah (literalis) atau nash dan
memunculkan tradisi kalam dan hukum, sebagaimana ketika perkembangan
pertama dalam islam terutama pemikiran Ahmad bin Hambal . Ibn Taimiyah tidak
menyetujui penafsiran ayat-ayat mutasyabihat sedangkan Ibnu Hambal
menyerahkan (tafwid) makna-makna ayat dan hadits mutasyabihat kepada Allah
dan Rasulnya.
Pada Masa Salaf ini adalah masa Nabi, Sahabat dan Tabi’in disebut Al-
Tsalatsah Al-Ula atau yang dikenal dengan Al-Sabiqun Al-Awwalun.Tokoh
dalam aliran ahlussunnah salaf ini adalaah Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu
Taymiyyah. Ajaran pokok aliran ahlussunnah salaf adalah mendahulukan syara’
dari akal,berpegang teguh pada nash Al-Qur’an dan Hadits Nabi dan
meninggalkan takwil kalami.

B. Saran
Kami selaku penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan
makalah ini.Selain itu,kami juga mengharapkan agar pembaca dapat memberikan
saran yang bermanfaat dan menjadikan kami lebih baik lagi dalam menyusun
makalah untuk kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdus Salam al-Indunisi, Ahmad Nahrawi. 2008. Ensiklopedi Imam Syafi'i


Biografi dan Pemikiran Mazhab Terbesar Sepanjang Masa,
diterjemahkan dari al Imam al-Syafi'i fi Mazhabihi al-Qadim wa al-Jadid.
Jakarta: Hikmah Mizan Publika.

Asy-Syak’ah, Mustafa Muhammad. 1995. Islam Tidak Bermazhab, terj. A. M.


Basalamah. Jakarta: Gema Insani Press.
Chalil, Moenawar. 1994. Biografi Empat Serangkai Imam Mazhab. Jakarta: Bulan
Bintang.
Farid, Ahmad. 2006. 60 Biografi Ulama Salaf, Terj. Masturi Irham dan Assmu’i
Taman, Cet. ke-1. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Lewis, B. et. All. 1979. The Encyclopedi of Islam. Jilid 3. Laiden: E.J. Brill.
Yanggo, Huzaenah Tahido. 1997. Pengantar Perbandingan Mazhab. Jakarta:
Logos, 1997.
Yusuf, M. Yunan. 2014. Alam Pikiran Islam Pemikiran Kalam. Jakarta: Prenada
Media Grup.

Sutrisno. Abu Zakariya. 2014. Biografi Imam Hanbal, diringkas dari kutaib Min
A’laamil Mujaddidin karya syaikh Dr.Saleh al Fauzan. (Artikel:
www.ukhuwahislamiah.com).

12

Anda mungkin juga menyukai