Anda di halaman 1dari 24

20149

PENJELASAN ILMIAH
TERHADAP FATWA MAJELIS PERMUSYARAWATAN ULAMA ACEH
(MPU ACEH)

NOMOR 09 TAHUN 2014


TENTANG:
PEMAHAMAN, PEMIKIRAN, PENGAMALAN DAN PENYIARAN
AGAMA ISLAM DI ACEH

TIM PENYUSUN:
USTADZ HARITS ABU NAUFAL
USTADZ IMAM ABU ABDILLAH
USTADZ ADAM ABU RIFKY

BANDA ACEH
SYAWAL 1435 / AGUSTUS 2014

Segala puji bagi Allah, al-Malik Al-Haqq, Al-Mubin, yang memberikan kita iman dan
keyakinan. Ya Allah, limpahkan shalawat pada pemimpin kami Muhammad

penutup para nabi dan rasul, dan begitu pula pada keluarganya yang baik, kepada
para sahabat pilihan, dan yang mengikuti mereka dengan penuh ihsan hingga hari
kiamat.
Amma badu,
Di antara kenikmatan yang patut kita syukuri di negeri Aceh ini adalah semakin
semaraknya masyarakat yang ingin memahami agama Islam lebih mendalam, karena
memang Islamlah satu-satunya solusi untuk mengatasi problematika yang dihadapi oleh
kaum muslimin. Terwujudnya hal ini tidak terlepas dari peran dan jasa para ulama yang
telah mengorbankan waktu, fikiran, dan tenaga mereka demi terbentuknya masyarakat
yang Islami.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh memiliki peran strategis di dalam
meningkatkan pemahaman agama serta membentengi masyarakat terhadap pengaruh
pemahaman agama yang menyimpang. Sudah cukup banyak fatwa-fatwa yang
dikeluarkan oleh MPU Aceh yang sangat bermanfaat bagi masyarakat sehingga
kerukunan hidup beragama tetap terjaga dan masyarakat dapat beribadah dengan nyaman.

Penjelasan Ilmiah

Terkait dengan fatwa MPU Aceh no. 9 Tahun 2014 tentang pemahaman,
pemikiran, pengamalan, dan penyiaran agama Islam di Aceh, kami ucapkan terimakasih
atas nasehat dan saran yang termaktub di dalam fatwa tersebut. Nasehat dan saran
tersebut semoga dapat menjadi bahan instropeksi dan koreksi bagi kami, dan semoga
Allah

memberikan petunjuk kepada kita semua kepada jalan yang benar dan

memudahkan kita untuk mengamalkannya.


Setelah kami membaca, mempelajari, dan memahami poin-poin fatwa tersebut,
tanpa mengurangi rasa hormat, ada beberapa hal yang ingin kami sampaikan agar tidak
terjadi kekeliruan di dalam memahami apa yang menjadi pendapat kami tentang perkaraperkara yang disandarkan kepada kami. Namun, sebelum kami memberikan klarifikasi,
ada baiknya untuk dijelaskan disini apa yang dimaksud dengan salafi, sehingga dapat
terwujud persespsi atau pemahaman yang sama terhadap kata tersebut.
Berikut kita tinjau bagaimana penjelasan para ulama dalam hal ini.
a. Berdasarkan Etimologi (bahasa):
Dalam kamus Lisanul Arab dijelaskan sebagai berikut :
Salaf adalah orang-orang yang mendahuluimu, baik ayah dan kakek-kakekmu ataupun
karib kerabat yang mereka itu di atasmu dalam umur dan keutamaan. (lihat Lisanul
Arab karya Ibnu Manzhur IX/158)

Dalam salah satu hadits, Rasulullah


Beliau

bersabda kepada Fathimah Az-Zahra putri

Sesungguhnya sebaik-baik salaf (pendahulu) untukmu adalah aku. (HR. Muslim).


b. Berdasarkan Terminologi (istilah)
Adapun makna Salaf secara terminologi adalah sebagaimana diterangkan oleh
para ulama berikut :

Penjelasan Ilmiah

Para imam terdahulu yang hidup pada tiga abad pertama Islam, dari para shahabat
Rasulullah

, tabiin (murid-murid shahabat) dan tabiut tabiin (murid-murid tabiin).

(Lihat Manhaj Al-Imam Asy-Syafii fii Itsbatil Aqidah, karya Asy-Syaikh Dr.
Muhammad bin Abdul Wahhab Al Aqil, I/55).
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah (w. 256 H) penulis kitab Shahih Al-Bukhari
yang disepakati sebagai salah satu kitab rujukan utama oleh Ahlus Sunnah wal Jamaah
menyebutkan dalam kitab Shahih-nya tersebut :

Bab tentang Mengendarai Hewan Yang Kuat dan Kuda Jantan. Rasyid bin Sad berkata,
Dahulu para Salaf menyukai kuda jantan yang ia lebih tangkas dan lebih cepat. AlHafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah salah seorang ulama besar dari kalangan
Syafiiyyah menjelaskan makna Salaf pada perkataan Rasyid bin Sad di atas, yaitu
dari kalangan para shahabat dan para ulama setelahnya.
Al-Imam Al-Bukhari rahimahullah juga berkata :


Bab Bahwa Salaf dulu menyimpan makanan, daging, dan lainnya dalam rumahrumah mereka atau dalam safarnya.

Al-Imam Abdullah bin Al-Mubarak rahimahullah (w. 181 H) salah


seorang ulama besar dari kalangan tabiit tabiin juga pernah berkata di
hadapan khalayak ramai, Tinggalkanlah hadits Amr bin Tsabit karena
sesungguhnya dia telah mencela salaf. (lihat Muqaddimah Shahih Muslim)

Penjelasan Ilmiah

Bolehkah menisbahkan diri kepada salafi?


Asal penamaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf adalah sabda
Nabi shallallhu alaihi wa lihi wa sallam sebagai mana yang telah disebutkan
diatas


Karena sesungguhnya sebaik-baik salaf bagi kamu adalah saya. (Dikeluarkan
oleh Bukhry no. 5928 dan Muslim no. 2450)
Maka jelaslah bahwa penamaaan salaf dan penisbahan diri kepada manhaj Salaf
adalah perkara yang mempunyai landasan (pondasi) yang sangat kuat dari hadits
Rasulullah

dan sesuatu yang telah lama dikenal, akan tetapi karena keterbatasan ilmu

dan jauhnya kita dari tuntunan syariat yang dibawa oleh Rasulullah

, maka muncullah

anggapan bahwa manhaj Salaf itu adalah suatu aliran, ajaran, kelompok atau
pemahaman baru, dan anggapan-anggapan lainnya yang salah.
Berkata Imam Az-Zuhry (wafat 125 H) tentang tulang belulang bangkai seperti
bangkai gajah dan lainnya, Saya telah mendapati sekelompok dari para ulama Salaf
mereka bersisir dengannya dan mengambil minyak darinya, mereka menganggap (hal
tersebut) tidak apa-apa. Lihat Shahh Bukhry bersama Fathul Bry jilid 1 hal. 342.
Dan berkata As-Suythy dalam Lubbul Lubb jilid 2 hal. 22, Salafy dengan
difathah (huruf sin dan lam-nya) adalah penyandaran diri kepada madzhab As-Salaf.
Setelah kita memahami makna kata diatas dan bolehnya menisbahlkan kepada
kata tersebut, berikut penjelasan dari kami terkait dengan beberapa perkara yang
disandarkan kepada kami sebagaimana tersebut didalam fatwa MPU Nomor 09 Tahun
2014 Tentang pemahaman,pemikiran, pengamalan dan penyiaran agama islam di Aceh.

Penjelasan Ilmiah

PERTAMA : Bidang Aqidah

A. Mengimani bahwa zat Allah

hanya di atas langit/arasy adalah sesat dan

menyesatkan;

Jawaban :
Sejauh dari yang kami ketahui dari Al-Quran dan hadits serta ucapan para ulama
dijelaskan bahwa Allah
Allah

diatas langit/arsy-Nya.

berfirman :


(yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.(Thaha: 5)
Sesungguhnya Allah

beristiwa diatas arasy, tetapi Allah

tidak berhajat

kepadanya, bahkan Dia beristiwa dengan hikmah yang Dia Maha Mengetahui. Istiwa
Allah

di atas arasy bukan berarti Allah

tempat dan waktu, bahkan Allah

dibatasi (terikat) oleh arah (jihah),

yang meliputi segala-galanya.

(Dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri
pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula),
dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.(Asy-Syura : 11)
Akan tetapi istiwa Allah

mengikut cara yang layak bagi-Nya yang Maha Suci lagi

Maha Besar, yang tidak dapat diketahui dan dijangkau oleh akal makhluk-Nya akan
kaifyat (bagaimananya) dan hakikatnya. Inilah yang kami yakini sebagai itiqad
Ahlussunnah Waljamaah daripada junjungan kita baginda Rasulullah

, sahabat,

Penjelasan Ilmiah

tabiin, tabiut-Tabiin, para imam 4 (empat) mazhab, para salafusshalih (ulama-ulama


terdahulu) dan yang mengikuti mereka dengan baik.

Dari Muawiyah bin Al-Hakam As-Sulami radhiyallahu anhu; dia berkata,


Aku mempunyai seorang budak perempuan yang menggembalakan kambingku di antara
gunung Uhud dan Al-Jawaniyah. Suatu hari aku mengawasinya; tiba-tiba seekor serigala
menerkam kambing yang dia gembalakan. Sebagai manusia biasa, tentu saja aku merasa
kecewa sebagaimana orang lain kecewa. Aku pun memukul dan menampar budakku itu.
Kemudian aku menemui Rasulullah

dan beliau menegurku. Aku berkata, Wahai

Rasulullah, apa aku harus memerdekaannya? Beliau berkata, Bawa dia kemari.
Kemudian beliau bertanya kepadanya, Di mana Allah?
Budak itu menjawab, Di langit.
Beliau berkata, Siapakah aku?
Dia menjawab, Engkau adalah Rasulullah.
Rasulullah

bersabda :

.
Bebaskanlah dia (budak perempuan) karena dia adalah seorang mukminah
(HR.Muslim)
Kemudian lebih jelas lagi pernyataan Al-Imam As-Syafii Muhammad bin Idris
rahimahullah yang mana beliau adalah Imam kita dan juga Imam seluruh kaum
muslimin, tanpa terkecuali kaum muslimin yang ada di Aceh. Berikut ini pernyataan
beliau, Imam Asy-Syafi'i rahimahullah berkata:

Penjelasan Ilmiah

"Perkataan yang mengikuti sunnah yang mana aku berada di atasnya serta aku melihat
orang-orang yang berada di atasnya seperti Sufyan, Malik dan selain mereka berdua
ialah berikrar (mengakui) dengan persaksian bahwasanya Tidak ada Tuhan yang berhak
disembah (dengan benar) melainkan Allah
dan Muhammad itu utusan Allah
,
dan bahwasanya Allah
beristiwa` di atas 'ArasyNya di atas langitNya, dekat
dengan makhlukNya sebagaimana yang dikehendakiNya, dan Dia (Allah) turun ke langit
dunia sebagaimana yang dikehendakiNya (juga)." (Istbat Sifat Al-'Uluw, halaman 123124)
Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah pernah suatu ketika ditanya, benarkah Allah
berada di atas langit yang ketujuh, di atas 'Arasy-Nya jauh dari makhluk-Nya, dan qudrat
serta ilmu-Nya berada di setiap tempat? Maka beliau menjawab:


"Ya, Dia berada di atas 'ArasyNya, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dari
ilmu-Nya." (Istbat Sifat Al-'Uluw, halaman 116)
Imam Malik -rahimahullah- berkata:

"Allah
berada di atas langit, dan ilmu-Nya ada di setiap tempat dan tidak ada yang
tersembunyi dari pada- Nya sesuatu pun." (Itsbat Sifat Al-'Uluw, halaman 115)
Dalam ucapan lain, beliau berkata:

"Kaifiat (tatacara bagaimana Istiwa`) itu tidak dapat digambarkan oleh akal, dan (sifat)
Istiwa itu tidaklah majhul (diketahui akan maknanya), dan mengimaninya adalah
kewajiban, dan bertanya tentangnya (yaitu bagaimana kaifiatnya) adalah bid'ah (sesuatu
yang baru)." (Istbat Sifat Al-'Uluw, halaman 119)

Penjelasan Ilmiah

Dari nukilan dalil-dalil diatas dapat disimpulkan bahwa Allah

berada di atas langit,

istiwa diatas arasy-Nya


B. Mengimani bahwa zat Allah

terikat dengan waktu, tempat dan arah

(berjihat) adalah sesat dan menyesatkan;


Jawaban :
Kami tidaklah meyakini bahwa zat Allah

terikat dengan waktu, tempat dan arah

(berjihat) sebagaimana sifat makhluk-Nya. Merupakan keyakinan kami di dalam namanama dan sifat Allah

adalah menetapkan apa yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-

Nya dari nama nama Allah

dan sifatNya, serta menafikan apa yang Allah dan rasul-

Nya nafikan. Kami sampai saat ini belum mendapatkan dalil, baik dari Al-Quran ataupun
dari Hadits yang menyatakan bahwa Allah

berada di ARAH (jihah).

C. Mengimani bahwa kalamullah itu berhuruf dan bersuara adalah sesat dan
menyesatkan;
Jawaban :
Dalil-dalil dari Al-Quran dan hadits Rasulullah

serta ucapan para ulama dari apa

yang kami ketahui telah mengucapkan bahwa kalamullah berhuruf dan bersalam, di
antaranya adalah:
Rasulullah

bersabda:

Allah

akan mengumpulkan hamba-hamba-Nya pada hari kiamat, kemudian Allah

memanggil mereka dari jarak jauh dengan suara yang terdengar jelas seperti suara

Penjelasan Ilmiah

yang terdengar dari jarak dekat: Aku adalah Al-Malik (Maharaja), Aku adalah AdDayyan (Maha Membalas). (HR. Al-Bukhari dari Abdullah bin Unais RA)
Di dalam hadist di atas disebutkan : yang artinya adalah : dengan suara, maka ini
adalah nash yang jelas bahwa Allah
kalam (firman) Allah

berfirman (berbicara) dengan suara, akan tetapi

tidak sama seperti berbicara makhluk-Nya. Dan kami

meyakini bahwa Al-Quran adalah kalamullah bukan makhluk.


Adapun yang menujukkan bahwa Allah
Rasulullah

berbicara dengan huruf adalah hadits

, yaitu:

Barang siapa yang membaca satu huruf saja dari Al-Quran, maka dia akan
mendapatkan satu kebaikan, dan kebaikan itu dilipatgandakan menjadi sepuluh kali
lipat. Aku tidak mengatakan Alif lamm miim satu huruf, tetapi Aliif satu huruf, laam
satu huruf dan mim satu huruf. ( HR Tirmidzi dengan sanad yang sohih )
Al-Imam Al-Bukhary mengatakan didalam kitab Kholq Afallil Ibaad :
" .

Dan Allah
menyeru dengan suara yang didengar orang yang jauh sebagaimana
didengar oleh yang dekat , tentunya ini bukan untuk selain Allah
.
Beliau juga berkata : didalam hadist diatas dalil bahwa suara Allah
sesuai dengan suara makhluq-Nya karena suara Allah

tidak

didengar oleh orang yang

jauh sebagaimana didengar oleh yang dekat dan malaikat tersungkur pingsan ketika
mendengar ucapan Allah

Penjelasan Ilmiah

D. Mengimani bahwa Nabi Adam AS dan Nabi Idris AS bukan Rasulullah adalah
sesat dan menyesatkan.
Jawaban :
Masalah yang disebutkan dalam pernyataan di atas adalah masalah khilafiyyah ,
telah terjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama apakah Nabi Adam seorang Rasul
ataukah hanya seorang Nabi saja
Kalau kita melihat dalil dari Al-Quran dan Sunnah ,kita mendapatkan nash yang jelas
bahwa Adam adalah Nabi, sedangkan rasul yang pertama adalah Nuh.

Dari Anas bin Malik beliau berkata, dari Rasulullah

beliau bersabda : nabi

yang pertama kali diutus sebagai rasul adalah Nuh ( HR Ad-Dailami dengan sanad yang
hasan )

:
"

Dari Abu hurairoh secara marfu didalam hadist Syafaat yang panjang , di dalamnya
disebutkan : lalu mereka (manusia ) mendatangi Nuh dan berkata : wahai Nuh engkau
Adalah Rasul pertama yang diutus kemuka Bumi. (HR Muslim )
Dari dua hadist di atas menunjukkan bahwa Nuh Adalah rasul pertama yang Allah
utus di atas permukaan bumi dan ini yang dipahami oleh beberapa ulama Islam
seperti syaikh bin baaz beserta jajarannya di Haiah Kibarul Ulama, begitu juga syaikh
ibnu Utsaimin dan syaikh Al-Fauzan yang notabene mereka adalah Ulama besar di
Negeri Saudi Arabia.

Penjelasan Ilmiah

10

Sehingga Al-Imam Hurosyi di dalam mukhtashor Al-kholil berkata :

Awal Rasul adalah Nabi Adam , Dan awal nabi yang Allah
utus ke muka bumi
Adalah Idris , dan Awal rasul juga Nabu Nuh . dan tidak ada kontradiksi dalam dua
ungkapan ini , adapun Adam, maka Allah
utus kepada keluarga beliau untuk
mengajarkan mereka dan memberikan petunjuk kepada apa yang Allah
perintahkan
,maka Adam adalah rasul yang pertama, adapun Nuh dikatakan sebagai awal rasul
,maksudnya adalah awal rasul yang diutus kepada orang kuffar.
Jika ditinjau dari sisi Nabi Adam adalah nabi yang diutus kepada keluarganya
untuk menyampaikan wahyu dari Allah

, maka kami katakan bahwa beliau adalah

RASULULLAH.
Adapun dalil yang lain terkait permasalahan di atas adalah:
{}
Sesungguhnya kami telah wahyukan kepada engkau sebagaimana kami telah wahyukan
kepada Nuh dan para nabi setelahnya.
hadist yang di riwayatkan oleh Al Imam Bukhori no.4476 dan Al Imam Muslim no.322

"

Dari Anas bin Malik dari nabi beliau berkata: pada hari kiamat manusia di kumpulkan
oleh Allah
maka mereka saling berkata:duhai kalau kita meminta syafa'at kepada
Rabb kita, maka mereka pun mendatangi adam berkata kepadanya: engkau adalah
bapaknya manusia, Allah
telah menciptakan engkau dengan tangannya,

Penjelasan Ilmiah

11

memerintahkan para malaikat sujud kepadamu dan memberikan ilmu kpdmu tentang
segala sesuatu, maka mintalah syafa'at untuk kami kepada Rabbmu sehingga kami bisa
beristrahat dari tempat ini, maka nabi adam berkata:"aku bukanlah orangnya dan beliau
menyebut akan dosanya, maka beliaupuh malu,(beliaupun berkata) datangilah oleh
kalian Nuh, karna beliau adalah rasul yang pertama kali di utus oleh Allah
di
permukaan bumi
Barikut ini beberapa beberapa ulama yang berpendapat bah nuh adalah rasul yang
pertama:
1. Ibnu Batthol sebagaimana yang di nisbatkan oleh Imam Ibnu Hajar dalam fathul
bari ketika beliau menerangkan hadits no 6565, dimana beliau berkata:

Atau ketiganya adalah nabi bukan rasul dan inilah pendapat Imam Batthol pada
nabi Adam
2. Al Imam Qurtubi di dalam tafsirnya ketika menafsirkan ayat:

""
(annisa ayat 163) juga menyatakan bahwa Rasul yang pertama adalah nuh
berdasarkan ayat di atas. Berikut ini ucapan beliau:

" "

Di kedepannya penyebutan Nuh, dikarenakan beliau adalah nabi pertama yang


terjalannya syari'at melalui lisan beliau (rasul).
Dapat kita simpulkan bahwa, telah terjadi khilafiyah di kalangan ulama tentang
siapa rasul yang pertama kali di utus oleh Allah

, sebagiannya ada yang mengatakan

bahwa Adam -alaihissalam- sebagai rasul, adapula yang menyatakan Idris -alaihissalamdan ada juga yang menyatakan adalah Nuh-alaihissalam- sebagai rasul berdasarkan hadits
yang di riwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Anas yang telah kita sebutkan di atas.
Namun bersamaan itu mereka para ulama tidak saling menyesatkan satu sama lain karena
perbedaan pendapat dalam masalah ini.. Silahkan melihat kitab fathulbari karya Ibnu

Penjelasan Ilmiah

12

Hajar tatkala beliau mensyarah hadits no,6565 dan syarah shohih Muslim karya Imam
Nawawi tatkala beliau mensyarah hadits no,474.

B . BAGIAN IBADAH
Adapun hal-hal yang berkaitan dengan masalah Ibadah, maka jawabannya sebagai
berikut:
1. Pemahaman yang membolehkan niat shalat di luar takbiratul ihram adalah salah:

Jawaban :
Mari kita simak perkataan Imam Nawawi -rohimahulloh- dalam masalah ini:

Imamul Haromain (al-Juwaini), al-Ghozali dalam kitabnya al-Basith, dan (ulama


madzhab syafi'i) yg lainnya memilih pendapat, bahwa: tidaklah diwajibkan untuk terlalu
detail dalam hal membarengkan niat dengan takbir seperti yg disebutkan (yakni: bahwa
niat harus benar-benar berbarengan dengan takbiratul ihrom dari awal takbir, hingga
akhir takbir). Tapi niat sudah cukup dengan 'muqoronah urfiyyah aammiyah' (yakni
kebersamaan yg biasa dan dimampui oleh orang awam), yang penting ia sudah dianggap
menghadirkan kesadarannya akan sholatnya dan tidak dianggap lalai dari sholatnya,
(dalil dalam hal ini adalah) karena mengikuti generasi awal umat islam dalam sikap
mereka yang toleran dalam masalah ini.
Dan pendapat yang dipilih oleh dua orang ini, adalah pendapat yang terpilih
(dalam madzhab syafi'i), wallahu a'lam". (Al-Majmu', karya Imam Nawawi 3/277-3278)
Bahkan sebagian pengikut madzhab syafi'i mengatakan bahwa: bahwa niat harus
mendahului awal ibadah, agar tidak ada sebagian ibadah yg kosong dari niat. Imam
Nawawi -rohimahulloh- mengatakan:

Penjelasan Ilmiah

13

Pendapatnya Abu Manshur Ibnu Mahron gurunya Abu Bakar al-Audni: Bahwa niat
wajib mendahului awal takbirotul ihrom dengan waktu yang sedikit, agar awal niatnya
tidak terlambat dari awal takbirnya. (Al-Majmu', karya Imam Nawawi 3/277)
Bahkan Imamul Haromain (al-Juwaini) -rohimahulloh- mengatakan:

Adapun mengharuskan barengnya niat dengan waktu takbir sebagaimana disebutkan


oleh ahli fikih, maka itu termasuk sesuatu yang tidak dimampui oleh manusia (Nihayatul
Mathlab, karya Al-Juwaini, 2/117)
Kalau kita tinjau definisi niat menurut ulama syafiiyyah, maka kita dapatkan
mereka memiliki beberapa definisi. Diantaranya apa yang didefinisikan oleh Al Imam
An-Nawawy .
Berkata Al-Imam An-Nawawy di dalam Al-Majmu menukilkan dari Al-Imam
Al- Azhary :

353
Niat adalah keinginan seseorang untuk melakukan amalan wajib atau yang selain wajib
(Al-Majmu : 1/353).
Dzhahir dari ucapan Al-Imam An-Nawawy bahwa niat adalah kenginan yang
mutlak baik muqoronah (disertai) dengan amalan ataukah sebelum amalan.

Untuk lebih jelas lagi kami nukilkan ucapan Al-Imam Al-Bajury di dalam
hasyiyahnya terhadap kitab Al-Khotiib :

Penjelasan Ilmiah

14

dan penganggapan muqoronah (kebersamaan) dalam niat itu sangat berpolemik , karena
niat akan sah walaupun tidak ada muqoronah (kebersamaan) dengan amalan seperti di
dalam amalan puasa, kecuali kalau iqhtiran itu hanya ungkapan yang dipahami secara
umum, maka mungkin saja.
Dengan demikian , maka adanya muqoronah niat didalam amalan bukan syarat
sahnya amalan tersebut sebagaimana disebutkan olem Al Imam Al bajury diatas.
Walaupun kami tetap mengatakan afdhiliyyah jika niat tersebut muqaranah dengan
amalan sebagaimana ini adalah pendapat jumhur.

2. Pemahaman yang mengharamkan qunut pada shalat shubuh adalah salah.


Jawaban :
Sepengetahuan kami. Masalah qunut shubuh terjadi khilafiyah dikalangan para
ulama, tentang disyariatkan atau tidaknya qunut Shubuh.
Pendapat pertama : Qunut shubuh disunnahkan secara terus-menerus, ini adalah
pendapat Imam Malik, Ibnu Abi Laila, Al-Hasan bin Sholih dan Imam Syafiiy.
Pendapat kedua : Qunut shubuh tidak disyariatkan karena qunut itu
sudah mansukh (terhapus hukumnya). Ini pendapat Abu Hanifah, Sufyan Ats-Tsaury dan
lain-lainnya dari ulama Kufah.
Pendapat ketiga : Qunut pada sholat shubuh tidaklah disyariatkan kecuali pada qunut
nazilah maka boleh dilakukan pada sholat shubuh dan pada sholat-sholat lainnya. Ini
adalah pendapat Imam Ahmad, Al-Laits bin Sad, Yahya bin Yahya Al-Laitsy dan ahli
fiqh dari para ulama ahlul hadits.

Selama ini, kami melihat dari tiga perbedaan pendapat dikalangan ulama in,i
pendapat ketiga lebih bersesuaian dengan dalil-dalil shohih yang ada.

Adapun yang menjadi landasan dalil bagi pendapat ketiga adalah sebagai berikut:

Satu : Hadits Saad bin Thoriq bin Asyam Al-Asyjai

Penjelasan Ilmiah

15

Saya bertanya kepada ayahku : Wahai ayahku, engkau sholat di belakang


Rasulullah
dan di belakang Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali radhiyallahu
anhum di sini dan di Kufah selama 5 tahun, apakah mereka melakukan qunut pada
sholat subuh ?. Maka dia menjawab : Wahai anakku hal tersebut (qunut subuh)
adalah perkara baru (bidah). Dikeluarkan oleh Tirmidzy no. 402, An-Nasa`i no.1080
dan dalam Al-Kubro no.667, Ibnu Majah no.1242, Ahmad 3/472 dan 6/394, AthThoyalisy no.1328, Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 2/101 no.6961, AthThohawy 1/249, Ath-Thobarany 8/no.8177-8179, Ibnu Hibban sebagaimana dalam AlIhsan no.1989, Baihaqy 2/213, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtarah 8/97-98, Ibnul Jauzy
dalam At-Tahqiq no.677-678 dan Al-Mizzy dalam Tahdzibul Kamal dan dishohihkan
oleh syeikh Al-Albany dalam Irwa`ul Gholil no.435 dan syeikh Muqbil dalam AshShohih Al-Musnad mimma laisa fi Ash-Shohihain.
Dua : Hadits Ibnu Umar

Dari Abu Mijlaz beliau berkata : saya sholat bersama Ibnu Umar sholat shubuh lalu
beliau tidak qunut. Maka saya berkata : apakah lanjut usia yang menahanmu (tidak
melakukannya). Beliau berkata : saya tidak menghafal hal tersebut dari para
shahabatku. Dikeluarkan oleh Ath-Thohawy 1\246, Al-Baihaqy 2\213 dan AthThabarany sebagaimana dalam Majma Az-Zawaid 2\137 dan Al-Haitsamy berkata
:rawi-rawinya tsiqoh.
Dengan penjelasan diatas dipahami bahwa tidak ada dalil yang shohih
menunjukkan disyariatkannya mengkhususkan qunut pada sholat shubuh secara terusmenerus. Bahkan qunut shubuh secara terus-menerus tidak dikenal dikalangan para
shahabat sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Umar diatas. Itulah pendapat kami selama
ini.

Adapun pendapat pertama yang menjadi amalan sebagian kaum muslimin lainnya,
yang kami pahami menggunakan dalil-dalil sebagai berikut :
Penjelasan Ilmiah

16

Dalil yang paling kuat yang dipakai oleh para ulama yang menganggap qunut
subuh itu sunnah adalah hadits berikut ini :

Terus-menerus Rasulullah
dunia.

qunut pada sholat Shubuh sampai beliau meninggalkan

Dikeluarkan oleh Abdurrozzaq dalam Al Mushonnaf 3/110 no.4964, Ahmad 3/162,


Ath-Thohawy dalam Syarah Maani Al Atsar 1/244, Ibnu Syahin dalam Nasikhul
Hadits

Wamansukhih no.220,

Al-Hakim

dalam

kitab Al-Arbain sebagaimana

dalam Nashbur Royah 2/132, Al-Baihaqy 2/201 dan dalam Ash-Shugro 1/273, AlBaghawy

dalam Syarhus

Sunnah 3/123-124

no.639,

Ad-Daruquthny

dalam Sunannya 2/39, Al-Maqdasy dalam Al-Mukhtaroh 6/129-130 no.2127, Ibnul


Jauzy dalam At-Tahqiq no.689-690 dan dalam Al-Ilal Al-Mutanahiyah no.753 dan AlKhatib Al-Baghdady dalamMudhih Auwan Al Jama wat Tafriq 2/255 dan dalam
kitab Al-Qunut sebagaimana dalam At-Tahqiq1/463.

Semuanya periwayatan diatas dari jalan Abu Jafar Ar-Rozy dari Ar-Robi bin Anas dari
Anas bin Malik.
Hadits ini dishohihkan oleh Muhammad bin Ali Al-Balkhy dan Al-Hakim sebagaimana
dalamKhulashotul Badrul Munir 1/127 dan disetujui pula oleh Imam Al-Baihaqy.

Namun Imam Ibnu Turkumany dalam Al-Jauhar An-Naqy berkata : Bagaimana


bisa sanadnya menjadi shohih sedang rowi yang meriwayatkannya dari Ar-Robi bin
Anas adalah Abu Jafar Isa bin Mahan Ar-Rozy mutakallamun fihi (dikritik).
Berkata Ibnu Hambal dan An-Nasa`i : Laysa bil qowy (bukan orang yang kuat).
Berkata Abu Zurah : Yahimu katsiran (Banyak salahnya).
Berkata Al-Fallas : Sayyi`ul hifzh(Jelek hafalannya).
Dan berkata Ibnu Hibban : Dia bercerita dari rowi-rowi yang masyhur hal-hal yang
mungkar.

Penjelasan Ilmiah

17

Dan Ibnul Qoyyim dalam Zadul Maad jilid I hal.276 setelah menukil suatu
keterangan dari gurunya tentang salah satu bentuk hadits mungkar yang diriwayatkan
oleh Abu Jafar Ar-Rozy, beliau berkata : Dan yang dimaksudkan bahwa Abu Jafar ArRozy adalah orang yang memiliki hadits-hadits yang mungkar, sama sekali tidak dipakai
berhujjah oleh seorang pun dari para ahli hadits periwayatan haditsnya yang ia
bersendirian dengannya.
Dan bagi siapa yang membaca keterangan para ulama tentang Abu Jafar Ar-Rozy
ini,

ia

akan

melihat

bahwa

kritikan

terhadap

Abu

Jafar

ini

adalah Jarh

mufassar (Kritikan yang jelas menerangkan sebab lemahnya seorang rawi). Maka apa
yang disimpulkan oleh Ibnu Hajar dalam Taqrib-Tahdzib sudah sangat tepat. Beliau
berkata : Shoduqun sayi`ul hifzh khususon anil Mughiroh (Jujur tapi jelek hafalannya,
terlebih lagi riwayatnya dari Mughirah). Maka Abu Jafar ini lemah haditsnya dan hadits
qunut subuh yang ia riwayatkan ini adalah hadits yang lemah bahkan hadits yang
mungkar.
Ada beberapa dalil lainnya terkait Rasulullah

melakukan qunut shubuh secara

terus menerus, namun sebagaimana kami sebutkan diatas kedudukan hadits-hadits


lainnya lebih lemah dibandingkan dengan hadits diatas.
Atas pertimbangan hal tersebutlah kami menilai pendapat ketiga dari tiga pendapat yang
ada ebih kuat pendalilannya.

3 Pemahaman yang menyatakan bahwa haram memperingati maulid Nabi


Muhammad

adalah salah.

Jawaban :
Sebagaimana yang kita pahami bersama, hal yang mendasari kaum muslimin
dalam melaksanakan peringatan maulid nabi adalah kecintaan dan pengagungan terhadap
Rasulullah

, dan kecintaan terhadap Rasulullah

iman , bahkan Allah


Rasulullah

adalah termasuk dari kesempurnaan

telah memerintahkan hamba hambanya untuk mencintai

Penjelasan Ilmiah

18

Allah

berfirman :

[ 157 :].
Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan
mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Quran), mereka itulah
orang-orang yang beruntung.
Tentunya tidak ada seorangpun dari kaum muslimin yang telah mengucapkan dua
kalimat syahadat kecuali akan terpancar di dalam hatinya kecintaan kepada Rasulullah
.
Akan tetapi sungguh kami menginginkan di dalam merealisasikan kecintaan kami
kepada Rasulullah

untuk sesuai dengan apa yang diajarkan dan diarahkan Rasulullah

sendiri.
Selama ini sejauh yang telah kami pelajari, kami tidak pernah mendapatkan dari
Rasulullah

, baik perintah, perbuatan, atau hasungan untuk merayakan peringatan

maulid nabi tersebut, sehingga kami memilih untuk menahan diri agar tidak
melakukannya, dan menyibukkan diri kami dengan sunnah-sunnah Rasulullah

yang

lain yang kiranya masih banyak yang belum kita lakukan, tentunya sebagai perwujudan
cinta sejati kepada Rasulullah

Pemahaman yang menyatakan bahwa haram berzikir dan berdoa secara


berjamaah adalah salah

Jawaban :
Tanggapan kami atas substansi fatwa tersebut adalah, bahwa kami mengharamkan
secara mutlak berdoa secara jamaah, ini tidak benar berasal dari keyakinan kami, karena
kami meyakini doa berjamaah disyariatkan dalam shalat Isitisqa, adapun do`a berjamaah
dalam hal selain shalat istisqa, maka kami belum menemukan dalil pensyariatannya,
begitu pula dalam hal dzikir jamaah.

Penjelasan Ilmiah

19

Terkait dengan hal di atas, telah datang penjelasan kepada kita tentang
permasalahan ini dari ulama ahlussunnah diantaranya adalah Pendapat Imam Ahmad Bin
Hambal;
Imam Ahmad bin Hambal pernah ditanya:

Apakah diperbolehkan sekelompok orang berkumpul, berdoa kepada Allah


mengangkat tangan? Maka beliau mengatakan:

,dengan

Aku tidak melarangnya jika mereka tidak berkumpul dengan sengaja, kecuali kalau
terlalu sering. (Diriwayatkan oleh Al-Marwazy di dalam Masail Imam Ahmad bin
Hambal wa Ishaq bin Rahuyah 9/4879)
Berkata Al-Marwazy:

Dan makna jangan terlalu sering adalah jangan menjadikannya sebagai kebiasaan,
sehingga dikenal oleh manusia dengan amalan tersebut. (Masail Imam Ahmad bin
hambal wa Ishaq bin Rahuyah 9/4879).
Adapun dzikir bersama, dipimpin oleh seseorang kemudian yang lain mengikuti
secara bersama-sama maka hal ini kami tidak mendapatkan nukilan dan contohnya dari
ulama terdahulu, tidak ada dalilnya dan tidak diamalkan para salaf. Bahkan mereka
mengingkari dzikir dengan cara seperti ini, sebagaimana dalam kisah Abdullah bin
Masud ketika beliau mendatangi sekelompok orang di masjid yang sedang berdzikir
secara berjamaah, maka beliau mengatakan:

Penjelasan Ilmiah

20

Apa yang kalian lakukan?! Celaka kalian wahai ummat Muhammad, betapa cepatnya
kebinasaan kalian, para sahabat nabi kalian masih banyak, dan ini pakaian beliau juga
belum rusak, perkakas beliau juga belum pecah, demi Dzat yang jiwaku ada di
tangannya, kalian ini berada di atas agama yang lebih baik dari agama Muhammad,
atau kalian sedang membuka pintu kesesatan? (Diriwayatkan oleh Ad-Darimy di
dalam Sunannya no. 204, dan dishahihkan sanadnya oleh Syeikh Al-Al-Albany di
dalam Ash-Shahihah 5/12)
Berkata Asy-Syathiby rahimahullahu:

Jika syariat telah menganjurkan untuk dzikrullah misalnya, kemudian sekelompok


orang membiasakan diri mereka berkumpul untuknya (dzikrullah) dengan satu lisan dan
satu suara, atau pada waktu tertentu yang khusus maka tidak ada di dalam anjuran
syariat yang menunjukkan pengkhususan ini, justru di dalamnya ada hal yang
menyelisihinya, karena membiasakan perkara yang tidak lazim secara syariat akan
dipahami bahwa itu adalah syariat, khususnya kalau dihadiri oleh orang yang dijadikan
teladan di tempat-tempat berkumpulnya manusia seperti masjid-masjid. (AlItisham 2/190)
Wallahu alam.

5 Pemahaman yang menyatakan bahwa wajib mengikuti hanya Al-Quran dan Hadits
dalam bidang Aqidah, Syariah dan Akhlak adalah salah

Jawaban :
Kami meyakini diantara prinsip ahlussunnah waljamaah membangun aqidah,
syariah, akhlak, dan muamalah di atas 4 pondasi, yang pertama Al-Quran, As-Sunnah

Penjelasan Ilmiah

21

yang shohih, ijma yang mundhobid, dan qiyas yang shohih. Jadi tidak benar bahwa
kami hanya mencukupkan kepada Al Quran dan Sunnah saja. Hal ini dapat dilihat dari
penjelasan-penjelasan kami diatas dimana kami tidak mencukupkan dengan dalil-dalil
dari Al Quran dan Sunnah saja.

Berkata Al Imam Asyafiie rahimahullah :

dan semua apa yang aku sifatkan dari apa yang aku sebutkan dan apa yang aku diam
atasnya semua itu dari hukum Allah
dan hukum rasulnya juga hukum muslimin, dalil
bahwa tidak boleh bagi orang yang menyiapkan dirinya untuk menjadi seorang hakim
ataupun seorang mufti ( Ahli fatwa ) untuk berhukum ataupun memberikan fatwa kecuali
dari berita yang pasti dan itu bersumber dari alkitab dan assunnah atau apa yang
diucapkan ahli ilmu yang mereka tidak berselisih ( ijma) , atau qiyas kepada salah satu
dari yang diatas ( Al Umm : 7 / 298 )
Berkata pula Imam Syafii rahimahullah ketika menjawab orang yang bertanya
kepada beliau tentang perselisihan diantara para shahabat, beliau berkata:

.
kita kembali kepada apa yang sesuai dengan Al Kitab atau as Sunnah atau ijma atau
qiyas yang shahih. (Ar Risalah: 596)
Demikianlah penjelasan ilmiyah secara rigkas dari kami terkait dengan fatwa
MPU Aceh no.9 tahun 2014, semoga dengan penjelasan ini dapat memberikan
pencerahan kepada semua pihak sehingga tidak menimbulkan salah persepsi.
Terkait dengan pemanggilan kami ke MPU Aceh pada tanggal 21 Juni 2014 tidak
tertutup kemungkinan ada kalimat yang kami ucapkan tidak sesuai dengan penjelasan di
atas karena keterbatasan kami dalam penguasaan dalil dan dikarenakan pemanggilan
yang mendadak tanpa ada penjelasan agenda.
Penjelasan Ilmiah

22

Perlu pula diketahui bahwa perkara-perkara yang disamapaikan dalam fatwa


MPU Aceh, merupakan perkara yang bukan menjadi pokok bahasan didalam majelis
majelis talim yang kami selenggarakan, karena kami sangat mempertimbangkan
kesiapan masyarakat dalam menerima khilafiyyah dari perkara- perkara yang dimaksud.
Kami sangat berlapang dada untuk menerima kebenaran , sebagaimana pepatah
Arab mengatakan :

Kebenaran Adalah barang hilangnya seorang mukmin.

Bahkan Kami khawatir terhadap diri diri kami akan adzab Allah
menyelisihi kebenaran sebagaiman Allah

jika kami

berfirman :

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan
mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa
terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam
Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. (QS: An Nisaa: 115)
Akhirnya kami mengharap fatwa yang dikeluarkan MPU Aceh nomor 09 tahun
2014 dapat dilakukan peninjauan kembali. Dan kami mohon maaf apa bila ada perkataan
dan sikap kami yang tidak pada tempatnya selama berinteraksi .tentunya nasehat yang
membangun sangatlah kami harapkan.

Semoga Allah

memberikan kepada kita

taufiq dan inayahnya untuk selalu mengikuti petunjuknya, dan semoga Allah
menganugerahkan kepada kita keistiqomahan untuk meraih husnul khotimah.Amin Ya
Robbal Alamien.

Penjelasan Ilmiah

23

Anda mungkin juga menyukai