Anda di halaman 1dari 7

.

Latar Belakang Masalah

Betapa penting peran menyimak dalam kehidupan sehari-hari, kiranya tidak perlu diragukan lagi.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada berbagai kesibukan menyimak.
Apalagi dalam era globalisasi seperti saat ini, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, masyarakat dituntut untuk mampu menyimak berbagai informasi dengan cepat dan tepat,
baik melalui berbagai media, seperti radio, televisi, telepon, dan internet, maupun melalui tatap
muka secara langsung. Berbagai lembaga, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta, sering
mendatangkan para pakar yang sesuai dengan bidang informasi yang dibutuhkannya untuk
memecahkan masalah yang dihadapi melalui kegiatan rapat, ceramah, seminar, diskusi, debat,
simposium, dan sebagainya. Dalam kegiatan semacam itu, peserta dituntut untuk memiliki
keterampilan menyimak yang memadai.

Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif, kreatif, produktif
dan resetif apresiatif yang mana salah satu unsurnya adalah keterampilan menyimak yang bertujuan
untuk menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa
simakan.

Jika diperinci, minimal ada empat peran menyimak dalam kehidupan, yaitu sebagai landasan belajar
bahasa, penunjang keterampilan berbicara, membaca, dan menulis, pelancar komunikasi, dan
penambah informasi.

Apabila dibandingkan dengan aktivitas berbahasa yang lain, aktivitas menyimak selalu melebihi
kegiatan berbicara, membaca, dan menulis (hasil penelitian Paul T. Rankin: menyimak: 42%;
berbicara: 25%; membaca: 15%; menulis: 11% ). Hal itu menunjukkan bahwa menyimak mempunyai
peran yang penting. Untuk itu peranan keterampilan menyimak siapa saja sebagai suatu hal
mendesak yang harus dilaksanakan

Dengan demikian menyimak sangat penting dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu kami
akan mencoba menyusun konstribusi ilmu menyimak dalam peningkatan upaya menyimak efektif.

. Pengertian Menyimak

Menyimak adalah mendengar secara khusus dan terpusat pada objek yang disimak (panduan bahasa
dan sastra Indonesia,

Pengertian menyimak menurut ahli

· Drs. Natasasmita Hanapi. 1995: 18)

Menyimak dapat didefinisikan suatu aktivitas yang mencakup kegiatan mendengar dan bunyi
bahasa, mengidentifikasi, menilik, dan mereaksi atas makna yang terkandung dalam bahan simakan.
(Djago Tarigan; 1991: 4).

· Tarigan ( 1994 : 27 )

Pada kegiatan mendengar mungkin si pendengar tidak memahami apa yang didengar. Pada kegiatan
mendengarkan sudah ada unsur kesengajaan, tetapi belum diikuti unsure pemahaman karena itu
belum menjadi tujuan. Kegiatan menyimak mencakup mendengar, mendengarkan dan disertai usaha
untuk memahami bahan simakan. Oleh karena itu dalam kegiatan menyimak ada unsure
kesengajaan, perhatian dan pemahaman, yang merupakan unsure utama dalam setiap peristiwa
menyimak. Penilaiannya pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak, bahkan melebihi unsur
perhatian.

· Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (dalam Sutari,1997:16),

Mendengar mempunyai makna dapat menangkap bunyi dengan telinga. Sadar atau tidak, kalau ada
bunyi maka alat pendengaran kita akan menangkap atau mendengar bunyi-bunyi tersebut. Kita
mendengar suara itu, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi
datang secara kebetulan. Bunyi-bunyi yang hadir di telinga itu mungkin menarik perhatian, mungkin
juga tidak. Mendengarkan atau menyimak merupakan proses menangkap pesan atau gagasan yang
disajikan melalui ujaran.

Kendala-kendala dalam menyimak menurut Russel Back dalam Tarigan 1994: 82-86, ada tujuh
yaitu :
1. Keegosentrisan
Keegosentrisan adalah sifat mementingkan diri sendiri atau sering disebut egois. Di dunia ini
banyak orang yang mempunyai sifat seperti itu, mereka cenderung tidak perduli dengan
lingkungan sekitarnya. Dia lebih senang didengar orang daripada mendengarkan pendapat
orang lain. Sifat seperti ini merupakan kendala dalam menyimak.

2. Keengganan untuk terlibat


Keengganan menanggung resiko, jelas menghalangi kegiatan menyimak karena menyimak
adalah salah satu kegiatan yang harus melibatkan diri dengan sang pembicara.

3. Ketakutan akan perubahan


Apabila ingin menjadi penyimak yang baik, harus rela mengubah pendapat bahkan bila perlu
harus berani mengubah dan menukar pendapat sendiri kalau memang ada pendapat atau
gagasan yang lebih diandalkan dari orang lain.

4. Keinginan menghindari pertanyaan


dengan alasan jawaban yang diberikan akan memalukan, hal ini merupakan kendala dalam
diskusi, kegiatan berbicara, dan menyimak
5. Puas terhadap penampilan eksternal
Apabila merasa puas dengan tanda simpatik itu maka kita akan gagal menyimak lebih
intensif lagi untuk melihat kalau pengertian itu benar-benar wajar. Orang yang merasa cepat
puas karena telah mengetahui maksud pembicara berarti tergolong penyimak yang tidak baik.

6. Pertimbangan yang prematur


apabila ada sesuatu yang prematur, maka itu merupakan sesuatu yang tidak wajar. Hal itu
merupakan contoh penyimak yang jelek, dan sifat seperti itu justru menghalanginya menjadi
penyimak yang efektif.

7. Kebingungan semantik.
Makna suatu kata tergantung kepada individu yang memakainya dalam situasi tertentu dan
waktu tertentu. Seseorang yang ingin menjadi penyimak yang efektif harus mempunyai
kosakata yang memadai.

Kendala-kendala kognitif dalam menyimak

Dalam memahami isi pesan terdapat rentetan peristiwapsikologis tertentu. Saat terjadi proses
pemahaman, ada hal-hal yang dapat mengganggu sehingga tidak bisa terjadi proses menyimak
dengan mulus dan baik. Akibatnya, penerimaan pesan saat menyimak tidak bisa berhasil secara
maksimal.

Adapun hal yang dapat mengganggu proses menyimak, yaitu :

1. Daya tampung Kecil

Kecilnya daya tampung ingatan jangka pendek akan menghambat proses pemahaman pesan, karena
memori tidak bisa memproses pesan yang masuk. Kasus ini terjadi karena penyimak : (a) pikirannya
penuh masalah, (b)sedang memikirkan masalah lain saat menyimak, dan (c) daya ingat lemah,
misalnya karena lelah rohani.

2. Sulit Memproses Lambang Bunyi yang Terserap

Kesulitan IJD dalam memproses lambang bunyi yang terserap saat menyimak, kemungkinan di
sebabkan oleh (a) penyimak tidak menguasai bahasannya, (b) struktur penyampaian pesan tidak
teratur atau logikanya kacau, (c) bagian-bagian informasi ada yang tidak terserap atau terdengar,
dan (d) ada istilah khusus yang tidak dimengerti penyimak.

3. Ingatan Jangka Panjang (IJJ) Menolak Konsep Baru yang Masuk

Penolakan konsep baru terjadi karena IJJ menolak konsep yang datang dari IJD, dengan cara
mengirim konsep atau pengertian yang telah ada pada IJJ, sehingga terjadi “perang konsep” di dala
pikiran. Peristiwa ini terjadi jika penyimak (a) tertutup terhadap pandangan baru, (b) sikap egois, (c)
konsep baru bertentangan dengan kepercayaan atau pandangan hidup penyimak, dan (d) trauma
terhadap konsep yang baru ada.
4. Ada Lambang Lain Masuk Lewat Indra selain Pendengaran Bertentangan

Beberapa lambang lisan lain masuk indra lain sering masuk dan bertentangan dengan lambang yang
masuk lewat indra pendengar, sehingga mengganggu kosentrasi atau perhatian. Kejadian itu
misalnya saat menyimak , si penyimak (a) melihat gambar atau kejadian yang isisnya tidak
berhubungan dengan isi simakan, (b) terganggu kegundahan atau pertengkaran, dan (c) menyimak
sambil bermain-main dengan benda yang mengasyikkan.

5. Konsep yang Ada pada IJJ Tergoncang oleh Konsep Baru

Sering konsep atau pengertian yang ada pada IJJ tergoncang oleh pengertian yang baru diterima oleh
seseorang sehingga IJJ menjadi labil. Hal ini terjadi karena penyimak (a) bingung menyikapi konsep
baru, (b) tidak mampu menata informasi baru dengan pengetahuan yang di senangi, (c) fanatik
terhadap suatu konsep saja, dan tidak mau mengakui keberadaan pengetahuan lain, dan (d) malas
belajar.

6. Skema Tidak Cocok

Menyimak akan terhambat jika didalam otak tidak ada sejumlah pengetahuan (skemata) tentang
materi yang sedang disimak. Kondisi ini terjadi pada saat penyimak (a) kecerdasannya terbatas, (b)
tidak menguasai materi sama sekali, (c) datang terlambat terlalu lama, sehingga informasi
terpenggal-penggal, dan (d) tidak mengetahui tema, topik, tujuan, dan perlunya kegiatan menyimak
yang sedang di lakukan.

Usaha Mengatasi Hambatan

Ada beberapa upaya untuk mengatasi hambatan dalam menyimak ,antara lain:

1. Menyatukan pikiran dan perasaan terhadap permasalahan dalam pembicaraan.

2. Membuat rangkuman berdasarkan ingatan sendiri.

3. Mempertimbangkan fkta- fakta atau bukti- bukti yang telah di terima.

4. Menyimak uraian berdasarkan kelompok gagasan (bukan perkata).

5. Jangan malu-malu dalam meminta penjelasan dari pembicara atau orang lain mengenai hal yang
belum kita pahami
PERILAKU MENYIMAK

Dalam kegiatan menyimak terdapat dua tipe perilaku, yaitu :

1. Menyimak Fakutal.

Pada saat menyimak, kita mencoba menangkap ide-ide pokok, gagasan-gagasan pnting pembicara.
Aneka kegiatan yang kita laksanakan, yaitu :

a. Memusatkan perhatian pada pesan-pesan orang lain, dan

b. Berusaha mendapatkan fakta-fakta.

Menyimak faktual menuntut empat keterampilan khusus, yaitu:

1. Kita harus melibatkan diri secara total pada situasi komunikasi.

2. Kita harus menguasai atau kiat pembuatan catatan yang tepat guna.

3. Kita harus mencari serta menganalisis sarana-sarana penunjang yang diutarakan oleh
pembicara.

4. Kita harus mencari pola organisasi dan struktur keseluruhan sang pembicara.

Menyimak factual ini merupakan suatu keterampilan dengan aneka penerapan yang tidak terbatas
kegunaannya; bagi setiap situasi komunikasi sangat berguna, misalnya bagi para wartawan, guru,
mahasiswa, hakim, reporter, lembaga konsumen, para juri dan sebagainya.

2. Menyimak Empatik

Ada beberapa yang dituntut dalam menyimak empatik, di antaranya :

a. Memperhatikan isyarat-isyarat nonverbal,

b. Menempatkan diri pada posisi orang lain, dan

c. Memusatkan perhatian pada pesan, bukan pada penampilan.


Agar menjadi penyimak yang baik, kita harus memusatkan perhatian pada pesan. Ada beberapa cara
untuk melakukan hal ini, antara lain :

1. Buatlah catatan-catatan mental dari butir-butir utama.

2. Pikirkan dan renungkanlah kemungkinan adanya cara-cara lain untuk menunjang ide-ide utama
sang pembicara.

3. Cari dan dapatkanlah cara yang telah dipakai pembicara untuk mengorganisasikan atau
member struktur terhadap penampilannya.

Ada empat perilaku menyimak yang baik menurut Hunt, 1981 : 24-5, yaitu:

1. Kalau tertarik pada pesan tertentu , perlihatkan hal itu tanpa ragu.

2. Kalau seorang pembicara tidak mengemukakan pesan secara menarik, jangan ragu menunjkan
hal itu.

3. Sikap dan gaya yang baik dan menarik hati menuntut keterlibatan 100% dalam situasi
pembicara di muka umum.

4. Kalau keterlibatan selanjutnya diperlukan, jangan ragu memperlihatkan kepentingan itu.

Agar tujuan dapat tercapai, siasat-siasat menyimak berikut ini dapat dimanfaatkan :

1. Buanglah prasangka yang ada.

2. Manfaatkanlah umpan balik nonverbal.

3. Gunakanlah umpan balik verbal.

4. Kemukakan pertanyaan yang jitu dan tepat guna.

5. Praktikkan aneka tipe menyimak yang beda sesuai situasi dan tujuan.

Menurut Mc. Cabe dan Bender ada beberapa langkah untuk meningkatkan keterampilan
menyimak. Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. menerima keanehan sang pembicara.


Penyimak rela atau mau menerima keanehan atau keganjilan yang terdapat pada
penampilan pembicara
2. memperbaiki sikap.
Penyimak tidak berpura-pura menyimak sementara pikirannya telah melayang ke mana-
mana.

3. memperbaiki lingkungan.
Pilihlah tempat yang memungkinkan untuk menyimak lebih baik, jangan memilih tempat
duduk dekat pintu tempat para partisipan keluar masuk.

4. meningkatkan pembuatan catatan.


Dalam menyimak, sebaiknya apa yang disimak harus dicatat inti-intinya saja. Catatan yang
baik dan bermutu tidak tergantung pada panjangnya catatan, tetapi pada ketepatan memilih
butir-butir gagasan yang penting dalam kalimat.

5. menyaring tujuan menyimak yang spesifik. Menetapkan tujuan khusus dalam menyimak
akan membantu kita memusatkan perhatian pada kegiatan menyimak. Andaikata kita
menyimak mempunyai tujuan menangkap garis besar argumen utama sang pembicara maka
sebaiknya kita memusatkan perhatian ke arah yang dituju.

6. memanfaatkan waktu secara bijaksana. Kecepatan dalam menyimak jauh lebih cepat
daripada kecepatan berbicara. Oleh sebab itu, perlu direncanakan penggunaan waktu secara
diferensial. Arahakanlah penyimakan kepada sang pembicara dan ramalkanlah ide-idenya
yang baru. Gunakanlah waktu semaksimal mungkin untuk menyimak pembicaraan yang
sedang berlangsung.

7. menyimak secara rasional.


Dalam menyimak harus disadari kadangkala kita mereaksi emosional, ini dapat
mempengaruhi kegiatan menyimak. Oleh sebab itu, kita harus menahan emosi dengan cara
memusatkan perhatian pada pembicaraan yang sedang berlangsung

8. berlatih menyimak bahan-bahan yang sulit. Dalam menyimak biasakanlah berlatih menyimak
bahan atau materi sulit yang diutarakan pembicara. Perluaslah wawasan dengan menerima
tantangan karena dengan tantangan maka pengetahuan akan bertambah.

Anda mungkin juga menyukai