Anda di halaman 1dari 56

ASAS KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

oleh : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani


Pertanyaan.
Asas-asas apakah yang dapat menyebabkan Dunia Islam bangkit kembali .?
Jawab.
Yang saya yakini ialah apa yang terdapat dalam hadits shahih. Ia merupakan jawaban tegas terhadap
pertanyaan semacam itu, yang mungkin di lontarkan pada masa sekarang ini. Hadits itu adalah sabda
Rasulullah SAW.Artinya :
"Apabila kamu melakukan jual beli dengan sistem 'iinah (seseorang menjual sesuatu kepada orang lain
dengan pembayaran di belakang, tetapi sebelum si pembeli membayarnya si penjual telah membelinya
kembali dengan harga murah -red), menjadikan dirimu berada di belakang ekor sapi, ridha dengan cocok
tanam dan meninggalkan jihad, niscaya Allah akan menjadikan kamu dikuasai oleh kehinaan, Allah tidak
akan mencabut kehinaan itu dari dirimu sebelum kamu rujuk (kembali) kepada dien kamu". (Hadist Shahih
riwayat Abu Dawud).
Jadi asasnya ialah RUJUK (kembali) kepada ISLAM.
Persoalan ini, telah diisyaratkan oleh Imam Malik rahimahullah dalam sebuah kalimat ma'tsur yang ditulis
dengan tinta emas : "Barangsiapa mengada-adakan bid'ah di dalam Islam kemudian menganggap bid'ah itu
baik, berarti ia telah menganggap Muhammad SAW mengkianati risalah".
Bacalah firman Allah Tabaraka wa Ta'ala. Artinya :
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan buatmu ni'mat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu". (Al-Maaidah : 3).
"Oleh karenanya apa yang hari itu bukan agama, maka hari ini-pun bukan agama, dan tidaklah akan baik
umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini"
Kalimat terakhir (Imam Malik) di atas itulah yang berkaitan dengan jawaban dari pertanyaan ini, yaitu
pernyataannya :
"Dan tidaklah akan baik umat akhir ini melainkan dengan apa yang telah baik pada awal umat ini".
Oleh sebab itu, sebagaimana halnya orang Arab Jahiliyah dahulu tidak menjadi baik keadaannya kecuali
setelah datangnya Nabi mereka, Muhammad SAW dengan membawa wahyu dari langit, yang telah
menyebabkan kehidupan mereka di dunia berbahagia dan selamat dalam kehidupan akhirat. Demikian pula
seyogyanya asas yang mesti dijadikan pijakan bagi kehidupan Islami nan membahagiakan di masa kini,
yakni tiada lain hanyalah RUJUK (kembali) kepada Al-Kitab was Sunnah.
Hanya saja, masalahnya memerlukan sedikit penjelasan, sebab betapa banyak jama'ah serta golongan-
golongan di "lapangan" mengaku bahawa mereka telah meletakkan sebuah manhaj yang memungkinkan
dengannya terwujud masyarakat Islam dan terwujud pelaksanaan hukum berdasarkan Islam.
Sementara itu kita mengetahui dari Al-Kitab dan Sunnah Rasulullah SAW, bahawa jalan bagi terwujudnya itu
semua hanya ada satu jalan, yaitu sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Ta'ala dalam firmannya.

"Dan sesungguhnya (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-
Nya". (Al-An'am : 153).

Dan sungguh Rasulullah SAW, telah menjelaskan makna ayat ini kepada para sahabatnya. Beliau pada
suatu hari menggambarkan kepada para sahabat sebuah garis lurus di atas tanah, disusuli dengan
menggambar garis-garis pendek yang banyak di sisi-sisi garis lurus tadi.
Kemudian beliau SAW membacakan ayat di atas ketika menudingkan jari tangannya yang mulia ke atas
garis yang lurus dan kemudian menunjuk garis-garis yang terdapat pada sisi-sisinya, beliau bersabda:
"Ini adalah jalan Allah, sedangkan jalan-jalan ini, pada setiap muara jalan-jalan tersebut ada syaitan yang
menyeru kepadanya".
(Shahih sebagaimana terdapat di dalam "Zhilalul Jannah fi takhrij As-Sunnah : 16-17).
Allah 'Azza wa Jalla-pun menguatkan ayat beserta penjelasannya dari Rasulullah SAW dalam hadits di atas,
dengan ayat lain, yaitu firman-Nya.
"Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas petunjuk (kebenaran) baginya, dan mengikuti jalan
yang bukan jalan orang-orang mukmin. Kami biarkan ia berleluasa terhadap kesesatan yang telah
dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-seburuk tempat
kembali". (An-Nisaa : 115)
Dalam ayat ini terdapat sebuah hikmah yang tegas, yakni bahawa Allah Subhanahu wa Ta'ala mengikatkan
"jalannya orang-orang mukmin" kepada apa yang telah di bawa oleh Rasulullah SAW. Hal inilah yang telah
diisyaratkan oleh Rasullah SAW dalam hadits iftiraq (perpecahan) ketika beliau ditanya tentang Al-Firqah An
Najiyah (golongan yang selamat), saat itu beliau menjawab :
"(Yaitu) apa yang aku dan sahabatku hari ini ada di atasnya" (lihat As-Silsilah Ash-Shahihah : 203)
Apakah gerangan hikmah yang di maksud ketika Allah menyebutkan "Jalannya orang-orang mukmin
(Sabiilul mukminim)" dalam ayat tersebut .? Dan apakah kiranya hal yang dimaksud ketika Rasulullah SAW
mengikatkan para shahabatnya kepada diri beliau sendiri dalam hadits di muka .? Jawabannya, bahwa para
shahabat radliyallahu anhum itu adalah orang-orang yang telah menerima pelajaran dua wahyu (Al-Qur'an
dan As-Sunnah) langsung dari Rasulullah SAW, beliau telah menjelaskannya langsung kepada mereka
tanpa perantara, tidak sebagaimana keadaan orang-orang yang sesudahnya.
Tentu saja hasilnya adalah seperti yang pernah dikatakan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya :
"Sesungguhnya orang yang hadir akan dapat melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang yang tidak
hadir" (Lihat Shahih Al-Jami' : 1641).
Oleh sebab itulah, iman para sahabat terdahulu lebih kuat daripada orang-orang yang datang sesudahnya.
Ini pula telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits mutawatir :
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian orang-orang yang sesudahnya, kemudian orang-orang
yang sesudahnya lagi ". (Muttafaq 'alaihi).
Berdasarkan hal ini, seorang muslim tidak bisa berdiri sendiri dalam memahami Al-Kitab dan As-Sunnah,
tetapi ia harus meminta bantuan dalam memahami keduanya dengan kembali kepada para sahabat Nabi
yang Mulia, orang-orang yang telah menerima pelajaran tentang keduanya langsung dari Rasulullah SAW
yang terkadang menjelaskannya dengan perkataan, terkadang dengan perbuatan dan terkadang dengan
taqrir (persetujuan) beliau.
Jika demikian, adalah mendesak sekali dalam "mengajak orang kembali kepada Al-qur'an dan As-Sunnah"
untuk menambahkan prinsip "berjalan di atas apa yang ditempuh oleh AS-SALAFU AS-SHALIH" dalam
rangka mengamalkan ayat-ayat serta hadits-hadits yang telah disebutkan di muka, manakala Allah
menyebutkan "Jalannya orang-orang mukmin (sabilul mu'minin)", dan menyebutkan Nabi-Nya yang mulia
serta para sahabatnya dengan maksud supaya memahami Al-Kitab was Sunnah sesuai dengan apa yang
dipahami oleh KAUM SALAF generasi pertama dari kalangan sahabat radliyallahu anhum dan orang-orang
yang mengikuti mereka secara ihsan.
Kemudian, dalam hal ini ada satu persoalan yang teramat penting namun dilupakan oleh banyak kalangan
jama'ah serta hizb-hizb Islam. Persoalan itu ialah : "Jalan mana gerangan yang dapat digunakan untuk
mengetahui apa yang ditempuh oleh para shahabat dalam memahami dan melaksanakan sunnah ini ..?".
Jawabannya : "Tiada jalan lain untuk menuju pemahaman itu kecuali harus RUJUK (kembali) kepada Ilmu
Hadits, Ilmu Mushtalah Hadits, Ilmu Al-jarh wa At-Ta'dil dan mengamalkan kaedah-kaedah serta musthalah-
musthalah-nya tersebut, sehingga para ulama dapat dengan mantap mengetahui mana yang shahih dari
Nabi SAW dan mana yang tidak shahih".
Sebagai penutup jawaban, kami bisa mengatakan dengan bahasa yang lebih jelas kepada kaum muslimin
yang betul-betul ingin kembali mendapatkan 'IZZAH kehormatan, kejayaan dan hukum bagi Islam, yaitu
anda harus bisa merealisasikan dua perkara :
Pertama :
Anda harus mengembalikan syari'at Islam ke dalam benak-benak kaum muslimin dalam keadaan bersih dari
segenap unsur yang menyusup ke dalamnya, apa yang sebenarnya bukan berasal daripadanya, ketika Allah
Tabaraka wa Ta'ala menurunkan firmannya :
"Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-sempurnakan ni'mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu" (Al-Maaidah : 3).
Mengembalikan persoalan hari ini menjadi seperti persoalan zaman pertama dahulu, membutuhkan
perjuangan ekstra keras dari para ulama kaum muslimin di pelbagai penjuru dunia.
Kedua :
Kerja keras yang terus menerus tanpa henti ini harus diiringi dengan ilmu yang telah terbersihkan itu.
Pada hari kaum muslimin telah kembali memahami dien mereka sebagai mana yang difahami para shahabat
Rasulullah SAW, kemudian melaksanakan pengamalan ajaran Islam yang telah terbersihkan ini secara
benar dalam semua segi kehidupan, maka pada hari itulah kaum mu'minin dapat bergembira merasakan
kemenangan yang datangnya dari Allah.
Inilah yang boleh saya katakan dalam ketergesa-gesaan ini, dengan memohon kepada Allah agar Dia
memberikan pemahaman Islamsecara benar kepada kita dan seluruh kaum muslimin, sesuai dengan
tuntunan kitab-Nya dan Sunnah Rasulullah SAW yang shahihsebagaimana yang telah ditempuh oleh
SALAFUNA ASH-SHALIH.
Kita memohon kepada Allah agar Dia memberikan taufiq kepada kita supaya dapat mengamalkan yang
demikian itu, sesungguhnya Dia SAMI' (Maha Mendengar) lagi MUJIB (Maha Mengabulkan Do'a).
Wallahu 'alam.

Sistem Masyarakat Islam dalam


Al Qur'an & Sunnah
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
DALIL-DALIL ORANG YANG MENGHARAMKAN LAGU (NYANYIAN) DAN BANTAHAN DARI ULAMA
LAINNYA
Pertama. Mereka mengharamkan lagu berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas'ud
dan Ibnu Abbas serta sebagian Tabi'in, bahwa mereka mengharamkan nyanyian berdasarkan firman Allah
SWT, "Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan.
Mereka itu akan memperoleh adzab yang menghinakan. (Luqman: 6)
Mereka menafsirkan "Lahwal Hadits" (perkataan yang tidak berguna) di sini dengan nyanyian (lagu).
Ibnu Hazm mengatakan, "Tak ada alasan untuk mempergunakan ayat tersebut sebagai dalil atas haramnya
lagu-lagu karena beberapa alasan:
Sesungguhnya tidak ada alasan (yang paling kuat) bagi siapa pun selain dari Rasulullah SAW.
Pendapat di atas bertentangan dengan pendapat para sahabat yang lainnya dan para tabi'in.
Sesungguhnya keterangan ayat itu sendiri membatalkan hujjah mereka, karena di dalam ayat tersebut
terdapat sifat orang berbuat demikian maka kafir tanpa khilaf, yakni apabila menjadikan jalan Allah sebagai
pelecehan. Ibnu Hazm mengatakan, "Seandainya ada seseorang yang mempergunakan mushaf untuk
menyesatkan (manusia) dari jalan Allah dan menjadikannya sebagai ejekan, maka ia kafir, maka inilah yang
dicela oleh Allah SWT dan Allah sama sekali tidak mencela orang mempergunakan perkataan yang main-
main untuk permainan dan menghibur diri, bukan untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah. Maka
batallah hujjah mereka. Demikian juga sebaliknya, orang yang keasyikan membaca Al Qur'an dan hadits
atau ngobrol atau kesibukan dengan lagu-lagu dan lainnya sehingga melalaikan shalat, maka dia fasik, dan
bermaksiat kepada Allah Ta'ala. Dan barangsiapa yang tidak menyia-nyiakan sedikit pun dari kewajiban-
kewajiban itu karena melakukan apa-apa yang telah kami sebutkan, maka ia seorang yang muhsin (berbuat
kebajikan)" (Al Muhalla: 9/60 cet. Al Munirah)
Dalil yang kedua dari orang-orang mengharamkan nyanyian adalah firman Allah SWT dalam memuji orang-
orang yang beriman. Allah berfirman:
"Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling dari padanya." (Al
Qashash: 55)
Dan nyanyian termasuk "Al laghwu" (perkataan yang tidak berguna), maka wajib bagi kita untuk
menghindarinya. Pendapat ini dijawab, bahwa secara zhahir dari ayat ini "Al laghwu" adalah perkataan kotor
seperti mencaci maki, perkataan yang menyakitkan dan sebagainya. Karena kesempurnaan ayat
membuktikan hal itu.
"Dan mereka berkata, "Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal-mu, kesejahteraan atas dirimu,
kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil." (Al Qashash: 55)
Ini mirip dengan firman Allah SWT yang menjelaskan sifat-sifat 'Ibadur Rahman:
"Dan apabila orang-orang jahil itu mengejek mereka, mereka (balas) mengatakan dengan ucapan selamat ."
(Al Furqan: 63)
Kalau kita pasrah bahwa sesungguhnya Al laghwu dalam ayat tersebut meliputi nyanyian, pasti kita
mendapatkan ayat itu mendorong kita untuk berpaling dari mendengarkan dan memujinya, padahal tidak
demikian.
Kata "Al Laghwu" seperti kata "Al Baathil" yang berarti tidak berguna. Dan mendengarkan apa-apa yang
tidak berguna itu tidak haram selama tidak menelantarkan hak atau melalaikan yang wajib.
Diriwayatkan dari Ibnu Juraij, bahwa ia memberi keringanan dalam masalah mendengarkan lagu, maka ia
ditanya, "Apakah hal itu kelak di hari kiamat akan dimasukkan sebagai kebaikanmu atau keburukanmu?"
Beliau menjawab, "Tidak termasuk hasanaat dan tidak termasuk sayyiaat, karena itu mirip dengan Al
laghwu." Allah SWT berfirman:
"Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpahmu yang main-main (yang tidak dimaksud untuk
bersumpah)." (Al Baqarah: 225)
Imam Al Ghazali mengatakan, "Apabila menyebut Asma Allah Ta'ala atas sesuatu dengan cara bersumpah,
dengan tanpa aqad dan tidak bersungguh-sungguh saja tidak dikenakan sanksi, apa lagi dengan syair dan
lagu-lagu.22)
Selain itu kita katakan bahwa tidak semua nyanyian itu termasuk "Al laghwu." Sesungguhnya itu tergantung
pada niat orangnya, karena niat yang baik itu bisa merubah suatu permainan menjadi suatu ibadah, dan
bergurau menjadi suatu ketaatan sementara niat yang kotor itu bisa menghapus amal kita yang zhahirnya
beribadah sementara bathinnya riya, Rasulullah SAW bersabda:
"Sesungguhnya Allah tidak melihat pada rupa kamu dan harta kamu, tetapi Dia melihat pada hati dan
amalmu ." (HR. Muslim)
Di sini kita bisa mengutip kata-kata Ibnu Hazm yang baik di dalam kitabnya "Al Muhalla" sebagai
sanggahan terhadap orang-orang yang melarang lagu-lagu. Beliau mengatakan, "Mereka Mereka yang
mengharamkan menyanyi itu berhujjah dan mengatakan, 'Apakah menyanyi itu barang yang haq atau tidak',
tidak perlu pendapat yang ketiga
ketiga, yang jelas Allah SWT sendiri mengatakan,
"Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan"(Yunus: 32)
Maka jawaban kita, Wabillahit Taufiq, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya diterimanya
segala amal perbuatan itu tergantung pada niatnya, dan sesungguhnya setiap (amal) seseorang tergantung
pada niatnya ..." (H. Muttafaqun 'Alaih). Maka barang siapa yang mendengarkan lagu-lagu untuk membantu
dia bermaksiat kepada Allah, maka dia fasiq. Demikian juga terjadi pada selain lagu-lagu. Tetapi
barangsiapa yang dengan lagu itu dia berniat untuk menghibur dirinya dan untuk memperkuat taatnya
kepada Allah dan dengan lagu-lagu itu ia bersemangat untuk berbuat kebajikan maka ia termasuk berbuat
ketaatan dan kebaikan, dan perbuatannya termasuk barang haq. Dan barang siapa tidak berniat taat atau
maksiat maka itu termasuk laghwun yang dimaafkan, seperti orang yang keluar ke kebunnya dan duduk di
pintu rumahnya untuk bersenang hati dan mewarnai bajunya dengan warna keemasan atau hijau atau yang
lainnya serta memanjangkan betisnya atau menekuknya serta seluruh aktifitasnya." (Al Muhalla: 9/60)
Ketiga. Dalil yang ketiga adalah hadits Rasulullah SAW:
"Setiap permainan yang dilakukan oleh seorang mukmin maka itu suatu kebathilan, kecuali tiga permainan:
pemainan suami dengan isterinya, pelatihannya terhadap kudanya, dan melemparkan anak panah dari
busurnya" (HR. Ashabus Sunan - Muththarib)
Sementara lagu-lagu adalah termasuk selain tiga permainan yang disebutkan dalam hadits ini.Orang-Orang
yang memperbolehkan menyanyi mengatakan bahwa hadits tersebut dha'if, seandainya shahih pasti
menjadi hujjah, bahwa ungkapan Nabi "Itu adalah bathil" itu tidak menunjukkan pengharaman, tetapi
menunjukkan tidak berguna. Abu Darda' pernah mengatakan, "Sesungguhnya aku akan melakukan untuk
diriku sedikit dari yang bathil agar diriku kuat untuk melakukan yang haq (kebenaran)." Karena
sesungguhnya pembatasan tiga hal dalam hadits tersebut tidak dimaksudkan untuk pembatasan mutlak.
Buktinya pernah terjadi orang-orang Habasyah bermain pedang di Masjid Nabawi, itu juga di luar dari tiga
hal tersebut, dan ini ditetapkan dalam hadits shahih.
Tidak diragukan lagi bahwa bersenang-senang di kebun dan mendengar suara-suara burung serta berbagai
permainan yang dilakukan oleh seseorang itu sama sekali tidak diharamkan, meskipun boleh kita katakan itu
bathil (tanpa guna) secara langsung.
Keempat. Mereka juga berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (Mu 'allaq), dari Abi
Malik atau 'Amir Al Asy'ari, satu keraguan dari perawi, dari Nabi SAW ia bersabda:
"Benar-benar akan ada suatu kaum dari ummatku yang menghalalkan kemaluan (zina), sutera, khamr
(minuman keras) dan alat-alat musik." (HR. Bukhari - Mu'allaq)
Hadist tersebut meskipun ada di dalam shahih Bukhari, tetapi ia termasuk "Mu'allaq," bukan termasuk
hadits yang sanadnya muttashil (bersambung). Oleh karena itu Ibnu Hazm menolak karena sanadnya
terputus, selain hadits ini mu 'allaq, para ulama mengatakan bahwa sanad dan matanya tidak selamat dari
kegoncangan (idhtiraab).
Al Hafidz Ibnu Hajar berusaha untuk menyambung hadits ini, dan beliau berhasil untuk menyambung dari
sembilan sanad, tetapi semuanya berkisar pada satu perawi yang dibicarakan oleh sejumlah ulama' ahli.
Satu perawi itu adalah "Hisyam Ibnu 'Ammar," perawi ini meskipun sebagai Khatib Damascus dan muqri'nya
serta muhaddits dan alimnya, bahkan Ibnu Ma'in dan Al 'Ajli men-tautsiq. Tetapi Abu Dawud mengatakan,
"Dia meriwayatkan empat ratus hadits yang tidak ada sandarannya (yang benar dari Rasul)."
Abu Hatim juga berkata, "Ia shaduq (sangat jujur), tetapi telah berubah (hafalannya), sehingga Ibnu Sayyar
pun mengatakan seperti itu."
Imam Ahmad mengatakan, "Ia thayyasy dan khafif (hafalannya berkurang).' Imam Nasa'i mengatakan,
"Tidak mengapa (ini bukan pentautsiq-an secara mutlak)."
Meskipun Imam Adz-Dzahabi membelanya, dengan mengatakan, Shadaq dan banyak meriwayatkan,
namun ada kemunkarannya.
Para ulama juga mengingkari karena ia tidak meriwayatkan hadits kecuali memakai upah.
Orang seperti ini tidak bisa diterima haditsnya pada saat-saat terjadi perselisihan pendapat, terutama dalam
masalah yang pada umumnya sudah menjadi fitnah.
Meskipun dalil tersebut, katakanlah, ada, tetapi kata-kata "Al Ma'aazil" itu belum ada kesepakatan maknanya
secara pasti, apa sebenarnya. Sehingga ada yang mengatakan "permainan-permainan," ini sangat global.
Ada juga yang mengatakan alat-alat musik.
Kalau seandainya kita katakan bahwa yang dimaksud adalah alat-alat musik, maka redaksi hadits yang
mu'allaq di dalam Bukhari itu tidak sharih (tidak jelas) di dalam mengartikan haramnya "Al Ma'azif." Karena
ungkapan "Yastahilluna" (menghalalkan) menurut Ibnu 'Arabi mempunyai dua makna, pertama meyakini
bahwa itu halal, dan yang kedua, suatu majaz (ungkapan tidak langsung) tentang memperlonggar dalam
mempergunakan itu semua, karena seandainya itu adalah arti yang sebenarnya maka itu kufur, karena
menghalalkan yang haram secara pasti seperti minuman keras, zina itu kufur secara ijma'.
Seandainya kita sepakat atas haramnya itu semua, maka apakah itu berarti pengharaman terhadap seluruh
apa yang disebutkan di dalam hadits itu, atau masing-masing ada hukumnya sendiri-sendiri? Maka yang
pertama itulah yang rajih, karena pada kenyataannya hadits ini menjelaskan perilaku sekelompok manusia
yang tenggelam dalam kemewahan, malam-malam merah dan minuman keras . Mereka yang hidup di
antara khamr dan wanita, permainan dan lagu-lagu, zina dan sutera. Karena itulah Ibnu Majah
meriwayatkan hadits ini dari Abi Malik Al Asy'ari dengan kata-kata sebagai berikut:
"Sungguh akan ada manusia dari ummatku yang meminum khamr, mereka menamakannya bukan dengan
namanya, kepala mereka dipenuhi dengan alat-alat musik dan biduanita (lagu-lagu dan artis). Sungguh
Allah akan memasukkan mereka ke dalam tanah dan akan mengganti rupa mereka dengan kera dan babi."
(HR. Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Bukhari dalam Tarikhnya)
Seluruh perawi yang meriwayatkan hadits dari selain Hisyam bin Ammar telah menjadikan ancaman itu
pada orang yang meminum minuman keras, dan bukanlah pada ma'azif (alat-alat musik) itu sebagai
penyempurna dan yang mengikuti bagi mereka.
Kelima. Mereka juga berdalil dengan hadits dari 'Aisyah RA
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan biduanita (artis), menjual belikannya, menghargainya, dan
mengajarinya."
Sebagai jawabannya sebagai berikut:
Hadits ini dha'if, dan seluruh hadits yang mengharamkan jual beli artis penyanyi adalah dha'if. (Ibnu Hazm
dalam Al Muhalla: 9/59-62)
Imam Al Ghazali mengatakan, "Yang dimaksud penyanyi di sini adalah penyanyi wanita yang bernyanyi di
hadapan pria dalam majelis khamr, dan menyanyinya para wanita di hadapan laki-laki fasik dan orang yang
dikhawatirkan ada fitnah itu haram, mereka tidak bermaksud dengan fitnah itu kecuali dilarang. Adapun
menyanyinya budak wanita di hadapan pemiliknya itu tidak difahami haram dari hadits ini. Bahkan kepada
selain pemiliknya pun ketika tidak ada fitnah, dengan dalil hadits yang diriwayatkan di dalam. (Al Ihya':1 148)
Para penyanyi dari budak wanita itu memiliki unsur penting dalam aturan perbudakan, di mana Islam datang
untuk memberantasnya secara bertahap. Dan Islam tidak sependapat, hikmah ini menetapkan adanya kelas
tertentu pada masyarakat Islam. Maka apabila ada hadits yang melarang memiliki budak penyanyi dan
memperjual belikan, itu berarti dalam rangka merobohkan sistem perbudakan yang kokoh.
Keenam. Mereka juga berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Nafi', bahwa sesungguhnya Ibnu Umar
itu pernah mendengar suara seruling penggembala, maka beliau meletakkan kedua jari telunjuknya di dalam
telinganya dan mengalihkan kendaraannya dari jalan, beliau berkata, "Hai Nafi', apakah kamu mendengar?"
maka Nafi' berkata, "Ya" lalu berjalan terus sampai Nafi' berkata, "Tidak" maka Ibnu Umar mengangkat
tangannya dan mengalihkan kendaraannya ke jalan (lainnya) dan berkata, "Aku pernah melihat Rasulullah
SAW mendengar seruling penggembala maka Nabi berbuat demikian." (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu
Majah. Abu Dawud mengatakan, "Ini hadits munkar")
Seandainya hadits ini shahih, maka akan menjadi hujjah yang mengalahkan orang-orang yang
mengharamkan, bukan mendukung mereka. Karena seandainya mendengar seruling itu haram, maka Nabi
SAW tidak memperbolehkan Ibnu Umar untuk mendengarkannya, dan kalau seandainya Ibnu Umar itu
mengharamkan maka tidak akan diperbolehkan kepada Nafi' untuk mendengarkannya. Dan pasti Rasulullah
SAW memerintahkan untuk melarang dan merubah kemunkaran itu. Pengikraran Nabi SAW kepada Ibnu
Umar sebagai dalil bahwa itu halal.
Tetapi Rasulullah SAW menjauhi untuk mendengar seruling itu sebagaimana beliau menjauhi banyak sekali
hal-hal yang diperbolehkan dari masalah dunia, seperti makan sambil bersandar atau beliau tidak suka kalau
ada dinar dan dirham yang bermalam di sisinya.
Ketujuh, Mereka yang mengharamkan lagu juga berdalil dengan riwayat yang mengatakan, "Sesungguhnya
nyanyian itu dapat menimbulkan kemunafikan dalam hati," tetapi ini bukan hadits dari Rasulullah SAW,
melainkan perkataan sahabat atau tabi'in. Ini adalah suatu pendapat orang yang tidak ma'sum yang berbeda
satu dengan yang lainnya. Sebagian manusia ada juga yang mengatakan, terutama dari kalangan sufi,
bahwa sesungguhnya nyanyian itu bisa melunakkan hati, dan dapat membangkitkan perasaan sedih,
menyesal atas kemaksiatan serta dapat menjadi sarana untuk memperbarui jiwa dan semangat mereka dan
membangkitkan kerinduan. Mereka mengatakan, "Ini tidak mungkin bisa diketahui kecuali dengan perasaan,
pengalaman dan kebiasaan, karena itu barangsiapa merasakan maka dia mengetahui, informasi ini tidak
bisa ditangkap dengan mata."
Meskipun demikian, Imam Al Ghazali menjadikan hukum kalimat ini bagi si penyanyi, bukan pendengar,
karena tujuan penyanyi adalah menampilkan dirinya di hadapan orang lain dan mengkomersialkan
suaranya, dan secara terus menerus ia berbuat kemunafikan dan berusaha menarik perhatian manusia agar
mereka senang terhadap lagunya. Al Ghazali mengatakan, "Demikian itu tidak menjadikan haram, karena
sesungguhnya memakai pakaian serta berbangga-banggaan dengan tanaman, binatang ternak, ladang dan
yang lainnya itu juga bisa menimbulkan kemunafikan dalam hati, dan ini bukan berarti haram seluruhnya.
Karena bukanlah penyebab munculnya kemunafikan dalam hati itu maksiat, tetapi sesungguhnya hal-hal
yang mubah pun ketika menjadi perhatian manusia itulah yang banyak berpengaruh 23).
Kedelapan, Mereka juga berdalil atas haramnya nyanyian wanita dengan alasan bahwa suara wanita itu
aurat, padahal ini tidak ada dalilnya, tidak pula ada yang mirip dengan dalil dari agama Allah bahwa suara
wanita itu aurat. Karena sahabat wanita dahulu juga bertanya kepada Rasulullah SAW ketika Nabi sedang
berada di tengah-tengah para sahabat laki-laki. Dan para sahabat sendiri juga pernah pergi kepada
ummahatul mukminin (para isteri Rasulullah) untuk meminta fatwa dan mereka pun memberikan fatwa dan
berbicara dengan orang-orang yang datang. Dan tidak ada seorang pun mengatakan, "Sesungguhnya ini
dari Aisyah atau selain Aisyah telah melihat aurat yang wajib ditutupi," padahal isteri-isteri Nabi mendapat
perintah dengan keras yang tidak pernah dirasakan bagi wanita lainnya Allah SWT berfirman:
"Dan berkatalah kamu (wahai isteri-isteri Nabi) dengan kata-kata yang baik." (Al Ahzab: 32)
Mereka mengatakan, "Itu berkaitan dengan percakapan biasa, bukan dalam nyanyian." Kita katakan,
diriwayatkan di dalam Shahihain, bahwa Nabi SAW pernah mendengar nyanyian dua wanita budak dan tidak
mengingkari keduanya, dan Nabi bersabda kepada Abu Bakar, "Biarkan mereka berdua." Ibnu Ja'far dan
lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in juga pernah mendengar budak-budak wanita menyanyi.
Kesembilan. Mereka juga berdalil dengan hadits Tirmidzi dari Ali, marfu' "Apabila ummatku melakukan lima
belas perkara, maka akan mendapat cobaan .. (salah satunya adalah) mengambil biduanita dan alat-alat
musik." Hadits ini disepakati atas kedha'ifannya, maka tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
Kesimpulan bahwa nash-nash yang dijadikan dalil oleh orang yang mengatakan haramnya lagu-lagu itu
mungkin shahih, tetapi tidak sharih (jelas), atau sharih tetapi tidak shahih, dan tidak ada satu pun hadits
yang marfu' (sampai) pada Rasulullah SAW yang pantas dipakai sebagai dalil untuk mengharamkan. Dan
seluruh hadits-hadits yang mereka pergunakan itu didhai'fkan oleh golongan Zhahiriyah, Malikiyah,
Hanabilah dan Syafi'iyah.
Al Qadhi Abu Bakar Ibnu 'Arabi mengatakan di dalam kitabnya Al Ahkaam, tidak benar dalam pengharaman
sedikit pun. Demikianlah juga dikatakan oleh Al Ghazali, dan Ibnu Nahwi di dalam kitab "Al 'Umdah."
Ibnu Thahir dalam kitabnya "As-Simaa' " mengatakan "Tidak benar satu huruf pun dari hadist-hadist itu.
Ibnu Hazm berkata, "Tidak benar sedikit pun dalam bab ini, dan setiap riwayat, tentang masalah itu maudhu'
(palsu). Demi Allah, kalau seandainya seluruhnya atau salah satu dari riwayat itu disandarkan dari/melalui
jalan orang-orang yang tsiqah kepada Rasulullah SAW pasti kita tidak akan ragu untuk mengambilnya."
22) Lihat kitab Al Ihya' 'Ulumuddin, bab. As-Samaa'. hal.1147
23) Lihat Al Ihya Kitabus-Samaa' hal. 1151.
Harap Cantumkan, Dicopy dari :

Website “Yayasan Al-Sofwa”


Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
www.alsofwah.or.id ; E-mail: info@alsofwah.or.id

Dilarang Keras Memperbanyak Buku ini untuk diperjual belikan !!!

KEUTAMAAN BERDZIKIR
Allah Ta’ala berfirman:
“Karena itu, ingatlah kamu kepadaKu, niscaya Aku ingat (pula) kepadamu (dengan memberikan rahmat dan
peng-ampunan). Dan bersyukurlah kepada-Ku, serta jangan ingkar (pada nikmat-Ku)”. (Al-Baqarah, 2:152).
“Hai, orang-orang yang beriman, ber-dzikirlah yang banyak kepada Allah (dengan menyebut namaNya)”.
(Al-Ahzaab, 33:42).
“Laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, maka Allah me-nyediakan untuk mereka
pengampunan dan pahala yang agung”. (Al-Ahzaab, 33:35).
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut (pada siksaanNya),
serta tidak mengeraskan suara, di pagi dan sore hari. Dan janganlah kamu terma-suk orang-orang yang
lalai”. (Al-A’raaf, 7:205).
Rasul n bersabda:
ِ‫حيّ وَا ْل َميّت‬
(( َ ْ‫ي َل يَذْ ُكرُ َربّ ُه مَ َثلُ ال‬
ْ ‫ي يَذْ ُكرُ َر ّبهُ وَالّ ِذ‬
)). ْ ‫مَ َثلُ الّ ِذ‬
Perumpamaan orang yang ingat akan Rabbnya dengan orang yang tidak ingat Rabbnya laksana orang yang
hidup dengan orang yang mati.1
‫خ ْيرٍ َلكُمْق مِنقْ ِإنْفَاقِق‬
(( َ َ‫ و‬،ْ‫ وََأرْفَعِهَا فِي ْق َدرَجَاتِكُمق‬،ْ‫عنْدَ مَ ِليْكِكُمق‬ ِ ‫ وََأزْكَاهَا‬،ْ‫عمَاِلكُمق‬ ْ ‫خ ْيرِ َأ‬
َ ِ‫أَلَ ُأنَ ّبئُكُمقْ ب‬
.‫عنَاقَ ُكمْ((؟ قَاُلوْا بَلَى‬
ْ ‫ض ِربُوْا َأ‬
ْ َ‫عنَا َقهُ ْم َوي‬
ْ َ‫ضرِ ُبوْا أ‬
ْ ‫ن تَلْ َقوْا عَ ُدوّكُمْ َف َت‬
ْ ‫خ ْيرٍ َلكُ ْم مِنْ َأ‬
َ َ‫ و‬،ِ‫الذّهَبِ وَا ْل َورِق‬
))
‫ ِذ ْكرُ الِ تَعَالَى‬:َ‫ قَال‬. ))
“Maukah kamu, aku tunjukkan perbu-atanmu yang terbaik, paling suci di sisi Rajamu (Allah), dan paling
mengangkat derajatmu; lebih baik bagimu dari infaq emas atau perak, dan lebih baik bagimu daripada
bertemu dengan musuhmu, lantas kamu memenggal lehernya atau mereka memenggal lehermu?” Para
sahabat yang hadir berkata: “Mau (wa-hai Rasulullah)!” Beliau bersabda: “Dzi-kir kepada Allah Yang Maha
Tinggi”.2
Rasul n bersabda:
ْ‫ن ذَ َك َرنِ يْ فِ يْ نَفْ سِهِ ذَ َك ْرتُ هُ فِ ي‬
ْ ‫ فَِإ‬،ْ‫ وََأنَا مَعَ هُ إِذَا ذَ َك َرنِ ي‬،ْ‫عبْدِ يْ بِ ي‬ َ ّ‫عنْدَ ظَن‬ِ ‫ ))َأنَا‬:‫يَ ُق ْولُ الُ تَعَالَى‬
،‫ وَإِنْق تَ َقرّبَق إِ َليّ شِ ْبرًا تَقَ ّربْتُق إِ َليْهِق ِذرَاعًا‬،ْ‫خ ْيرٍ ِم ْنهُمق‬ َ ٍ‫ وَإِنْق ذَ َك َرنِيْق فِيْق مَلٍ َذ َكرْتُهُق فِيْق مَل‬،ْ‫نَفْسِقي‬
ً‫شيْ َأ َتيْ ُتهُ َه ْروَ َلة‬
ِ ‫ي يَ ْم‬
ْ ِ‫ وَِإنْ َأتَان‬،‫ي ِذرَاعًا تَ َق ّربْتُ ِإَليْ ِه بَاعًا‬ ّ ‫))وَِإنْ تَ َقرّبَ إِ َل‬.
1
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari 11/208. Imam Muslim meriwayatkan dengan lafazh sebagai berikut:

.))ِ‫((مََثلُ اْلبَيْتِ الّ ِذيْ يُ ْذ َكرُ ا ُل فِيْ ِه وَاْلبَيْتِ الّ ِذيْ لَ يُ ْذ َكرُ ا ُل فِْيهِ مََثلُ اْلحَيّ وَاْلمَيّت‬
“Perumpamaan rumah yang digunakan untuk dzikir kepada Allah dengan rumah yang tidak digunakan untuk dzikir, laksana orang hidup dengan yang
mati”. (Shahih Muslim 1/539).
2
HR. At-Tirmidzi 5/459, Ibnu Majah 2/1245. Lihat pula Shahih Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/316.
Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai de-ngan persangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya (dengan
ilmu dan rah-mat) bila dia ingat Aku. Jika dia meng-ingatKu dalam dirinya, Aku mengingat-nya dalam diriKu.
Jika dia menyebut namaKu dalam suatu perkumpulan, Aku menyebutnya dalam perkumpulan yang lebih
baik dari mereka. Bila dia mende-kat kepadaKu sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika dia
mendekat kepadaKu sehasta, Aku mendekat ke-padanya sedepa. Jika dia datang kepa-daKu dengan
berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat”.3
ْ‫شرَائِ عَ اْلِ سْلَمِ قَدْ َك ُثرَ ت‬
َ ّ‫سوْلَ الِ ِإن‬ ُ َ‫ يَا ر‬:َ‫جلً قَال‬ ُ َ‫عنْ هُ َأنّ ر‬
َ ُ‫سرٍ َرضِ يَ ال‬ ْ ُ‫عبْدِ الِ بْ نِ ب‬
َ ْ‫ع ن‬
َ َ‫و‬
ِ‫ن ِذ ْكرِ ال‬ ْ ِ‫طبًا م‬
ْ َ‫ك ر‬ ))
َ ُ‫ لَ َيزَالُ ِلسَان‬:َ‫ قَال‬.ِ‫خ ِبرْ ِنيْ ِبشَيْءٍ َأ َتشَبّثُ ِبه‬
ْ َ‫عَليّ َفأ‬
َ )).
Dari Abdullah bin Busr z, dia berka-ta: Bahwa ada seorang lelaki berkata: “Wahai, Rasulullah!
Sesungguhnya sya-ri’at Islam telah banyak bagiku, oleh karena itu, beritahulah aku sesuatu buat pegangan”.
Beliau bersabda: “Tidak hentinya lidahmu basah karena dzikir kepada Allah (lidahmu selalu meng-
ucapkannya).”4
Rasul n bersabda:
:ْ‫حرْ فٌ؛ وَلَقق ِكن‬
(( َ }‫ {القم‬:ُ‫ لَ أَ ُق ْول‬،‫شرِ َأ ْمثَا ِلهَا‬
ْ ‫ وَالْحَ سَ َنةُ بِ َع‬،ٌ‫سنَة‬
َ َ‫حرْفًا مِ نْ ِكتَابِق الِ فَلَ هُ ح‬
َ َ‫مَ نْ َقرَأ‬
ٌ‫ح ْرف‬
َ ٌ‫ َومِيْم‬،ٌ‫ح ْرف‬
َ ٌ‫ وَلَم‬،ٌ‫ح ْرف‬ َ ٌ‫))أَ ِلف‬.
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, akan mendapatkan satu kebaikan. Sedang satu
kebaikan akan dilipatkan sepuluh semisalnya. Aku tidak berkata: Alif laam miim, satu huruf. Akan tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.”5
ِ‫س ْولُ ال‬ ُ َ‫خرَجَ ر‬ َ :َ‫عنْهُ قَال‬ َ ُ‫ وَعَ نْ عُ ْق َبةَ بْ نِ عَا ِمرٍ رَضِيَ ال‬n ّ‫ ))َأيّكُ مْ يُحِب‬:َ‫َونَحْ نُ فِي الصّ ّفةِ فَقَال‬
ِ‫طيْ َعة‬
ِ َ‫غ ْيرِ ِاثْمٍق وَلَ ق‬َ ‫أَنْق يَغْ ُدوَ ُكلّ َيوْمٍق إِلَى بُطْحَانَق َأوْ ِإلَى ا ْلعَ ِقيْقِق َفيَ ْأتِيْق ِمنْهُق ِبنَا َق َتيْنِق َك ْومَا َويْنِق فِيْق‬
َ َ‫ ))أَ َفلَ يَغْ ُدوْ أ‬:َ‫ قَال‬.َ‫ يَا رَسُق ْولَ الِ نُحِبّ َذلِكق‬:‫رَحِمقٍ؟ (( فَ ُق ْلنَا‬
‫ َأوْ يَ ْقرَأَ آ َيتَيْنِق‬،َ‫حدُكُمْق ِإلَى ا ْلمَسْقجِدِ َفيَعْلَمق‬
،ٍ‫خ ْيرٌ لَهُق مِنْق َأ ْربَعق‬
َ ‫ وََأ ْربَعٌق‬،ٍ‫خ ْيرٌ لَهُق مِنْق ثَلَثق‬ َ ‫ َوثَلَثٌق‬،ِ‫خ ْيرٌ لَهُق مِنْق نَا َقتَيْنق‬ َ ّ‫جل‬َ َ‫ع ّز و‬َ ِ‫مِنْق ِكتَابِق ال‬
ِ‫ن مِنَ اْ ِل ِبل‬ ّ ِ‫عدَادِه‬ْ َ‫)) َومِنْ أ‬.
Dari Uqbah bin Amir z, dia berkata: “Rasulullah n keluar, sedang kami di serambi masjid (Madinah). Lalu
beliau bersabda: “Siapakah di antara kamu yang senang berangkat pagi pada tiap hari ke Buthhan atau Al-
Aqiq, lalu kem-bali dengan membawa dua unta yang besar punuknya, tanpa mengerjakan dosa atau
memutus sanak?” Kami (yang hadir) berkata: “Ya kami senang, wahai Rasulullah!” Lalu beliau bersab-da:
“Apakah seseorang di antara kamu tidak berangkat pagi ke masjid, lalu me-mahami atau membaca dua ayat
Al-Qur’an, hal itu lebih baik baginya dari-pada dua unta. Dan (bila memahami atau membaca) tiga (ayat)
akan lebih baik daripada memperoleh tiga (unta). Dan (bila memahami atau mengajar) empat ayat akan
lebih baik baginya daripada memperoleh empat (unta), dan demikian dari seluruh bilangan unta.”6
Rasulullah n bersabda:
(( ِ‫ن اضْطَجَ َع مَضْجَعًا لَ ْم يَذْ ُكرِ الَ ِفيْ ه‬
ِ َ‫ َوم‬،ٌ‫مَ نْ قَ َعدَ مَقْعَدًا لَ ْم يَذْ ُكرِ الَ ِفيْ هِ كَانَ تْ عَ َليْ هِ مِ نَ الِ ِترَة‬
ٌ‫ن الِ ِترَة‬ َ ِ‫عَليْهِ م‬ َ ْ‫))كَانَت‬.
“Barangsiapa yang duduk di suatu tem-pat, lalu tidak berdzikir kepada Allah di dalamnya, pastilah dia
mendapatkan hukuman dari Allah dan barangsiapa yang berbaring dalam suatu tempat lalu tidak berdzikir
kepada Allah, pastilah mendapatkan hukuman dari Allah.”7
((‫ َفإِنْق شَا َء‬،ٌ‫عَل ْيهِمْق ِترَة‬
َ ‫ وَلَمْق يُصَقّلوْا عَلَى َن ِبيّهِمْق إِلّ كَانَق‬،ِ‫جلِسقًا لَمْق يَذْ ُكرُوا الَ ِفيْهق‬
ْ َ‫جلَسَق َقوْمٌق م‬
َ ‫مَا‬
ْ‫غ َفرَ َل ُهم‬
َ َ‫))عَ ّذ َبهُمْ وَِإنْ شَاء‬.
“Apabila suatu kaum duduk di majelis, lantas tidak berdzikir kepada Allah dan tidak membaca shalawat
kepada Nabi-nya, pastilah ia menjadi kekurangan dan penyesalan mereka, maka jika Allah menghendaki
bisa menyiksa mereka dan jika menghendaki mengampuni mere-ka.”8
((‫حمَا ٍر وَكَانَق َلهُمْق‬
ِ ِ‫جيْ َفة‬
ِ ِ‫مَا مِنْق َقوْمٍق يَ ُق ْو ُموْنَق مِنْق مَجْلِسٍق َل يَذْ ُك ُروْنَق الَ ِفيْهِق إِلّ قَا ُموْا عَنْق ِم ْثل‬
ً‫سرَة‬ْ ‫ح‬َ )).
“Setiap kaum yang berdiri dari suatu majelis, yang mereka tidak berdzikir ke-pada Allah di dalamnya, maka
mereka laksana berdiri dari bangkai keledai dan hal itu menjadi penyesalan mereka (di hari Kiamat).”9
1- BACAAN KETIKA BANGUN
DARI TIDUR
3
HR. Al-Bukhari 8/171 dan Muslim 4/2061. Lafazh hadits ini riwayat Al-Bukhari.
4
HR. At-Tirmidzi 5/458, Ibnu Majah 2/1246, lihat pula dalam Shahih At-Tirmidzi 3/139 dan Shahih Ibnu Majah 2/317.
5
HR. At-Tirmidzi 5/175. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/9 dan Shahih Jaami’ush Shaghiir 5/340.
6
HR. Muslim 1/553.
7
HR. Abu Dawud 4/264; Shahihul Jaami’ 5/342.
8
Shahih At-Tirmidzi 3/140.
9
HR. Abu Dawud 4/264, Ahmad 2/389 dan Shahihul Jami’ 5/176.
1- (( ِ‫ش ْور‬
ُ ‫حيَانَا بَ ْعدَ مَا َأمَا َتنَا َوإِ َل ْيهِ ال ّن‬
)). ْ ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ َأ‬
َ ْ‫اَل‬
1. “Segala puji bagi Allah, yang mem-bangunkan kami setelah ditidurkanNya dan kepadaNya kami
dibangitkan.”10
2- ((،ِ‫سبْحَانَ ال‬ ُ .ٌ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬
َ ّ‫ وَ ُهوَ عَلَى ُكل‬،ُ‫حمْد‬ َ ْ‫ لَهُ ا ْلمُ ْلكُ َولَهُ ال‬،ُ‫شرِيْكَ لَه‬
َ ‫لَ إِلَقهَ إِلّ الُ وَحْ َدهُ َل‬
)) ((
ْ‫ظيْمِ رَبّ اغْ ِفرْ ِلي‬ِ َ‫ح ْولَ وَلَ ُقوّةَ إِلّ بِالِ ا ْلعَ ِليّ ا ْلع‬
َ َ‫ وَل‬،ُ‫ وَالُ َأ ْك َبر‬،ُ‫ وَلَ ِإلَقهَ إِلّ ال‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬ َ ْ‫))وَال‬.
2. ‘Tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan dan pujian.
Dia-lah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan yang
haq selain Allah, Allah Maha Besar, tiada daya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha
Tinggi dan Maha Agung’. ‘Wahai, Tuhanku! Ampunilah dosaku’.11
3- (( ِ‫ن ِليْ بِذِ ْكرِه‬
َ ِ‫ وَأَذ‬،ْ‫حي‬
ِ ْ‫ي ُرو‬
ّ ‫ َورَدّ عَ َل‬،ْ‫جسَ ِدي‬
َ ْ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ عَافَا ِنيْ ِفي‬
)). َ ْ‫َال‬
3. “Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan mengembalikan ruhku
kepadaku serta mengizinkanku untuk berdzikir kepadaNya.”12
4. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi silih bergantinya malam dan siang, terdapat tanda-
tanda bagi orang-orang yang berakal. (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk
atau berbaring, dan mereka memikirkan tentang pencip-taan langit dan bumi (seraya berkata): ‘Ya, Tuhan
kami! Tidaklah Engkau men-ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari
siksa Neraka. Ya Rabb kami, sesung-guhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke dalam Neraka, maka
sungguh telah Engkau hinakan ia, dan tidak ada bagi orang-orang yang zhalim seorang penolongpun. Ya
Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seru-an) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah
kamu kepada Rabbmu"; maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan
hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang
berbakti. Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan
rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari Kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji". Maka Rabb mereka memperkenankan permohonannya (de-ngan berfirman):
"Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau
perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang
berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang
dibunuh, pastilah akan Kuhapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke
dalam Surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisiNya
pahala yang baik". Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir ber-gerak di
dalam negeri. Itu hanyalah ke-senangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan
Ja-hannam itu adalah tempat yang sebu-ruk-buruknya. Akan tetapi orang-orang yang bertaqwa kepada
Rabbnya, bagi mereka Surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, sedang mereka ke-kal di dalamnya
sebagai tempat tinggal (anugerah) dari sisi Allah. Dan apa yang di sisi Allah adalah lebih baik bagi orang-
orang yang berbakti. Dan se-sungguhnya di antara ahli kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan
kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka sedang mereka berendah
hati kepada Allah dan mereka tidak menu-karkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka
memperoleh paha-la di sisi Rabbnya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya. Hai orang-orang
yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetap-lah bersiap siaga (di perbatasan
negeri-mu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung”.13 (Ali ‘Imran, 3: 190-200).

2-DOA KETIKA MENGENAKAN PAKAIAN


5- ٍ‫ح ْولٍ مِ ّنيْ وَلَ ُقوّة‬
َ ِ‫غ ْير‬
َ ْ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ َكسَا ِنيْ هَذَا )ال ّثوْبَ( َو َرزَ َق ِنيْهِ مِن‬
. َ ْ‫َال‬
5. “Segala puji bagi Allah yang memberi pakaian ini kepadaku sebagai rezeki daripadaNya tanpa daya dan
kekuatan dariku.”14
3-DOA KETIKA MENGENAKAN PAKAIAN BARU
6- ‫شرّ ِه َوشَرّ مَا‬
َ ْ‫ك مِن‬
َ ِ‫عوْذُ ب‬
ُ ‫ وََأ‬،ُ‫خ ْيرِ مَا صُنِعَ لَه‬
َ َ‫خ ْيرِهِ و‬
َ ْ‫ك مِن‬
َ ُ‫سأَل‬
ْ َ‫ أ‬،ِ‫سوْ َتنِ ْيه‬
َ َ‫حمْدُ َأنْتَ ك‬
َ ْ‫اَلّلهُمّ َلكَ ال‬
ُ‫صُنِعَ َله‬.
6. “Ya Allah, hanya milikMu segala pu-ji, Engkaulah yang memberi pakaian ini kepadaku. Aku mohon
kepadaMu untuk memperoleh kebaikannya dan kebaikan yang ia diciptakan karenanya. Aku ber-lindung
kepadaMu dari kejahatannya dan kejahatan yang ia diciptakan kare-nanya”.15
4-DOA BAGI ORANG YANG MENGENAKAN PAKAIAN BARU

10
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 11/113, Muslim 4/2083.
11
. Barangsiapa mengucapkan demikian itu, maka dia diampuni. Apabila dia berdoa, akan dikabulkan. Lalu apabila dia berdiri dan berwudhu,
kemudian melakukan shalat, maka shalatnya diterima (oleh Allah). HR. Imam Al-Bukhari dalam Fathul Baari 3/39, begitu juga imam hadits yang lain. Dan
lafazh hadits tersebut menurut riwayat Ibnu Majah 2/335.
12
HR. At-Tirmidzi 5/473 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/144.
13
HR Imam Al-Bukhari dalam Fathul Bari 8/237 dan Muslim 1/530.
14
HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, lihat kitab Irwa’ul Ghalil 7/47.
15
HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, Al-Baghawi dan lihat Mukhtashar Syamaailit Tirmidzi, oleh Al-Albani, halaman 47.
7- ‫ل تَعَالَى‬
ُ ‫ُتبْلِي َويُخْ ِلفُ ا‬
.
7. Kenakanlah sampai lusuh, semoga Allah Ta’ala memberikan gantinya ke-padamu.16
8- ‫شهِيْدًا‬
َ ْ‫ َومُت‬،‫حمِيْدًا‬
َ ْ‫ َوعِش‬،‫اِ ْلبِسْ جَ ِديْدًا‬
.
8. “Berpakaianlah yang baru, hiduplah dengan terpuji dan matilah dalam kea-daan syahid”.17
5-BACAAN KETIKA MELETAKKAN PAKAIAN
9- ِ‫ِبسْمِ ال‬
.
5. Dengan nama Allah (aku meletakkan baju).18
6-DOA MASUK WC
10- [ ِ‫خبَائِث‬
َ ‫ث وَا ْل‬
ِ ُ‫خب‬
ُ ْ‫ك مِنَ ال‬
َ ِ‫عوْذُ ب‬
ُ ‫ِبسْمِ الِ[ اَلّلهُمّ ِإ ّنيْ َأ‬
.
10. “Dengan nama Allah. Ya Allah, se-sungguhnya aku berlindung kepadaMu dari godaan setan laki-laki dan
perem-puan”.19

7- DOA KELUAR DARI WC


11- َ‫غُ ْفرَانَك‬
.
11. “Aku minta ampun kepadaMu”.20

8- BACAAN SEBELUM WUDHU


12- ِ‫ِبسْمِ ال‬
.
12. “Dengan nama Allah (aku berwu-dhu).21
9- BACAAN SETELAH WUDHU
13- ُ‫سوُْله‬
ُ ‫عبْدُهُ َو َر‬
َ ‫حمّدًا‬
َ ُ‫ن م‬
ّ َ‫شهَدُ أ‬
ْ ‫ش ِريْكَ َلهُ وََأ‬
َ َ‫ل وَحْدَ ُه ل‬
.ُ ‫شهَدُ َأنْ لَ ِإلَقهَ ِإلّ ا‬
ْ ‫َأ‬
13. “Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq kecuali Allah, Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagiNya.
Aku bersaksi, bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya”.22
14- َ‫ط ّهرِيْن‬
َ َ‫جعَ ْل ِنيْ مِنَ ا ْل ُمت‬
ْ ‫ن وَا‬
َ ْ‫ي مِنَ ال ّتوّابِي‬
. ْ ِ‫اَلّلهُمّ اجْ َع ْلن‬
14. “Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadi-kanlah aku termasuk orang-
orang (yang senang) bersuci”.23
15- َ‫ َأسْتَغْ ِف ُركَ وََأ ُتوْبُ إِ َليْك‬،َ‫ن لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬
ْ َ‫شهَدُ أ‬
ْ ‫ َأ‬،َ‫حمْدِك‬
. َ ِ‫سُبْحَانَكَ الّلهُمّ َوب‬
15. “Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memuji kepadaMu. Aku bersaksi, bah-wa tiada Tuhan yang haq selain
Eng-kau, aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu”.24

10- BACAAN KETIKA KELUAR


DARI RUMAH
16- ِ‫ح ْولَ وَلَ ُقوّةَ إِ ّل بِال‬
َ َ‫ وَل‬،ِ‫علَى ال‬
َ ُ‫ َتوَكّلْت‬،ِ‫ِبسْمِ ال‬
.
16. “Dengan nama Allah (aku keluar). Aku bertawakkal kepadaNya, dan tiada daya dan upaya kecuali
karena perto-longan Allah”.25
17- َ‫ج َهل‬
ْ ُ‫ َأوْ ي‬،َ‫ج َهل‬
ْ َ‫ َأوْ أ‬،َ‫ظلَم‬
ْ ُ‫ َأوْ أ‬،َ‫ظلِم‬
ْ َ‫ َأوْ أ‬،ّ‫ َأوْ ُأ َزل‬،ّ‫ َأوْ َأ ِزل‬،ّ‫ضل‬
َ ‫ َأوْ ُأ‬،ّ‫عوْذُ بِكَ َأنْ َأضِل‬
ُ ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأ‬
ّ‫عَ َلي‬.
17. “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu, jangan sampai aku sesat atau disesatkan (setan
atau orang yang berwatak setan), berbuat kesalahan atau disalahi, menganiaya atau dianiaya (orang), dan
berbuat bodoh atau dibodohi”.26
11- BACAAN APABILA MASUK RUMAH
18- ِ‫ ثُمّ ِل ُيسَلّمْ عَلَى أَ ْهِله‬،‫علَى رَ ّبنَا تَوَكّ ْلنَا‬
َ َ‫ و‬،‫جنَا‬
ْ َ‫خر‬
.َ ِ‫ وَ ِبسْمِ ال‬،‫جنَا‬
ْ َ‫بِسْمِ الِ َول‬
18. “Dengan nama Allah, kami masuk (ke rumah), dengan nama Allah, kami keluar (darinya) dan kepada
Tuhan kami, kami bertawakkal”. Kemudian mengucapkan salam kepada keluarga-nya.27
16
HR. Abu Daud 4/41 dan lihat pula Shahih Abi Dawud, 2/760.
17
HR. Ibnu Majah 2/1178, Al-Baghawi 12/41 dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/275.
18
HR. At-Tirmidzi 2/505 dan Imam yang lain. Lihat Irwa’ul Ghalil, 49 dan Shahihul Jami’ 3/203..
19
HR. Al-Bukhari 1/45 dan Muslim 1/283. Sedang tambahan bismillaah pada permulaan hadits, menurut riwayat Said bin Manshur. Lihat Fathul Baari
1/244.
20
HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai yang meriwayatkan dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah, lihat Takhrij Zaadul Ma’aad 2/387.
21
HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Ghalil 1/122.
22
HR. Muslim 1/209.
23
HR. At-Tirmidzi 1/78, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 1/18.
24
HR. An-Nasai dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah, halaman 173 dan lihat Irwa’ul Ghalil, 1/135 dan 2/94.
25
HR. Abu Dawud 4/325, At-Tirmidzi 5/490, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/151.
26
HR. Seluruh penyusun kitab Sunan, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu Majah 2/336.
27
HR. Abu Dawud 4/325,dan Al-‘Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar, no. 28. Dalam Kitab Shahih:
“Apabila seseorang masuk rumahnya, lalu berdzikir kepada Allah ketika masuk rumah dan makan, syaitan berkata (kepada teman-temannya), ‘Tiada
tempat tinggal dan makanan bagi kalian (malam ini)’.” Muslim, no. 2018.
12- DOA PERGI KE MASJID
19- ‫ َومِنْق‬،‫ وَفِيْق بَصَق ِريْ ُنوْرًا‬،‫ وَفِيْق سَقمْ ِعيْ ُن ْورًا‬،‫ وَفِيْق لِسقَا ِنيْ ُنوْرًا‬،‫اَلّلهُمّ اجْ َعلْ فِيْق َق ْلبِيْق ُنوْرًا‬
‫ وَمِنْق‬،‫ َومِنْق َأمَامِيْق ُن ْورًا‬،‫ وَعَنْق شَمَالِيْق ُنوْرًا‬،‫ وَعَنْق يَ ِم ْينِيْق ُن ْورًا‬،‫حتِيْق ُن ْورًا‬ ْ َ‫ َومِنْق ت‬،‫َفوْقِيْق ُنوْرًا‬
ْ‫ وَاجْ َع ْلنِي‬،‫ وَاجْ َعلْ لِيْ ُن ْورًا‬،‫ َوعَظّمْ لِيْ ُن ْورًا‬،‫عظِمْ لِيْ ُن ْورًا‬ْ َ‫ وَأ‬،‫سيْ ُنوْرًا‬
ِ ْ‫ وَاجْ َعلْ فِيْ نَف‬،‫خلْفِيْ ُن ْورًا‬
َ
ْ‫ وَفِيق‬،‫ وَفِي ْق َدمِيقْ ُنوْرًا‬،‫حمِيقْ ُن ْورًا‬ ْ َ‫ وَفِيقْ ل‬،‫ج َعلْ فِيقْ عَصَقبِيْ ُن ْورًا‬ْ ‫ وَا‬،‫طنِيقْ ُنوْرًا‬ ِ ْ‫ اَلّلهُمّ َأع‬،‫ُنوْرًا‬
ْ‫عظَامِيْ [ [ َوزِدْنِي‬ ِ ْ‫ [اَلّلهُمّ اجْ َعلْ لِيْ ُنوْرًا فِيْ َق ْبرِيْ … و ُنوْرًا فِي‬.‫شرِيْ ُن ْورًا‬ َ ‫ َوفِيْ َب‬،‫شَ ْعرِيْ ُن ْورًا‬
ٍ‫علَى ُنوْر‬ َ ‫ َوزِ ْد ِنيْ ُن ْورًا[ [وَهَبْ ِليْ ُن ْورًا‬،‫ َوزِ ْدنِيْ ُن ْورًا‬،‫[ ُنوْرًا‬.
19. “Ya Allah ciptakanlah cahaya di hatiku, cahaya di lidahku, cahaya di pendengaranku, cahaya di
penglihatan-ku, cahaya dari atasku, cahaya dari bawahku, cahaya di sebelah kananku, cahaya di sebelah
kiriku, cahaya dari depanku, dan cahaya dari belakangku. Ciptakanlah cahaya dalam diriku, per-besarlah
cahaya untukku, agungkanlah cahaya untukku, berilah cahaya untuk-ku, dan jadikanlah aku sebagai
cahaya. Ya Allah, berilah cahaya kepadaku, ciptakan cahaya pada urat sarafku, cahaya dalam dagingku,
cahaya dalam darahku, cahaya di rambutku, dan cahaya di kulitku”28 [Ya Allah, ciptakan-lah cahaya untukku
dalam kuburku … dan cahaya dalam tulangku”]29, [“Tam-bahkanlah cahaya untukku, tambahkan-lah cahaya
untukku, tambahkanlah cahaya untukku”]30, [“dan karuniakan-lah bagiku cahaya di atas cahaya”]31
13- DOA MASUK MASJID
20- ،ِ‫ [بِسقْمِ ال‬،ِ‫جيْمق‬ ِ ّ‫شيْطَانِق الر‬ ّ ‫ مِنقَ ال‬،ِ‫ وَسقُلْطَانِهِ الْ َق ِديْمق‬،ِ‫جهِهقِ ا ْل َك ِريْمق‬
ْ َ‫ َوبِو‬،ِ‫ظيْمق‬
ِ ‫عوْ ُذ بِالِ الْ َع‬
ُ َ‫أ‬
َ‫ح َمتِك‬
ْ َ‫س ْولِ الِ[ اَلّلهُمّ ا ْف َتحْ ِليْ َأ ْبوَابَ ر‬
ُ َ‫علَى ر‬َ ُ‫لةُ[[وَالسّلَم‬ َ ّ‫وَالص‬.
20. “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, dengan wajahNya Yang Mulia dan kekuasaanNya
yang abadi, dari setan yang terkutuk.32 Dengan nama Allah dan semoga shalawat33 dan salam tercurahkan
kepada Rasulullah34 Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmatMu untukku.”35
14- DOA KELUAR DARI MASJID
21- َ ِ‫ص ْمنِيْ م‬
‫ن‬ ِ ْ‫ اَلّلهُمّ اع‬،َ‫ك مِ نْ َفضْلِ ك‬
َ ُ‫ اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أَ سْ َأل‬،ِ‫س ْولِ ال‬
ُ َ‫علَى ر‬
َ ُ‫بِ سْمِ الِ وَال صّلَ ُة وَال سّلَم‬
ِ‫جيْم‬
ِ ّ‫ن الر‬ِ ‫شيْطَا‬ّ ‫ال‬.
21. “Dengan nama Allah, semoga sha-lawat dan salam terlimpahkan kepada Rasulullah. Ya Allah,
sesungguhnya aku minta kepadaMu dari karuniaMu. Ya Allah, peliharalah aku dari godaan setan yang
terkutuk”.36
15- BACAAN KETIKA MENDENGARKAN ADZAN
22. 37“Seseorang yang mendengarkan adzan, hendaklah mengucapkan seba-gaimana yang diucapkan oleh
muadzin, kecuali dalam kalimat: Hayya ‘alash shalaah dan Hayya ‘alal falaah. Maka mengucapkan:
((ِ‫ح ْولَ وَلَ ُقوّةَ إِلّ بِال‬
)). َ َ‫ل‬
23- (( ِ‫رضِيْتُ بِال‬ َ ،ُ‫سوُْله‬
ُ َ‫عبْدُ ُه َور‬َ ‫حمّدًا‬َ ُ‫شهَدُ َأنّ م‬
ْ ‫شرِيْكَ لَهُ َوَأ‬
َ ‫ن لَ ِإلَقهَ إِلّ الُ َوحْدَ ُه َل‬
ْ ‫شهَدُ َأ‬
ْ ‫وََأنَا َأ‬
‫ َوبِاْ ِلسْلَ ِم ِد ْينًا‬،ً‫ َو ِبمُحَمّ ٍد َرسُوْل‬،‫ َربّا‬.
))
23. “Aku bersaksi, bahwa tiada Tuhan yang haq selain Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya dan
sesung-guhnya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Aku rela Allah sebagai Tuhan, Muhammad
sebagai Rasul dan Islam sebagai agama (yang benar). (Dibaca setelah muadzin membaca syaha-dat).38
24. Membaca shalawat kepada Nabi n sesudah adzan.39

25- (( ‫ وَابْ َعثْ هُ مَقَامًا‬،َ‫سيْ َلةَ وَالْ َفضِيْ َلة‬


ِ َ‫حمّدًا ا ْلو‬َ ُ‫ت م‬ِ ‫ آ‬،ِ‫ وَال صّلَةِ الْقَا ِئمَة‬،ِ‫عوَةِ التّامّة‬
ْ ّ‫اَلّلهُمّ رَبّ هَذِ هِ الد‬
َ‫ [ِإنّكَ َل تُخْ ِلفُ ا ْلمِيْعَاد‬،ُ‫حمُوْدًا الّ ِذيْ َوعَ ْد َته‬ ْ َ‫)) [م‬.
25. “Ya Allah, Tuhan Pemilik panggilan yang sempurna (adzan) ini dan shalat (wajib) yang didirikan. Berilah
Al-Wasilah (derajat di Surga, yang tidak akan dibe-rikan selain kepada Nabi n) dan fadhilah kepada

28
Hal ini semuanya disebutkan dalam Al-Bukhari 11/116 no.6316, dan Muslim 1/526, 529, 530, no. 763.
29
HR. At-Tirmidzi no.3419, 5/483.
30
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad, no. 695, hal.258. Al-Albani menyatakan isnadnya shahih, dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad, no. 536.
31
Disebutkan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari, dengan menisbatkannya kepada Ibnu Abi ‘Ashim dalam kitab Ad-Du’a. Lihat Fathul Bari 11/118. Katanya:
“Dari berbagai macam riwayat, maka terkumpullah sebanyak dua puluh lima pekerti”.
32
HR. Abu Dawud, lihat Shahih Al-Jami’ no.4591.
33
HR. Ibnu As-Sunni no.88, dinyatakan Al-Albani “hasan”.
34
HR. Abu Dawud, lihat Shahih Al-Jami’ 1/528.
35
HR. Muslim 1/494. Dalam Sunan Ibnu Majah, dari hadits Fathimah x “Allahummagh fir li dzunubi waftahli abwaba rahmatik”, Al-Albani
menshahihkannya karena beberapa shahid. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/128-129.
36
Tambahan: Allaahumma’shimni minasy syai-thaanir rajim, adalah riwayat Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 129.
37
HR. Al-Bukhari 1/152 dan Muslim 1/288.
38
HR. Ibnu Khuzaimah 1/220.
39
HR. Muslim 1/288.
Muhammad. Dan bangkitkan beliau sehingga bisa menempati maqam terpuji yang telah Engkau janjikan.
Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”.40
26. Berdoa untuk diri sendiri antara adzan dan iqamah, sebab doa pada waktu itu dikabulkan.41

16- DOA ISTIFTAH


27- ،َ‫خطَايَا ي‬ َ ْ‫ي مِ ن‬ ْ ِ‫ اَلّلهُمّ نَ ّقن‬،ِ‫شرِ قِ وَا ْلمَ ْغرِ ب‬ْ ‫ي وَ َبيْ نَ خَطَايَا يَ َكمَا بَاعَدْ تَ َبيْ نَ ا ْل َم‬
ْ ِ‫اَلّلهُمّ بَاعِ ْد بَ ْين‬
ِ‫غسِ ْل ِنيْ مِنْ خَطَايَايَ بِالثّ ْلجِ وَا ْلمَاءِ وَا ْل َبرَد‬ ْ ‫ اَلّلهُمّ ا‬،ِ‫ض مِنَ ال ّدنَس‬ ُ َ‫ َكمَا ُينَقّى ال ّثوْبُ اْ َلبْي‬.
27. “Ya Allah, jauhkan antara aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana Engkau menjauhkan antara
timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dan kesalahan-kesalahanku, sebagaimana baju putih
dibersihkan dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari kesalahan-kesa-lahanku dengan salju, air dan air es”.42
28- َ‫غ ْيرُك‬
َ َ‫ وَلَ ِإلَقه‬،َ‫ َوتَعَالَى جَدّك‬،َ‫سمُك‬
ْ ‫كا‬
َ َ‫ َو َتبَار‬،َ‫حمْدِك‬
. َ ِ‫سبْحَانَكَ الّلهُ ّم َوب‬
ُ
28. Maha Suci Engkau ya Allah, aku memujiMu, Maha Berkah akan nama-Mu, Maha Tinggi kekayaan dan
kebe-saranMu, tiada Ilah yang berhak disem-bah selain Engkau.43
29- ،ْ‫ل ِتي‬َ ‫ إِنّ صَق‬،َ‫حنِيْفًا وَمَا أَنَا مِنَق ا ْل ُمشْرِ ِكيْنق‬ َ ‫ت وَاْ َلرْضَق‬ ِ ‫طرَ السّقمَاوَا‬ َ َ‫جهِيَق ِللّذِيْق ف‬ ْ َ‫جهْتُق و‬ ّ َ‫و‬
ّ‫ اَلّلهُم‬.َ‫شرِيْكَ لَ ُه َوبِذَلِكَ ُأمِرْتُ وََأنَا مِنَ ا ْلمُسْ ِلمِيْن‬ َ ‫ َل‬،َ‫ َو َممَاتِيْ لِّ رَبّ ا ْلعَا َلمِيْن‬،َ‫حيَاي‬ ْ َ‫ َوم‬،ْ‫َونُسُ ِكي‬
‫ع َترَفْتُق بِ َذنْبِيْق فَاغْ ِفرْلِيْق ُذ ُن ْوبِيْق‬
ْ ‫ظَلمْتُق نَفْسِقيْ وَا‬ َ ،َ‫عبْدُكق‬ َ ‫ َأنْتَق َربّيْق وََأنَا‬.َ‫َأنْتَق ا ْلمَلِكَق لَ إِلَققهَ إِلّ َأنْتق‬
ْ‫ص ِرف‬ ْ ‫ وَا‬،َ‫س ِنهَا إِلّ َأنْ ت‬ َ ْ‫ق َل َيهْدِ يْ َلح‬ ِ َ‫ وَاهْ ِدنِ يْ َلحْ سَنِ اْ َلخْل‬.َ‫ج ِميْعًا ِإنّ هُ َل يَغْ ِفرُ ال ّذ ُنوْ بَ إِلّ َأنْ ت‬ َ
،َ‫ وَالشّرّ َليْسَ إِ َليْك‬،َ‫خ ْيرُ ُكّلهُ ِبيَدَيْك‬ َ ْ‫ وَال‬،َ‫ك َوسَعْ َديْك‬ َ ْ‫ َل ّبي‬،َ‫س ّي َئهَا إِلّ َأنْت‬
َ ْ‫عنّي‬
َ ُ‫ َل َيصْ ِرف‬،‫س ّي َئهَا‬ َ ْ‫عنّي‬ َ
َ‫ك وََأ ُتوْبُ ِإَليْك‬ َ ُ‫ستَغْ ِفر‬
ْ ‫ َأ‬،َ‫ت َوتَعَا َليْت‬ َ ْ‫ تَبَارَك‬،َ‫َأنَا بِكَ وَِإَليْك‬.
29. “Aku menghadap kepada Tuhan Pencipta langit dan bumi, dengan me-megang agama yang lurus dan
aku tidak tergolong orang-orang yang mus-yrik. Sesungguhnya shalat, ibadah dan hidup serta matiku adalah
untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam, tiada sekutu bagiNya, dan karena itu, aku diperintah dan aku
termasuk orang-orang muslim.
Ya Allah, Engkau adalah Raja, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Engkau, engkau Tuhanku dan
aku ada-lah hambaMu. Aku menganiaya diriku, aku mengakui dosaku (yang telah kula-kukan). Oleh karena
itu ampunilah selu-ruh dosaku, sesungguhnya tidak akan ada yang mengampuni dosa-dosa, ke-cuali
Engkau. Tunjukkan aku pada akhlak yang terbaik, tidak akan menunjukkan kepadanya kecuali Engkau.
Hindarkan aku dari akhlak yang jahat, tidak akan ada yang bisa menjauhkan aku daripada-nya, kecuali
Engkau. Aku penuhi pang-gilanMu dengan kegembiraan, seluruh kebaikan di kedua tanganMu, kejelekan
tidak dinisbahkan kepadaMu. Aku hidup dengan pertolongan dan rahmatMu, dan kepadaMu (aku kembali).
Maha Suci Engkau dan Maha Tinggi. Aku minta ampun dan bertaubat kepadaMu”.44
30- ،ِ‫شهَادَة‬ّ ‫ عَالِمَق ا ْل َغيْبِق وَال‬،ِ‫ت وَاْ َلرْضق‬ ِ ‫طرَ السّقمَاوَا‬ ِ ‫ وَإِسْقرَا ِف ْيلَ فَا‬،َ‫ َو ِميْكَا ِئ ْيل‬،َ‫ج ْبرَائِ ْيل‬
ِ ّ‫اَلّلهُمّ رَب‬
ْ‫ك َتهْدِ يْ مَ ن‬ َ ِ‫ختُلِ فَ ِفيْ هِ مِ نَ الْحَقّ بِإِ ْذن‬
ْ ‫ اِهْ ِدنِ يْ ِلمَا ا‬.َ‫ختَلِ ُفوْ ن‬
ْ َ‫عبَا ِد كَ ِف ْيمَا كَانُوْا ِفيْ هِ ي‬
ِ َ‫َأنْ تَ تَحْ ُك مُ َبيْ ن‬
ٍ‫ط ُمسْتَ ِقيْم‬ ٍ ‫صرَا‬
ِ ‫ َتشَاءُ إِلَى‬.
30. “Ya Allah, Tuhan Jibrail, Mikail dan Israfil. Wahai Pencipta langit dan bumi. Wahai Tuhan yang
mengetahui yang ghaib dan nyata. Engkau yang menjatuh-kan hukum (untuk memutuskan) apa yang
mereka (orang-orang kristen dan yahudi) pertentangkan. Tunjukkanlah aku pada kebenaran apa yang diper-
tentangkan dengan seizin dariMu. Se-sungguhnya Engkau menunjukkan pada jalan yang lurus bagi orang
yang Eng-kau kehendaki”.45
31- (( ‫حمْ ُد‬
َ ْ‫ وَال‬،‫حمْدُ لِِّ َك ِث ْيرًا‬
َ ‫ وَا ْل‬،‫حمْدُ لِِّ َك ِثيْرًا‬
َ ْ‫ وَال‬،‫ اَلُ أَ ْك َبرُ َك ِب ْيرًا‬،‫ اَلُ أَ ْك َبرُ َك ِب ْيرًا‬،‫اَلُ َأ ْك َبرُ َك ِبيْرًا‬
ِ‫خهِ َونَ ْفثِ ِه وَهَ ْمزِه‬
ِ ْ‫ مِنْ نَف‬،ِ‫شيْطَان‬ ّ ‫عوْ ُذ بِالِ مِنَ ال‬ ُ َ‫صيْلً(( ثلثا ))أ‬ ِ ‫ل بُ ْكرَةً وََأ‬ ِ ‫سبْحَانَ ا‬ ُ ‫ َو‬،‫))لِّ َكثِ ْيرًا‬.
31. “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, segala puji bagi Allah dengan pujian yang
banyak. Maha Suci Allah di waktu pagi dan sore”. (Diucap-kan tiga kali). “Aku berlindung kepada Allah dari
tiupan, bisikan dan godaan setan”.46

40
HR. Al-Bukhari 1/152. Untuk kalimat: Innaka laatukhliful mii’aad, menurut riwayat Al-Baihaqi 1/410, Al-Allamah Abdul Aziz bin Baaz berpendapat,
isnad hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar, hal. 38.
41
HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad. Lihat Irwa’ul Ghalil 1/262.
42
HR. Al-Bukhari 1/181 dan Muslim 1/419.
43
HR. Empat penyusun kitab Sunan, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 1/77 dan Shahih Ibnu Majah 1/135.
44
HR. Muslim 1/534
45
HR. Muslim 1/534.
46
HR. Abu Dawud 1/203, Ibnu Majah 1/265 dan Ahmad 4/85. Muslim juga meriwayatkan hadits senada dari Ibnu Umar, dan di dalamnya terdapat
kisah 1/420.
32- ِ‫حمْدُ َأنْتقَ َقيّمقُ السّقمَاوَات‬ َ ْ‫ لَكقَ ال‬،ّ‫ت وَاْ َلرْضِق َومَنقْ ِف ْيهِن‬ ِ ‫حمْدُ َأنْتقَ ُنوْرُ السّقمَاوَا‬ َ ْ‫اَلّلهُمّ لَكقَ ال‬
ُ‫حمْدُ َل كَ مُ ْل ك‬ َ ْ‫سمَاوَاتِ َواْ َلرْ ضِ َومَ نْ ِف ْيهِنّ[[وََل كَ ال‬ ّ ‫ت رَبّ ال‬ َ ْ‫حمْدُ َأن‬
َ ‫ [ َولَ كَ ا ْل‬،ّ‫وَاْ َلرْ ضِ َومَ نْ ِف ْيهِن‬
‫حمْدُ[[َأنْتَق‬ َ ‫حمْدُ َأنْتَق مَلِكُق السّقمَاوَاتِ وَاْ َلرْضقِ[[ وَلَكَق ا ْل‬ َ ْ‫السّقمَاوَاتِ وَاْ َلرْضِق َومَنْق ِف ْيهِنّ[[وَلَكَق ال‬
،ّ‫ وَال ّنبِ ّيوْنَق حَق‬،ّ‫ وَالنّارُ حَق‬،ّ‫جنّهُق حَق‬ َ ‫ وَا ْل‬،ّ‫ َولِقَاؤُكَق الْحَق‬،ّ‫ وَ َق ْولُكَق الْحَق‬،ّ‫عدُكَق ا ْلحَق‬ ْ َ‫ َوو‬،ّ‫الْحَق‬
ٌ‫حمّد‬
َ ُ‫ َوم‬n ‫ َوبِكَق‬،ُ‫ وَِإَليْكَق َأ َنبْتق‬،ُ‫ َوبِكَق آ َمنْتق‬،ُ‫ وَعَ َليْكَق َتوَكّلْتق‬،ُ‫عةُ حَقّ[[اَلّلهُمّ لَكَق أَسْقَلمْت‬ َ ‫ وَالسقّا‬،ّ‫حَق‬
‫ َومَا أَسْق َررْتُ َومَا َأعْ َلنْتقُ[[َأنْتَق ا ْلمُقَدّمُق‬،ُ‫خرْتق‬ ّ َ‫ فَاغْ ِفرْ لِيْق مَا قَ ّدمْتُق َومَا أ‬.ُ‫ وَِإَليْكَق حَا َكمْتق‬،ُ‫خَاصَقمْت‬
َ‫ لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْتَ[[أَنْتَ إِلَق ِهيْ لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬،ُ‫خر‬ ّ َ‫[وََأنْتَ ا ْل ُمؤ‬.
32. Apabila Nabi n shalat Tahajud di waktu malam, beliau membaca: “Ya, Allah! BagiMu segala puji, Engkau
ca-haya langit dan bumi serta seisinya. Ba-giMu segala puji, Engkau yang meng-urusi langit dan bumi serta
seisinya. BagiMu segala puji, Engkau Tuhan yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. BagiMu segala
puji dan bagi-Mu kerajaan langit dan bumi serta seisi-nya. BagiMu segala puji, Engkau benar, janjiMu benar,
firmanMu benar, bertemu denganMu benar, Surga adalah benar (ada), Neraka adalah benar (ada), (ter-
utusnya) para nabi adalah benar, (terutusnya) Muhammad adalah benar (dariMu), kejadian hari Kiamat
adalah benar. Ya Allah, kepadaMu aku menye-rah, kepadaMu aku bertawakal, kepada-Mu aku beriman,
kepadaMu aku kemba-li (bertaubat), dengan pertolonganMu aku berdebat (kepada orang-orang kafir),
kepadaMu (dan dengan ajaran-Mu) aku menjatuhkan hukum. Oleh karena itu, ampunilah dosaku yang telah
lewat dan yang akan datang. Engkaulah yang mendahulukan dan mengakhirkan, tiada Tuhan yang hak
disembah kecuali Engkau, Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang hak disembah kecuali Engkau”.47
17- DOA RUKU’
33- ((3 ((ِ‫ظيْم‬
ِ َ‫سبْحَانَ َر ّبيَ الْع‬
×. ُ
33. “Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung”.(Dibaca tiga kali).48
34- ْ‫حمْدِكَ الّلهُمّ اغْ ِفرْ ِلي‬
َ ِ‫سُبْحَانَكَ الّلهُمّ َر ّبنَا َوب‬
.
34. “Maha Suci Engkau, ya Allah! Tuhanku, dan dengan pujiMu. Ya Allah! Ampunilah dosaku.”49
35- ِ‫لئِ َكةِ وَال ّر ْوح‬
َ َ‫ رَبّ ا ْلم‬،ٌ‫سُ ّب ْوحٌ قُ ّدوْس‬
.
35. “Engkau, Tuhan Yang Maha Suci (dari kekurangan dan hal yang tidak layak bagi kebesaranMu), Maha
Agung, Tuhan malaikat dan Jibril.”50
36- ْ‫ظمِيْ َوعَصَ ِبي‬ ْ َ‫ص ِريْ َومُخّيْ وَع‬
َ َ‫سمْ ِعيْ َوب‬
َ ‫ك‬
َ َ‫خشَعَ ل‬
َ ،ُ‫ وََلكَ أَسْ َلمْت‬،ُ‫ َوبِكَ آ َمنْت‬،ُ‫ك رَكَعْت‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ل‬
ْ ‫ستَ َقلّ ِبهِ قَ َد ِم‬
‫ي‬ ْ ‫ َومَا ا‬.
36. “Ya Allah, untukMu aku ruku’. KepadaMu aku beriman, kepadaMu aku menyerah. Pendengaranku,
penglihat-anku, otakku, tulangku, sarafku dan apa yang berdiri di atas dua tapak kakiku, telah merunduk
dengan khusyuk ke-padaMu.”51
37- ِ‫ظ َمة‬
َ َ‫ت وَا ْل ِك ْبرِيَا ِء وَا ْلع‬
ِ ْ‫ج َب ُروْتِ وَاْلمَلَ ُكو‬
. َ ْ‫ن ذِي ال‬
َ ‫سُبْحَا‬
37. Maha Suci (Allah) Yang memiliki Keperkasaan, Kerajaan, Kebesaran dan Keagungan.52

18- DOA BANGUN DARI RUKU’


38- ُ‫حمِدَه‬
َ ْ‫سَمِعَ الُ ِلمَن‬ .
38. “Semoga Allah mendengar pujian orang yang memujiNya.”53
39- ِ‫ركًا ِفيْه‬
َ ‫طّيبًا ُمبَا‬
َ ‫ح ْمدًا َك ِثيْرًا‬
َ ،ُ‫ح ْمد‬
َ ْ‫ َرّبنَا وََلكَ ال‬.
39. “Wahai Tuhan kami, bagiMu segala puji, aku memujiMu dengan pujian yang banyak, yang baik dan
penuh dengan berkah.”54
40- ،ِ‫ أَ ْهلَ ال ّثنَا ِء وَا ْلمَجْد‬.ُ‫شيْءٍ بَعْد‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ َو ِملْءَ مَا شِئْ تَ م‬،‫ت َومِلْءَ اْ َلرْ ضِ َومَا بَ ْي َنهُمَا‬ ِ ‫سمَاوَا‬ ّ ‫ِملْءَ ال‬
‫ وَ َل يَنْفَعُق ذَا‬،َ‫ وَلَ مُ ْعطِيَق لِمَا َمنَعْتق‬،َ‫طيْتق‬َ‫ع‬ ْ َ‫ اَلّلهُمّ لَ مَانِعَق لِمَا أ‬.ٌ‫عبْد‬
َ ‫ وَ ُكلّنَا لَكَق‬،ُ‫أَحَقّ مَا قَالَ الْ َعبْد‬
ّ‫الْجَ ّد مِنْكَ الْجَد‬.
40. (Aku memujiMu dengan) pujian sepenuh langit dan sepenuh bumi, sepenuh apa yang di antara
keduanya, sepenuh apa yang Engkau kehendaki setelah itu. Wahai Tuhan yang layak dipuji dan
diagungkan, Yang paling berhak dikatakan oleh seorang hamba dan kami seluruhnya adalah hambaMu. Ya
47
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari 3/3, 11/116, 13/371, 423, 465 dan Muslim meriwayatkannya dengan ringkas 1/532.
48
HR. Penyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad, lihat Shahih At-Tirmidzi 1/83.
49
HR. Al-Bukhari 1/99 dan Muslim 1/350.
50
HR. Muslim 1/353 dan Abu Dawud 1/230.
51
HR. Muslim 1/534, begitu juga empat imam hadis, kecuali Ibnu Majah.
52
HR. Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dan sanadnya hasan.
53
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 2/282.
54
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 2/284.
Allah tidak ada yang dapat meng-halangi apa yang Engkau berikan dan tidak ada pula yang dapat memberi
apa yang Engkau halangi, tidak bermanfaat kekayaan bagi orang yang memilikinya (kecuali iman dan amal
shalihnya), hanya dariMu kekayaan itu.55

19- DOA SUJUD


41- 3 ) .‫علَى‬
ْ َ‫ن َربّيَ اْل‬
َ ‫سُبْحَا‬ ×)
41. “Maha Suci Tuhanku, Yang Maha Tinggi (dari segala kekurangan dan hal yang tidak layak). Dibaca tiga
kali”56
42- ْ‫ر لِي‬
ْ ِ‫غف‬
ْ ‫ح ْم ِدكَ الّل ُهمّ ا‬
َ ِ‫سبْحَا َنكَ الّلهُمّ َرّبنَا َوب‬
ُ.
42. “Maha Suci Engkau. Ya Allah, Tuhan kami, aku memujiMu. Ya Allah, ampunilah dosaku.”57
43- ِ‫لئِكَ ِة وَالرّوْح‬َ َ‫سبّوْحٌ ُقدّوْسٌ َربّ ا ْلم‬ ُ.
43. “Engkau Tuhan Yang Maha Suci, Maha Agung, Tuhan para malaikat dan Jibril.”58
44- ُ‫خلَقَهُق وَصَق ّورَهُ َوشَقّ سَقمْ َعه‬َ ‫جهِيَق لِلّذِيْق‬
ْ َ‫ سَقجَدَ و‬،ُ‫ وَلَكَق أَسْقَلمْت‬،ُ‫ت َوبِكَق آمَنْتق‬
ُ ْ‫اَلّلهُمّ لَكَق سَقجَد‬
َ‫حسَنُ الْخَالِ ِقيْن‬ْ َ‫ تَبَا َركَ الُ أ‬،ُ‫ َو َبصَرَه‬.
44. Ya Allah, untukMulah aku bersujud, kepadaMulah aku beriman, kepadaMu aku menyerahkan diri,
wajahku bersujud kepada Tuhan yang menciptakannya, yang membentuk rupanya, yang mem-belah
(memberikan) pendengarannya, penglihatannya, Maha Suci Allah sebaik baik Pencipta.59
45- ِ‫ظ َمة‬
َ َ‫ت وَا ْل ِك ْبرِيَا ِء وَا ْلع‬
ِ ْ‫ج َب ُروْتِ وَاْلمَلَ ُكو‬
. َ ْ‫ن ذِي ال‬
َ ‫سُبْحَا‬
45. Maha suci Tuhan yang memiliki Keperkasaan, Kerajaan, Kebesaran dan Keagungan.60
46- ُ‫سرّه‬
ِ ‫ل ِنيّ َتهُ َو‬
َ‫ع‬َ َ‫خرَهُ و‬
ِ ‫ وََأوَّلهُ وَآ‬،ُ‫جّله‬
ِ َ‫ دِ ّقهُ و‬،ُ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ ِليْ َذ ْن ِبيْ ُكّله‬
.
46. “Ya Allah, ampunilah seluruh dosa-ku yang kecil dan besar, yang telah lewat dan yang akan datang,
yang kulakukan dengan terang-terangan dan yang tersembunyi.”61
47- ‫صيْ ثَنَا ًء‬
ِ ْ‫ لَ أُح‬،َ‫عوْ ُذ بِ كَ ِمنْ ك‬ ُ َ‫ وَأ‬،َ‫ك مِ نْ عُ ُق ْوبَتِ ك‬
َ ِ‫ َو ِبمُعَافَات‬،َ‫طك‬
ِ َ‫ك مِ نْ سَخ‬
َ ‫عوْذُ ِب ِرضَا‬
ُ ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأ‬
َ‫علَى نَ ْفسِك‬َ َ‫عَ َليْكَ َأنْتَ َكمَا َأثْ َنيْت‬.
47. “Ya Allah, sesungguhnya aku ber-lindung kepadaMu dengan keridhaanMu (agar selamat) dari
kebencianMu, dan dengan keselamatanMu (agar terhindar) dari siksaanMu. Aku tidak membatasi pujian
kepadaMu. Engkau (dengan ke-besaran dan keagunganMu) adalah se-bagaimana pujianMu kepada
diriMu.”62
20- DOA DUDUK ANTARA
DUA SUJUD
48- ْ‫ي رَبّ اغْ ِفرْ ِلي‬
ْ ‫رَبّ اغْ ِفرْ ِل‬
.
48. “Wahai Tuhanku, ampunilah dosa-ku, wahai Tuhanku, ampunilah dosa-ku.”63
49- ‫ج ُبرْ ِنيْ وَعَا ِف ِنيْ وَا ْرزُ ْق ِنيْ وَارْفَ ْعنِي‬
ْ ‫ح ْمنِيْ وَا ْه ِدنِيْ وَا‬
. َ ْ‫ي وَار‬
ْ ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ ِل‬
49. “Ya Allah, ampunilah dosaku, beri-lah rahmat kepadaku, tunjukkanlah aku (ke jalan yang benar),
cukupkanlah aku, selamatkan aku (tubuh sehat dan kelu-arga terhindar dari musibah), berilah aku rezeki
(yang halal) dan angkatlah derajatku.”64
21- DOA SUJUD TILAWAH
50- َ‫ن الْخَالِ ِقيْن‬
ُ َ‫حس‬
ْ َ‫ َف َتبَارَكَ الُ أ‬،ُ‫سمْ َعهُ َو َبصَرَه‬
َ ّ‫ج ِهيَ لِلّ ِذيْ خَلَ َق ُه َوصَ ّورَهُ َوشَق‬
ْ َ‫سَجَ َد و‬ .
50. Bersujud wajahku kepada Tuhan yang menciptakannya, yang membelah pendengaran dan
penglihatannya dengan Daya dan KekuatanNya, Maha Suci Allah sebaik-baik Pencipta.65
51- َ‫ود‬
ُ ‫ع ْب ِدكَ دَا‬
َ ْ‫ي َكمَا تَ َقبّ ْلتَهَا مِن‬
ْ ّ‫ َو َت َقبّ ْلهَا ِمن‬،‫خرًا‬
ْ ُ‫عنْ َدكَ ذ‬
ِ ‫ي‬
ْ ِ‫جعَ ْلهَا ل‬
ْ ‫ وَا‬،‫ي ِبهَا وِزْرًا‬
ْ ّ‫عن‬
َ ْ‫ َوضَع‬،‫جرًا‬
ْ َ‫ك أ‬
َ َ‫ع ْند‬
ِ ‫اَلّلهُ ّم ا ْكتُبْ ِليْ ِبهَا‬.
51. Ya Allah, tulislah untukku dengan sujudku pahala di sisiMu dan ampunilah dengannya akan dosaku,
serta jadikan-lah simpanan untukku di sisiMu dan terimalah sujudku sebagaimana Engkau telah
menerimanya dari hambaMu Da-wud.66
22- TASYAHUD

55
HR. Muslim 1/346.
56
HR. Para penyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At-Tirmidzi 1/83.
57
HR. Al-Bukhari dan Muslim, lihat Bab Doa Ruku’.
58
HR. Muslim 1/533, lihat no. 35.
59
HR. Muslim 1/534, begitu juga imam hadits yang lain.
60
HR. Abu Dawud 1/230, An-Nasai dan Ahmad. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/166.
61
HR. Muslim 1/350.
62
HR. Muslim 1/532.
63
HR. Abu Dawud 1/231, lihat Shahih Ibnu Majah 1/148.
64
HR. Ashhabus Sunan, kecuali An-Nasai. Lihat Shahih Tirmidzi 1/90 dan Shahih Ibnu Majah 1/148.
65
HR. At-Tirmidzi 2/474. Ahmad 6/30 dan Al-Hakim. Menurut Al-Hakim, hadits tersebut shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujui pendapatnya 1/220.
Sedang tambah-annya: Fatabaarakallahu menurut riwayat Adz-Dzahabi sendiri.
66
HR. At-Tirmidzi 2/473, dan Al-Hakim. Menurut Al-Hakim, hadits tersebut shahih. Dan Adz-Dzahabi sependapat dengannya 1/219.
52- ‫ السّلَمُ عَ َل ْينَا‬،ُ‫حمَةُ الِ َو َبرَكَاتُه‬ ْ َ‫لمُ عَ َليْكَ َأ ّيهَا ال ّن ِبيّ َور‬
َ ّ‫ الس‬،ُ‫ط ّيبَات‬
ّ ‫ وَالصّ َلوَاتُ وَال‬،ِِّ‫حيّاتُ ل‬
ِ ّ‫الت‬
ُ‫سوُْله‬
ُ ‫عبْدُهُ َو َر‬ َ ‫حمّدًا‬
َ ُ‫ن م‬ ّ َ‫شهَدُ أ‬
ْ ‫ن لَ إِلَقهَ إِلّ الُ وََأ‬ ْ َ‫شهَدُ أ‬ ْ ‫ َأ‬.َ‫حيْن‬
ِ ‫ل الصّاِل‬
ِ ‫عبَادِ ا‬
ِ ‫وَعَلَى‬.
52. “Segala penghormatan hanya milik Allah, juga segala pengagungan dan kebaikan. Semoga
kesejahteraan terlim-pahkan kepadamu, wahai Nabi, begitu juga rahmat dan berkahNya. Kesejah-teraan
semoga terlimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan
yang hak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusanNya.”67
23- MEMBACA SALAWAT NABI n SETELAH TASYAHUD
53- ‫حمِيْ ُد‬
َ ‫علَى آلِ ِإ ْبرَا ِهيْمَق ِإنّكَق‬ َ َ‫علَى ِإ ْبرَا ِهيْمَق و‬
َ َ‫حمّدٍ كَمَا صَقّليْت‬
َ ُ‫حمّدٍ َوعَلَى آلِ م‬
َ ُ‫اَلّلهُمّ صَقلّ عَلَى م‬
َ‫علَى آلِ ِإ ْبرَا ِهيْم قَ ِإنّكق‬َ َ‫حمّدٍ كَمَا بَارَكْتقَ عَلَى ِإ ْبرَا ِهيْم قَ و‬ َ ُ‫حمّدٍ َوعَلَى آلِ م‬
َ ُ‫ اَلّلهُمّ بَارِك قْ عَلَى م‬،ٌ‫جيْد‬
ِ َ‫م‬
ٌ‫جيْد‬
ِ َ‫ح ِميْدُ م‬ َ.
53. “Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagai-mana Engkau telah
memberikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarganya. Se-sungguhnya Engkau Maha Terpuji dan Maha
Agung. Berilah berkah kepada Muhammad dan keluarganya (termasuk anak dan istri atau umatnya),
sebagai-mana Engkau telah memberi berkah kepada Ibrahim dan keluarganya. Se-sungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Agung.”68
54- ٍ‫حمّد‬
َ ُ‫علَى م‬
َ ْ‫ َوبَارِ ك‬.َ‫علَى آلِ ِإ ْبرَا ِهيْ م‬
َ َ‫ َكمَا صَّليْت‬،ِ‫حمّدٍ َوعَلَى َأ ْزوَاجِ هِ وَ ُذ ّر ّيتِ ه‬
َ ُ‫صلّ عَلَى م‬
َ ّ‫اَلّلهُم‬
ٌ‫جيْد‬
ِ َ‫ح ِميْدٌ م‬
َ َ‫ َكمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ ِإ ْبرَا ِهيْمَ ِإنّك‬،ِ‫ج ِه وَ ُذرّ ّي ِته‬
ِ ‫علَى َأ ْزوَا‬
َ َ‫و‬.
54. “Ya Allah, berilah rahmat kepada Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau telah
memberikan rahmat kepada keluarga Ibrahim. Beri-lah berkah kepada Muhammad, istri-istri dan
keturunannya, sebagaimana Eng-kau telah memberkahi kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji dan Maha Agung.”69

24- DOA SETELAH TASYAHUD AKHIR SEBELUM SALAM


55- ‫ش ّر‬
َ ‫ن‬ْ ِ‫ َوم‬،ِ‫حيَا وَا ْل َممَا ت‬
ْ َ‫ َومِ نْ ِفتْ َنةِ ا ْلم‬،َ‫ج َهنّ م‬
َ ِ‫ َومِ نْ عَذَا ب‬،ِ‫عذَا بِ الْ َق ْبر‬
َ ْ‫عوْ ُذ بِ كَ مِ ن‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أ‬
ِ‫ ِف ْتنَةِ ا ْل َمسِ ْيحِ الدّجّال‬.
55. “Ya Allah, Sesungguhnya aku ber-lindung kepadaMu dari siksaan kubur, siksa neraka Jahanam, fitnah
kehidupan dan setelah mati, serta dari kejahatan fitnah Almasih Dajjal.”70
56- ‫ك مِ نْ ِف ْتنَ ِة‬َ ِ‫عوْذُ ب‬ُ ‫ وََأ‬،ِ‫عوْ ُذ بِ كَ مِ نْ ِف ْت َنةِ ا ْلمَ سِ ْيحِ الدّجّال‬ُ َ‫ وَأ‬،ِ‫ب الْ َق ْبر‬
ِ ‫عذَا‬
َ ْ‫ك مِ ن‬
َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أ‬
ِ‫عوْ ُذ بِكَ مِنْ ا ْلمَ ْأثَمِ وَا ْلمَ ْغرَم‬
ُ َ‫ اَلّل ُهمّ ِإنّيْ أ‬.ِ‫حيَا وَا ْل َممَات‬
ْ َ‫ا ْلم‬.
56. “Ya Allah! Sesungguhnya aku ber-lindung kepadaMu dari siksa kubur. Aku berlindung kepadaMu dari
fitnah Alma-sih Dajjal. Aku berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan sesudah mati. Ya Allah,
Sesungguhnya aku berlin-dung kepadaMu dari perbuatan dosa dan kerugian.”71
57- ‫عنْدِكَق‬
ِ ‫غ ِفرْ لِيْق مَغْ ِفرَةً مِنْق‬ ْ ‫ فَا‬،َ‫ وَلَ يَغْ ِفرُ ال ّذنُوْبَق إِلّ َأنْتق‬،‫ظلْمًا َكثِ ْيرًا‬
ُ ْ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْق ظَ َلمْتُق نَفْسِقي‬
ُ‫حيْم‬
ِ ّ‫ح ْمنِيْ ِإنّكَ َأنْتَ الْغَ ُف ْورُ الر‬
َ ْ‫وَار‬.
57. “Ya Allah! Sesungguhnya aku ba-nyak menganiaya diriku, dan tidak ada yang mengampuni dosa-dosa
kecuali Engkau. Oleh karena itu, ampunilah dosa-dosaku dan berilah rahmat kepa-daku. Sesungguhnya
Engkau Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”72
58- ِ‫ت َومَا َأنْ تَ َأعَْل ُم بِ ه‬ ُ ْ‫ َومَا أَ سْرَف‬،ُ‫عَلنْ ت‬ ْ َ‫س َررْتُ َومَا أ‬
ْ َ‫ َومَا أ‬،ُ‫خرْ ت‬
ّ َ‫ت وَمَا أ‬
ُ ْ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ لِ يْ مَا قَ ّدم‬
َ‫خرُ لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬ ّ َ‫ َأنْتَ ا ْلمُقَدّمُ َوَأنْتَ ا ْل ُمؤ‬.ْ‫ ِم ّني‬.
58. Ya Allah! Ampunilah aku akan (dosaku) yang aku lewatkan dan yang aku akhirkan, apa yang aku
rahasiakan dan yang kutampakkan, yang aku lakukan secara berlebihan, serta apa yang Engkau lebih
mengetahui dari pada aku, Engkau yang mendahulukan dan mengakhirkan, tidak ada Ilah yang berhak
disembah kecuali Engkau.73
59- َ‫عبَا َد ِتك‬
ِ ِ‫حسْن‬
ُ َ‫ و‬،َ‫شكْ ِرك‬
ُ َ‫ و‬،َ‫ي عَلَى ِذكْ ِرك‬
ْ ّ‫عن‬
ِ َ‫اَلّلهُ ّم أ‬.
59. “Ya Allah! Berilah pertolongan kepadaku untuk menyebut namaMu, syukur kepadaMu dan ibadah yang
baik untukMu.”74

67
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 1/13 dan Imam Muslim 1/301.
68
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/408.
69
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/407 dan Imam Muslim meriwayatkannya dalam kitabnya 1/306. Lafazh hadits tersebut menurut riwayat Muslim.
70
HR. Al-Bukhari 2/102 dan Muslim 1/412. Lafazh hadits ini dalam riwayat Muslim.
71
HR. Al-Bukhari 1/202 dan Muslim 1/412.
72
HR. Al-Bukhari 8/168 dan Muslim 4/2078.
73
HR. Muslim 1/534.
74
HR. Abu Dawud 2/86 dan An-Nasai 3/53. Al-Albani menshahihkannya dalam Shahih Abi Dawud, 1/284.
60- ،ِ‫ك مِ نَ َأ نْ ُأرَدّ إِلَى َأرْ َذلِ الْ ُع ْمر‬
َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫ وَأ‬،ِ‫جبْ ن‬
ُ ْ‫عوْذُ بِ كَ مِ نَ ال‬
ُ ‫ وََأ‬،ِ‫خل‬
ْ ُ‫ك مِ نَ ا ْلب‬
َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أ‬
ِ‫عوْ ُذ بِكَ مِنَ ِف ْت َنةِ ال ّدنْيَا وَعَذَابِ الْ َق ْبر‬ ُ َ‫وَأ‬.
60. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari bakhil, aku berlindung kepadaMu dari penakut,
aku berlindung kepadaMu dari dikembalikan ke usia yang terhina, dan aku berlin-dung kepadaMu dari fitnah
dunia dan siksa kubur.”75
61- ِ‫ك مِنَ النّار‬
َ ِ‫عوْذُ ب‬
ُ ‫جنّةَ وََأ‬
َ ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأسْأَُلكَ ا ْل‬ .
61. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mo-hon kepadaMu, agar dimasukkan ke Surga dan aku berlindung
kepadaMu dari Neraka.”76
62- َ‫سأَُلك‬
ْ َ‫ اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أ‬،ْ‫خيْرًا لِ ي‬
َ َ‫ي ِإذَا عَِل ْم تَ الْ َوفَاة‬
ْ ِ‫ َوتَ َو ّفن‬،ْ‫خيْرًا ِل ي‬
َ َ‫حيَاة‬
َ ‫ح ِينِ يْ مَا عَِلمْ تَ ا ْل‬
ْ َ‫ق أ‬
ِ ‫ب َو ُقدْ َرتِ كَ عَلَى الْخَ ْل‬
َ ْ‫اَلّلهُمّ ِبعِ ْلمِ كَ ا ْل َغي‬
،ُ‫ك نَ ِعيْمًا لَ َينْ َفد‬ َ ‫ وَأَسْسأَُل‬،ِ‫ وَأَسْسأَُلكَ الْقَصْس َد فِي ا ْلغِنَى وَالْ َفقْر‬،ِ‫ك كَِلمَةَ ا ْلحَقّ فِي الرّضَا وَا ْل َغضَبس‬ َ ‫ وَأَسْسأَُل‬،ِ‫شهَادَة‬
ّ ‫ش َيتَكَس فِي ا ْل َغيْبِس وَال‬
ْ َ‫خ‬
‫جهِكَ وَالشّوْقَ ِإلَى‬ ْ َ‫سأَُلكَ َلذّةَ النّظَ ِر إِلَى و‬ ْ ‫ وََأ‬،ِ‫ش َبعْدَ ا ْلمَوْت‬
ِ ْ‫سأَُلكَ بَ ْردَ ا ْل َعي‬
ْ ‫ وََأ‬،ِ‫ وَأَسَْأُلكَ الرّضَا َبعْدَ الْ َقضَاء‬،ُ‫ل َينْقَطِع‬ َ ٍ‫عيْن‬ َ ‫ك قُرّ َة‬
َ ‫سأَُل‬
ْ َ‫َوأ‬
َ‫جعَ ْلنَا ُهدَاةً ُم ْه َتدِ ْين‬
ْ ‫ل ْيمَانِ وَا‬
ِ ‫ اَلّلهُمّ َزّينّا بِ ِز ْينَةِ ْا‬،ٍ‫ضرّ ٍة َولَ ِف ْتنَةٍ مُضِلّة‬ِ ُ‫غيْرِ ضَرّاءَ م‬ َ ‫ي‬ ْ ِ‫ك ف‬ َ ‫ِلقَا ِئ‬.
62. “Ya Allah, dengan ilmuMu atas yang gaib dan dengan kemahakuasa-anMu atas seluruh makhluk,
perpan-janglah hidupku, bila Engkau mengeta-hui bahwa kehidupan selanjutnya lebih baik bagiku. Dan
matikan aku dengan segera, bila Engkau mengetahui bahwa kematian lebih baik bagiku. Ya Allah,
sesungguhnya aku mohon kepadaMu agar aku takut kepadaMu dalam keada-an sembunyi (sepi) atau
ramai. Aku mohon kepadaMu, agar dapat berpe-gang dengan kalimat hak di waktu rela atau marah. Aku
minta kepadaMu, agar aku bisa melaksanakan kesederhanaan dalam keadaan kaya atau fakir, aku mohon
kepadaMu agar diberi nikmat yang tidak habis dan aku minta kepadaMu, agar diberi penyejuk mata yang tak
putus. Aku mohon kepadaMu agar aku dapat rela setelah qadhaMu (turun pada kehidupanku). Aku mohon
kepadaMu kehidupan yang menyenang-kan setelah aku meninggal dunia. Aku mohon kepadaMu
kenikmatan meman-dang wajahMu (di Surga), rindu bertemu denganMu tanpa penderitaan yang mem-
bahayakan dan fitnah yang menye-satkan. Ya Allah, hiasilah kami dengan keimanan dan jadikanlah kami
sebagai penunjuk jalan (lurus) yang memperoleh bimbingan dariMu.”77
63- ،ٌ‫صمَدُ الّذِ يْ َل ْم يَلِ ْد وَلَ مْ ُيوْلَ ْد وََل ْم يَكُ نْ لَ هُ كُ ُفوًا أَحَد‬
ّ ‫حدُ اْلَحَدُ ال‬
ِ ‫ك يَا َالُ بِ َأنّ كَ ا ْلوَا‬
َ ُ‫اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أَ سْ َأل‬
ُ‫حيْم‬
ِ ّ‫ي ُذ ُنوْ ِبيْ ِإنّكَ َأنْتَ ا ْلغَ ُف ْورُ الر‬ْ ‫ن تَغْ ِفرَ ِل‬ ْ َ‫أ‬.
63. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu, ya Allah! Dengan bersaksi bahwa Engkau adalah
Tuhan Yang Maha Esa, Maha Tunggal tidak membutuhkan sesuatu, tapi segala sesuatu butuh kepadaMu,
tidak beranak dan tidak diperanakkan (tidak punya ibu dan bapak), tidak ada seorang pun yang
menyamaiMu, aku mohon kepadaMu agar mengampuni dosa-dosaku. Se-sungguhnya Engkau Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.”78
64- ،ِ‫لكْرَا م‬ ِ ‫ل وَ ْا‬ِ َ‫ض يَا ذَا الْجَل‬ ِ ْ‫ت وَ ْالَر‬ ِ ‫سمَاوَا‬ ّ ‫ يَا َبدِيْعَ ال‬،ُ‫ ا ْل َمنّان‬،َ‫حدَكَ لَ شَ ِريْكَ لَك‬
ْ ‫ل إِلَس َه ِإلّ َأنْتَ َو‬
َ َ‫ح ْمد‬
َ ْ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ أَسَْأُلكَ بِأَنّ لَكَ ال‬
ِ‫ك مِنَ النّار‬
َ ‫جنّةَ وَأَعُ ْوذُ ِب‬
َ ‫ي َأسْأَُلكَ ا ْل‬
ْ ّ‫ي يَا َقيّ ْومُ ِإن‬
ّ‫ح‬َ ‫يَا‬.
64. “Ya Allah! Aku mohon kepadaMu. Sesungguhnya bagiMu segala pujian, tiada Tuhan (yang hak disembah)
kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiMu, Maha Pemberi nikmat, Pencip-ta langit dan bumi
tanpa contoh sebe-lumnya. Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemurah, wahai Tuhan Yang Hidup,
wahai Tuhan yang mengurusi segala sesuatu, sesungguhnya aku mohon kepadaMu agar dimasukkan ke
Surga dan aku berlindung kepadaMu dari siksa Neraka.”79
65- ‫شهَدُ َأنّكَق َأنْتَق لَ إِلَققهَ إِلّ َأنْتَق ْالَحَدُ الصّقمَدُ الّذِيْق لَمْق يَلِ ْد وَلَمْق ُيوْلَ ْد وَلَمْق‬
ْ ‫ك بِ َأنّيْق َأ‬
َ ُ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْق أَسْقَأل‬
ٌ‫يَ ُكنْ َلهُ كُ ُفوًا َأحَد‬.
65. “Ya Allah, aku mohon kepadaMu dengan bersaksi, bahwa Engkau adalah Allah, tiada Tuhan (yang
berhak disem-bah) kecuali Engkau, Maha Esa, tidak membutuhkan sesuatu tapi segala sesuatu butuh
kepadaMu, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak seorang pun yang menyamaiNya, (sesungguh-nya
aku mohon kepadaMu).”80

25- BACAAN SETELAH SALAM


66- ِ‫للِ وَ ْالِ ْكرَام‬
َ‫ج‬َ ْ‫ت يَا ذَا ال‬
َ ْ‫ َتبَارَك‬،ُ‫لم‬
َ ّ‫ َو ِمنْكَ الس‬،ُ‫لم‬
َ ّ‫ل )ثلثا( اَلّلهُمّ َأنْتَ الس‬
. َ ‫َأسْتَغْ ِفرُ ا‬
66. “Aku minta ampun kepada Allah,” (dibaca tiga kali). Lantas membaca: “Ya Allah, Engkau pemberi
keselamatan, dan dariMu keselamatan, Maha Suci Engkau, wahai Tuhan Yang Pemilik Keagungan dan
Kemuliaan.”81

75
HR. Al-Bukhari dalam Fathul Baari 6/35.
76
HR. Abu Dawud dan lihat di Shahih Ibnu Majah 2/328.
77
HR. An-Nasai 3/54-55 dan Ahmad 4/364. Dinya-takan oleh Al-Albani shahih dalam Shahih An-Nasai 1/281.
78
HR. An-Nasai, lafazh hadits menurut riwayatnya 3/52 dan Ahmad 4/338. Dinyatakan Al-Albani shahih dalam Shahih An-Nasai 1/280.
79
HR. Seluruh penyusun As-Sunan. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/329.
80
HR. Abu Dawud 2/62. At-Tirmidzi 5/515, Ibnu Majah 2/1267, Ahmad 5/360, lihat Shahih Ibnu Majah 2/329 dan Shahih At-Tirmidzi 3/163.
81
HR. Muslim 1/414.
67- ‫ل ُمعْطِيَس لِمَا‬ َ ‫ َو‬،َ‫طيْتس‬ َ‫ع‬ْ َ‫ل مَانِعَس لِمَا أ‬
َ ّ‫ اَلّلهُم‬،ُ‫شيْ ٍء َق ِديْر‬
َ ّ‫ح ْمدُ وَ ُهوَ عَلَى كُل‬
َ ْ‫ لَهُس ا ْلمُلْكُس وَلَهُس ال‬،ُ‫حدَهُس لَ شَ ِريْكَس لَهس‬
ْ ‫ل إِلَسس َه ِإلّ الُ َو‬
َ
ّ‫جد‬
َ ْ‫ج ّد مِ ْنكَ ال‬
َ ْ‫ل َينْفَعُ ذَا ال‬
َ ‫ َو‬،َ‫ َم َنعْت‬.
67. “Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya puji
dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas se-gala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang mencegah apa yang
Engkau berikan dan tidak ada yang memberi apa yang Eng-kau cegah. Tidak berguna kekayaan dan
kemuliaan itu bagi pemiliknya (selain iman dan amal shalihnya). Hanya dari-Mu kekayaan dan kemuliaan.”82
68- َ‫ول‬ َ ،ُ‫ل إِلَسس َه ِإلّ ال‬ َ ،ِ‫ل بِال‬ ّ ‫ل َولَ قُوّةَ ِإ‬
َ ْ‫ لَ حَو‬.ُ‫شيْ ٍء َق ِديْر‬
َ ّ‫ح ْمدُ وَ ُهوَ عَلَى كُل‬ َ ْ‫ لَهُس ا ْلمُلْكُس وَلَهُس ال‬،ُ‫حدَهُس لَ شَ ِريْكَس لَهس‬
ْ ‫ل إِلَسس َه ِإلّ الُ َو‬
َ
َ‫صيْنَ لَ ُه ال ّديْنَ وَلَ ْو كَرِهَ ا ْلكَافِرُ ْون‬
ِ ‫ل مُخِْل‬ ُ ‫ لَ ِإلَسهَ ِإلّ ا‬،ُ‫حسَن‬
َ ْ‫ل وَلَ ُه ال ّثنَاءُ ال‬
ُ ْ‫ لَ ُه ال ّن ْعمَةُ وَلَهُ ا ْلفَض‬،ُ‫ َن ْعبُدُ ِإلّ ِإيّاه‬.
68. “Tiada Tuhan (yang berhak disem-bah) kecuali Allah, Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya
kerajaan dan pujaan. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada daya dan kekuatan kecuali (dengan
pertolongan) Allah. Tia-da Tuhan (yang hak disembah) kecuali Allah. Kami tidak menyembah kecuali
kepadaNya. Bagi-Nya nikmat, anugerah dan pujaan yang baik. Tiada Tuhan (yang hak disembah) kecuali
Allah, dengan memurnikan ibadah kepadaNya, sekalipun orang-orang kafir sama ben-ci.”83
69- ‫حمْ ُد‬
َ ْ‫ لَهُ ا ْلمُلْكُ َولَهُ ال‬،ُ‫ش ِريْكَ لَه‬
َ ‫ ×( لَ ِإلَقهَ إِلّ الُ وَحْدَهُ َل‬33) ُ‫حمْدُ لِّ وَالُ أَ ْك َبر‬
َ ‫سُبْحَانَ الِ وَا ْل‬
ُ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬ َ ّ‫وَ ُهوَ عَلَى ُكل‬.
69. “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah. Dan Allah Maha Besar. (Tiga puluh tiga kali). Tidak ada Tuhan
(yang hak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan. BagiNya
pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.”84
70. Membaca surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas setiap selesai shalat (far-dhu).85
71. Membaca ayat Kursi setiap selesai shalat (fardhu).86
72- ‫× بعسد صسلة المغرب‬10) .ُ‫يءٍ َق ِديْر‬
ْ َ‫علَى كُلّ ش‬
َ َ‫حيِيْس َو ُيمِيْتُس وَهُو‬
ْ ُ‫ح ْمدُ ي‬
َ ْ‫ لَهُس ا ْلمُلْكُس وَلَهُس ال‬،ُ‫ش ِريْكَس لَهس‬
َ َ‫حدَهُس ل‬
ْ ‫ل إِلَسسهَ ِإلّ الُ َو‬
َ
‫)والصبح‬
72. “Tiada Tuhan (yang berhak disem-bah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya, bagiNya
kerajaan, bagi-Nya segala puja. Dia-lah yang menghi-dupkan (orang yang sudah mati atau memberi roh
janin yang akan dilahirkan) dan yang mematikan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” Diba-ca
sepuluh kali setiap sesudah shalat Maghrib dan Subuh.87
73- ً‫ل مُتَ َقبّل‬
ً َ‫عم‬
َ َ‫ و‬،‫طيّبًا‬
َ ‫ َو ِرزْقًا‬،‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأسْأَُلكَ عِ ْلمًا نَا ِفعًا‬
.
73. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mo-hon kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal dan amal
yang diteri-ma.” (Dibaca setelah salam shalat Su-buh).88
26- DOA SHALAT ISTIKHARAH
74. Jabir bin Abdillah z berkata: Ada-lah Rasulullah n mengajari kami shalat Istikharah untuk memutuskan
segala sesuatu, sebagaimana mengajari surah Al-Qur-an. Beliau bersabda: “Apabila seseorang di antara
kamu mempunyai rencana untuk mengerjakan sesuatu, hendaknya melakukan shalat sunah (Istikharah) dua
rakaat, kemudian baca-lah doa ini:
74- (( ‫ فَ ِإنّكَق تَقْ ِدرُ وَ َل‬،ِ‫ظيْمق‬
ِ َ‫ك مِنْق َفضْلِكَق الْع‬ َ ُ‫ وَأَسْقأَل‬،َ‫ وَأَسْقتَقْ ِدرُكَ بِقُ ْد َرتِكق‬،َ‫ك بِعِ ْلمِكق‬
َ ُ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْق أَسْقتَخِ ْير‬
ْ‫خيْرٌ لِي‬ َ -ُ‫وَيُ َسمّى حَاجَ َته‬- َ‫ اَلّلهُمّ إِنْ ُكنْتَ تَ ْعلَمُ َأنّ هَذَا اْ َل ْمر‬.ِ‫ وََأنْتَ عَلّمُ ا ْل ُغيُوْب‬،ُ‫علَم‬ ْ َ‫ َوتَ ْعلَ ُم وَلَ أ‬،ُ‫أَقْ ِدر‬
،ِ‫ فَاقْ ُدرْهُق لِيْق َويَسّقرْهُ لِيْق ثُمّ بَارِكْق لِيْق ِفيْهق‬-‫جلِهِق وَآجِلِهِق‬ ِ ‫ عَا‬:َ‫َأوْ قَال‬- ‫فِيْق ِد ْينِيْق َومَعَاشِيْق وَعَا ِق َبةِ َأ ْمرِيْق‬
-ِ‫ عَاجِلِهِق وَآجِلِهق‬:َ‫ َأوْ قَال‬- ‫شرّ لِيْق فِيْق ِديْنِيْق َومَعَاشِيْق وَعَا ِق َبةِ َأ ْمرِيْق‬ َ َ‫وَإِنْق ُكنْتَق تَعْلَمُق أَنّ هَذَا اْ َل ْمر‬
ِ‫ض ِنيْ بِه‬ِ ْ‫ن ثُمّ َأر‬ َ ‫حيْثُ كَا‬ َ َ‫خ ْير‬َ ْ‫ع ْنهُ وَاقْ ُدرْ ِليَ ال‬َ ْ‫صرِ ْفنِي‬
ْ ‫ع ّنيْ وَا‬ َ ُ‫صرِ ْفه‬ ْ ‫))فَا‬.
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta pilihan yang tepat kepadaMu dengan ilmu pengetahuanMu dan aku
mohon kekuasaanMu (untuk mengatasi perso-alanku) dengan kemahakuasaanMu. Aku mohon kepadaMu
sesuatu dari anugerahMu Yang Maha Agung, se-sungguhnya Engkau Mahakuasa, se-dang aku tidak kuasa,
Engkau mengeta-hui, sedang aku tidak mengetahuinya dan Engkau adalah Maha Mengetahui hal yang
ghaib. Ya Allah, apabila Engkau mengetahui bahwa urusan ini (orang yang mempunyai hajat hendak-nya
menyebut persoalannya) lebih baik dalam agamaku, dan akibatnya terha-dap diriku atau -Nabi n bersabda:
…di dunia atau akhirat- sukseskanlah untuk-ku, mudahkan jalannya, kemudian beri-lah berkah. Akan tetapi
apabila Engkau mengetahui bahwa persoalan ini lebih berbahaya bagiku dalam agama, per-ekonomian dan
akibatnya kepada diriku, maka singkirkan persoalan tersebut, dan jauhkan aku daripadanya, takdirkan
kebaikan untukku di mana saja keba-ikan itu berada, kemudian berilah kere-laanMu kepadaku.”89

82
HR. Al-Bukhari 1/255 dan Muslim 1/414.
83
HR. Muslim 1/415.
84
“Barangsiapa yang membaca kalimat tersebut setiap selesai shalat, akan diampuni kesalahannya, sekalipun seperti busa laut.” HR. Muslim 1/418.
85
HR. Abu Dawud 2/86, An-Nasai 3/68. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 2/8. Ketiga surat dinamakan al-mu’awidzat, lihat pula Fathul Baari 9/62.
86
“Barangsiapa membacanya setiap selesai shalat, tidak yang menghalanginya masuk Surga selain mati.” HR. An-Nasai dalam Amalul Yaum wal
Lailah No. 100 dan Ibnus Sinni no. 121, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ 5/329 dan Silsilah Hadits Shahih, 2/697 no. 972.
87
HR. At-Tirmidzi 5/515, Ahmad 4/227. Untuk takhrij hadits tersebut, lihat di Zaadul Ma’aad 1/300.
88
89
HR. Ibnu Majah dan ahli hadits yang lain. Lihat kitab Shahih Ibnu Majah 1/152 dan Majma’uz Zawaaid 10/111.
HR. Al-Bukhari 7/162.
Tidak menyesal orang yang beristi-kharah kepada Al-Khaliq dan bermusya-warah dengan orang-orang
mukmin dan berhati-hati dalam menangani perso-alannya. Allah Ta’ala berfirman:
“… dan bermusyawarahlah kepada mereka (para sahabat) dalam urusan itu (peperangan, perekonomian,
politik dan lain-lain). Bila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada Allah…” (Ali Imran, 3: 159)
27- BACAAN DI WAKTU PAGI
DAN SORE
75- ‫أعوذ بال من الشيطان الرجيم‬
75. Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk. Allah tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk
dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa'at di
sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan
mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha
Besar. (Al-Baqarah: 255). 90
76. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Dialah Allah,
Yang Maha Esa. Allah adalah Ilah yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tiada
pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Dengan menyebut nama Allah Yang
Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Subuh,
dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan-
kejahatan wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki
apabila ia dengki. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Katakanlah:
Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sem-bahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaitan
yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia. 91
77- ُ‫حمْد‬
َ ‫ك وَلَ هُ ا ْل‬
ُ ْ‫ لَ هُ ا ْلمُل‬،ُ‫شرِيْ كَ لَ ه‬
َ ‫ لَ إِلَقهَ إِلّ الُ وَحْدَ ُه َل‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬ َ ْ‫ وَال‬،ِِّ‫ك ل‬ ُ ْ‫حنَا وَأَ صْ َبحَ ا ْلمُل‬ ْ َ‫أَ صْب‬
‫شرّ مَا‬ َ ْ‫ك مِ ن‬ َ ِ‫عوْ ُذ ب‬ُ َ‫ وَأ‬،ُ‫خ ْيرَ مَا بَعْدَ ه‬َ َ‫خ ْيرَ مَا فِ يْ هَذَا ا ْل َيوْ مِ و‬
َ َ‫ رَبّ أَ سْ َألُك‬.ُ‫علَى ُك ّل شَيْءٍ قَ ِد ْير‬ َ َ‫وَ ُهو‬
‫عوْذُ بِ كَ مِ نْ عَذَا بٍ فِي‬ ُ ‫ رَبّ َأ‬،ِ‫سوْءِ الْ ِك َبر‬ُ َ‫سلِ و‬ َ َ‫ك مِ نَ الْك‬
َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫ رَبّ أ‬،ُ‫شرّ مَا بَعْدَ ه‬ َ ‫فِ يْ هَذَا ا ْل َيوْ مِ َو‬
ِ‫النّارِ َوعَذَابٍ فِي الْ َق ْبر‬.
77. “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan dan
bagiNya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala se-suatu. Hai Tuhan, aku mohon kepada-Mu kebaikan
di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan hari ini dan kejahatan
sesudahnya. Wahai Tuhan, aku berlin-dung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai
Tuhan! Aku berlindung kepadaMu dari siksaan di Neraka dan kubur.”92
78- ُ‫ش ْور‬
ُ ‫ت وَإِ َليْكَ ال ّن‬
ُ ْ‫ك َنمُو‬
َ ِ‫ َوب‬،‫حيَا‬
ْ َ‫ك ن‬
َ ِ‫ وَب‬،‫ َوبِكَ َأ ْمسَ ْينَا‬،‫حنَا‬
. ْ َ‫صب‬
ْ ‫اَلّلهُمّ بِكَ َأ‬
78. “Ya Allah, dengan rahmat dan pertolonganMu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan
perto-longanMu kami memasuki waktu sore. Dengan rahmat dan pertolonganMu kami hidup dan dengan
kehendakMu kami mati. Dan kepadaMu kebangkitan (bagi semua makhluk).” 93
79- ،ُ‫عهْدِكَق َو َوعْدِكَق مَا اسْقتَطَعْت‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ َوأَنَا‬،َ‫عبْدُكق‬ َ ‫ خَلَ ْق َتنِيْق َوأَنَا‬،َ‫اَلّلهُمّ َأنْتَق َربّيْق لَ ِإلَققهَ إِلّ َأنْتق‬
َ‫ وََأ ُبوْءُ بِ َذنْبِ يْ فَاغْ ِفرْ لِ يْ فَ ِإنّ هُ لَ يَغْ ِفرُ ال ّذ ُنوْ ب‬،ّ‫عَلي‬
َ َ‫ك ِبنِعْ َمتِ ك‬
َ ‫ َأ ُبوْءُ َل‬،ُ‫صنَعْت‬َ ‫شرّ مَا‬ َ ‫ن‬ ْ ِ‫ك م‬َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫أ‬
َ‫إِلّ َأنْت‬.
79. “Ya Allah! Engkau adalah Tuhanku, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, Engkau-lah
yang mencip-takan aku. Aku adalah hambaMu. Aku akan setia pada perjanjianku denganMu semampuku.
Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmatMu kepadaku dan aku

90
“Barangsiapa membaca kalimat ini ketika pagi hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga sore hari. Dan
barangsiapa mengucapkannya ketika sore hari, maka ia dijaga dari (ganguan) jin hingga pagi hari.” HR. Al-Hakim, 1/562.
Al-Albani berpendapat hadits tersebut shahih dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/273 dan beliau menisbatkan hadits
tersebut
91
kepada An-Nasa’i dan Ath-Thabrani, beliau berkata, isnad Ath-Thabrani jayyid’.
“Barangsiapa membaca tiga surat tersebut tiga kali setiap pagi dan sore hari, maka itu (tiga surat tersebut) cukup
baginya dari segala sesuatu.” HR. Abu Dawud 4/322, At-Tirmidzi 5/567 dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/182.
92
HR. Muslim 4/2088.
Kalau sore hari membaca:
).dst( ‫سيْنَا َوأَمْسَى الْ ُم ْلكُ ِللّ ِه‬
َ ْ‫أَم‬
Kalau sore hari membaca:
.‫َربّ أَسَْأُلكَ خَ ْيرَ مَا فِ ْي هَ ِذهِ اللّ ْيلَ ِة وَخَ ْيرَ مَا بَعْدهَا َوأَ ُع ْوذُ ِبكَ ِمنْ َشرّ مَا فِ ْي هَ ِذهِ اللّ ْيلَةِ وَ َشرّ مَا بَعْ َدهَا‬
93
. HR. At-Tirmidzi 5/466, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/142.
Kalau sore hari membaca:
.ُ‫صيْر‬
ِ َ‫ت وَإَِل ْيكَ ا ْلم‬
ُ ْ‫ َو ِبكَ َن ُمو‬،‫ك نَحْيَا‬
َ ‫ وَ ِب‬،‫حنَا‬
ْ َ‫صب‬
ْ َ‫ َو ِبكَ أ‬،‫س ْينَا‬
َ ْ‫اَلّلهُ ّم ِبكَ َأم‬
mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali
Engkau.”94
80- ‫ َأنّكَق َأنْتَق الُ لَ ِإلَقق َه‬،َ‫ج ِميْعَق خَلْقِكق‬
َ َ‫لئِ َكتَكَق و‬
َ َ‫ َوم‬،َ‫ع ْرشِكق‬
َ َ‫حمَ َلة‬
َ ُ‫شهِد‬
ْ ‫شهِدُ وَُأ‬
ْ ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْق أَصْقبَحْتُ ُأ‬
4) .َ‫سوْلُك‬ ُ ‫عبْ ُدكَ َو َر‬
َ ‫ن مُحَمّدًا‬
ّ َ‫ َوأ‬،َ‫شرِيْكَ َلك‬ َ ‫)×إِلّ َأنْتَ وَحْ َدكَ َل‬
80. “Ya Allah! Sesungguhnya aku di waktu pagi ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang memikul
arasyMu, malai-kat-malaikat dan seluruh makhlukMu, bahwa sesungguhnya Engkau adalah Allah, tiada
Tuhan yang berhak disem-bah kecuali Engkau Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiMu dan sesungguhnya
Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca empat kali waktu pagi dan sore).95
81- ‫حمْدُ وَلَكَق‬
َ ‫ َفلَكَق ا ْل‬،َ‫ش ِريْكَق لَكق‬
َ َ‫حدَكَق ل‬
ْ َ‫خلْقِكَق َف ِمنْكَق و‬
َ ‫اَلّلهُمّ مَا أَصْقَبحَ بِيْق مِنْق نِ ْع َمةٍ َأوْ ِبأَحَ ٍد مِنْق‬
ُ‫الشّ ْكر‬.
81. “Ya Allah! Nikmat yang kuterima atau diterima oleh seseorang di antara makhlukMu di pagi ini adalah
dariMu. Maha Esa Engkau, tiada sekutu bagi-Mu. BagiMu segala puji dan kepadaMu panjatan syukur (dari
seluruh makhluk-Mu).”96
82-‫ اَلّلهُ ّم‬.َ‫ لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬،ْ‫ص ِري‬ َ ‫ اَلّلهُمّ عَا ِف ِنيْ ِفيْ َب‬،ْ‫سمْ ِعي‬ َ ْ‫ اَلّلهُمّ عَا ِفنِيْ ِفي‬،ْ‫اَلّلهُمّ عَا ِف ِنيْ ِفيْ بَ َدنِي‬
3) .َ‫ لَ ِإلَقهَ إِلّ َأنْت‬،ِ‫ق ْبر‬ َ ْ‫عذَابِ ال‬
َ ْ‫عوْ ُذ بِكَ مِن‬ ُ َ‫ وَأ‬،ِ‫عوْ ُذ بِكَ مِنَ الْكُ ْفرِ وَالْفَ ْقر‬
ُ َ‫)×ِإنّي أ‬
82. “Ya Allah! Selamatkan tubuhku (da-ri penyakit dan yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan
pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau sesuatu yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkan
penglihatanku, tiada Tuhan (yang berhak disembah) kecuali Eng-kau. Ya Allah! Sesungguhnya aku berlin-
dung kepadaMu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepadaMu dari siksa kubur, tiada Tuhan (yang
berhak disembah) kecuali Engkau.” (Di-baca tiga kali di waktu pagi dan sore).97
83- 7 ) .ِ‫ظيْم‬
ِ َ‫عَليْ ِه تَوَكّلْتُ وَ ُه َو رَبّ الْ َعرْشِ الْع‬
َ َ‫س ِبيَ الُ لَ ِإلَقهَ إِلّ ُهو‬
×) ْ ‫ح‬
َ
83. “Allah-lah yang mencukupi (segala kebutuhanku), tiada Tuhan (yang ber-hak disembah) kecuali Dia,
kepadaNya aku bertawakal. Dia-lah Tuhan yang menguasai ‘Arsy yang agung.” (Dibaca tujuh kali waktu pagi
dan sore).98
84- ْ ِ‫ اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أَ سْ َألُكَ الْعَ ْف َو وَا ْلعَا ِف َيةَ فِي ِد ْين‬،ِ‫خرَة‬
‫ي‬ ِ ‫اَلّلهُمّ ِإنّ يْ أَ سْ َألُكَ الْعَ ْف َو وَا ْلعَا ِف َيةَ فِي ال ّد ْنيَا وَاْل‬
ْ‫ َومِن‬،ْ‫شمَالِي‬ ِ ْ‫ي وَعَن‬ ْ ِ‫ وَعَنْ َي ِميْن‬،ْ‫خلْفِي‬ َ ْ‫ َومِن‬،ّ‫ن يَ َدي‬ ِ ْ‫ن َبي‬
ْ ِ‫ظنِيْ م‬ ْ َ‫ اَلّلهُمّ احْف‬.ْ‫ي وَأَهْلِيْ َومَالِي‬ َ ‫وَ ُد ْنيَا‬
ْ‫ح ِتي‬
ْ َ‫غتَا َل مِنْ ت‬
ْ ُ‫ظ َمتِكَ أَنْ أ‬ َ َ‫عوْ ُذ بِع‬
ُ َ‫ وَأ‬،ْ‫ َف ْو ِقي‬.
84. “Ya Allah! Sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah,
sesung-guhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, ke-luarga dan hartaku. Ya
Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa
takut. Ya Allah! Peli-haralah aku dari muka, belakang, ka-nan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan
kebesaranMu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ulat atau bumi pecah yang membuat aku jatuh
dan lain-lain).”99
85- ‫ن لَ ِإلَق َه‬
ْ َ‫شهَدُ أ‬ْ ‫ َأ‬،ُ‫شيْءٍ َومَ ِليْكَه‬ َ ّ‫ رَبّ ُكل‬،ِ‫سمَاوَاتِ َواْ َلرْض‬ّ ‫طرَ ال‬
ِ ‫شهَا َدةِ فَا‬
ّ ‫ب وَال‬
ِ ْ‫اَلّلهُمّ عَاِلمَ ا ْل َغي‬
ْ‫سوْءًا َأو‬ ُ ْ‫سي‬ ِ ْ‫علَى نَف‬ َ َ‫ َوأَ نْ َأ ْق َترِ ف‬،ِ‫شرْكِ ه‬
ِ ‫شيْطَا نِ َو‬
ّ ‫شرّ ال‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ َوم‬،ْ‫سي‬
ِ ْ‫شرّ نَف‬ َ ‫ن‬ ْ ِ‫ك م‬
َ ِ‫عوْ ُذ ب‬ ُ َ‫ أ‬،َ‫إِلّ َأنْ ت‬
ٍ‫جرّهُ ِإلَى مُسِْلم‬ ُ َ‫أ‬.
85. “Ya Allah! Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Tuhan pencipta langit dan bumi,
Tuhan segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang hak kecuali Engkau.
Aku berlin-dung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan balatentaranya, dan aku (berlindung kepadaMu)
dari berbuat ke-jelekan terhadap diriku atau menyeret-nya kepada seorang muslim.”100
94
“Barangsiapa membacanya dengan yakin ketika sore hari, lalu ia meninggal dunia pada malam itu, maka ia masuk Surga. Dan demikian juga ketika
pagi hari.” HR. Al-Bukhari 7/150.
95
“Barangsiapa membaca doa ini ketika pagi dan sore hari sebanyak empat kali, maka Allah akan membebaskannya dari api Neraka.” HR. Abu
Dawud 4/317, Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 1201, An-Nasai dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 9 halaman 138, Ibnu Sunni no. 70, Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz menyatakan, bahwa sanad hadits Abu Dawud dan An-Nasai adalah hasan, lihat juga Tuhfatul Akhyar, halaman 23.
Jika sore hari membaca:
…‫ت‬
ُ ْ‫اَل ّلهُمّ ِإنّيْ أَ ْمسَي‬
96
“Barangsiapa yang membacanya di pagi hari, maka sungguh telah bersyukur pada hari itu. Barangsiapa yang membaca ini di sore hari, maka sung-
guh telah bersyukur pada malam itu.” HR. Abu Dawud 4/318, An-Nasai dalam kitab ‘Amalul Yaumi wal Lailah no. 7, halaman 137, Ibnu Sunni no. 41,
halaman 23 Ibnu Hibban (Mawaarid) no. 2361. Abdul Aziz bin Baz menyatakan, bahwa sanad hadits tersebut hasan, lihat Tuhfatul Akhyar, halaman 24.
Jika sore hari membaca:
… ‫اَل ّلهُمّ مَا أَمْسَى بِ ْي‬
97
HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42, An-Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 22, halaman 146, Ibnus Sunni no. 69. Al-Bukhari dalam Al-Adabul
Mufrad. Syaikh Abdul Aziz bin Baaz menyatakan sanad hadits tersebut hasan. Lihat juga Tuhfatul Akhyar, halaman 26.
98
“Barangsiapa membacanya ketika pagi dan sore hari sebanyak tujuh kali, maka Allah akan mencukupkan baginya dari perkara dunia dan akhirat
yang menjadi perhatiannya.” H.R. Ibnus Sunni no. 71 secara marfu’ dan Abu Dawud secara mauquf 4/321. Syu’aib dan Abdul Qadir Al-Arnauth
berpendapat, isnad hadits tersebut shahih. Lihat Zaadul Ma’ad 2/376.
99
HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahih Ibnu Majah 2/332.
100
HR. At-Tirmidzi dan Abu Dawud. Lihat kitab Shahih At-Tirmidzi 3/142.
86- 3 ) .ُ‫سمِيْعُ ا ْلعَ ِليْم‬
ّ ‫سمَا ِء وَ ُهوَ ال‬
ّ ‫ض وَلَ فِي ال‬
ِ ْ‫شيْءٌ فِي اْ َلر‬
َ ِ‫سمِه‬
ْ ‫بِسْمِ الِ َل َيضُ ّر مَعَ ا‬
×)
86. “Dengan nama Allah yang bila dise-but, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan berbahaya, Dia-lah
Yang Ma-ha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca tiga kali).101
87- 3 ) .‫عَليْ ِه َوسَلّمَ َن ِبيّا‬
َ ُ‫صلّى ال‬
َ ٍ‫حمّد‬
َ ُ‫ َوبِم‬،‫سلَمِ ِديْنًا‬
ْ ‫ َوبِاْ ِل‬،‫ل َربّا‬
×) ِ ‫ضيْتُ بِا‬
ِ ‫َر‬
87. “Aku rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai nabi (yang diutus oleh
Allah).” (Dibaca tiga kali).102
88- ٍ‫عيْن‬
َ َ‫طرْ َفة‬
َ ْ‫ش ْأنِيْ كُّلهُ وَ َل تَكِ ْل ِنيْ إِلَى نَ ْفسِي‬
َ ْ‫ َأصْ ِلحْ ِلي‬،ُ‫ستَ ِغيْث‬
. ْ ‫حمَتِكَ َأ‬
ْ َ‫حيّ يَا َق ّيوْمُ ِبر‬
َ ‫يَا‬
88. “Wahai Tuhan Yang Maha Hidup, wahai Tuhan Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan
rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekalipun
sekejap mata (tan-pa mendapat pertolongan dariMu).”103
89- ُ‫ َونَصْقرَه‬،ُ‫ َفتْحَهق‬:ِ‫خ ْيرَ هَذَا ا ْل َيوْمق‬َ َ‫ اَلّلهُمّ ِإنّيْق أَسْقَألُك‬،َ‫حنَا وَأَصْق َبحَ ا ْلمُلْكُق لِِّ رَبّ الْعَا َل ِميْنق‬
ْ َ‫أَصْقب‬
ُ‫شرّ مَا بَعْ َده‬َ ‫شرّ مَا ِف ْيهِ َو‬
َ ْ‫ك مِن‬ َ ِ‫عوْ ُذ ب‬
ُ َ‫ وَأ‬،ُ‫ وَهُدَاه‬،ُ‫ َو َبرَ َك َته‬،ُ‫ َونُ ْورَه‬.
89. ”Kami masuk pagi, sedang kerajaan hanya milik Allah, Tuhan seru sekalian alam. Ya Allah,
sesungguhnya aku me-mohon kepadaMu agar memperoleh ke-baikan, pembuka (rahmat), pertolongan,
cahaya, berkah dan petunjuk di hari ini. Aku berlindung kpadaMu dari kejelekan apa yang ada di dalamnya
dan keja-hatan sesudahnya.”104
90- ِ‫حمّدٍ صقَلّى الُ عَ َليْهق‬ َ ُ‫علَى ِديْنقِ َن ِبيّنَا م‬ َ َ‫ و‬،ِ‫علَى كَ ِل َمةِ اْلِخْلَصق‬ َ َ‫طرَةِ اْلِسقْلَ ِم و‬
ْ ِ‫علَى ف‬
َ ‫حنَا‬
ْ َ‫أَصقْب‬
َ‫شرِ ِكيْن‬ْ ‫ن مِنَ ا ْل ُم‬
َ ‫ح ِنيْفًا ُمسْ ِلمًا َومَا كَا‬
َ ،َ‫علَى مِّلةِ َأ ِب ْينَا ِإبْرَا ِهيْم‬
َ َ‫ و‬،َ‫ َوسَلّم‬.
90. “Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad n, dan agama
ayah kami Ibrahim, yang berdiri di atas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang-orang musyrik.”105
91- 100 ) .ِ‫ل َوبِحَمْدِه‬
ِ ‫سبْحَانَ ا‬
×) ُ
91. “Maha Suci Allah, aku memujiNya.” (Dibaca seratus kali).106
92-‫× عند‬1 ‫× أو‬10) .ُ‫قَ ِد ْير‬ ٍ‫شيْء‬
َ ّ‫علَى ُكل‬
َ َ‫حمْ ُد وَ ُهو‬
َ ْ‫ لَهُ ا ْلمُلْكُ َولَهُ ال‬،ُ‫شرِيْكَ لَه‬
َ ‫لَ ِإلَقهَ إِلّ الُ وَحْدَهُ َل‬
‫)الكسل‬
92. “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya.
BagiNya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca sepuluh kali, atau
cukup sekali dalam keadaan malas).107
93-‫× إذا‬100) .ُ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬
َ ّ‫علَى ُكل‬
َ َ‫حمْ ُد وَ ُهو‬
َ ْ‫ لَهقُ ا ْلمُلْكُق َولَهقُ ال‬،ُ‫شرِيْكَق لَهق‬
َ ‫لَ ِإلَققهَ إِلّ الُ وَحْدَهُق َل‬
‫)أصبح‬
93. “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagiNya.
BagiNya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca seratus kali
setiap pagi hari).108
94- ‫× إذا أصبح‬3) .ِ‫شهِ َومِدَادَ كَ ِلمَاتِه‬
ِ ‫ع ْر‬
َ َ‫ َوزِ َنة‬،ِ‫سه‬
ِ ‫ َو ِرضَا نَ ْف‬،ِ‫خلْ ِقه‬
) َ َ‫ عَدَد‬:ِ‫ل َوبِحَمْدِه‬
ِ ‫سبْحَانَ ا‬
ُ
94. “Maha Suci Allah, aku memujiNya sebanyak makhlukNya, sejauh kerela-anNya, seberat timbangan
arasyNya dan sebanyak tinta tulisan kalimatNya.” (Dibaca tiga kali setiap pagi hari).109
95- ‫)إذا أصبح‬ .ً‫عمَلً ُمتَ َقبّل‬
َ ‫ َو‬،‫ط ّيبًا‬
َ ‫ َو ِرزْقًا‬،‫ع ْلمًا نَافِعًا‬
) ِ َ‫اَلّلهُمّ ِإ ّنيْ َأسْ َألُك‬
95. Ya Allah, sungguh aku memohon kepadaMu ilmu yang manfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.
(Dibaca pagi hari). 110
96- ‫اليوم‬ ‫× في‬100) .ِ‫ل وََأ ُتوْبُ إِ َل ْيه‬
َ ‫)َأسْتَغْ ِفرُ ا‬
101
“Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka tidak ada sesuatu pun yang membahayakan dirinya.” HR. Abu
Dawud 4/323, At-Tirmidzi 5/465, Ibnu Majah dan Ahmad. Lihat Shahih Ibnu Majah 2/332, Al-Allamah Ibnu Baaz berpendapat, isnad hadits tersebut hasan
dalam Tuhfatul Akhyar hal. 39.
102
“Barangsiapa membacanya sebanyak tiga kali ketika pagi dan sore hari, maka hak Allah memberikan keridhaanNya kepadanya pada hari Kiamat.”
HR. Ahmad 4/337, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnus Sunni no. 68. Abu Daud 4/418, At-Tirmidzi 5/465 dan Ibnu Baaz berpendapat,
hadits tersebut hasan dalam Tuhfatul Akhyar, hal. 39.
103
HR. Al-Hakim, menurut pendapatnya, hadits tersebut adalah shahih, dan Imam Adz-Dzahabi me-nyetujuinya, lihat kitabnya 1/545, dan Shahih At-
Targhib wat Tarhib 1/273.
104
Apabila sore hari, membaca:
.‫ وََأعُ ْوذُ ِبكَ ِم ْن َشرّ مَا ِف ْيهَا وَ َشرّ مَا َبعْدَهَا‬،‫ وَهُدَاهَا‬،‫ وََب َركََتهَا‬،‫صرَهَا َونُ ْورَهَا‬
ْ َ‫ َون‬،‫حهَا‬
َ ‫ اَل ّلهُمّ إِنّيْ أَسَْأُلكَ خَ ْي َر هَذِهِ اللّ ْيلَةِ؛ فَ ْت‬،َ‫َأمْسَ ْينَا وََأمْسَى الْ ُم ْلكُ ِللّهِ َربّ اْلعَالَمِ ْين‬
HR. Abu Dawud 4/322 serta Syu’ab dan Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Tahqiq Zadul Ma’ad, 2/273.
105
HR. Ahmad 3/406-407, 5/123. Lihat juga Shahihul Jami’ 4/290. Ibnus Sunni juga meriwayatkannya di ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 34.
106
HR. Muslim 4/2071.
107
HR. Abu Dawud 4/319, Ibnu Majah dan Ahmad 4/60. Lihat Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/270, Shahih Abu Dawud 3/957, Shahih Ibnu Majah
2/331, dan Zadul Ma’ad 2/377.
108
“Barangsiapa membacanya sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya (pahala) seperti memerdekakan sepuluh budak, ditulis seratus
kebaikan, dihapus darinya seratus keburukan, baginya perlindung-an dari setan pada hari itu hingga sore hari. Tidaklah seseorang itu dapat mendatangkan
yang lebih baik dari apa yang dibawanya kecuali ia melakukan lebih banyak lagi dari itu.” HR. Al-Bukhari 4/95; Muslim 4/2071.
109
HR. Muslim 4/2090.
110
HR. Ibnu As-Sunni dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 54, dan Ibnu Majah no. 925. Isnadnya hasan menurut Abdul Qadir dan Syu’aib Al-Arna’uth
dalam tahqiq Zad Al-Ma’ad 2/375.
96. Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepadaNya. (Dibaca 100 kali dalam sehari). 111
97- ‫× إذا أمسى‬3) .َ‫شرّ مَا خَلَق‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫عوْ ُذ بِكَ ِلمَاتِ الِ التّامّاتِ م‬
) ُ َ‫أ‬
97. Aku berlindung dengan kalimat-kali-mat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang
diciptakanNya. (Dibaca 3 kali pada sore hari). 112
98- 10) .ٍ‫حمّد‬
َ ُ‫صلّ َوسَلّمْ عَلَى َنبِ ّينَا م‬
×) َ ّ‫اَلّلهُم‬
98. Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada Nabi kami Muhammad. (Dibaca 10 kali). 113
28- BACAAN SEBELUM TIDUR
99. Mengumpulkan dua tapak tangan. Lalu ditiup dan dibacakan Qul huwal-lahu ahad, Qul a’uudzu
birabbil falaqi dan Qul a’uudzu birabbin naas. Ke-mudian dengan dua tapak tangan mengusap tubuh
yang dapat dijangkau dengannya. Dimulai dari kepala, wajah dan tubuh bagian depan tiga kali.114
101. Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Rabbnya, demikian pula orang-
orang yang beriman. Semuanya beriman ke-pada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-
rasul-Nya. (Mereka mengatakan):"Kami tidak membeda-bedakan antara seorang pun (dengan yang lain)
dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan:"Kami dengar dan kami ta'at". (Mereka berdoa):"Ampunilah
kami ya Rabb kami dan kepada Eng-kaulah tempat kembali". Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesu-ai dengan kesanggupannya. Ia menda-pat pahala (dari kebajikan) yang diusa-hakannya dan mendapat
siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):"Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami
jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, jangan-lah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami;
dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir".115
102- ‫ظهَا‬
ْ َ‫ وَإِنْ َأرْسَ ْل َتهَا فَاحْف‬،‫ح ْمهَا‬
َ ْ‫سيْ فَار‬
ِ ْ‫ت نَف‬
َ ْ‫ فَِإنْ َأمْسَك‬،ُ‫ َوبِكَ َأرْ َفعُه‬،ْ‫ج ْنبِي‬
َ ُ‫سمِكَ َربّيْ َوضَعْت‬
ْ ‫بِا‬
َ‫حيْن‬
ِ ِ‫عبَا َدكَ الصّال‬
ِ ِ‫ظ بِه‬ ُ َ‫بِمَا تَحْف‬.
102. “Dengan nama Engkau, wahai Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan namaMu pula aku
bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat pa-danya. Tapi, apabila
Engkau melepas-kannya, maka peliharalah, sebagaima-na Engkau memelihara hamba-ham-baMu yang
shalih.”116
103- ‫ وَِإ نْ َأ َم ّتهَا‬،‫ظهَا‬ ْ َ‫ح َي ْيتَهَا فَاحْف‬
ْ َ‫ ِإ نْ أ‬،‫ك َممَا ُتهَا َومَحْيَاهَا‬
َ ‫ َل‬،‫خلَقْ تَ نَفْسِيْ وََأنْ تَ َتوَفّاهَا‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّ ك‬
َ‫ اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأسْ َألُكَ ا ْلعَا ِف َية‬.‫فَاغْ ِفرْ َلهَا‬.
103. “Ya Allah! Sesungguhnya Engkau menciptakan diriku, dan Engkaulah yang akan mematikannya. Mati
dan hidupnya hanya milikMu. Apabila Engkau meng-hidupkannya, maka peliharalah. Apabila Engkau
mematikannya, maka ampuni-lah. Ya Allah! Sesungguhnya aku me-mohon kepadaMu keselamatan.”117
104- 3 ) .َ‫عبَادَك‬
ِ ُ‫ك َيوْمَ َتبْعَث‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِقنِيْ عَذَاب‬
×)
104. “Ya Allah! Jauhkanlah aku dari siksaanMu pada hari Engkau mem-bangkitkan hamba-hambaMu.”
(Dibaca tiga kali).118
105- ‫حيَا‬
ْ َ‫سمِكَ الّلهُمّ َأ ُموْتُ وَأ‬
. ْ ‫بِا‬
105. “Dengan namaMu, ya Allah! Aku mati dan hidup.”119
106- 33 ) ُ‫حمْدُ لِّ ) ×( وَالُ أَ ْك َبر‬
33 َ ْ‫ل ) ×( وَال‬
33 ِ ‫سبْحَانَ ا‬
×).ُ
“Maha Suci Allah (33 x), Segala puji bagi Allah (33 x), Allah Maha Besar (33 x).”120
107- ،‫ فَالِ قَ الْحَبّ وَال ّنوَى‬،ٍ‫شيْء‬ َ ّ‫ َربّنَا َورَبّ ُكل‬،ِ‫ظيْ م‬ِ َ‫سبْعِ َورَبّ ا ْل َعرْ شِ ا ْلع‬ ّ ‫سمَاوَاتِ ال‬ ّ ‫اَلّلهُمّ رَبّ ال‬
َ‫ اَلّلهُمّ َأنْت ق‬.ِ‫شرّ ُك ّل شَيْءٍ َأنْت َق آخِذٌ ِبنَاص قِ َيتِه‬ َ ‫عوْ ُذ بِك َق مِن ْق‬ ُ َ‫ أ‬،ِ‫ج ْيلِ وَالْ ُفرْقَان ق‬
ِ ْ‫َو ُمنْ ِزلَ ال ّت ْورَاةِ َواْ ِلن‬
َ‫ وََأنْ ت‬،ٌ‫ك شَيْء‬ َ َ‫ وََأنْ تَ الظّا ِهرُ فَ َليْ سَ َفوْق‬،ٌ‫شيْء‬َ ‫ك‬ َ َ‫خرُ َفَليْ سَ بَعْد‬ ِ ‫ وََأنْ تَ اْل‬،ٌ‫شيْء‬ َ َ‫اْ َل ّولُ َفَليْ سَ َقبَْل ك‬
ِ‫غ ِننَا مِنَ الْفَ ْقر‬
ْ َ‫ن وَأ‬ َ ْ‫عنّا ال ّدي‬
َ ِ‫ اقْض‬،ٌ‫شيْء‬ َ ‫ك‬
َ َ‫طنُ فَ َليْسَ ُدوْن‬ ِ ‫ا ْلبَا‬.
111
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101, dan Muslim 4/2075.
112
“Barangsiapa membaca doa ini pada sore hari sebanyak tiga kali, tidak berbahaya baginya sengatan (binatang berbisa) pada malam itu”. HR.
Ahmad 2/290, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, no. 590 dan Ibnu Sunni no. 68. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/187, Shahih Ibnu Majah 2/266 dan
Tuhfatul Akhyar, hal. 45.
113
“Barangsiapa bershalawat untukku sepuluh kali pada pagi hari, dan sepuluh kali pada sore hari, men-dapatkan syafaatku pada hari Kiamat.” HR.
At-Thabrani melalui dua isnad, keduanya baik. Lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan Shahih At-Targhib wat Tarhib 1/273.
114
HR. Al-Bukhari 9/62 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/1723.
115
“Barangsiapa membaca dua ayat tersebut pada malam hari, maka dua ayat tersebut telah mencukupkan-nya.” HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari
9/94 dan Muslim 1/554. Kedua ayat tersebut dari surat Al-Baqarah (2): 385-386.
116
“Apabila seseorang di antara kalian bangkit dari tempat tidurnya kemudian ingin kembali lagi, hendaknya ia mengibaskan ujung kainnya tiga kali,
dan menyebut nama Allah, karena ia tidak tahu apa yang ditinggalkannya di atas tempat tidur setelah ia bangkit. Apabila ia ingin berbaring, maka
hendaknya ia membaca: … (Al-Hadits). HR. Al-Bukhari 11/126, Muslim 4/2084.
117
HR. Muslim 4/2083, Ahmad dengan lafazh yang sama, 2/79, Ibnus Sunni dalam ‘Amalul Yaumi wal Lailah no. 721.
118
Adalah Rasulullah n, apabila ingin tidur, beliau meletakkan tangannya yang kanan di bawah pipinya, kemudian membaca: … (Al-Hadits) HR. Abu
Dawud dengan lafazh hadits yang sama, 4/311. Lihat juga Shahih At-Tirmidzi 3/143.
119
HR. Al-Bukhari 11/113 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/2083.
120
HR. Al-Bukhari 7/71 dengan Fathul Baari dan Muslim 4/2091.
107. “Ya Allah, Tuhan yang menguasai langit yang tujuh, Tuhan yang mengua-sai arasy yang agung, Tuhan
kami dan Tuhan segala sesuatu. Tuhan yang membelah butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah, Tuhan yang
menurunkan kitab Taurat, Injil dan Furqan (Al-Qur’an). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan segala
sesuatu yang Engkau meme-gang ubun-ubunnya. Ya Allah, Engkau-lah yang pertama, sebelumMu tidak
ada sesuatu. Engkaulah yang terakhir, setelahMu tidak ada sesuatu. Engkau-lah yang Zhahir, tidak ada
sesuatu di atasMu, Engkau-lah yang Batin, tidak ada sesuatu yang menghalangiMu, lunasilah utang kami
dan berilah kami kekayaan hingga terlepas dari kefa-kiran.”121
108- َ‫ فَكَ ْم ِممّنْ لَ كَا ِفيَ َلهُ وَلَ ُم ْؤ ِوي‬،‫ط َعمَنَا َوسَقَانَا وَكَفَانَا وَآوَانَا‬
. ْ َ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ أ‬
َ ْ‫ال‬
108. “Segala puji bagi Allah yang memberi makan kami, memberi minum kami, mencukupi kami, dan
memberi tempat berteduh. Berapa banyak orang yang tidak mendapatkan siapa yang memberi kecukupan
dan tempat ber-teduh.”122
109- ‫شهَدُ أَنْق َل‬
ْ ‫ َأ‬،ُ‫شيْءٍ َومَ ِليْكَهق‬
َ ‫ رَبّ ُك ّل‬،ِ‫ت وَاْ َلرْضق‬ِ ‫طرَ السّقمَاوَا‬
ِ ‫شهَا َدةِ فَا‬
ّ ‫اَلّلهُمّ عَالِمَق الْ َغيْبِق وَال‬
‫سوْءًا‬
ُ ‫ي‬ ْ ِ‫علَى نَفْس‬ َ َ‫ وََأنْ أَ ْق َترِف‬،ِ‫شرْكِه‬
ِ ‫ن َو‬
ِ ‫شيْطَا‬
ّ ‫شرّ ال‬
َ ‫ن‬ْ ِ‫ َوم‬،ْ‫سي‬ِ ْ‫شرّ نَف‬
َ ‫ن‬ ْ ِ‫ك م‬
َ ِ‫عوْذُ ب‬
ُ ‫ َأ‬،َ‫إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬
ٍ‫جرّهُ ِإلَى ُمسْلِم‬ُ ‫َأوْ َأ‬.
109. Ya Allah, Tuhan yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Tuhan pencipta langit dan bumi, Tuhan
yang menguasai segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, kejahatan setan dan
balatentaranya, atau aku berbuat keje-lekan pada diriku atau aku mendorong-nya kepada seorang
Muslim.”123
110. Membaca Alif lam mim tanzil As-Sajdah dan Tabaarakal ladzii biyadihil mulku.124
111- ،َ‫ظ ْهرِ يْ ِإَليْ ك‬
َ ُ‫ وَأَ ْلجَأْ ت‬،َ‫جهِيَ إِ َليْ ك‬ ْ َ‫جهْ تُ و‬ ّ َ‫ َوو‬،َ‫ وَ َف ّوضْ تُ َأمْرِ يْ إِ َليْ ك‬،َ‫سيْ إِ َليْ ك‬
ِ ْ‫اَلّلهُمّ أَسْ َلمْتُ نَف‬
َ‫ت َوبِ َنبِيّكَ الّ ِذيْ َأ ْرسَلْت‬
َ ْ‫ آ َمنْتُ بِ ِكتَابِكَ الّ ِذيْ َأ ْنزَل‬،َ‫جَأ وَلَ َمنْجَا مِنْكَ إِلّ ِإَليْك‬ َ ْ‫ لَ مَل‬،َ‫غ َبةً َورَهْ َبةً ِإَليْك‬
ْ َ‫ر‬.
111. “Ya Allah, aku menyerahkan diri-ku kepadaMu, aku menyerahkan urus-anku kepadaMu, aku
menghadapkan wajahku kepadaMu, aku menyandarkan punggungku kepadaMu, karena senang
(mendapatkan rahmatMu) dan takut pada (siksaanMu, bila melakukan kesa-lahan). Tidak ada tempat
perlindungan dan penyelamatan dari (ancaman)Mu, kecuali kepadaMu. Aku beriman pada kitab yang telah
Engkau turunkan, dan (kebenaran) NabiMu yang telah Engkau utus.” Apabila Engkau meninggal dunia (di
waktu tidur), maka kamu akan me-ninggal dunia dengan memegang fitrah (agama Islam).125
29- DOA APABILA MEMBALIKKAN TUBUH KETIKA TIDUR MALAM
112- ُ‫ت وَاْ َلرْضِ َومَا بَ ْي َنهُمَا الْ َع ِز ْيزُ الْغَفّار‬
ِ ‫سمَاوَا‬
ّ ‫ رَبّ ال‬،ُ‫حدُ الْ َقهّار‬
. ِ ‫لَ إِلَقهَ إِلّ الُ ا ْلوَا‬
112. “Tiada Tuhan (yang berhak disem-bah) kecuali Allah Yang Maha Esa, Maha Perkasa, Tuhan yang
menguasai langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya, Yang Maha Mulia lagi Maha Pengampun.”126
30- DOA APABILA MERASA TAKUT DAN KESEPIAN KETIKA TIDUR
113- ‫طيْنِق وَأَنْق‬
ِ ‫شيَا‬
ّ ‫ َومِنْق َه َمزَاتِق ال‬،ِ‫عبَادِهق‬
ِ ّ‫ َوشَر‬،ِ‫غضَبِهِق وَعِقَابِهق‬
َ ‫عوْ ُذ بِكَ ِلمَاتِق الِ التّامّاتِق مِنْق‬
ُ َ‫أ‬
ِ ْ‫ض ُرو‬
‫ن‬ ُ ‫ح‬ ْ َ‫ي‬.
113. “Aku berlindung dengan kalimat Allah yang sempurna dari kemarahan dan siksaanNya, serta kejahatan
ham-ba-hambaNya, dan dari godaan setan (bisikannya) serta jangan sampai mere-ka hadir (kepadaku).”127
31- APA YANG DIPERBUAT ORANG YANG BERMIMPI
114. a. Meludah ke kirinya tiga kali.128
b. Minta perlindungan kepada Allah dari godaan setan dan kejelekan mimpi-nya, tiga kali.129
c. Tidak membicarakan mimpinya kepa-da orang lain.130
d. Membalikkan tubuhnya (mengubah posisi tidur).131
115. Berdiri dan melakukan shalat, bila mau.132
32- DOA QUNUT WITIR

121
HR. Muslim 4/2084.
122
HR. Muslim 4/2085.
123
HR. Abu Dawud 4/317, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/142.
124
HR. Tirmidzi dan An-Nasai, dan lihat Shahihul Jami’ 4/255.
125
Rasulullah n bersabda kepada orang yang membaca do’a itu; “Jika kamu mati, maka kamu mati di atas fithrah.” HR. Al-Bukhari 11/13 dengan
Fathul Baari dan Muslim 4/2081.
126
Beliau membaca do’a ini ketika berbalik dari satu sisi ke sisi lain pada malam hari. HR. Al-Hakim, menurut pendapatnya, hadits di atas adalah
shahih, Imam Adz-Dzahabi setuju pendapatnya 1/540 dan An-Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, serta Ibnus Sunni. Lihat juga Shahihul Jami’ 4/231.
127
HR. Abu Dawud 4/12. Dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/171.
128
HR. Muslim 4/1772.
129
HR. Muslim 4/1772-1773.
130
HR. Muslim 4/1772.
131
HR. Muslim 4/1773.
132
HR. Muslim 4/1773.
116- ‫ َوبَارِكْق لِيْق ِفيْمَا‬،َ‫ َوتَوَّلنِيْق ِف ْيمَنْق َتوَّليْتق‬،َ‫ َوعَا ِفنِيْق ِف ْيمَنْق عَا َفيْتق‬،َ‫اَلّلهُمّ اهْ ِدنِيْق ِف ْيمَنْق هَ َديْتق‬
ْ‫ [وَ َل يَ ِعزّ مَ ن‬،َ‫ن وَا َليْت‬ ْ َ‫ ِإنّهُ َل يَ ِذلّ م‬،َ‫ك تَ ْقضِيْ وَ َل يُقْضَى عَ َليْك‬ َ ّ‫ َفِإن‬،َ‫شرّ مَا َقضَيْت‬ َ ْ‫ وَ ِقنِي‬،َ‫طيْت‬ َ ْ‫أَع‬
َ‫ تَبَا َركْتَ َر ّبنَا َوتَعَا َليْت‬،[َ‫عَا َديْت‬.
116. “Ya Allah! Berilah aku petunjuk sebagaimana orang yang telah Engkau beri petunjuk, berilah aku
perlindungan (dari penyakit dan apa yang tidak disukai) sebagaimana orang yang telah Engkau lindungi,
sayangilah aku seba-gaimana orang yang telah Engkau sayangi. Berilah berkah apa yang Eng-kau berikan
kepadaku, jauhkan aku dari kejelekan apa yang Engkau takdirkan, sesungguhnya Engkau yang menjatuh-
kan qadha, dan tidak ada orang yang memberikan hukuman kepadaMu. Se-sungguhnya orang yang
Engkau bela tidak akan terhina, dan orang yang Engkau musuhi tidak akan mulia. Maha Suci Engkau, wahai
Tuhan kami dan Maha Tinggi Engkau.”133
117- ‫صيْ ثَنَا َء‬
ِ ‫ح‬ْ ُ‫ لَ أ‬،َ‫عوْذُ بِكَ ِمنْك‬ ُ ‫ وََأ‬،َ‫ َو ِبمُعَافَاتِكَ مِنْ عُ ُق ْوبَتِك‬،َ‫طك‬
ِ َ‫ن سَخ‬
ْ ِ‫ك م‬
َ ‫عوْ ُذ ِبرِضَا‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ أ‬
َ‫علَى نَ ْفسِك‬ َ َ‫عَ َليْكَ َأنْتَ َكمَا َأثْ َنيْت‬.
117. “Ya, Allah, sesungguhnya aku ber-lindung dengan kerelaanMu dari kema-rahanMu, dan dengan
keselamatanMu dari siksaMu. Aku berlindung kepadaMu dari ancamanMu. Aku tidak mampu menghitung
pujian dan sanjungan kepa-daMu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjungkan kepada diriMu
sendiri.”134
118- ،َ‫خشَى عَذَابَ ك‬ ْ َ‫ َون‬،َ‫حمَتَ ك‬ْ َ‫جوْ ر‬ ُ ْ‫ َنر‬،ُ‫ك نَ سْعَى َونَحْفِد‬ َ ْ‫ وَإِ َلي‬،ُ‫ك نُ صَّليْ َونَ سْجُد‬
َ َ‫ َول‬،ُ‫ك نَ ْعبُد‬َ ‫اَلّلهُمّ إي قّا‬
،َ‫ وَ َل نَكْ ُفرُكق‬،َ‫خ ْير‬
َ ْ‫عَليْكقَ ال‬
َ ْ‫ َونُ ْثنِيق‬،َ‫ك َونَسقْتَغْ ِفرُك‬
َ ُ‫ اَلّلهُمّ ِإنّاق نَسْقتَ ِعيْن‬.ٌ‫إِنّ عَذَابَكَق بِالْكَا ِف ِريْنقَ مُلْحَقق‬
َ‫ن يَكْ ُفرُك‬ْ َ‫خلَعُ م‬
ْ َ‫ َون‬،َ‫خضَعُ َلك‬ ْ َ‫ َون‬،َ‫ن بِك‬ ُ ِ‫ َونُ ْؤم‬.
118. “Ya Allah! KepadaMu kami me-nyembah. UntukMu kami melakukan shalat dan sujud.KepadaMu kami
ber-usaha dan melayani. Kami mengharap-kan rahmatMu, kami takut pada siksa-anMu. Sesungguhnya
siksaanMu akan menimpa pada orang-orang kafir. Ya, Allah! Kami minta pertolongan dan minta ampun
kepadaMu, kami memuji kebaikanMu, kami tidak ingkar kepada-Mu, kami beriman kepadaMu, kami tunduk
padaMu dan berpisah pada orang yang kufur kepadaMu.”135
33- BACAAN SETELAH SALAM SHALAT WITIR
119- ِ‫لئِ َكةِ وَال ّر ْوح‬
َ َ‫( [رَبّ ا ْلم‬
‫ يجهر بها ويمد بها صوته يقول‬3 [ ×)‫س‬
ِ ْ‫سبْحَانَ ا ْلمَِلكِ الْقُ ّدو‬
ُ
119. Subhaanal malikil qudduusi (rabbul malaaikati warruh) tiga kali, sedang yang ketiga, beliau
membacanya de-ngan suara keras dan panjang.136
34- DOA PENAWAR HATI YANG DUKA
120- ،َ‫ عَ ْدلٌ ِفيّ َقضَاؤُ ك‬،َ‫ مَا ضٍ ِفيّ حُ ْكمُ ك‬،َ‫صيَ ِتيْ ِبيَدِ ك‬ ِ ‫ نَا‬،َ‫ ابْ نُ َأ َمتِ ك‬،َ‫عبْدِ ك‬
َ ُ‫ ابْ ن‬،َ‫عبْدُ ك‬َ ْ‫اَلّلهُمّ ِإنّ ي‬
ِ‫ َأو‬،َ‫خلْقِكق‬
َ ‫ َأوْ عَّل ْمتَهُق َأحَدًا مِنْق‬،َ‫ َأوْ َأ ْنزَ ْلتَهُق فِيْق ِكتَابِكق‬،َ‫ سَق ّميْتَ بِهِق نَفْسَقك‬،َ‫ك بِ ُكلّ اسْقمٍ ُهوَ لَكق‬ َ ُ‫أَسْقَأل‬
،ْ‫ح ْزنِيق‬
ُ َ‫ َوجَلَء‬،ْ‫ َو ُنوْ َر صَق ْدرِي‬،ْ‫ أَنْق تَجْ َعلَ الْ ُقرْآنَق َربِيْعَق قَ ْلبِيق‬،َ‫عنْدَكق‬ ِ ‫علْمِق الْ َغيْبِق‬
ِ ‫اسْقتَ ْأ َثرْتَ بِهِق فِيْق‬
ْ‫وَذَهَابَ َه ّمي‬.
120. “Ya Allah! Sesungguhnya aku ada-lah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba
perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusan-Mu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku
adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu,
yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Eng-kau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang
Engkau khusus-kan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai
penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.”137
121- ِ‫ َوضَلَعِ ال ّديْنِ َوغَ َل َبة‬،ِ‫جبْن‬
ُ ‫خلِ وَا ْل‬
ْ ُ‫ وَا ْلب‬،ِ‫سل‬
َ َ‫ج ِز وَا ْلك‬
ْ َ‫ وَالْع‬،ِ‫ح ْزن‬
ُ ْ‫عوْ ُذ بِكَ مِنَ ا ْلهَمّ وَال‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ أ‬
ِ‫الرّجَال‬.
121. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan,
lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”138
35- DOA UNTUK KESEDIHAN YANG MENDALAM
122- ِ ‫سمَاوَا‬
‫ت‬ ّ ‫ لَ إِلَقهَ ِإلّ الُ رَبّ ال‬،ُ‫ظيْ م‬
ِ ‫ لَ إِلَقهَ إِلّ الُ رَبّ الْ َعرْشِ الْ َع‬،ُ‫حِليْ م‬
َ ْ‫ظيْمُ ال‬
ِ َ‫لَ ِإلَقهَ إِلّ الُ الْع‬
ُ‫ َورَبّ اْ َلرْضِ َورَبّ ا ْل َعرْشِ الْ َك ِريْم‬.
133
HR. Empat penyusun kitab Sunan, Ahmad, Ad- Darimi, Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Sedang doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat Al-
Baihaqi. Lihat Shahih At-Tirmidzi 1/144, Shahih Ibnu Majah 1/194 dan Irwa’ul Ghalil, oleh Al-Albani 2/172.
134
HR. Empat peenyusun kitab Sunan dan Imam Ahmad. Lihat Shahih At-Tirmidzi 3/180 dan Shahih Ibnu Majah 1/194 serta kitab Irwa’ul Ghalil 2/175.
135
HR. Al-Baihaqi dalam As-Sunanul Kubra, sanadnya menurut pendapat Al-Baihaqi adalah shahih 2/211. Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul Ghalil 2/170
berkata: Sanadnya shahih dan mauquf pada Umar.
136
HR. An-Nasai 3/244, Ad-Daruquthni dan bebera-pa imam hadis yang lain. Sedang kalimat antara dua tanda kurung adalah tambahan menurut
riwayatnya 2/31. Sanadnya shahih, lihat Zadul Ma’ad yang ditahqiq oleh Syu’aib Al-Arnauth dan Abdul Qadir Al-Arnauth 1/337.
137
HR. Ahmad 1/391. Menurut pendapat Al-Albani, hadits tersebut adalah sahih.
138
HR. Al-Bukhari 7/158. Rasulullah n senantiasa membaca doa ini, lihat kitab Fathul Baari 11/173.
122. “Tiada Tuhan yang berhak disem-bah selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Pengampun. Tiada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Tuhan yang menguasai arasy, yang Maha Agung. Tiada Tuhan
yang berhak disem-bah selain Allah, Tuhan yang mengua-sai langit dan bumi. Tuhan Yang me-nguasai arasy,
lagi Maha Mulia.”139
123- َ‫ لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬،ُ‫ي شَ ْأ ِنيْ كُّله‬
ْ ‫ َوَأصْ ِلحْ ِل‬،ٍ‫عيْن‬
َ َ‫طرْ َفة‬
َ ْ‫سي‬
ِ ‫ح َمتَكَ َأرْجُو َفلَ تَ ِك ْل ِنيْ ِإلَى نَ ْف‬
. ْ َ‫اَلّلهُمّ ر‬
123. “Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmatMu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku
sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dariMu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang
berhak disembah selain Engkau.”140
124- َ‫ت مِنَ الظّا ِل ِميْن‬
ُ ْ‫سبْحَانَكَ ِإ ّنيْ ُكن‬
. ُ َ‫لَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬
124. “Tiada Tuhan yang berhak disem-bah selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku tergolong
orang-orang yang zhalim.”141
125- ‫ش ْيئًا‬
َ ِ‫ك بِه‬
ُ ِ‫شر‬
ْ ‫ل رَبّي لَ ُأ‬
. ُ ‫الُ ا‬
125. “Allah-Allah adalah Tuhanku. Aku tidak menyekutukanNya dengan sesua-tu.”142
36- DOA BERTEMU DENGAN MUSUH DAN PENGUASA
126- ْ‫ش ُر ْورِهِم‬
ُ ْ‫ك مِن‬
َ ِ‫ح ْورِهِ ْم َونَ ُعوْذُ ب‬
ُ ُ‫اَلّلهُمّ ِإنّا نَجْ َعلُكَ ِفيْ ن‬
.
126. “Ya Allah! Sesungguhnya aku menjadikan Engkau di leher mereka (agar kekuatan mereka tidak
berdaya dalam berhadapan dengan kami). Dan aku berlindung kepadaMu dari keje-lekan mereka.”143
127- ُ‫ َوبِكَ أُقَا ِتل‬،ُ‫ص ْول‬
ُ ‫ َوبِكَ َأ‬،ُ‫ج ْول‬
ُ َ‫ بِكَ أ‬،ْ‫ َوَأنْتَ َنصِ ْي ِري‬،ْ‫عضُ ِدي‬
. َ َ‫اَلّلهُمّ َأنْت‬
127. “Ya Allah! Engkau adalah lengan-ku (pertolonganMu yang kuandalkan dalam menghadapi lawanku).
Engkau adalah pembelaku. Dengan pertolongan-Mu aku menang, dengan pertolongan-Mu aku menyergap
dan dengan perto-longanMu aku berperang.”144
128- ُ‫ل َونِعْمَ ا ْلوَ ِك ْيل‬
. ُ ‫س ُبنَا ا‬
ْ ‫ح‬
َ
128. ”Cukuplah Allah bagi kami. Dan Dia-lah, Tuhan yang paling tepat dipas-rahi (dalam menghadapi segala
urus-an).”145
37- DOA ORANG YANG TAKUT KEZHALIMAN PENGUASA
129- ِ‫حزَابِ ه‬
ْ َ‫ وَأ‬،ٍ‫ن بْ نِ ُفلَ ن‬
ٍ‫ل‬َ ُ‫ ُك نْ لِ يْ جَارًا مِ نْ ف‬،ِ‫ظيْ م‬
ِ َ‫ َورَبّ ا ْل َعرْ شِ ا ْلع‬،ِ‫سبْع‬ ّ ‫سمَاوَاتِ ال‬ ّ ‫اَلّلهُمّ رَبّ ال‬
َ‫ وَلَ إِلَقهَ إِلّ َأنْت‬،َ‫جلّ َثنَاؤُك‬َ َ‫ و‬،َ‫عزّ جَارُك‬ َ ،‫طغَى‬ ْ َ‫ن يَ ْفرُطَ عَ َليّ أَحَ ٌد مِ ْنهُمْ َأوْ ي‬
ْ َ‫ أ‬،َ‫لئِقِك‬
َ َ‫مِنْ خ‬.
129. Ya Allah, Tuhan Penguasa tujuh langit, Tuhan Penguasa ‘Arsy yang agung. Jadilah Engkau pelindung
bagi-ku dari Fulan bin Fulan, dan para kelompoknya dari makhlukMu. Jangan ada seorang pun dari mereka
menya-kitiku atau melampaui batas terhadap-ku. Sungguh kuat perlindunganMu, dan agunglah pujiMu.
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau. 146
130- ‫عوْ ُذ بِالِ الّذِيْق لَ ِإلَققهَ إِ ّل‬
ُ َ‫ أ‬،ُ‫ع ّز مِمّاق أَخَافُق وََأحْ َذر‬
َ َ‫ الُ أ‬،‫جمِيْعًا‬ َ ‫خلْقِهِق‬
َ ‫ع ّز مِنْق‬
َ َ‫ الُ أ‬،ُ‫الُ َأ ْك َبر‬
‫ج ُنوْدِهِق‬ُ َ‫ و‬،ٍ‫عبْدِكَق ُفلَنق‬ َ ّ‫ مِنْق شَر‬،ِ‫علَى اْ َلرْضِق إِ ّل بِإِ ْذنِهق‬ َ ‫ ا ْل ُممْسِقكِ السّقمَاوَاتِ السّقبْعِ أَنْق يَقَعْنَق‬،َ‫ُهو‬
،َ‫عزّ جَارُكق‬ َ َ‫جلّ َثنَاؤُكَق و‬ َ َ‫ و‬،ْ‫ اَلّلهُمّ كُنْق لِيْق جَارًا مِنْق شَرّهِمق‬،ِ‫ مِنَق الْجِنّ وَاْ ِلنْسق‬،ِ‫شيَاعِهق‬ ْ ‫وََأ ْتبَاعِهِق وََأ‬
3) .َ‫غ ْيرُك‬ َ َ‫ وَلَ ِإلَقه‬،َ‫سمُك‬ ْ ‫كا‬ َ َ‫)× َوتَبَار‬
130. Allah Maha Besar. Allah Maha Per-kasa dari segala makhlukNya. Allah Ma-ha Perkasa dari apa yang
aku takutkan dan khawatirkan. Aku berlindung kepa-da Allah, yang tiada Tuhan yang berhak disembah
selain Dia, yang menahan tujuh langit agar tidak menjatuhi bumi kecuali dengan izinNya, dari kejahatan
hambaMu Fulan, serta para pembatu-nya, pengikutnya dan pendukungnya, dari jenis jin dan manusia. Ya
Allah, jadilah Engkau pelindungku dari keja-hatan mereka. Agunglah pujiMu, kuatlah perlindunganMu dan
Maha Suci asma-Mu. Tiada Tuhan yang berhak disem-bah selain Engkau. (Dibaca 3 kali) 147
38- DOA TERHADAP MUSUH
131- ْ‫ اَلّلهُمّ ا ْه ِز ْمهُمْ َوزَ ْلزِ ْل ُهم‬،َ‫حزَاب‬
ْ َ‫ ا ْهزِمِ ْال‬،ِ‫حسَاب‬
ِ ْ‫ سَ ِريْعَ ال‬،ِ‫اَلّلهُمّ ُم ْن ِزلَ ا ْل ِكتَاب‬
.
131. Ya Allah, yang menurunkan Kitab Suci, yang menghisab perbuatan manu-sia dengan cepat. Ya Allah,
cerai berai-kanlah golongan musuh dan goncang-kan mereka. 148
39- DOA APABILA TAKUT KEPADA SUATU KAUM

139
HR. Al-Bukhari 7/154, Muslim 4/2092.
140
HR. Abu Dawud 4/324, Ahmad 5/42. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/959.
141
HR. At-Tirmidzi 5/529 dan Al-Hakim. Menurut pendapatnya yang disetujui oleh Adz-Dzahabi: Hadits tersebut adalah shahih 1/505, lihat Shahih At-Tirmidzi
3/168.
142
HR. Abu Dawud 2/87 dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/335.
143
HR. Abu Dawud 2/89. Menurut pendapat Al-Hakim dan disepakati Adz-Dzahabi: Hadits di atas adalah shahih 2/142.
144
HR. Abu Dawud 3/42, At-Tirmidzi 5/572, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/183.
145
HR. Al-Bukhari 5/172.
146
Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 707. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 545.
147
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 708. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 546.
148
HR. Musliim 3/1362.
132- َ‫شئْت‬
ِ ‫اَلّلهُمّ اكْ ِف ِن ْيهِمْ ِبمَا‬
.
132. Ya Allah, cukupilah aku dalam menghadapi mereka dengan apa yang Engkau kehendaki. 149
40- BACAAN BAGI ORANG YANG RAGU DALAM BERIMAN
133. a. Bagi orang yang ragu dalam beriman, hendaklah mohon perlindung-an kepada Allah.150
b. Berhenti dari keraguannya.151
134. Hendaklah mengatakan:
134- (( ِ‫ل َو ُرسُ ِله‬
)).ِ ‫آ َمنْتُ بِا‬
“Aku beriman kepada Allah dan kebe-naran para rasul yang diutus oleh-Nya.”152
135. Hendaklah membaca firman Allah Ta’ala:
Dia-lah yang Awal (Allah telah ada se-belum segala sesuatu ada), yang Akhir (Di saat segala sesuatu telah
hancur, Allah masih tetap kekal), yang Zhahir (Dia-lah yang nyata, sebab banyak bukti yang menyatakan
adanya Allah), yang Batin (tidak ada sesuatu yang bisa menghalangiNya. Allah lebih dekat ke-pada
hambaNya daripada mereka pada dirinya). Dia-lah Yang Maha Mengetahui atas segala sesuatu.”153

41- DOA AGAR BISA MELUNASI UTANG


136- َ‫سوَاك‬
ِ ‫ن‬
ْ ّ‫عم‬
َ َ‫غنِ ِنيْ بِ َفضْلِك‬
ْ ‫ك وََأ‬
َ ِ‫حرَام‬
َ ْ‫للِكَ عَن‬
َ َ‫اَلّلهُمّ اكْ ِف ِنيْ بِح‬
.
136. “Ya Allah! Cukupilah aku dengan rezekiMu yang halal (hingga aku terhindar) dari yang haram.
Perkayalah aku dengan karuniaMu (hingga aku tidak minta) kepada selainMu.”154
137- ِ‫ َوضَلَعِ ال ّديْنِ َوغَ َل َبة‬،ِ‫جبْن‬
ُ ‫خلِ وَا ْل‬
ْ ُ‫ وَا ْلب‬،ِ‫سل‬
َ َ‫ج ِز وَا ْلك‬
ْ َ‫ وَالْع‬،ِ‫ح ْزن‬
ُ ْ‫عوْ ُذ بِكَ مِنَ ا ْلهَمّ وَال‬
ُ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ أ‬
ِ‫الرّجَال‬.
137. “Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan,
lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”155

42- DOA MENGHILANGKAN GANGGUAN SETAN DALAM SHALAT ATAU MEMBACA AL-QUR’AN
138- 3) .َ‫علَى يَسَارِك‬
َ ‫وَاتْ ُف ْل‬ ،ِ‫جيْم‬
ِ ّ‫شيْطَانِ الر‬
×) ّ ‫عوْ ُذ بِالِ مِنَ ال‬
ُ َ‫أ‬
138. (membaca: A’udzu billahi minas syaithanir rajim), lantas meludahlah ke kirimu, tiga kali.”156
43- DOA ORANG YANG MENGALAMI KESULITAN
139- ً‫سهْل‬
َ َ‫شئْت‬
ِ ‫حزْنَ إِذَا‬
َ ‫ل وََأنْتَ تَجْ َعلُ ا ْل‬
ً ْ‫سه‬
َ ُ‫جعَ ْل َته‬
. َ ‫سهْلَ إِ ّل مَا‬
َ ‫اَلّلهُ ّم َل‬
139. Ya Allah! Tidak ada kemudahan kecuali apa yang Engkau jadikan mu-dah. Sedang yang susah bisa
Engkau jadikan mudah, apabila Engkau meng-hendakinya.”157
44- APA YANG PERLU DILAKUKAN BAGI ORANG YANG BERDOSA
140- ُ‫ن ثُمّ يَ سْتَغْ ِفرُ الَ إِلّ غَ َفرَ ال‬
ِ ْ‫ ثُمّ يَ ُقوْ مُ َفيُ صَلّي رَكْ َع َتي‬،َ‫ط ُه ْور‬
ّ ‫عبْدٍ يُ ْذنِ بُ َذ ْنبًا َفيُحْ سِنُ ال‬
َ ْ‫مَا مِ ن‬
ُ‫ َله‬.
140. Tidaklah ada seorang hamba berbuat suatu dosa, lantas berwudhu dengan sempurna kemudian berdiri
untuk melakukan shalat dua ra’kaat, kemudian membaca istighfar kecuali pasti diampuni dosanya.158

45- DOA UNTUK MENGUSIR SETAN


141. Minta perlindungan kepada Allah dari setan (dengan membaca: A’udzu billahi minas syaithanir
rajim).159
142. Membaca adzan.160
143. Membaca zikir tertentu yang sudah diterangkan dalam hadits dan membaca Al-Qur’an.148) 161
46- APABILA TERTIMPA SESUATU YANG TIDAK DISENANGI
144- َ‫ل َومَا شَاءَ َف َعل‬
ِ ‫قَ َدرُ ا‬.
149
HR. Musliim 4/2300.
150
HR. Al-Bukhari 6/336 dengan Fathul Bari dan Muslim 1/120.
151
HR. Al-Bukhari 6/336 dengan Fathul Bari dan Muslim 1/120.
152
HR. Muslim 1/119-120.
153
HR. Abu Dawud 4/329. Menurut pendapat Al-Albani, hadits di atas adalah hasan dalam Shahih Abu Dawud 3/962.
154
HR. At-Tirmidzi 5/560, dan lihat kitab Shahihut Tirmidzi 3/180.
155
HR. Al-Bukhari 7/158.
156
HR. Muslim 4/1729. Aku membacanya apabila ada setan yang menggangguku, lantas gangguan terse-but dihilangkan.
157
HR. Ibnu Hibban dalam kitab Shahih-nya no. 2427 (Mawaarid), Ibnus Sunni no. 351. Al-Hafizh berkata: Hadits di atas sahih, dan dinyatakan shahih
pula oleh Abdul Qadir Al-Arnauth dalam Takhrij Al-Adzkar oleh Imam An-Nawawi, h. 106.
158
HR. Abu Dawud 2/86, At-Tirmidzi 2/257 dan Al-Albani berpendapat bahwa hadits tersebut shahih dalam Shahih Abu Dawud 1/283.
159
HR. Abu Dawud 1/206, At-Tirmidzi, lihat Shahih At-Tirmidzi 1/77, dan lihat surah Al-Mukminun 98-99.
160
HR. Muslim 1/291, Al-Bukhari 1/151.
161
Rasul n bersabda: “Jangan jadikan rumah-ru-mahmu sebagai kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan Surah Al-Baqarah di
dalamnya.” (HR. Muslim 1/539). Sebagian hal yang dapat mengusir setan adalah bacaan dan zikir di waktu pagi dan sore (yang dilakukan oleh Rasul n),
bacaan akan tidur dan bangun daripadanya, masuk dan keluar dari rumah, masuk mesjid dan keluar daripadanya, membaca ayat Kursi ketika akan tidur,
dua ayat yang terakhir dari surah Al-Baqarah dan orang yang membaca: Laa ilaaha illallaah, wahdahu laa syariikalah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa
‘alaa kulli syai-in qadiir, seratus kali, maka akan menjadi benteng dari setan pada hari itu. Begitu juga adzan.
144. “Allah sudah menakdirkan sesuatu yang dikehendaki dan dilakukan.”162
47- UCAPAN SELAMAT BAGI ORANG YANG DIKARUNIAI ANAK DAN BALASANNYA
145- ُ‫عَليْهِق الْ ُمهَ ّنأ‬.ُ‫ َو ُرزِقْتَق ِبرّهق‬،ُ‫ َوبَلَغَق َأشُدّهق‬،َ‫ َوشَ َكرْتَق ا ْلوَاهِبق‬،َ‫بَارَكَق الُ لَكَق فِي ا ْل َموْ ُهوْبِق لَكق‬
َ ّ‫َويَ ُرد‬
َ‫ج َزلَ َثوَابَك‬
ْ َ‫ َوأ‬،ُ‫ل مِثْ َله‬ ُ ‫ َورَزَ َقكَ ا‬،‫خ ْيرًا‬ َ ُ‫جزَاكَ ال‬ َ ‫ َو‬،َ‫عَليْك‬َ َ‫ بَارَكَ الُ َلكَ َوبَارَك‬:ُ‫ َفيَ ُق ْول‬.
145. “Semoga Allah memberkahimu dalam anak yang diberikan kepadamu. Kamu pun bersyukur kepada
Sang Pemberi, dan dia dapat mencapai de-wasa, serta kamu dikaruniai kebaikan-nya.” Sedang orang yang
diberi ucapan selamat membalas dengan mengucap-kan: “Semoga Allah juga memberkahi-mu dan
melimpahkan kebahagiaan untukmu. Semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan, mengaru-
niakan kepadamu sepertinya dan meli-patgandakan pahalamu.” 163
48- DOA PERLINDUNGAN KEPADA ANAK
146. Adalah Rasulullah n berdoa un-tuk perlindungan Hasan dan Husain, beliau membaca:
146- (( ٍ‫ن َل ّمة‬
ٍ ْ‫عي‬
َ ّ‫ َومِنْ ُكل‬،ٍ‫ن وَهَا ّمة‬
ٍ ‫شيْطَا‬
َ ‫عيْ ُذ ُكمَا بِ َكِلمَاتِ الِ التّامّةِ مِنْ ُك ّل‬
)). ِ ُ‫أ‬
“Aku berlindung kepada Allah untukmu berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala
setan, binatang yang berbisa dan pandangan mata yang jahat.”164

49- DOA APABILA BERKUNJUNG KEPADA ORANG YANG SAKIT


147- ُ‫ط ُه ْورٌ ِإنْ شَا َء ال‬
َ َ‫َل بَأْس‬
.
147. “Tidak mengapa, semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah.”165
148- 7 ) .َ‫ظيْمِ َأنْ َيشْ ِفيَك‬
ِ َ‫ظيْ َم رَبّ ا ْل َعرْشِ الْع‬
×) ِ َ‫ل الْع‬
َ ‫َأسْ َألُ ا‬
148. “Aku mohon kepada Allah Yang Maha Agung, Tuhan yang menguasai arasy yang agung, agar
menyembuhkan penyakitmu”166
50- KEUTAMAAN BERKUNJUNG KEPADA ORANG SAKIT
149- ‫حتّىق يَجْلِسَق‬ َ ِ‫ج ّنة‬َ ْ‫خرَا َفةِ ال‬
ِ ‫جلُ أَخَاهُق ا ْلمُسْقلِ َم مَشَى فِيْق‬
ُ ّ‫ ِإذَا عَادَ الر‬:َ‫عَليْهِق وَسَقلّم‬
َ ُ‫قَالَ صقَلىّ ال‬
‫ وَإِنْق كَانَق‬،َ‫حتّىق ُيمْسِقي‬ َ ‫عَليْهِق سَقبْ ُعوْنَ َألْفَق مَلَكٍق‬
َ ‫ فَإِنْق كَانَق غُ ْدوَةً صَقلّى‬،ُ‫حمَة‬ ْ ّ‫غ َم َرتْهُق الر‬
َ ‫جلَسَق‬
َ ‫َفإِذَا‬
َ‫صبِح‬
ْ ُ‫حتّى ي‬ َ ٍ‫ف مَلَك‬َ ‫سبْ ُعوْنَ أَ ْل‬َ ِ‫ َمسَا ًء صَلّى عَ َل ْيه‬.
149. Rasulullah n bersabda: “Apabila seorang laki-laki berkunjung kepada saudaranya yang muslim, maka
sea-kan-akan dia berjalan di kebun Surga hingga duduk. Apabila sudah duduk, maka dituruni rahmat
dengan deras. Apabila berkunjung di pagi hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan mendoa-kannya, agar
mendapat rahmat hingga sore. Apabila berkunjung di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat akan
mendoakannya agar diberi rahmat hingga pagi.”167
51- DOA ORANG SAKIT YANG TIDAK ADA LAGI HARAPAN UNTUK HIDUP TERUS
150- ‫ح ْمنِيْ وََألْحِ ْق ِنيْ بِالرّ ِفيْقِ اْ َلعْلَى‬
َ ْ‫ي وَار‬
. ْ ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ ِل‬
150. “Ya Allah, ampunilah dosaku, be-rilah rahmat kepadaku dan pertemukan aku dengan Kekasih Yang
Maha Tinggi.”168
151. Nabi n memasukkan kedua ta-ngannya ke dalam air, lalu diusapkan ke wajahnya dan beliau bersabda:
151- ٍ‫ن لِ ْل َموْتِ َلسَ َكرَات‬
ّ ِ‫لَ ِإلَقهَ إِلّ الُ إ‬
.
“Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, sesungguhnya mati itu mempunyai sekarat.”169
152- ‫ لَ ِإلَققهَ إِ ّل‬،ُ‫ش ِريْكَق لَهق‬
َ َ‫ لَ ِإلَققهَ ِإلّ الُ وَحْدَهُق ل‬،ُ‫ لَ إِلَققهَ إِلّ الُ وَحْدَهق‬،ُ‫لَ ِإلَققهَ إِلّ الُ وَالُ َأ ْكبَر‬
ِ‫ح ْو َل وَلَ ُقوّةَ ِإلّ بِال‬ َ َ‫ل وَل‬ ُ ‫ لَ ِإلَقهَ ِإلّ ا‬،ُ‫حمْد‬
َ ْ‫الُ َلهُ ا ْلمُ ْلكُ َوَلهُ ال‬.
152. “Tiada Tuhan yang berhak disem-bah selain Allah, Allah Maha Besar. Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa,
tiada sekutu bagiNya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, bagiNya keraja-an dan bagiNya
pujian. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan
pertolongan Allah.”170
52- MENGAJARI ORANG YANG AKAN MENINGGAL DUNIA
153- َ‫ج ّنة‬
َ ْ‫خلَ ال‬
َ َ‫ل د‬
ُ ‫ل ِمهِ لَ ِإلَقهَ ِإلّ ا‬
َ َ‫خرُ ك‬
ِ ‫مَنْ كَانَ آ‬.
162
HR. Muslim 4/2052.
163
Lihat Al-Adzkar, karya An-Nawawi, hal. 349, dan Shahih Al-Adzkar lin Nawawi, oleh Salim Al-Hilali 2/713.
164
HR. Al-Bukhari 4/119.
165
166
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/ 118.
“Tidaklah seorang hamba Muslim mengunjungi orang sakit yang belum datang ajalnya, lalu membaca sebanyak tujuh kali: … (Al-Hadits) … kecuali
ia pasti disembuhkan, HR. At-Tirmidzi, Abu Dawud, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 2/210 dan Shahihul Jami’ 5/180.
167
HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/244 dan Shahih At-Tirmidzi 1/286. Ahmad Syakir menyatakan, bahwa hadits
tersebut adalah shahih.
168
HR. Al-Bukhari 7/10, Muslim 4/1893.
169
HR. Al-Bukhari 8/144 dengan Fathul Bari dalam hadits terdapat keterangan siwak.
170
HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah. Menurut penda-pat Al-Albani hadits tersebut adalah sahih. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/152 dan Shahih Ibnu
Majah 2/317.
153. Barangsiapa yang akhir perkataan-nya adalah: Laa ilaaha illallaah, akan masuk Surga.171
53- DOA ORANG YANG TERTIMPA MUSIBAH
154- ‫خ ْيرًا ِم ْنهَا‬
َ ْ‫خِلفْ ِلي‬
ْ َ‫صيْ َب ِتيْ وَأ‬
ِ ‫ج ْر ِنيْ ِفيْ ُم‬
ُ ُ‫ اَلّلهُمّ أ‬،َ‫ِإنّا لِّ وَِإنّا إِ َل ْيهِ رَاجِ ُعوْن‬
.
154. “Sesungguhnya kami milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali (di hari Kiamat). Ya Allah! Berilah
pahala kepadaku dan gantilah untukku dengan yang lebih baik (dari musibahku).”172
54- DOA KETIKA MEMEJAMKAN MATA MAYAT
155- ،َ‫خلُفْهُق فِيْق عَ ِقبِهِق فِي الْغَا ِبرِيْنق‬ْ ‫ وَا‬،َ‫جتَهُق فِي ا ْل َمهْ ِد ّييْنق‬َ َ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ ِلفُلَنٍق )بِاسْقمِهِ( وَارْفَعْق َدر‬
ِ‫ وَا ْفسَحْ َلهُ ِفيْ َق ْبرِهِ َو َن ّورْ َلهُ ِفيْه‬،َ‫وَاغْ ِفرْ َلنَا َوَلهُ يَا رَبّ الْعَا َل ِميْن‬.
155. “Ya Allah! Ampunilah si Fulan (hendaklah menyebut namanya), ang-katlah derajatnya bersama orang-
orang yang mendapat petunjuk, berilah peng-gantinya bagi orang-orang yang diting-galkan sesudahnya.
Dan ampunilah kami dan dia, wahai Tuhan, seru seka-lian alam. Lebarkan kuburannya dan berilah
penerangan di dalamnya.”173
55- DOA DALAM SHALAT JENAZAH
156- ‫ وَاغْسِق ْلهُ بِا ْلمَا ِء‬،ُ‫خلَهق‬
َ ْ‫ َووَسّقعْ مَد‬،ُ‫ وََأ ْكرِمْق ُنزُلَهق‬،ُ‫عنْهق‬
َ ‫حمْهُق وَعَافِهِق وَاعْفُق‬ َ ْ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ لَهُق وَار‬
‫خ ْيرًا مِنْق‬ َ ‫ وََأبْدِلْهُق دَارًا‬،ِ‫ َونَقّهِق مِنَق ا ْلخَطَايَا كَمَا نَ ّقيْتَق ال ّثوْبَق اْ َل ْبيَضَق مِنَق ال ّدنَسق‬،ِ‫وَالثّلْجِق وَا ْل َبرَد‬
ِ‫ َوأَعِذْهقُ مِنقْ عَذَابقِ الْ َق ْبر‬،َ‫جنّة‬ َ ‫خلْهقُ ا ْل‬
ِ ْ‫ وَأَد‬،ِ‫خ ْيرًا مِنقْ َزوْجِهق‬
َ ‫ َو َزوْجًا‬،ِ‫خيْرًا مِنقْ أَ ْهلِهق‬
َ ً‫ وَأَ ْهل‬،ِ‫دَارِهق‬
ِ‫[[وَعَذَابِ النّار‬
156. “Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkan-lah dia (dari beberapa hal
yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempat-kanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya,
mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau
membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah
keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih
baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan
Neraka.”174
157- ُ‫حيَ ْيتَه‬
ْ ‫ اَلّلهُمّ مَنْ َأ‬.‫ح ّينَا َو َم ّيتِنَا َوشَاهِ ِدنَا وَغَا ِئ ِبنَا وَصَ ِغ ْيرِنَا وَ َك ِبيْ ِرنَا وَذَ َك ِرنَا َوُأنْثَانَا‬
َ ِ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ ل‬
‫جرَهُق وَ َل تُضِّلنَا‬ ْ َ‫ح ِرمْنَا أ‬
ْ َ‫ اَلّلهُمّ لَ ت‬،ِ‫ وَمَنْق َتوَ ّف ْيتَهُق ِمنّاق َف َتوَفّهُق عَلَى ْا ِليْمَانق‬،ِ‫علَى اْلِسْقلَم‬ َ ‫حيِهِق‬ ْ َ‫مِنّاق فَأ‬
ُ‫بَعْدَه‬.
157. “Ya Allah! Ampunilah kepada orang yang hidup di antara kami dan yang mati, orang yang hadir di
antara kami dan yang tidak hadir ,laki-laki maupun perempuan. Ya Allah! Orang yang Engkau hidupkan di
antara kami, hidupkan dengan memegang ajaran Islam, dan orang yang Engkau matikan di antara kami,
maka matikan dengan memegang keimanan. Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memper-oleh
pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya.”175
158- ‫ وََأنْتَ أَ ْه ُل‬،ِ‫ب النّار‬ِ ‫ فَقِ ِه مِنْ ِف ْت َنةِ الْ َق ْبرِ وَعَذَا‬،َ‫جوَا ِرك‬
ِ ِ‫ح ْبل‬
َ َ‫ و‬،َ‫ي ِذمّتِك‬
ْ ِ‫ن بْنَ فُلَنٍ ف‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّ ُفل‬
ُ‫حيْم‬
ِ ّ‫ح ْمهُ ِإنّكَ َأنْتَ ا ْلغَ ُف ْورُ الر‬
َ ْ‫ فَاغْ ِفرْ َلهُ وَار‬.ّ‫ا ْلوَفَا ِء وَا ْلحَق‬.
158. “Ya, Allah! Sesungguhnya Fulan bin Fulan dalam tanggunganMu dan tali perlindunganMu. Peliharalah
dia dari fitnah kubur dan siksa Neraka. Engkau adalah Maha Setia dan Maha Benar. Ampunilah dan belas
kasihanilah dia. Sesungguhnya Engkau, Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.”176
159- ْ‫سنًا َفزِدْ فِ ي‬ِ ْ‫ إِ نْ كَا نَ مُح‬،ِ‫غ ِنيّ عَ نْ عَذَابِهق‬
َ ‫ وََأنْتَق‬،َ‫ح َمتِكق‬
ْ َ‫حتَا جَ ِإلَى ر‬
ْ ‫عبْدُ كَ وَابْنُق َأ ْمتِكَق ا‬
َ ّ‫اَلّلهُم‬
ُ‫عنْه‬
َ ْ‫ن ُمسِ ْيئًا َفتَجَا َوز‬
َ ‫ وَِإنْ كَا‬،ِ‫سنَا ِته‬
َ ‫ح‬َ.
159. Ya, Allah, ini hambaMu, anak ham-baMu perempuan (Hawa), membutuh-kan rahmatMu, sedang
Engkau tidak membutuhkan untuk menyiksanya, jika ia berbuat baik tambahkanlah dalam amalan baiknya,
dan jika dia orang yang salah, lewatkanlah dari kesalahan-nya.177
56- DOA UNTUK MAYAT ANAK KECIL
160- ِ‫عذَابِ ا ْل َقبْر‬
َ ْ‫اَلّلهُمّ َأعِذْهُ مِن‬
.
160. Ya Allah, lindungilah dia dari siksa kubur. 178
Apabila membaca doa berikut, maka itu lebih baik:
171
HR. Abu Dawud 3/190, dan lihat Shahihul Jami’ 5/432.
172
HR. Muslim 2/632.
173
HR. Muslim 2/634.
174
HR. Muslim 2/663.
175
HR. Ibnu Majah 1/480, Ahmad 2/368, dan lihat Shahih Ibnu Majah 1/251.
176
HR. Ibnu Majah. Lihat Shahih Ibnu Majah 1/251 dan Abu Dawud 3/211.
177
HR. Al-Hakim. Menurut pendapatnya: Hadits ter-sebut adalah shahih. Adz-Dzahabi menyetujuinya 1/359, dan lihat Ahkamul Jana’iz oleh Al-Albani,
halaman 125.
178
HR. Malik dalam Al-Muwaththa’ I/288, Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf 3/217, dan Al-Baihaqi 4/9. Syu’aib Al-Arnauth menyatakan, isnad
hadits di atas shahih dalam tahqiqnya terhadap Syarhus Sunnah, karya Al-Baghawi 5/357.
ْ‫جعَلْ ُه فِي‬ْ ‫ وَا‬،َ‫حقْهُ بِصَالِحِ ا ْلمُ ْؤ ِمنِيْن‬
ِ ْ‫ وََأل‬،‫ل بِهِ مَوَا ِز ْي َن ُهمَا وَأَعْظِ ْم بِهِ أُجُوْرَ ُهمَا‬
ْ ّ‫ اَلّلهُمّ ثَق‬.‫ش ِفيْعًا مُجَابًا‬
َ َ‫ و‬،ِ‫جعَلْهُ َفرَطًا َوذُخْرًا ِلوَاِل َديْه‬ ْ ‫اَلّل ُهمّ ا‬
ْ َ‫طنَا َوم‬
‫ن‬ ِ ‫ وََأ ْفرَا‬،‫ل ِفنَا‬
َ ْ‫ اَلّلهُمّ اغْفِ ْر لَ س‬،ِ‫خيْرًا مِ نْ أَهْلِ ه‬
َ ً‫ وَأَهْل‬،ِ‫خيْرًا مِ نْ دَارِ ه‬ َ ‫ وََأ ْبدِلْ هُ دَارًا‬،ِ‫حيْ م‬
ِ‫ج‬َ ْ‫عذَا بَ ال‬َ َ‫ح َمتِ ك‬ ْ ‫ َوقِ هِ بِ َر‬،َ‫كَفَالَ ِة ِإبْرَا ِهيْ م‬
ِ‫ل ْيمَان‬
ِ ‫سبَ َقنَا بِ ْا‬
َ.
“Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu dan sim-panan bagi kedua orang tuanya
dan pemberi syafaat yang dikabulkan doa-nya. Ya Allah! Dengan musibah ini, be-ratkanlah timbangan
perbuatan mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan orang-orang yang shalih dan
jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrahim. Peliharalah dia dengan rahmatMu dari siksaan Neraka Jahim.
Berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di Surga) yang lebih baik daripada
keluarganya (di dunia). Ya Allah, am-punilah pendahulu-pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang
yang men-dahului kami dalam keimanan”179
161- ‫جرًا‬
ْ َ‫جعَ ْلهُ َلنَا َفرَطًا َوسَلَفًا وَأ‬
. ْ ‫اَلّلهُمّ ا‬
161. “Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat
kami.”180
57- DOA UNTUK BELASUNGKAWA
162- ْ‫حتَسِب‬
ْ َ‫ فَ ْل َتصْ ِبرْ َو ْلت‬... ‫سمّى‬
َ ‫جلٍ ُم‬
َ َ‫عنْدَ ُه بِأ‬
ِ ٍ‫شيْء‬
َ ‫ وَ َل ُه مَا أَعْطَى وَ ُك ّل‬،َ‫خذ‬
. َ َ‫ن لِّ مَا أ‬
ّ ِ‫إ‬
162. Sesungguhnya hak Allah adalah mengambil sesuatu dan memberikan sesuatu. Segala sesuatu yang di
sisi-Nya dibatasi dengan ajal yang ditentu-kan. Oleh karena itu, bersabarlah dan carilah ridha Allah.”181
ٌ‫سن‬
َ َ‫ فَح‬. َ‫ك وَغَ َفرَ ِل َميّتِك‬
َ َ‫عزَاء‬
َ َ‫حسَن‬
ْ ‫ وََأ‬،َ‫ج َرك‬
ْ َ‫عظَمَ الُ أ‬
َ‫ن قَال‬
ْ ‫وَِإ‬. ْ َ‫ أ‬:
Apabila seseorang berkata: “Semoga Allah memperbesar pahalamu dan mem-perbagusi dalam menghiburmu
dan semoga diampuni mayatmu”, adalah suatu perkataan yang baik.182
58- BACAAN KETIKA MEMASUKKAN MAYAT KE LIANG KUBUR
163- ِ‫س ْولِ ال‬
ُ ‫سنّةِ َر‬
ُ ‫بِسْمِ الِ َوعَلَى‬
.
163. Bismillaahi wa ‘alaa sunnati Rasu-lillaah.183
59- DOA SETELAH MAYAT DIMAKAMKAN
164- ُ‫اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ َلهُ اَلّل ُهمّ َثبّ ْته‬
.
164. Ya Allah, ampunilah dia, ya Allah teguhkanlah dia. 184
60- DOA ZIARAH KUBUR
165- ‫ وَِإنّاق إِنْق شَا َء الُ بِكُمْق َلحِ ُقوْنَق [وَ َيرْحَمُق‬،َ‫عَليْكُمْق أَ ْهلَ ال ّديَارِ مِنَق ا ْل ُم ْؤمِ ِنيْنَق وَا ْلمُسْقِل ِميْن‬
َ ُ‫السّقلَم‬
َ‫خ ِريْنَ[ َأسْ َألُ الَ َلنَا َولَكُمُ الْعَا ِفيَة‬
ِ ‫الُ ا ْل ُمسْتَقْ ِد ِميْنَ ِمنّا وَا ْل ُمسْتَ ْأ‬.
165. Semoga kesejahteraan untukmu, wahai penduduk kampung (Barzakh) dari orang-orang mukmin dan
muslim. Sesungguhnya kami –insya Allah- akan menyusulkan, kami mohon kepada Allah untuk kami dan
kamu, agar diberi keselamatan (dari apa yang tidak diinginkan).185
61- DOA APABILA ADA ANGIN RIBUT
166- ‫شرّهَا‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫عوْ ُذ بِكَ م‬
ُ َ‫خ ْيرَهَا وَأ‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِإ ّنيْ َأسْ َألُك‬
.
166. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin ini, dan aku berlindung kepadaMu dari
kejelekannya.”186
167- ‫شرّهَا َوشَ ّر مَا‬ َ ‫عوْ ُذ بِكَق مِنْق‬
ُ َ‫ َوأ‬،ِ‫خيْ َر مَا ُأرْسِقْلتَ بِهق‬
َ َ‫خ ْيرَ مَا ِفيْهَا و‬
َ َ‫خ ْيرَهَا و‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْق أَسْقَألُك‬
ِ‫شرّ مَا ُأ ْرسِلْتَ ِبه‬
َ ‫ ِف ْيهَا َو‬.
167. “Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di
dalamnya dan kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari keja-hatan angin ini,
kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin dihembuskan.”187

62- DOA KETIKA ADA HALILINTAR


168- ِ‫خيْ َفتِه‬
ِ ْ‫لئِ َكةُ مِن‬
َ َ‫حمِدِهِ وَا ْلم‬
َ ِ‫سُبْحَانَ الّ ِذيْ ُيسَ ّبحُ الرّعْ ُد ب‬.
179
Lihat Al-Mughni, karya Ibnu Qudamah 3/416 dan Ad-Durusul Muhimmah li ‘Aammatil Ummah, oleh Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz, halaman
15.
180
HR. Al-Baghawi dalam Syarah As-Sunnah 5/357, Abdurrazaq no. 6588 dan Al-Bukhari meriwayatkan hadits tersebut secara mu’allaq dalam Kitab Al-
Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2/113.
181
HR. Al-Bukhari 2/80; Muslim 2/636.
182
An-Nawawi, Al-Adzkar, hal. 126.
183
HR. Abu Dawud 3/314 dengan sanad yang shahih. Untuk Imam Ahmad meriwayatkan sebagai beri-kut: “Bismillaah wa ‘alaa millaati Rasuulillaah”,
sedang sanadnya shahih.
184
Adalah Nabi n apabila selesai memakamkan mayat, beliau berdiri di atasnya lalu bersabda: “Mintalah ampun kepada Allah untuk saudaramu, dan
mohonkan agar dia teguh dan tahan hati (ketika ditanya oleh dua malaikat), sesungguhnya dia sekarang ditanya.” HR. Abu Dawud 3/315 dan Al-Hakim, ia
menshahihkannya dan disepakati oleh Adz-Dzahabi 1/370.
185
HR. Muslim 2/671 dan Ibnu Majah. Lafazh hadits di atas milik Ibnu Majah 1/494, sedangkan doa yang ada di antara dua kurung, menurut riwayat
Muslim, 2/671.
186
HR. Abu Dawud 4/326, Ibnu Majah 2/1228, dan lihatlah kitab Shahih Ibnu Majah 2/305.
187
HR. Muslim 2/616 dan Al-Bukhari 4/76.
168. “Maha Suci Allah yang halilintar bertasbih dengan memujiNya, begitu juga para malaikat, karena takut
kepa-daNya.”188

63- DOA UNTUK MINTA HUJAN


169- ٍ‫جل‬
ِ ‫غ ْيرَ آ‬
َ ً‫جل‬
ِ ‫ عَا‬،ّ‫غ ْيرَ ضَار‬
َ ‫ نَافِعًا‬،‫غ ْيثًا مُ ِغيْثًا َمرِ ْيئًا َم ِريْعًا‬
. َ ‫اَلّلهُمّ َأسْقِنَا‬
169. “Ya Allah! Berilah kami hujan yang merata, menyegarkan tubuh dan menyu-burkan tanaman, bermanfaat,
tidak membahayakan. Kami mohon hujan secepatnya, tidak ditunda-tunda.”189
170- ‫غ ْثنَا‬
ِ َ‫ اَلّلهُمّ أ‬،‫غ ْثنَا‬
ِ َ‫ اَلّلهُمّ أ‬،‫غ ْثنَا‬
. ِ َ‫اَلّلهُمّ أ‬
170. “Ya Allah! Berilah kami hujan. Ya Allah, turunkan hujan pada kami. Ya Allah! Hujanilah kami,”190
171- َ‫حيِي بَلَدَكَ ا ْلمَيّت‬
ْ َ‫ َوأ‬،َ‫ح َمتَك‬
ْ َ‫شرْ ر‬
ُ ْ‫ وَان‬،َ‫ك وَ َبهَا ِئمَك‬
. َ َ‫عبَاد‬
ِ ِ‫اَلّلهُمّ اسْق‬
171. “Ya Allah! Berilah hujan kepada hamba-hambaMu, ternak-ternakMu, beri-lah rahmatMu dengan merata,
dan suburkan tanahMu yang tandus.”191

64- DOA APABILA HUJAN TURUN


172- ‫اَلّلهُ ّم صَ ّيبًا نَافِعًا‬
.
172.“Ya Allah! Turunkanlah hujan yang bermanfaat (untuk manusia, tanaman dan binatang).”192

65- BACAAN SETELAH HUJAN TURUN


173- ِ‫ح َمتِه‬
ْ َ‫ل َور‬
ِ ‫ضلِ ا‬
ْ ‫طرْنَا بِ َف‬
. ِ ُ‫م‬
173. “Kita diberi hujan karena karunia dan rahmat Allah.”193
66- DOA AGAR HUJAN BERHENTI
174- ِ‫جر‬
َ ّ‫طوْنِ اْ َلوْ ِديَ ِة وَ َمنَابِتِ الش‬
ُ ُ‫ َوب‬،ِ‫ظرَاب‬
ّ ‫علَى اْلكَامِ وَال‬
َ ّ‫ اَلّلهُم‬،‫حوَا َليْنَا وَلَ عَ َل ْينَا‬
. َ ّ‫اَلّلهُم‬
174. “Ya Allah! Hujanilah di sekitar kami, jangan kepada kami. Ya, Allah! Berilah hujan ke daratan tinggi,
bebe-rapa anak bukit perut lembah dan beberapa tanah yang menumbuhkan pepohonan.”194
67- DOA MELIHAT BULAN TANGGAL SATU
175- ‫ وَال ّتوْ ِفيْقِق لِمَا تُحِبّ َربّنَا‬،ِ‫لم‬
َ ‫لمَةِ وَ ْالِسْق‬
َ ‫ وَالسّق‬،ِ‫عَليْنَا ِباْ َلمْنِق وَاْ ِل ْيمَانق‬
َ ‫ اَلّلهُمّ أَهِلّهُق‬،ُ‫الُ َأ ْك َبر‬
ُ ‫ َربّنَا َو َربّكَ ا‬،‫ َو َترْضَى‬.
‫ل‬
175. “Allah Maha Besar. Ya Allah! Tampakkan bulan tanggal satu itu ke-pada kami dengan membawa
keaman-an dan keimanan, keselamatan dan Islam serta mendapat taufik untuk menjalankan apa yang
Engkau senang dan rela. Tuhan kami dan Tuhanmu (wahai bulan sabit) adalah Allah.”195
68- DOA KETIKA BERBUKA BAGI ORANG YANG BERPUASA
176- ُ‫جرُ ِإنْ شَاءَ ال‬
ْ ‫ظمَأُ وَا ْبتَلّتِ الْ ُع ُروْقُ َو َثبَتَ اْ َل‬
. ّ ‫ذَهَبَ ال‬
176. “Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala akan tetap, insya Allah.”196
177- ْ‫شيْءٍ َأنْ تَغْ ِفرَ ِلي‬
َ ّ‫ح َمتِكَ اّل ِتيْ َوسِعَتْ ُكل‬
ْ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأسْأَُلكَ ِبر‬
.
177. “Ya Allah! Sesungguhnya aku me-mohon kepadaMu dengan rahmatMu yang meliputi segala sesuatu,
supaya memberi ampunan atasku.”197
69- DOA SEBELUM MAKAN
178. Rasulullah n bersabda198: “Apa-bila seseorang di antara kamu mema-kan makanan, hendaklah
membaca:
ِ‫بِسْمِ ال‬
Apabila lupa pada permulaannya, hen-daklah membaca:
ِ‫خرِه‬
ِ ‫بِسْمِ الِ ِفيْ َأوِّلهِ وَآ‬.
179. Rasulullah n bersabda199: “Barang-siapa yang diberi rezeki oleh Allah berupa makanan, hendaklah
membaca:
ُ‫خيْرًا مِ ْنه‬
َ ‫اَلّلهُمّ بَا ِركْ َلنَا ِفيْهِ وََأطْ ِع ْمنَا‬.
188
Al-Muwaththa’ 2/992. Al-Albani berkata: Hadits di atas mauquf yang shahih sanadnya.
189
HR. Abu Dawud 1/303, dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/216.
190
HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/613.
191
HR. Abu Dawud 1/305 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Dawud 1/218.
192
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 2/518.
193
HR. Al-Bukhari 1/205, Muslim 1/83.
194
HR. Al-Bukhari 1/224 dan Muslim 2/614.
195
HR. At-Tirmidzi 5/504, Ad-Darimi dengan lafazh hadits yang sama 1/336 dan lihat Shahihut Tirmidzi 3/157.
196
HR. Abu Dawud 2/306, begitu juga imam hadits yang lain. Dan lihat Shahihul Jami’ 4/209.
197
HR. Ibnu Majah 1/557. Menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Takhrij Al-Adzkar, lihat Syarah Al-Adzkar 4/342.
198
HR. Abu Dawud 3/347, At-Tirmidzi 4/288, dan lihat kitab Shahih At-Tirmidzi 2/167.
199
HR. At-Tirmidzi 5/506, dan lihat Shahih Tirmidzi 3/158.
Ya Allah! berilah kami berkah dengan makan itu dan berilah makanan yang lebih baik.
Apabila diberi rezeki berupa minuman susu, hendaklah membaca:
ُ‫اَلّلهُ ّم بَارِكْ َلنَا ِف ْيهِ َوزِ ْدنَا ِمنْه‬.
70- DOA SETELAH MAKAN
180- ٍ‫ح ْولٍ ِم ّنيْ وَلَ ُقوّة‬
َ ِ‫غ ْير‬
َ ْ‫ط َعمَ ِنيْ هَذَا َو َرزَ َقنِ ْيهِ مِن‬
. ْ َ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ أ‬
َ ْ‫ال‬
180. “Segala puji bagi Allah yang memberi makan ini kepadaku dan yang memberi rezeki kepadaku tanpa
daya dan kekuatanku.”200
181- ‫عنْهُ َر ّبنَا‬
َ ‫ستَ ْغنًى‬
ْ ‫ وَلَ ُم‬،ٍ‫غ ْيرَ [مُكْ ِفيّ وَلَ[ ُموَدّع‬
َ ،ِ‫طيّبًا مُبَا َركًا ِف ْيه‬
. َ ‫حمْدًا َك ِث ْيرًا‬
َ ِّ‫حمْدُ ل‬
َ ْ‫ال‬
181. “Segala puji bagi Allah (Aku memujiNya) dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh berkah,
yang senantiasa dibutuhkan, diperlukan dan tidak bisa ditinggalkan, ya Tuhan kami.”201
71- DOA TAMU KEPADA ORANG YANG MENGHIDANGKAN MAKANAN
182- ْ‫ح ْمهُم‬
َ ْ‫ وَاغْ ِفرْ َلهُ ْم وَار‬،ْ‫اَلّلهُ ّم بَارِكْ َلهُمْ ِف ْيمَا َرزَ ْق َتهُم‬
.
182. “Ya Allah! Berilah berkah apa yang Engkau rezekikan kepada mereka, ampuni-lah dan belas kasihanilah
mere-ka.”202
72- BERDOA UNTUK ORANG YANG MEMBERI MINUMAN
183- ْ‫ن سَقَا ِني‬
ْ َ‫ط َعمَ ِنيْ وَاسْقِ م‬
ْ َ‫اَلّلهُمّ أَطْ ِعمْ مَنْ أ‬
.
183. “Ya Allah! Berilah ganti makanan ke-pada orang yang memberi makan kepa-daku dan berilah minuman
kepada orang yang memberi minuman kepadaku.”203
73- DOA APABILA BERBUKA DI RUMAH ORANG
184- ُ‫لئِ َكة‬
َ َ‫عَليْكُمُ ا ْلم‬
َ ْ‫ َوصَلّت‬،ُ‫ وَأَ َكلَ طَعَامَكُمُ اْ َل ْبرَار‬،َ‫عنْدَكُمُ الصّائِ ُموْن‬
. ِ َ‫طر‬
َ ْ‫أَف‬
184. “Semoga orang-orang yang ber-puasa berbuka di sisimu dan orang-orang yang baik makan
makananmu, serta malaikat mendoakannya, agar kamu mendapat rahmat.”204
74- DOA ORANG YANG BERPUASA APABILA DIAJAK MAKAN
185- ْ‫طرًا فَ ْليَطْ َعم‬
ِ ْ‫ن مُف‬
َ ‫صلّ وَِإنْ كَا‬
َ ‫ فَِإنْ كَانَ صَا ِئمًا فَ ْل ُي‬،ْ‫عيَ أَحَ ُدكُمْ فَ ْليُجِب‬
. ِ ُ‫إِذَا د‬
185. Apabila seseorang di antara kamu diundang (makan) hendaklah dipenuhi. Apabila puasa, hendaklah
mendoakan (kepada orang yang mengundang). Apa-bila tidak puasa, hendaklah makan.”205
75- UCAPAN ORANG YANG PUASA BILA DICACI MAKI
186- ٌ‫ ِإ ّنيْ صَائِم‬،ٌ‫ِإ ّنيْ صَائِم‬
.
186. Sesungguhnya aku sedang ber-puasa. Sesungguhnya aku sedang ber-puasa. 206
76- DOA APABILA MELIHAT PERMULAAN BUAH
187- ‫ي مُ ّدنَا‬
ْ ‫ك َلنَا ِف‬
ْ ِ‫ بَار‬،‫عنَا‬
ِ ‫ بَارِكْ َلنَا ِفيْ صَا‬،‫ بَارِكْ َلنَا ِفيْ مَ ِد ْينَ ِتنَا‬،‫اَلّلهُ ّم بَارِكْ َلنَا ِفيْ َث َمرِنَا‬
.
187. “Ya Allah! Berilah berkah buah-buahan kami, berilah berkah kota kami, berilah berkah gantangan kami
(sehing-ga di antara kami tidak sering mengu-rangi timbangan) dan berilah berkah mud kami.”207
77- DOA KETIKA BERSIN
188. Rasulullah n bersabda208: Apabila seseorang di antara kamu bersin, hen-daklah mengucapkan:
ِّ‫حمْدُ ل‬
َ ْ‫ال‬
(Segala puji bagi Allah),
lantas saudara atau temannya meng-ucapkan:
ُ‫حمُكَ ال‬
َ ْ‫يَر‬
(Semoga Allah memberi rahmat kepa-daMu). Bila teman atau saudaranya mengucapkan demikian, bacalah:
ْ‫ل َويُصْ ِلحُ بَالَ ُكم‬
ُ ‫يَهْ ِديْكُمُ ا‬.
(Semoga Allah memberi petunjuk kepa-damu dan memperbaiki keadaanmu.)
78- BACAAN APABILA ORANG KAFIR BERSIN KEMUDIAN MEMUJI ALLAH
189- ْ‫ل َو ُيصْ ِلحُ بَاَلكُم‬
ُ ‫َيهْ ِديْكُمُ ا‬
.
189- (Semoga Allah memberi hidayah ke-padamu dan memperbaiki hatimu). 209
79- DOA KEPADA PENGANTIN

200
HR. Penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/159.
201
HR. Al-Bukhari 6/214, At-Tirmidzi dengan lafazh yang sama 5/507.
202
HR. Muslim 3/1615.
203
HR. Muslim 3/126.
204
Sunan Abu Dawud 3/367, Ibnu Majah 1/556 dan An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 296-298. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut
shahih dalam Shahih Abi Dawud, 2/730.
205
HR. Muslim 2/1054.
206
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 4/103, Muslim 2/806.
207
HR. Muslim 2/1000.
208
HR. Al-Bukhari 7/125.
209
HR. At-Tirmidzi 5/82, Ahmad 4/400, Abu Daud 4/308. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 2/354..
190- ٍ‫خ ْير‬
َ ْ‫جمَعَ َبيْ َكمُاَ ِفي‬
َ َ‫عَليْكَ و‬
َ َ‫ك َوبَارَك‬
. َ َ‫ك الُ ل‬
َ َ‫بَار‬
190. “Semoga Allah memberi berkah kepadamu dan atasmu serta mengum-pulkan kamu berdua (pengantin
laki-laki dan perempuan) dalam kebaikan.”210
80- DOA PENGANTIN KEPADA DIRINYA
191. Apabila seseorang di antara kamu kawin dengan seorang perempuan atau membeli pembantu,
hendaklah meng-ucapkan:
ِ‫جبَ ْل َتهَا عَ َل ْيه‬
َ ‫شرّ مَا‬
َ ‫شرّهَا َو‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ك م‬
َ ِ‫عوْذُ ب‬
ُ ‫ وََأ‬،ِ‫عَليْه‬
َ ‫جبَ ْل َتهَا‬
َ ‫خ ْيرَ مَا‬
َ َ‫خ ْيرَهَا و‬
َ َ‫اَلّلهُمّ ِإنّيْ َأسْأَُلك‬.
Ya Allah! Sesungguhnya aku mohon ke-padaMu kebaikan perempuan atau pem-bantu ini dan apa yang telah
Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku mohon perlindungan kepadaMu dari kejelekan perempuan atau
pembantu ini dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.
Apabila membeli unta, hendaklah me-megang puncak punuknya, lalu meng-ucapkan seperti itu.”211
81- DOA SEBELUM BERSETUBUH
192- ‫شيْطَانَ مَا َرزَ ْق َتنَا‬
ّ ‫جنّبِ ال‬
َ َ‫شيْطَانَ و‬
ّ ‫جنّ ْبنَا ال‬
. َ ّ‫بِسْمِ الِ اَلّلهُم‬
192. “Dengan Nama Allah, Ya Allah! Jauhkan kami dari setan, dan jauhkan setan untuk mengganggu apa
yang Engkau rezekikan kepada kami.”212
82- DOA KETIKA MARAH
193- ِ‫جيْم‬
ِ ّ‫شيْطَانِ الر‬
ّ ‫ل مِنَ ال‬
ِ ‫عوْ ُذ بِا‬
. ُ َ‫أ‬
193. “Aku berlindung kepada Allah dan setan yang terkutuk.”213
83- DOA APABILA MELIHAT ORANG YANG MENGALAMI COBAAN
194- ً‫ضيْل‬
ِ ْ‫ق تَف‬
َ َ‫ك بِ ِه وَ َفضّ َلنِيْ عَلَى َكثِ ْيرٍ ِممّنْ خَل‬
َ َ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ عَافَا ِنيْ مِمّا ا ْبتَل‬
. َ ْ‫ال‬
194. “Segala puji bagi Allah yang menyelamatkan aku dari sesuatu yang Allah memberi cobaan kepadamu.
Dan Allah telah memberi kemuliaan kepada-ku, melebihi orang banyak.”214
84- BACAAN DALAM MAJELIS
195. Dari Ibnu Umar katanya adalah pernah dihitung bacaan Rasulullah n dalam satu majlis seratus kali
sebelum beliau berdiri, yaitu:
ُ‫عَليّ ِإنّكَ َأنْتَ ال ّتوّابُ ا ْلغَ ُف ْور‬
(( َ ْ‫ي وَتُب‬
)). ْ ‫رَبّ اغْ ِفرْ ِل‬
“Wahai Tuhanku! Ampunilah aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Eng-kau Maha Menerima taubat
lagi Maha Pengampun.”215
85- PELEBUR DOSA MAJELIS
196- َ‫ك وََأ ُتوْبُ ِإَليْك‬
َ ُ‫ستَغْ ِفر‬
ْ ‫ َأ‬،َ‫شهَدُ َأنْ لَ ِإلَقهَ إِلّ َأنْت‬
ْ ‫ َأ‬،َ‫حمْدِك‬
. َ ِ‫سبْحَانَكَ الّلهُ ّم َوب‬
ُ
196. “Maha Suci Engkau, ya Allah, aku memujiMu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Engkau, aku minta ampun dan bertau-bat kepada-Mu.”216
86- DOA KEPADA ORANG YANG BERKATA: GHAFARALLAAHU LAKA
197- َ‫َولَك‬
.
197. “Begitu juga kamu.”217
87- DOA UNTUK ORANG YANG BERBUAT KEBAIKAN PADAMU
198- ‫خ ْيرًا‬
َ ُ‫جزَاكَ ال‬
. َ
198. “Semoga Allah membalasmu de-ngan kebaikan”.218
88- CARA MENYELAMATKAN DIRI DARI DAJAL
199- َ ِ‫ستِعَاذَ ُة بِالِ مِنْ ِف ْتنَتِهِ عَق‬
‫ب‬ ْ ِ‫سوْرَةِ ا ْل َكهْفِ عُصِ َم مِنَ الدّجّالِ وَاْل‬
ُ ِ‫شرَ آيَاتٍ مِنْ َأ ّول‬
ْ ‫ع‬
َ َ‫مَنْ حَفِظ‬
ٍ‫لة‬
َ َ‫خ ْيرِ مِنْ ُكلّ ص‬ ِ َ‫شهّدِ اْل‬
َ ‫ال ّت‬.

210
HR. Penyusun-penyusun kitab Sunan, kecuali An-Nasai dan lihat Shahih At-Tirmidzi 1/316.
211
HR. Abu Dawud 2/248, Ibnu Majah 1/617 dan lihatlah Shahih Ibnu Majah 1/324.
212
HR. Al-Bukhari 6/141, Muslim 2/1028.
213
HR. Al-Bukhari 7/99, Muslim 4/2015.
214
HR. At-Timidzi 5/494, 5/493, dan lihatlah Shahih At-Tirmidzi 3/153.
215
HR. At-Tirmidzi dan Imam hadis lain, lihat pula di Shahih At-Tirmidzi 3/153, Shahih Ibnu Majah 2/321, dan lafazh hadis tersebut menurut riwayat At-
Tirmidzi.
216
HR. Ashhaabus Sunan dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/153.
Dari Aisyah, dia berkata: “Setiap Rasulullah n duduk di suatu tempat, setiap membaca Al-Qur’an dan setiap melakukan shalat, beliau mengakhirinya
dengan beberapa kalimat.” Aisyah x berkata: Aku berkata: “Wahai Rasululllah! Aku melihat engkau setiap duduk di suatu majelis, membaca Al-Qur’an atau
melakukan shalat, engkau selalu mengakhiri dengan beberapa kalimat itu.” Beliau bersabda: “Ya, barangsiapa yang berkata baik akan disetempel pada
kebaikan itu (pahala bacaan kalimat tersebut), barangsiapa yang berkata jelek, maka kalimat tersebut merupakan penghapusnya. (Kalimat itu adalah:
Subhaanaka wa bihamdika laa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik).” HR. An-Nasa’i dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah, hal. 308. Imam Ahmad
6/77. Dr. Faruq Hamadah menyatakan, hadits tersebut shahih dalam Tahqiq ‘Amalul Yaum wal Lailah, karya An-Nasa’i hal. 273.
217
HR. Ahmad 5/82, An-Nasa’i dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah halaman 218, no. 421.
218
HR. At-Tirmidzi 2035, lihat Shahihul Jami’ 6244, Shahih At-Tirmidzi 2/200.
199. Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat dari permulaan surah Al-Kahfi, ma-ka terpelihara dari (gangguan)
dajjal.219 Begitu juga minta perlindungan kepada Allah dari fitnah dajjal setelah tasyahud akhir dari setiap
shalat.220
89- DOA KEPADA ORANG BERKATA: AKU SENANG KEPADAMU KARENA ALLAH
200- ُ‫ح َببْ َتنِي َله‬
ْ َ‫حبّكَ الّ ِذيْ أ‬
. َ َ‫أ‬
200. “Semoga Allah mencintai kamu yang cinta kepadaku karenaNya.”221
90- DOA KEPADA ORANG YANG MENAWARKAN HARTANYA UNTUKMU
201- َ‫ك َومَاِلك‬
َ ِ‫بَارَكَ الُ َلكَ ِفيْ أَ ْهل‬
.
201. “Semoga Allah memberkahimu dalam keluarga dan hartamu.”222
91- DOA UNTUK ORANG YANG MEMINJAMI KETIKA MEMBAYAR UTANG
202- ِ‫حمْدُ وَاْلَدَاء‬
َ ‫جزَاءُ السّ َلفِ ا ْل‬
َ ‫ ِإ ّنمَا‬،َ‫ك الُ لَكَ ِفيْ أَهِْلكَ َومَالِك‬
. َ َ‫بَار‬
202. “Semoga Allah memberikan ber-kah kepadamu dalam keluarga dan hartamu. Sesungguhnya balasan
me-minjami adalah pujian dan pemba-yaran.”223
92- DOA AGAR TERHINDAR DARI SYIRIK
203- ُ‫ وََأسْتَغْ ِف ُركَ ِلمَا لَ َأعَْلم‬،ُ‫علَم‬
ْ َ‫ك وََأنَا أ‬
َ ِ‫ك ب‬
َ ِ‫عوْذُ بِكَ َأنْ ُأشْر‬
. ُ ‫اَلّلهُمّ ِإ ّنيْ َأ‬
203.“Ya Allah! Sesungguhnya aku ber-lindung kepadaMu, agar tidak menyeku-tukan kepadaMu, sedang aku
mengeta-huinya dan minta ampun terhadap apa yang tidak aku ketahui.”224

93- DOA UNTUK ORANG YANG MENGATAKAN: BAARAKALLAHU FIIKA


204- ُ‫ك بَارَكَ ال‬
َ ْ‫وَ ِفي‬
.
204. “Semoga Allah juga melimpahkan berkah kepadamu.”225
94- DOA MENOLAK FIRASAT BURUK / SIAL
205- َ‫غيْرُك‬
َ َ‫ وَلَ ِإلَقه‬،َ‫خ ْيرُك‬
َ ّ‫خ ْيرَ إِل‬
َ َ‫ وَل‬،َ‫طيْرُك‬
َ ّ‫ط ْيرَ إِل‬
. َ َ‫اَلّلهُمّ ل‬
205. “Ya Allah! Tidak ada kesialan kecuali kesialan yang Engkau tentukan, dan Tidak ada kebaikan kecuali
keba-ikanMu, serta tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau.”226
95- DOA NAIK KENDARAAN
206- }َ‫ وَِإنّا إِلَى َر ّبنَا َل ُمنْقَ ِل ُبوْن‬.َ‫خرَ َلنَا هَذَا َومَا ُكنّا لَ ُه مُ ْقرِ ِنيْن‬
ّ َ‫حمْدُ لِّ {سُبْحَانَ الّذِيْ س‬ َ ْ‫ ال‬،ِ‫بِسْمِ ال‬
ْ‫ سُقبْحَانَكَ الّلهُمّ ِإنّيْق ظَ َلمْتُق نَفْسِقي‬،ُ‫ الُ َأ ْك َبر‬،ُ‫ الُ َأ ْك َبر‬،ُ‫ الُ َأ ْك َبر‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬ َ ْ‫ ال‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬
َ ْ‫ ال‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬
َ ْ‫ال‬
َ‫ َفِإنّ ُه لَ يَغْ ِفرُ ال ّذ ُنوْبَ إِلّ َأنْت‬،ْ‫فَاغْ ِفرْ ِلي‬.
206. “Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Maha Suci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk
kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesung-guhnya kami akan kembali
kepada Tuhan kami (di hari Kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Maha Suci Engkau, ya Allah!
Sesungguhnya aku menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesung-guhnya tidak ada yang mengampuni
dosa-dosa kecuali Engkau.”227
96- DOA BEPERGIAN
207- ‫ وَِإنّا ِإلَى َربّنَا‬.َ‫خرَ َلنَا هَذَا َومَا ُكنّا لَ هُ مُ ْق ِرنِيْ ن‬ ّ َ‫سبْحَانَ الّذِ يْ س‬ ُ { ،ُ‫ الُ أَ ْك َبر‬،ُ‫ الُ أَ ْك َبر‬،ُ‫الُ أَ ْك َبر‬
‫عَل ْينَا‬
َ ْ‫ الّل ُهمّ َهوّن‬،‫ وَمِنَ ا ْل َع َملِ مَا َترْضَى‬،‫َل ُمنْقَ ِل ُبوْنَ} الّلهُمّ ِإنّا نَسْأَُلكَ فِيْ سَ َف ِرنَا هَذَا ا ْل ِبرّ وَالتّ ْقوَى‬
َ‫عوْ ُذ بِك‬ ُ َ‫ الّلهُمّ ِإنّيْ أ‬،ِ‫خِليْفَةُ فِي اْلَ ْهل‬ َ ْ‫ الّلهُمّ َأنْتَ الصّاحِبُ فِي السّ َفرِ وَال‬،ُ‫عنّا بُعْ َده‬ َ ِ‫طو‬ ْ ‫سَ َفرَنَا هَذَا وَا‬
َ‫ آ ِي ُبوْنق‬:‫ وَِإذَا رَجَعقَق قَاَلهُنّق َوزَا َد ِف ْيهِنّق‬.ِ‫ظ ِر وَسقُوْءِ ا ْل ُمنْقَلَبقِ فِي ا ْلمَا ِل وَاْلَ ْهل‬
َ ْ‫عثَاءِ السقّ َف ِر وَكَآ َبةِ ا ْلمَن‬ْ َ‫مِن ْق و‬
َ‫تَائِ ُبوْنَ عَابِ ُدوْنَ ِل َربّنَا حَامِ ُدوْن‬.
207. “Allah Maha Besar (3x). Maha Suci Tuhan yang menundukkan kenda-raan ini untuk kami, sedang
sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari Kiamat).
Ya Allah! Sesungguh-nya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon per-buatan
yang meridhakanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah!
Engkau-lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku
berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan perubahan
yang jelek dalam harta dan keluarga.”

219
HR. Muslim 1/555. Dan dalam riwayat lain, “dari akhir surah Al-Kahfi”, Muslim 1/556.
220
Lihat hadits no. 55 dan no. 56 dari buku ini.
221
HR. Abu Dawud 4/333. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam Shahih Sunan Abi Dawud 3/965.
222
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Baari 4/88.
223
HR. An-Nasai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah, hal. 300, Ibnu Majah 2/809, dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/55.
224
HR. Ahmad dan imam yang lain 4/403, lihat Shahihul Jami’ 3/233, dan Shahihut Targhrib wat Tarhib oleh Al-Albani 1/19.
225
Ibnu Sunni h. 138, no. 278, lihat Al-Waabilush Shayyib Iibnil Qayyim, hal. 304. Tahqiq Muhammad Uyun.
226
HR. Ahmad 2/220, Ibnus Sunni no. 292, dan lihat Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1065.
227
HR. Abu Dawud 3/34, At-Tirmidzi 5/501, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/156.
Apabila kembali, doa di atas dibaca, dan ditambah: “Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan
selalu memuji kepada Tuhan kami.”228

97- DOA MASUK DESA ATAU KOTA


208- ‫طيْنَق‬
ِ ‫شيَا‬
ّ ‫ َورَبّ ال‬،َ‫ضيْنَق السّقبْعِ َومَا أَ ْقلَلْنق‬ ِ َ‫ َورَبّ ْا َلر‬،َ‫اَلّلهُمّ رَبّ السّقمَاوَاتِ السّقبْعِ َومَا أَظْ َللْنق‬
ُ‫عوْذ‬ ُ ‫ وََأ‬،‫خ ْيرَ مَا ِف ْيهَا‬
َ َ‫ و‬،‫خ ْيرَ أَهْ ِلهَا‬
َ َ‫خيْ َر هَذِ هِ الْ َق ْريَةِ و‬
َ َ‫ أَ سْأَُلك‬.َ‫ َورَبّ ال ّريَا حِ َومَا َذ َريْ ن‬،َ‫َومَا َأضْ َللْ ن‬
‫شرّ مَا ِف ْيهَا‬َ ‫شرّ أَهْ ِلهَا َو‬
َ ‫شرّهَا َو‬ َ ‫ن‬ ْ ِ‫بِكَ م‬.
208. “Ya Allah, Tuhan tujuh langit dan apa yang dinaunginya, Tuhan penguasa tujuh bumi dan apa yang di
atasnya, Tuhan yang menguasai setan-setan dan apa yang mereka sesatkan, Tuhan yang menguasai angin
dan apa yang diter-bangkannya. Aku mohon kepadaMu kebaikan desa ini, kebaikan penduduk-nya dan apa
yang ada di dalamnya. Aku berlindung kepadaMu dari kejelekan desa ini, kejelekan penduduknya dan apa
yang ada di dalamnya.”229
98- DOA MASUK PASAR
209- ‫ ِبيَدِ ِه‬،ُ‫حيّ َل يَ ُموْ ت‬
َ َ‫حيِيْ َويُ ِميْ تُ وَ ُهو‬
ْ ُ‫حمْدُ ي‬
َ ْ‫ لَهُ ا ْلمُ ْلكُ َولَهُ ال‬،ُ‫شرِيْ كَ لَه‬
َ ‫لَ إِلَقهَ إِلّ الُ وَحْ َدهُ َل‬
ُ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬ َ ّ‫ وَ ُهوَ عَلَى ُكل‬،ُ‫خ ْير‬
َ ْ‫ال‬.
209. “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. BagiNya
keraja-an, bagiNya segala pujian. Dia-lah Yang Menghidupkan dan Yang Mematikan. Dia-lah Yang Hidup,
tidak akan mati. Di tanganNya kebaikan. Dia-lah Yang Ma-hakuasa atas segala sesuatu.”230

99- DOA APABILA BINATANG KENDARAAN TERGELINCIR


210- ِ‫بِسْمِ ال‬
.
210. “Dengan nama Allah.”231

100- DOA MUSAFIR KEPADA ORANG YANG DITINGGALKAN


211- ُ‫عكُمُ الَ الّ ِذيْ َل َتضِيْعُ وَدَائِ ُعه‬
. ُ ِ‫َأسْ َتوْد‬
211. “Aku menitipkan kamu kepada Allah yang tidak akan hilang titipan-Nya.”232
101- DOA ORANG MUKIM KEPADA MUSAFIR
212- َ‫عمَِلك‬
َ َ‫خوَاتِيْم‬
َ ‫ل ِد ْينَكَ وََأمَا َنتَكَ َو‬
. َ ‫س َتوْدِعُ ا‬
ْ ‫َأ‬
212. “Aku menitipkan agamamu, ama-natmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.”233
213- َ‫حيْثُ مَا ُكنْت‬
َ َ‫خيْر‬
َ ‫سرَ لَكَ ا ْل‬
ّ َ‫ َوي‬،َ‫ وَغَ َفرَ َذ ْنبَك‬،‫َزوّدَكَ الُ التّ ْقوَى‬
.
213. “Semoga Allah memberi bekal taqwa kepadamu, mengampuni dosamu dan memudahkan kebaikan
kepadamu di mana saja kamu berada.”234
102- TAKBIR DAN TASBIH DALAM PERJALANAN
214- ‫حنَا‬
ْ ّ‫سب‬
َ ‫ َوإِذَا َنزَ ْلنَا‬،‫ ُكنّا إِذَا صَعَ ْدنَا َك ّب ْرنَا‬:‫قال جابر رضي ال عنه‬
.
214. Dari Jabir z, dia berkata: “Kami apabila berjalan naik, membaca takbir, dan apabila kami turun,
membaca tasbih.”235

103- DOA MUSAFIR KETIKA MENJELANG SUBUH


215- ِ‫ل مِنَ النّار‬
ِ ‫عَليْنَا عَائِذًا بِا‬
َ ْ‫ضل‬
ِ ‫ وََأ ْف‬،‫ح ْبنَا‬
ِ ‫ َربّنَا صَا‬.‫عَل ْينَا‬
َ ِ‫ل ِئه‬
َ َ‫حسْنِ ب‬
. ُ ‫ َو‬،ِ‫حمْدِ ال‬
َ ِ‫سَمّ َع سَامِعٌ ب‬
215. “Semoga ada yang memperde-ngarkan puji kami kepada Allah (atas nikmat) dan cobaanNya yang baik
bagi kami. Wahai Tuhan kami, temanilah kami (peliharalah kami) dan berilah karunia kepada kami dengan
berlindung kepada Allah dari api Neraka.”236
104- DOA APABILA MENDIAMI SUATU TEMPAT, BAIK DALAM BEPERGIAN ATAU TIDAK
216- َ‫خلَق‬
َ ‫شرّ مَا‬
َ ْ‫ت مِن‬
ِ ‫عوْ ُذ بِكَ ِلمَاتِ الِ التّامّا‬
. ُ َ‫أ‬
216. “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan apa yang
diciptakanNya.”237
228
HR. Muslim 2/998.
229
HR. Al-Hakim, menurut pendapatnya, hadits tersebut adalah sahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya 2/100, Ibnus Sunni, no. 524. Menurut Al-
Hafizh Ibnu Hajar dalam Takhrij Adzkar 5/154: “Hadits tersebut ada-lah hasan.” Bin Baz berkata: Hadits itu diriwayatkan pula oleh An-Nasai dengan sanad
yang hasan. Lihat Tuhfatul Akhyar, hal. 37.
230
HR. At-Tirmidzi 5/291, Al-Hakim 1/538, dan Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam Shahih Ibnu Majah 2/21 dan Shahih At-Tirmidzi
2/152.
231
HR. Abu Dawud 4/296 dan Al-Albani menyata-kan, hadits tersebut shahih dalam Shahih Abi Dawud 3/941.
232
HR. Ahmad 2/403, Ibnu Majah 2/943, dan lihat Shahih Ibnu Majah 2/133.
233
HR. At-Tirmidzi 2/7, At-Tirmidzi 5/499, dan lihat Shahih At-Tirmidzi 2/155.
234
HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih At-Tirmidzi 3/155.
235
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/135.
236
H.R. Muslim 4/2086, Syarah An-Nawawi 17/39.
237
HR. Muslim 4/2080.
105- DOA APABILA PULANG DARI BEPERGIAN
217. Bertakbir tiga kali, di atas tempat yang tinggi, kemudian membaca:
‫ آيِ ُبوْنَق تَائِ ُبوْنَق‬.ُ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬
َ ‫حمْدُ وَ ُهوَ عَلَى ُك ّل‬
َ ‫ لَهُق ا ْلمُلْكُق وَلَهُق ا ْل‬،ُ‫شرِيْكَق لَهق‬
َ ‫لاَ إِلَققهَ إِلّ الُ وَحْدَهُق َل‬
ُ‫حزَابَ وَحْ َده‬ ْ َ‫عبْدَهُ وَ َهزَمَ اْل‬َ َ‫صر‬ َ َ‫ل وَعْدَ ُه َون‬
ُ ‫ صَدَقَ ا‬،َ‫عَابِ ُدوْنَ ِل َربّنَا حَامِ ُدوْن‬.
Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagiNya. Bagi-Nya kerajaan
dan pujaan. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Kami kembali dengan bertaubat, beribadah dan
memuji kepa-da Tuhan kami. Allah telah menepati janjiNya, membela hambaNya (Muham-mad) dan
mengalahkan golongan mu-suh dengan sendirian”.238
106- BACAAN APABILA ADA SESUATU YANG MENYENANGKAN ATAU MENYUSAHKAN
218. Rasulullah n apabila ada sesuatu yang menyenangkan, beliau membaca:
ُ‫حمْدُ لِّ الّ ِذيْ ِبنِ ْعمَ ِتهِ َتتِمّ الصّاِلحَات‬
(( )) َ ْ‫ال‬
(Segala puji bagi Allah yang dengan nikmatNya segala amal shalih sempur-na.)
Apabila ada sesuatu yang tidak disukai, beliau membaca:
((ٍ‫حمْدُ لِّ عَلَى ُكلّ حَال‬
َ ْ‫ال‬
))
(Segala puji bagi Allah, atas segala keadaan.)239
107- KEUTAMAAN MEMBACA SHALAWAT
219- َ‫قَال‬
n: (( ‫شرًا‬
ْ ‫ع‬
َ ‫عَليْهِ ِبهَا‬
َ ُ‫لةً صَلّى ال‬
َ َ‫))مَنْ صَلّى عَ َليّ ص‬
219. Rasulullah n bersabda: “Barang-siapa yang membaca shalawat kepada-ku sekali, Allah akan
memberikan balasan shalawat kepadanya sepuluh kali.”240
220- َ‫وَقَال‬
n: (( ْ‫حيْثُ ُك ْنتُم‬
َ ‫ك تَبُْل ُغنِي‬
َ َ‫لت‬
َ َ‫ن ص‬
ّ ِ‫عيْدًا َوصَّلوْا عَ َليّ؛ فَإ‬
)). ِ ‫َل تَجْ َعُلوْا َقبْرِي‬
220. Rasul n bersabda: “Janganlah kamu menjadikan kuburanku sebagai hari raya, dan bacalah
shalawatmu pa-daku, sesungguhnya bacaan shalawat-mu akan sampai kepadaku, di mana saja kamu
berada.”241
221- َ‫وَقَال‬
n: (( ّ‫عَلي‬
َ ّ‫صل‬
َ ‫عنْدَهُ َفلَمْ ُي‬
ِ ُ‫ن ذُ ِكرْت‬
)) ْ َ‫ا ْلبَخِ ْيلُ م‬
221. Rasul n bersabda: “Orang yang bakhil adalah orang yang apabila aku disebut, dia tidak membaca
shalawat kepadaku.”242
222- َ‫وَقَال‬
n: (( َ‫ض يُبَلّ ُغ ْونِي مِنْ ُأ ّمتِي السّلَم‬
ِ ْ‫حيْنَ فِي اْ َلر‬
)) ِ ‫لئِ َكةً سَيّا‬
َ َ‫إِنّ لِّ م‬
222. Rasul n bersabda: “Sesungguh-nya Allah mempunyai para malaikat yang senantiasa berkeliling di bumi
yang akan menyampaikan salam kepadaku dari umatku”. 243
223- َ‫وَقَال‬
n: (( َ‫عَل ْيهِ السّلَم‬
َ ّ‫حتّى َأرُد‬
َ َ‫حي‬
ِ ْ‫عَليّ ِإلّ رَدّ الُ عَ َليّ ُرو‬
)) َ ُ‫مَا مِنْ َأحَدٍ ُيسَلّم‬
223. Rasul n bersabda: “Tidaklah se-seorang mengucapkan salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan
ruhku ke-padaku sehingga aku membalas salam-(nya).” 244
108- MENYEBARKAN SALAM
224- َ‫قَال‬
n: (( ‫شيْءٍ إِذَا‬َ ‫ َأ َو لَ أَدُلّكُم قْ عَلَى‬،‫حتّى ق تَحَا ّبوْا‬
َ ‫ وَ َل ُتؤْ ِم ُنوْا‬،‫حتّى ق ُتؤْ ِم ُنوْا‬
َ َ‫جنّة‬
َ ْ‫خلُوا ال‬
ُ ْ‫لَ تَد‬
ْ‫لمَ َب ْينَكُم‬
َ ّ‫ أَ ْفشُوا الس‬،ْ‫))فَ َع ْلتُ ُموْ ُه تَحَا َببْتُم‬
224. Rasulullah n bersabda: “Kamu tidak akan masuk ke Surga hingga kamu beriman, kamu tidak akan
beriman secara sempurna hingga kamu saling mencintai. Maukah kamu kutunjukkan sesuatu, apabila kamu
lakukan akan sa-ling mencintai? Biasakan mengucapkan salam di antara kamu (apabila berte-mu).”245
225- َ ِ‫ق م‬
‫ن‬ ُ ‫ وَاْ ِلنْفَا‬،ِ‫ َوبَ ْذلُ ال سّلَمِ ِللْعَالَ م‬،َ‫ اْ ِلنْ صَافُ مِ نْ نَفْ سِك‬:َ‫جمَ عَ اْ ِل ْيمَا ن‬
َ ْ‫جمَ َعهُنّ فَقَد‬
َ ْ‫ثَلَ ثٌ مَ ن‬
ِ‫اْلِ ْقتَار‬.
225. “Ada tiga perkara, barangsiapa yang bisa mengerjakannya, maka sung-guh telah mengumpulkan
keimanan: 1. Berlaku adil terhadap diri sendiri; 2. Menyebarkan salam ke seluruh pendu-duk dunia; 3.
Berinfak dalam keadaan fakir.”246
226- َ‫ع َمر‬
ُ ِ‫عبْدِ الِ بْ ن‬
َ ْ‫عن‬ ً ُ‫ أَنّ رَج‬n: ُ‫ َوتَ ْقرَأ‬،َ‫ ))تُطْ ِعمُ الطّعَام‬:َ‫ قَال‬،ٌ‫خ ْير‬
َ َ‫ و‬x: ّ‫ل سَ َألَ ال ّنبِي‬ َ ِ‫َأيّ اْلِسْلَم‬
ْ‫ت وَمَنْ َلمْ تَ ْع ِرف‬
َ ْ‫عرَف‬
َ ْ‫علَى مَن‬
َ َ‫السّلَم‬ ))

238
HR. Al-Bukhari 7/163, Muslim 2/980.
239
HR. Ibnu Sunni dalam kitab ‘Amalul Yaum wal Lailah, Al-Hakim, menurut pendapatnya, hadits tersebut adalah sahih 1/499. Al-Albani menyatakan,
hadits terse-but sahih dalam Shahihul Jami’ 4/201.
240
HR. Muslim 1/288.
241
HR. Abu Dawud 2/218, Ahmad 2/367, dan Al-Albani menyatakan, hadits tersebut shahih dalam Shahih Abi Dawud 2/383.
242
HR. At-Tirmidzi 5/551, begitu juga imam hadis yang lain, lihat Shahihul Jami’ 3/25 dan Shahih At-Tirmidzi 3/177.
243
HR. An-Nasa’i, Al-Hakim 2/421. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Shahih An-Nasa’i, 1/274.
244
Abu Daud no. 2041, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Abi Daud 1/383.
245
HR. Muslim 1/74, begitu juga imam yang lain.
246
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/82, dari hadits ‘Amar z secara mauquf muallaq.
226. Dari Abdullah bin Umar z, dia berkata: “Sesungguhnya seorang laki-laki bertanya kepada Nabi n,
manakah ajaran Islam yang lebih baik?” Rasul n bersabda: “Hendaklah engkau memberi makanan,
mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang ti-dak.”247
109- APABILA ORANG KAFIR MENGUCAPKAN SALAM
227- ْ‫عَليْكُم‬
َ َ‫ و‬:‫إِذَا سَلّمَ عَ َليْكُمْ أَ ْهلُ الْ ِكتَابِ فَ ُقوُْلوْا‬
.
227. “Apabila ahli kitab mengucapkan salam kepadamu, jawablah: Wa a’lai-kum.” 248
110- PETUNJUK KETIKA MENDENGAR KOKOK AYAM ATAU RINGKIKAN KELEDAI
228- ‫حمَا ِر‬
ِ ْ‫ وَإِذَا سَقمِ ْعتُمْ َن ِهيْقَق ال‬،‫ فَ ِإ ّنهَا رَأَتْق مََلكًا‬،ِ‫إِذَا سَقمِ ْعتُ ْم صِقيَاحَ ال ّديْ َكةِ فَاسْقأَلُوا الَ مِنْق َفضْلِهق‬
‫ فَ ِإ ّنهُ رَأَى شَيْطَانًا‬،ِ‫شيْطَان‬ ّ ‫ َفتَ َعوّ ُذوْا بِالِ مِنَ ال‬.
228. Apabila kamu mendengar ayam jago berkokok, mintalah anugerah kepa-da Allah, sesungguhnya ia
melihat ma-laikat. Tapi apabila engkau mendengar keledai meringkik, mintalah perlindu-ngan kepada Allah
dari gangguan se-tan, sesungguhnya ia melihat setan.249
111- PETUNJUK APABILA MENDENGAR ANJING MENGGONGGONG
229- َ‫ن مَا َل َت َروْن‬
َ ْ‫ن َيرَي‬
ّ ُ‫ل مِ ْنهُنّ فَ ِإ ّنه‬
ِ ‫ح ِميْرِ بِالّل ْيلِ َفتَ َعوّ ُذوْا بِا‬
. َ ْ‫سمِ ْعتُمْ ُنبَاحَ الْ ِكلَبِ َو َن ِهيْقَ ال‬
َ ‫إِذَا‬
229. Apabila kamu mendengar anjing menggonggong dan mendengar keledai meringkik, mintalah
perlindungan kepa-da Allah. Sesungguhnya mereka meli-hat apa yang tidak kamu lihat.250
112- MENDOAKAN KEPADA ORANG YANG ANDA CACI
230- (( ِ‫ك َيوْمَ الْ ِقيَا َمة‬
َ ْ‫ج َعلْ َذلِكَ َلهُ ُق ْربَةً إِ َلي‬
ْ ‫سبَ ْبتُهُ فَا‬
)) َ ‫ن‬
ٍ ِ‫الّلهُمّ َفَأيّمَا ُمؤْم‬
230. “Ya Allah, siapa saja di antara orang mukmin yang kucaci, jadikanlah sebagai sarana yang
mendekatkan diri-nya kepadaMu di hari Kiamat.”251
113- APABILA MEMUJI TEMANNYA
231- ‫ أَحْسِقبُ فُلَنًا وَالُ حَسِق ْيبُهُ وَلَ ُأزَكّيْق قَا َل‬:ْ‫ح َبهُ َل مَحَا َلةَ َف ْليَ ُقل‬
n: (( ِ ‫إِذَا كَانَق أَحَ ُدكُمْق مَادِحًا صقَا‬
‫ كَذَا وَكَذَا‬-َ‫ن يَعَْلمُ ذَاك‬
َ ‫ِإنْ كَا‬- ُ‫حسِ ُبه‬
ْ ‫عَلَى الِ أَحَدًا َأ‬))
231. Rasulullah n bersabda: “Apabila seseorang harus memuji saudaranya, katakanlah: ‘Aku kira Fulan ..
dan Allah-lah yang mengawasi perbuatannya. Dan aku tidak akan memuji seseorang dihadapan Allah’.
Apabila seseorang mengetahui hendaklah berkata: ‘Aku kira begini dan begini’.”252
114- BACAAN BILA DIPUJI ORANG
232- َ‫ظ ّنوْن‬
ُ َ‫خيْرًا ِممّا ي‬
َ ْ‫ن [وَاجْ َع ْلنِي‬
َ ْ‫ وَاغْ ِفرْ ِليْ مَا َل يَعْ َل ُمو‬،َ‫اَلّلهُمّ َل ُتؤَاخِ ْذ ِنيْ ِبمَا يَ ُقوُْل ْون‬
[
232. Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku karena apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas
apa yang tidak mereka ketahui. [Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan]. 253
115- BACAAN TALBIYAH
233- َ‫شرِيْكَ َلك‬
َ ‫ك َل‬
َ ْ‫حمْدَ وَالنّ ْع َمةَ َلكَ وَا ْلمُل‬
َ ْ‫ إِنّ ال‬،َ‫ش ِريْكَ لَكَ َل ّبيْك‬
. َ َ‫ ل‬،َ‫َلبّيْكَ الّلهُمّ َل ّبيْك‬
233. Aku memenuhi panggilanMu, ya Allah aku memenuhi panggilanMu. Aku memenuhi panggilanMu, tiada
sekutu bagiMu, aku memenuhi panggilanMu. Sesungguhnya pujaan dan nikmat ada-lah milikMu, begitu juga
kerajaan, tiada sekutu bagiMu. 254
116- BERTAKBIR PADA SETIAP DATANG KE RUKUN ASWAD
234- ‫عنْدَهُق‬
ِ ٍ‫عَليْهِق وَسَقلّ َم بِا ْل َبيْتِق عَلَى بَ ِع ْيرٍ ُكّلمَا َأتَى الرّكْنَق َأشَارَ ِإَليْهِق ِبشَيْء‬
َ ُ‫طَافَق ال ّن ِبيّ صَقلّى ال‬
َ‫وَ َك ّبر‬.
234. Nabi n melakukan tawaf di Bai-tullah, di atas unta, setiap datang ke rukun aswad (tiang Ka’bah yang
terdapat hajar aswad), beliau memberi isyarat dengan sesuatu yang dipegang-nya dan bertakbir. 255

117- DOA ANTARA RUKUN YAMANI DAN HAJAR ASWAD


235- ِ‫ب النّار‬
َ ‫س َنةً وَ ِقنَا عَذَا‬
َ ‫ح‬
َ ِ‫خرَة‬
ِ ‫سنَةً وَفِي اْل‬
َ ‫ح‬
َ ‫َربّنَا آتِنَا فِي ال ّد ْنيَا‬
.
235. “Wahai Tuhan kami! Berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan jauhkan kami dari
siksaan api Neraka.”256
118- BACAAN KETIKA DI ATAS BUKIT SHAFA DAN MARWAH
236. Ketika Nabi n dekat dengan bukit Shafa, beliau membaca:
247
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/55, Muslim 1/65.
248
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/42, Muslim 4/1705.
249
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/350, Muslim 4/2092.
250
HR. Abu Dawud 4/327, Ahmad 3/306. Menurut pendapat Al-Albani, hadits ini shahih, dalam Shahih Abi Dawud 3/961.
251
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/171, Muslim 4/2007, dan kalimatnya: “Jadikanlah sebagai pembersih dan rahmat.”
252
HR. Muslim 4/2296.
253
HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761. Isnad hadits tersebut dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Adabul Mufrad no. 585.
Kalimat dalam kurung tambahan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman 4/228 dari jalan lain.
254
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 3/408, Muslim 2/841.
255
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 3/476, maksud “sesuatu” adalah tongkat. Lihat Al-Bukhari dengan Fathul Bari 3/472.
256
HR. Abu Dawud 2/179, Ahmad 3/411 dan Al-Baghawi dalam Syarh As-Sunnah 7/128. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut hasan dalam Shahih
Abi Dawud 1/354.
ِ‫ل بِه‬
ُ ‫ َأبْدَأُ ِبمَا بَ َدأَ ا‬.ِ‫ن شَعَا ِئرِ ال‬
ْ ِ‫ن الصّفَا وَا ْل َم ْروَةَ م‬
ّ ِ‫إ‬.
(Sesungguhnya Shafa dan Marwah ada-lah termasuk sy’iar agama Allah. Aku memulai sa’i dengan apa yang
didahu-lukan oleh Allah.)
Kemudian beliau mulai dengan naik ke bukit Shafa, hingga beliau melihat Baitullah. Lalu menghadap kiblat,
mem-baca kalimat tauhid dan takbir, serta membaca:
((ُ‫ لَ ِإلَقهَ إِلّ ال‬،ٌ‫شيْءٍ قَ ِد ْير‬
َ ّ‫ وَ ُهوَ عَلَى ُكل‬،ُ‫حمْد‬ َ ْ‫ لَ هُ ا ْلمُ ْل كُ َولَ هُ ال‬،ُ‫شرِيْ كَ لَ ه‬
َ ‫لَ إِلَقهَ إِلّ الُ وَحْ َد هُ َل‬
ُ‫حزَابَ وَحْ َده‬
ْ َ‫عبْدَهُ وَ َهزَمَ اْل‬
َ َ‫صر‬
َ َ‫جزَ وَعْدَ ُه َون‬
َ ْ‫وَحْ َدهُ َأن‬ ))
(Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan
dan pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Tiada Tuhan yang ber-hak disembah selain Allah
Yang Maha Esa, yang melaksanakan janjiNya, mem-bela hambaNya (Muhammad) dan menga-lahkan golongan
musuh sendirian.)
Kemudian beliau berdoa di antara Shafa dan Marwah. Baliau membacanya tiga kali. Di dalam hadits
tersebut dikatakan, Nabi n juga membaca di Marwah seba-gaimana beliau membaca di Shafa.”257
119- DOA PADA HARI ARAFAH
237. Nabi n bersabda: Doa yang ter-baik (yang mustajab) adalah di hari Arafah, dan sebaik-baiknya apa
yang aku dan para nabi baca, adalah:
ٌ‫شيْءٍ َق ِديْر‬
َ ّ‫علَى ُكل‬
َ َ‫ وَ ُهو‬،ُ‫حمْد‬
َ ْ‫ك وَ َلهُ ال‬
ُ ْ‫ َلهُ ا ْل ُمل‬،ُ‫ش ِريْكَ َله‬
َ َ‫ل وَحْدَ ُه ل‬
ُ ‫لاَ ِإلَقهَ ِإلّ ا‬.
(Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Yang Maha Esa, Tiada sekutu bagiNya. BagiNya kerajaan
dan pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.)258
120- KETIKA DI MASY’ARIL HARAM
238- َ ِ‫ستَ ْقبَلَ الْ ِقبْ َل َة )فَدَعَا ُه وَ َك ّبرَ ُه وَهَلّلَ هُ َووَحّدَ هُ( فَلَ مْ رَك‬
‫ب‬ n ْ ‫حرَا مَ فَا‬
َ ْ‫حتّى َأتَى ا ْل َمشْ َعرَ ال‬
َ َ‫صوَاء‬
ْ َ‫الْق‬
ُ ْ‫شم‬
‫س‬ ّ ‫ن تَطْلُعَ ال‬
ْ َ‫حتّى َأسْ َفرَ جِدّا فَ َدفَعَ َقبْلَ أ‬ َ ‫ َي َزلْ وَاقِفًا‬.
238. Nabi n naik unta bernama Al-Qaswa’ hingga di Masy’aril Haram, lalu beliau menghadap kiblat, berdoa,
mem-baca takbir dan tahlil serta kalimat tauhid. Beliau terus berdoa hingga fajar menyingsing. Kemudian
beliau berang-kat (ke Mina) sebelum matahari ter-bit.”259
121- BERTAKBIR PADA SETIAP MELEMPAR JUMRAH
239- ‫ رَا ِفعًا يَ َديْ ِه‬،ِ‫ َويَقِ فُ يَ ْدعُو مُسْتَ ْق ِبلَ الْ ِقبْ َلة‬،ُ‫جمَارِ الثّلَ ثِ ثُمّ َيتَقَدّ م‬ ِ ْ‫عنْدَ ال‬
ِ ٍ‫يُ َك ّبرُ ُكّلمَا َرمَى بِحَ صَاة‬
‫عنْدَ ُكلّ حَصقَاةٍ َو َينْصَق ِرفُ وَلَ يَقِفُق‬ ِ ُ‫ج ْمرَةُ الْ َع َقبَةِ َفيَ ْر ِميْهَا َويُ َك ّبر‬
َ ‫ َأمّاق‬.ِ‫ج ْمرَةِ اْ ُلوْلَى وَالثّا ِنيَة‬
َ ْ‫بَعْدَ ال‬
‫عنْدَهَا‬
ِ.
239. Rasulullah n bertakbir pada setiap melempar tiga Jumrah dengan batu kecil, kemudian beliau maju dan
berdiri untuk berdoa dengan menghadap kiblat dan mengangkat kedua tangannya sete-lah melempar
Jumrah yang pertama dan kedua. Adapun untuk Jumrah Aqa-bah, beliau melempar dan bertakbir, dan beliau
tidak berdiri di situ, tapi langsung pergi.”260
122- BACAAN KETIKA KAGUM TERHADAP SESUATU
240- ِ‫سُبْحَانَ ال‬
.
240. “Maha Suci Allah.”261
241- ُ‫الُ أَ ْك َبر‬
.
241. “Allah Maha Besar.”262
123- YANG DILAKUKAN APABILA ADA SESUATU YANG MENGGEMBIRAKAN
242- ّ‫ن ال ّنبِي‬
n َ ‫خرّ سَاجِدًا شُ ْكرًا لِّ تَبَا َركَ َوتَعَالَى كَا‬
َ ِ‫سرّ ِبه‬
َ ُ‫سرّهُ َأ ْو ي‬
. ُ ‫إِذَا َأتَاهُ َأ ْمرٌ َي‬
242. Nabi n apabila ada sesuatu yang menggembirakan atau menyenangkan-nya, beliau bersujud, karena
syukur kepada Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi.263

124- BACAAN DAN PERBUATAN APABILA MERASA SAKIT PADA SUATU ANGGOTA BADAN
243. Letakkan tanganmu pada tubuhmu yang terasa sakit, dan bacalah: “Bis-millaah tiga kali, lalu bacalah
tujuh kali:
ُ‫شرّ مَا أَجِ ُد وَأُحَا ِذر‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ل وَقُ ْد َرتِهِ م‬
ِ ‫عوْ ُذ بِا‬
ُ َ‫أ‬.

257
HR. Muslim 2/888.
258
HR. At-Tirmidzi dan lihat Shahih At-Tirmidzi 3/ 184. Al-Albani menyatakan, hadits tersebut adalah hasan. Lihat pula Al-Ahaditsush Shahihah lil-Albani
4/6.
259
HR. Muslim 2/891.
260
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 3/583, 3/584 dan 3/581. Muslim juga meriwayatkannya.
261
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 1/210, 390 dan 414, Muslim 4/1857.
262
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 8/441, lihat pula Shahih At-Tirmidzi 2/103, 2/235, dan Musnad Ahmad 5/218.
263
HR. Ashhabus Sunan, kecuali An-Nasai, lihat Shahih Ibnu Majah 1/233 dan Irwa’ul Ghalil 2/226.
(Aku berlindung kepada Allah dan ke-kuasaanNya dari kejahatan sesuatu yang aku jumpai dan yang aku
takuti.)264

125- APABILA TAKUT MENGENAI SESUATU DENGAN MATANYA


244- ‫جبُهُق [ َف ْليَدْعُق لَهُق بِا ْلبَرَ َكةِ[ َفإِنّ ا ْل َعيْنَق‬
ِ ْ‫خيْهِق َأوْ مِنْق نَفْسِقهِ َأوْ مِنْق مَالِهِق مَا يُع‬
ِ َ‫إِذَا رَأَى َأحَدُكُمْق مِنْق أ‬
ّ‫حَق‬.
244. Apabila seseorang di antara kamu melihat dari saudaranya, diri atau har-tanya yang mengherankan,
maka hen-daklah mendoakan berkah kepadanya. Sesungguhnya ‘ain (kena mata) itu adalah benar.265

126- BACAAN KETIKA TAKUT


245- ُ‫لَ إِلَقهَ إِلّ ال‬
.
245. “Tiada Tuhan yang berhak disem-bah kecuali Allah.”266

127- BACAAN KETIKA MENYEMBELIH KURBAN


246- ْ‫بِسْمِ الِ وَالُ أَ ْك َبرُ [الّلهُ ّم ِمنْكَ وََلكَ[ اَلّلهُمّ تَ َق ّبلْ ِمنّي‬
.
246.“Dengan nama Allah, (aku menyem-belih), Allah Maha Besar. Ya Allah! (ternak ini) dariMu (nikmat yang
Eng-kau berikan, dan kami sembelih) untuk-Mu. Ya Allah! Terimalah kurban ini dari-ku.”267
128- BACAAN UNTUK MENOLAK GANGGUAN SETAN
247- ْ ِ‫ َوم‬،َ‫ وَ َبرََأ وَ َذرَأ‬،َ‫خلَ ق‬
‫ن‬ َ ‫ن شَ ّر مَا‬ْ ِ‫جرٌ م‬
ِ ‫عوْ ُذ بِكَ ِلمَا تِ الِ التّامّا تِ اّلتِ يْ لَ يُجَا ِوزُهُنّ ِبرّ وَلَ فَا‬
ُ َ‫أ‬
‫شرّ مَا‬
َ ‫ َومِنْق‬،ِ‫شرّ مَا َذرَأَ فِي ْا َلرْضق‬ َ ‫ َومِنْق‬،‫شرّ مَا يَ ْعرُجُق ِفيْهَا‬َ ‫ َومِنْق‬،ِ‫شرّ مَا َينْ ِزلُ مِنَق السّقمَاء‬ َ
ُ‫حمَان‬ْ َ‫خ ْيرٍ يَا ر‬
َ ِ‫طرُقُ ب‬ْ َ‫شرّ ُكلّ طَارِقٍ إِلّ طَارِقًا ي‬
َ ْ‫ َومِن‬،ِ‫ن شَرّ ِفتَنِ الّل ْيلِ وَال ّنهَار‬ْ ِ‫ َوم‬،‫خ ُرجُ ِم ْنهَا‬ْ َ‫ي‬.
247. “Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak akan diterobos oleh orang
baik dan orang durhaka, dari kejahatan apa yang diciptakan dan dijadikanNya, dari kejahatan apa yang
turun dari langit dan yang naik ke dalamnya, dari kejahatan yang tumbuh di bumi dan yang keluar
daripadanya, dari kejahatan fitnah-fitnah malam dan siang, serta dari kejahatan-kejahatan yang datang (di
waktu ma-lam) kecuali dengan tujuan baik, wahai Tuhan Yang Maha Pengasih.”268
129- ISTIGFAR DAN TAUBAT
248- ‫س ْولُ ال‬
ُ ‫قَالَ َر‬
n: (( ً‫سبْ ِعيْنَ َمرّة‬
َ ‫ن‬
ْ ِ‫ستَغْ ِفرُ الَ وََأ ُتوْبُ إِ َل ْيهِ فِي ا ْل َيوْمِ أَ ْك َثرُ م‬
)) ْ ‫وَالِ ِإ ّنيْ َل‬
248. Rasulullah n bersabda: “Demi Allah! Sesungguhnya aku minta ampun kepada Allah dan bertaubat
kepadaNya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.”269
249- َ‫وَقَال‬
n: (( ٍ‫يَا َأ ّيهَا النّاسُ ُت ْو ُبوْا ِإلَى الِ َفِإ ّنيْ َأ ُتوْبُ فِي ا ْليَوْمِ ِإَليْهِ مِائَةَ َمرّة‬
))
249. Rasulullah n bersabda: “Wahai manusia! Bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku bertaubat
kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”270
َ ،
َ n: ((َ‫غفَ َر الُ لَ ُه وَإِنْ كَان‬
250- َ‫وقَال‬ ِ‫حيّ ا ْل َقيّوْ ُم وََأ ُتوْبُ ِإَليْه‬
َ ْ‫ي لَ إِلَقهَ إِ ّل ُهوَ ال‬
‫ل‬
َ ‫ن قَا‬
ْ َ‫م‬ ْ ِ‫ظيْمَ الّذ‬
ِ َ‫ستَغْ ِفرُ الَ ا ْلع‬
ْ َ‫أ‬
ِ‫مِنَ الزّحْف‬ ‫))فَ ّر‬
250. Rasul n bersabda: “Barangsiapa yang membaca: ‘Aku minta ampun kepada Allah, tiada Tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia, Yang Hidup dan terus-menerus mengurus makhlukNya.’ Maka Allah
mengampuninya. Sekalipun dia pernah lari dari perang.”271
251- ‫خرِ فَإِنِق اسْقتَطَ ْعتَ أَنْق تَ ُكوْنَق ِممّنْق وَقَا َل‬
n: (( ِ ‫جوْفِق الّل ْيلِ اْل‬
َ ‫أَ ْقرَبُق مَا يَ ُكوْنُق الرّبّ مِنَق ا ْل َعبْدِ فِيْق‬
ْ ‫عةِ فَ ُك‬
‫ن‬ َ ‫))يَذْ ُكرُ الَ ِفيْ تِ ْلكَ السّا‬.
251. Rasulullah n bersabda: “Keadaan yang paling dekat antara Tuhan dan hambaNya adalah di tengah
malam yang terakhir. Apabila kamu mampu tergolong orang yang zikir kepada Allah pada saat itu,
lakukanlah.”272
252- َ‫وَقَال‬
n: (( َ‫ن َربّهِ وَ ُهوَ سَاجِدٌ فََأ ْك ِثرُوا الدّعَاء‬
)). ْ ِ‫أَ ْقرَبُ مَا يَ ُكوْنُ ا ْل َعبْدُ م‬
264
HR. Muslim 4/1728.
265
HR. Ahmad 4/447, Ibnu Majah dan Malik. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ 1/212, dan lihat Zadul Ma’ad 4/170, tahqiq Al-
Arnauth.
266
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 6/181, Muslim 4/2208.
267
HR. Muslim 3/1557, Al-Baihaqi 9/287, sedang-kan kalimat di antara dua kurung, menurut riwayat Al-Baihaqi 9/287. Sedangkan yang terakhir, kami
ambilkan dari riwayat Muslim.
268
HR. Ahmad 3/419 dengan sanad yang shahih, Ibnus Sunni no. 637, lihat pula Majma’uz Zawa’id 10/127 dan Takhrijuth Thahawiyah lil Arnauth 133.
269
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/101.
270
HR. Muslim 4/2076.
271
HR. Abu Dawud 2/85, At-Tirmidzi 5/569, Al-Hakim, dan menurut pendapatnya hadits di atas adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya
1/511, Al-Albani menyatakan hadits tersebut adalah shahih. Lihat pula Shahih At-Tirmidzi 3/182, Jami’ul Ushul li ahaditsir Rasul 4/389-390 dengan tahqiq
Al-Arnauth.
272
HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i 1/279 dan Al-Hakim, lihat Shahih At-Tirmidzi 3/183, Jami’ul Ushul dengan tahqiq Al-Arnauth 4/144.
252. Rasulullah n bersabda: “Seorang hamba berada dalam keadaan yang paling dekat dengan Tuhannya
adalah di saat sujud. Oleh karena itu, perba-nyaklah doa.”273
253- َ‫وَقَال‬
n: (( ٍ‫ستَغْ ِفرُ الَ فِي ا ْل َيوْمِ مِا َئةَ َمرّة‬
ْ ‫علَى قَ ْل ِبيْ وَِإ ّنيْ َل‬
)) َ ُ‫ِإ ّنهُ َليُغَان‬
253. Rasulullah n bersabda: ‘Sesung-guhnya hatiku lupa (tidak ingat kepada Allah) padahal sesungguhnya
aku minta ampun kepadaNya dalam sehari sera-tus kali.”274
130- KEUTAMAAN TASBIH, TAHMID, TAHLIL DAN TAKBIR
254- َ‫ قَال‬n: ِ‫ز َبدِ ا ْل َبحْر‬
َ َ‫خطَايَاهُ وََلوْ كَانَتْ ِمثْل‬
َ ْ‫حطّت‬
ُ ٍ‫ِفيْ َي ْومٍ مِائَةَ َمرّة‬ ِ‫حمْدِه‬
َ‫ن قَال‬َ ِ‫سُبْحَانَ الِ َوب‬
ْ َ‫م‬.
254. Nabi n bersabda: Barangsiapa yang membaca: “Maha Suci Allah dan aku memujiNya” dalam sehari
seratus kali, maka kesalahannya dihapus sekali-pun seperti buih air laut.”275
255- َ‫وقَال‬
َ n: ٍ‫شيْء‬
َ ّ‫علَى ُكل‬ َ َ‫ وَ ُهو‬،ُ‫حمْد‬ َ ْ‫ لَهُق ا ْلمُلْكُق وَلَهُق ال‬،ُ‫ش ِريْكَق لَهق‬
َ‫مَنْس قَال‬ َ َ‫لَ ِإلَققهَ إِلّ الُ وَحْدَهُق ل‬
َ‫عيْل‬
ِ ‫سمَا‬
ْ ‫ع َتقَ َأ ْربَعَةَ َأ ْنفُسٍ مِنْ وََلدِ ِإ‬
ْ َ‫ كَانَ َكمَنْ أ‬،ٍ‫عشْرَ ِمرَار‬ َ ،ٌ‫قَ ِد ْير‬.
255. Rasulullah n bersabda: “Barang-siapa yang membaca: Laailaaha illallaah wahdahu laa syariika lahu
lahulmulku walahulhamdu wahuwa ‘alaa kulli syaiin qadiir, sepuluh kali, maka dia seperti orang yang
memerdekakan empat orang dari keturunan Ismail.”276
256- َ‫وقَال‬
َ n: ‫حمْدِهِق‬
َ ِ‫سُقبْحَانَ الِ َوب‬
:ِ‫حمَسسان‬
ْ ‫ح ِب ْي َبتَانِس إِلَى ال ّر‬
َ ‫كَِل َمتَانِس خَ ِفيْ َفتَانِس عَلَى اللّسسَانِ ثَ ِقيَْلتَانِس فِي ا ْل ِم ْيزَانِس‬
ِ‫ظيْم‬
ِ َ‫سبْحَانَ الِ ا ْلع‬ ُ.
256. Rasulullah n bersabda: “Dua kalimat yang ringan di lidah, pahalanya berat di timbangan (hari Kiamat)
dan disenangi oleh Tuhan Yang Maha Pengasih, adalah: Subhaanallaah wabi-hamdih, subhaanallaahil
‘azhiim.”277
257- َ‫وقَال‬
َ n: ‫َأحَبّ إِلَيّ ِممّاس طََلعَتْس عََليْهِس‬ ،ُ‫حمْدُ لِِّ وَلَ إِلَققهَ إِلّ الُ وَالُ َأ ْك َبر‬
َ‫لَنْس َأقُوْل‬ َ ْ‫سُقبْحَانَ الِ وَال‬
ُ‫شمْس‬ ّ ‫ال‬.
257. Rasulullah n bersabda: “Sungguh, apabila aku membaca: ‘Subhaanallah walhamdulillaah walaa ilaaha
illallaah wallaahu akbar’. Adalah lebih senang bagiku dari apa yang disinari oleh matahari terbit.”278
258- ‫وَقَا َل‬
n: (( ‫ َكيْفَق‬،ِ‫جزُ أَحَ ُدكُمْق أَنْق يَكْسِقبَ ُك ّل َيوْمٍق أَلْفَق حَسَق َنةٍ(( فَسَقأَ َل ُه سقَا ِئلٌ مِنْق جُلَسقَا ِئه‬
ِ ْ‫َأيَع‬
‫عنْهُق َألْفُق‬ َ ّ‫ َفيُ ْكتَبُق لَهُق أَلْفُق حَسَقنَةٍ َأوْ يُحَط‬،ٍ‫حة‬
َ ْ‫ ))يُسَقّبحُ مِا َئةَ تَسْقبِي‬:َ‫يَكْسِقبُ أَحَدُنَا أَلْفَق حَسَقنَةٍ؟ قَال‬
ٍ‫ط ْيئَة‬
ِ َ‫))خ‬
258. Rasulullah n bersabda: “Apakah seseorang di antara kamu tidak mampu mendapatkan seribu kebaikan
tiap hari?” Salah seorang di antara yang duduk bertanya: “Bagaimana di antara kita bisa memperoleh seribu
kebaikan (dalam sehari)?” Rasul bersabda: “Hen-daklah dia membaca seratus tasbih, maka ditulis seribu
kebaikan baginya atau seribu kejelekannya dihapus.”279
259- ِ‫ج ّنة‬
َ ْ‫خَلةٌ فِي ال‬
ْ َ‫غ ِرسَتْ َلهُ ن‬
ُ ،ِ‫حمْدِه‬
َ ِ‫ظيْمِ َوب‬
ِ ‫ سُبْحَانَ الِ الْ َع‬:َ‫مَنْ قَال‬
.
259. “Barangsiapa yang membaca: Subhaanallaahi ‘azhiim wabihamdih, maka ditanam untuknya sebatang
pohon kurma di Surga.”280
260- ‫ وَقَا َل‬،ِ‫س ْولَ ال‬
n: (( ُ َ‫ بَلَى يَا ر‬:ُ‫جنّةِ؟(( فَ ُقلْ ت‬
َ ‫عبْدَ الِ بْ نَ َقيْ سٍ أَلَ أَ ُدلّكَ عَلَى َك ْنزٍ مِنْ ُك ُنوْزِ ا ْل‬
َ ‫يَا‬
ِ‫ح ْو َل وَلَ ُقوّةَ إِ ّل بِال‬
َ َ‫ )) ُقلْ ل‬:َ‫))قَال‬
260. Rasulullah n bersabda: “Wahai Abdullah bin Qais! Maukah kamu aku tunjukkan perbendaharaan
Surga?” “Aku berkata: “Aku mau, wahai Rasu-lullah!” Rasul berkata: “Bacalah: Laa haula walaa quwwata
illaa billaah.”281
261- َ‫ لَ وَقَال‬،ُ‫ وَالُ َأ ْكبَر‬،ُ‫ وَلَ ِإلَققهَ إِلّ ال‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬
n: َ ْ‫ وَال‬،ِ‫ سُقبْحَانَ ال‬:ٌ‫أَحَبّ الْ َكلَمِق إِلَى الِ َأ ْربَعق‬
َ‫ن بَدَأْت‬ّ ِ‫ضرّكَ بِ َأ ّيه‬
ُ ‫ َي‬.
261. Rasulullah n bersabda: “Perkata-an yang paling disenangi oleh Allah adalah empat: Subhaanallaah,
Alham-dulillaah, Laa ilaaha illallaah dan Allaahu akbar. Tidak mengapa bagimu untuk memulai yang
mana di antara kalimat tersebut.”282

273
HR. Muslim 1/350.
274
HR. Muslim 4/2075, Ibnul Atsir berkata: “Maksud Nabi n lupa”, karena beliau senantiasa memperbanyak zikir, selalu mendekatkan diri kepadaNya
dan waspada. Jadi, apabila sebagian waktu yang lewat tidak melakukan dzikir, maka beliau menganggapnya dosa. Kemudian beliau cepat-cepat membaca
istighfar. Lihat Jami’ul Ushul 4/386.
275
HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2071.
276
HR. Al-Bukhari 7/167, Muslim dengan lafazh yang sama 4/2071.
277
HR. Al-Bukhari 7/168, Muslim 4/2072.
278
HR. Muslim 4/2072.
279
HR. Muslim 4/2073.
280
HR. At-Tirmidzi 5/511, Al-Hakim 1/501. Menurut pendapatnya, hadits tersebut shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya. Lihat pula Shahihul Jami’
5/531 dan Shahih At-Tirmidzi 3/160.
281
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 11/213 dan Muslim 4/2076.
282
HR. Muslim 3/1685.
262- ِ‫عرَابِيّ ِإلَى رَسُق ْولِ ال‬ ْ ‫ جَاءَ َأ‬n َ‫ لَ إِلَققهَ إِلّ الُ وَحْدَهُق ل‬،ْ‫ ُقل‬:َ‫ قَال‬.ُ‫عّلمْنِيْق َكلَمًا أَ ُقوْلُهق‬ َ :َ‫فَقَال‬
ِ‫ح ْولَ وَلَ ُقوّةَ إِلّ بِال‬ َ َ‫ ل‬،َ‫ن الِ رَبّ الْعَا َل ِميْنق‬ َ ‫ سُقبْحَا‬،‫حمْدُ لِّ َكثِ ْيرًا‬
َ ْ‫ وَال‬،‫ الُ أَ ْك َبرُ َكبِ ْيرًا‬،ُ‫ش ِريْكَق لَهق‬َ
ْ‫حمْ ِنيْ وَا ْه ِدنِيْ وَا ْرزُقْ ِني‬
َ ْ‫ي وَار‬ْ ‫غ ِفرْ ِل‬
ْ ‫ اَلّلهُمّ ا‬،ْ‫ ُقل‬:َ‫الْ َع ِز ْيزِ الْحَ ِكيْمِ(( قَالَ َف َهؤُلَءِ ِل َربّيْ َفمَا ِليْ؟ قَال‬.
262. Seorang Arab Badui datang kepa-da Rasulullah n, lalu berkata: ‘Ajari aku dzikir untuk aku baca!’ Rasul
n bersab-da: ‘Katakanlah: Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu
bagiNya. Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah yang banyak. Maha Suci Allah, Tuhan sekalian alam dan
tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Bijaksana.’ Orang Badui itu
berkata: ‘Kalimat itu untuk Tuhanku, mana yang untukku?’ Rasul bersabda: ‘Katakanlah: Ya Allah! Ampuni-lah
aku, belas kasi-hanilah aku, berilah petunjuk kepadaku dan berilah rezeki kepadaku.”283
263- ّ‫جلُ إِذَا أَ سَْلمَ عَّلمَ هُ ال ّن ِبي‬
n ُ ّ‫ن الر‬
َ ‫ اَلّلهُمّ اغْ ِفرْ لِ يْ كَا‬:ِ‫ع َو ِبهَؤُلَءِ ا ْلكَ ِلمَا ت‬
ُ ْ‫ن يَد‬
ْ َ‫ال صّلَ َة ثُمّ َأمَرَ هُ أ‬
ْ‫ح ْم ِنيْ وَاهْ ِد ِنيْ وَعَا ِف ِنيْ وَا ْرزُ ْقنِي‬
َ ْ‫وَار‬.
263. Seorang laki-laki apabila masuk Islam, Nabi n mengajarinya shalat, kemudian beliau memerintahkan
agar berdoa dengan kalimat ini: ‘Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, berilah petunjuk kepadaku,
melindungi (dari apa yang tidak kuinginkan) dan berilah rezeki kepadaku.”284
264- ُ‫ضلَ الذّ ْك ِر لَ إِلَقهَ إِلّ ال‬
َ ‫ وَأَ ْف‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬
. َ ْ‫ضلَ الدّعَاءِ ال‬
َ ‫إِنّ َأ ْف‬
264. Sesungguhnya doa yang terbaik adalah membaca: Alhamdulillaah. Se-dang zikir yang terbaik adalah:
Laa Ilaaha Illallaah.”285
265- ‫ح ْو َل وَلَ ُقوّ َة‬
َ َ‫ وَل‬،ُ‫ وَالُ َأ ْك َبر‬،ُ‫ وَلَ ِإلَققهَ إِلّ ال‬،ِِّ‫حمْدُ ل‬
َ ْ‫ وَال‬،ِ‫ سُقبْحَانَ ال‬:ُ‫ا ْلبَا ِقيَاتُق الصقّالِحَات‬
ِ‫إِلّ بِال‬.
265. Kalimat-kalimat yang baik adalah: “Subhaanallaah, walhamdulillaah, wa laa ilaaha illallaah,
wallaahu akbar, walaa haula walaa quwwata illaa billaah.”286
131- BAGAIMANA CARA NABI n MEMBACA TASBIH
266- َ‫ع َمر‬
ُ ِ‫عبْدِ الِ بْن‬
َ ْ‫عن‬
x َ ّ‫ رََأيْتُ ال ّن ِبي‬:َ‫سبِ ْيحَ ِبيَ ِميْ ِنهِ قَال‬
n . ْ ‫يَعْقِدُ ال ّت‬
266. Dari Abdullah bin Umar c, dia berkata: “Aku melihat Rasulullah meng-hitung bacaan tasbih (dengan jari-
jari) tangan kanannya.”287
132- BEBERAPA ADAB DAN KEBAIKAN
267- ‫ َفإِذَا ذَهَب َق‬،ٍ‫ح ْي َنئِذ‬
ِ ُ‫شر‬
ِ َ‫طيْن قَ َت ْنت‬
ِ ‫شيَا‬
ّ ‫ فَكُ ّفوْا ص ِقبْيَانَ ُكمْ؛ َفإِنّ ال‬-ْ‫َأوْ َأمْس َق ْيتُم‬- ِ‫جنْح قُ الّل ْيل‬
ُ َ‫إِذَا كَان ق‬
،‫شيْطَانَق لَ يَ ْفتَحُق بَابًا مُ ْغلَقًا‬ ّ ‫غلِقُوا اْ َل ْبوَابَق وَاذْ ُكرُوا اسْقمَ الِ؛ َفإِنّ ال‬ ْ َ‫ وَأ‬،ْ‫خّلوْهُمق‬ َ َ‫عةٌ مِنَق الّل ْيلِ ف‬َ ‫سقَا‬
،‫ضوْا عَ َل ْيهَا شَ ْيئًا‬ُ ‫ وَ َلوْ َأ نْ تَ ْع ُر‬،ِ‫خ ّمرُوْا آنِ َيتَكُ ْم وَاذْ ُكرُوا ا سْمَ ال‬
َ َ‫ و‬،ِ‫سمَ ال‬ ْ ‫وََأ ْو ُكوْا ِقرَبَ ُك مْ وَا ْذ ُكرُوا ا‬
ْ‫وََأطْ ِف ُئوْا َمصَابِيْحَ ُكم‬.
267. Apabila kegelapan malam telah tiba -atau kamu masuk di waktu malam-, maka tahanlah anak-anakmu,
sesung-guhnya setan pada saat itu bertebaran. Apabila malam telah terlewati sesaat, maka lepaskan
mereka, tapi tutuplah pintu dan sebut nama Allah (baca: Bismillaahir rahmaanir rahiim). Sesung-guhnya
setan tidak membuka pintu yang tertutup, ikatlah gerabamu (tempat air dari kulit) dan sebutlah nama Allah.
Tutuplah tempat-tempatmu dan sebut-lah nama Allah, sekalipun dengan me-lintangkan sesuatu diatasnya,
dan padamkan lampu-lampumu.”288

" Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari "


Oleh : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan
ETIKA MEMBACA AL-QUR'AN:

Sebaiknya orang yang membaca Al-Qur'an dalam keadaan sudah berwudhu, suci pakaiannya, badannya
dan tempatnya serta telah bergosok gigi.

283
HR. Muslim 4/2072. Abu Dawud menambah: Ke
tika orang Arab Badui berpaling, Nabi n bersabda: “Sungguh dia telah memenuhi kebaikan pada kedua tangannya”. 1/220.
284
HR. Muslim 4/2073, menurut riwayatnya ada ke terangan: Sesungguhnya kalimat-kalimat tersebut akan
mencukupi dunia dan akhiratmu.
285
HR. At-Tirmidzi 5/462, Ibnu Majah 2/1249, Al-Hakim 1/503. Menurut Al-Hakim, hadits tersebut adalah shahih. Imam Adz-Dzahabi menyetujuinya,
Lihat pula Shahihul Jami’ 1/362.
286
HR. Ahmad no. 513 menurut penertiban Ahmad Syakir, sanadnya shahih, lihat Majma’uz Zawa’id 1/297, Ibnu Hajar mencantumkannya di Bulughul
Maram dari riwayat Abu Sa’id kepada An-Nasa’i. Ibnu Hajar berkata: “Hadits tersebut adalah shahih menurut pendapat Ibnu Hibban dan Al-Hakim.
287
HR. Abu Dawud dengan lafazh yang sama 2/81, At-Tirmidzi 5/521, dan lihat Shahihul Jami’ 4/271, no. 4865.
288
HR. Al-Bukhari dengan Fathul Bari 10/88, Muslim 3/1595.
Hendaknya memilih tempat yang tenang dan waktunya pun pas, karena hal tersebut lebih dapat konsentrasi
dan jiwa lebih tenang.

Hendaknya memulai tilawah dengan ta`awwudz, kemu-dian basmalah pada setiap awal surah selain selain
surah At-Taubah. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang artinya: "Apabila kamu akan mem-baca al-
Qur'an, maka memohon perlindungan-lah kamu kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk". (An-Nahl:
98).

Hendaknya selalu memperhatikan hukum-hukum tajwid dan membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya
serta membacanya dengan tartil (perlahan-lahan). Allah berfirman yang Subhanahu wa Ta'ala artinya: "Dan
Bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan". (Al-Muzzammil: 4).

Disunnatkan memanjangkan bacaan dan memperindah suara di saat membacanya. Anas bin Malik
Radhiallaahu anhu pernah ditanya: Bagaimana bacaan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam (terhadap Al-
Qur'an? Anas menjawab: "Bacaannya panjang (mad), kemudian Nabi membaca "Bismillahirrahmanirrahim"
sambil memanjangkan Bismillahi, dan memanjangkan bacaan ar-rahmani dan memanjangkan bacaan ar-
rahim". (HR. Al-Bukhari). Dan Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam juga bersabda: "Hiasilah suara kalian
dengan Al-Qur'an". (HR. Abu Daud, dan dishahih-kan oleh Al-Albani).

Hendaknya membaca sambil merenungkan dan menghayati makna yang terkandung pada ayat-ayat yang
dibaca, berinteraksi dengannya, sambil memohon surga kepada Allah bila terbaca ayat-ayat surga, dan
berlindung kepada Allah dari neraka bila terbaca ayat-ayat neraka. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
yang artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran." (Shad:
29). Dan di dalam hadits Hudzaifah ia menuturkan: "......Apabila Nabi terbaca ayat yang mengandung
makna bertasbih (kepada Allah) beliau bertasbih, dan apabila terbaca ayat yang mengandung do`a, maka
beliau berdo`a, dan apabila terbaca ayat yang bermakna meminta perlindungan (kepada Allah) beliau
memohon perlindungan". (HR. Muslim). Allah berfirman yang artinya:

Hendaknya mendengarkan bacaan Al-Qur'an dengan baik dan diam, tidak berbicara. Allah Subhanahu wa
Ta'ala berfirman yang artinya: "Dan apabila Al-Qur'an dibacakan, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu men-dapat rahmat". (Al-A`raf: 204).

Hendaklah selalu menjaga al-Qur'an dan tekun membacanya dan mempelajarinya (bertadarus) hingga tidak
lupa. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Peliharalah Al-Qur'an baik-baik, karena demi
Tuhan yang diriku berada di tangan-Nya, ia benar-benar lebih liar (mudah lepas) dari pada unta yang terikat
di tali kendalinya". (HR. Al-Bukhari).

Hendaknya tidak menyentuh Al-Qur'an kecuali dalam keadaan suci. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah
berfirman yang artinya: "Tidak akan menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan". (Al-Waqi`ah: 79).

Boleh bagi wanita haid dan nifas membaca al-Qur'an dengan tidak menyentuh mushafnya menurut salah
satu pendapat ulama yang lebih kuat, karena tidak ada hadits shahih dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam yang melarang hal tersebut.

Disunnatkan menyaringkan bacaan Al-Qur'an selagi tidak ada unsur yang negatif, seperti riya atau yang
serupa dengannya, atau dapat mengganggu orang yang sedang shalat, atau orang lain yang juga membaca
Al-Qur'an.

Termasuk sunnah adalah berhenti membaca bila sudah ngantuk, karena Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda: "Ápabila salah seorang kamu bangun di malam hari, lalu lisannya merasa sulit untuk
membaca Al-Qur'an hingga tidak menyadari apa yang ia baca, maka hendaknya ia berbaring (tidur)". (HR.
Muslim).
Pekan 3 Shafar 1423
" Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari "
Oleh : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan
ETIKA BERDO`A

Terlebih dahulu sebelum berdo`a hendaknya memuji kepada Allah kemudian bershalawat kepada Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam pernah mendengar seorang lelaki
sedang berdo`a di dalam shalatnya, namun ia tidak memuji kepada Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi
Shallallaahu alaihi wa Sallam maka Nabi bersabda kepadanya: "Kamu telah tergesa-gesa wahai orang yang
sedang shalat. Apabila anda selesai shalat, lalu kamu duduk, maka memujilah kepada Allah dengan pujian
yang layak bagi-Nya, dan bershalawatlah kepadaku, kemudian berdo`alah". (HR. At-Turmudzi, dan
dishahihkan oleh Al-Albani).

Mengakui dosa-dosa, mengakui kekurangan (keteledoran diri) dan merendahkan diri, khusyu', penuh
harapan dan rasa takut kepada Allah di saat anda berdo`a. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman yang
artinya:
"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera di dalam (mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan mereka berdo`a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu` kepada Kami". (Al-Anbiya': 90).

Berwudhu' sebelum berdo`a, menghadap Kiblat dan mengangkat kedua tangan di saat berdo`a. Di dalam
hadits Abu Musa Al-Asy`ari Radhiallaahu anhu disebutkan bahwa setelah Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam
selesai melakukan perang Hunain :" Beliau minta air lalu berwudhu, kemudian mengangkat kedua
tangannya; dan aku melihat putih kulit ketiak beliau". (Muttafaq'alaih).

Benar-benar (meminta sangat) di dalam berdo`a dan berbulat tekad di dalam memohon. Rasulullah
Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Apabila kamu berdo`a kepada Allah, maka bersungguh-
sungguhlah di dalam berdo`a, dan jangan ada seorang kamu yang mengatakan :Jika Engkau menghendaki,
maka berilah aku", karena sesungguhnya Allah itu tidak ada yang dapat memaksanya". Dan di dalam satu
riwayat disebutkan: "Akan tetapi hendaknya ia bersungguh-sungguh dalam memohon dan membesarkan
harapan, karena sesungguhnya Allah tidak merasa berat karena sesuatu yang Dia berikan". (Muttafaq'alaih).

Menghindari do`a buruk terhadap diri sendiri, anak dan harta. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam
bersabda: "Jangan sekali-kali kamu mendo`akan buruk terhadap diri kamu dan juga terhadap anak-anak
kamu dan pula terhadap harta kamu, karena khawatir do`a kamu bertepatan dengan waktu dimana Allah
mengabulkan do`amu". (HR. Muslim).

Merendahkan suara di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Wahai sekalian
manusia, kasihanilah diri kamu, karena sesungguhnya kamu tidak berdo`a kepada yang tuli dan tidak pula
ghaib, sesungguhnya kamu berdo`a (memohon) kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia
selalu menyertai kamu". (HR. Al-Bukhari).

Berkonsentrasi di saat berdo`a. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda: "Berdo`alah kamu
kepada Allah sedangkan kamu dalam keadaan yakin dikabulkan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah
tidak mengabulkan do`a dari hati yang lalai". (HR. At-Turmudzi dan dihasankan oleh Al-Albani).

Tidak memaksa bersajak di dalam berdo`a. Ibnu Abbas pernah berkata kepada `Ikrimah: "Lihatlah sajak dari
do`amu, lalu hindarilah ia, karena sesungguhnya aku memperhatikan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam dan para shahabatnya tidak melakukan hal tersebut".(HR. Al-Bukhari)..
JAWABAN TERHADAP PLURALISME

Akhir-akhir ini beredar pema-haman yang menggoyahkan keimanan, mengaburkan, dan membuat keragu-
raguan (tasykik) dalam dada Muslimin. Maka diacak-acaklah bibit fitrah keimanan kaum terpelajar bahkan
eksekutif —yang kondisi ekonominya mapan dan ingin mencari kedamaian lewat agama — dengan trik-trik
yang cukup memukau, namun sebenarnya adalah racun penghapus keimanan. Yaitu di antaranya
ditawarkan faham-faham yang membabat Islam, misalnya faham pluralisme yang menganggap semua
agama itu sama saja, tujuannya sama, semua mengajarkan kebaikan, semuanya masuk surga, sama dan
sejajar, paralel, dan kita tidak boleh memandang agama lain dengan kacamata agama kita sendiri. Dengan
tawaran yang tampaknya toleran, adil, humanis, dan sesuai dengan kondisi itu, si Muslim yang awam yang
telah terseret ke penawaran ini kemudian masuk ke jerat yang mencopot keimanan tanpa terasa. Sehingga,
sebenarnya fahamnya telah berbalik dari faham fitrah Islami menjadi faham yang membuang Islam dan
mengakui semua agama itu sama. Dan itulah titik temu dari faham pluralisme yang dicanangkan oknum
Nasrani, John Harwood Hich dalam bukunya God and the Universe of Faiths (1973), dan faham tokoh sufi/
tasawuf sesat Ibnu Arabi (560-638H/1165-1240M) yang menca-nangkan Wihdatul Adyan, penyatuan agama-
agama, di samping faham kemusyrikan bikinan Ibnu Arabi yang terkenal dengan sebutan wihdatul wujud ,
menyatunya kawula (hamba) dengan Gusti (Tuhan). Dianggapnya itu adalah maqom (tingkatan) tertinggi,
padahal justru itulah tingkatan yang paling jauh sesatnya, karena telah musyrik sekaligus kafir.
Masalah pencampur adukan antara yang haq dengan yang batil itu adalah puncak pengaburan, sehingga
tidak jelas lagi batilnya. Padahal di dalam Islam, seseorang hanya mengaburkan jati dirinya yang mestinya
laki-laki namun meniru-niru perempuan atau perempu-an namun meniru-niru laki-laki saja sangat dilaknat.
Namun kini pengaburan-pengaburan itu bukan sekadar penga-buran jenis kelamin, namun bahkan
pengaburan agama Islam sebagai satu-satunya agama yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Paradigma plural (pluralisme): Setiap agama adalah jalan keselamatan. Perbedaan agama satu dengan
yang lain, hanyalah masalah teknis, tidak prinsipil. Pandangan plural ini tidak hanya berhenti pada sikap
terbuka, melainkan juga sikap paralelisme. Yaitu sikap yang memandang semua agama sebagai jalan-jalan
yang sejajar. Dengan itu, klaim kristianitas bahwa ia adalah satu-satunya jalan (paradigma ekskulsif) atau
yang melengkapi jalan yang lain (paradigma inklusif) harus ditolak demi alasan-alasan teologis dan
fenomenologis (Rahman: 1996). (Abdul Moqsith Ghazali, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Jakarta, Media
Indonesia, Jum'at 26 Mei 2000, hal 8).
Dalam ayat berikut ditegaskan, yang artinya: "Sebahagian diberiNya petunjuk dan sebahagian lagi telah
pasti kesesatan bagi mereka. Sesungguhnya mereka menjadikan syaitan-syaitan pelindung (mereka) selain
Allah, dan mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk." (QS Al-A'raf: 30).
Kita tanyakan kepada kaum pluralis. Kalau menurut pandangan pluralis: Bahwa semua agama itu sama,
sejajar, hanya beda teknis; Ini apakah artinya, semua itu tidak ada yang mendapat petunjuk? Ataukah tidak
ada yang sesat? Ataukah semuanya mendapat petunjuk, atau semuanya sesat? Apakah Semuanya tunduk
kepada Allah, ataukah semuanya tunduk kepada syetan?
Jelas-jelas paradigma pluralis itu bertentangan dengan ayat. Dan juga bertentangan dengan do'a kita setiap
shalat, yang artinya:
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni'mat kepada
mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi), dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani)."
(Al-Fatihah: 6,7).

Dalil-dalil menjawab ahli tasykik


Untuk menjawab golongan tasykik (menyebarkan keragu-raguan) itu, perlu disimak ayat-ayat, hadits, sirah
Nabi Muhammad yang riwayatnya otentik, murni.
Kalau semua agama itu sama, sedang mereka yang beragama Yahudi, Nasrani, dan Shabi'in itu cukup
hanya mengamalkan agamanya, dan tidak usah mengikuti Nabi Muhammad , maka berarti membatalkan
berlakunya sebagian ayat Allah dalam Al-Qur'an. Di antaranya ayat, yang artinya:
"Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk seluruh manusia." (As-Saba': 28).
"Katakanlah (hai Muhammad): Hai manusia! Sesungguhnya aku utusan Allah kepada kamu semua." (Al-
A'raaf: 158).
Apakah mungkin ayat itu dianggap tidak berlaku? Dan kalau tidak meyakini ayat dari Al-Qur'an, maka
hukumnya adalah ingkar terhadap Islam itu sendiri. Kemudian masih perlu pula disimak hadits-hadits.
Sabda Nabi Shallallahu alaihi wasalam :
"Dahulu Nabi diutus khusus kepada kaumnya, sedangkan aku (Muhammad) diutus untuk seluruh manusia."
(Diriwa-yatkan Al-Bukhari 1/ 86, dan Muslim II/ 63, 64).
Dalam hadits lain disebutkan: Diriwayatkan dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw bahwa beliau bersabda:
"Demi Dzat yang jiwa Muhammad ada di tanganNya, tidaklah seseorang dari Ummat ini yang mendengar
(agama)ku, baik dia itu seorang Yahudi maupun Nasrani, kemudian dia mati dan belum beriman dengan apa
yang aku diutus dengannya, kecuali dia termasuk penghuni neraka." (Hadits Riwayat Muslim bab Wujubul
Iimaan birisaalati nabiyyinaa saw ilaa jamii'in naasi wa naskhul milal bimillatihi, wajibnya beriman kepada
risalah Nabi kita saw bagi seluruh manusia dan penghapusan agama-agama dengan agama beliau).
Konsekuensi dari ayat dan hadits itu, Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam sebagai pengemban
risalah yang harus menyampaikan kepada umat manusia di dunia ini, maka terbukti Nabi Shallallahu alaihi
wasalam mendakwahi raja-raja yang beragama Nasrani dan bahkan raja atau kaisar beragama Majusi.
Seandainya cukup orang Yahudi dan Nasrani itu menja-lankan agamanya saja dan tidak usah memasuki
Islam, maka apa perlunya Nabi Muhammad n mengirimkan surat kepada Kaisar Heraclius dan Raja Negus
(Najasi) yang keduanya beragama Nasrani, sebagaimana Kaisar Kisra di Parsi (Iran) yang beragama Majusi
(penyembah api), suatu kepercayaan syirik yang amat dimurkai Allah Subhanahu wa Ta'ala .
Sejarah otentik yang tercatat dalam kitab-kitab hadits menyebutkan bukti-bukti, Nabi berkirim surat
mendakwahi Kaisar dan raja-raja Nasrani maupun Majusi untuk masuk Islam agar mereka selamat di akhirat
kelak. Bisa dibuktikan dengan surat-surat Nabi n yang masih tercatat di kitab-kitab hadits sampai kini. Di
antaranya surat-surat kepada Raja Najasi di Habasyah (Abesinea, Ethiopia), Kaisar Heraclius penguasa
Roma-wi, Kisra penguasa Parsi, Raja Muqouqis di Mesir, Raja al-Harits Al-Ghassani di Yaman, dan kepada
Haudhah Al-Hanafi. (Ustadz Hartono A Jaiz dkk, Kematian lady Diana Mengguncang Akidah Umat, Darul
Falah, Jakarta, cetakan I, 1418H, halaman 44-46.)
Dalam surat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam yang ditujukan kepada Kaisar Heraclius (lafazh
lengkapnya bisa dilihat dalam riwayat Al-Bukhari IV/57 dan Muslim II/90-91), beliau menegaskan, Apabila
Anda menolak, maka Anda akan menanggung dosa-dosa orang-orang arisiyyin (penganut) Arianisme
(ajaran Arius, uskup Iskandariyah 256-336M, pen). Perlu diketahui Arianisme adalah ajaran Arius (256-
336M), seorang ahli ilmu agama bangsa Libia, Uskup di Iskandariah, mengajarkan bahwa sebelum
penciptaan umum, Tuhan telah menciptakan dan melahirkan seorang putera, makhluk yang pertama, tetapi
tidak abadi dan tidak sama dengan Sang Rama (Ensiklopedi Umum, hal. 79). Kepercayaan itu menurut
Islam jelas syirik, orangnya disebut musyrik, suatu dosa yang paling besar karena menyekutukan Allah
Subhanahu wa Ta'ala .
Bagaimana bisa dikatakan bahwa orang-orang ahli kitab sekarang pun akan masuk surga nantinya seperti
yang didakwakan oleh sebagian ahli tasykik, padahal Nabi Muhammad n menyurati Kaisar Heraclius sejelas
itu? Kalau Heraclius yang Nasrnai itu tidak mau masuk Islam, maka akan menanggung dosa orang-orang
Arianisme, yaitu kepercayaan yang menurut Islam adalah musyrik. Dan karena Nasrani itu termasuk ahli
kitab, maka masih ditawari pula untuk menjalankan yang sama dengan Islam:
Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) dalam satu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara
kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatu pun,
dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah. Jika mereka
berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah
diri (kepada Allah)."
Ajakan itupun kalau diikuti, berarti mengikuti ajakan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam yakni
mempercayai Nabi terakhir yang mengajak Kaisar kepada kalimatun sawaa' (kalimat yang sama) itu. Dan
risikonya, kalau ajakan itu diikuti, berarti ambruklah sistem kepasturan dan kerahiban di dalam tatacara ahli
kitab. Dengan ambruknya sistem kependetaan, kepasturan, dan kerahiban itu hapus pula segala sabda-
sabda dalam kitab-kitab maupun aturan-aturan yang mereka bikin-bikin. Yang ada justru ajaran murni di
antaranya adalah khabar tentang akan adanya utusan Allah yang bernama Ahmad yaitu Muhammad .
Dari sini tidak bisa mengelak lagi kecuali mengikuti ajaran Nabi Muhammad alias masuk Islam.

Jalan keluarnya
Bagaimana menghadapi itu semua? Tentu saja kita harus kembali kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah
shahihah sesuai dengan pemahaman yang disampaikan oleh Nabi Shallallahu alaihi wasalam , difahami dan
diamalkan oleh para Sahabat, Tabi'in, dan Tabi'it Tabi'in. Itulah jalan dan manhaj yang perlu ditempuh oleh
Ummat Islam, setelah aneka jenis penyelewengan telah dibidikkan dan bahkan dijejalkan kepada Ummat ini
dengan aneka cara. Ibarat cara-cara munafiqin dalam membangun masjid dhirar adalah dengan dalih untuk
menolong kaum tua, kaum lemah yang tidak tahan dinginnya malam, agar dekat tempatnya dsb. Dalih-dalih
itu wajib dipatahkan, sedang bangunan mereka pun wajib dihancur leburkan. Demikian pula bangunan
berupa pemahaman dan pemikiran yang merusak Islam, wajib dihancur leburkan, dibalikkan kepada
pencetus dan penganjur-penganjurnya, agar menimbuni mereka bagaikan longsoran bangunan yang akan
menimpa mereka di jahannam, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur'an. (Dept. Ilmiyah)

Rujukan: 1. Shahih Al-Bukhari, 2 Shahih Muslim, 3 Zaadul Ma'ad, 4 Tsawuf Pluralisme dan Pemurtadan. 5
Berbagai sumber lain.
http://www.alsofwah.or.id/html/indeks_kajian.html

Pendidikan Anak Dalam Islam


( Yusuf Muhammad Al-Hasan )
Menggapai Kehidupan Bahagia
( Syaikh Abdurrahman Bin As-Sa'dy )
Darah Kebiasaan Wanita
( Syaikh Muhammad bin Shaleh Al 'Utsaimin )
Saudariku Apa Yang Menghalangimu Untuk Berhijab..."
( Syaikh Abdul Hamid Al Bilaly )
KITAB TAUHID
( Syaikh Muhammad At Tamimi)
Tatacara Haji , Umrah dan Hukum Shalat di Masjid Nabawi
( Yusuf bin Abdullah bin Ahmad Al-Ahmad
Risalah Tentang "Sihir & perdukunan"
( Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz )
Risalah Ramadhan
( Syaikh Abdullah bin Jaarullah bin Ibrahim Al Jaarullah )
Tuntunan Shalat Menurut Al-quran & As Sunnah
( Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin )
40 Nasehat Memperbaiki Rumah Tangga
( Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid )
Kitab Tauhid 1
( Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan )
Jangan Dekati Zina
( Imam Ibnu Qayyim Al-jauziyah )
Panah Setan
( Shalih bin Muhammad Al-Wunaiyyan )
Malapetaka Akhir Zaman & Cara Mengatasinya
( Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin )
Silaturrahim
( Khalid Ar-Rasyid )
Inti Ajaran Islam
( Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz )
Tiga Masalah Penting Tentang Shalat
( Syaikh Abdul Aziz Bin Abdullah Bin Baz )
Panduan Praktis Menghitung Zakat
( Adil Rasyad Ghanim )
Kunci-Kunci Rizki Menurut Al-Qur'an & As-Sunnah
( Dr. Fadhl Ilahi )
Jalan Golongan Selamat
( Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu )
Tasawuf "Bualan Kaum sufi Ataukah Sebuah Konspirasi ?"
( Dr. Ihsan Ilahi Zhahir )
Sehari di Kediaman Rasulullah
Oleh : Abdul Malik bin Muhammad bin Abdur Rahman Al-Qasim
Tata-Cara Berwudhu
Oleh : Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin
" Etika Kehidupan Muslim Sehari-hari "
Oleh : Al-Qismu Al-Ilmi-Dar Al-Wathan

KAYU BAKAR API NERAKA


(Kaum wanita adalah yang paling banyak, kenapa?)

Mukaddimah
Islam adalah agama yang universal dan sangat memperhatikan permasalahan yang berkaitan dengan
wanita secara transparan dan proporsional. Ia menempatkan wanita dalam kedudukan yang layak dan
bermartabat dimana sebelumnya di masa Jahiliyyah, dianggap sebagai "harta pusaka" yang diwariskan dan
dipergilirkan; dia dapat diwariskan kepada anak. Disamping itu, dia juga dianggap sebagai noda yang dapat
mencemarkan keluarga bila terlahirkan ke dunia sehingga harus dienyahkan dari muka bumi sebelum
sempat menghirup udara kehidupan dengan cara menanamnya hidup-hidup.
Kedudukannya yang semacam inilah kemudian diangkat dan dihormati setinggi-tingginya oleh Islam,
diantaranya; dia dijadikan orang yang paling pertama harus dipersembahkan bakti kepadanya ketika menjadi
seorang ibu, adanya satu surat dalam al-Qur'an yang dinamakan dengan kaumnya (an-Nisa'), menjanjikan
bagi orangtua yang berhasil mendidiknya sebagai jalan masuk surga, dan banyak lagi yang lain.
Namun begitu, Islam juga menyebutkan bahwa kaum wanita adalah orang-orang yang kurang akal dan
diennya, banyak mengeluh/permintaan serta suka memungkiri kebaikan suami.
Berkaitan dengan yang terakhir ini, sudah bukan merupakan rahasia lagi bahwa di abad kontemporer ini
banyak sekali isteri-isteri -yang barangkali karena memiliki jasa dan andil dalam pemenuhan anggaran
belanja rumah tangganya- merasa diatas angin dan tidak sedikit yang semena-mena terhadap suami. Hal ini
terjadi, lebih dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap agama yang merupakan sesuatu yang esensial
bagi seorang calon suami sebelum berubah menjadi suami melalui aqad yang sah. Sang suami hendaknya
dalam memilih calon isteri lebih memprioritaskan sisi keshalihahannya.
Karena kurangnya pemahaman agama, sang isteri tidak mengetahui bahwa sebenarnya agama
mewajibkannya untuk patuh dan taat kepada suami bahkan kerelaan suami terhadapnya ibarat prasyarat
masuk ke surga –disamping syarat-syarat yang lain yang berkaitan dengan syarat diterimanya amal manusia
secara umum- sebagaimana dalam makna hadits yang menyatakan bahwa siapa saja isteri yang meninggal
dunia sementara suaminya rela terhadapnya maka dia akan masuk surga.
Dari kurangnya pemahaman agama tersebut kemudian berdampak kepada banyak kaum wanita yang
bekerja di luar rumah dan berbaur dengan kaum lelaki dengan anggapan bahwa mereka memiliki hak yang
sama dengan kaum pria dalam segala bidang tanpa terkecuali, sebagaimana yang digembar-gemborkan
oleh kaum feminis, termasuk dalam urusan rumah tangga. Lapangan kerja yang disesaki oleh tenaga wanita
mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran di kalangan kaum pria, terutama bagi mereka yang
sudah berkeluarga namun tidak memiliki skil yang cukup untuk bekerja sehingga mendorong sang isteri
untuk keluar rumah, terkadang menggantikan posisi suami dalam memenuhi kebutuhan keluarganya.
Tentunya hal ini memiliki implikasi negatif, belum lagi dari sisi syar'inya, terhadap watak sang isteri. Dia
seakan merasa telah berjasa dan memiliki andil dalam menghidupi keluarganya sedangkan sang suami
hanya seorang penganggur. Atau dalam kondisi yang lain, dia memiliki pekerjaan dan gaji yang jauh lebih
tinggi dari sang suami. Hal ini, kemudian dijadikan alasan yang kuat untuk memberontak, menyanggah,
meremehkan bahkan memperbudak sang suami. Suami yang, misalnya, memiliki gaji kecil terkadang nafkah
yang diberikannya kepada keluarga, disambut oleh isterinya dengan rasa ketidakpuasan dan kurang
berterimakasih. Apalagi, bila kebetulan sang isteri juga bekerja dan gajinya lebih besar dibanding suami,
tentu akan lebih parah lagi sikapnya terhadap suaminya yang seorang penganggur atau bergaji kecil. Dalam
pada itu, hanya wanita-wanita shalihah yang memahami agama mereka dengan baik dan tahu bagaimana
bersikap kepada suami-lah yang terselamatkan dari kondisi seperti itu.
Mengingat betapa urgennya pembahasan tentang hal ini dari sisi agama dan perlunya kaum wanita
mengetahuinya, khususnya tentang ancaman terhadap wanita yang melakukan hal tersebut alias banyak
mengeluh/permintaan dan suka memungkiri kebaikan suami, maka kami berupaya menuangkannya dalam
bagian pembahasan hadits kali ini-disamping pembahasan tentang hal yang lain- dengan harapan, kiranya
ada dari sekian banyak kaum wanita, yang menyempatkan diri membaca tulisan ini. Kami mengambil materi
pembahasan hadits ini dari sebuah kajian hadits berbahasa Arab oleh seorang Syaik dan kami anggap laik
untuk diturunkan.
Kami berharap bagi pembaca yang kebetulan menemukan kesalahan, khususnya dari sisi materi dan
bahasa (terjemahan), agar sudi kiranya memberikan masukan yang positif kepada kami sehingga pada
pembahasan hadits selanjutnya dapat dihindarkan. Wallaahu a'lam.

Naskah Hadits
Dari Jabir bin 'Abdullah –radhiallaahu 'anhuma- dia berkata: "Aku melaksanakan shalat pada hari 'Ied
bersama Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam ; beliau memulai dengan shalat dulu sebelum khuthbah,
tanpa azan dan iqamah, kemudian berdiri sambil merangkul Bilal. Beliau memerintahkan untuk bertaqwa
kepada Allah, mengajak berbuat ta'at kepadaNya, mewasiati manusia dan mengingatkan mereka, kemudian
beliau berlalu (setelah berbicara panjang lebar-red) hingga mendatangi (menyentuh permasalahan-red)
kaum wanita lantas mewasiati dan mengingatkan mereka, sembari bersabda: ' bersedekahlah! Karena
sesungguhnya kebanyakan kalian adalah (menjadi) kayu api neraka Jahannam'. Lalu seorang wanita yang
duduk ditengah-tengah mereka berkata: kenapa demikian wahai Rasulullah?. Beliau menjawab: 'karena
kalian banyak keluhkesah/ permintaannya dan memungkiri (kebaikan yang diberikan oleh) suami'.
Jabir berkata: "lalu mereka bersedekah dengan perhiasan-perhiasan mereka dan melempar anting-anting
dan cincin-cincin mereka kearah pakaian bilal". (H.R.Muttafaqun 'alaih).

Sekilas tentang periwayat hadits


Dia adalah seorang shahabat yang agung, Jabir bin 'Abdullah bin 'Amru bin Haram al-Anshary. Dia dan
ayahnya mendampingi Rasulullah sebagai shahabat. Bersama ayahnya menyaksikan "Bai'atul 'Aqabah al-
Akhirah". Ayahnya termasuk salah seorang "Nuqaba' " (pemimpin suku) yang ikut dalam bai'at tersebut. Dia
ikut serta dalam banyak peperangan bersama Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam. Dia berkata:"Aku ikut
serta berperang bersama Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam sebanyak 19 kali peperangan". Dia adalah
salah seorang dari "al-Muktsirûn li riwâyatil hadits" (kelompok shahabat yang paling banyak
meriwayatkan hadits) dari Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam. Dia memiliki halaqah (kelompok
pengajian) di al- Masjid an-Nabawy. Halaqah ini banyak dihadiri oleh orang-orang yang ingin menggali ilmu
darinya. Dia juga termasuk orang yang dipanjangkan umurnya oleh Allah dan merupakan salah seorang
shahabat yang paling belakangan meninggal di Madinah. Dia wafat disana pada tahun 78 H dalam usia 94
tahun.

Faedah-Faedah Hadits Dan Hukum-Hukum Terkait


Hadits yang mulia diatas menjelaskan beberapa hukum yang terkait dengan shalat 'Ied, diantaranya:
Hadits tersebut menyatakan bahwa dalam shalat 'Ied tidak ada azan dan iqamah.
Khuthbah 'Ied hendaknya mencakup ajakan agar bertaqwa kepada Allah Ta'âla sebab ia merupakan kolektor
semua kebaikan, demikian pula ajakan agar berbuat ta'at kepada-Nya dan saling mengingatkan dalam hal
itu.
Khuthbah dilakukan setelah shalat 'Ied bukan sebelumnya sepertihalnya pada shalat Jum'at. Masing-masing
dari keduanya memiliki dua khuthbah * akan tetapi pada shalat Jum'at dilakukan sebelum shalat sedangkan
pada 'Ied dilakukan sesudah shalat. Inilah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallâhu 'alaihi wasallam dan
para Khalifah-nya ar-Rasyidun. * terdapat perbedaan pendapat mengenai jumlah khuthbah shalat 'Ied; ada
ulama yang mengatakan sekali saja dan ada yang mengatakan dua kali. Ibnu Qayyim al-Jauziah nampaknya
menguatkan pendapat kedua, yakni dua kali.
Shalat dalam dua 'Ied hukumnya adalah fardhu kifayah; untuk itu seorang Muslim harus berupaya secara
optimal dalam melakuksanakannya, menghadiri serta mendengarkan khuthbahnya agar mendapatkan
pahala dan mendapatkan manfaat dari wejangan dan at-Tadzkir (peringatan) yang disampaikan oleh
Imam/khathib.
Islam sangat memperhatikan eksistensi kaum wanita dan menempatkan mereka kepada kedudukan
yang agung dan tinggi; spesialisasi serta karakteristik mereka dalam beberapa hukum terlihat dalam
hadits diatas,
diantaranya:
Bahwa Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam mengkhususkan bagian khuthbah tersendiri buat mereka dalam
khuthbah 'Ied, setelah mewasiati dan mengingatkan kaum lelaki. Untuk itu, hendaknya seorang
Imam/khathib pada 'Ied mengkhususkan khuthbahnya untuk mereka dan membicarakan problematika
mereka. Khuthbah khusus ini diberikan bila mereka tidak mendengarkan khuthbah yang bersifat umum akan
tetapi bila mereka mendengarkannya maka hendaknya dia menjadikan sebagian dari khuthbah tersebut,
khusus berkaitan dengan perihal kaum wanita.
Bahwa seorang wanita diharamkan berbaur dengan kaum lelaki atau berjejal dengan mereka baik hal itu
dilakukan di masjid-masjid ataupun di tempat lainnya. Akan tetapi semestinya, kaum wanita berada di
tempat-tempat yang sudah dikhususkan untuk mereka. Hal ini dimaksudkan agar terhindar dari hal-hal yang
menyebabkan timbulnya fitnah atau menjadi sarana dalam melakukan hal-hal yang diharamkan. Tidak
berbaurnya wanita dengan kaum lelaki sudah merupakan kaidah umum yang wajib difahami oleh seorang
wanita Muslimah dan wali-nya karena banyak sekali faedah-faedah yang didapat dari hal tersebut.
Mendapatkan 'ilmu merupakan hak semua orang; laki-laki dan wanita, untuk itu hendaknya seorang wanita
berupaya secara optimal dalam menuntut ilmu yang dengannya dia memahami agamanya. Diantara sarana
itu adalah: gairah serta semangatnya dalam mendengarkan wejangan-wejangan, juga, bertanya tentang hal-
hal yang sulit baginya, sebagaimana tampak dalam hadits diatas.
Secara global kaum wanita memiliki sifat-sifat, diantaranya: banyak keluhan/permintaan dan memungkiri
kebaikan suami alias terhadap nafkah yang telah diberikan olehnya. Sifat-sifat ini merupakan sifat yang
tercela yang dapat menggiringnya ke neraka. Oleh karena itu, seorang wanita Muslimah harus menghindari
hal itu dan berupaya keras untuk menjauhinya.
Ciri khas seorang wanita Muslimah adalah bersegera dalam berbuat kebajikan dan memenuhi panggilan
iman. Hendaklah dia menambah aset kebajikannya sebanyak yang mampu dilakukan.
Kepemilikan terhadap harta merupakan hak laki-laki dan wanita, masing-masing memiliki harta secara
sendiri-sendiri dan kewenangan dalam memberdayakannya; oleh karena itulah, isteri-isteri para shahabat
bersegera dalam menginfaqkan harta-harta mereka tanpa meminta izin terlebih dahulu dari suami-suami
mereka. Seorang wanita berhak memberdayakan hartanya dan menginfaqkannya meskipun tidak mendapat
izin dari sang suami. Dalam hal ini, Nabi Shallallâhu 'alaihi wasallam telah menyetujui tindakan isteri-isteri
para shahabat radhiallaahu 'anhunna.
Khathib dan Penceramah memiliki tanggung jawab yang besar
Hal ini disebabkan mereka adalah bertindak sebagai orang yang menyampaikan permasalahan halal dan
haram dari Allah Ta'ala. Dari sini, seorang khathib hendaknya melakukan tanggung jawab tersebut sebaik-
baiknya; menceramahi manusia dengan apa yang mereka ketahui, mengajarkan mereka hal-hal yang
bersifat agamis dan duniawi yang tidak mereka ketahui, mensugesti mereka untuk berbuat kebajikan,
memperingatkan mereka dari berbuat kejahatan serta menjelaskan kepada mereka hal-hal yang dapat
mendekatkan diri mereka kepada surga dan menyelamatkan mereka dari neraka. Demikian pula, hendaknya
mereka menghindari berbicara tentang hal-hal yang tidak bersinggungan langsung dengan kepentingan
umum kaum muslimin dan hal yang tidak bermanfaat bagi agama mereka.
Sedekah memiliki faedah yang besar dan buah yang agung di dunia dan akhirat
Diantaranya; bahwa ia menjaga dari keterjerumusan kedalam api neraka, dan ini diperkuat oleh sabda beliau
yang lain: "takutlah kepada api neraka meskipun (bersedekah) dengan sebelah dari buah tamar/kurma".
Islam selalu berupaya agar seorang Muslim dalam berinteraksi dengan orang lain menggunakan
manhaj yang transfaran dan proporsional meskipun terhadap orang yang paling dekat hubungannya
dengannya
Dengan demikian, dia mesti meletakkan sesuatu sesuai dengan proporsinya; yang memiliki keutamaan
ditempatkan sesuai dengan keutamaannya, yang memiliki hak diberikan haknya yang sepatutnya, tidak
mengurangi hak manusia, menjauhi setiap hal yang dapat menyakiti mereka serta menghindari perkataan
yang kotor dan mungkir terhadap jasa yang telah diberikan kepadanya.
Seorang penuntut ilmu harus haus akan ilmu, banyak bertanya kepada gurunya tentang kesulitan
yang dihadapinya
Namun, hendaknya pertanyaan yang disampaikan dilakukan dengan penuh kesopanan dan tatakrama agar
dia mendapatkan jawaban sesuai dengan apa yang diinginkannya dari gurunya tersebut. (Rabu, 27-2-2002
M=15-12-1422 H)
Sistem Masyarakat Islam dalam
Al Qur'an & Sunnah
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
POLIGAMI
Orang-orang Kristen dan Orientalis menjadikan tema poligami ini seakan merupakan syi'ar dari syi'ar-syi'ar
Islam, atau salah satu perkara yang wajib, atau minimal sunnah untuk dilaksanakan. Yang demikian ini tidak
benar alias penyesatan, karena dalam praktek pada umumnya seorang Muslim itu menikah dengan satu
isteri yang menjadi penentram dan penghibur hatinya, pendidik dalam rumah tangganya dan tempat untuk
menumpahkan isi hatinya. Dengan demikian terciptalah suasana tenang, mawaddah dan rahmah, yang
merupakan sendi-sendi kehidupan suami isteri menurut pandangan Al Qur'an.
Oleh karena itu ulama mengatakan, "Dimakruhkan bagi orang yang mempunyai satu isteri yang mampu
memelihara dan mencukupi kebutuhannya, lalu dia menikah lagi. Karena hal itu membuka peluang bagi
dirinya untuk melakukan sesuatu yang haram. Allah berfirman:
"Dan kamu sekali-kali ridak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung.." (An-Nisa': 129)
Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa yang mempunnyai dua isteri, kemudian lebih mencintai kepada salah satu di antara keduanya
maka ia datang pada hari kiamat sedangkan tubuhnya miring sebelah. " (HR. Al Khamsah)
Adapun orang yang lemah (tidak mampu) untuk mencari nafkah kepada isterinya yang kedua atau khawatir
dirinya tidak bisa berlaku adil di antara kedua isterinya, maka haram baginya untuk menikah lagi, Allah SWT
berfirman,
"Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja..." (An-Nisa': 3)
Apabila yang utama di dalam masalah pernikahan adalah cukup dengan satu isteri karena menjaga
ketergelinciran, dan karena takut dari kepayahan di dunia dan siksaan di akhirat, maka sesungguhnya di
sana ada pertimbangan-pertimbangan yang manusiawi, baik secara individu ataupun dalam skala
masyarakat sebagaimana yang kami jelaskan. Islam memperbolehkan bagi seorang Muslim untuk menikah
lebih dari satu (berpoligami), karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fithrah yang bersih, dan
memberikan penyelesaian yang realistis dan baik tanpa harus lari dari permasalahan.
Poligami pada Ummat Masa Lalu dan Pada Zaman Islam
Sebagian orang berbicara tentang poligami, seakan-akan Islam merupakan yang pertama kali
mensyari'atkan itu. Ini adalah suatu kebodohan dari mereka atau pura-pura tidak tahu tentang sejarah.
Sesungguhnya banyak dari ummat dan agama-agama sebelum Islam yang memperbolehkan menikah
dengan lebih dari satu wanita, bahkan mencapai berpulah-puluh orang atau lebih, tak ada persyaratan dan
tanpa ikatan apa pun.
Di dalam Injil Perjanjian Lama diceritakan bahwa Nabi Dawud mempunyai isteri tiga ratus orang, dan Nabi
Sulaiman mempunyai tujuh ratus orang isteri.
Ketika Islam datang, maka dia meletakkan beberapa persyaratan untuk bolehnya berpoligami, antara lain
dari segi jumlah adalah maksimal empat. Sehingga ketika Ghailan bin Salamah masuk Islam sedang ia
memiliki sepuluh isteri, maka Nabi SAW bersabda kepadanya, "Pilihlah dari sepuluh itu empat dan
ceraikanlah sisanya." Demikian juga berlaku pada orang yang masuk Islam yang isterinya delapan atau lima,
maka Nabi SAW juga memerintahkan kepadanya untuk menahan empat saja.
Adapun pernikahan Rasulullah SAW dengan sembilan wanita ini merupakan kekhususan yang Allah berikan
kepadanya, karena kebutuhan dakwah ketika hidupnya dan kebutuhan ummat terhadap mereka setelah
beliau wafat, dan sebagian besar dari usia hidupnya bersama satu isteri.
Adil Merupakan Syarat Poligami
Adapun syarat yang diletakkan oleh Islam untuk bolehnya berpoligami adalah kepercayaan seorang Muslim
pada dirinya untuk bisa berlaku adil di antara para isterinya, dalam masalah makan, minum, berpakaian,
tempat tinggal, menginap dan nafkah. Maka barangsiapa yang tidak yakin terhadap dirinya atau
kemampuannya untuk memenuhi hak-hak tersebut dengan adil, maka diharamkan baginya untuk menikah
lebih dari satu. Allah berfirman:
"Jika kamu takut berlaku tidak adil maka cukuplah satu isteri" (An-Nisa':3)
Kecenderungan yang diperingatkan di dalam hadits ini adalah penyimpangan terhadap hak-hak isteri, bukan
adil dalam arti kecenderungan hati, karena hal itu termasuk keadilan yang tidak mungkin dimiliki manusia
dan dimaafkan oleh Allah.
Allah SWT berfirman:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isten(mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung." (An-Nisa': 129)
Oleh karena itu, Rasulullah SAW menggilir isterinya dengan adil, beliau selalu berdoa, "Ya Allah inilah
penggiliranku (pembagianku) sesuai dengan kemampuanku, maka janganlah Engkau mencelaku terhadap
apa-apa yang Engkau miliki dan yang tidak saya miliki." Maksud dari doa ini adalah kemampuan untuk
bersikap adil di dalam kecenderungan hati kepada salah seorang isteri Nabi.
Rasulullah SAW apabila hendak bepergian membuat undian untuk isterinya, mana yang bagiannya keluar
itulah yang pergi bersama beliau. Beliau melakukan itu untuk menghindari keresahan hati isteri-isterinya dan
untuk memperoleh kepuasan mereka.
Hikmah Diperbolehkannya Poligami
Sesungguhnya Islam adalah risalah terakhir yang datang dengan syari'at yang bersifat umum dan abadi.
Yang berlaku sepanjang masa, untuk seluruh manusia.
Sesungguhnya Islam tidak membuat aturan untuk orang yang tinggal di kota sementara melupakan orang
yang tinggal di desa, tidak pula untuk masyarakat yang tinggal di iklim yang dingin, sementara melupakan
masyarakat yang tinggal di iklim yang panas. Islam tidak pula membuat aturan untuk masa tertentu,
sementara mengabaikan masa-masa dan generasi yang lainnya. Sesungguhnya ia memperhatikan
kepentingan individu dan masyarakat.
Ada manusia yang kuat keinginannya untuk mempunyai keturunan, akan tetapi ia dikaruniai rezki isteri yang
tidak beranak (mandul) karena sakit atau sebab lainnya. Apakah tidak lebih mulia bagi seorang isteri dan
lebih utama bagi suami untuk menikah lagi dengan orang yang disenangi untuk memperoleh keinginan
tersebut dengan tetap memelihara isteri yang pertama dan memenuhi hak-haknya.
Ada juga di antara kaum lelaki yang kuat keinginannya dan kuat syahwatnya, akan tetapi ia dikaruniai isteri
yang dingin keinginannya terhadap laki-laki karena sakit atau masa haidnya terlalu lama dan sebab-sebab
lainnya. Sementara lelaki itu tidak tahan dalam waktu lama tanpa wanita. Apakah tidak sebaiknya
diperbolehkan untuk menikah dengan wanita yang halal daripada harus berkencan dengan sahabatnya atau
daripada harus mencerai yang pertama.
Selain itu jumlah wanita terbukti lebih banyak daripada jumlah pria, terutama setelah terjadi peperangan
yang memakan banyak korban dari kaum laki-laki dan para pemuda. Maka di sinilah letak kemaslahatan
sosial dan kemaslahatan bagi kaum wanita itu sendiri. Yaitu untuk menjadi bersaudara dalam naungan
sebuah rumah tangga, daripada usianya habis tanpa merasakan hidup berumah tangga, merasakan
ketentraman, cinta kasih dan pemeliharaan, serta nikmatnya menjadi seorang ibu. Karena panggilan fithrah
di tengah-tengah kehidupan berumah tangga selalu mengajak ke arah itu.
Sesungguhnya ini adalah salah satu dari tiga pilihan yang terpampang di hadapan para wanita yang
jumlahnya lebih besar daripada jumlah kaum laki-laki. Tiga pilihan itu adalah:
1. Menghabiskan usianya dalam kepahitan karena tidak pernah merasakan kehidupan berkeluarga dan
menjadi ibu.
2. Menjadi bebas (melacur, untuk menjadi umpan dan permainan kaum laki-laki yang rusak. Muncullah
pergaulan bebas yang mengakibatkan banyaknya anak-anak haram, anak-anak temuan yang kehilangan
hak-hak secara materi dan moral, sehingga menjadi beban sosial bagi masyarakat.
3. Dinikahi secara baik-baik oleh lelaki yang mampu untuk memberikan nafkah dan mampu memelihara
dirinya, sebagai istri kedua, ketiga atau keempat.
Tidak diragukan bahwa cara yang ketiga inilah yang adil dan paling baik serta merupakan obat yang
mujarab. Inilah hukum Islam. Allah berfirman:
"Dan hukum siapakah yang lehih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin." (Al Maidah: 5O)
Poligami Merupakan Sistem yang Bermoral dan Manusiawi
Sesungguhnya sistem poligami yang diatur dalam Islam adalah sistem yang bermoral dan manusiawi.
Manusiawi, karena Islam tidak memperbolehkan bagi laki-laki untuk berhubungan dengan wanita yang ia
sukai di luar pernikahan. Dan sesungguhnya tidak boleh baginya untuk berhubungan dengan lebih dari tiga
wanita selain isterinya. Tidak boleh baginya berhubungan dengan satu dari tiga tersebut secara rahasia,
tetapi harus melalui aqad dan mengumumkannya, meskipun dalam jumlah yang terbatas. Bahkan harus
diketahui juga oleh para wali perempuan tentang hubungan yang syar'i ini, dan mereka menyetujui atau
mereka tidak menentangnya. Harus juga dicatat menurut catatan resmi di kantor yang tersedia untuk aqad
nikah, kemudian disunnahkan mengadakan walimah bagi laki-laki dengan mengundang kawan-kawannya
serta dibunyikan rebana atau musik sebagai ungkapan gembira.
Poligami merupakan sistem yang manusiawi, karena ia dapat meringankan beban masyarakat yaitu dengan
melindungi wanita yang tidak bersuami dan menempatkannya ke shaf para isteri yang terpelihara dan
terjaga.
Selain itu poligami dapat menghasilkan mahar, perkakas rumah dan nafkah. Keberadaannya juga dapat
memberi manfaat sosial yaitu terbinanya bidang kemasyarakatan yang memberi produktivitas bagi ummat
keturunan yang bekerja.
Anak-anak yang dilahirkan dari hasil poligami yang kemudian hidup di masyarakat sebagai hasil jalinan cinta
yang mulia sangat dibanggakan oleh seorang ayah. Demikian juga oleh ummatnya di masa yang akan
datang.
Sesungguhnya sistem poligami sebagaimana yang dikatakan oleh Doktor Musthafa As-Siba'i -rahimahullah--
memberi kesempatan kepada manusia untuk menyalurkan syahwatnya dengan sah dalam batas tertentu,
tetapi beban, kepayahan dan tanggung jawabnya tidak terbatas.
Maka yang demikian itu, sekali lagi, merupakan sistem yang bermoral yang memelihara akhlaq, dan sistem
yang manusiawi yang memuliakan manusia.
Poligami Orang-orang Barat Tidak Bermoral dan Tidak Manusiawi
Bagaimana dengan konsep poligami yang ada pada realitas kehidupan orang-orang Barat, yang ditentang
oleh salah satu penulis dari kalangan mereka? Ada seseorang yang ketika berada di ambang kematian, dia
mengungkapkan pengakuannya kepada dukun. Penulis itu menentang mereka jika ada salah satu di antara
mereka yang tidak mau menyatakan pengakuannya bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan seorang
wanita walaupun hanya sekali dalam hidupnya.
Sesungguhnya poligami di kalangan orang-orang Barat seperti yang digambarkan di atas merupakan
perilaku hidup yang tidak diatur oleh undang-undang. Mereka tidak menamakan wanita yang dikumpulinya
sebagai isteri, tetapi mereka menamakannya sahabat atau pacar (teman kencan). Mereka tidak membatasi
hanya empat orang, tetapi sampai batas yang tak terhitung. Mereka tidak berterus-terang kepada
keluarganya, tetapi melakukan semuanya secara sembunyi-sembunyi. Mereka tidak mau bertanggung jawab
atas biaya untuk para wanita yang pernah dijalininya, bahkan seringkali mengotori kehormatannya,
kemudian ia tinggalkan dalam kehinaan dan memikul beban sakitnya mengandung dan melahirkan yang
tidak halal.
Sesungguhnya mereka tidak mengharuskan pelaku poligami untuk mengakui anak yang diperoleh dari
hubungannya dengan wanita, tetapi anak-anak itu dianggap anak haram yang menanggung sendiri kehinaan
selama hidup.
lnilah praktek poligami yang mereka namakan sah secara hukum. Dan mereka tidak mau menamakan ini
semua dengan istilah poligami. Praktek seperti ini jauh dari perilaku moral atau kesadaran hati atau
perasaan manusiawi.
Sesungguhnya itu merupakan poligami yang memperturutkan syahwat dan egoisme dan membuat orang lari
dari segala tanggung jawab. Maka dari dua sistem tersebut, sistem manakah yang paling bermoral, lebih
bisa mengendalikan syahwat, lebih menghargai wanita dan yang lebih membuktikan kemajuan serta lebih
baik untuk manusia?
Kesalahan dalam Pelaksanaan Poligami
Kita tidak mengingkari adanya banyak dan kaum Muslimin sendiri yang salah dalam melaksanakan
keringanan hukum untuk berpoligami sebagaimana yang telah disyari'atkan oleh Allah. Kita juga melihat
mereka salah dalam mempergunakan rukhsah (keringanan) tentang bolehnya cerai (talak). Dengan
demikian yang salah bukan hukum Islamnya, tetapi kesalahan ada pada manusia dalam penerapannya,
disebabkan kekurangfahaman mereka terhadap ajaran agama atau karena keburukan akhlaq mereka.
Kita lihat ada sebagian mereka yang berpoligami, tetapi ia tidak punya cukup kemauan untuk bersikap adil
sebagaimana disyari'atkan dan disyaratkan oleh Allah dalam masalah poligami, sebagian mereka ada juga
yang berpoligami, tetapi tidak mempunyai kemampuan yang cukup untuk memberi nafkah kepada isteri-isteri
dan anak-anaknya sebagai wujud dari rasa tanggungjawab. Dan sebagian lagi mereka ada yang mampu
untuk memberikan nafkah, tetapi dia tidak mampu untuk menjaga diri.
Kesalahan dalam menggunakan kebenaran ini seringkali menimbulkan akibat-akibat yang membahayakan
keberadaan rumah tangga. Sebagai akibat dari perhatian yang lebih terhadap isteri baru dan menzhalimi
isteri yang lama. Kecintaan yang berlebihan itulah yang menyebabkan ia membiarkan isteri tuanya
terkatung-katung, seakan tidak lagi sebagai isteri dan tidak pula dicerai. Seringkali sikap seperti itu juga
mengakibatkan anak-anak saling membenci, padahal mereka anak dari satu bapak.
Hal ini karena bapaknya tidak mampu berlaku adil di hadapan anak-anaknya, dan tidak bisa sama dalam
memberi materi dan sikap.
Meskipun penyimpangan ini ada, tetapi tidak sampai pada kerusakan sebagaimana yang dialami oleh orang-
orang barat, yaitu dengan melakukan pelecehan moral, sehingga poligami bukanlah menjadi problem di
dalam masyarakat Islam pada umumnya, karena pernikahan dengan satu isteri sekarang ini pun
menimbulkan banyak problem.
Seruan untuk Menolak Poligami
Patut disayangkan bahwa sebagian Du'at Taghrib (Westernisasi) di negara-negara Arab dan Islam
memanfaatkan data dari sebagian kaum Muslimin yang melakukan penyimpangan, sehingga mereka
mengangkat suara mereka (vokal) untuk menutup pintu diperbolehkannya berpoligami secara mutlak.
Mereka bekerja pagi dan petang dan terus menerus mempropagandakan tentang keburukan poligami. Di
saat yang sama mereka diam seperti diamnya orang yang berada di kuburan -diam seribu bahasa--
terhadap keburukan zina yang mereka perbolehkan dan diperbolehkan oleh hukum internasional Barat yang
berlaku juga secara defacto di negara-negara Islam saat ini.
Beberapa mass media telah berperan aktif, khususnya film-film dan sinetron berseri untuk menanamkan
kebencian terhadap poligami, terutama di kalangan kaum wanita, sehingga sebagian wanita lebih rela jika
suaminya jatuh dalam perbuatan dosa besar yaitu zina, daripada harus menikah lagi.
Satu Argumen dari Kaum Anti Poligami
Mereka benar-benar telah berhasil -dalam misinya- di sebagian negara-negara Arab dan Islam, berupa
banyaknya pembuatan undang-undang yang mengharamkan apa yang dihalalkan oleh Allah, yaitu poligami.
Mereka mengikuti undang-undang Barat dan masih ada dari mereka yang terus berupaya untuk
menyebarkannya di negara-negara lainnya. celakanya lagi, dalam masalah ini mereka berusaha
mengatasnamakan syari'at dan berdalil dengan dalil-dalil Al Qur'an yang diputarbalikkan
Mereka beralasan bahwa di antara hak seorang walliyul amri (pemerintah) adalah melarang sebagian hal-hal
yang diperbolehkan demi untuk memperoleh kemaslahatan atau menghindarkan kerusakan. Bahkan
sebagian mereka ada yang terlalu berani untuk berdalil dengan Al Qur'an atas pendapatnya. Mereka
mengatakan, "Sesungguhnya Al Qur'an mensyaratkan bagi orang yang ingin menikah lebih dari satu untuk
memastikan bahwa dirinya akan mampu bersikap adil di antara para isterinya. Sehingga bagi siapa saja
yang takut tidak bisa adil maka cukup dengan satu isteri, sesuai dengan firman Allah SWT:
"Jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja..." (An-Nisa': 3)
lnilah syarat yang dijelaskan oleh Al Qur'an dalam masalah poligami, yakni adil. Tetapi Al Qur'an, menurut
anggapan mereka, juga menjelaskan dalam surat yang sama bahwa adil yang disyaratkan di sini tidak
mungkin bisa dipenuhi dan tidak mungkin bisa dilakukan. Itulah firman Allah SWT:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri(mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung ..."(An-Nisa': 129)
Dengan demikian (kesimpulan mereka) bahwa ayat ini menafikan apa yang sudah ditetapkan oleh ayat
tersebut di atas.
Yang benar bahwa sesungguhnya kesimpulan di atas semuanya tidak benar, dan tidak berdasarkan kritik
ilmiyah yang benar, dan akan kami jelaskan satu demi satu.
Syari'at Tidak Membolehkan Apa Saja yang Mengandung Mafsadah Rajih (Keburukan yang Nyata)
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa poligami itu menimbulkan kerusakan-kerusakan den bahaya-
bahaya dalam rumah tangga dan masyarakat, ini merupakan suatu perkataan yang memuat kesalahan yang
nyata.
Kita katakan kepada mereka bahwa syari'at Islam itu tidak mungkin menghalalkan atas manusia sesuatu
yang membahayakan mereka, sebagaimana tidak mengharamkan kepada mereka sesuatu yang berguna
bagi mereka Bahkan suatu ketetapan yang ada pada nash dan penelitian bahwa syari'at Islam itu tidak
menghalalkan kecuali yang baik dan bermanfaat, dan tidak mengharamkan kecuali yang kotor dan
berbahaya. Inilah yang digambarkan oleh Al Qur'an dengan kata-kata yang mantap dan singkat dalam
menyebutkan sifat Rasulullah SAW Allah berfirman:
." . . Yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar dan menghalalkan bagi yang mereka segala yang baik dan menghararnkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka..." (Al
A'raf:157)
Segala sesuatu yang diperbolehkan oleh syari'at Islam pasti bernilai manfaat yang murni dan segala sesuatu
yang diharamkan oleh syari'at Islam pasti bernilai madharat murni atau yang lebih kuat, ini jelas
sebagaimana disebutkan oleh Al Qur'an tentang khamr dan perjudian:
"Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah, "Pada keduanya itu terdapat dosa besar
dan beberapa manfaat bagi manusia tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfantnya. . ." (Al Baqarah:
219)
Inilah yang dipelihara oleh syari'at dalam masalah poligami, sungguh Islam telah menimbang antara faktor
kemaslahatan dan mufsadah, antara manfaat dan bahaya, sehingga akhirnya memperbolehkan untuk
berpoligami bagi orang yang membutuhkan dan memberikan syarat kepadanya bahwa ia mampu untuk
memelihara keadilan, dan takut untuk berbuat penyelewengan dan kecenderungan yang tidak sehat. Allah
SWT berfirman,
"Jika kamu takut tidak bisa berbuat adil maka (nikahilah) satu isteri." (An-Nisa': 3)
Apabila kemaslahatan isteri yang pertama itu tetap dalam kesendiriannya dalam mahligai rumah tangga,
tanpa ada yang menyainginya, dan dia melihat akan mendatangkan malapetaka jika tidak ada isteri yang
kedua, maka merupakan kemaslahatan bagi suami untuk menikah lagi yang dapat memelihara dirinya dari
perbuatan haram atau akan melahirkan seorang anak yang diharapkan dan karena sebab yang lainnya.
Termasuk juga kemaslaharan isteri kedua adalah bahwa ia mempunyai seorang suami di mana ia dapat
hidup di bawah naungannya dan hidup dalam tanggungannya, daripada ia hidup menyendiri sebatang kara
atau menjanda.
Juga merupakan kemaslahatan masyarakat jika masyarakat itu memelihara orang-orangnya, menutupi aurat
anak-anak gadisnya, di antaranya dengan pernikahan halal di mana masing-masing lelaki dan wanita saling
menanggung beban tanggungjawab terhadap dirinya, isterinya dan anak-anaknya. Daripada harus
menganut free sex gaya Barat yang anti poligami model Islam, sementara mereka memperbolehkan banyak
teman kencan yang merupakan poligami amoral dan tidak manusiawi karena masing-masing dari kedua
belah pihak menikmati hubungan tanpa ada beban, dan seandainya hadir seorang anak dari hubungan kotor
ini maka itu merupakan tumbuhan syetan, tanpa ada bapak yang merawatnya dan tanpa keluarga yang
menyayanginya serta tanpa nasab yang ia banggakan. Maka manakah bahaya besar yang harus dijauhi?
Selain itu isteri pertama juga dilindungi hak-haknya oleh syari'at dalam masalah persamaan hak antara dia
dengan isteri yang lainnya di dalam persoalan nafkah, tempat tinggal, pakaian dan menginap. Inilah keadilan
yang disyaratkan di dalam poligami.
Benar bahwa sesungguhnya sebagian suami kurang memperhatikan masalah keadilan yang telah
diwajibkan atas mereka, akan tetapi kesalahan orang perorang dalam pelaksanaan bukan berarti
pembatalan prinsip (hukum) dasarnya. Karena jika prinsip ini tidak diterima karena hal tersebut, maka
syari'at Islam akan terhapus secara keseluruhan. Untuk itu dibuatlah standardisasi yang harus dilakukan.
Wewenang Waliyul Amri untuk Melarang Hal-hal yang diperbolehkan
Adapun sesuatu yang dikatakan oleh mereka bahwa ada hak atau wewenang pemerintah untuk mencegah
hal-hal yang diperbolehkan, maka kita katakan, "Sesungguhnya hak (wewenang) yang diberikan oleh syari'at
kepada waliyyul amri (pemerintah) adalah hak membatasi sebagian hal-hal yang mubah karena
kemaslahatan yang lebih mantap di dalam sebagian waktu dan keadaan atau berlaku kepada sebagian
orang. Dan bukan melarang secara mutlak dan selamanya, karena larangan secara mutlak --dan
selamanya--itu mirip dengan "mengharamkan" yang merupakan hak dan wewenang mutlak Allah SWT. Inilah
yang diingkari oleh Al Qur'an dari orang-orang ahli kitab, yaitu:
.".. mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah." (At Taubah:
31)
Ada suatu hadits yang menafsirkan ayat tersebut, "Sesungguhnya mereka (para rahib) itu telah
menghalalkan dan mengharamkan sesuatu atas kaum Ahlul Kitab, maka kaum itu mengikuti mereka (para
rahib)." Sesungguhnya pembatasan terhadap yang mubah (hukum yang diperbolehkan), seperti melarang
menyembelih hewan pada hari-hari rertentu, karena untuk memperkecil pemakaian, sebagaimana pernah
terjadi di masa Umar RA Seperti juga melarang menanam tanaman tertentu yang telah over produksi seperti
kapas di Mesir, sehingga tidak boleh secara leluasa menanamnya melebihi biji-bijian (palawija) sebagai
makanan pokok.
Seperti juga melarang para jendral atau para diplomat untuk menikah dengan wanita asing, karena takut
terbongkarnya rahasia negara melalui wanita tersebut ke pihak lawan (negara lain).
Seperti juga melarang menikah dengan wanita-wanita Ahlul Kitab apabila dikhawatirkan akan
membahayakan bagi para gadis Muslimah. Demikian itu di masyarakat minoritas Islam yang relatif kecil dan
terbatas penduduknya.
Adapun kita, kita mendatangkan sesuatu yang dihalalkan oleh Allah SWT dan yang telah diizinkan secara
nyata, baik oleh Al Qur'an maupun Sunnah Nabi-Nya dan dikuatkan oleh kesepakatan ummat, seperti talak
dan poligami. Maka melarangnya secara mutlak dan selamanya, hal itu tidak termasuk pembatasan hal yang
mubah seperti contoh-contoh yang kita kemukakan di atas.
Makna "Kamu tidak Akan Mampu Berbuat Adil diantara Isterimu"
Adapun berdalil dengan Al Qur'an Al Karim seperti ayat tersebut, itu merupakan pengambilan dalil yang tidak
tepat dan ditolak serta tahrif (terjadi penyimpangan) terhadap ayat dari makna yang sebenarnya. Ini
termasuk penuduhan buruk terhadap Nabi SAW dan para sahabatnya RA, bahwa mereka tidak memahami
Al Qur'an atau mereka memahaminya tetapi mereka menentangnya secara sengaja.
Ayat yang dijadikan sebagai dalil inilah yang akhirnya membantah mereka sendiri, kalau saja mereka mau
merenungkan. Karena Allah SWT telah mengizinkan untuk berpoligami dengan syarat harus yakin dapat
berbuat adil. Kemudian Allah menjelaskan keadilan yang dituntut dalam surat yang sama, sebagaimana
firman-Nya:
"Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara isteri-isteri (mu), walaupun kamu sangat ingin
berbuat demikian, karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung ..." (An-Nisa': 129)
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya adil yang mutlak dan sempurna terhadap para isteri itu tidak bisa
dilakukan oleh manusia, sesuai dengan tabiat (watak) mereka. Karena adil yang sempurna itu menuntut
sikap yang sama dalam segala sesuatu, sampai masalah kecenderungan hati dan keinginan seks. Ini
sesuatu yang tidak mungkin ada pada manusia. Ia pasti mencintai salah satunya lebih dari yang lainnya dan
cenderung kepada yang satu lebih dari yang lainnya. Karena hati itu berada dalam tangan Allah, dan Allah
senantiasa merubah-rubah sesuai dengan kehendak-Nya.
Oleh karena itu Nabi SAW berdoa setelah menggilir isteri-isterinya dalam masalah urusan zhahir seperti
nafkah, pakaian dan menginap (bermalam) dengan doa beliau, "Ya Allah inilah pembagianku sesuai dengan
apa yang aku miliki, maka janganlah Engkau murka kepadaku terhadap apa yang Engkau miliki dan aku
tidak memilikinya .. . (yaitu hati)."
Oleh karena itu Al Qur'an mengatakan setelah firman Allah tersebut ("Dan kamu sekali-kali tidak akan
mampu untuk berbuat adil di antara isterimu, walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian") dengan
firman-Nya, ."..karena itu janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu
biarkan yang lain terkatung-katung." Maksud dari ayat ini adalah bahwa sebagian kelebihan dalam masalah
cinta itu dimaafkan, itulah kecenderungan perasaan.
Yang sangat diherankan adalah bahwa sebagian negara Arab Islam ikut mengharamkan poligami,
sementara mereka pada saat yang sama tidak mengharamkan zina, padahal Allah SWT berfirman:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk." (Al Isra': 32)
Saya pernah mendengar dari Syaikh Imam Abdul Halim Mahmud --rahimahullah--bahwa ada seorang
Muslim di negara Arab Afrika yang menikah secara rahasia dengan wanita kedua setelah isterinya yang
pertama, dan ia melaksanakan aqad secara syar'i yang memenuhi syarat. Akan tetapi ia tidak disahkan oleh
hukum yang berlaku di negaranya, bahkan dianggap sebagai pelanggaran hukum, sehingga membuat ia
kebingungan ke sana ke mari. Akhirnya diketahui oleh polisi intelijen bahwa wanita itu istrinya, dan ia dijera
pasal karena dianggap telah melakukan pelanggaran hukum.
Pada suatu malam ia ditangkap di rumah wanita itu dan dibawa ke pengadilan untuk diverbal karena dituduh
menikah dengan isteri yang kedua.
Tetapi orang itu cerdik, maka ia katakan kepada para hakim, Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa itu
isteri saya? Sebenarnya ia bukan isteriku, akan tetapi pacarku yang aku jadikan kekasihku yang aku
kunjungi sewaktu-waktu."
Di sinilah para hakim terkejut dan mengatakan dengan sopan, "Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya
karena kesalahfahaman kami yang terjadi, kami mengira ia isterimu, dan kami tidak tahu kalau ia sebagai
sahabat saja."
Akhirnya mereka melepaskan kembali orang itu, karena bersahabat dengan wanita dalam keharaman dan
menjadikannya sebagai kekasih itu termasuk kebebasan pribadi yang dilindungi oleh undang-undang.
Sistem Masyarakat Islam dalam Al Qur'an & Sunnah
(Malaamihu Al Mujtama' Al Muslim Alladzi Nasyuduh)
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
Cetakan Pertama Januari 1997
Citra Islami Press
Jl. Kol. Sutarto 88 (lama)
Telp.(0271) 632990 Solo 57126

Sistem Masyarakat Islam dalam


Al Qur'an & Sunnah
oleh Dr. Yusuf Qardhawi
WANITA SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT
Tersebar di kalangan orang-orang yang tidak suka terhadap Islam bahwa Islam telah memenjarakan wanita
di dalam rumah, sehingga ia tidak boleh keluar dari rumah kecuali ke kubur. Apakah ini mempunyai
sandaran yang shahih dari Al Qur'an dan As-Sunnah? Atau dari sejarah muslimat pada tiga kurun yang
pertama yang merupakan sebaik-baik kurun? Tidak!, sama sekali tidak!..., karena Al Qur'an telah menjadikan
laki-laki dan wanita sebagai partner dalam memikul tanggung jawab yang terbesar dalam kehidupan, yaitu
tanggung jawab untuk beramar ma'ruf dan nahi munkar.
Allah SWT berfirman:
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi
sebagian yang lain. Mereka meryuruh (mengerjakan) yang ma'ruf mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zatat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya..." (At-Taubah: 71)
Untuk menerapkan prinsip ini kita dapatkan seorang wanita di masjid memprotes Amirul Mu'minin Umar Al
Faruq ketika berpidato di atas mimbar di hadapan masyarakat. Maka begitu mendengar, beliau pun berbalik
mengikuti pendapat wanita itu dan Umar berkata dengan lantang, "Wanita itu benar dan Umar salah.
Rasulullah SAW juga bersabda, "Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim." (HR. Ibnu Majah)
Para ulama sepakat bahwa wanita muslimah juga termasuk di dalam makna hadits ini, maka wajib bagi
wanita untuk mencari ilmu yang dapat meluruskan aqidahnya dan meluruskan ibadahnya serta menentukan
perilakunya dengan tata cara yang Islami. Baik dalam berpakaian dan yang lainnya dan mengikuti ketentuan
Allah dalam hal yang halal dan yang haram serta hak-hak dan kewajiban. Sehingga memungkinkan dirinya
untuk meningkat dalam ilmu dan sampai pada tingkatan ijtihad. Suaminya tidak berhak untuk melarangnya
dari mencari ilmu yang wajib baginya, apabila suaminya tidak mampu untuk mengajarinya atau tidak mau
mengajarinya.
Para isteri sahabat dahulu pergi menghadap Rasulullah SAW untuk bertanya mengenai berbagai persoalan
yang mereka hadapi, dan mereka tidak merasa malu untuk ber-tafaqquh dalam bidang agama.
Shalat berjamaah bukanlah merupakan suatu keharusan bagi kaum wanita sebagaimana itu dituntut bagi
kaum pria. Karena shalat di rumahnya boleh jadi lebih utama sesuai dengan kondisi dan risalahnya. Akan
tetapi tidak boleh bagi laki-laki untuk melarangnya jika ternyata ia suka shalat berjamaah di masjid. Nabi
SAW bersabda, "Janganlah melarang hamba-hamba Allah (wanita) ke masjid-masjid Allah." (HR. Muslim)
Diperbolehkan bagi wanita keluar dari rumahnya untuk memenuhi keperluan suaminya, keperluannya atau
keperluan anak-anaknya, baik di kebun atau di pasar. Sebagaimana dilakukan oleh Asma' binti Abu Bakar, ia
pernah berkata, "Saya pernah memindahkan biji kurma di atas kepala saya dari daerahnya Zubair
(suaminya) yaitu Madinah dalam jarak dua pertiga pos."
Wanita juga diperbolehkan keluar bersama tentara untuk melakukan tugas pengobatan dan perawatan dan
lain sebagainya, yaitu berupa pelayanan yang sesuai dengan fithrah dan kemampuannya.
Imam Ahmad dan Bukhari meriwayatkan dari Rubayyi' binti Mu'awwidz Al Anshariyah, ia berkata, "Kita
dahulu pernah berperang bersama Rasulullah SAW, kita memberi minuman kepada kaum dan memberi
pelayanan dan mengembalikan orang-orang yang terbunuh dan terluka ke Madinah."
Imam Ahmad dan Muslim meriwayatkan dari Ummi 'Athiyah, ia berkata, "Saya berperang bersama
Rasulullah SAW sebanyak tujuh peperangan, saya berada di belakang mereka, untuk membuatkan
makanan untuk mereka, mengobati orang-orang yang terluka dan merawat orang yang sakit."
Inilah aktivitas yang sesuai dengan tabiat wanita dan profesinya, adapun membawa senjata dan berperang
serta memimpin satuan tentara maka itu bukan profesinya. Kecuali jika kebutuhan memaksa demikian,
ketika itu maka ia ikut serta dengan kaum pria dalam melawan musuh-musuh sesuai dengan
kemampuannya. Seperti yang dilakukan oleh Ummu Sulaim pada perang Hunain yaitu membawa sabit
(pisau). Ketika ditanya oleh suaminya yang bernama Abu Thalhah, maka ia mengatakan, "Saya mengambil
pisau, agar jika ada seorang musyrik mendekati aku maka akan aku tusuk perutnya."
Ummu 'Imarah pernah teruji dengan ujian yang baik pada perang Uhud, sampai Nabi SAW memujinya dan
juga dalam perang melawan kemurtadan. Ia juga ikut di berbagai peperangan yang lain, sehingga ketika
Musailamah Al Kazzab terbunuh, ia kembali dengan sepuluh luka dalam tubuhnya.
Jika di suatu masa wanita telah terkungkung jauh dari ilmu pengetahuan, dan dijauhkan dari kancah
kehidupan, dibiarkan secara terus menerus tinggal di dalam rumah, seakan-akan sepotong perkakas rumah,
tidak diajari oleh suaminya, dan tidak diberi kesempatan untuk belajar sehingga keluar ke masjid saja
dianggap haram, jika gambaran ini menjadi membudaya pada suatu masa, maka dasarnya adalah
kebodohan dan ekstrimitas serta penyimpangan dari petunjuk Islam dan mengikuti taqlid secara berlebihan
dalam ketidak berkembangan yang tidak diizinkan oleh Allah. Islam tidak bertanggung jawab terhadap
berbagai tradisi yang dibuat-buat di masa lalu, sebagaimana Islam tidak bertanggung jawab terhadap tradisi-
tradisi lainnya yang dibuat-buat saat ini.
Sesungguhnya tabiat Islam adalah tawazun serta adil dalam segala aturannya dan segala seruannya,
berupa hukum-hukum dan tata cara kehidupan. Ia tidak memberikan sesuatu untuk mengharamkan yang
lainnya, ia juga tidak membesar-besarkan sesuatu atas kerugian yang lain, ia tidak berlebihan dalam
memberikan hak-haknya dan tidak pula dalam menuntut kewajiban-kewajibannya.
Oleh karena itu bukanlah stressing yang ditekankan oleh Islam untuk memanjakan wanita di atas kerugian
laki-laki dan juga tidak menzhalimi wanita karena kepentingan laki-laki. Tidak pula penekanan Islam itu pada
memperturutkan keinginan-keinginan wanita lebih atas perhitungan risalahnya, dan tidak pula
memperturutkan laki-laki melebihi perhitungan kehormatan wanita. Akan tetapi kita dapatkan bahwa sikap
Islam terhadap wanita itu tergambar sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Islam senantiasa memelihara tabiat wanita dan kewanitaannya yang telah diciptakan oleh
Allah, dan Islam memelihara wanita dari cengkeraman orang-orang yang buas yang menginginkannya
secara haram. Dan memeliharanya dari kekerasan orang-orang yang memanfaatkan kewanitaannya untuk
menjadi alat perdagangan dan mencari keuntungan yang haram.
2. Sesungguhnya Islam menghormati tugas wanita yang mulia yang mempunyai kesiapan dengan
fithrahnya, yang telah dipilih oleh penciptannya dan yang telah dikhususkan dengan satu sisi yang lebih
memadai daripada sisi yang dimiliki kaum laki-laki, yaitu rasa kasih sayang dan kelembutan perasaan.
Mereka sangat respek dalam melaksanakan risalah keibuan yang penuh kasih sayang yang mengelola
pabrik yang terbesar pada ummat ini, itulah pabrik yang memproduksi generasi masa mendatang.
3. Sesungguhnya Islam menganggap rumah sebagai kerajaan besar bagi wanita. Di sini wanita sebagai
pengelolanya, ia sebagai isteri suaminya, partner hidupnya, pelipur laranya, dan ibu bagi anak-anaknya.
Islam mempersiapkan profesi wanita untuk mengatur rumah dan memelihara urusan suami dan mendidik
anak-anak dengan baik dalam masalah ibadah dan jihadnya. Oleh karena itu Islam memerangi setiap aliran
atau sistem yang menghalang-halangi wanita untuk melaksanakan risalahnya atau membahayakan bagi
pelaksanaan risalah itu atau menghancurkan kehidupannya.
Sesungguhnya setiap aliran atau sistem yang berupaya mencabut wanita dari kerajaannya dan
merampasnya dari suaminya dan mencabutnya dari buah hatinya atas nama kebebasan atau dengan alasan
bekerja atau seni atau alasan-alasan lainnya, itu sebenarnya merupakan musuh bagi wanita yang
merampas segala sesuatu yang ada padanya dan tidak memberikan kesempatan kepadanya sedikit pun,
maka wajar jika Islam menolak itu semua.
4. Sesungguhnya Islam ingin membangun rumah tangga bahagia yang itu merupakan asas masyarakat
yang bahagia pula. Rumah tangga bahagia hanya bisa dibangun atas dasar tsiqaf (kepercayaan) dan
keyakinan, bukan atas dasar keraguan. Rumah tangga yang pilarnya adalah suami isteri yang saling
meragukan dan mengkhawatirkan adalah rumah tangga yang dibangun di pinggir jurang, sedangkan hidup
di dalamnya adalah neraka yang orang tidak akan tahan.
5. Sesungguhnya Islam mengizinkan kepada wanita untuk bekerja di luar rumah, selama pekerjaan yang ia
lakukan itu sesuai dengan tabiatnya, spealisasinya dan kemampuannya dan tidak menghilangkan naluri
kewanitaannya. Maka kerjanya diperbolehkan selama dalam batas-batas dan persyaratan-persyaratan yang
ada, terutama jika keluarganya atau dia sendiri membutuhkan ia bekeria di luar rumah atau masyarakat itu
sendiri memerlukan kerjanya secara khusus. Dan bukanlah kebutuhan kerja itu hanya terpusat pada sisi
materi saja, tetapi kadang-kadang juga kebutuhan secara kejiwaan (psikologis), seperti kebutuhan akan
seorang pengajar secara khusus yang belum menikah atau yang sudah menikah tetapi belum mempunyai
anak, dan sebagainya.
Para Pendukung Ekstrimitas dalam Profesi Wanita
Sebagaimana penyebar ghazwul fikri yang menyerukan pergaulan bebas antara wanita dan pria dan
menghilangkan sekat di antara keduanya, maka kita juga melihat mereka menyerukan untuk
mempekerjakan wanita di segala bidang, tanpa memandang apakah itu diperlukan atau tidak. Ini adalah
merupakan tindak lanjut dari usaha mereka yang pertama. Propaganda ini mendukung adanya ikhtilath
(pergaulan bebas) dan yang menghilangkan batas-batas serta bebas dari kezhaliman abad pertengahan dan
kegelapannya sebagaimana mereka katakan.
Di antara makar mereka adalah bahwa mereka itu seringkali tidak berterus-terang bahwa mereka
menginginkan wanita untuk keluar dari fithrahnya dan keluar dari batas-batas kewanitaannya. Mereka
seakan tidak ingin memanfaatkan kewanitaannya untuk kenikmatan yang diharamkan atau kerja yang
haram, bahkan mereka menampilkan dalam bentuk orang-orang yang bersih dan ikhlas, yaitu orang-orang
yang tidak menginginkan sesuatu selain kemaslahatan. Mereka memperkuat pendapat mereka untuk
mempekerjakan wanita dengan berbagai alasan sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Barat itu lebih maju dan lebih berkembang daripada kita dalam kancah peradaban. Barat
telah mendahului kita dalam mempekerjakan wanita, maka jika kita ingin maju seperti Barat maka kita harus
mencontohnya dalam segala sesuatu karena peradaban itu tidak terpisah-pisah.
2. Sesungguhnya wanita adalah separuh dari masyarakat dan membiarkan wanita di rumah tanpa kerja
adalah merusak separuh masyarakat dan membahayakan ekonomi ummat, maka kemaslahatan masyarakat
menuntut wanita untuk bekerja.
3. Kemaslahatan keluarga (rumah tangga) juga menuntut kerja wanita. karena kebebasan hidup semakin
meningkat dewasa ini, dan kerja wanita itu bisa menambah income keluarga serta dapat membantu
suaminya untuk memikul beban kehidupan. Terutama di dalam lingkungan yang terbatas pemasukannya.
4. Kepentingan wanita itu sendiri juga menuntut ia untuk bekerja, karena berinteraksi dengan manusia dalam
kehidupan dan dengan masyarakat di luar rumah itu dapat membuat cemerlang kepribadiannya dan
menambah pengetahuan dan pengalaman, yang semua itu tidak dapat diperoleh ketika ia masih berada di
antara empat dinding.
5. Sebagaimana kerja adalah senjata di tangannya untuk menghadapi berbagai peristiwa zaman, mungkin
ayahnya meninggal atau dia dicerai oleh suaminya atau ditelantarkan oleh anak-anaknya, maka dengan
bekerja dia tidak akan menjadi miskin dan terlantar. Terutama di zaman yang sifat egois telah mendominasi
kehidupan manusia, banyak perlakuan anak yang menyakitkan orang tua, tidak mau tahu dengan sanak
famili sehingga setiap orang mengatakan, "Yang penting diriku."
Beberapa Sanggahan terhadap Syubhat Argumen Barat
Berhujjah (beralasan) dengan argumen versi Barat itu keliru, berdasarkan sebab-sebab sebagai berikut:
1. Karena Barat bukanlah hujjah (alasan) bagi kita, dan kita tidak diperintahkan untuk menjadikan Barat
sebagai ilah (tuhan) yang disembah, tidak pula sebagai qudwah yang diikuti, "Lakum diinukum waliya diin."
2. Wanita di Barat itu keluar ke pabrik-pabrik dan ke super market dan tempat-tempat lainnya karena
terpaksa, bukan karena atas kesadaran. Mereka memerlukan makan yang ini seharusnya menjadi
tanggungan suaminya, mereka hidup di masyarakat yang keras, tidak memiliki kasih sayang terhadap anak
kecil karena kekecilannya, dan tidak pula mempunyai rasa kasih sayang pada wanita karena kewanitaannya.
Sedang Allah telah memberi kecukupan kepada kita yaitu dengan sistem nafaqat di dalam syari'at kita.
Ustadz Muhammad Yusuf pernah mengungkapkan dalam kitabnya, "Islam dan kebutuhan manusia
kepadanya" tentang perhatian Islam terhadap rumah tangga, ia berkata, "Barangkali ada baiknya jika kita
sebutkan di sini bahwa ketika saya tinggal di Perancis ada seorang gadis wanita yang menjadi pembantu
rumah tangga yang aku tinggal sementara di keluarga itu. Nampaknya gadis itu dari keluarga baik-baik,
maka aku bertanya kepada tuan rumah, "Kenapa gadis ini menjadi pembantu, apakah ia tidak memiliki
keluarga yang dapat menjauhkan ia dari kerja seperti ini dan memenuhi kebutuhannya?" Maka jawabnya, "la
berasal dari keluarga baik-baik di negara ini, pamannya orang yang kaya raya, tetapi pamannya tidak
memperhatikan dan tidak mau tahu dengan urusannya." Maka saya bertanya, "Mengapa tidak melaporkan
permasalahannya ke pengadilan, agar mendapat dukungan hukum supaya ia memberi nafkah?" Maka tuan
rumah itu terkejut dengan kata-kata itu, dan memberitahu aku bahwa itu tidak boleh secara hukum. Ketika
itu, saya memahamkan kepadanya mengenai hukum Islam dalam masalah ini, maka tuan rumah itu berkata,
"Siapakah yang melindungi kami dengan aturan seperti itu? Seandainya ini boleh secara hukum di negara
kami niscaya kamu tidak mendapatkan wanita keluar dari rumahnya untuk bekerja di PT, pabrik, laborat,
atau salah satu instansi pemerintahan."31)
Ini berarti, kekhawatiran mereka akan kelaparan dan kepunahan itulah yang mendorong kaum wanita untuk
bekerja dengan alasan darurat (terpaksa).
3. Sesungguhnya Barat saat ini yang dijadikan idola telah berubah dan mengeluhkan adanya wanita yang
bekerja dan pengaruh-pengaruhnya. Dan wanita itu sendiri merasa sakit dari cobaan ini, namun tidak
menemukan pilihan lain. Ada seorang penulis terkenal -Ana Roud- mengatakan dalam suatu makalah yang
diedarkan oleh surat kabar Eastern Mill, "Jika anak-anak perempuan kita itu bekerja di rumah-rumah seperti
pembantu, itu lebih baik dan lebih ringan cobaannya daripada mereka bekerja di pabrik-pabrik, di mana
wanita telah tercemari dengan polusi yang menghilangkan keindahan hidup mereka untuk selama-lamanya.
Mengapa negara kami tidak seperti negara kaum Muslimin yang penuh dengan kesucian dan kebersihan, di
mana pembantu dan budak bisa menikmati kehidupan dengan sebaik-baiknya dan diperlakukan seperti
anak-anak putrinya sendiri dan tidak dikotori kehormatannya? Sesungguhnya ini merupakan cacat bagi
negara Inggris jika kita menjadikan anak-anak wanita sebagai umpan kenistaan yaitu dengan banyaknya
bergaul dengan kaum pria. Maka mengapa kita tidak berusaha untuk menjadikan wanita bekerja sesuai
dengan fithrahnya seperti mengurusi rumah tangga dan meninggalkan pekerjaan laki-laki untuk laki-laki demi
keselamatan kehormatannya?"32)
4. Sesungguhnya kemaslahatan masyarakat itu bukanlah wanita harus meninggalkan risalahnya yang utama
yaitu di dalam rumah, untuk beralih bekerja sebagai insinyur atau pengacara atau menjadi anggota DPR
atau hakim atau buruh di pabrik. Tetapi kemaslahatan itu adalah hendaknya wanita bekerja sesuai dengan
bidang kekhususannya yang terkait dengan fitrahnya yaitu sebagai isteri dan ibu yang tidak kalah
pentingnya, bahkan lebih penting daripada bekerja di super market pabrik-pabrik dan kantor-kantor.
Napoleon pernah ditanya, "Benteng manakah di Perancis yang paling kuat?" Ia menjawab, "Para ibu yang
baik."
Orang-orang yang mengatakan bahwa sesungguhnya wanita yang tinggal di rumah itu menganggur adalah
bodoh atau berpura-pura bodoh sebagaimana dikatakan oleh para wanita mulia. Karena begitu banyaknya
pekerjaan rumah tangga yang menyita seluruh waktunya, bahkan hampir tidak cukup. Maka jika ada
sebagian wanita yang memiliki waktu lebih, hendaklah kita beri tahu agar digunakan untuk menjahit atau
membordir atau pekerjaan lain yang tidak bertentangan dengan kewajibannya di rumah. Mungkin juga
dengan bekerja sama dengan perusahaan atau instansi tertentu dengan memperoleh upah dari mereka
sedang ia menyelesaikan pekerjaannya di rumah. Atau berkhidmah kepada masyarakatnya dan orang-orang
wanita sejenisnya, serta ikut andil dalam memerangi kemiskinan, kebodohan, penyakit dan kerendahan.
Kenyataannya banyak dari kalangan wanita yang bekerja mempergunakan wanita lainnya untuk bekerja
sebagai pembantu yang merawat anak-anaknya. Artinya bahwa rumah memerlukan seorang wanita yang
merawatnya dan yang paling mulia adalah pemiliknya sendiri, daripada wanita lain yang sering berbeda
akhlaqnya, agamanya, bahasanya, pemikiran dan tradisinya. Sebagaimana umumnya di negara-negara
teluk yang mendatangkan para pembantu rumah tangga dari timur jauh yang tentunya membawa dampak
negatif bagi anak-anak mereka.
5. Sebagaimana kebahagiaan berumah tangga bukanlah sekedar tambahnya pemasukan yang sebagian
besar dipergunakan untuk membeli peralatan dan hiasan rumah, baju untuk keluar dan beban hidup yang
beraneka ragam yang cenderung dibuat-buat untuk berlomba dari sisi materi. Selain bertambahnya fasilitas
rumah telah kehilangan ketenangan dan keharmonisan yang sering dirasakan oleh wanita di tengah-tengah
hidup berumah tangga. Adapun wanita yang bekerja, badannya lelah, perasaannya stress, karena dirinya
sendiri memerlukan seseorang yang dapat menghiburnya. Padahal orang yang kehilangan sesuatu tidak
mungkin bisa memberi sesuatu itu.
6. Sesungguhnya kemaslahatan wanita bukanlah terletak pada keluarnya wanita itu dari fitrahnya dan tugas
khususnya atau mengharuskan wanita untuk bekerja seperti laki-laki, karena Allah telah menciptakan ia
sebagai wanita. Ini berarti membohongi wanita dan realita, padahal wanita telah kehilangan kewanitaannya
secara bertahap, sampai diistilahkan oleh sebagian penulis dari lnggris dengan istilah "Seks yang ketiga."
Inilah yang diakui oleh kebanyakan wanita dari para pemberani di bidang sastra.
7. Suatu anggapan bahwa bekerja merupakan senjata di tangan wanita! ini tidak benar menurut kita ummat
Islam. Karena wanita dalam Islam dicukupi kebutuhannya dengan aturan nafkah yang wajib secara syar'i
bagi ayahnya atau suaminya, atau anak-anaknya atau saudaranya atau kerabat lainnya. Dan taqlid terhadap
Barat itu mulai menjauhkan kita dari karakter kita sedikit demi sedikit.
Bahaya Mempekerjakan Wanita dengan Pekerjaan Laki-laki.
Dengan demikian kita mengetahui bahwa sesungguhnya bekerjanya wanita di dalam profesi kaum lelaki
dengan tanpa ikatan dan batas-batas itu tidak diragukan sangat berbahaya dari berbagai segi sebagai
herikut:
1. Berbahaya bagi diri wanita itu sendiri, karena ia kehilangan kewanitaannya dan karakternya dan ia jauh
dari rumah dan anak-anaknya. Sehingga banyak dari kaum wanita yang mandul, bahkan ada yang
mengatakan bahwa mereka itu "jenis manusia ketiga," artinya tidak laki-laki dan tidak perempuan.
2. Berbahaya bagi suaminya, karena suaminya kehilangan sumber kebahagiaan dan kemesraan, karena
yang banyak diperbincangkan adalah permusuhan, pengaduan problem kerja, perlombaan dengan kawan-
kawan seprofesi isterinya. Terutama suami akan kehilangan sifat kepemimpinannya dalam keluarga, karena
perasaan isterinya yang sudah merasa tercukupi dengan pekerjaannya bahkan mungkin gaji isterinya lebih
besar daripada gaji suaminya, sehingga isterinya merasa berada di atasnya. Ini belum lagi dengan perasaan
cemburu dan ragu dari suaminya yang sering terjadi.
3. Berbahaya bagi anak-anaknya, karena kasih sayang ibu, hati ibu dan pemeliharaan ibu tidak bisa diganti
dengan pembantu atau pelayanan di sekolah. Maka bagaimana mungkin anak-anak bisa memperoleh itu
semua dari seorang ibu yang menghabiskan hari-harinya di tempat kerja, dan ketika pulang ke rumah ia
sudah lelah, capek dan pusing. Karena itu kondisi fisik maupun kejiwaannya tidak memungkinkan untuk
memberikan tarbiyah dengan baik terhadap anak-anaknya.
4. Berbahaya terhadap pekerjaan itu sendiri, karena wanita itu akan banyak terlambat dan absen dari
kerjanya, karena banyaknya halangan-halangan yang tidak bisa dielakkan, seperti datang bulan, hamil,
melahirkan dan menyusui dan lain sebagainya. Ini semuanya ditinjau menurut disiplin kerja dan perhitungan
produktivitas yang baik.
5. Berbahaya bagi kaum laki-laki, karena setiap wanita yang bekerja selalu mengambil posisi kaum lelaki
yang lebih layak bekerja di dalamnya. Selama di masyarakat masih ada kaum lelaki yang menganggur,
maka kerja wanita membahayakan bagi mereka.
6. Berbahaya terhadap moral, karena wanita telah kehilangan rasa malu dan bahaya bagi akhlaq laki-laki,
karena kehilangan rasa cemburu. Dan membahayakan akhlaq generasi, karena mereka kehilangan
pendidikan yang baik sejak kecil serta membahayakan akhlaq masyarakat semuanya ketika mencari harta
dan menambah income itu menjadi tujuan utama yang dikejar oleh manusia meskipun harus mengorbankan
nilai-nilai akhlaq dan moral.
7. Berbahaya terhadap kehidupan sosial, karena wanita keluar dari fitrahnya dan meletakkan sesuatu bukan
pada tempatnya. Ini bisa merusak kehidupan dan membuat kegoncangan jiwa.
Kapan Diperbolehkan bagi Wanita untuk Bekerja
Apakah dengan demikian berarti wanita diharamkan atau dilarang bekerja secara syar'i dalam keadaan
apapun? Tidak! Karena itu ada baiknya jika kita jelaskan di sini sampai batas manakah syari'at
memperbolehkan wanita untuk bekerja.
Di sini ingin saya jelaskan dengan ringkas dan jelas masalah batas-batas bolehnya wanita bekerja, agar
tidak kabur antara yang haq dan yang batil dalam masalah yang sensitif ini.
Sesungguhnya tugas wanita yang pertama dan yang paling besar yang tidak ada pertentangan padanya
adalah mentarbiyah generasi yang telah dipersiapkan oleh Allah, baik secara fisik maupun jiwa. Wajib bagi
wanita untuk tidak melupakan risalah yang mulia ini disebabkan karena pengaruh materi atau modernisasi
apa pun adanya, karena tidak ada seorang pun yang mampu melakukan tugas agung ini yang sangat
menentukan masa depan ummat kecuali dia. Dengan demikian maka kekayaan ummat akan semakin baik,
itulah kekayaan sumber daya manusia.
Semoga Allah merahmati seorang penyair yang bemama Hafidz Ibrahim yang mengatakan:
"Seorang ibu bagaikan sekolah yang apabila engkau persiapkan (dengan baik) maka berarti engkau telah
mempersiapkan generasi yang harum namanya."
Ini bukan berarti profesi wanita di luar rumahnya itu diharamkan menurut syari'at, karena tidak ada
wewenang bagi seseorang mengharamkan tanpa ada keterangan dari syara' yang benar-benar ada dan
jelas maknanya. Karena pada dasarya asal segala sesuatu dan tindakan itu diperbolehkan sebagaimana
dimaklumi.
Atas dasar inilah maka kita katakan bahwa sesungguhnya profesi wanita pada dasarnya diperbolehkan,
bahkan bisa jadi diperlukan, terutama bagi wanita janda, dicerai atau belum dikaruniai suami sementara dia
tidak mempunyai pemasukan dan tidak pula ada yang menanggungnya, sedang dia mampu bekerja untuk
mencukupi keperluannya sehingga tidak meminta-minta.
Dan kadang-kadang justru keluarga yang membutuhkan ia bekerja, seakan-akan ia membantu suaminya,
atau mendidik anak-anaknya dan saudara-saudaranya yang masih kecil, atau membantu bapaknya yang
sudah tua, seperti dalam kisah dua putri orang tua yaitu Nabi Syu'aib yang disebutkan oleh Al Qur'an di
dalam surat Al Qashash, yang keduanya merawat kambing ayahnya.
Allah SWT berfirman, "Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Madyan ia menjumpai di sana sekumpulan
orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang
wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata, "Apakah maksudmu (dengan berbuat
begitu)?" Kedua wanita itu menjawab, "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum
penggembala-penggembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah
lanjut usianya." (Al Qashash: 23)
Kadang-kadang masyarakat itu sendiri yang memerlukan kerja wanita, seperti tenaga dokter, perawat, guru
untuk anak-anak wanita dan yang lainnya dari setiap aktifitas yang khusus wanita. Karena itu, utamanya
seorang wanita bekerja sama dengan sesama wanita, bukan dengan kaum pria. Meskipun terkadang bisa
dimaklumi jika harus memerlukan kaum pria karena kebutuhan, tetapi itu sekedarnya, bukan sebagai suatu
kaidah yang tetap. Sebagaimana juga apabila masyarakat membutuhkan tangan-tangan terampil untuk
pengembangan.
Apabila kita perbolehkan wanita itu bekerja maka harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Hendaknya jenis pekerjaannya memang tidak dilarang, artinya pada dasarnya kerja itu tidak diharamkan
dan tidak mengarah pada perbuatan haram. Seperti bekerja sebagai pembantu pada seseorang yang belum
menikah atau sekretaris khusus bagi seorang direktur kemudian berduaan, atau seorang penari yang
membangkitkan syahwat dan keinginan bersifat duniawi, atau bekerja di bar-bar yang menghidangkan
khamr yang dilaknat oleh Rasulullah SAW baik yang membuat, yang membawa dan yang menjualkan, atau
menjadi pramugari di pesawat yang mengharuskan dia berpakaian seragam yang tak syar'i, dan
menghidangkan sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh syara' untuk para penumpang, dan terbuka peluang
bahaya disebabkan bepergian yang jauh tanpa muhrim, yang mengharuskan ia bermalam sendirian di
tempat yang terasing (negara asing) yang sebagian tidak terjamin, atau pekerjaan lainnya yang telah
diharamkan oleh Islam terhadap kaum wanita terutama, atau terhadap laki-laki dan wanita secara
bersamanya.
2. Hendaknya wanita Muslimah tetap beradab Islami bila ia keluar dari rumahnya, dalam berpakaian,
berjalan, berbicara, dan berpenampilan. Allah SWT berfirman:
."..Dan janganlah mereka (mu'minat) menampakkan perhiasannya, kecuali yang nampak dan padanya.
..Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan..." (An-
Nur: 31)
"Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik." (Al Ahzab: 32)
3. Hendaknya pekerjaannya itu tidak mengorbankan kewajiban-kewajiban yang lainnya yang tidak boleh
ditelantarkan. Seperti kewajibannya terhadap suaminya dan anak-anaknya yang merupakan kewajiban
pertama dan tugasnya yang asasi.
Yang dituntut dari masyarakat Islam adalah mengatur segala persoalan hidup dan mempersiapkan
sarananya sehingga kaum wanita bisa bekerja apabila hal itu membawa kemaslahatan bagi dirinya,
keluarganya dan masyarakatnya, tanpa menghilangkan perasaan malunya atau bertentangan dengan
keterikatannya dengan kewajibannya terhadap Rabbnya, dirinya, dan rumahnya. Dan hendaknya lingkungan
secara umum mendukung untuk melaksanakan kewajibannya dan memperoleh haknya. Bisa saja dengan
cara wanita diberi separuh pekerjaan dengan separuh gaji (tiga hari dalam satu minggu) umpamanya,
sebagaimana sepatutnya masyarakat memberikan kepada wanita libur yang cukup pada awal pernikahan,
demikian juga pada saat melahirkan dan menyusui.
Di antara yang harus ditertibkan adalah membangun sekolah-sekolah fakultas-fakultas dan perguruan tinggi
khusus untuk kaum wanita yang dengan itu mereka bisa melakukan latihan olah raga dan permainan yang
sesuai dengan mereka. Dan hendaknya mereka diberi kebebasan untuk beraktifitas dan melakukan
berbagai kegiatan.
Di antaranya juga membangun bidang dan lahan tersendiri khusus untuk para karyawan dan pekerja wanita
dalam kementerian, kantor-kantor dan bank-bank, yang jauh dari fitnah, dan lain sebagainya dari berbagai
sarana yang beragam dan aktual yang tidak terhitung. Allah-lah yang berkata benar dan Dia-lah yang
memberi petunjuk.
31) Al Islam wa Hajatul Insaniyah Ilaihi," hal. 304.
32) Darl Kitab "Al Islam wal Jins," hal. 73-74

Anda mungkin juga menyukai