Anda di halaman 1dari 39

Tema Pelayanan Bulan November

Kasih Untuk Seluruh Ciptaan

K
asih selain merupakan bahasa, sejatinya adalah nilai terpenting dalam kehidupan bersama. Berkat kasih,
maka kehidupan menemukan gairahnya. Tanpa kasih, kehidupan bersama seluruh ciptaan pun akan
bertemu dengan kehancuran.
Dalam rangka meraih masa depan bersama, karenanya kasih untuk seluruh ciptaan menjadi hal yang penting
bagi perayaan dan pewartaan Gereja selama bulan November. Lagi pula dalam bulan ini, pergantian tahun
liturgi dirayakan oleh Gereja. Bagaimanapun kasih dan perhatian Gereja kepada seluruh ciptaan, sejatinya
menjadi spirit perayaan iman Gereja.

Daftar Tema Perayaan Iman Bulan November 2015


Hari Minggu Perayaan Persekutuan Orang Kudus, 1 November217
Merayakan Allah yang telah menguduskan
Hari Minggu Biasa XXXII, 8 November......................................228
Allah memelihara melalui karya orang yang terpinggirkan
Hari Minggu Biasa XXXIII, 15 November...................................240
Saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik
Hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam (Akhir Tahun Liturgi B), 22 November 251
Kasih karunia dan damai sejahtera menyertai kamu!
Hari Minggu Adven I, (Tahun Baru Liturgi), 29 November.........264
Berjaga dan berdoalah!

Catatan:
Tema perayaan iman dengan judul khotbah bisa jadi berbeda atau pun sama. Tema perayaan iman diharapkan
menjiwai keseluruhan tata perayaan karya penyelamatan Allah (ibadah), sedangkan judul khotbah kiranya
memberi pemantapan pada pokok dan arah pewartaan iman yang dirayakan. Tema perayaan iman
berdasarkan penanggalan liturgi sinode GKJ 2015, sedangkan judul khotbah dirumuskan oleh penulis Khotbah
Jangkep.
Minggu, 1 November 2015
Hari Minggu Perayaan Orang-orang Kudus (Putih)
(Hari Minggu Biasa XXXI – Hijau)

Tema Perayaan Iman


Merayakan Allah yang telah menguduskan.

Daftar Bacaan Kitab Suci


Bacaan I : Ulangan 6:1-9
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 119:1-8
Bacaan II : Ibrani 9:11-14
BacaanInjil : Markus 12:28-34

Tujuan Perayaan Iman


Jemaat menemukan arti penting menguduskan Allah dengan cara melakukan Hukum Kasih secara benar.

Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi I


Berita Anugerah : 1 Petrus 1:3-5
Petunjuk Hidup Baru : Amsal 3:3-4
Persembahan : Matius 22:21-b

Daftar Nyanyian untuk Liturgi I


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 381:1, 6, 9
Nyanyian Penyesalan : KJ 36:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 389:1, 2, 4
Nyanyian Persembahan : KJ 292:1-3
Nyanyian Pengutusan : KJ 379: 1, 5, 7

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 31: 1, 3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 51: 1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 171:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 173:1-2
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 165: 1, 4

Pdt. Sugeng Prihadi (GKJ Slawi)


Dasar Pemikiran
Hidup adalah anugerah dari Tuhan Allah, maka patutlah untuk disyukuri. Cara mensyukuri hidup dilakukan
dengan merayakan hidup itu sendiri. Kongkretnya, dengan menerima segala ketetapan dan firman Tuhan, lalu
melakukannya dalam kehidupan setiap hari. Semua itu didasarkan pada kasih-Nya yang begitu besar, melalui
Tuhan Yesus yang telah menguduskan kita. Kasihitu juga akan memampukan kita untuk mengasihi Tuhan Allah
dan mengasihi sesama. Itulah ajaran luhur tentang Hukum kasih yang diajarkan Tuhan Yesus. Ajaran kasih itu
menjadi tujuan perayaan iman bagi orang percaya, yakni merayakan hidup dengan perbuatan kasih dan
mengajarkan kasih Allah secara sungguh-sungguh dan berulang-ulang dari generasi satu ke generasi
selanjutnya, sehingga setiap orang yang mendengar pengajaran itu menjadi lebih paham serta mengerti
mengenai Allah.

Keterangan Tiap Bacaan


 Ulangan 6:1-9
Ulangan 6:1-9 merupakan perintah dan ketetapan dari Tuhan Allah yang diberikan kepada umat melalui Musa.
Konteks nats ini terkenal dengan istilah SYEMA YITSRAEL, yaitu sebuah perintah kepada umat pilihan Allah,
agar dalam kehidupannya senantiasa mengedepankan dan mendengarkan firman-Nya. Allah yang
dikenaldalam pengakuan iman monotheisme Israel, adalah Allah yang esa: “Dengarlah, hai orang Israel:
TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa” (ayat 4). Allah kekal dan tidak berubah. Dari awal, Ia telah menyatakan
diri kepada umat-Nya melalui peristiwa penyertaan umat dalam arak-arakannya menuju ke Kanaan.Perintah itu
jelas, yakni: “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap kekuatanmu” (ayat 5). Seperti halnya inti teologia dalam Perjanjian Lama, berkat dan kutuk
tergantung dari sikap umat. Jika setia, umat mendapatkan berkat, jika sebaliknya, umat kena kutuk. Sangat
menarik jika mencermati bahwa perintah itu harus diajarkan secara berulang-ulang dan dengan sungguh
sungguh dalam segala kondisi. Cara ini dilakukan agar umat dan semua keturunannya paham betul bahwa
Allah sangat mengasihinya.

 Mazmur 119:1-8
Mazmur ini merupakan pujian dari Daud berkaitan dengan kebahagiaan orang yang melakukan kehendak
Allah, seperti yang diungkapkannya: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup
menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang
mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan
yang ditunjukkan-Nya”. (ayat 1-3) Manusia akan hidup dan bertumbuh dengan baik, jikasetiap hari merasa
haus akan firman Tuhan. Mencari waktu untuk membaca, merenungkan, dan mempergumulkan firman serta
mendoakannya. Itu sebuah proses yang harus terus menerus dilakukan manusia tanpa jemu-jemu untuk
mencapai sebuah keintiman dengan Allah.

 Ibrani 9:11-14
Pada masaPerjanjian Lama, umat Israel menggunakan darah binatang sebagai persembahan kurban untuk
pendamaian antara umat dengan Allah. Penegasan Paulus dalam hal penyempurnaanritual kurban,
disempurnakan oleh darah Tuhan Yesus sendiri. Jadi darah-Nya menjadi pusat penebusan dalam Perjanjian
Baru. Di Golgota, Dia mencurahkan darah-Nya untuk mendamaikan kita dengan Allah seperti firman-Nya:
“Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Ibrani 9:14). Pemahaman ini membuat
kita semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak hanya sebagai Imam Besar yang menjadi jembatan
pendamaian antara kita manusia yang berdosa dengan Alah, melainkan, lebih daripada itu, Diamenjadi kurban.
Dengan darah-Nya, manusia dikuduskan, sehingga hidup manusia menjadi berkenan di hadapan Allah. Tentu
hal ini menjadi anugerah yang sangat menggembirakan bagi manusia, khususnya umat percaya.

 Markus 12:28-34
Bacaan Injil ini merupakan pengajaran Tuhan Yesus tentang Hukum Kasih. Hukum ini menjadi identitas
sekaligus ciri khas orang Kristen. Secara khusus, teks bacaan Injil Markus 12:28-34 menjelaskan sikapAhli
Taurat pada saat melihat orang Saduki bertanya jawab dengan Tuhan Yesus. Rupanya ada ketertarikkan secara
khusus, sehingga iapun bertanya kepada-Nya: "Hukum manakah yang paling utama”. Terhadap pertanyaan itu,
Tuhan Yesus memberikan sebuah definisi yang jelas bahwa hukum yang terutama adalah: “Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Kesempurnaan mengasihi Allah adalah ketika manusia menggunakan seluruh potensi diri yang dimiliki secara
utuh untuk mengasihi-Nya. Bukan dengan setengah atau seperempat potensi yang ada. Ukuran itu sudah
sangat jelas dan tidak dapat ditawar lagi. Kemudian Tuhan Yesus tidak hanya berhenti dalam memberi
jawaban hukum yang terutama, Dia melanjutkan dengan hukum selanjutnya, yakni esensi hukum yang kedua:
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.

Harmonisasi Bacaan Leksionari


Bacaan I merupakan perintah Tuhan Allah melalui Musa supaya umat mengasihi Allah dengan segala potensi
yang dimiliki karena Dia telah terlebih dahulu mengasihi umat. Pemazmur mengatakan bahwa wujud kasih
kepada Allah adalah hidup tidak bercela, serta melakukan segala ketetapan dan titah-Nya. Paulus
mengingatkan bahwa pengurbanan Tuhan Yesus untuk mewujudkan kebahagiaan sejati dilakukan dengan
mencurahkan darah-Nya sendiri. Pengudusan itu menghantarkan umat dapat beribadah kepada Allah yang
hidup, dan itu tidak sia-sia. Melalui bacaan Injil semua dinyatakan secara jelas oleh Tuhan Yesus bahwa
mengasihi Allah adalah wujud syukur dan merayakan hidup. Itu berarti, Allah yang telah menguduskanumat
harus disikapi dengan benar yaitu dengan cara merayakan hidup dengan mengasihi Allah dan sesama.

Renungan Atas Bacaan


Bukan rahasia bahwa ketika orang memandang orang Kristen, dalam benak mereka tergambar tentang kasih.
Dasar penilaian tersebut dilandasi dengan adanya perbuatan-perbuatan kasih (aksi sosial) kepada orang lain,
ditampar tetapi tidak membalas menampar, serta mau mengasihi orang sekalipun orang tersebut
menyakitinya. Dalam diri orang Kristen sendiri, pemahamannya sangat melekat pada hukum kasih, yakni
mengasihi Allah dan sesama. Hukumkasih ini, yang merupakan ringkasan dari Hukum Taurat, melekat di dalam
statusnya sebagai orang Kristen.
Permasalahannya adalah hukum kasih itu merupakan perintah, bukan sekadar simbol tentang kasih Allah,
khususnya dalam karya penebusan Tuhan Yesus kepada manusia yang berdosa. Memang kalau orang Kristen
ditanya tentang hukum kasih akan dengan mudah menjawab dan menjabarkannya. Hafal diluar kepala. Namun
demikian, sesungguhnya hukum kasih itu merupakan inti kehidupan orang Kristen sebagai bentuk ucapan
syukur yang harus dilakukan. Sangat tepat bila tuntutan untuk mengasihi Allah dengan segenap potensi yang
dimiliki manusia menjadi sebuah gaya hidup. Demikian juga dalam mengasihi manusia dengan standar
mengasihi diri sendiri. Ada keutuhan dan kesempurnaan.
Bagaimana cara mengasihi Allah dan sesama dengan benar? Hal itu harus bermula dari kehausan kita mencari
ketetapan dan titah Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Merenungkan siang malam. Menghayati setiap
firman-Nya dalam batin, sehingga perilaku kita akan bertumbuh dan berproses sesuai dengan firman Tuhan.
Sungguh, menjadi sangat penting mengajarkan ketetapan itu berulang-ulang kepada diri sendiri dan orang
lain serta anak cucu. Sebab dengan cara seperti itu orang percaya mampu melihat dengan jelas mengenai
Allah.

Pokok dan Arah Pewartaan


Sangat penting untuk mengajarkan hukum-hukum Tuhan, khususnya hukum kasih, kepada diri sendiri dan
anak-anak secara berulang-ulang. Hal itu sebagai salah satu bentuk merayakan hidup. Sebab hidup sendiri
adalah anugerah Tuhan yang perlu diisi dengan perbuatan-perbuatan baik. Semakin rajin umat percaya
mengajarkan hukum Tuhan, semakin dalam pemahaman akan Allah di dalam hidupnya, dan itu akan berimbas
pada gaya hidup sehari-hari.

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia


Judul Khotbah:
Merayakan Allah yang Telah
Menguduskan
Jemaatyang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus,
Apakah Bapak dan Ibu dapat mengetahui batas antara kasih dan kebencian di dalam hati kita?
Rasanya sulit untuk menemukan tepi batas antara kasih dan kebencian. Pada saat tertentu bisa saja
kitaberkata, “Saya mengasihimu”, tetapi pada sisi waktu yang lain kitaberkata, “Sungguh, aku sangat
membencimu”. Betapa mudah dan cepatnya seseorang mengubah perasaan hati, dari mengasihi menjadi
membenci. Demikian juga sebaliknya, dari membenci berubah menjadi mengasihi. Sedemikian sempitkah
ruang lingkup kasih, sehingga perubahan sikap cepat terjadi?
Ajaran luhur tentang kasih telah Tuhan Yesus praktikkan. Kasih-Nya berpuncak pada saat Dia
memberikan nyawa-Nya sebagai tebusan yang sempurna ketika manusia membutuhkan pendamaian.
Itulah kasih Allah yang terbesar melalui Anak-Nya yang tunggal dalam diri Tuhan Yesus. Kasih itu
diajarkan kepada kita. Dengan pengajaran itu, diharapkan agar keteladanan dari Tuhan Yesus dalam hal
mengasihi dapat kita lakukan denganbenar. Teks bacaan Injil Markus 12:28-34 menceritakan sikapAhli
Taurat pada saat melihat orang Saduki bertanya jawab dengan Tuhan Yesus. Rupanya ada ketertarikan,
sehingga iapun bertanya kepada-Nya:"Hukum manakah yang paling utama”. Terhadap pertanyaan itu
Tuhan Yesus memberikan definisi yang jelas bahwa hukum yang terutama adalah: “Dengarlah, hai orang
Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Kesempurnaan mengasihi Allah adalah ketika manusia menggunakan seluruh potensi diri yang
dimiliki secara utuh untuk mengasihiNya. Bukan dengan setengah atau seperempat potensi yang
dimilikinya. Ukuran itu sudah sangat jelas dan tidak dapat ditawar lagi. Selanjutnya Tuhan Yesus tidak
hanya berhenti dalam memberi jawaban hukum yang terutama, Dia melanjutkan dengan hukum kedua,
yang esensinya hampir sama dengan hukum yang pertama:“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri”.
Kedua hukum ini saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Mengasihi
Allah tetapi mengabaikan manusia, kasih itu tidak berarti. Sebaliknya, mengasihi manusia tetapi
mengabaikan Allah juga tidak berguna. Melalui percakapan ini, Tuhan Yesus melihat kebijaksanaan Ahli
Taurat yang menerima jawaban-Nya, sehingga Dia memberi pujian kepada Ahli Taurat, bahwa dirinya
tidak jauh dari Kerajaan Allah.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Esensi Allah yang esa dan penuh kasih, yang Tuhan Yesus ajarkan, tidak menyimpang dari seruan
Musa kepada umat dalam Kitab Ulangan 6:1-9. Konteks nats ini terkenal dengan istilah SYEMA YITSRAEL,
yaitu sebuah perintah kepada umat pilihan Allah agar dalam kehidupannya senantiasa mengedepankan
dan mendengarkan firman-Nya. Allah yang dikenaldalam pengakuan iman monotheisme Israel, adalah
Allah yang esa. Dia kekal dan tidak berubah, telah menyatakan diri kepada umat-Nya melalui peristiwa
penyertaan umat dalam arak-arakannya menuju ke Kanaan. Allah ini berbeda dengan illah-illah lain.
Kehadiran-Nyatetap menyertai umat-Nya sepanjang umat takut akan Dia dan berpegang pada segara
ketetapan yang telah diberikan melalui Musa. Ketetapan-ketetapan Allah tidak sekadar dihafal.Lebih
daripada itu, harus dihayati dan dipraktikkan dalam diri sendiri, kemudian diajarkan kepada anak cucu
berulang-ulang sampai betul-betul paham sebagai bentuk konkret mengasihi Allah dengan benar.
Perintahini sangat tegas, bahwa umat Israel harus secara total menempatkan Allah sebagai identitas
pribadi mereka sebagai umat pilihan Allah. Semua itu dipraktikkan mulai dari pribadi dan keluarga.
Keluarga menjadi tempat proses berlangsungnya kehidupan iman. Proses pembentukkan iman tidak
cukup diserahkan kepada gereja atau sekolah. (Pengkhotbah dapat mengambil contoh-contoh konkret
sesuai dengan konteks jemaat setempat, mengenai peran keluarga sebagai basis pendidikan rohani melalui
doa dan pembacaan alkitab bersama).
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus
Relasi keintiman, sebagai bentuk kesetiaankita kepada Allah, memang sudah seharusnya terjadi.
Menurut Paulus, melalui Yesus Kristus sendiri, kita telah dikuduskan oleh darah-Nya. Pada waktu itu, di
dalam peribadahan umat Israel, darah binatang dipakai sebagai persembahan kurban untuk perdamaian
antara umat dengan Allah. Ritual kurban disempurnakan oleh darah Tuhan Yesus sendiri. Jadi darah-Nya
menjadi pusat penebusan dalam Perjanjian Baru. Di Golgota, Dia mencurahkan darah-Nya untuk
mendamaikan kita dengan Allah seperti firman-Nya:“Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang
kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat,
akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah
kepada Allah yang hidup” (Ibrani 9:14). Pemahaman ini membuat kita semakin menyadari bahwa Tuhan
Yesus tidak hanya sebagai Imam Besar yang menjadi jembatan pendamaian antara kita manusia yang
berdosa dengan Allah. Lebih daripada itu, Diamenjadi kurban. Dengan darah-Nya sendiri, manusia
dikuduskan, sehingga manusia menjadi berkenan di hadapan Allah.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Pendamaian yangdilakukan oleh Tuhan Yesus patut kita rayakan, sebagai ungkapan rasa syukur dan
bentuk ketaatan iman. Merayakan Allah yang telah menguduskan kita dapat dilakukan seperti yang
dilakukan oleh Pemazmur. Dia menyebutkan bahwasesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang
yang hidupnya tidak bercela dan selalu mencari Allah melalui firman-firman-Nya serta melakukan-Nya.
Manusia akan hidup dan bertumbuh dengan baik jika setiap harinya merasa haus akan firman Tuhan,
mencari waktu untuk membaca, merenungkan dan mempergumulkan firman serta mendoakannya. Itu
sebuah proses yang harus terus-menerus dilakukan oleh manusia tanpa jemu untuk mencapai sebuah
keintiman dengan Allah.
Apakah kita sebagai orang yang telah dikuduskansudah merayakan hidup dengancara mengasihi
Allah dan sesama secara sungguh-sungguh? Hukum kasih bukan sekadar perhiasan iman, seperti
seseorang memakai kalung salib di lehernya. Hukum itu merupakan standar moral yang harus dilakukan
umat percaya sebagai bentuk syukur kepada Allah. Memang bukan perkara yang mudah untukhidup tidak
bercela, hidup menurut Firman Tuhan, selalu memegang peringatan-peringatan-Nya, dan mencari Tuhan
dengan segenap hati. Namun demikian, Pemazmur telah mengatakan bahwasemua orang yang
melakukannya berbahagia. Apakah Bapak, Ibu, dan Saudara sekalian ingin berbahagia? Kalau ingin
merasakan kebahagiaan, rayakan Allah yang telah menguduskan kita dengan cara melakukan segala yang
telah diperintahkan-Nya dengan mengasihi-Nya dan mengasihi sesama kita dalam kehidupan sehari hari.
Temukan dan rasakan kebahagiaan itu dalam kehidupankita hari lepas hari. Amin.

Khotbah Jangkep Basa Jawa

Irah-irahaning Khotbah:

Mahargya Allah Ingkang Sampun


Nyucèkaken
Pasamuwan ingkang dipuntresnani Gusti Yésus Kristus,
Punapa Bapak lan Ibu saged mangertos watesing antawisipun katresnan lan sesengitan ing
salebeting manah kita? Angèlanggènipun nemtokaken watesipun katresnan lan sesengitan. Ing
satunggaling wekdal saged kemawon ngendika, “Aku tresna marang sliramu”, nanging ing wekdal
sanèsipun saged ugi ngendika, “Aku sengit marang kowé”.Raosing manah saged énggal-énggaléwah
malih, ing sewaunipun nresnani malih dados nyengiti.Semanten ugi kosok wangsulipun, sewaunipun
sesengitan lajeng dados tresna. Punapa katresnan punika namung perkawis alit, satemah gampil éwah?
Piwucalipun Gusti Yésus ingkang luhur bab katresnan sampun katindakaken piyambak. Katresnan
ingkang tundhonipun inggih rikala manungsa mbetahaken katentreman. Nyawaning Panjenenganipun
dipun paringkaken minangka tebusan ingkang sampurna. Punika katresnanipun Allah ingkang tan
jinajagan lumantar Putra ontang-anting Gusti Yésus Kristus. Katresnan punika ingkang kawucalaken
kanggé kita. Punika ateges, bilih lumantar tuladhanipun Gusti Yésus Kristus bab olah katresnan, kita saged
ugi nresnani kanthi leres. Seratan wonten ing Injil Markus 12:28-34 nélakaken sikepipun Ahli Torèt
ingkang nembé ningali tiyang Saduki wawan rembag kaliyan Gusti Yésus Kristus. Pranyata wonten raos
minat ingkang mirunggan, satemah piyambakipun tanglet dhumateng Gusti Yésus Kristus, pitakenanipun:
“Pepakèn ingkang ageng piyambak punika ingkang pundi”.Minangka wangsulan, Gusti Yésus paring
katrangan ingkang cetha bilih pepakèn ingkang utami inggih punika:”Rungokna, héh wong Israèl,
Pangeran Allah kita iku siji.Sira tresnaa marang Allahira kalawan gumolonging atinira, lan kalawan
gumolonging nyawanira, sarta kalawan gumolonging budinira apadéné kalawan sakabehing
kakuwatanira”.
Kasampurnan anggènipun nresnani Allah, inggih punika rikala manungsa ngginakaken sedaya
kakiyatan ingkang dipun gadhahi kanggé nresnani, boten wigah-wigih. Bab punika sampun èstucetha lan
boten saged dipun awis malih. Gusti Yésus boten namung kèndel dumungi ngriku. Panjenenganipun ugi
paring angger-angger candhakipun, inggih punika angger-angger ingkang kaping kalih: “Sira tresnaa
marang ing sapepadhanira kaya marang awakira dhéwé”.
Angger-angger kalih punika boten saged dipun pisah-pisahaken, amargi sami njangkepi. Nresnani
Allah, nanging boten naté nggatosaken sesaminipun, katresnan punika boten wonten paedahipun.
Kosokwangsulipun, nresnani manungsa nanging kesupèn dhateng Gusti Allah ugi boten wonten
paedahipun. Wonten ing lelampahan punika, Gusti Yésus mirsani kawasisanipun Ahli Torèt ingkang ugi
saged nenimbang bab ingkang dipun kersaaken déning Gusti Yésus. Gusti paring pangalembana
dumateng Ahli Torèt bilih piyambakipun boten tebih saking kratoning Allah.
Pasamuwan ingkah dipun tresnani Gusti Yésus,
Allah ingkang tunggal lan kebak ing katresnan ingkang dipun wucalaken déning Gusti Yésus punika
laras kaliyan ingkang sampun dipun wucalaken déning Nabi Musa ingkang kaserat ing Pangandharing
Torèt 6:1-9. Konteks waosan punika kawentar minangka SYEMA YITSRAEL, inggih punika satunggaling
dhawuh kanggé pasamuwan, supados ing gesangipun tansah nengenaken lan mirengaken sabdanipun
Gusti. Gusti Allah ing pangertosan monotheismeIsraèl. Panjenenganipun ingkang langgeng lan boten
éwah gingsir sampun nepangaken dhiridhateng Pasamuwanipun, lumantar panuntuning ing margi tumuju
tanah Kanaan. Allah punika béda kaliyan ilah-ilah sanèsipun. Rawuhipun tansah nganthi pasamuwanipun,
ingkang purun ajrih asih lan nyepengi kanthi kiyat sedaya dhawuh ingkang sampun dipunparingaken
déning nabi Musa. Pepakèn-pepakènipun Gusti Allah boten namung dipun apalaken, nanging kedah
dipunwulangaken dhateng anak putu, wongsal-wangsul ngantos sami saged gadhah pangertosan.Sedaya
punika satunggaling bukti anggènipun nélaaken katresnanipun dhumateng Allah kanthi leres. Pepakèn
punika cetha bilih pasamuwan Israèl kedah sacara gumolonging dhiri, nengenaken Allah minangka
ratuning gesang lan piyambakipun minangka umat pinilih. Sedayanipun kedah dipun èstokaken wiwit
saking dhiri pribadi lan ing satengahing brayat. Brayat dados papan pambudidaya tuwuhing kapitadosan.
Boten saged namung dipunpasrahaken dhateng gréja utawi bale pawiyatan. (Pengkotbah saged paring
conto ingkang nyata laras kaliyan gesangipun pasamuwan).
Pasamuwan ingkang dipuntresnani Gusti Yésus
Miturut Rasul Paulus, sesambetan ingkang lebet minangka kasetyan kita dhumateng Allah pancèn
kedah kalampahan, amargi Gusti Yésus Kristus sampun nyucèkaken kita. Ing salebeting
pangibadahipunIsraèl, rahipun kewan dipun agem dados pisungsung kurban kanggébedhamèn
antawisipun umat kaliyan Gusti Allah. Kurban kasampurnakaken déning rahipun Gusti Yésus
piyambak.Rahipun Gusti Yésus dados pusatipun tebusan ing Prajanjian Anyar. Ing Golgota,
Panjenenganipun ngetohaken rahipun kanggéngrukunaken kita lan Allah kados sabdanipun: “Mendahané
manèh rahé Gusti Kristus, kang marga déning Roh kang langgeng wus ngurbanake sarirané piyambak
konjuk ing Allah minangka pisungsung kang tanpa cacad, iku rak mesthi bakal ngresiki rumangsaning ati
kita saka pratingkah-pratingkah kang tanpa guna, supaya kita bisa ngabekti marang Gusti Allah kang
asipat gesang?” (Ibrani 9:14). Pamanggih punika ndadosaken kita sangsayaémut bilih Gusti Yésus boten
namung dados Imam Agung ingkang dados juru bedhamèn antawising manungsa ingkang dosa kaliyan
Allah, nanging langkung wigatos bilih Panjenenganipun dados kurban.Srana rahipun, manungsa
kasucèkaken, satemah gesanging manungsa dados renaning penggalihipun Gusti.
Pasamuwan ingkang dipuntresnani Gusti Yésus
Bedhamèn ingkang dipun tindakaken déning Gusti Yésus, prayogi anggènipun kita riyayakaken
minangka pangucap sokur lan wujuding kapitadosan. Mahargya Allah ingkang samun nyucèkaken kita
saged dipunlampahi kados dénépangandikanipun Juru Masmur bilih tiyang ingkang gesangipun boten
cacad lan tansah ngudi Allah lumantar sabdanipun lan ngestokaken punika manggih kabingahan.
Manungsa badhe gesang lan tuwuh diwasa kanthi saé, menawi saben dinten ngraosaken ngorong
dhateng sabdanipun Gusti. Mbudidaya wekdal kanggé maos, nyuraos, lan ngraos-raosaken Sabdanipun
Gusti lan ndedonga. Punika satunggaling perkawis ingkang kedah dipun lampahi kanthi sregep ing
sesambetanipun kaliyan Allah.
Punapa kita minangka tiyang-tiyang ingkang sampun kasucèkaken sampun mahargya gesang
kanthi nresnani Allah lan sesamikanthi saèstu? (Pengkotbah saged nyuraos wiwit saking bab ingkang
sederhana/prasaja, kados krentegipun pasamuwan kangge maos Kitab suci kanthi ajeg saben
dintenipun).Sedaya saged mawujud kanthi saé rikala kita gadhah katresnan. Tanpa katresnan,sedaya
ingkang dipun lampahi namung nglaha, boten wonten tegesipun ing ngarsanipun Gusti. Amin.
Minggu, 8 November 2015
Minggu Biasa XXXII (Hijau)

Tema Perayaan Iman


Allah memelihara melalui karya orang yang terpinggirkan.

Daftar Bacaan Kitab Suci


Bacaan I : 1 Raja-Raja 17:8-16
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 146
Bacaan II : Ibrani 9:24-28
Bacaan Injil : Markus 12:38-44

Tujuan Perayaan Iman


Jemaat menyadari bahwa pemeliharaan Allah dilakukan untuk semua orang tanpa kecuali, bahkan Allah pun
berkenan memakai orang-orang terpinggirkan menjadi saluran berkat-Nya.

Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi


Berita Anugerah : Yohanes 10:14-15
Petunjuk Hidup Baru : Amsal 28:27
Persembahan : 2 Korintus 8:3-5

Daftar Nyanyian untuk Liturgi


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 68:1,2, 3
Nyanyian Penyesalan : KJ 40:1, 4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 378:1, 2
Nyanyian Persembahan : KJ 450:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 425:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 2:1, 2
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 125;1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 157:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187:1, 2, 4
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 167:1, 3

Penulis: Pdt. Sugeng Prihadi (GKJ Slawi)

Dasar Pemikiran
Beriman berarti percaya pada Tuhan Allah atas segala hidup dan penghidupan yang dialami. Berarti juga
mempercayakan semua yang dihadapi dalam hidup, baik pada saat sukacita mau pun dukacita kepada Sang
Penguasa Hidup. Termasuk dalam hal berbagi atas berkat yang diterima sebagai ungkapan syukur. Begitu
cermatnya Tuhan memelihara orang yang dikasihi dan berkat itu selalu tepat pada waktunya. Gereja dapat
mendorong jemaat untuk berani bersyukur kepada Tuhan dan juga sesama melalui kerelaan untuk berbagi
tanpa harus menunggu menjadi kaya terlebih dulu. Sebab memberi adalah bagian dari iman, sehingga jemaat
dipenuhi rasa suka cita tanpa harus terbeban saat berbagi.

Keterangan Tiap Bacaan


 1 Raja-Raja 17:8-16
Melalui bacaan 1 Raja-raja 17:8-16 ini, pembaca dapat mengetahui status sosial janda di Sarfat. Dia seorang
yang miskin dengan satu anak. Ia menyadari bahwa sebentar lagi akan mati karena kemiskinannya, sebab satu-
satunya yang tersisa untuk bertahan hidup hanya segenggam te pung dan sedikit minyak. Kalau itu diolah,
dibagi dua, dan dimakan bersama anaknya, mereka akan menyongsong kelaparan dan akhirnya mati (ayat 12).
Secara psikologis, tentu ia akan mempertahankan milik satu-satunya itu. Bukan hal yang mudah percaya
kepada orang lain yang baru dikenal dan berbagi makanan. Di luar akan sehat, janda itu tidak ragu-ragu
melakukan Firman Tuhan seperti yang disampaikan oleh nabi Elia: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti
yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah
kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu”. Janda tadi sangat yakin dengan perkataan
Elia kepadanya dan ia pun melakukannya.

 Mazmur 146
Mazmur 146 ini merupakan pujian dari Daud yang berkeyakinan dengan tekadnya, selagi masih hidup, ia akan
memuliakan Tuhan: “Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi
aku ada” (ayat 2). Alasan dirinya bersuka cita dan memuji Tuhan sebab hanya Dia, Allah satu-satunya, yang
dapat diandalkan dalam hidupnya. Tidak ada manusia, sekalipun ia seorang bangsawan, yang dapat
diandalkan. Pertolongannya tidak akan menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Hanya berharap kepada
TUHAN-lah jalan keluar satu-satunya dan tidak akan sia-sia. Penyertaan-Nya menjadi jaminan dan kepastian di
dalam hidup.

 Ibrani 9:24-28
Menurut Paulus, pengurbanan Tuhan Yesus hanya satu kali saja dan tidak berulang-ulang. Pengurbanan yang
dilakukan Tuhan Yesus adalah tunggal, dipersembahkan untuk menutup sejarah dunia. Semua itu dilakukan
untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibrani 9:28).
Kemurahan hati muncul ketika kesadaran masuk ke sorga telah dibayar oleh darah Tuhan Yesus. Sudah
sewajarnya manusia mengucapkan syukur atas segala yang dimiliki. Persembahan merupakan hal yang harus
diberikan kepada-Nya sebagai respons suka cita.

 Matius 12:38-44
Jika dilihat, uang dua peser bukanlah uang yang besar, apalagi jika dibandingkan dengan uang yang
dipersembahkan orang kaya. Mereka memberikan dalam jumlah yang besar (ayat 41-b). Dalam konteks ini
perbuatan janda miskin, yang memasukkan dua peser uangnya, harus dilihat dengan perspektif lain, yaitu ia
berani memberikan seluruh miliknya. Rupanya hal tersebut menarik perhatian Tuhan Yesus yang duduk dan
menyaksikannya. Peristiwa yang kelihatannya sepele menjadi berarti. Ia segera memanggil murid-murid-Nya
dan menyuruh mereka memperhatikannya. Kepada murid-murid, Ia memberi tahu bahwa yang telah diberikan
oleh janda tadi sangat istimewa.
Sekali lagi, dalam hitungan nilai, persembahan itu kecil dibanding dengan orang-orang kaya yang memberi
cukup banyak dari kelimpahannya. Namun ada satu hal yang harus diperhatikan, yakni dua peser itu adalah
keseluruhan dari yang ia punyai. Berdasarkan pertimbangan itulah Tuhan Yesus menilai bahwa janda miskin ini
memberikan sebagian besar miliknya untuk persembahan.
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Bacaan pertama menunjukkan iman janda di Sarfat. Ia berani berbagi dalam kemiskinannya. Pemazmur
memandang hanya Tuhan Allah yang dapat diandalkan. Paulus menekankan tentang kebaikan Tuhan melalui
pengurbanan Tuhan Yesus yang hanya sekali dan untuk selama-lamanya karena anugerah Allah. Melalui
bacaan Injil terangkum sebuah sikap yang benar. Memberikan yang terbaik dalam aksi kemanusiaan dapat
dilakukan oleh semua orang.

Renungan Atas Bacaan


Ketika seseorang dalam kondisi berkecukupan, bahkan berlimpah, memberi bukanlah hal yang sulit untuk
dilakukan. Sebab, di dalam kelebihannya itu, ia merasa masih punya simpanan. Meski demikian bukan berarti
secara otomatis setiap orang kaya rela berbagi. Tidak sedikit yang dapat kita jumpai, orang-orang yang
berkecukupan pun masih hitung-hitungan dalam memberi. Ada faktor-faktor tertentu yang menjadi
pertimbangan.
Berbagi tidak dapat dilepaskan dari iman. Semakin orang beriman dan percaya kepada yang diimani (Tuhan),
tentu dirinya berani melakukan yang benar. Dalam sejarah pun belum pernah ada peristiwa yang mencatat
seorang jemaat yang berbagi dan mempersembahkan kepada Tuhan Allah melalui gereja, lalu jatuh miskin.
Inilah rahasia iman yang tidak dapat diselami dengan logika atau nalar manusia.
Memberi atau berbagi juga tidak perlu menunggu kita kaya dulu. Dalam segala situasi dan kondisi, ketika kita
merasa mampu untuk memberi dengan milik kita, jangan ditunda. Tidak sedikit cerita atau peristiwa imaniah
yang terjadi dalam kehidupan bahwa Tuhan Allah pun memakai orang-orang yang terpinggirkan sebagai
saluran berkat. Mengapa kita takut memberi kalau Tuhan Allah memelihara kita?

Pokok dan Arah Pewartaan


Jarang terdengar ada sejarah mencatat jemaat/orang yang berbagi atau memberikan persembahan kepada
Tuhan lantas jatuh miskin atau bangkrut. Tuhan menepati janji-Nya untuk memelihara umat-Nya. Semua itu
bergantung dari iman seseorang kepada yang dipercayainya (Tuhan). Keberanian seseorang untuk berbagi
seperti kedua janda dalam bacaan itu kiranya dapat menjadi spirit bagi jemaat untuk menjadi saluran berkat
bagi orang lain. Karena sesungguhnya Tuhan Allah pun memakai orang-orang yang terpinggirkan untuk
menyatakan kuasa-Nya.

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia


Judul Khotbah:

Allah memelihara
Melalui Karya Orang yang Terpinggirkan
Jemaat yang dikasih Tuhan Yesus,
Seandainya setiap GKJ mempunyai KPK dan bekerja mengawasi persembahan warga, kira-kira apa
yang terjadi? Ada dua kemungkinan. Pertama, persembahan di setiap GKJ menjadi banyak, bahkan
melimpah, karena dikumpulkan sesuai dengan ketetapan Alkitab. Melimpahnya persembahan itu akan
memberi makna baru bagi GKJ. Bukan sekadar Gereja Kristen Jawa, tetapi Gerejaku Kaya Juga. Kedua,
warga gereja GKJ satu persatu pindah gereja. Mengapa? Karena merasa tertekan dan berat dalam
memberikan persembahan. Jika kondisinya seperti yang kedua ini tentu akan memprihatinkan.
Kalau kita mau jujur mengenai persembahan, mungkin tidak sedikit warga gereja yang ‘mengorupsi
hak Tuhan’. Maksudnya, belum memberikan sesuai dengan yang diterima setiap bulannya. Masih di
bawah standar, jika yang digunakan sebagai tolok ukur adalah Maleakhi 3:10. Bukan berarti semua warga
gereja GKJ mengorupsi hak Tuhan. Memang ada yang patuh dan setia memberikan sesuai dengan
ketetapan. Bahkan melebihi standar dari Maleakhi 3:10. Namun coba dicermati, berapa banyaknya jemaat
yang memberikannya. Rasanya kalau dipersentase tidak lebih dari 50%. (Meskipun belum ada penelitian
dari Sinode GKJ terhadap hal ini, penulis mencoba merefleksikan yang terjadi dalam kehidupan di salah
satu gereja GKJ).
Terkait dengan persembahan, kita memang tidak dapat memaksa jemaat harus memberi sekian
atau sekian. Hal yang lebih santun dan dapat kita lakukan adalah memberikan pembinaan secara intensif
mengenai arti pentingnya persembahan kepada Tuhan. Persembahan tidak dapat dilepaskan dari iman,
sebab persembahan itu sendiri bagian dari iman. Maka, semakin besar orang menghayati relasi
kehidupannya dengan Tuhan, dipastikan semakin besar juga ia memberikan persembahan. Inilah ranah
iman yang tidak dapat dilogikakan dengan nalar manusia. Beriman berarti mempercayakan kehidupannya
kepada Tuhan tanpa meragukan kasih dan penyertaan-Nya.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Bacaan pada Minggu ini ada contoh yang cukup menarik. Ada dua orang janda yang mengimani
ketetapan Tuhan, yaitu janda di Sarfat dan janda di Bait Allah. Dalam bacaan 1 Raja-raja 17:8-16 kita dapat
menganalisa status sosial janda di Sarfat itu. Dia miskin dan tidak punya pengharapan untuk hidup.
Dirinya tahu sebentar lagi akan mati, karena yang tersisa untuk bertahan hidup tinggal segenggam
tepung dan sedikit minyak. Kalau itu diolah, dibagi dua dan dimakan dengan anaknya, mereka akan
menyongsong kelaparan dan akhirnya mati (ayat 12). Secara psikologis, tentu ia akan mempertahankan
milik satu-satunya itu. Bukan hal yang mudah untuk percaya kepada orang lain yang baru dikenal dan
berbagi makanan terakhir mereka.
Di luar akan sehat, janda itu tidak ragu-ragu melakukan Firman Tuhan seperti yang disampaikan
oleh nabi Elia: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu
bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat
bagimu dan bagi anakmu”. Pada saat itu ada dua orang yang mengimani firman Tuhan, serta percaya
akan kebenarannya. Sang Janda tadi sangat yakin dengan yang dikatakan Elia, sedangkan Elia sendiri
yakin pada firman Tuhan yang ia terima. Seandainya Elia sendiri tidak yakin pada firman Tuhan, tentu
dirinya akan ragu-ragu meminta kepada janda itu. Ia benar-benar beriman dan itulah yang
menggerakkannya mengatakan kepada janda yang ditemuinya. Iman itulah yang menjadikan mereka
hidup dalam pemeliharaan Allah. Seandainya kita dalam posisi seperti Janda di Sarfat, apa yang akan kita
lakukan?Mencermati bahwa janda di Sarfat itu bukan orang Yahudi, maka dapat dikatakan bahwa iman
seperti itu sungguh amat luar biasa. Ia mempercayai nabi dan Allahnya orang asing.
Tindakan iman yang serupa kita jumpai dalam diri janda yang berada di Bait Allah dalam Bacaan
Injil Markus 12:38-44. Tuhan Yesus memperhatikan orang-orang yang memberikan dana persembahan
melalui peti yang telah dipersiapkan. Ia duduk menghadapi peti dan memperhatikan mereka yang
memasukkan uang ke dalam peti itu. Tuhan Yesus melihat bahwa banyak orang kaya yang memasukkan
persembahandalam jumlah besar. Prinsip keseimbangan terjadi. Yang memperoleh penghasilan besar,
sudah semestinya memberikan banyak. Setimpal dengan yang ia terima. Alangkah indahnya jika hal
seperti ini terjadi di GKJ.Hidup dalam kelimpahan sungguh terjadi karena topangan dari jemaat yang
memiliki kesadaran akan berkat Tuhan. Dirinya akan berani memberikan yang terbaik, karena pada
akhirnya persembahan itu akan digunakan untuk banyak hal yang akan memuliakan nama Tuhan melalui
berbagai macam pembinaan dan kesaksian pelayanan gereja. Bagaimana dengan persembahan kita
selama ini? Apakah sudah sesuai dengan berkat yang diterima dari Tuhan?
Bukan hal yang mudah untuk menjalankan panggilan supaya mempersembahkan sesuai dengan
yang diterima. Masalah yang muncul seringkali dikaitkan dengan kebutuhan hidup. Seseorang sering
merasa tidak cukup, sehingga persembahan menjadi sebuah beban. Padahal Tuhan Allah tidak kurang-
kurangnya memberi segala yang kita butuhkan. Dalam keseimbangan itu, tentu Dia juga menghendaki
kita memberi persembahan sebagai ungkapan syukur kepada-Nya dengan kelimpahan yang ada.
Berlatar belakang kondisi demikian, perbuatan janda miskin yang memasukkan dua peser, yaitu
seluruh nafkahnya, menarik perhatian Tuhan Yesus. Ia segera memanggil murid-murid-Nya dan menyuruh
mereka memperhatikan hal itu. Ia memberi tahu bahwa tindakan janda tadi sangat istimewa. Memang,
dalam hitungan nilai, persembahan itu kecil jika dibandingkan dengan persembahan para orang kaya.
Namun ada satu hal yang harus diperhatikan, yakni dua peser itu adalah semua miliknya, yang didapat
dengan susah payah. Berdasarkan pertimbangan itulah, Tuhan Yesus menilai bahwa janda miskin ini
memberikan sebagian besar miliknya untuk berpersembahan justru di dalam kekurangannya.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Hukum keseimbangan memang mengharuskan kita memberi sesuai dengan milik kita, bukan dari
yang tidak kita miliki. Oleh karenanya, pujian dari Tuhan Yesus sangat beralasan. Ia melihat janda miskin
itu memberi bukan dengan yang ada dalam dirinya, melainkan melampaui kemampuannya. Peristiwa itu
menunjukkan bahwa, di dalam kemiskinannya, sesungguhnya ia sangat kaya dengan kemurahan.
Kemurahan seperti itu, menurut rasul Paulus, dapat terjadi jika manusia merasakan pengurbanan
Tuhan Yesus. Pengurbanan itu hanya dilakukan satu kali. Pengurbanan itu dilakukan untuk menanggung
dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk
menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibrani 9:28). Kemurahan hati
muncul ketika sadar bahwa dirinya telah diselamatkan oleh darah Tuhan Yesus. Sudah sewajarnya
manusia mengucapkan syukur dengan segala yang dimiliki. Persembahan adalah salah satu ungkapan
syukur harus diberikan kepada-Nya sebagai respons suka cita.
Daud memberikan contoh mengenai suka cita itu. Dia memuji Tuhan sebab hanya Dia, Allah satu-
satunya, yang dapat diandalkan dalam hidup. Tidak ada manusia, sekalipun seorang bangsawan,
yangdapat diandalkan. Pertolongan dari sesama manusia tidak akan menuntaskan permasalahan yang
dihadapi. Jalan keluar satu-satunya adalah tetap berharap kepada Tuhan. Semua itu tidak akan menjadi
sia-sia, karena Dia telah menegaskan dalam ikatan perjanjian-Nya. Penyertaan-Nya menjadi jaminan dan
kepastian dalam hidup.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan,
Melalui contoh iman kedua janda dalam bacaan hari ini, kita dapat belajar bahwa Tuhan berkenan
memakai orang-orang terpinggirkan. Sekalipun berstatus sebagai janda dan miskin, tetapi mereka telah
mempraktikkan iman yang benar. Bagaimana mereka dapat bersikap dengan tepat, tanpa ada perasaan
kuatir yang berlebihan tentang hari esok? Hati mereka dipenuhi dengan kemurahan dan itu mampu
melahirkan sikap berani berbagi sekalipun didalam keterbatasan. Hal itu tentu berangkat dari keyakinan
bahwa Tuhan Allah memelihara.
Kata kunci yang dapat ditemukan, yakni: “Janganlah takut”. Kata yang disampaikan Elia kepada
janda di Sarfat itu adalah kata yang sama diberikan kepada kita juga saat ini: “Janganlah takut”. Beranikah
kita bersikap seperti mereka tanpa merasa takut untuk berbagi dan dipakai Tuhan menjadi saluran berkat-
Nya? Pertama, berani memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan sebagai ungkapan syukur kita.
Kedua, berani berbagi kepada sesama kita yang membutuhkan pertolongan kita. Memang hal ini bukan
sesuatu yang mudah, tetapi jika kita beriman, tentu akan dimampukan untuk berani berbagi. Kiranya
dalam proses pertumbuhan iman itu perbuatan-perbuatan kita yang akan menjawabnya. Amin.
Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Irah-irahaning Khotbah:

Allah Ngrimati Lumantar Pakaryanipun


Tiyang Ingkang Kapinggiraken
Pasamuwan ingkang dipun tresnani Gusti Yésus,
Saupami saben GKJ gadhah KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) ingkang ayahanipun ngawasi
pisungsungipun pasamuwan, punapa ingkang badhé kedadosan? Paling boten wonten kalih prekawis
ingkang saged dumados. Sepisan, pisungsung ing saben GKJ badhé mindhak kathah, lubèr-lubèr, awit
pisungsung ingkang dipun aturaken jumbuh kaliyan dhawuhipun Kitab Suci. Mindhak kathahing
pisungsung, kepara malah lubèr-leber, kala wau saged nuwuhaken pangertosan énggal tumrap GKJ. GKJ
boten namung ategesGereja Kristen Jawa, nangingGerejaku Kaya Juga. Kaping kalih, mbok menawi
warganing pasamuwan GKJ satunggal mbaka satunggal pindhah warga gréja. Kénging punapa?Awit
rumaos awrat anggènipun atur pisungsung. Menawi punika ingkang kedadosan, temtu mrihatosaken.
Menawi kita blaka matur babagan pisungsung, mliginipun prasedasan utawiperpuluhan, raosipun
wonten kemawon warganing pasamuwan ingkang ngunthet utawi mengorupsi hakipun Gusti. Tegesipun,
dèrèng ngaturaken pisungsung perpuluhan kados katetepaken ing Kitab Maléakhi 3:10. Temtu wonten
warganing pasamuwan ingkang sendika lan setya dhateng dhawuhipun Gusti.Keparawonten warga
ingkang atur pisungsung langkung saking saprasedasa saking panggotanipun. Nanging kados-kados
dèrèng wonten 50% pasamuwan ingkang nindakaken bab punika. (Nadyan dèrèng wonten panalitèn
saking Sinode GKJ, penulis nyobi nyuraos ingkang kalampahan ing pagesangan salah setungaling gréja).
Kita temtu boten saged mranata ageng alitipun arta pisungsung ingkang dipun aturaken déning
warganing pasamuwan. Ingkang prayogi lan saged kita tindakaken inggih punika paring pangertosan
sacara intènsif bab wigatinipun atur pisungsung dhateng Gusti. Atur pisungsung punika rapet sanget
sesambetanipun kaliyan kapitadosan. Pisungsung punika wujuding kapitadosanipun manungsa, nélaaken
celak lan tebihipun manungsa anggènipung sesambetan kaliyan Gusti, minangka tuking berkah saha
pangrimati. Punika bab kapitadosan. Bab ingkang botensaged kanalar déning akal pikiran.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Miturut waosan Minggu punika, wonten tuladha kalih ingkang éndah sanget. Wonten randha kalih
ingkang pitados sanget dhateng sabdanipun Gusti. Ingkang setunggal randha ing kitha Sarfat,
setunggalipunrandha ingkang wonten ing salebeting Padaleman Suci. Ing waosan I Para Raja 17:8-16,
randha ing kitha Sarfat punika miskin lan sampun botengadhah pangajeng-ajeng kanggé gesang.
Piyambakipun ngertos bilih sekedap malih badhé pejah, awit namung gadhah glepung sakgenggem lan
lisah goreng sekedhik. Punika badhékanggé nedha piyambakipun kaliyanlarénipun. Saksampunipun
punika temtu kaliren, wusananipun pejah (ayat 12). Sacara psikologis, sinten kemawon temtu badhé
nggondheli gadhahanipun punika, botenbadhé kaaturaken dhateng tiyang sanès, punapa malih ingkang
dèrèng dipun tepangi. Nanging randha punika tetep andum dhateng Nabi Élia, ingkang nembé dipun
tepangi. Prekawis punika temtu angèl katindakaken déning tiyang sanès. Botensaged tinampi déning
nalar, randha punika kanthi mantep, golong gilig, nindakaken dhawuhipun Nabi Élia: “Kowé aja kuwatir,
muliha, nglakonana apa kang wus kokkandhakaké mau, nanging sadurungé aku olahna roti dhisik, kang
cilik bunder siji saka iku, tumuli gawanen mréné, sawusé mangkono banjur olaha kanggo kowé lan
anakmu”. Rikala semanten, wonten tiyang kalih ingkang mitadosi lan ngamini sabdanipun Gusti.
Kapitadosan punika ingkang ndadosaken tiyang suméndhé dhateng pangrimatipun Pangeran Yehuwah
Allah kita. Menawi Panjenengan dados randha ing kitha Sarfat, punapa ingkang badhé Panjenengan
tindakaken?
Randha ing kitha Sarfat punika sanès tiyang Yahudi, mila saged kasebat kapitadosanipun peng-
pengan, luar biasa, ngédab-édabi. Piyambakipun mitadosi nabi sarta Allahipun bangsa sanès. Kapitadosan
ingkang makaten ugi kita panggihi wonten ing randha ing salebeting Padaleman Suci (Markus 12:38-44).
Rikala mirsani tiyang kathah atur pisungsung ing pethi ingkang sampun kacawisaken, Gusti Yésuspirsa
bilih tiyang-tiyang sugih nglebetaken arta ingkang kathah. Punika nélaaken prekawis ingkang satimbang.
Tiyang ingkang gadhah asil ageng, sampun sakmesthinipun ngaturaken kathah, jumbuh kaliyan ingkang
dipun tampi. Iba éndahipun menawi punika kalampahan ing GKJ. Gesang binerkahan linubèr berkah
badhé dados kasunyatan, dados paseksi tuwin kamulyaning Gusti. Kadospundianggènkita atur
pisungsung?Punapa sampun cundhukkaliyan sabdanipun Gusti?
Timbalan (kalodhangan) kanggé ngaturaken punapa ingkang dipun gadhahi punika boten gampil.
Prekawis ingkang asring dipun aturaken inggih punika sesambetan kaliyan kabetahaning gesang. Tiyang
rumaos boten cekap, satemah pisungsung dipun raosaken minangka sesanggèn ingkang awrat.
Kamangka Gusti Allah anggènipun paring sampun boten kirang-kirang. Mesthinipun kita kedah atur puji
sokur dhateng Gusti lan remen andum dhateng sesami. Arta kalih kèpèng ingkang dipun pisungsungaken
déning randha ing Padaleman Suci punika minangka sedaya asil gadhahanipun. Gusti Yésus paring
pangertosan dhateng para sakabat, bilih ingkang dipun aturaken randha punika mirunggan, awit
minangka sapérangan ageng ing kawontenanipun ingkang sarwa kekirangan.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Hukum keseimbangan ngedahaken dhateng kita supados ngaturi jumbuh kaliyan ingkang kita
darbèki. Dados sanès saking ingkang boten kita gadhahi. Nanging pisungsungipun randha ing Padaleman
Suci punika malah ngungkuli darbèkipun. Prekawis punika nedahaken dhateng kita bilih randha punika
mlarat ing bandha, nanging sugih ing kasaénan, kadarman, lan kamirahan.
Sugih ing kasaénan, kadarman, lan kamirahan, miturut Rasul Paulus, saged mawujud menawi
manungsa ngraosaken pangurbananipun Gusti Yésus. Panjenenganipun seda sinalib kanggé nebus
dosanipun sedaya manungsa. Sampun sakmesthinipun manungsa atur puji sokur mawi punapa ingkang
dipun darbèki. Pisungsung punika ugi kalebet atur panuwun awit kawilujengan lan karahayon saking Gusti
Yésus.
Atur panuwun punika dipun ketingalaken déning Dawud. Panjenenganipun atur pepujèn dhateng
Pangéran. Panjenenganipun ngakeni bilih namung dhateng Yehuwah, Allah,manungsa saged kumandel
ing gesangipun. Ing salumahing bumi, sakupenging langit, boten wonten ingkang saged paring
pitulungan ingkang mrantasi, kajawi namung Pangeran Yehuwah, Allah kita.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti,
Lumantar tuladha saking randha kalih ing waosan dinten punika, kita sagedsinau bilih Gusti kersa
ngagem tiyang-tiyang ingkang siningkiraken awit kawontenanipun, kados ta randha lan mlarat. randha
punika sampun nélaaken kapitadosan ingkang leres, trep, boten gadhah raos was sumelang (kuwatir) bab
mangke utawi benjang. Manahipun pitados bilih Gusti tansah ngrimati. Manahipun kebak raos kamirahan,
tansah rila andum mring sesami, nadyan winates. Ingkang dados cepenganipun inggih sabdanipun Gusti:
“Aja kuwatir”. Pangandikan ingkang kaparingaken déning Nabi Élia dhateng randha ing Sarfat punika ugi
dipun paringaken dhateng kita ing ngriki. Punapa kita wantun tumindak kados dénérandha-
randhapunika? Sami wantun andum tanpa raos kuwatir, was sumelang. Mangga ngaturaken pisungsung
dhateng Gusti punapa dénéandum dhateng sesami ingkang mbetahaken. Kapitadosan kita badhe
mawujud ing gesang. Amin.
Minggu, 15 November 2015
Minggu Biasa XXXIII (Hijau)

Tema Perayaan Iman


Saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik

Daftar Bacaan Kitab Suci


Bacaan I : Daniel 12:1-3
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 16
Bacaan II : Ibrani 10:11-25
Bacaan Injil : Markus 13:1-8

Tujuan Perayaan Iman


Jemaat menyadari bahwa dalam persekutuan dibutuhkan proses pertumbuhan bersama. Oleh karenanya
antara satu dengan yang lain saling mendorong dalam pekerjaan baik.

Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi


Berita Anugerah : 1 Efesus 1:4-5
Petunjuk Hidup Baru : Galatia 6:9-10
Persembahan : Roma 11:36

Daftar Nyanyian untuk Liturgi


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 1:1-2
Nyanyian Penyesalan : KJ 467:1, 2, 3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 249:1, 3
Nyanyian Persembahan : KJ 288:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 432:1, 2

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 138:1-3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 43:1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 129:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 185:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 174:1, 2

Pdt. Sugeng Prihadi (GKJ Slawi)

Dasar Pemikiran
Tuhan Allah rindu supaya anak-anak-Nya berakar, bertumbuh, dan berbuah sehingga dapat memuliakan
nama-Nya. Ibaratseorang petani menanam benih, dia rindu supaya benih itu tumbuh dan berbuah semua.
Untuk dapat mewujdukan hal yang seperti itu, ibadah menjadi hal yang penting untuk membangun iman
sekaligus persekutuan. Dalam ibadah, umat percaya merasakan pertemuan dengan Tuhan. Selanjutnya,
pertemuan dengan Tuhan itu juga membuahkan sikap saling memperhatikan dalam kehidupan bersama.
Memperhatikan berarti saling menopang dan menolong.Dalam persekutuan harus terwujud sikap saling
menerima dan memberi untuk menopang satu dengan yang lain. Pertumbuhan iman akan semakin dapat
dirasakan ketika satu dengan yang lainnya saling mendorong dalam perbuatan-perbuatan baik. Inilah
pentingnya sebuah persekutuan.

Keterangan Tiap Bacaan


 Daniel 12:1-3
Teks ini merupakanpenglihatan Daniel tentang umat. Ia mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
penderitaan dan malapetaka. Kehidupan umat akan porak poranda. Hal seperti itu belum pernah terjadi.
Rentetan malapetaka yang disertaipenganiayaan itu menjadi sejarah yang paling buruk.Saking buruknya masa
itu disebutsebagai masa kesusahan bagi Yakub. Seperti yang dinubuatkan:“Hai, alangkah hebatnya hari itu,
tiada taranya; itulah waktu kesusahan bagi Yakub, tetapi ia akan diselamatkan dari padanya” (Yeremia 30:7).
Meski umat terpuruk, masih ada pengharapan sebab Allah berkenan memberikan jalan kelepasan. Hanya saja
tidak semua umat mendapatkan pertolongan dan kelepasan itu. Hanya mereka yang namanya tertulis dalam
Kitab Kehidupan yang akan diselamatkan sesuai dengan firman-Nya: “Tetapi pada waktu itu bangsamu akan
terluput, yakni barangsiapa yang didapati namanya tertulis dalam Kitab itu “(ayat 1b).

 Mazmur 16
Resep yang ditawarkan oleh Pemazmur kalau ingin selamat dan berbahagia cukup mudah. Orang ituharus
berusaha dengan sungguh-sungguh mencari Allah, bersekutu dengan Allah, dan hidup saleh. Mengapa
demikian? Sebab hanya Dialah Allah yang baik. Pernyataan Pemazmur yang menyebut “Engkaulah Tuhan”
inginmenjelaskan bahwa Allah adalah Penguasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Allahlah yang memberi
nasihat dan menjaganya. Apa yang melatarbelakangi Pemazmur, sehingga dirinya menempatkan Allah diatas
segala-galanya? Dengan tegas dia menyatakan keyakinannya bahwa dalam hidup dan segala situasi, Allah
menjadi penjamin atas segala kebutuhan yang ia perlukan. Dirinya tidak akan diserahkan ke dalam dunia
orang mati, melainkan senantiasa mendapatkan jalan dan kehidupan yang kekal. Itulah Allah yang dilukiskan
sebagai Penjaga orang saleh.

 Ibrani 10:11-25
Mengapa umat percaya wajib saling memperhatikan dan mendorong dalam perbuatan baik? Menurut
Paulus,itu merupakan cara yang terbaik bagi umat percaya dalam menyongsong hari Tuhan. Hari yang
dinantikan umat dalam menyambut Kristus yang kedua kalinya. Perhiasan rohani yang harus dikenakan adalah
dengan saling memperhatikan dan mendorong dalam kasih. Jadi dalam hal ini banyakyang
dapatdilakukan.Setidaknya, secara sederhana,berusaha sedapat mungkin terlibat secara aktif dalam pertemuan
ibadah.Ada nilai tersendiri saat membangun persekutuan dengan Tuhan. Umat dikuatkan sekaligus juga
menguatkan yang lain, dengan saling memperhatikan. Melalui peribadahan yang benar kita dapat bersekutu
dengan Tuhan sekaligus saling menguatkan antar sesama.Termasuk juga saling memotivasi dan menasihati
untuk pertumbuhan iman.
Persekutuan jemaat dapat disebut sebagai arak-arakkan yang tidak semuanya dalam keadaan stabil dan
dinamis. Ada kalanya yang satu lemah iman karena persoalan berat yang dihadapi, Dalam kondisi seperti itu
kita berkewajiban saling mendorong. Dengan demikian, semua persekutuan dalam jemaat melakukan hal-hal
yang benar untuk memuliakan Allah. Itulah buah-buah kasih yang harus dapat diwujudkan dalam diri umat
percaya.

 Markus 13:1-8
“Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu”(ayat 1). Itulah
ucapan yang terlontar dari salah satu murid Yesus. Bangunan Bait Allah, yang berdiri dengan megah,sangat
memukau perhatian mereka. Secepat itukah hatinya terpikat? Dia melupakan masa lalu ketika guru-Nya
mengusir orang-orang yang berjualan di Bait Allah. Padahal mereka sendiri telah diajardan mendengar bahwa
Bait Allah akan disebut rumah doa bagi segala bangsa, tidak diperbolehkan dijadikan sarang penyamun
(11:17).
Ada cara pandang yang berbeda antara murid dengan Gurunya. Murid memandang yang tampak di depan
matanya, sedangkan Tuhan Yesus lebih memandangke dalam. Terhadap kekaguman itu, Dia balik bertanya
kepada murid-Nya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di
atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan” (ayat 2). Bukan pada hal yang tampak di depan mata, Tuhan
Yesus melihat akan ada penghancuran bangunan yang megah.
Gambaran batu-batu yang berserakan sebenarnya adalah jiwa-jiwa manusia yang berharga dalam pandangan-
Nya. Sebagai batu penjuru, diri-Nya sangat menyadari bahwa semua batu berporos pada-Nya. Tidak ada satu
batupun dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Inilah suasana awalpenderitaan-Nya. Juga tentang akhir
zaman seperti yang diserukan para nabi terdahulu.

Harmonisasi Bacaan Leksionari


Salah satu faktor penting yang disampaikan dalam bacaan ini adalah ajaran Tuhan Yesus supaya murid-
muridnya jangan mudah terkesima dengan yang terlihat di depan mata. Cepat terpukau akan mengaburkan
orientasi hidup. Oleh karenanya, dalam sebuah persekutuan diperlukan sikap saling memperhatikan dan
menegur agar semua dapat bertumbuh bersama. Sikap yang konkret adalah dengan saling mendorong dalam
kasih dan melakukan perbuatan baik. Itulah yang wajib dilakukan oleh umat yang namanya telah tercatat
dalam Kitab Kehidupan.

Renungan Atas Bacaan


Apa yang diharapkan petani ketika menanam padi di sawah? Tentu supaya padi itu dapat tumbuh semua,
bukan hanya sebagian. Tuhanpun menghendaki demikian. Ada proses pertumbuhan bersama dalam
kehidupan jemaat yang harus terjadi ketika menerima Tuhan Yesus sebagai Juru Selamat. Pertumbuhan itu
merupakan sebuah konsekuensi logis atas anugerah penyelamatan Allah kepada orang-orang yang ditebus-
Nya. Umat yang ditebus selanjutnyatercatat dalam Buku Kehidupan sebagai milik-Nya sebagai pengharapan
eskatologis kelak untuk masuk dalam Kerajaan Sorga. Proses penyelamatan Allah yang merupakan anugerah
perlu diimbangi dengan perbuatan baik sebagai salah satu bentuk ucapan syukur. Disini pentingnya
pertumbuhan jemaat untuk berbuah dan memuliakan nama Tuhan.
Proses pertumbuhan iman antara jemaat yang satu dengan yang lain berbeda karena berbagai macam
faktor.Oleh karena itu, perlu ada topangan untuk saling menguatkan. Tidak selamanya iman manusia kuat.
Kadangiman melemah karena menghadapi berbagai macam hal. Dalam kondisi yang demikian, perhatian dan
topangan dari pihak lain sangat membantu.Persekutuan dalam peribadahan cukup berfungsi sebagai ajang
untuk saling menguatkan. Persekutuan akan menjadi semakin hidup ketika semua saling melengkapi,
menolong, menegur, dan menasihati, sehingga tujuan hidup yang tertinggi dapat diraih bersama.

Pokok dan Arah Pewartaan


Allah adalah sumber kehidupan yang sangat mengasihi umat-Nya. Umat harus terus berakar, bertumbuh, dan
berbuah dalam persekutuan dan kasih melalui perbuatan-perbuatan baik untuk memuliakan nama-Nya.

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia


Judul Khotbah:

Saling Mendorong dalam Kasih


dan dalam Pekerjaan Baik
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus Kristus,
Ada nasihat turun-temurun dari orang Jawa tentangpandangan hidupkearifan manusia, yaitu aja
gumunan. Melalui ajaran itu, manusia diharaptidak cepat terpesona dan takjub denganyang dilihatnya.
Cepat terkagum-kagum saat melihat sesuatu yang indah cepat bisa berbahaya. Sesuatu yang terlihat
mempesona tidak jarang menjerumuskan manusia. Seperti yang ditawarkan Iblis kepada Tuhan Yesus saat
pencobaan.Dunia dan segala keindahannya akan diberikan asalkan Tuhan Yesus sujud menyembah iblis.
Ajaran aja gumunanmengajak manusia untuk dapat mengendalikan diri, tidak langsung terpikat pada
sesuatu yang terlihat indah. Selain itu juga mengajar manusia tentang hasrat atau keinginan. Hasrat
muncul dipicu oleh nafsu. Manusia memiliki kecenderungan padanafsu kedagingan yang akhirnya
memunculkan sifat untuk mengingini. Bila tidak ada pengendaliandiri, dipastikan muncul sifat serakah dan
tamak. Tidak ada salahnya manusia diingatkansupaya eling lan waspada, sadar dan berhati-hati. Sikap
eling lan waspada ibarat rem yang dapat menghentikkan lajunya roda.
Hal yang sama rupanya juga dialami oleh murid Tuhan Yesus. Ketika mereka keluar dari Bait Allah,
seorang dari murid-Nya berkata kepada-Nya: “Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa
megahnya gedung-gedung itu” (ayat 1). Bangunan Bait Allah, yang berdiri megah, mengandung nilai
sakral karena ada pemahaman bahwa itulah tempat kediaman Tuhan Allah. Hal itu memukau
perhatiannya. Secepat itukah hatinya terpikat? Apakah dia melupakan masa lalu ketika guru-Nya
mengusir orang-orang yang berjualan di Bait Allah? Padahal mereka sendiri telah diajardan mendengar
bahwa Bait Allah akan disebut rumah doa bagi segala bangsa, maka tidak diperbolehkan dijadikan sarang
penyamun (11:17).

Rupanya, struktur bangunan yang terlihat kokoh dan megah lebih menghanyutkan hati mereka dari
pada ajaran tentang Bait Allah sebagai rumah doa. Ada cara pandang yang berbeda antara murid dengan
Gurunya. Murid memandang yang tampak di depan matanya, sedangkan Tuhan Yesus lebih
memandangke dalam. Terhadap kekaguman itu, Dia memberikan tanggapan kepada murid-Nya:“Kaulihat
gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain,
semuanya akan diruntuhkan” (ayat 2). Bukan pada hal yang tampak di depan mata, Tuhan Yesus melihat
jauh ke depan.Tuhan Yesus melihat akan ada penghancuran bangunan yang megah. Gambaran batu-batu
yang berserakan sebenarnya adalah jiwa-jiwa manusia yang berharga dalam pandangan-Nya. Sebagai
batu penjuru, diri-Nya sangat menyadari bahwa semua batu berporos pada-Nya. Tidak ada satu batupun
dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Inilah suasana awalpenderitaan-Nya. Juga tentang akhir zaman
seperti yang diserukan para nabi terdahulu. Untuk mengantisipasi akhir zaman, sikap waspada dan
berjaga-jaga menjadi sangat penting karena akan datang si penyesat yang mengajarkan ajaran sesat
mengatasnamakan Sang Mesias.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Jauh sebelum Tuhan Yesus menyampaikan mengenai akhir zaman, Daniel telah menerima
penglihatan mengenainya.Dalam penglihatan itu, ia mendapat gambaran mengenai yang akan terjadi
dalam kehidupan umat. Penderitaan dan malapetaka akan memporak-porandakkan kehidupan umat. Hal
seperti itu belum pernah terjadi. Malapetaka yang disertaipenganiayaan itu menjadi sejarah yang paling
buruk.Masa itu disebutsebagai masa kesusahan bagi Yakub, seperti yang dinubuatkan:“Hai, alangkah
hebatnya hari itu, tiada taranya; itulah waktu kesusahan bagi Yakub, tetapi ia akan diselamatkan dari
padanya” (Yeremia 30:7). Namun dalam keterpurukan itu, masih ada pengharapan.Allah memberikan jalan
kelepasan. Namun tidak semua mendapatkannya. Hanya mereka yang namanya tertulis dalam Kitab
Kehidupan yang akan diselamatkan (Daniel 12:1b).
Menurut pemazmur, kalau ingin selamat dan berbahagia, manusiaharus berusaha dengan
sungguh-sungguh mencari Allah, bersekutu dengan-Nya. Sebab hanya Dialah Allah, seperti yang
diserukan Pemazmur: “Aku berkata kepada Tuhan: ’Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain
Engkau’” (ayat 2). Pernyataannya yang menyebut “Engkaulah Tuhan” inginmenjelaskan, bahwa Allah
adalah Penguasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Dia yang memberi nasihat dan menjaganya. Apa
yang melatarbelakangi sehingga dirinya menempatkan Allah diatas segala-galanya? Disini pokok
permasalahannya. Pemazmur sangat yakin bahwa dalam hidup dan segala situasi, Allah menjadi penjamin
atas segala kebutuhan yang ia perlukan. Dirinya tidak akan diserahkan ke dalam dunia orang mati,
melainkan senantiasa mendapatkan jalan dan kehidupan yang kekal.
Jemaat yang dikasih Tuhan Yesus,
Tentu kita juga ingin merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan Pemazmur sebagai orang
saleh. Memang konsep bahagia sangatlah relatif. Antara satu dengan yang lain berbeda, Namun
demikian, kebahagiaan orang saleh adalah seperti dalam konsep Rasul Paulus, bahwa baik hidup atau
mati, tetap berada dalam anugerah Tuhan Yesus (Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan – Filipi 1:21). Selanjutnya, sesuai dengan nasihat Paulus kepada mereka yang telah disucikan
supaya hidup bertekun dalam iman, tentu hal ini juga berlaku untuk kita saat ini. Salah satu cara yang
konkret dalam menyongsong hari Tuhan adalah dengan saling memperhatikan dan mendorong dalam
kasih. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan bersama dengan sesama melalui perbuatan-perbuatan
baik. Semua itu dilakukan agar imanbertumbuh bersama dengan yang lain.
Salah satu dari sekian banyak kebaikan yang dapat kita lakukan adalah terlibat secara aktif dalam
pertemuan ibadah. Ibadah adalah ketetapan Allahseperti yang tertera dalam hukum ke empat di Hukum
Taurat:”Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”. Dalam beribadah, kita berusaha membangun persekutuan
dengan Tuhan, dan hasilnya tidaklah sia-sia.Kita semakin dikuatkan sekaligus juga menguatkan yang lain,
melaluisaling memperhatikan, memotivasi, dan menasihati untuk pertumbuhan iman. Memang namanya
iman tidak dapat dilihat dan diukur, tetapi indikator iman dapat dilihat melalui perbuatan-perbuatan yang
tampak. Sebagai persekutuan jemaat yang disebut sebagai arak-arakan umat percaya, dinamika
kehidupan iman jemaatpun tidaklah sama. Ada yang kuat ada juga yang lemah, karena berbagai macam
permasalahan yang dihadapi. Dalam kondisi seperti itu, kewajiban kita adalah saling mendorong dan
saling menguatkan, supaya semua persekutuan dalam jemaat melakukan hal-hal yang benar untuk
memuliakan Allah. Itulah buah-buah kasih yang harus dapat diwujudkan dalam perbuatan baik oleh kita
umat percaya. Amin.

Khotbah Jangkep Bahasa Jawa


Irah-irahaning Khotbah:

Handayani ing Salebeting Katresnan lan


Pakaryan Ingkang Saé
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus Kristus
Wonten pitutur: “aja gumunanan”. Tegesipun, manungsa sampun ngantos énggal kèngguh lan
gumun dhatengprekawis ingkang dipun tingali. Ningali barang ingkang saé lajeng gumun, éram. Punika
wonten bahaya-nipun. Prekawis ingkang ketingal nengsemaken saged njlomprongaken manungsa. Panci
kathah prekawis ingkang éndah lan nengsemaken ing jagat punika, nanging sumangga wangsul malih
dhateng piwulang aja gumunan. Aja gumunan mucal bab pepénginan. Tuwuh pepénginan punika amargi
pangaribawanipun nepsu. Nepsu damel kepéngin. Menawi boten dipun kendhalèni, pepénginan badhé
ndhatengaken murka lan srakah. Boten wonten lepatipun menawi manungsa dipun émutaken supados
éling lan waspada. Éling lan waspada kados déné rèm ingkang saged ngendheg ubenging rodha.
Prekawis ingkang sami ugi dipun alami déningsakabatipun Gusti Yésus. Nalika sami medal saking
Padaleman Suci, salah satunggalipun matur dhateng Gusti: “Guru, cobi mirsanana kekahipun séla-séla
punika saha éndahipun yeyasan punika!” (Markus 13:1). Wewangunan Padaleman Suci ingkang
éndahpunika damel para sakabat sami éram. Punapa namung kanthi satléraman mekaten para sakabat
kasengsem? Punapa sami kesupèn dhateng wekdal ingkang sampun kepengker nalika Gurunipun
nundhung tiyang-tiyang ingkang sami sadeyan ing Padaleman Suci?Kamangka para sakabat sampun sami
dipun wulang bilih Padaleman Suci badhé kasebat dalem pamujan kanggé sedaya bangsa, pramila boten
dipun parengaken dados papan kedhung bégal (Markus 11:17).
Kados-kados blegering wewangunan ingkang ketingal kukuh bakuh lan éndah ndadosaken para
sakabatkesupèn dhateng piwulangipun Gusti bab padaleman suci minangka papan pamujan. Wonten
pangertosan ingkang bènten antawisipun para sakabat kaliyan Gurunipun. Pangertosanipun para sakabat
namung punapa ingkang kasat mripat, manawi Gusti Yésus ingkang dipun pirsani langkung lebet malih.
Ketinggal para sakabat sami kaéraman, Gusti lajeng ngendika: “Kowe nyawang yeyasan kang gedhééndah
iki? Bésuk bakal ora ana watu kang lestari tumumpang ing watu liyané, kabèh bakal padha dijugrugi”
(Markus 13:2). Boten namung ing babagan ingkang kasat mripat, Gusti Yésus mirsani ingkang langkung
lebet. Gusti Yésus pirsa bilih yeyasan ingkang éndahpunika badhé kajugrugaken. Déné gegambaran séla-
séla ingkang pating blasar sejatosipun nggambaraken jiwa-jiwanipun manungsa ingkang ajinipun aos
sanget tumrap Gusti Yésus. Minangka sélapojokan, Gusti èstupirsa bilih sedaya sélasanèsipun sami ngener
dhateng Panjenenganipun. Boten wonten séla satunggal kemawon ingkang dipun kèndelaken
tumumpang ing sélasanèsipun. Kados mekaten wiwitaning kawontenan kasangsaranipun Gusti. Ugi bab
wekasaning jaman kados ingkang rumiyin kawartosaken déning para nabi. Kanggé ngawékani wekasaning
jaman,kedah sami waspada amargi badhé wonten tiyang-tiyang ingkang badhé nasaraken
nganggéasmanipun Sang Mésias.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Sadèrèngipun dipun ngendikakaken dening Gusti Yésus, Dhanièl ugi sampun naté nampèni wahyu
bab wekasaning jaman. Dhanièl nampèni wahyu bab gesangipun umat. Sami badhé nandhang karibedan
ingkang ngrisak pagesanganing manungsa. Prekawis ingkang kados mekaten dèrèng naté kelampahan.
Karibedan punika dados prekawis ingkang awon piyambak ing gesanging manungsa. Wekdal semanten
tumrap Yakub kasebat wekdal ingkang ndadosaken sisah. Kados ingkang dipun pratélaaken: “Adhuh, iba
ta anggoné nggegirisi dina iku, ora ana tandhingé; iku dina karubedan tumrap Yakub, nanging bakal
linuwaran” (Yérémia 30:7). Nanging ing salebetipun karibedan, taksih wontenpangajeng-ajeng, amargi
Gusti Allah taksih maringi pangluwaran. Émanipun,boten sedaya tiyang pikantuk. Namung ingkang
naminipun kacathet wonten ing Kitab pagesangan punika ingkang badhé dipun wilujengaken (Dhanièl
12:1b).
Miturut Juru Masmur, manawi kepéngin wilujeng lan tentrem rahayu gesangipun, manungsa kedah
kanthi saèstu ngupadi Allah lan nyawiji kaliyan Allah. Awit namung Panjenenganipun punika Allah, kados
kidungipun Juru Masmur: “Unjukku marang Sang Yehuwah mangkéné: ‘Paduka punika Gusti kawula,
tumrap kawula boten wonten ingkang saé kajawi paduka’” (Jabur 16:2). Atur ingkang nyebataken “Paduka
punika Gusti” nyethakaken bilih Allah punika ingkang kagungan panguwaos tumrap pagesangan punika.
Panjenenganipun tansah paring piwulang lan paring pangayoman. Kénging punapa Juru Masmurpitados
bilih Allah punika nglangkungi ing samukawis? Juru Masmur pitados sanget bilih ing salebeting gesang
lan wonten ing sedaya kawontenan, Allah ingkang nanggel tumrap sedaya kabetahanipun. Juru Masmur
boten badhé kapasrahaken dhatengjagatipun tiyang pejah nanging tansah pikantuk margi tumuju gesang
langgeng.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Temtu kita ugi gadhah pikajeng ngraosaken kabingahan lan kabegjan kados déné Juru Masmur
minangka tiyang mursid. Kathah pangertosan bab rahayu. Antawis satunggal lan satungallipun temtu
bènten. Sanadyan makaten, rahayu tumrap tiyang mursid punika kados déné pamanggihipun Rasul
Paulus, bilih saé punika gesang utawi pejah tetep wonten ing regemaning astanipun Gusti Yésus. “Awit
mungguh ing aku urip iku Sang Kristus, déné mati iku kabegjan” (Filipi 1:21). Salajengipun, jumbuh kaliyan
wewarahipun Rasul Paulus dhateng tiyang-tiyang ingkang sampun dipun sucèkaken supados tansah
sregep ngiyataken kapitadosan, kita ugi kedah nindakaken prekawis punika. Satunggaling cara ingkang
nyata kanggé mapag rawuhipun Gusti inggih punika kanthi sami migatosaken sesami lan mujudaken
katresnan. Wonten cara manéka warni kanggé mujudaken kasaénan sesarengan kaliyan sesami kita.
Sedaya kala wau dipun tindakaken supados kita sami saya mindhak-mindhak, saya bakuh.
Satunggaling prekawis ingkang ugi saged dipun tindakaken inggih punika mbudidaya kanthi
sregep wonten ing pakempalan pangibadah. Prekawis punika minangka wujuding netepi dhawuhipun
Gusti kados ingkang kaserat wonten angger-anggering Toret ingkang kaping sekawan: “Sira élinga
marang ing dina Sabat, sarta sira sucèkna”. Kejawi punika, ngawontenaken pakempalan pangibadah
botenbadhé muspra sabab ing salebeting pangibadah wonten sesambetan kaliyan Gusti Allah. Kita dipun
santosakaken ugi saged nyantosaaken sesami kita lumantar sami-sami migatosaken. Lumantar
pangibadah ingkang leres, kita saged manunggal kaliyan Gusti, ugi sami-sami nyantosaaken ing
kapitadosan, atur seserepan ingkang saé murih indhaking kapitadosan. Pakempalan ing pasamuwan
kadosdéné arak-arakan ingkang boten sedaya sami kawontenanipun. Wonten semplah ing kapitadosan
awit ngadhepi prekawis ingkang awrat. Ing kawontenan ingkang kados makaten kita gadhah kuwajiban
nyantosaaken supados pakempalan-pakempalan ing pasamuwan nindakaken bab-bab ingkang leres
kagem kaluhuraning asmanipun Gusti. Inggih makaten wohing katresnan ingkang kedah saged dipun
wujudaken déning para tiyang pitados. Amin.
Minggu, 22 November 2015
Hari Minggu Kristus Raja Semesta Alam (Putih)

Tema Perayaan Iman


Kasih Karunia dan Damai Sejahtera Menyertai Kamu!

Daftar Bacaan Kitab Suci


Bacaan I : Daniel 7:9-10, 13-14
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 93
Bacaan II : Wahyu 1:4b-8
BacaanInjil : Yohanes 18:33-37

Tujuan Perayaan Iman


Jemaat diajak untuk merayakan Kristus Raja sebagai Raja penguasa alam semesta dan juga Raja yang telah
menyatakan keselamatan (damai sejahtera) sejati bagi dunia.

Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi I


Berita Anugerah :Yesaya 52:7
Petunjuk Hidup Baru : Ibrani 12:28
Persembahan : Matius 22:21b

Daftar Nyanyian untuk Liturgi I


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ293:1-3
Nyanyian Penyesalan : KJ37a:1-4
Nyanyian Kesanggupan : KJ 47:1-4
Nyanyian Persembahan : KJ295:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 247:1-3

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 177:1-4
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 169:1-3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 124:1, 2
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 184:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 156:1, 2

Pdt. Uri Christian Sakti Labèti (GKJ Danukusuman)

Dasar Pemikiran
Melalui perayaan Kristus Raja ini ada hal yang perlu dibangun terus oleh umat yaitu kesadaran bahwa Tuhan
adalah Maha Kuasa di mana kekuasaan-Nya tak tertandingi oleh siapa pun dan apa pun juga. Kesadaran yang
demikian menumbuhkan daya hidup umat untuk senantiasa berharap kepada Tuhan walaupun jalan hidup
yang dilalui beraneka ragam. Demikian pula umat semakin terpanggil untuk berperan serta dalam
membangun komunitas kehidupan yang dilandasi oleh damai sejahtera dari Tuhan sendiri.

Keterangan Tiap Bacaan


 Daniel 7:9-10, 13-14
Bacaan tersebut merupakan penglihatan masa datang berkaitan dengan adanya Yang Mahakuasa yang akan
menyatakan kemuliaan dan kuasanya untuk membela umat-Nya. Pada ayat 9 disebutkan “Yang Lanjut
Usianya” (ancient of days, Kang Sepuh ing Yuswa); dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia Sehari-hari dan Bahasa
Jawa versi 1994 disebutkan “Dia yang hidup kekal” dan “Panjenengané kang Gesang Langgeng.”Harapan
mesianik tentang Dia Sang Penguasa tampak melalui adanya “Majelis Pengadilan yang Membuka Kitab-
kitab.”Demikian pula ayat 13-14 di mana sosok “anak manusia” diberi kuasa oleh Yang Lanjut Usia sebagai
seorang raja. Bahkan menurut vision Danielkekuasaan yang diberikan oleh Yang Lanjut Usia adalah kekuasaan
yang kekal, tidak akan lenyap dan kerajaannya tidak akan musnah. Bacaan yang pertama ini tentu bertujuan
untuk mengajak umat Tuhan agar mempunyai pengharapan teguh kepada-Nya sehingga di tengah
penderitaan yang dialami umat Tuhan tidak akan tinggal diam dan Dia akan menyatakan kekuasaan-Nya.

 Mazmur 93
Ada semacam “penobatan” yang diberikan kepada Tuhan karena penyataan kebesaran-Nya atau kebesaran-
Nya seperti raja. Diawali dengan pernyataan umat di mana TUHAN adalah Raja (Yahweh Melekh) dilanjutkan
dengan tanda-tanda ke-Raja-an TUHAN dengan gambaran berpakaian (berjubahkan) kemegahan dan berikat
pinggang kekuatan. Kemahakuasaan TUHAN menurut pemazmur ditampakkan melalui fenomena alam di
mana sungai-sungai seakan mengangkat suara demikian pula dengan deburan ombak laut yang hebat.
Doksologi penobatan tersebut ditutup dengan keyakinan bahwa peraturan yang teguh serta bait yang kudus
kekal dan abadi untuk selamanya.

 Wahyu 1:4b-8
Penglihatan Yohanes dalam kitab Wahyu merupakan suatu pengajaran yang menguatkan jemaat Tuhan yang
saat itu menghadapi tekanan berat. Penglihatan Yohanes tersebut mengajarkan beberapa hal mendasar yang
harus diimani jemaat-jemaat-Nya yaitu tentang: 1. Kasih karunia dan damai sejahtera yang datangnya dari
Tuhan (ayat 4b). 2. Kristus yang bangkit dari antara orang mati (ayat 5a). 3. Yesus Kristus telah melepaskan
umat dari dosa (ayat 5b). 6. Tuhan akan terus berkarya dari dulu sampai sekarang atau dari Alfa sampai Omega
(ayat 8). Wahyu Yohanes tersebut setidaknya membentuk pengalaman, karakter, dan kekuatan komunitas-
komunitas Kristen awal waktu itu untuk terus mempertahankan iman mereka.

 Yohanes 18:33-37
Dari dialog antara Pilatus dan Yesus berkaitan kata “raja,” terdapat perbedaan konsep tentang kekuasaan.
Dalam perspektif Pilatuskekuasaan digunakan sebagai alat untuk membangun “ketakutan,” menimbulkan teror
demi kepentingan tertentu, melegalkan tindakan kekerasan tanpa memperdulikan ras ataupun etnis, dan
mempertahankan kewibawaan raja (kaisar). Dalam perspektif Yesus kekuasaan digunakan sebagai alat untuk
memberdayakan kaum marjinal, mendatangkan damai di tengah aksi teror, menyatukan perbedaan etnis
sebagai bagian dari komunitas kehidupan, dan menyatakan kehendak serta karya Allah sebagai Raja
Kehidupan di tengah umat. Dialog dalam Injil tersebut dipandang dari salah satu sisi tampak jelas arogansi
Pilatus menghadapi Yesus yang pada dasarnya tidak bersalah sama sekali. Tetapi karena menuruti keinginan
pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang ketakutan terhadap Yesus, untuk menjaga kewibawaan kaisar
demikian pula mencari aman untuk diri Pilatus sendiri maka pertanyaan mendasar Pilatus tentang “Yesus
adalah Raja” adalah retorika belaka yang tujuannya memancing Yesus agar mengakui diri-Nya Raja; sehingga
mudah bagi Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati bagi seseorang yang menyaingi posisi kaisar Romawi.
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Penghayatan Kristus adalah Raja semestinya termanifestasikan di dalam pengakuan bahwa TUHAN adalah
Maha Kuasa (Mazmur 93). Demikian pula kesadaran tentang kebaikan Allah yang senantiasa menyatakan Kasih
Karunia serta karya yang abadi dalam sejarah kehidupan umat (Wahyu 1:4b-8), seharusnya memampukan
umat terpanggil membangun pengharapan di masa depan (Daniel 7:9-10, 13-14) dan juga panggilan untuk
membangun kehidupan bersama yang dinaungi damai sejahtera (Yohanes 18:33-37).

Renungan Atas Bacaan


Damai sejahtera bukan hanya angan-angan belaka dan juga bukan hanya impian kosong. Damai sejahtera
adalah suatu kondisi yang dikehendaki Allah terjadi dalam kehidupan umat ciptaan-Nya. Hal tersebut tidak
terjadi begitu saja bak mendapatkan durian runtuh, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh
oleh umat manusia. Damai sejahtera menjadi sangat penting dalam hidup bersama karena tanpa adanya
damai sejahtera maka hidup bersama bagaikan seperti neraka. Oleh karena itu, supaya damai sejahtera benar-
benar terwujud, umat Tuhan seharusnya:
1. Mengakui Kemahakuasaan Tuhan (Mazmur 93)
Pemazmur telah menyatakan imannya kepada Tuhan dengan suatu pengakuan bahwa TUHANlah
penguasa alam raya. Dia menyatakan kedudukan-Nya sebagai Raja demikian pula menyatakan kuasa-Nya
melalui fenomena alam. Melalui iman tersebut umat diajak untuk menobatkan TUHAN sebagai satu-
satunya penguasa dan patut dihormati oleh seluruh ciptaan-Nya.
2. Menyadari Penyataan Kasih Karunia dan Karya Allah yang Abadi (Wahyu 1:4b-8)
Allah telah menyatakan kasih karunia-Nya melalui peristiwa manusiawi Yesus Kristus. Melalui
pengurbanan-Nya, Allah telah menghapuskan dosa manusia dan memampukan orang percaya untuk
senantiasa teguh beriman kepada-Nya walaupun berbagai godaan, halangan, dan rintangan pasti akan
dihadapi oleh umat Tuhan.
Dengan pengakuan atau keyakinan tersebut, maka umat semakin terpanggil untuk:
1. Membangun Harapan di Masa Depan (Daniel 7:9-10, 13-14)
Tuhan telah memberikan janji untuk memberkati, melindungi dan menyatakan kasih-karuniakepada umat-
Nya. Dalam sejarah iman orang percaya, tampak jelas bagaimana Tuhan terus berkarya di tengah
penderitaan umat sehingga umat yakin bahwa “akan ada pelangi setelah hujan.” Demikian juga dengan
pengharapan kepada Tuhan di balik berbagai kondisi yang dialami umat.
2. Terpanggil Membangun Kehidupan Bersama beralaskan Damai Sejahtera (Yohanes 18:33-37)
Sebagai anak-anak Tuhan, orang percaya terpanggil untuk meneruskan inti Injil Yesus Kristus dalam
kehidupan bersama. “Kekuasaan” yang telah diberikan Tuhan kepada orang percaya seharusnya
memampukan umat-Nya untuk menggunakan kekuasaan tersebut sebagai sarana membangun komunitas
yang beralaskan damai sejahtera.

Pokok Dan Arah Pewartaan


Pokok pewartaan adalah umat menyadari Tuhan sebagai Raja atas hidupnya dan atas alam semesta,
sehingga dengan kesadaran tersebut umat Tuhan semakin melibatkan diri dalam mewujud-nyatakan
damai sejahtera.
Arah pewartaan adalah ajakan kepada umat untuk menyatakan ke-Raja-an Tuhan melalui karya nyata
umat dalam kehidupan bersama.

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia


Judul Khotbah:
Menjadi Saksi Kristus Raja!
Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan Yesus Kristus,
Mungkin di antara Saudara pernah mendengar nama Fanny J. Crosby. Dia adalah seorang wanita
yang buta karena mal praktek saat usianya enam tahun. Crosby yang buta itu tidak pernah menyerah
bahkan terus mendedikasikan hidupnya dengan mencipta lagu-lagu pujian. Salah satu dari kira-kira 9000
lagu himne yang diciptakannya mengajak kita untuk mengakui Tuhan adalah Raja alam semesta. Kidung
Jemaat 293:3, teks-nya demikian:
Puji Yesus! Pujilah Juruselamat!
Hosiana! Soraknya bergema.
K’rajaan-Nya untuk selama-lamanya:
Yesus Kristus Raja, Nabi, Imam.
Ia datang: Raja segala alam;
Kuasa, hormat hanya kepada-Nya.
Puji Dia! B’ritakan keagungan-Nya!
Puji Dia! Mari bernyanyilah!

Dari teks tersebut jelas sekali pesan Crosby bahwa sebagai orang percaya kita harus mengakui
bahwa Yesus Kristus adalah Raja segala alam sehingga layak bagi kita mengunjukkan kuasa dan hormat
kepada-Nya. Seperti tema pada hari ini, “Menjadi Saksi Kristus Raja” maka sebagai panji-panji Kristus
masa kini kita dipanggil agar mampu menyatakan kesaksian bahwa Kristus adalah Raja hidup kita.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,


Panggilan menjadi saksi Kristus Sang Raja, pada dasarnya dilandasi pada bangunan keyakinan kita
kepada-Nya. Jika kita belajar dari bacaan leksionari hari ini, setidaknya kita menemukan suatu ajakan bagi
kita untuk mempunyai bangunan iman yang kuat di mana bangunan iman tersebut tampak melalui:
1. Mengakui Kemahakuasaan Tuhan (Mazmur 93)
Pemazmur telah menyatakan imannya kepada Tuhan dengan suatu pengakuan bahwa TUHANlah
penguasa alam raya. Ada semacam “penobatan” yang diberikan kepada Tuhan karena penyataan
kebesaran-Nya atau kebesaran-Nya seperti raja. Dia menyatakan kedudukan-Nya sebagai Raja
dengan gambaran berpakaian (berjubahkan) kemegahan dan berikat pinggang kekuatan. Demikian
pula menyatakan kuasa-Nya melalui fenomena alam di mana sungai-sungai seakan mengangkat
suara demikian pula dengan deburan ombak laut yang hebat. Jelas bahwa pemazmur mengajak umat
Tuhan untuk mengakui kemahakuasaan Tuhan melalui fenomena-fenomena yang dapat ditangkap
indera manusia.

2. Menyadari Penyataan Kasih Karunia dan Karya Allah yang Abadi (Wahyu 1:4b-8)
Penglihatan Yohanes dalam kitab Wahyu tersebut mengajarkan beberapa hal mendasar yang harus
diimani jemaat-jemaat-Nya yaitu tentang: 1. Kasih karunia dan damai sejahtera yang datangnya dari
Tuhan (ayat 4b). 2. Kristus yang bangkit dari antara orang mati (ayat 5a). 3. Yesus Kristus telah
melepaskan umat dari dosa (ayat 5b). 6. Tuhan akan terus berkarya dari dulu sampai sekarang atau
dari Alfa sampai Omega (ayat 8). Allah telah menyatakan kasih karunia-Nya melalui peristiwa
manusiawi Yesus Kristus. Melalui pengurbanan-Nya, Allah telah menghapuskan dosa manusia dan
memampukan orang percaya untuk senantiasa teguh beriman kepada-Nya walaupun berbagai
godaan, halangan, dan rintangan yang pasti akan dihadapi oleh umat Tuhan.
Dengan dasar pengakuan atau keyakinan tersebut, maka orang percaya diundang untuk:
1. Membangun Harapan di Masa Depan (Daniel 7:9-10, 13-14)
Bacaan tersebut merupakan penglihatan masa datang berkaitan dengan adanya Yang Mahakuasa
yang akan menyatakan kemuliaan dan kuasanya untuk membela umat-Nya. Pada ayat 9 disebutkan
“Yang Lanjut Usianya” (ancient of days, Kang Sepuh ing Yuswa); dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia
Sehari-hari dan Bahasa Jawa versi 1994 disebutkan “Dia yang hidup kekal” dan “Panjenengané kang
Gesang Langgeng.” Harapan mesianik tentang Dia Sang Penguasa tampak melalui adanya “Majelis
Pengadilan yang Membuka Kitab-kitab.” Demikian pula ayat 13-14 di mana sosok “anak manusia”
diberi kuasa oleh Yang Lanjut Usia sebagai seorang raja. Bahkan menurut vision Danielkekuasaan
yang diberikan oleh Yang Lanjut Usia adalah kekuasaan yang kekal, tidak akan lenyap dan
kerajaannya tidak akan musnah. Bacaan yang pertama ini tentu bertujuan untuk mengajak umat
Tuhan agar mempunyai pengharapan teguh kepada-Nya sehingga di tengah penderitaan yang
dialami umat Tuhan tidak akan tinggal diam dan Dia akan menyatakan kekuasaan-Nya.

2. Membangun Kehidupan Bersama Beralaskan Damai Sejahtera (Yohanes 18:33-37)


Dari dialog antara Pilatus dan Yesus berkaitan kata “raja,” terdapat perbedaan konsep tentang
kekuasaan. Dalam perspektif Pilatus kekuasaan digunakan sebagai alat untuk membangun
“ketakutan,” menimbulkan teror demi kepentingan tertentu, melegalkan tindakan kekerasan tanpa
memperdulikan ras ataupun etnis, dan mempertahankan kewibawaan raja (kaisar). Dalam perspektif
Yesus kekuasaan digunakan sebagai alat untuk memberdayakan kaum marjinal, mendatangkan damai
di tengah aksi teror, menyatukan perbedaan etnis sebagai bagian dari komunitas kehidupan, dan
menyatakan kehendak serta karya Allah sebagai Raja Kehidupan di tengah umat. Dialog dalam Injil
tersebut dipandang dari salah satu sisi tampak jelas arogansi Pilatus menghadapi Yesus yang pada
dasarnya tidak bersalah sama sekali. Tetapi karena menuruti keinginan pemimpin-pemimpin agama
Yahudi yang ketakutan terhadap Yesus, untuk menjaga kewibawaan kaisar demikian pula mencari
aman untuk diri Pilatus sendiri maka pertanyaan mendasar Pilatus tentang “Yesus adalah Raja” adalah
retorika belaka yang tujuannya memancing Yesus agar mengakui diri-Nya Raja; sehingga mudah bagi
Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati bagi seseorang yang menyaingi posisi kaisar Romawi.

Saudara-saudara yang terkasih di dalam Tuhan Yesus Kristus,


Hari ini kita bersama-sama diingatkan bahwa Kristus adalah Raja Kehidupan kita. Oleh karena itu,
belajar dari bacaan hari ini mari kita berefleksi:
1. Apakah kita benar-benar meyakini akan kemahakuasaan Tuhan dan yakin bahwa Dia senantiasa
menyatakan kasih karunia maupun karya-Nya di sepanjang hidup kita? Bukankah kita sering
menggantikan posisi Tuhan dengan “kuasa-kuasa” lain yang menurut ukuran manusia
menyenangkan?Kepandaian, kekayaan, kedudukan, ketenaran, teknologi, dan lain sebagainya
seringkali menjadi “tuan” atas diri kita sehingga kita menggeser kedudukan Kristus Sang Raja
kehidupan kita.
2. Apakah kita sudah menyerahkan masa depan kita pada rancangan serta kehendak Tuhan? Bukankah
seringkali kita merasa kuatir, takut, cemas bahkan tidak percaya bahwa masa depan kita di tangan
Tuhan? Seringkali pikiran manusiawi kita yang lebih kita utamakan daripada berserah kepada Tuhan.
Padahal, ketika kita menghadapi masa depan dengan kekuatiran, ketakutan, kecemasan, dan sikap
tidak percaya maka kita tidak akan membangun masa depan kita dengan gemilang.
3. Apakah kita sudah memberikan diri kita demi damai sejahtera dalam kehidupan bersama? Bukankah
kita seringkali bersikap seperti Pilatus yang seakan-akan berkuasa sehingga melakukan tekanan,
menakut-nakuti, meneror, dan lain sebagainya supaya kita mendapatkan keuntungan-keuntungan
tertentu dari tindakan demikian?
Fanny J. Crosby seorang wanita yang buta sejak kecil membuktikan betapa dia dapat “melihat”
kemahakuasaan Tuhan sehingga talenta yang dimilikinya digunakan untuk kemuliaan Tuhan. Crosby
membuktikan bahwa masa depan penuh pengharapan dan hidup berguna bagi orang lain adalah suatu
kebahagiaan. Oleh karena itu, mari kita mengingat pesan Crosby melalui pujiannya: “...Ia datang: Raja
segala alam; Kuasa, hormat hanya kepada-Nya...” Tuhan memberkati kita. Amin.

Kotbah Jangkep Bahasa Jawi


Irah-irahaning Khotbah:

Dadya Seksinipun Kristus Sang Ratu!


Para sadhèrèk ingkang kinasih wonten ing Gusti Yésus Kristus,
Bok menawi ing antawis panjenengan naté mireng asma Fanny J. Crosby. Ibu Crosby punika
satunggaling wanita ingkang wuta jalaran mal praktèk dhokter nalika piyambakipun taksih yuswa nem
taun. Ibu Crosby ingkang wuta kasebat boten semplah nemahi kawontenan gesangipun, kepara
misungsungaken gesang kanthi ngripta kidung-kidung pujèn. Salah satunggal saking antawis 9.000
kidungan himne riptanipun ngatag kita ngakeni bilih Gusti punika Ratuning jagad raya. Wonten ing
Kidung Jemaat 293:3, cakepanipun makaten:
Puji Yesus! Pujilah Juruselamat!
Hosiana! Soraknya bergema.
K’rajaan-Nya untuk selama-lamanya:
Yesus Kristus Raja, Nabi, Imam.
Ia datang: Raja segala alam;
Kuasa, hormat hanya kepada-Nya.
Puji Dia! B’ritakan keagungan-Nya!
Puji Dia! Mari bernyanyilah!

Saking cakepan kasebat cetha sanget piwelingipun bu Crosby inggih punika bilih saben tiyang
pitados kedah ngakenana Yésus Kristus punika Ratuning jagad raya satemah pantes pinaringan kuwaos
punapa déné pakurmatan. Kados irah-irahan dinten punika, “Dados Seksining Kristus Sang Ratu” pramila
minangka para kagungan Sang Kristus kita tinimbalan supados kuwagang neksèni bilih Sang Kristus
punika Ratuning gesang kita.

Para sadhèrèk ingkang kinasih wonten ing Gusti Yésus Kristus,


Timbalan neksèni Sang Kristus minangka Ratu, sajatosipun dipun talesi kanthi wewangunan
kapitadosan kita konjuk Panjenenganipun. Menawi kita sinau saking waosan lèksionari dinten punika,
saboten-botenipun kita manggihakan wonten pangatag tumrap kita supados ndarbèni kapitadosan
ingkang teguh ingkang kacetha ing prakawis:
1. Ngakeni Panguwaosipun Gusti (Jabur Masmur 93)
Juru masmur sampun mratélakaken kapitadosanipun dhumateng Gusti kanthi pangaken bilih
Panjenenganipun punika nguwaosi jagad raya. Kados-kados wonten “paneguhan” ingkang
kaunjukaken dhateng Gusti awit saking pratélanipun minangka Ratu. Panjenenganipun mratélakaken
minangka Ratu kagambaraken anggènipun Gusti abusana kamulyan lan apaningset kasantosan.
Makaten ugi anggènipun mratélakaken panguwaosipun lumantar kanyatan inggih punika lèpèn-lèpèn
ingkang kumrasak kados ngulukaken suwantenipun makaten ugi jumleguring alun ingkang
ngéramaken. Cetha sanget bilih juru masmur ngatag umating Gusti supados èstu-èstu ngakeni
panguwaosipun Gusti lumantar kanyatan-kanyatan ingkang saged dipun raosaken déning manungsa
lumantar punapa kémawon.

2. Nglenggana Pratélan Sih lan Pakaryaning Allah ingkang Langgeng (Wahyu 1:4b-8)
Tetingalanipun Yokanan ing kitab Wahyu kasebat mulang sawatawis underan ingkang kedah dipun
pitadosi déning pasamuwanipun Gusti, inggih punika: 1. Sih-rahmat lan tentrem rahayu ingkang
pinangkanipun saking Gusti (ayat 4b). 2. Sang Kristus ingkang wungu saking antawisipun tiyang pejah
(ayat 5a). 3. Yésus Kristus ngluwari umatipun saking pamengkuning dosa (ayat 5b). 6. Gusti tansah
makarya wiwit rumiyin ngantos salaminipun utawi wiwit purwaka [Alfa] ngantos dumugi pungkasan
[Oméga] (ayat 8). Gusti Allah sampun mratélakaken sih-rahmatipun lumantar kedadosan tata
jalmanipun Gusti Yésus Kristus. Kanthi pangurbananipun, Gusti Allah sampun boten ngetang malih
dosanipun manungsa lan ndayani tiyang pitados tansah neguhaken kapitadosan dhumateng
Panjenenganipun sinaosa gesangipun rinengga panggodha, pepalang, punapa déné reridhu ingkang
mesthi badhé dipun temahi déning umatipun Gusti.

Kanthi atetales pangaken utawi kayakinan kasebat, tiyang pitados tinimbalan:


1. Mangun Pangajeng-ajeng Mangsa Ngajeng (Dhanièl 7:9-10, 13-14)
Waosan kasebat mujudaken tetingalan ing mangsa ngajeng magepokan kaliyan badhé kababaripun
Ingkang Maha Kawasa ingkang badhé mratélakaken kamulyan saha panguwaosipun mbélani
umatipun. Ing ayat 9 kasebataken “Kang Sepuh ing Yuswa” ing Kitab Suci Basa Jawi seratan taun 1994
kasebataken “Panjenengané kang Gesang Langgeng.” Pangajeng-ajeng bab Sang Juru Wilujeng
kacetha kanthi wontenipun “Pradata Pangadilan banjur marepat lan kitab-kitab padha kabukakan.”
Makaten ugi ing ayat 13-14, “Putraning Manungsa” pinaringan panguwaos punapa déné kaluhuran
ingkang langgeng, boten badhé sirna sarta karajanipun boten badhé risak. Waosan kapisan punika
temtu nggadhahi ancas ngatag pasamuwan Gusti supados ndarbèni pangajeng-ajeng ingkang teguh
dhateng Panjenenganipun satemah ing madyaning panandhang ingkang dipun sanggi déning umat
Gusti boten badhé kèndel kémawon nanging badhé mbabar panguwaosipun.

2. Mangun Gesang Sesarengan Tinalesan Tentrem-rahayu (Yokanan 18:33-37)


Saking pirembaganipun Pilatus kaliyan Gusti Yésus gegayutan kaliyan tembung “ratu” kacetha wonten
bédaning pamawas magepokan kaliyan kuwaos. Miturut pamawasipun Pilatus kuwaos punika dipun
ginakaken kanggé mangun sikep “ajrih”, pangancam murih kapentingan tertemtu, netepaken
tumindak kekerasan tanpa mawang suku bangsa, lan nglestantuaken kawibawaning sang nata agung.
Saking sisih Gusti Yésus kuwaos punika dipun anggé minangka pambereg tumrap ingkang sèkèng lan
ringkih, ndhatengaken katentreman ing satengahing pangancam, nunggilaken bédaning suku bangsa
minangka pérangan gesang sesarengan, lan mbabar karsa saha pakaryaning Allah minangka Ratuning
Gesang ing satengahing umat. Pirembagan ing Injil kasebat kawawas saking satunggaling sisih, cetha
bilih Pilatus adigang-adigung-adiguna aben-ajeng kaliyan Gusti Yésus ingkang sajatosipun boten
pinanggih lepat babar pisan. Nanging sarèhning Pilatus nuruti pikajengipun para pangagenging
agami Yahudi ingkang rumaos kaancam kalenggahanipun déning Gusti Yésus, makaten ugi kanggé
njagi prabawaning sang nata agung lan ugi anggènipun Pilatus milujengaken badanipun piyambak
mila pamundhut-pirsanipun Pilatus gegayutan “Yésus punika Ratu” mujudaken pitakènan ingkang
ancasipun badhé njiret Gusti Yésus supados karsa ngakeni bilih Panjenenganipun punika Ratu;
satemah gampil kanggénipun Pilatus anggènipun badhé ndhawahaken pidana pejah tumrap sok
sintena tiyang ingkang badhé nyamèni kalenggahanipun sang nata agung.

Para sadhèrèk ingkang kinasih ing patunggilanipun Gusti Yésus Kristus,


Dinten punika kita kaèngetaken bilih Sang Kristus punika Ratuning Gesang kita. Awit saking punika,
sinau saking waosan dinten punika sumangga kita suka pitakèn dhateng manah kita piyambak-piyambak:
1. Punapa kita èstu-èstu yakin bab panguwaosipun Gusti lan mitadosi bilih Panjenenganipun tansah
mbabar sih-rahmat sarta pakaryan ing sauruting gesang kita?Kasunyatanipun kita asring nglèngsèr
Gusti kaliyan “panguwaos-panguwaos” sanès ingkang miturut pétangan kamanungsan damel marem
sinaosa kamareman tata kadonyan. Kawasisan, kasugihan, kalenggahan, tèknologi, lan sapiturutipun
asring dados “gusti” tumrap dhiri kita satemah kita èstu nglèngsèr Sang Kristus Ratuning gesang kita.
2. Punapa kita sampun masrahaken mangsa ngajeng kita dhateng rancangan saha karsanipun Gusti?
Asring kita taksih winengku déning raos kuwatos, ajrih, sumelang kepara boten pitados bilih mangsa
ngajeng kita wonten ing regeman astanipun Gusti. Asring kalampahan nalar bebudèn kamanungsan
kita langkung utami katimbang pasrah-sumarah dhumateng Gusti. Kamangka, nalika kita nglampahi
mangsa ngajeng winengku raos kuwatos, ajrih, sumelang lan boten pitados temtunipun kita boten
badhé saged mangun mangsa ngajeng kanthi prayogi linangkung.
3. Punapa kita sampun misungsungaken gesang murih kababaring tentrem-rahayu ing madyaning
gesang bebrayan agung? Kita asring mangun sikep kados Pilatus ingkang adigang-adigung-adiguna
satemah tumindak kita meteg péhak sanès, damel giris, nuwuhaken pangancam lan sapiturutipun
supados kita nggayuh kauntungan-kauntungan tertemtu saking pratingkah kasebat.

Ibu Fanny J. Crosby satunggaling wanita wuta wiwit alit mbuktèkaken iba éndahipun déné
piyambakipun saged “njinggleng” panguwaosipun Gusti satemah talénta darbèkipun dipun anggé
ngluhuraken Gusti. Ibu Crosby mbuktèkaken bilih mangsa ngajeng lan gesang sesarengan kaliyan tiyang
sanès punika mujudaken etuking kabingahan. Pramila sumangga kita ngèngeti piwelingipun ibu Crosby
lumantar kidunganipun: “...Ia datang: Raja segala alam; Kuasa, hormat hanya kepada-Nya...”Gusti
mberkahi kita. Amin.
Minggu, 29 Nopember 2015
Hari Minggu Adven I (Ungu)

Tema Perayaan Iman


Berjaga dan Berdoalah!

Daftar Bacaan Kitab Suci


Bacaan I : Yeremia 33:14-16
Mazmur Antar Bacaan : Mazmur 25:1-10
Bacaan II : I Tesalonika3:9-13
BacaanInjil : Lukas 21:25-36

Tujuan Perayaan Iman


Jemaat memiliki pengharapan dan kepastian bahwa dalam menyongsong masa penantian itu perlu disikapi
dengan cara berjaga dan berdoa.

Pelengkap Bacaan Alkitab untuk Liturgi


Berita Anugerah : 1 Tesalonika 5:9-11
Petunjuk Hidup Baru : Kolose 4:2
Persembahan : 2 Korintus 9:12

Daftar Nyanyian untuk Liturgi


Bahasa Indonesia
Nyanyian Pujian : KJ 84:1-3
Nyanyian Penyesalan : KJ 81:1-3
Nyanyian Kesanggupan : KJ 387:1, 4, 5
Nyanyian Persembahan : KJ 363:1-
Nyanyian Pengutusan : KJ 395:1, 5

Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 210:1-3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 50:1-3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 141:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 186:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 168:1, 3

Pdt. Sugeng Prihadi (GKJ Slawi)

Dasar Pemikiran
Bicara tentang akhir zaman berarti bicara tentang datangnya Tuhan Yesuske dalam dunia untuk kedua kalinya.
Tidak ada kepastian waktu, tanggal, dan harinya, sebab semua itu adalah kehendak Tuhan sendiri. Terhadap
hal ini, yang ditekankan oleh Tuhan Yesus adalah berjaga dan berdoa. Berjaga berartisadar dengan sungguh-
sungguh untuk tidak terlena, sehingga yang diharapkan tidak lepas. Berdoa adalah tindakan iman dalam
menjalin komunikasi dengan Tuhan. Pada Minggu Adven pertama, tema perayaan iman berjaga dan berdoalah
kiranya menjadi sikap iman umat dalam menyambut kedatangan Tuhan.

Keterangan Tiap Bacaan


 Yeremia 33:14-16
Pengharapan akan pemulihankembali terdengar. Tuhan sendiri yang berfirman bahwa akan datang waktunya
Dia memulihkan umat. Hal itu menjadi bukti bahwa diri-Nya akan menepati janji-Nya. Cara yang dipakai untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran berproses melalui Tunas Daud. Ketika semua itu dijalankan, umat akan
merasakan sendiri damai sejahtera di dalam kehidupan mereka.

 Mazmur 25:1-10
Dalam Mazmur ini, disamping kita menjumpai permohonan pengampunan, terlihat juga ratapan-ratapan
sebagai keluh kesah Pemazmur. Dari kondisi yang demikian, iasangat menyadari arti penting berjaga sambil
berdoa. Menurut Pemazmur, berjaga dan berdoa adalah cara yang terbaikuntuk mengetahui jalan-jalan Allah:
“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam
kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan
sepanjang hari” (ayat 4-5). Menurutnya, orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan tidak akan
tinggal diam saat ia menghadapi sesuatu hal dalam hidupnya. Oleh karenanya, ia tidak malu mempercayakan
hidupnya kepada Tuhan. Sedemikian besar penantian Pemazmur akan Tuhan, sehingga dengan kesabaran ia
terus berpegang pada-Nya.

 1 Tesalonika 3:9-13
Pada saat itu, jemaat di Tesalonika menghadapi pergumulan berat. Oleh karena itu, Paulus mengirim Timotius
datang kesana. Tujuan Paulus mengirin Timotius agar jemaat dikuatkan. Rupanya jemaat di Tesalonika tidak
goyah, meski didera dengan pergumulan berat.Untuk hal itu ia sendiri senantiasa bertekun dalam doa: “Siang
malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang
masih kurang pada imanmu” (1 Tes 3:10). Dalam pandangan Paulus, ia berdoa tidak hanya dalam ucapan
syukur mendengar kondisi jemaat di Tesalonika dalam keadaan baik. Mengingat akan kedatangan Kristus yang
kedua kali, Paulus terus bertekun dalam doa. Ada sesuatu yang dikuatirkan jika umat percaya justru dalam
keadaan suam-suam kuku saat akhir zaman itu mendekat.Dengan doa, ia meminta kepada Tuhan agar sesuatu
yang kurang di dalam diri jemaat ditambahkan. Kondisi yang dikehendaki Paulus dalam menyongsong
kedatangan Tuhan adalah jemaat hidup di dalam kekudusan dan tidak bercacat.

 Lukas 21:25-36
Dalam bacaan Injil Lukas, Tuhan Yesus menjelaskan ada tanda tentang akhir zaman: "Dan akan ada tanda-
tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung
menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala
apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang” (ayat 25-26). Dalam hal ini, yang
dikehendaki oleh Tuhan Yesus adalah murid-murid-Nya waspada dan berjaga-jaga. Tanda-tanda itu diberikan
bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberi kepastian bahwa akhir zaman itu benar-benar ada.
Melalui nats ini, Lukas memberikan perumpamaan dengan hubungan sebab akibat: "Perhatikanlah pohon ara
atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya
bahwa musim panas sudah dekat” (ayat 29-b-30). Di Israel, pohonAra menjadi tanda untuk mengetahui
datangnya musim panas. Dari sekian banyaknya pohon yang ada menjelang musim panas pohon Ara, yang
pertama kali bertunas.
Rangkaian sebab akibat itupun terjadi berkenaan dengan Kerajaan Allah. Berbagai kejadian yang disebutkan
oleh Tuhan Yesus menjadi tanda kedatangan-Nya. Menghadapi hal itu, Tuhan Yesus memberikan peringatan
untuk waspada: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari
semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (ayat 36).
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Bacaan dalam minggu adven pertama ini mengajak seluruh umat untuk waspada, berjaga-jada, dan berdoa.
Sikap ini diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam menyongsong akhir zaman, menyambut kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua kali. Dengan berjaga dan berdoa,jemaat diajak untuk semakin dekat dengan Tuhan dan hidup
dalam kekudusan, sehingga,ketika waktunya tiba, tidak dalam kondisi terlena atau suam-suam kuku.

Renungan Atas Bacaan


Sampai saat ini, orang gemar mencari berita tentang akhir zaman. Ramalan demi ramalan terus dicari,
meskipun belum pernah ada satupun yang tepat. Itulah rasa penasaran manusia. Mengapa orang cenderung
memburu tentang ramalan akhir zaman? Supaya ada kepastian dan persiapan.
Bicara mengenai kepastian dan persiapan, dalam Alkitab sudah dijelaskan mengenai akhir zaman. Ada dengan
tanda-tanda yang akan mengawalinya, yaitu gempa, kelaparan, malapetaka dan berbagai tanda-tanda alam.
Namun semua itu adalah permulaan, bukan akhir zaman itu sendiri. Sikap yang terbaik dalam menyongsong
akhir zaman adalah berjaga-jaga dan berdoa. Ajaran Tuhan Yesus sangat jelas.Berjaga berarti berusaha
memfokuskan perhatian pada ketetapan Allah. Sedangkan berdoa adalah sikap iman. Menyadari akan
keterbatasan dirinya, patutlah manusia berdoa, menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Dengan berjaga
dan berdoa, umat percaya menyongsong akhir zaman tanpa harus terkecoh dengan berbagai isu atau ramalan
yang justru dapat menjerumuskannya.

Pokok dan Arah Pewartaan


Umat diarahkan untuk siaga dalam menyongsong kedatangan Tuhan Yesus. Kedatangan yang kedua ini dalam
rangka mengadili. Oleh karena itu sikap yang benar dalam berjaga dan berdoa adalah menambahkan yang
masih kurang dalam iman kita (1 Tes 3:10), mengusahakan agar berlimpah dengan kasih (ayat 12), dan hidup
kudus dengan semua orang kudus-Nya (ayat 13).

Khotbah Jangkep Bahasa Indonesia


Judul Khotbah:

Berjaga dan Berdoalah!


Jemaat yang dikasihii oleh Tuhan Yesus Kristus,
Tanpa terasa, saat ini kita telah berada pada Minggu Adven 1.Minggu Adven, dalam tradisi Gereja
Kristen, khususnya Protestan, merupakan masa/periode sebelum jemaat merayakan Natal. Nama Adven
berasal dari kata Latin Adventus, yang berarti kedatangan. Sebagai jemaat, pada masa ini, kita bersama
sedang menyongsong pesta Natal sebagai perisiwa kelahiran Tuhan Yesus di Betlehem, sekaligus
menyongsong kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya.
Lalu bagaimana sikap kita, sebagai umat percaya, dalam penantian tersebut? Seorang psikolog
yang bernama Fisher mengatakan bahwa menunggu bukanlah proses yang selalu menyenangkan.
Manusia cenderung bosan. Ada proses psikologissebagai suatu kondisi perasaan (afektif) yang tidak
menyenangkan dan bersifat sementara, dimana seseorang merasakan suatu kehilangan minat dan sulit
konsentrasi terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya. Perasaan inilah yang sering muncul dalam
dirimanusia bila terlalu lama menunggu. Kalau sudah demikian apa yang muncul dalam hati? Biasanya
perasaan-perasaan seperti bosan,jengkel, marah, dan kecewa.
Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali memang tidak dapat diduga. Meski banyak ramalan,
sejak dulu sampai sekarang, semuanya meleset. Tidak pernah tepat. Dari pada terjebak pada ramalan
demi ramalan sebaiknya kita sebagai umat percaya tetap menunggu kedatangan Tuhan dengan
kesabaran dan tetap berpengharapan.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,
Dalam Injil Lukas, Tuhan Yesus menjelaskan tanda-tanda akhir zaman: "Dan akan ada tanda-tanda
pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung
menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan
segala apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang” (ayat 25-26). Melalui
pengajaran-Nya, Tuhan Yesus menghendaki supaya murid-murid-Nya waspada dan berjaga-jaga. Tanda-
tanda itu diberikan bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberi kepastian bahwa akhir zaman
itu benar-benar ada. Melalui nats ini, Lukas memberikan perumpamaan dengan hubungan sebab
akibat:"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah
bertunas, kamu tahu dengan sendirinya bahwa musim panas sudah dekat” (ayat 29-b-30). Di Israel,
pohonAra menjadi tanda untuk mengetahui datangnya musim panas. Dari sekian banyaknya pohon yang
ada, menjelang musim panas, pohon Ara yang pertama kali bertunas.
Rangkaian sebab akibat itu pun terjadi berkenaan dengan Kerajaan Allah. Berbagai kejadian yang
disebutkan oleh Tuhan Yesus menjadi tanda kedatangan-Nya. Menghadapi hal itu, Tuhan Yesus
memberikan peringatan untuk waspada: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh
kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak
Manusia” (ayat 36).
Tuhan Yesus sudah menyatakan bahwa kedatangan-Nya yang kedua kali tidak diketahui oleh
seorang pun. Sebenarnya ada hal yang ingin ditekankan kepada murid-murid-Nya. Pertama
adalahberjaga-jaga, bukan dengan pesta pora dan kemabukan (ayat 34). Berjaga-jaga juga berarti sadar,
percaya penuh dan taat pada firman-Nya. Kedua, adalah berdoa. Dengan berdoa berarti menyadari
sepenuhnya bahwa dirinya tidak sanggup berdiri kokoh serta bertahan hidupdengan kekuatannya sendiri.
Oleh karena itu, perlu mencari kekuatan dari Allah dan mempercayakan diri kepada-Nya.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus,
Pemazmur sangat menyadari arti penting berjaga sambil berdoa. Menurut Pemazmur berjaga dan
berdoa adalah cara yang terbaikuntuk mengetahui jalan-jalan Allah: “Beritahukanlah jalan-jalan-Mu
kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam kebenaran-Mu dan ajarlah
aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari” (ayat 4-
5). Menurutnya, orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan tidak akan tinggal diam saat
ia menghadapi sesuatu hal dalam hidupnya. Oleh karenanya, ia tidak malu mempercayakan hidupnya
kepada Tuhan. Sedemikian besar penantian Pemazmur akan Tuhan, sehingga dengan kesabaran ia terus
berpegang pada-Nya.Apakah kita juga menganggap Tuhan penting, sehingga kita pun menanti-nantikan
Dia? Ketika dalam sakit, menunggu rejeki, mendapatkan pekerjaan, mencari jodoh, kenaikan pangkat dsb,
apakah kita tetap setiap menantikan Dia? Atau kita justru meninggalkan Tuhan dan ikut larut dengan
mencari jalan pintas?
Paulus sendiri senantiasa bertekun dalam doa:“Siang malam kami berdoa sungguh-sungguh,
supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang masih kurang pada imanmu” (1
Tes 3:10).Dalam pandangan Paulus, ia berdoa dengan mengingat akan kedatangan Kristus yang kedua
kali. Ada sesuatu yang dikuatirkan jika umat percaya justru dalam keadaan suam-suam kuku saat akhir
zaman itu tiba. Dengan doa, ia meminta kepada Tuhan agar menambahkan sesuatu yang kurang di dalam
diri jemaat. Kondisi yang dikehendaki Paulus adalah jemaat hidup di dalam kekudusan dan tidak
bercacatdalam menyongsong kedatangan Tuhan. Wujud konkret dari kekudusan dan tidak bercacat
adalah jemaat hidup semakin hari semakin bertambah sempurna dan berkelimpahan dalam kasih.
Jemaat yang dikasihi oleh Tuhan Yesus.
Peringatan untuk berjaga dan berdoa tetap terus berlaku sampai zaman sekarang ini. Melalui sabda
yang kita terima pada Minggu Adven 1 ini, kita diingatkan bahwa kedatangan Tuhan Yesus yang kedua
adalah kepastian, tetapi tidak seorangpun dari antara kita mengetahui waktunya. Berjaga dan berdoa
mengingatkan,supaya kita jangan terlalu asyik dengan kesenangan duniawi yang akan membelokkan kita
dalam menyambut kedatangan-Nya. Berjaga dan berdoa juga menunjukkan kondisi kelemahan kita yang
harus terus menerus mengandalkan Tuhan di dalam hidup kita. Amin.

Khotbah Jangkep Basa Jawa


Irah-irahaning Khotbah:

Jumaga lan Ndedonga


Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus Kristus,
Boten karaos lumampahing wekdal, sakpunika kita sampun lumebet ing Minggu Advèn 1. Minggu
Advèn ing adatipun greja kita, mirunggagnipun Protèstan minangka wekdal sadèrèngipun pasamuwan
mahargya Natal. Nami Advèn asalipun saking basa Latin: Advèntus, ingkang maknanipun rawuh. Minangka
pasamuwan ing jaman punika, advèn ateges mapag pahargyan pista Natal minangka prastawa wiyosipun
Gusti Yésus ing Bètlehèm, ugi methukaken rawuhipun Gusti Yésus ingkang kaping kalih wonten
wekasaning jaman.
Lajeng kadospundianggèn kita, minangka tiyang pitados,ngantu-antu rawuhipun Gusti?
Satunggaling psikolog ing asma Fisher ngendikaaken bilih ngantu-antupunika sanès perkawis ingkang
ngremenaken. Manungsa gampil jelèh. Wonten satunggaling kahanan rasa (afektif) ingkang boten
ngremenaken lan namung sawetara, temahan tiyang ngraosaken kécalan pepénginan lan angèl
konsentrasi tumrap perkawis ingkang saweg dipun lampahi. Raos punika ingkang asring ngetingal menawi
wekdalipun ngantu-antu punika lami. Pancèn, ngantu-antusanès pedamelan ingkang ngremenaken.
Menawi sampun mekaten punapa ingkang ngetingal ing manah? Bisanipun mangkel, nesu, kuciwa, lsp.
Rawuhipun Gusti Yésus ingkang kaping kalih pancènboten saged dinuga, sanadyan kathah ramalan
wiwit rumiyin ngantos sapunika. Nyatanipun ramalan kasebat temtu lepat. Boten natéleres. Tinimbang
kawengku ramalan, langkung saé kita, minangka umat pitados, tetep ngantu-anturawuhipun Gusti kanthi
sabar lan tetep kebak ing pangajeng-ajeng.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Ing waosan Injil Lukas, Gusti Yésus ngendikaaken tandha-tandhaningwekasaning jaman punika:
“Apadéné bakal ana ilapat-ilapat ing srengéngé, ing rembulan lan ing lintang-lintang, sarta ing bumi para
bangsa bakal padha wedi lan bingung marga sakagumlegering sagara lah alun. Wong-wong bakal padha
semaput déning giris amarga kuwatir marang apa kang bakal nekani jagad; amarga kabeh
panguwasaning langit bakal gonjing” (ayat 25-26). Ingkang dipun kersaaken déning Gusti Yésus lumantar
ngendikaaken bab wekasaning jaman inggih punika supados para sakabat sami waspada lan jumaga.
Pratandha punika dipun telaaken sanès supados sami ajrih, nanging minangka piwulang bilih wekasaning
jaman punika èstu badhé kalampahan. Lukas ugi nyathet pasemon: “Padha mawanga wit anjir lan wit apa
baé. Manawa kowé padha nyumurupi yèn wis padha semi, kowé padha ngreti dhéwé, yèn wis ngarepaké
mangsa panas” (ayat 29b-30). Ing Israèl, wit anjir dados pratandha kanggé mangertosi wiwitaning mangsa
panas. Saking sedaya wit ingkang wonten, ing wiwitaning mangsa panas, wit anjir ingkang sepisanan
thukul/semi.
Kanthi pasemon punika, Gusti Yésus memulang bab Kratoning Allah ingkang rawuhipun dipun
rumiyini pratandha maneka warni. Kanthi wontenipun pratandha punika, Gusti Yésus ngèngetaken
supados sami waspada: “Padha tansah jumagaalan ndedongaa, supaya kowé diparingana kakuwatan kang
njalari kowé padha ora bakal katempuh déning apa kang bakal kalakon iku supaya kowé padha bisa tahan
anggonmu ana ing ngarsané Putraning Manungsa” (ayat 36).
Gusti Yésusugi sampun wulangaken bilih boten wonten tiyang ingkang magertos wekdal
rawuhipun ingkang kaping kalih. Saking piwulang punika, wonten kalih perkawis ingkang dipun
tandhesaken dhateng para sakabatnipun. Ingkang sepisan inggih punika jumaga, boten kanthi pista
ageng lan mendem (ayat 34). Jumaga ugi nggadhahi pangertosan émut, pitados, lan ngugemi sabdanipun
Gusti. Ingkang kaping kalih inggih punika ndedonga. Ndedonga ateges saèstuémut bilih piyambakipun
boten kuwagang ngadeg jejeg sarto mikukuhi gesangipun kanthi pambudidayanipun piyambak. Mila
kedah nyuwun kasantosan saking Allah lan mitadosaken gesang dhateng panjenenganipun Gusti.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Juru masmursaèstuémut bab wigatinipun jumaga kaliyan ndedonga. Miturut juru masmur, jumaga
lan ndedonga punika cara ingkang saé sanget kanggé mangertosi marginipun Gusti: “Dhuh Yehuwah,
kawula mugi Paduka paringi sumerep bab margi Paduka, sarta karsaa nedahaken radinan Paduka. Lampah
kawula mugi Paduka tuntun wonten ing kaleresan Paduka, lan kawula mugi Paduka wulang, amargi
Paduka punika Allah ingkang paring karahayon dhumateng kawula; Paduka ingkang kawula antos-antos
sadinten muput” (ayat 4-5). Pamanggihipun juru masmur, tiyang ingkang ngantos-antos Gusti punika
pitados bilih Gusti boten mèndel nalika piyambakipun ngadhepi perkawis ing salebeting gesangipun.
Kanthi mekaten, piyambakipun wantun mitadosaken gesangipun dhateng Gusti. Mekaten anggènipunjuru
masmurngantu-antu Gusti, satemah kanthi sabar piyambakipun tansah gumantung dhateng Gusti.
Punapa kita ugi nganggep Gusti punika penting, satemah kita antu-antu? Nalika sakit, kacekapan rejeki,
pikantuk pedamelan, utawi pados jodho, punapa kita tansah ngantu-antu Gusti lan pitulunganipun utawi
kita nilar Gusti lan pados margi gampil?
Paulus piyambak tansah ngantepi ing pandonga: “Rina wengi aku padha ndedonga kalawan
mantheng, supaya bisaa ketemu karo kowé lan nyampurnakaké kakuranganing pracayamu” (1 Tés 3:3:10).
Ing pamawasipun Paulus, piyambakipun ndedonga kanthi ngèngeti rawuhipun Sang Kristus ingkang
kaping kalih. Wonten perkawis ingkang dipun kuwatiraken menawi tiyang-tiyang pitados wonten ing
salebeting kawontenan ingkang manget-manget nalika wekasaning jamansangsaya celak. Kanthi
pandonga, piyambakipun nyuwun dhateng Gusti supados perkawis ingkang kirang ing salebeting
pasamuwan dipun wuwuhi. Kawontenan ingkang dipun pikajengaken déning Paulus inggih punika
supados anggènipun methukaken rawuhipun Gusti, gesanging pasamuwan wonten ing salebeting
kasucèn lan boten cacad. Wujudipun kasucèn lan boten cacad gesang punika menawi pasamuwan saben
dinten sangsaya mindhak sampurna lan linuwih ing katresnan.
Pasamuwan ingkang dipun tresnani déning Gusti Yésus,
Jumaga lan ndedonga taksih tetep migunani ngantos jaman sakpunika. Lumantar sabda ingkang
kita tampi ing Minggu Advèn 1 punika, kita dipun èngetaken bilih rawuhipun Gusti Yésus ingkang kaping
kalih punika pepesthèn lan botenwonten tiyang ingkang mangertos wekdalipun. Jumaga lan ndedonga
ngèngetaken, supados kita sampun ngantos kalah déning karemenan ingkang saged ngénggokaken kita
saking jumaga ngantu-antu rawuhipun Gusti. Amin.

Anda mungkin juga menyukai