K
asih selain merupakan bahasa, sejatinya adalah nilai terpenting dalam kehidupan bersama. Berkat kasih,
maka kehidupan menemukan gairahnya. Tanpa kasih, kehidupan bersama seluruh ciptaan pun akan
bertemu dengan kehancuran.
Dalam rangka meraih masa depan bersama, karenanya kasih untuk seluruh ciptaan menjadi hal yang penting
bagi perayaan dan pewartaan Gereja selama bulan November. Lagi pula dalam bulan ini, pergantian tahun
liturgi dirayakan oleh Gereja. Bagaimanapun kasih dan perhatian Gereja kepada seluruh ciptaan, sejatinya
menjadi spirit perayaan iman Gereja.
Catatan:
Tema perayaan iman dengan judul khotbah bisa jadi berbeda atau pun sama. Tema perayaan iman diharapkan
menjiwai keseluruhan tata perayaan karya penyelamatan Allah (ibadah), sedangkan judul khotbah kiranya
memberi pemantapan pada pokok dan arah pewartaan iman yang dirayakan. Tema perayaan iman
berdasarkan penanggalan liturgi sinode GKJ 2015, sedangkan judul khotbah dirumuskan oleh penulis Khotbah
Jangkep.
Minggu, 1 November 2015
Hari Minggu Perayaan Orang-orang Kudus (Putih)
(Hari Minggu Biasa XXXI – Hijau)
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 31: 1, 3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 51: 1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 171:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 173:1-2
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 165: 1, 4
Mazmur 119:1-8
Mazmur ini merupakan pujian dari Daud berkaitan dengan kebahagiaan orang yang melakukan kehendak
Allah, seperti yang diungkapkannya: “Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup
menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang
mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan
yang ditunjukkan-Nya”. (ayat 1-3) Manusia akan hidup dan bertumbuh dengan baik, jikasetiap hari merasa
haus akan firman Tuhan. Mencari waktu untuk membaca, merenungkan, dan mempergumulkan firman serta
mendoakannya. Itu sebuah proses yang harus terus menerus dilakukan manusia tanpa jemu-jemu untuk
mencapai sebuah keintiman dengan Allah.
Ibrani 9:11-14
Pada masaPerjanjian Lama, umat Israel menggunakan darah binatang sebagai persembahan kurban untuk
pendamaian antara umat dengan Allah. Penegasan Paulus dalam hal penyempurnaanritual kurban,
disempurnakan oleh darah Tuhan Yesus sendiri. Jadi darah-Nya menjadi pusat penebusan dalam Perjanjian
Baru. Di Golgota, Dia mencurahkan darah-Nya untuk mendamaikan kita dengan Allah seperti firman-Nya:
“Betapa lebihnya darah Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya sendiri kepada
Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan
yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup” (Ibrani 9:14). Pemahaman ini membuat
kita semakin menyadari bahwa Tuhan Yesus tidak hanya sebagai Imam Besar yang menjadi jembatan
pendamaian antara kita manusia yang berdosa dengan Alah, melainkan, lebih daripada itu, Diamenjadi kurban.
Dengan darah-Nya, manusia dikuduskan, sehingga hidup manusia menjadi berkenan di hadapan Allah. Tentu
hal ini menjadi anugerah yang sangat menggembirakan bagi manusia, khususnya umat percaya.
Markus 12:28-34
Bacaan Injil ini merupakan pengajaran Tuhan Yesus tentang Hukum Kasih. Hukum ini menjadi identitas
sekaligus ciri khas orang Kristen. Secara khusus, teks bacaan Injil Markus 12:28-34 menjelaskan sikapAhli
Taurat pada saat melihat orang Saduki bertanya jawab dengan Tuhan Yesus. Rupanya ada ketertarikkan secara
khusus, sehingga iapun bertanya kepada-Nya: "Hukum manakah yang paling utama”. Terhadap pertanyaan itu,
Tuhan Yesus memberikan sebuah definisi yang jelas bahwa hukum yang terutama adalah: “Dengarlah, hai
orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu”.
Kesempurnaan mengasihi Allah adalah ketika manusia menggunakan seluruh potensi diri yang dimiliki secara
utuh untuk mengasihi-Nya. Bukan dengan setengah atau seperempat potensi yang ada. Ukuran itu sudah
sangat jelas dan tidak dapat ditawar lagi. Kemudian Tuhan Yesus tidak hanya berhenti dalam memberi
jawaban hukum yang terutama, Dia melanjutkan dengan hukum selanjutnya, yakni esensi hukum yang kedua:
“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”.
Irah-irahaning Khotbah:
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 2:1, 2
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 125;1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 157:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 187:1, 2, 4
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 167:1, 3
Dasar Pemikiran
Beriman berarti percaya pada Tuhan Allah atas segala hidup dan penghidupan yang dialami. Berarti juga
mempercayakan semua yang dihadapi dalam hidup, baik pada saat sukacita mau pun dukacita kepada Sang
Penguasa Hidup. Termasuk dalam hal berbagi atas berkat yang diterima sebagai ungkapan syukur. Begitu
cermatnya Tuhan memelihara orang yang dikasihi dan berkat itu selalu tepat pada waktunya. Gereja dapat
mendorong jemaat untuk berani bersyukur kepada Tuhan dan juga sesama melalui kerelaan untuk berbagi
tanpa harus menunggu menjadi kaya terlebih dulu. Sebab memberi adalah bagian dari iman, sehingga jemaat
dipenuhi rasa suka cita tanpa harus terbeban saat berbagi.
Mazmur 146
Mazmur 146 ini merupakan pujian dari Daud yang berkeyakinan dengan tekadnya, selagi masih hidup, ia akan
memuliakan Tuhan: “Aku hendak memuliakan TUHAN selama aku hidup, dan bermazmur bagi Allahku selagi
aku ada” (ayat 2). Alasan dirinya bersuka cita dan memuji Tuhan sebab hanya Dia, Allah satu-satunya, yang
dapat diandalkan dalam hidupnya. Tidak ada manusia, sekalipun ia seorang bangsawan, yang dapat
diandalkan. Pertolongannya tidak akan menuntaskan permasalahan yang dihadapi. Hanya berharap kepada
TUHAN-lah jalan keluar satu-satunya dan tidak akan sia-sia. Penyertaan-Nya menjadi jaminan dan kepastian di
dalam hidup.
Ibrani 9:24-28
Menurut Paulus, pengurbanan Tuhan Yesus hanya satu kali saja dan tidak berulang-ulang. Pengurbanan yang
dilakukan Tuhan Yesus adalah tunggal, dipersembahkan untuk menutup sejarah dunia. Semua itu dilakukan
untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa
menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibrani 9:28).
Kemurahan hati muncul ketika kesadaran masuk ke sorga telah dibayar oleh darah Tuhan Yesus. Sudah
sewajarnya manusia mengucapkan syukur atas segala yang dimiliki. Persembahan merupakan hal yang harus
diberikan kepada-Nya sebagai respons suka cita.
Matius 12:38-44
Jika dilihat, uang dua peser bukanlah uang yang besar, apalagi jika dibandingkan dengan uang yang
dipersembahkan orang kaya. Mereka memberikan dalam jumlah yang besar (ayat 41-b). Dalam konteks ini
perbuatan janda miskin, yang memasukkan dua peser uangnya, harus dilihat dengan perspektif lain, yaitu ia
berani memberikan seluruh miliknya. Rupanya hal tersebut menarik perhatian Tuhan Yesus yang duduk dan
menyaksikannya. Peristiwa yang kelihatannya sepele menjadi berarti. Ia segera memanggil murid-murid-Nya
dan menyuruh mereka memperhatikannya. Kepada murid-murid, Ia memberi tahu bahwa yang telah diberikan
oleh janda tadi sangat istimewa.
Sekali lagi, dalam hitungan nilai, persembahan itu kecil dibanding dengan orang-orang kaya yang memberi
cukup banyak dari kelimpahannya. Namun ada satu hal yang harus diperhatikan, yakni dua peser itu adalah
keseluruhan dari yang ia punyai. Berdasarkan pertimbangan itulah Tuhan Yesus menilai bahwa janda miskin ini
memberikan sebagian besar miliknya untuk persembahan.
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Bacaan pertama menunjukkan iman janda di Sarfat. Ia berani berbagi dalam kemiskinannya. Pemazmur
memandang hanya Tuhan Allah yang dapat diandalkan. Paulus menekankan tentang kebaikan Tuhan melalui
pengurbanan Tuhan Yesus yang hanya sekali dan untuk selama-lamanya karena anugerah Allah. Melalui
bacaan Injil terangkum sebuah sikap yang benar. Memberikan yang terbaik dalam aksi kemanusiaan dapat
dilakukan oleh semua orang.
Allah memelihara
Melalui Karya Orang yang Terpinggirkan
Jemaat yang dikasih Tuhan Yesus,
Seandainya setiap GKJ mempunyai KPK dan bekerja mengawasi persembahan warga, kira-kira apa
yang terjadi? Ada dua kemungkinan. Pertama, persembahan di setiap GKJ menjadi banyak, bahkan
melimpah, karena dikumpulkan sesuai dengan ketetapan Alkitab. Melimpahnya persembahan itu akan
memberi makna baru bagi GKJ. Bukan sekadar Gereja Kristen Jawa, tetapi Gerejaku Kaya Juga. Kedua,
warga gereja GKJ satu persatu pindah gereja. Mengapa? Karena merasa tertekan dan berat dalam
memberikan persembahan. Jika kondisinya seperti yang kedua ini tentu akan memprihatinkan.
Kalau kita mau jujur mengenai persembahan, mungkin tidak sedikit warga gereja yang ‘mengorupsi
hak Tuhan’. Maksudnya, belum memberikan sesuai dengan yang diterima setiap bulannya. Masih di
bawah standar, jika yang digunakan sebagai tolok ukur adalah Maleakhi 3:10. Bukan berarti semua warga
gereja GKJ mengorupsi hak Tuhan. Memang ada yang patuh dan setia memberikan sesuai dengan
ketetapan. Bahkan melebihi standar dari Maleakhi 3:10. Namun coba dicermati, berapa banyaknya jemaat
yang memberikannya. Rasanya kalau dipersentase tidak lebih dari 50%. (Meskipun belum ada penelitian
dari Sinode GKJ terhadap hal ini, penulis mencoba merefleksikan yang terjadi dalam kehidupan di salah
satu gereja GKJ).
Terkait dengan persembahan, kita memang tidak dapat memaksa jemaat harus memberi sekian
atau sekian. Hal yang lebih santun dan dapat kita lakukan adalah memberikan pembinaan secara intensif
mengenai arti pentingnya persembahan kepada Tuhan. Persembahan tidak dapat dilepaskan dari iman,
sebab persembahan itu sendiri bagian dari iman. Maka, semakin besar orang menghayati relasi
kehidupannya dengan Tuhan, dipastikan semakin besar juga ia memberikan persembahan. Inilah ranah
iman yang tidak dapat dilogikakan dengan nalar manusia. Beriman berarti mempercayakan kehidupannya
kepada Tuhan tanpa meragukan kasih dan penyertaan-Nya.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Bacaan pada Minggu ini ada contoh yang cukup menarik. Ada dua orang janda yang mengimani
ketetapan Tuhan, yaitu janda di Sarfat dan janda di Bait Allah. Dalam bacaan 1 Raja-raja 17:8-16 kita dapat
menganalisa status sosial janda di Sarfat itu. Dia miskin dan tidak punya pengharapan untuk hidup.
Dirinya tahu sebentar lagi akan mati, karena yang tersisa untuk bertahan hidup tinggal segenggam
tepung dan sedikit minyak. Kalau itu diolah, dibagi dua dan dimakan dengan anaknya, mereka akan
menyongsong kelaparan dan akhirnya mati (ayat 12). Secara psikologis, tentu ia akan mempertahankan
milik satu-satunya itu. Bukan hal yang mudah untuk percaya kepada orang lain yang baru dikenal dan
berbagi makanan terakhir mereka.
Di luar akan sehat, janda itu tidak ragu-ragu melakukan Firman Tuhan seperti yang disampaikan
oleh nabi Elia: "Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu
bagiku sepotong roti bundar kecil dari padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat
bagimu dan bagi anakmu”. Pada saat itu ada dua orang yang mengimani firman Tuhan, serta percaya
akan kebenarannya. Sang Janda tadi sangat yakin dengan yang dikatakan Elia, sedangkan Elia sendiri
yakin pada firman Tuhan yang ia terima. Seandainya Elia sendiri tidak yakin pada firman Tuhan, tentu
dirinya akan ragu-ragu meminta kepada janda itu. Ia benar-benar beriman dan itulah yang
menggerakkannya mengatakan kepada janda yang ditemuinya. Iman itulah yang menjadikan mereka
hidup dalam pemeliharaan Allah. Seandainya kita dalam posisi seperti Janda di Sarfat, apa yang akan kita
lakukan?Mencermati bahwa janda di Sarfat itu bukan orang Yahudi, maka dapat dikatakan bahwa iman
seperti itu sungguh amat luar biasa. Ia mempercayai nabi dan Allahnya orang asing.
Tindakan iman yang serupa kita jumpai dalam diri janda yang berada di Bait Allah dalam Bacaan
Injil Markus 12:38-44. Tuhan Yesus memperhatikan orang-orang yang memberikan dana persembahan
melalui peti yang telah dipersiapkan. Ia duduk menghadapi peti dan memperhatikan mereka yang
memasukkan uang ke dalam peti itu. Tuhan Yesus melihat bahwa banyak orang kaya yang memasukkan
persembahandalam jumlah besar. Prinsip keseimbangan terjadi. Yang memperoleh penghasilan besar,
sudah semestinya memberikan banyak. Setimpal dengan yang ia terima. Alangkah indahnya jika hal
seperti ini terjadi di GKJ.Hidup dalam kelimpahan sungguh terjadi karena topangan dari jemaat yang
memiliki kesadaran akan berkat Tuhan. Dirinya akan berani memberikan yang terbaik, karena pada
akhirnya persembahan itu akan digunakan untuk banyak hal yang akan memuliakan nama Tuhan melalui
berbagai macam pembinaan dan kesaksian pelayanan gereja. Bagaimana dengan persembahan kita
selama ini? Apakah sudah sesuai dengan berkat yang diterima dari Tuhan?
Bukan hal yang mudah untuk menjalankan panggilan supaya mempersembahkan sesuai dengan
yang diterima. Masalah yang muncul seringkali dikaitkan dengan kebutuhan hidup. Seseorang sering
merasa tidak cukup, sehingga persembahan menjadi sebuah beban. Padahal Tuhan Allah tidak kurang-
kurangnya memberi segala yang kita butuhkan. Dalam keseimbangan itu, tentu Dia juga menghendaki
kita memberi persembahan sebagai ungkapan syukur kepada-Nya dengan kelimpahan yang ada.
Berlatar belakang kondisi demikian, perbuatan janda miskin yang memasukkan dua peser, yaitu
seluruh nafkahnya, menarik perhatian Tuhan Yesus. Ia segera memanggil murid-murid-Nya dan menyuruh
mereka memperhatikan hal itu. Ia memberi tahu bahwa tindakan janda tadi sangat istimewa. Memang,
dalam hitungan nilai, persembahan itu kecil jika dibandingkan dengan persembahan para orang kaya.
Namun ada satu hal yang harus diperhatikan, yakni dua peser itu adalah semua miliknya, yang didapat
dengan susah payah. Berdasarkan pertimbangan itulah, Tuhan Yesus menilai bahwa janda miskin ini
memberikan sebagian besar miliknya untuk berpersembahan justru di dalam kekurangannya.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Hukum keseimbangan memang mengharuskan kita memberi sesuai dengan milik kita, bukan dari
yang tidak kita miliki. Oleh karenanya, pujian dari Tuhan Yesus sangat beralasan. Ia melihat janda miskin
itu memberi bukan dengan yang ada dalam dirinya, melainkan melampaui kemampuannya. Peristiwa itu
menunjukkan bahwa, di dalam kemiskinannya, sesungguhnya ia sangat kaya dengan kemurahan.
Kemurahan seperti itu, menurut rasul Paulus, dapat terjadi jika manusia merasakan pengurbanan
Tuhan Yesus. Pengurbanan itu hanya dilakukan satu kali. Pengurbanan itu dilakukan untuk menanggung
dosa banyak orang. Sesudah itu, Ia akan menyatakan diri-Nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk
menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia (Ibrani 9:28). Kemurahan hati
muncul ketika sadar bahwa dirinya telah diselamatkan oleh darah Tuhan Yesus. Sudah sewajarnya
manusia mengucapkan syukur dengan segala yang dimiliki. Persembahan adalah salah satu ungkapan
syukur harus diberikan kepada-Nya sebagai respons suka cita.
Daud memberikan contoh mengenai suka cita itu. Dia memuji Tuhan sebab hanya Dia, Allah satu-
satunya, yang dapat diandalkan dalam hidup. Tidak ada manusia, sekalipun seorang bangsawan,
yangdapat diandalkan. Pertolongan dari sesama manusia tidak akan menuntaskan permasalahan yang
dihadapi. Jalan keluar satu-satunya adalah tetap berharap kepada Tuhan. Semua itu tidak akan menjadi
sia-sia, karena Dia telah menegaskan dalam ikatan perjanjian-Nya. Penyertaan-Nya menjadi jaminan dan
kepastian dalam hidup.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan,
Melalui contoh iman kedua janda dalam bacaan hari ini, kita dapat belajar bahwa Tuhan berkenan
memakai orang-orang terpinggirkan. Sekalipun berstatus sebagai janda dan miskin, tetapi mereka telah
mempraktikkan iman yang benar. Bagaimana mereka dapat bersikap dengan tepat, tanpa ada perasaan
kuatir yang berlebihan tentang hari esok? Hati mereka dipenuhi dengan kemurahan dan itu mampu
melahirkan sikap berani berbagi sekalipun didalam keterbatasan. Hal itu tentu berangkat dari keyakinan
bahwa Tuhan Allah memelihara.
Kata kunci yang dapat ditemukan, yakni: “Janganlah takut”. Kata yang disampaikan Elia kepada
janda di Sarfat itu adalah kata yang sama diberikan kepada kita juga saat ini: “Janganlah takut”. Beranikah
kita bersikap seperti mereka tanpa merasa takut untuk berbagi dan dipakai Tuhan menjadi saluran berkat-
Nya? Pertama, berani memberikan persembahan yang terbaik untuk Tuhan sebagai ungkapan syukur kita.
Kedua, berani berbagi kepada sesama kita yang membutuhkan pertolongan kita. Memang hal ini bukan
sesuatu yang mudah, tetapi jika kita beriman, tentu akan dimampukan untuk berani berbagi. Kiranya
dalam proses pertumbuhan iman itu perbuatan-perbuatan kita yang akan menjawabnya. Amin.
Khotbah Jangkep Bahasa Jawa
Irah-irahaning Khotbah:
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 138:1-3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 43:1, 3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 129:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 185:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 174:1, 2
Dasar Pemikiran
Tuhan Allah rindu supaya anak-anak-Nya berakar, bertumbuh, dan berbuah sehingga dapat memuliakan
nama-Nya. Ibaratseorang petani menanam benih, dia rindu supaya benih itu tumbuh dan berbuah semua.
Untuk dapat mewujdukan hal yang seperti itu, ibadah menjadi hal yang penting untuk membangun iman
sekaligus persekutuan. Dalam ibadah, umat percaya merasakan pertemuan dengan Tuhan. Selanjutnya,
pertemuan dengan Tuhan itu juga membuahkan sikap saling memperhatikan dalam kehidupan bersama.
Memperhatikan berarti saling menopang dan menolong.Dalam persekutuan harus terwujud sikap saling
menerima dan memberi untuk menopang satu dengan yang lain. Pertumbuhan iman akan semakin dapat
dirasakan ketika satu dengan yang lainnya saling mendorong dalam perbuatan-perbuatan baik. Inilah
pentingnya sebuah persekutuan.
Mazmur 16
Resep yang ditawarkan oleh Pemazmur kalau ingin selamat dan berbahagia cukup mudah. Orang ituharus
berusaha dengan sungguh-sungguh mencari Allah, bersekutu dengan Allah, dan hidup saleh. Mengapa
demikian? Sebab hanya Dialah Allah yang baik. Pernyataan Pemazmur yang menyebut “Engkaulah Tuhan”
inginmenjelaskan bahwa Allah adalah Penguasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Allahlah yang memberi
nasihat dan menjaganya. Apa yang melatarbelakangi Pemazmur, sehingga dirinya menempatkan Allah diatas
segala-galanya? Dengan tegas dia menyatakan keyakinannya bahwa dalam hidup dan segala situasi, Allah
menjadi penjamin atas segala kebutuhan yang ia perlukan. Dirinya tidak akan diserahkan ke dalam dunia
orang mati, melainkan senantiasa mendapatkan jalan dan kehidupan yang kekal. Itulah Allah yang dilukiskan
sebagai Penjaga orang saleh.
Ibrani 10:11-25
Mengapa umat percaya wajib saling memperhatikan dan mendorong dalam perbuatan baik? Menurut
Paulus,itu merupakan cara yang terbaik bagi umat percaya dalam menyongsong hari Tuhan. Hari yang
dinantikan umat dalam menyambut Kristus yang kedua kalinya. Perhiasan rohani yang harus dikenakan adalah
dengan saling memperhatikan dan mendorong dalam kasih. Jadi dalam hal ini banyakyang
dapatdilakukan.Setidaknya, secara sederhana,berusaha sedapat mungkin terlibat secara aktif dalam pertemuan
ibadah.Ada nilai tersendiri saat membangun persekutuan dengan Tuhan. Umat dikuatkan sekaligus juga
menguatkan yang lain, dengan saling memperhatikan. Melalui peribadahan yang benar kita dapat bersekutu
dengan Tuhan sekaligus saling menguatkan antar sesama.Termasuk juga saling memotivasi dan menasihati
untuk pertumbuhan iman.
Persekutuan jemaat dapat disebut sebagai arak-arakkan yang tidak semuanya dalam keadaan stabil dan
dinamis. Ada kalanya yang satu lemah iman karena persoalan berat yang dihadapi, Dalam kondisi seperti itu
kita berkewajiban saling mendorong. Dengan demikian, semua persekutuan dalam jemaat melakukan hal-hal
yang benar untuk memuliakan Allah. Itulah buah-buah kasih yang harus dapat diwujudkan dalam diri umat
percaya.
Markus 13:1-8
“Guru, lihatlah betapa kokohnya batu-batu itu dan betapa megahnya gedung-gedung itu”(ayat 1). Itulah
ucapan yang terlontar dari salah satu murid Yesus. Bangunan Bait Allah, yang berdiri dengan megah,sangat
memukau perhatian mereka. Secepat itukah hatinya terpikat? Dia melupakan masa lalu ketika guru-Nya
mengusir orang-orang yang berjualan di Bait Allah. Padahal mereka sendiri telah diajardan mendengar bahwa
Bait Allah akan disebut rumah doa bagi segala bangsa, tidak diperbolehkan dijadikan sarang penyamun
(11:17).
Ada cara pandang yang berbeda antara murid dengan Gurunya. Murid memandang yang tampak di depan
matanya, sedangkan Tuhan Yesus lebih memandangke dalam. Terhadap kekaguman itu, Dia balik bertanya
kepada murid-Nya: “Kaulihat gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di
atas batu yang lain, semuanya akan diruntuhkan” (ayat 2). Bukan pada hal yang tampak di depan mata, Tuhan
Yesus melihat akan ada penghancuran bangunan yang megah.
Gambaran batu-batu yang berserakan sebenarnya adalah jiwa-jiwa manusia yang berharga dalam pandangan-
Nya. Sebagai batu penjuru, diri-Nya sangat menyadari bahwa semua batu berporos pada-Nya. Tidak ada satu
batupun dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Inilah suasana awalpenderitaan-Nya. Juga tentang akhir
zaman seperti yang diserukan para nabi terdahulu.
Rupanya, struktur bangunan yang terlihat kokoh dan megah lebih menghanyutkan hati mereka dari
pada ajaran tentang Bait Allah sebagai rumah doa. Ada cara pandang yang berbeda antara murid dengan
Gurunya. Murid memandang yang tampak di depan matanya, sedangkan Tuhan Yesus lebih
memandangke dalam. Terhadap kekaguman itu, Dia memberikan tanggapan kepada murid-Nya:“Kaulihat
gedung-gedung yang hebat ini? Tidak satu batu pun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain,
semuanya akan diruntuhkan” (ayat 2). Bukan pada hal yang tampak di depan mata, Tuhan Yesus melihat
jauh ke depan.Tuhan Yesus melihat akan ada penghancuran bangunan yang megah. Gambaran batu-batu
yang berserakan sebenarnya adalah jiwa-jiwa manusia yang berharga dalam pandangan-Nya. Sebagai
batu penjuru, diri-Nya sangat menyadari bahwa semua batu berporos pada-Nya. Tidak ada satu batupun
dibiarkan terletak di atas batu yang lain. Inilah suasana awalpenderitaan-Nya. Juga tentang akhir zaman
seperti yang diserukan para nabi terdahulu. Untuk mengantisipasi akhir zaman, sikap waspada dan
berjaga-jaga menjadi sangat penting karena akan datang si penyesat yang mengajarkan ajaran sesat
mengatasnamakan Sang Mesias.
Jemaat yang dikasih oleh Tuhan Yesus,
Jauh sebelum Tuhan Yesus menyampaikan mengenai akhir zaman, Daniel telah menerima
penglihatan mengenainya.Dalam penglihatan itu, ia mendapat gambaran mengenai yang akan terjadi
dalam kehidupan umat. Penderitaan dan malapetaka akan memporak-porandakkan kehidupan umat. Hal
seperti itu belum pernah terjadi. Malapetaka yang disertaipenganiayaan itu menjadi sejarah yang paling
buruk.Masa itu disebutsebagai masa kesusahan bagi Yakub, seperti yang dinubuatkan:“Hai, alangkah
hebatnya hari itu, tiada taranya; itulah waktu kesusahan bagi Yakub, tetapi ia akan diselamatkan dari
padanya” (Yeremia 30:7). Namun dalam keterpurukan itu, masih ada pengharapan.Allah memberikan jalan
kelepasan. Namun tidak semua mendapatkannya. Hanya mereka yang namanya tertulis dalam Kitab
Kehidupan yang akan diselamatkan (Daniel 12:1b).
Menurut pemazmur, kalau ingin selamat dan berbahagia, manusiaharus berusaha dengan
sungguh-sungguh mencari Allah, bersekutu dengan-Nya. Sebab hanya Dialah Allah, seperti yang
diserukan Pemazmur: “Aku berkata kepada Tuhan: ’Engkaulah Tuhanku, tidak ada yang baik bagiku selain
Engkau’” (ayat 2). Pernyataannya yang menyebut “Engkaulah Tuhan” inginmenjelaskan, bahwa Allah
adalah Penguasa di dalam kehidupan sehari-harinya. Dia yang memberi nasihat dan menjaganya. Apa
yang melatarbelakangi sehingga dirinya menempatkan Allah diatas segala-galanya? Disini pokok
permasalahannya. Pemazmur sangat yakin bahwa dalam hidup dan segala situasi, Allah menjadi penjamin
atas segala kebutuhan yang ia perlukan. Dirinya tidak akan diserahkan ke dalam dunia orang mati,
melainkan senantiasa mendapatkan jalan dan kehidupan yang kekal.
Jemaat yang dikasih Tuhan Yesus,
Tentu kita juga ingin merasakan kebahagiaan seperti yang dirasakan Pemazmur sebagai orang
saleh. Memang konsep bahagia sangatlah relatif. Antara satu dengan yang lain berbeda, Namun
demikian, kebahagiaan orang saleh adalah seperti dalam konsep Rasul Paulus, bahwa baik hidup atau
mati, tetap berada dalam anugerah Tuhan Yesus (Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah
keuntungan – Filipi 1:21). Selanjutnya, sesuai dengan nasihat Paulus kepada mereka yang telah disucikan
supaya hidup bertekun dalam iman, tentu hal ini juga berlaku untuk kita saat ini. Salah satu cara yang
konkret dalam menyongsong hari Tuhan adalah dengan saling memperhatikan dan mendorong dalam
kasih. Ada banyak hal yang dapat kita lakukan bersama dengan sesama melalui perbuatan-perbuatan
baik. Semua itu dilakukan agar imanbertumbuh bersama dengan yang lain.
Salah satu dari sekian banyak kebaikan yang dapat kita lakukan adalah terlibat secara aktif dalam
pertemuan ibadah. Ibadah adalah ketetapan Allahseperti yang tertera dalam hukum ke empat di Hukum
Taurat:”Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat”. Dalam beribadah, kita berusaha membangun persekutuan
dengan Tuhan, dan hasilnya tidaklah sia-sia.Kita semakin dikuatkan sekaligus juga menguatkan yang lain,
melaluisaling memperhatikan, memotivasi, dan menasihati untuk pertumbuhan iman. Memang namanya
iman tidak dapat dilihat dan diukur, tetapi indikator iman dapat dilihat melalui perbuatan-perbuatan yang
tampak. Sebagai persekutuan jemaat yang disebut sebagai arak-arakan umat percaya, dinamika
kehidupan iman jemaatpun tidaklah sama. Ada yang kuat ada juga yang lemah, karena berbagai macam
permasalahan yang dihadapi. Dalam kondisi seperti itu, kewajiban kita adalah saling mendorong dan
saling menguatkan, supaya semua persekutuan dalam jemaat melakukan hal-hal yang benar untuk
memuliakan Allah. Itulah buah-buah kasih yang harus dapat diwujudkan dalam perbuatan baik oleh kita
umat percaya. Amin.
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 177:1-4
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 169:1-3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 124:1, 2
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 184:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 156:1, 2
Dasar Pemikiran
Melalui perayaan Kristus Raja ini ada hal yang perlu dibangun terus oleh umat yaitu kesadaran bahwa Tuhan
adalah Maha Kuasa di mana kekuasaan-Nya tak tertandingi oleh siapa pun dan apa pun juga. Kesadaran yang
demikian menumbuhkan daya hidup umat untuk senantiasa berharap kepada Tuhan walaupun jalan hidup
yang dilalui beraneka ragam. Demikian pula umat semakin terpanggil untuk berperan serta dalam
membangun komunitas kehidupan yang dilandasi oleh damai sejahtera dari Tuhan sendiri.
Mazmur 93
Ada semacam “penobatan” yang diberikan kepada Tuhan karena penyataan kebesaran-Nya atau kebesaran-
Nya seperti raja. Diawali dengan pernyataan umat di mana TUHAN adalah Raja (Yahweh Melekh) dilanjutkan
dengan tanda-tanda ke-Raja-an TUHAN dengan gambaran berpakaian (berjubahkan) kemegahan dan berikat
pinggang kekuatan. Kemahakuasaan TUHAN menurut pemazmur ditampakkan melalui fenomena alam di
mana sungai-sungai seakan mengangkat suara demikian pula dengan deburan ombak laut yang hebat.
Doksologi penobatan tersebut ditutup dengan keyakinan bahwa peraturan yang teguh serta bait yang kudus
kekal dan abadi untuk selamanya.
Wahyu 1:4b-8
Penglihatan Yohanes dalam kitab Wahyu merupakan suatu pengajaran yang menguatkan jemaat Tuhan yang
saat itu menghadapi tekanan berat. Penglihatan Yohanes tersebut mengajarkan beberapa hal mendasar yang
harus diimani jemaat-jemaat-Nya yaitu tentang: 1. Kasih karunia dan damai sejahtera yang datangnya dari
Tuhan (ayat 4b). 2. Kristus yang bangkit dari antara orang mati (ayat 5a). 3. Yesus Kristus telah melepaskan
umat dari dosa (ayat 5b). 6. Tuhan akan terus berkarya dari dulu sampai sekarang atau dari Alfa sampai Omega
(ayat 8). Wahyu Yohanes tersebut setidaknya membentuk pengalaman, karakter, dan kekuatan komunitas-
komunitas Kristen awal waktu itu untuk terus mempertahankan iman mereka.
Yohanes 18:33-37
Dari dialog antara Pilatus dan Yesus berkaitan kata “raja,” terdapat perbedaan konsep tentang kekuasaan.
Dalam perspektif Pilatuskekuasaan digunakan sebagai alat untuk membangun “ketakutan,” menimbulkan teror
demi kepentingan tertentu, melegalkan tindakan kekerasan tanpa memperdulikan ras ataupun etnis, dan
mempertahankan kewibawaan raja (kaisar). Dalam perspektif Yesus kekuasaan digunakan sebagai alat untuk
memberdayakan kaum marjinal, mendatangkan damai di tengah aksi teror, menyatukan perbedaan etnis
sebagai bagian dari komunitas kehidupan, dan menyatakan kehendak serta karya Allah sebagai Raja
Kehidupan di tengah umat. Dialog dalam Injil tersebut dipandang dari salah satu sisi tampak jelas arogansi
Pilatus menghadapi Yesus yang pada dasarnya tidak bersalah sama sekali. Tetapi karena menuruti keinginan
pemimpin-pemimpin agama Yahudi yang ketakutan terhadap Yesus, untuk menjaga kewibawaan kaisar
demikian pula mencari aman untuk diri Pilatus sendiri maka pertanyaan mendasar Pilatus tentang “Yesus
adalah Raja” adalah retorika belaka yang tujuannya memancing Yesus agar mengakui diri-Nya Raja; sehingga
mudah bagi Pilatus untuk menjatuhkan hukuman mati bagi seseorang yang menyaingi posisi kaisar Romawi.
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Penghayatan Kristus adalah Raja semestinya termanifestasikan di dalam pengakuan bahwa TUHAN adalah
Maha Kuasa (Mazmur 93). Demikian pula kesadaran tentang kebaikan Allah yang senantiasa menyatakan Kasih
Karunia serta karya yang abadi dalam sejarah kehidupan umat (Wahyu 1:4b-8), seharusnya memampukan
umat terpanggil membangun pengharapan di masa depan (Daniel 7:9-10, 13-14) dan juga panggilan untuk
membangun kehidupan bersama yang dinaungi damai sejahtera (Yohanes 18:33-37).
Dari teks tersebut jelas sekali pesan Crosby bahwa sebagai orang percaya kita harus mengakui
bahwa Yesus Kristus adalah Raja segala alam sehingga layak bagi kita mengunjukkan kuasa dan hormat
kepada-Nya. Seperti tema pada hari ini, “Menjadi Saksi Kristus Raja” maka sebagai panji-panji Kristus
masa kini kita dipanggil agar mampu menyatakan kesaksian bahwa Kristus adalah Raja hidup kita.
2. Menyadari Penyataan Kasih Karunia dan Karya Allah yang Abadi (Wahyu 1:4b-8)
Penglihatan Yohanes dalam kitab Wahyu tersebut mengajarkan beberapa hal mendasar yang harus
diimani jemaat-jemaat-Nya yaitu tentang: 1. Kasih karunia dan damai sejahtera yang datangnya dari
Tuhan (ayat 4b). 2. Kristus yang bangkit dari antara orang mati (ayat 5a). 3. Yesus Kristus telah
melepaskan umat dari dosa (ayat 5b). 6. Tuhan akan terus berkarya dari dulu sampai sekarang atau
dari Alfa sampai Omega (ayat 8). Allah telah menyatakan kasih karunia-Nya melalui peristiwa
manusiawi Yesus Kristus. Melalui pengurbanan-Nya, Allah telah menghapuskan dosa manusia dan
memampukan orang percaya untuk senantiasa teguh beriman kepada-Nya walaupun berbagai
godaan, halangan, dan rintangan yang pasti akan dihadapi oleh umat Tuhan.
Dengan dasar pengakuan atau keyakinan tersebut, maka orang percaya diundang untuk:
1. Membangun Harapan di Masa Depan (Daniel 7:9-10, 13-14)
Bacaan tersebut merupakan penglihatan masa datang berkaitan dengan adanya Yang Mahakuasa
yang akan menyatakan kemuliaan dan kuasanya untuk membela umat-Nya. Pada ayat 9 disebutkan
“Yang Lanjut Usianya” (ancient of days, Kang Sepuh ing Yuswa); dalam Alkitab versi Bahasa Indonesia
Sehari-hari dan Bahasa Jawa versi 1994 disebutkan “Dia yang hidup kekal” dan “Panjenengané kang
Gesang Langgeng.” Harapan mesianik tentang Dia Sang Penguasa tampak melalui adanya “Majelis
Pengadilan yang Membuka Kitab-kitab.” Demikian pula ayat 13-14 di mana sosok “anak manusia”
diberi kuasa oleh Yang Lanjut Usia sebagai seorang raja. Bahkan menurut vision Danielkekuasaan
yang diberikan oleh Yang Lanjut Usia adalah kekuasaan yang kekal, tidak akan lenyap dan
kerajaannya tidak akan musnah. Bacaan yang pertama ini tentu bertujuan untuk mengajak umat
Tuhan agar mempunyai pengharapan teguh kepada-Nya sehingga di tengah penderitaan yang
dialami umat Tuhan tidak akan tinggal diam dan Dia akan menyatakan kekuasaan-Nya.
Saking cakepan kasebat cetha sanget piwelingipun bu Crosby inggih punika bilih saben tiyang
pitados kedah ngakenana Yésus Kristus punika Ratuning jagad raya satemah pantes pinaringan kuwaos
punapa déné pakurmatan. Kados irah-irahan dinten punika, “Dados Seksining Kristus Sang Ratu” pramila
minangka para kagungan Sang Kristus kita tinimbalan supados kuwagang neksèni bilih Sang Kristus
punika Ratuning gesang kita.
2. Nglenggana Pratélan Sih lan Pakaryaning Allah ingkang Langgeng (Wahyu 1:4b-8)
Tetingalanipun Yokanan ing kitab Wahyu kasebat mulang sawatawis underan ingkang kedah dipun
pitadosi déning pasamuwanipun Gusti, inggih punika: 1. Sih-rahmat lan tentrem rahayu ingkang
pinangkanipun saking Gusti (ayat 4b). 2. Sang Kristus ingkang wungu saking antawisipun tiyang pejah
(ayat 5a). 3. Yésus Kristus ngluwari umatipun saking pamengkuning dosa (ayat 5b). 6. Gusti tansah
makarya wiwit rumiyin ngantos salaminipun utawi wiwit purwaka [Alfa] ngantos dumugi pungkasan
[Oméga] (ayat 8). Gusti Allah sampun mratélakaken sih-rahmatipun lumantar kedadosan tata
jalmanipun Gusti Yésus Kristus. Kanthi pangurbananipun, Gusti Allah sampun boten ngetang malih
dosanipun manungsa lan ndayani tiyang pitados tansah neguhaken kapitadosan dhumateng
Panjenenganipun sinaosa gesangipun rinengga panggodha, pepalang, punapa déné reridhu ingkang
mesthi badhé dipun temahi déning umatipun Gusti.
Ibu Fanny J. Crosby satunggaling wanita wuta wiwit alit mbuktèkaken iba éndahipun déné
piyambakipun saged “njinggleng” panguwaosipun Gusti satemah talénta darbèkipun dipun anggé
ngluhuraken Gusti. Ibu Crosby mbuktèkaken bilih mangsa ngajeng lan gesang sesarengan kaliyan tiyang
sanès punika mujudaken etuking kabingahan. Pramila sumangga kita ngèngeti piwelingipun ibu Crosby
lumantar kidunganipun: “...Ia datang: Raja segala alam; Kuasa, hormat hanya kepada-Nya...”Gusti
mberkahi kita. Amin.
Minggu, 29 Nopember 2015
Hari Minggu Adven I (Ungu)
Bahasa Jawa
Kidung Pamuji : KPK BMGJ 210:1-3
Kidung Panelangsa : KPK BMGJ 50:1-3
Kidung Kasanggeman : KPK BMGJ 141:1, 3
Kidung Pisungsung : KPK BMGJ 186:1-
Kidung Pangutusan : KPK BMGJ 168:1, 3
Dasar Pemikiran
Bicara tentang akhir zaman berarti bicara tentang datangnya Tuhan Yesuske dalam dunia untuk kedua kalinya.
Tidak ada kepastian waktu, tanggal, dan harinya, sebab semua itu adalah kehendak Tuhan sendiri. Terhadap
hal ini, yang ditekankan oleh Tuhan Yesus adalah berjaga dan berdoa. Berjaga berartisadar dengan sungguh-
sungguh untuk tidak terlena, sehingga yang diharapkan tidak lepas. Berdoa adalah tindakan iman dalam
menjalin komunikasi dengan Tuhan. Pada Minggu Adven pertama, tema perayaan iman berjaga dan berdoalah
kiranya menjadi sikap iman umat dalam menyambut kedatangan Tuhan.
Mazmur 25:1-10
Dalam Mazmur ini, disamping kita menjumpai permohonan pengampunan, terlihat juga ratapan-ratapan
sebagai keluh kesah Pemazmur. Dari kondisi yang demikian, iasangat menyadari arti penting berjaga sambil
berdoa. Menurut Pemazmur, berjaga dan berdoa adalah cara yang terbaikuntuk mengetahui jalan-jalan Allah:
“Beritahukanlah jalan-jalan-Mu kepadaku, ya TUHAN, tunjukkanlah itu kepadaku. Bawalah aku berjalan dalam
kebenaran-Mu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku, Engkau kunanti-nantikan
sepanjang hari” (ayat 4-5). Menurutnya, orang yang menanti-nantikan Tuhan percaya bahwa Tuhan tidak akan
tinggal diam saat ia menghadapi sesuatu hal dalam hidupnya. Oleh karenanya, ia tidak malu mempercayakan
hidupnya kepada Tuhan. Sedemikian besar penantian Pemazmur akan Tuhan, sehingga dengan kesabaran ia
terus berpegang pada-Nya.
1 Tesalonika 3:9-13
Pada saat itu, jemaat di Tesalonika menghadapi pergumulan berat. Oleh karena itu, Paulus mengirim Timotius
datang kesana. Tujuan Paulus mengirin Timotius agar jemaat dikuatkan. Rupanya jemaat di Tesalonika tidak
goyah, meski didera dengan pergumulan berat.Untuk hal itu ia sendiri senantiasa bertekun dalam doa: “Siang
malam kami berdoa sungguh-sungguh, supaya kita bertemu muka dengan muka dan menambahkan apa yang
masih kurang pada imanmu” (1 Tes 3:10). Dalam pandangan Paulus, ia berdoa tidak hanya dalam ucapan
syukur mendengar kondisi jemaat di Tesalonika dalam keadaan baik. Mengingat akan kedatangan Kristus yang
kedua kali, Paulus terus bertekun dalam doa. Ada sesuatu yang dikuatirkan jika umat percaya justru dalam
keadaan suam-suam kuku saat akhir zaman itu mendekat.Dengan doa, ia meminta kepada Tuhan agar sesuatu
yang kurang di dalam diri jemaat ditambahkan. Kondisi yang dikehendaki Paulus dalam menyongsong
kedatangan Tuhan adalah jemaat hidup di dalam kekudusan dan tidak bercacat.
Lukas 21:25-36
Dalam bacaan Injil Lukas, Tuhan Yesus menjelaskan ada tanda tentang akhir zaman: "Dan akan ada tanda-
tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang, dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung
menghadapi deru dan gelora laut. Orang akan mati ketakutan karena kecemasan berhubung dengan segala
apa yang menimpa bumi ini, sebab kuasa-kuasa langit akan goncang” (ayat 25-26). Dalam hal ini, yang
dikehendaki oleh Tuhan Yesus adalah murid-murid-Nya waspada dan berjaga-jaga. Tanda-tanda itu diberikan
bukan untuk menakut-nakuti, melainkan untuk memberi kepastian bahwa akhir zaman itu benar-benar ada.
Melalui nats ini, Lukas memberikan perumpamaan dengan hubungan sebab akibat: "Perhatikanlah pohon ara
atau pohon apa saja. Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan sendirinya
bahwa musim panas sudah dekat” (ayat 29-b-30). Di Israel, pohonAra menjadi tanda untuk mengetahui
datangnya musim panas. Dari sekian banyaknya pohon yang ada menjelang musim panas pohon Ara, yang
pertama kali bertunas.
Rangkaian sebab akibat itupun terjadi berkenaan dengan Kerajaan Allah. Berbagai kejadian yang disebutkan
oleh Tuhan Yesus menjadi tanda kedatangan-Nya. Menghadapi hal itu, Tuhan Yesus memberikan peringatan
untuk waspada: “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari
semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia” (ayat 36).
Harmonisasi Bacaan Leksionari
Bacaan dalam minggu adven pertama ini mengajak seluruh umat untuk waspada, berjaga-jada, dan berdoa.
Sikap ini diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam menyongsong akhir zaman, menyambut kedatangan Tuhan Yesus
yang kedua kali. Dengan berjaga dan berdoa,jemaat diajak untuk semakin dekat dengan Tuhan dan hidup
dalam kekudusan, sehingga,ketika waktunya tiba, tidak dalam kondisi terlena atau suam-suam kuku.