Anda di halaman 1dari 3

Pengharapan Menghidupi Tindakan Kasih

Bagi orang-orang Kristen, kata ‘Shalom’ sudah jadi sapaan yang sering kita dengar. Kata ini
biasanya akan diucapkan waktu ketemu dengan orang lain atau berkunjung ke suatu tempat.
Shalom juga dikenal sebagai pengganti sapaan. Kata Shalom ini sebenarnya bermakna mendalam
yang berasal dari bahasa Ibrani yang artinya damai sejahtera. Dalam budaya Israel menyebutkan
shalom sebagai suatu harapan akan kehidupan yang damai. Begitu juga Gereja sepanjang abad
yang diberikan tugas dan panggilan dari Allah untuk menghadirkan dan mengabarkan Shalom
Allah yang menyatakan Injil keselamatan Yesus Kristus. Pemahaman ini juga yang disampaikan
Rasul Paulus terhadap jemaat hasil pemberitaan injilnya yaitu jemaat Tesalonika. Berbicara
tentang jemaat Tesalonika berada di Ibu kota pelabuhan yang paling terkemuka di Makedonia.
Di masa lalu, jemaat Tesalonika berada di kota perdagangan yang multikultural. Dikota ini
terjadi berbagai perjumpaan antar bangsa yang berlatarbelakang aneka kebudayaan dan agama.
Ada banyaknya paham kebudayaan, agama dan filsafat yang datang untuk memperkenalkan
dirinya. Termaksud Injil yang diberitakan oleh beberapa rasul Pada ayat 1 seperti Paulus,
Silwanus dan Timotius.

Pada ayat 2-3 kita melihat respon dari Paulus yang sangat bersyukur dengan keteguhan iman
jemaat Tesalonika yang selalu menghadirkan Shalom Allah di tengah kepelbagaian. Di tengah
penganiayaan, mereka tetap menyebutkan nama dari para rasul dalam doa mereka karena itu
rasul Paulus pun menyebutkan jemaat Kristen di Tesalonika dalam doanya. Dalam ayat 3, ada
tiga istilah penting yaitu pekerjaan iman, usaha kasih, dan ketekunan pengharapan. Tiga istilah
ini disingkat menjadi Iman, kasih, dan pengharapan. Tiga istilah ini adalah ciri khas yang ada
pada jemaat Kristen Tesalonika. Ketika mereka mampu bertahan dalam penganiayaan, maka itu
adalah Kekuatan Roh Kudus yang bekerja melalui iman. Inilah yang disebut pekerjaan iman
Lalu, pekerjaan iman itu menjadi nyata dalam usaha kasih dan ketekunan dalam pengharapan.
Usaha kasih adalah sebuah tindakan nyata dalam persekutuan jemaat Kristen di Tesalonika. Ada
dua usaha kasih yang konkrit dalam kehidupan jemaat Kristen di Tesalonika yaitu berdoa (ay.1)
dan bertahan. Kata kasih dalam bahasa Yunani dipakai kata agapes atau agape yang artinya
kasih Allah yang berdasarkan pada pengorbanan. Artinya, dalam diri jemaat Kristen di
Tesalonika ada kasih Allah yang tidak mementingkan diri sendiri di antara sesama anggota
jemaat. Lalu, istilah selanjutnya ketekunan pengharapan berarti jemaat Kristen di Tesalonika
bersandar bertahan dengan harapan bahwa pekerjaan iman mereka di tengah penganiayaan
dibenarkan di hadapan Allah. Dalam ayat 3, Rasul Paulus menegaskan bahwa pekerjaan iman
mereka itu nyata di hadapan Allah. Allah melihat dan memperhatikan penganiayaan yang jemaat
Kristen di Tesalonika hadapi. Allah sendiri hadir bersama mereka di tengah penganiayaan. Itu
berarti bahwa jemaat Kristen di Tesalonika tidak pernah sendirian. Roh Kudus ada bersama
mereka, ada dalam hati dan pikiran mereka.
Dalam ayat 4 – 5, ada dua poin penting yaitu pemilihan Allah dan kekuatan Roh Kudus. Dalam
konteks pembacaan kita hari ini, ada perpindahan agama secara besar-besaran di Tesalonika.
Orang-orang Romawi Yunani berpindah menjadi agama Kristen. Mereka menerima kebenaran
Injil tentang Yesus Kristus. Rasul Paulus menegaskan bahwa perpindahan secara besar-besar ini
terjadi karena mereka adalah orang-orang pilihan Allah. Bukan karena mereka orang-orang yang
kuat, bukan juga karena mereka orang-orang yang setia, tetapi semata-mata karena anugerah dari
Allah itu sendiri. Kekuatan dan daya tahan yang ditunjukkan jemaat Kristen di Tesalonika di
tengah penganiayaan pun tidak datang dari kemampuan mereka sendiri. Roh Kudus yang
memampukan mereka untuk tetap kuat dan bertahan melewati setiap penganiayaan yang
mengancam kehidupan mereka. Dalam ayat 5, Rasul Paulus menegaskan bahwa bukan hanya
karena pemberitaan Injil yang ia lakukan maka terjadi perpindahan agama secara besar-besaran.
Bukan hanya karena kata-kata dari para rasul, maka orang-orang di Tesalonika menerima
kebenaran Injil tentang Yesus Kristus. Yang utama adalah kekuatan dari Roh Kudus yang
menggerakkan hati dan pikiran setiap orang untuk percaya kepada Injil tentang Yesus Kristus

Dalam pertumbuhan jemaat Tesalonika yang mengalami hambatan, tantangan bahkan


penderitaan namun mereka tetap selalu memegang teguh pengharapan di dalam keselamatan
Yesus Kristus. Dalam kehidupan jemaat banyak mengalami perjumpaan dengan berbagai
kepelbagaian yang memberikan pengaruh positif bahkan negative terhadap jemaat, walaupun
begitu mereka masih tetap selalu bertumbuh dalam Tuhan. Keseriusan Rasul Paulus dapat kita
lihat pada ayat 7. Walaupun hidup dalam berbagai macam penderitaan, intimidasi, jemaat
Tesalonika mampu tidak terkontiminasi dengan lingkungannya, mereka sangat berupaya untuk
memiliki sikap hidup dalam Firman Tuhan yang patut diteladani oleh orang-orang Kristen
lainnya atau jemaat-jemaat lainnya.

Relevansi

Pertanyaan reflektif untuk kita. Bagaimana dengan sikap kita pada saat ini? Sama seperti jemaat
Tesalonika begitu juga dengan kita yang diberikan tugas panggilan untuk menghadirkan Shalom
Allah di tengah kepelbagaian hidup ini. Menghadirkan Shalom dalam pekerjaan Tuhan itu
bukanlah perkara yang mudah. Kita perlu mempersenjatai diri dengan membaca Alkitab yang
memberikan pengetahuan serta pendengaran lewat doa. Hal ini juga yang terjadi pada jemaat
mula-mula dimana para Rasulpun meminta pertolongan Tuhan, belas kasihan Tuhan terhadap
pemberitaan Firman Tuhan. Sehingga kita menyadari bahwa manusia memang merupakan
mahkluk yang rapuh dalam arti mudah putus asa, mudah merasa takut, selalu kuatir akan
kehidupannya, tidak sanggup menjalani suatu hal, maka kita pastinya membutuhkan kekuatan
dan pertolongan Tuhan hanya dalam tiga kata yaitu DOA.
Jemaat Tuhan, Dalam menghadirkan Shalom Allah kita dapat menyatakan kasih Allah dalam
tindakan nyata di dalam pengharapanNya. Pengkabaran injil itu luas karena sejatinya
keselamatan Yesus harus dibagi ke semua orang melalui kehadiran kita yang mampu
menghadirkan kasih Allah. Persekutuan bukan saja memuji Tuhan, mendengar Firman Tuhan
tetapi mengerti Firman Tuhan yang membawa dampak positif bagi orang lain, menghadirkan
perilaku Kristiani yang mampu menyejukan dan memotivasi orang lain. Maka melalui Firman
Tuhan hari ini kita diajarkan untuk berpengharapan melalui tindakan Kasih yang menghadirkan
Shalom Allah. Namun jangan mengandalkan harapan yang hanya bertumpu pada kekuatan
manusia yang adalah harapan kosong tetapi kita harus percaya bahwa harapan kita berdasarkan
pada kekuatan Roh Kudus. Jika harapan itu berdasarkan Roh Kudus, maka realisasi atau bentuk
konkrit dari harapan itu adalah kasih. Kasih yang ditunjukkan dalam perkataan dan perbuatan.
Kasih itu adalah kasih Allah yang tidak mementingkan diri sendiri, tetapi menopang dan
memelihara persekutuan orang percaya dalam menghadirkan Shalom Allah ditengah
kepelbagaian hidup ini. Kiranya Roh Kudus menguatkan dan mendorong harapan-harapan kita
menjadi nyata dalam tindakan kasih sebagai bentuk nyata dari pekerjaan iman kita. Amin.

Anda mungkin juga menyukai